• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER - SCHLUMBERGER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER - SCHLUMBERGER"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI GEOFISIKA

IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER - SCHLUMBERGER

Oleh : RUSMIN (H221 07 031)

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

(2)

i

IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER - SCHLUMBERGER

Oleh :

RUSMIN

H221 07 031

Diajukan

Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Geofisika

Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER

Oleh :

RUSMIN H221 07 031

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama

Syamsuddin, S.Si, MT NIP. 197401152002121001

Pembimbing Pertama

Drs. Lantu, M.Eng.Sc, DESS NIP. 195407171979011003

Makassar, 30 Mei 2013

(4)

iii

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. Mujadilah:11)

Dipersembahkan kepada

Ibunda Mustika Baji & Ayahanda Muhammad Said

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga senantiasa penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KECAMATAN MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER “.. Shalawat serta salam kepada kekasih Allah, Muhammad Saw sebagai surga duniawi nan akhirat bagi umat. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan akademis untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

Penulis ingin menyampaikan segala kerendahan hati dan apresiasi kepada berbagai pihak yang ikut andil dalam keberhasilan penulisan skripsi ini pada proses awal dan akhir tak terlepas dari keterbatasan, rintangan dan hambatan.

Rusmin mengucapkan banyak terima kasih kepada selaku pembimbing utama Bapak Syamsuddin, S.Si, MT atas bimbingan ilmu dan pengarahan dalam mengawal proses hingga penyelesaian penulisan skripsi dan kepada Bapak Drs.

Lantu, M.Eng. Sc, DESS selaku pembimbing pertama Ku-ucapkan banyak terima kasih atas pengarahan teori ilmu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih pula Kuhaturkan kepada Bapak Drs. Hasanuddin, M.Si selaku penasehat akademik, para selaku dosen-dosen penguji yang banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi kepada

(6)

v

Bapak Dr. Muh. Altin Massinai, MT, Surv, Bapak Ir. Bambang Harimei, M.Si dan Bapak Prof.Dr.H. Halmar Halide, M.Sc.

Buat kawan-kawan keluarga Ge07 tetap semangat “No Talk Action Only”. Zul, Syahwan, Cummink, Adi, Kino, Fuad, Imam, Basdar, Fitrah, Titin, Tini, Tiwi, Erti, Miftha, Didhon, Cha2, Umi, Ninda, Nunu, Asbon, Afrianti, Rianti, Dwitha.

Untuk Komandan “Don’t Stop and Keep Spirit”. K’Pian, K’Awang, K’Sadri, K’Udin, K’Kune, K’Pluto, K’Mukhlis, K’Ucup, K’Bais, K’Misbah, K’Maknamal, K’Mina, K’Alam, K’Ruru, K’Hasbi, K,Ical, K’Fadil.

Secara Khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta Ibunda Mustika Baji dan Ayahanda Muhammad Said sebagai orang tua yang senantiasa menuntun dulu hingga kini membesarkan, mendidik dan mengasihi. Juga untuk Rahmat (k’matto) senantiasa memotivasi, Risal, Rina, buat adik Rahayu, Ridho, Anugerah. Tak lupa pula buat kekasih hati Nurfuaidah (Suteki). Terima kasih !

Makassar, 30 Mei 2013

Penulis

(7)

vi

SARI BACAAN

Penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Makassar, Kota Makassar untuk mengetahui posisi benda Arkeologi pada rumah peninggalan berumur puluhan tahun pada tempat tersebut menyisahkan artefak berupa keramik/atau guci yang terpendam bawah permukaan tanah. Untuk mengetahui posisi benda arkeologi dilakukan pemetaan bawah permukaan secara vertikal dan horizontal dengan metode Geolistrik resistivitas 2D konfigurasi yang digunakan adalah Wenner – Schlumberger sehingga hasil efektif diperoleh yang dapat memudahkan pada proses eskavasi. Berdasarkan hasil inversi anomaly yang diperoleh memiliki nilai resistivitas berkisar 32,19 – 52,19 m. Anomali tersebut adalah benda arkeologi berupa keramik, ditemukan dibagian selatan daerah penelitian dengan kedalaman 1,5 meter

Kata Kunci : Resistivitas, Artefak, Inversi.

(8)

vii ABSTRACT

The research was conducted at District of Makassar, Makassar city to determine the position of objects Archaeology at home decades-old relics on the site leaving artifacts in the form of ceramic / or urn is buried below the ground surface. To determine the position of objects of archaeological mapping subsurface vertically and horizontally with 2D resistivity Geoelectric method configuration used is Wenner – Schlumberger so that effective results can be obtained which facilitate the process of excavation. Based on the results obtained by inversion anomaly has resistivity values ranging 32,19 – 52,19 m. The anomaly is archaeological objects such as ceramics, found in the south area of research with a depth of 1.5 meters.

Keywords : Resistivity, Artifacts, Inversion.

(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SARI BACAAN ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

I.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 2

I.3 Tujuan Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Benda Arkeologi ... 3

II.2 Prinsip Dasar Kelistrikan Bumi ... 7

II.3 Metode Geolistrik Tahanan Jenis ... 14

II.4 Hubungan Antara Arkeologi dan Resistivitas Material ... 20

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Peta Lokasi Penelitian ... 23

(10)

ix

III.2 Peralatan ... 23

III.3 Data Pendukung ... 24

III.4 Metode Pengambilan Data ... 24

III.5 Pengolahan Data ... 25

III.6 Interpretasi Data ... 25

III.7 Bagan Alir Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil ... 27

IV.2 Pembahasan ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 39

V.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Berbagai Jenis Keramik (Perdana, 2010) ... 6

Gambar II.2 Medium Homogen Isotropik yang Diinjeksikan Arus Listrik (Hendrajaya, 1990) ... 10

Gambar II.3 Aliran Arus Listrik Suatu Titik pada Permukaan Medium Homogen Isotropik (Telford, 1990) ... 14

Gambar II.4 Cara Pengambilan Data Geolistrik Tahanan Jenis (Hendrajaya, 1990) ... 16

Gambar II.5 Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner – Schlumberger (Hendrajaya, 1990) ... 19

Gambar III.1 Peta Lokasi Penelitian (Palulungan, 2012) ... 23

Gambar IV.1 Penampang Resistivitas pada Lintasan 1 ... 30

Gambar IV.2 Penampang Resistivitas pada Lintasan 2 ... 31

Gambar IV.3 Penampang Resistivitas pada Lintasan 3 ... 32

Gambar IV.4 Penampang Resistivitas pada Lintasan 4 ... 32

Gambar IV.5 Penampang Resistivitas pada Lintasan 5 ... 33

Gambar IV.6 Penampang Resistivitas pada Lintasan 6 ... 34

Gambar IV.7 Profil Lintasan Berpotongan ... 36

Gambar IV.8 Penampang Resistivitas 2D Res2DInv dan 3D RockWorks 14 ... 37

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Nilai Resistivitas Beberapa Mineral (Loke, 2004) ... 21 Tabel II.2 Nilai Resistivitas Batuan dan Mineral (Telford, 1990) ... 22

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Data Hasil Pengukuran

Lampiran 2 Sketsa Lokasi Penelitian Lampiran 3 Foto - foto Lokasi Penelitian

Lampiran 4 Peta Lokasi Penelitian dan Peta Geologi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Studi tentang peninggalan benda Arkeologi tak lepas dari informasi yang ingin diperoleh mengenai perilaku sosial, budaya para leluhur dan/ atau memanfaatkan sisa artefak sebagai barang bernilai komoditi tinggi/atau sejarah untuk mengetahui peradaban. Rumah peninggalan berumur kisaran puluhan tahun pada lokasi penelitian diduga menyisahkan artefak berupa keramik/atau guci yang terpendam bawah permukaan tanah. Minimnya informasi yang telah diperoleh, perihal peninggalan artefak yang terpendam di bawah permukaan tanah merupakan suatu hambatan dalam proses eskavasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran dengan metode pemetaan bawah permukaan di sekitar daerah yang diduga terdapat artefak agar proses penggalian dapat dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan dan diperoleh hasil yang signifikan dan efisien.

Salah satu metode pengukuran untuk mengetahui kondisi bawah permukaan tanah ialah dengan metode geolistrik. Metode geolistrik tahanan jenis yang dikenal juga dengan sebutan metode resistivitas merupakan metode yang bersifat aktif, karena menggunakan gangguan aktif berupa injeksi arus yang dipancarkan ke bawah permukaan bumi yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan benda purbakala.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah konfigurasi wenner – schlumberger yang merupakan resistivitas mapping yang biasa dikenal sebagai profiling (2D). Agar dapat mengindentifikasi

(15)

2

anomali resistivitas material (benda) secara lateral maupun vertikal. Dengan menggunakan metode geolistrik ini diharapkan untuk memperoleh resistivitas yang berkaitan dengan jenis benda purbakala bawah permukaan.

I.2. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini dibatasi pada penyelidikan posisi artefak di Kelurahan Bara- baraya, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, dengan metode geolistrik

menggunakan konfigurasi Wenner - Schlumberger dengan luas daerah eksplorasi 15 m x 12 m.

I.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui anomali resistivitas benda arkeologi bawah permukaan lokasi penelitian.

2. Mengetahui posisi keberadaan benda arkeologi bawah permukaan lokasi penelitian.

(16)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Benda Arkeologi

Menurut Sudrajat,. Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti

"kuna" dan logos, "ilmu". Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis).

Artefak atau artifact merupakan benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah logam, tembikar/gerabah, dan lain-lain.

(DEPDIKBUD, 1993).

II.1.1. Logam

Logam pada umumnya mempunyai angka yang tinggi dalam konduktivitas listrik, konduktivitas termal, sifat luster dan massa jenis. Logam yang mempunyai massa

(17)

4

jenis, tingkat kekerasan, dan titik lebur yang rendah (contohnya logam alkali dan logam alkali tanah) biasanya bersifat sangat reaktif. Jumlah elektron bebas yang tinggi di segala bentuk logam padat menyebabkan logam tidak pernah terlihat transparan. Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak, tembaga dan platina.

Di Indonesia, temuan benda logam dapat diperoleh hampir di seluruh pulau. Pada tahun 1979, tim dari Pusat dan Pengembangan Arkeologi Nasional, yang saat itu masih bernama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, melakukan survei di Kabupaten Jayapura, Provinsi Irian Jaya dan menemukan alat- alat dari bahan perunggu. Alat- alat tersebut berupa kapak, perunggu yang termasuk ke dalam Tipe I A dan IV A (Bintarti, 1983). Penemuan benda logam juga terjadi di Situs Sumbawa besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1976 ini berhasil menemukan nekara perunggu yang berasal dari masa prasejarah (Bintarti, 1983).

Menurut Soegondho (1993), di Pulau Bali bagian barat, sepertinya di Situs Gilimanuk ditemukan benda- benda logam dalam konteks kubur dari zaman prasejarah, khususnya pada masa perundagian (logam). Benda- benda logam tersebut ada berupa tajak dan perhiasan seperti gelang dan anting- anting. Menurut Prasetyo (1994), di Situs Gilimanuk persentase jumlah artefak dari bahan besi lebih sedikit, yaitu 21% daripada artefak dari bahan perunggu, yaitu 50%, sedangkan artefak dari bahan emas hanya ditemukan sebanyak 2%.

(18)

5

Situs dari zaman prasejarah lain juga mengandung temuan logam, adalah Situs Tuban di Jawa Timur. Situs ini mengandung temuan nekara, moko, kapak, dan tombak. Di Jawa Barat, situs yang mengandung temuan logam adalah Situs Pasir Angin dan Situs Anyer. Salah satu benda logam yang ditemukan pada kedua situs ini berupa benda perunggu (Gihardani, 1993). Artefak perunggu dari Situs Pasir Angin, pada umumnya dibuat dengan cara dicetak dengan menggunakan cetakan model setangkup (Suryani, 2004).

Di Jawa Tengah, salah satu situs dari zaman prasejarah yang mengandung temuan logam adalah Situs Plawangan. Di situs ini ditemukan logam berjenis bahan besi, perunggu, dan perhiasan dari logam (Sukendar dan Due Awe, 1981). Situs Plawangan mengandung persentase temuan artefak berbahan besi sebanyak 42%

dan artefak berbahan perunggu sebanyak 42%, sedangkan sisanya yaitu artefak berbahan emas sebanyak 16% (Prasetyo, 1994)

II.1.2. Tembikar/Gerabah

Tembikar adalah keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.

(19)

6

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa prasejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan. tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.

Gambar 2.1. Berbagai jenis keramik (Perdana, 2010)

Artefak dalam arkeologi mengandung pengertian benda (atau bahan alam) yang jelas dibuat oleh (tangan) manusia atau jelas menampakkan (observable) adanya jejak-jejak buatan manusia padanya (bukan benda alamiah semata) melalui teknologi pengurangan maupun teknologi penambahan pada benda alam tersebut.

(20)

7 II.2. Prinsip Dasar Kelistrikan Bumi

Dalam eksplorasi geofisika , metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode yang efektif dan efisien dalam penggunaannya dibidang eksplorasi. Metode geolistrik mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) dari lapisan batuan di dalam bumi sifat tahanan jenis sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.

Menurut Hendrajaya (1990). Dalam suatu materi, baik itu berupa padatan, cairan maupun gas, terjadi interaksi antara satu atom dengan atom lainnya. Interaksi ini menyebabkan beberapa elektron dapat lepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas. Banyak tidaknya elektron bebas ini dalam suatu materi menentukan sifat materi tersebut dalam menghantarkan arus listrik. Makin banyak mengandung elektron bebas yang terdapat di dalamnya maka makin mudah materi tersebut menghantarkan arus listrik. Materi yang banyak mengandung elektron bebas disebut konduktor, dan yang tidak mengandung elektron bebas disebut isolator, sedangkan yang sedikit mengandung elektron bebas disebut semikonduktor.

Batuan merupakan suatu jenis materi sehingga batuanpun mempunyai sifat-sifat kelistrikan. Sifat listrik batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidaksetimbangan, atau arus listrik yang sengaja dimasukkan ke dalamnya.

(21)

8 II.2.1. Konduktivitas Listrik Batuan

Menurut Hendrajaya (1990). Pada batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan tersebut, maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :

1. Konduksi elektronik

Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam batuan/mineral. Hal ini terjadi, jika batuan/mineral tersebut mempunyai banyak elektron bebas. Akibatnya arus listrik mudah mengalir pada batuan tersebut. Sebagai contoh, batuan yang banyak mengandung logam.

2. Konduksi elektrolitik

Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan/mineral yang bersifat porus dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini arus listrik mengalir akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi seperti ini lebih lambat daripada konduksi elektronik.

3. Konduksi dielektrik

Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit bahkan tidak ada sama sekali.

Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron- elektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan intinya, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat bergantung pada konstanta dielektrik batuan yang bersangkutan.

(22)

9 II.2.2. Potensial Listrik Pada Bumi

Menurut Hendrajaya (1990). Potensial listrik alam atau potensial diri disebabkan karena terjadinya kegiatan elektrokimia mekanik. Faktor pengontrol dari semua kejadian ini adalah air tanah. Potensial ini berasosiasi dengan pelapukan mineral pada bodi sulfida, perbedaan sifat batuan (kandungan mineral) pada kontak geologi, kegiatan biolektrik dari materi organik korosi, gradien termal dan gradien tekanan. Potensial alam ini dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

1. Potensial elektrokinetik

Potensial ini disebabkan bila suatu larutan bergerak melalui suatu pipa kapiler atau medium yang berpori.

2. Potensial diffusi

Potensial ini disebabkan bila terjadi perbedaan mobilitas dari ion dalam larutan yang mempunyai konsentrasi berbeda.

3. Potensial Nerust

Potensial ini timbul bila suatu elektroda dimasukkan ke dalam larutan homogen.

4. Potensial mineralisasi

Potensial ini timbul bila dua elektroda logam dimasukkan kedalam larutan homogen.

Harga potensial ini paling besar harganya bila dibandingkan dengan jenis potensial lainnya. Biasanya potensial ini timbul pada zona yang mengandung banyak sulfida, graphite dan magnetik.

(23)

10

Apabila suatu sumber arus, mengalirkan arus ke bawah permukaan bumi, maka aliran arus tersebut akan membentuk medan-medan ekipotensial. Dan apabila mediumnya bersifat homogen isotropik, maka medium ekipotensialnya akan berbentuk bola. Bila sumber arus berada di permukaan medium, maka medan ekipotensialnya menjadi setengah bola seperti pada gambar berikut :

Andaikan arus mengalir 𝑑𝐼, maka rapat arus yang menembus elemen permukaan 𝑑𝐴 adalah :

𝑑𝐼= 𝐽 . 𝑑𝐴 (II.1)

𝐸 = -∇𝑉 (II.2)

Dimana 𝑉 adalah potensial di setiap posisi garis arus yang bersangkutan (volt).

Hubungan rapat arus (𝐽 ) dan medan listrik (𝐸 ) yang ditimbulkan dapat dihubungkan dengan hukum Ohm :

J

q

A dA

V

Gambar 2.2. Medium homogen isotropik yang di injeksikan arus listrik (Hendrajaya,1990)

(24)

11

𝐽 = 𝜍 𝐸 (II.3)

Dimana 𝜍 adalah konduktivitas medium (1 𝑚 atau mho). Sehingga,

𝐽 = -𝜍 ∇𝑉 (II.4)

Jika diasumsikan bahwa di dalam muatan yang dilingkupi oleh permukaan 𝑑𝐴 tidak terdapat sumber arus maka diperoleh :

𝐽 .𝐴 𝑑𝐴 = 0 (II.5)

Menurut teorema Gauss, integral volume dari divergensi rapat arus yang keluar dari volume yang dilingkupi permukaan (𝐴). Sehingga berlaku :

∇.0 𝐽 . 𝑑𝑉 = 0 (II.6)

Jika 𝑉 suatu volume tak terbatas yang meliputi suatu titik tertentu, diperoleh :

∇. 𝐽 = ∇. (𝜍∇𝑉) = 0 atau

∇ 𝜍. ∇ 𝑉 + 𝜍∇2𝑉 = 0 (II.7)

Jika konduktivitas listrik medium (𝜍) konstan maka suku pertama pada bagian kiri persamaan (II.7) berharga nol, sehingga :

2𝑉 = 0 (II.8)

Apabila arus listrik di injeksikan ke dalam bumi yang homogen isotropik melalui sebuah elektroda di permukaan pada suatu titik 𝑃, maka arus tersebut akan keluar

(25)

12

secara radial dari titik arus dan potensial di suatu titik yang berjarak 𝑟 dari titik 𝑃, sehingga medan medan elektro potensial berbentuk bola. Persamaan Laplace yang berhubungan dengan kondisi ini dituliskan dalam koordinat bola :

𝑟12 𝜕𝑟𝜕 𝑟2 𝜕𝑉𝜕𝑟

+

𝑟2 𝑠𝑖𝑛1 2 𝜃𝜕𝜃𝜕 sin 𝜃 𝜕𝑉𝜕𝜃

+

𝑟2 𝑠𝑖𝑛1 2𝜃𝜕𝜕⏀22𝑉

=

0 (II.9)

Dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropik, maka bumi mempunyai simetri bola dan struktur, sehingga potensial (𝑉) di suatu titik hanya merupakan fungsi r saja, 𝑉 = 𝑉(𝑟) , sehingga persamaan (II.9) di tuliskan :

1 𝑟2

𝜕

𝜕𝑟

𝑟

2 𝜕𝑉

𝜕𝑟 = 0 atau

2 𝑟

𝑑𝑉

𝑑𝑟 + 𝑑2𝑉

𝑑𝑟2 = 0 (II.10)

Persamaan (II.10) di integralkan akan diperoleh :

𝑑𝑉 𝑑𝑟

=

𝐶1

𝑟2

(II.11)

Menurut Hendrajaya (1990). Apabila persamaan (II.11) akan diperoleh :

V(r) = −𝐶𝑟1+ 𝑐2 (II.12)

Dengan 𝑐1, 𝑐2 sama dengan konstanta.

Menurut Hendrajaya (1990). Jika syarat batas potensial yaitu pada jarak yang jauh dari titik sumber (𝑟 → ∞), potensial (V) berharga nol, maka 𝑐2 = 0 sehingga persamaan berubah menjadi :

(26)

13

𝑉 =

𝐶𝑟1

(II.13)

Berdasarkan persamaan (II.13) dapat diterapkan pada kasus di bawah ini :

Apabila sumber arus berada di dalam bumi, maka ekuipotensialnya berbentuk bola.

𝑐1 = - 4𝜋𝑟𝐼

Sehingga pers. II.13 menjadi :

𝑉(𝑟) = 4𝜋 𝑟𝐼 𝜌 (11.14)

dimana : 𝜌 = 1𝜍

Apabila kasus sumber arus di permukaan bumi ekuipotensialnya berbentuk setengah bola, sehingga pers. II.14 menjadi :

𝑉(𝑟) = 2𝜋𝑟𝐼𝜌 (II.15)

atau

𝜌 = 2𝜋𝑟 𝑉𝐼 (II.16)

Dengan :

𝑉 = Potensial listrik (Volt) 𝜌 = Resistivitas (Ohmmeter) 𝐼 = Arus (Ampere)

(27)

14

Gambar 2.3. Aliran arus listrik suatu titik pada permukaan medium homogen isotropik (Telford, 1990)

II.3. Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Menurut Hendrajaya (1990). Metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode yang mempelajari sifat tahanan jenis (resistivity) dari lapisan batuan di dalam bumi. Metode ini merupakan metode yang bersifat aktif dengan mengalirkan arus listrik ke dalam lapisan bumi melalui dua elektroda arus, sedangkan potensialnya diukur melalui dua buah elektroda potensial, pada metode geolistrik tahanan jenis disebut sebagai konfigurasi elektroda.

Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

1. Metode Resistivitas Mapping

Merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan bumi secara horizontal. Oleh

Bidang Equipotensial

Aliran Arus Listrik Permukaan Titik

(28)

15

karena itu, pada metode ini mempergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan di permukaan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur isoresistivitasnya.

2. Metode Resistivitas Sounding/Drilling

Metode resistivitas sounding juga biasa dikenal sebagai resistivitas drilling, resistivitas probing dan lain-lain. Hal ini terjadi karena pada

metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal.

Menurut Hendrajaya (1990). Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan

jarak elektroda-elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda kecil membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak lektroda tersebut maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki.

Menurut Hendrajaya (1990). Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai alat geolistrik yang memadai.

Dalam hal ini, alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar atau kalau tidak, alat tersebut harus sensitif dalam mendeteksi beda potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.

(29)

16

II.3.1. Cara Pengambilan Data Geolistrik Tahanan Jenis

Menurut Hendrajaya (1990). Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) metode yang biasa digunakan pada pengukuran resistivitas secara umum yaitu, dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda potensial (P1 dan P2), seperti pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Cara pengambilan data geolistrik tahanan jenis (Hendrajaya, 1990)

Dengan :

r1 = jarak dari titik P1 ke sumber arus positif (C1) r2 = jarak dari titik P1 ke sumber arus negatif (C2) r3 = jarak dari titik P2 ke sumber arus positif (C1) r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif (C2)

C

1

P

1

r2

r1

r3

P

2

C

2

r4

I

V

(30)

17

Pada pengukuran metode geolistrik hambatan jenis yang diukur adalah selisih potensial antara dua elektroda potensial dari kedua elektroda arus, sehingga :

∆V = Vp1 – Vp2 (II.17)

= 2𝜋𝜌𝐼 𝑟11

𝑟21

2𝜋𝜌𝐼 𝑟31

𝑟41

=

𝜌𝐼

2𝜋 1

𝑟1𝑟21𝑟31 +𝑟41 𝜌

=

1 2𝜋

𝑟1𝑟21𝑟31+𝑟41

∆𝑉

𝐼

(II.18)

Karena resistivitas yang diperoleh adalah resistivitas semu, maka pers. II.18 menjadi :

𝜌 = 𝐾(∆𝑉𝐼 ) (II.19)

𝐾

=

1 2𝜋

𝑟1𝑟21 𝑟31+𝑟41 (II.20)

Dengan :

𝜌a adalah resistivitas semu

𝐾 adalah faktor geometri yang tergantung oleh penempatan elektroda dipermukaan (Hendrajaya, 1990).

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektrodanya, terdapat berbagai jenis konfigurasi pengukuran yang sering digunakan, diantaranya konfigurasi Wenner, Schlumberger, Dipole-dipole dan lain-lain. Masing-masing konfigurasi ini memilki karakteristik tersendiri, sehingga setiap konfigurasi memilki kelebihan dan kekurangan. Setiap konfigurasi tersebut memilki faktor geometri yang

(31)

18

berbeda-beda, dimana faktor geometri ini akan digunakan dalam perhitungan hasil pengukuran.

II.3.2. Konfigurasi Elektroda

Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus listrik dialirkan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian, besarnya potensial yang disebabkannya diukur dipermukaan bumi melalui dua buah elektroda potensial. Besarnya beda potensial diantara kedua elektroda potensial tersebut selain tergantung pada besarnya arus yang dialirkan kedalam bumi, juga tergantung pada letak kedua elektroda potensial tersebut terhadap letak kedua elektroda arus. Dalam hal ini tercakup juga pengaruh keadaan batuan yang dilewati arus listrik tersebut.

Terdapat berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan keempat elektroda di permukan bumi. Aturan- aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam istilah geofisika sering dinamai sebagai konfigurasi elektroda.

Konfigurasi elektroda yang umum digunakan dalam eksplorasi antara lain : Wenner, Dipole – dipole, Schlumberger atau Wenner – Schlumberger.

Konfigurasi Wenner adalah konfigurasi yang secara penempatan elektroda baik elektroda arus dan elektroda potensial diletakkan secara simetris. Diketahui bahwa jarak spasi antara elektroda arus ialah 3a dan jarak spasi antara elektroda potensial ialah a.

Konfigurasi Dipole – dipole adalah konfigurasi secara penempatan elektroda baik elektroda arus dan elektroda potensial diletakkan secara asimetri. Diketahui bahwa elektroda potensial diletakkan diluar elektroda arus dan memiliki jarak

(32)

19

spasi antara elektroda arus ialah a, jarak spasi antara elektroda potensial a dan jarak spasi antara elektroda arus dan potensial ialah (na), (na+a), (na+2a).

Pengaturan letak elektroda setiap konfigurasi tersebut ada yang sama urutan elektrodanya, namun masing-masing memiliki kekhasan tersendiri. Konfigurasi Wenner - Schlumberger merupakan perpaduan antara konfigurasi Wenner dengan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Schlumberger 2D memiliki sedikit keunggulan dari konfigurasi wenner dalam penggambaran ketidakhomogenan secara horizontal (Loke tutorial. Hal 41). Untuk aturan elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih lebar daripada spasi elektroda potensial, seperti terlihat pada gambar 2.5. Pada gambar ini dapat diketahui bahwa jarak spasi antar elektroda arus ialah 2na+a, dan jarak spasi antar elektroda potensial ialah a, sehingga memiliki faktor geometri :

Ks = πan(n+1) (II.21)

Gambar 2.5. Susunan elektroda konfigurasi Wenner - Schlumberger (Hendrajaya, 1990)

P

2

P

1

C

2

C

1

I

V

a na

na

(33)

20

II.4. Hubungan Antara Arkeologi dan Resistivitas Material

Survai metode resistivitas memberikan gambaran distribusi resistivitas bawah permukaan. Untuk mengkoversi gambaran resistivitas bawah permukaan membutuhkan sebuah pengetahuan untuk membedakan tipe dari material bawah permukaan dan kenampakan anomali benda arkeologi berdasarkan nilai resistivitas material sangat dibutuhkan.

Resistivitas material tergantung dari bahan penyusun benda arkeologi dan besarnya persentase kandungan fluida yang menjenuhi benda arkeologi.

Bagaimanapun nilai dari beberapa material biasanya overlap. Hal ini disebabkan karena resistivitas material dipengaruhi oleh kondisi lokasi pengukuran. (Arunita MG, 2009)

(34)

21 Tabel 2.1. Nilai resistivitas beberapa mineral

Sumber : Loke, 2004

(35)

22 Tabel 2.2. Nilai resistivitas batuan dan mineral

Rocks Type Resistivity range (Ωm)

Granite porphyry Feldspar porphyry Syenite

Diorite porphyry Porphyrite

Carbonatized porphyry Quartz diorite

Porphyry (various) Dacite

Andesite

Diabase (various) Lavas

Gabbro Basalt

Olivine norite Peridotite Hornfels

Schists (calcareous and mica) Tuffs

Graphyte schist Slate (various) Gneiss (various) Marble

Skarn

Quartzites (various) Consolidated shales Argilites

Conglomerates Sandstones Limestones Dolomite

Unconsolidated wet clay Marls

Clays Oil sands

Surface water (ign.rocks) Surface water (sediments) Soil waters

Natural waters(ign. rocks) Natural waters (sediments) Sea water

4.5x103(wet)- 1.3x106(dry) 4x103 (wet)

102- 106

1.9x103(wet)- 2.8x104(dry) 10- 5x104(wet)- 3.3x103(dry) 2.5x103(wet)- 6x104(dry)

2x104- 2x106(wet)- 1.8x105 (dry) 60- 104

2x104 (wet)

4.5x104(wet)- 1.7x102 (dry) 20- 5x107

102- 5x104 103- 106

10-1.3x107 (dry) 103- 6x104 (wet)

3x103(wet)- 6.5x103 (dry) 8x103(wet)- 6x107 (dry) 20- 104

2x103(wet)- 105 (dry) 10- 102

6x102- 4x107

6.8x104(wet)- 3x106 (dry) 102- 2.5x108 (dry)

2.5x102 (wet)- 2.5x108 (dry) 10- 2x108

20- 2x103 10- 8x102 2x103- 104 1- 6.4x108 50- 107

3.5x102- 5x103 20

3- 70 1- 100 4- 800 0.1- 3x103 10- 100 100 0.5- 150 1- 100 0.2 Sumber : Telford, 1990

(36)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Peta lokasi penelitian

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Bara-baraya, Kecamatan Makassar, Makassar, Sulawesi Selatan.

Gambar III.1. Peta lokasi penelitian di Kota Makassar (Palulungan, 2012).

III.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. 1 unit alat ukur tahanan jenis S-Field Multichannel

2. Laptop 3. Palu

(37)

24 4. Elektroda

5. Aki Kering 6. Kabel 7. Meteran

III.3. Data Pendukung

1. Peta geologi Ujung pandang, Benteng dan Sinjai.

2. Denah lokasi penelitian.

3. Sketsa lintasan pengukuran.

III.4. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner - Schlumberger dan ada beberapa tahapan yang dilakukan sebelum pengambilan data tersebut.

 Survei lokasi/lapangan. Tahapan ini dilakukan sebagai landasan untuk mengetahui kondisi objektif daerah/lokasi/lapangan pengukuran.

 Penentuan arah lintasan elektroda sebagai landasan untuk mengkaver sekitar daerah yang diduga terdapat benda arkeologi.

 Penentuan jarak spasi antar elektroda C1, C2 dan P1, P2 sesuai dengan panjang bentangan.

 Menghubungkan peralatan alat geolistrik dan memasuki sistem pengaturan program geores untuk menentukan jenis konfigurasi yang telah ditentukan yaitu Wenner - Schlumberger. Tahapan ini dilakukan untuk persiapan pengukuran.

(38)

25 III.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menghitung faktor geometri dari konfigurasi Schlumberger untuk menghilangkan pengaruh letak elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda arus. Setelah diperoleh hasil faktor geometri dari konfigurasi Wenner - Schlumberger kemudian menghitung resistivitas semu dan menginversi dengan program Res2DInv untuk memperoleh penampang 2D.

III.6. Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan pendekatan parameter nilai-nilai resistivitas material (benda) dari penampang 2D hasil Res2DInv, dan 3D hasil RockWorks 14. Sehingga dapat diestimasi posisi target.

(39)

26 III.7. Bagan Alir Penelitian

Selesai Mulai

Estimasi Posisi Target Penentuan Konfigurasi

Survei Lapangan Penentuan Arah &

Panjang Bentangan

Pengambilan Data Wenner - Schlumberger

Perhitungan Faktor Geometri Injeksi Arus

I(A)

Penampang 2D

Pengukuran Beda Potensial ∆𝑉(V)

Inversi Perhitungan Resistivitas Semu (ρα)

Analisis Anomali Resistivitas

(40)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Pengukuran Resistivitas

Hasil pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan metode resistivitas konfigurasi Wenner - Sclumberger didapatkan 6 (enam) lintasan. Setiap lintasan memiliki panjang bentangan 16 m dengan spasi terkecil 1 m. Empat lintasan mengarah Utara – Selatan dan 2 lintasan mengarah Timur – Barat. Data yang diperoleh setelah perhitungan resistivitas semu untuk masing-masing lintasan ditampilkan seperti tabel IV.1.

Tabel IV.1. Hasil Pengukuran Resistivitas Schlumberger Nama Lintasan.

1 Spasi Terkecil.

7 Jenis Konfigurasi.

46 Jumlah Tititk Datum.

0 Elektroda Pertama.

0 Nilai Patok Untuk Resistivitas.

Ket.

elektroda Spasi(a) n

𝜌1 (Ohm.m)

𝜌2 (Ohm.m)

𝜌3 (Ohm.m)

𝜌4 (Ohm.m)

𝜌5 (Ohm.m)

𝜌6 (Ohm.m) 0 1 1 30.8923 34.2347 25.9743 30.2573 15.4716 26.5162 1 1 1 20.8094 19.3683 26.6315 24.4987 25.3633 23.242

2 1 1 20.0831 18.838 26.7756 28.4991 26.8505 30.436

3 1 1 20.5616 23.2708 19.4606 20.6942 21.4435 20.7115

4 1 1 19.4606 21.1611 29.652 28.7239 23.2708 29.433

5 1 1 18.0944 15.6561 12.5433 22.5503 25.542 23.6974

6 1 1 21.3513 21.6453 25.1327 28.3435 24.3273 29.4791 7 1 1 20.1292 24.2162 23.2881 18.0327 23.9389 22.2621

(41)

28

8 1 1 23.0576 25.8706 16.9127 24.6187 25.5708 27.5768 9 1 1 21.5012 18.3365 24.4237 19.8491 21.8312 25.2423 10 1 1 33.7505 30.4302 25.9455 23.7276 22.808 29.4567

11 1 1 17.3796 15.633 28.1772 27.646 28.103 28.6399

12 1 1 30.1535 29.6808 20.5558 23.065 24.7729 28.48

0 1 2 22.0834 18.4518 34.4826 31.2217 34.2376 30.3649

1 1 2 17.3969 16.2037 17.4787 8.945 17.8214 29.7309

2 1 2 20.0601 24.9022 25.7039 18.5068 27.5718 20.0601

3 1 2 20.9074 23.3112 22.8936 7.1114 23.3392 25.8582

4 1 2 19.23 14.6992 26.1837 27.1776 26.4236 27.726

5 1 2 20.0947 17.7428 11.0356 20.6831 27.0919 27.6232

7 1 2 5.7932 20.5616 15.2853 16.7932 22.6537 25.5154

8 1 2 22.3947 18.4864 27.1091 22.808 31.8729 25.7382

9 1 2 24.4871 36.0908 27.726 5.0894 22.0026 21.1286

10 1 2 30.6435 17.9849 29.9194 29.868 26.0124 31.4273

0 1 3 18.6766 18.4345 19.8434 26.5607 23.065 32.9696

1 1 3 20.2676 26.9082 27.3147 23.3049 22.2767 24.196

2 1 3 23.5533 22.654 16.7932 20.5631 24.4016 26.2866

3 1 3 21.5473 14.63 27.8631 22.9965 24.8814 20.2204

4 1 3 14.8721 20.7518 21.8312 15.0796 22.9622 28.4114

5 1 3 19.4029 23.7262 23.065 28.6513 22.5852 22.3453

6 1 3 16.5323 20.233 22.0026 23.4763 22.8251 25.841

7 1 3 24.245 7.2285 24.95 23.4763 22.2767 32.2156

8 1 3 25.3518 25.6515 19.5921 22.8479 23.3049 11.8924 1 1 4 27.9458 23.8646 27.3033 29.4738 24.5615 7.3113

2 1 4 22.0776 20.233 19.8777 22.2767 13.5374 17.136

3 1 4 22.3658 14.9874 25.1327 24.1046 17.7072 22.8479

4 1 4 20.8094 21.9623 17.136 10.8528 26.7892 25.0756

5 1 4 8.6466 17.0626 20.8487 8.9107 24.3331 17.7072

(42)

29

6 1 4 23.5187 35.451 17.8214 24.1617 58.9477 23.6476

0 1 5 23.2305 17.8214 38.2989 56.3773 14.4799 27.2462

2 1 5 67.2704 19.9634 19.7064 17.136 17.9928 62.2035

3 1 5 17.812 16.4505 18.6782 12.852 24.3331 23.9903

4 1 5 17.3796 9.6842 19.9634 7.3685 16.7932 16.2792

0 1 6 19.1089 14.7541 14.0343 14.3942 20.2718 23.4763

1 1 6 9.6842 18.3999 19.1923 12.7149 16.7932 21.5913

2 1 6 15.4947 11.9438 17.1531 18.2327 21.1115 20.2718

0 1 7 15.6157 17.5929 15.6737 14.3942

12.428 24.4701

(43)

30 IV.2. Pembahasan

IV.2.1. Analisis Anomali Resistivitas IV.2.1.1. Lintasan 1

Hasil perhitungan resistivitas semu lintasan 1 diinversi dengan program Res2DInv. Keluaran program tersebut berupa penampang resistivitas 2 dimensi, yang dapat dilihat pada gambar IV.1.

Gambar IV.1. Penampang resistivitas pada lintasan 1

Gambar IV. 1 di atas memperlihatkan variasi nilai resistivitas dan kedalaman datum setiap level (n) yang berbeda. Nilai resistivitas pada lintasan ini bervariasi dari 2,12 Ωm hingga 207 Ωm dengan kedalaman penetrasi sekitar 2,69 m.

Penampang 2D tersebut memperlihatkan kontras resistivitas yang tidak merata.

Hal ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan tidak homogen, pada posisi patok/ atau elektroda 6,00 sampai 8.5 meter dari patok/atau elektroda awal (pertama) di kedalaman 1 meter dari permukaan tanah terdapat nilai resistivitas yang rendah dibandingkan sekitarnya. Daerah tersebut merupakan anomali yang diduga sebagai air permukaan.

(44)

31 IV.2.1.2. Lintasan 2

Hasil perhitungan resistivitas semu lintasan 1 diinversi dengan program Res2DInv. Keluaran program tersebut berupa penampang resistivitas 2 dimensi, yang dapat dilihat pada gambar IV.2.

Gambar IV.2. Penampang resistivitas pada lintasan 2

Gambar IV. 2 di atas memperlihatkan variasi nilai resistivitas dan kedalaman datum setiap level (n) yang berbeda. Nilai resistivitas pada lintasan ini bervariasi dari 2,12 Ωm hingga 207 Ωm dengan kedalaman penetrasi sekitar 2,69 m.

Penampang 2D tersebut memperlihatkan kontras resistivitas tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan tidak homogen. Berdasarkan peta geologi lembar Ujungpandang dan tabel nilai resistivitas batuan pada penampang 2D lintasan 2 diduga merupakan batuan Clay, Sand, dan Limestone yang saling berasosiasi. Untuk lintasan 2 di atas diduga tidak terdapat anomali benda arkeologi.

IV.2.1.3. Lintasan 3

Hasil perhitungan resistivitas semu lintasan 1 diinversi dengan program Res2DInv. Keluaran program tersebut berupa penampang resistivitas 2 dimensi, yang dapat dilihat pada gambar IV.3.

Clay, sand, limestone Clay & sand

(45)

32

Gambar IV.3. Penampang resistivitas pada lintasan 3

Gambar IV. 3 di atas memperlihatkan variasi nilai resistivitas dan kedalaman datum setiap level (n) yang berbeda. Nilai resistivitas pada lintasan ini bervariasi dari 2,12 Ωm hingga 207 Ωm dengan kedalaman penetrasi sekitar 2,69 m.

Penampang 2D tersebut memperlihatkan kontras resistivitas tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan tidak homogen. Berdasarkan peta geologi lembar Ujungpandang dan tabel nilai resistivitas batuan pada penampang 2D lintasan 2 diduga merupakan batuan Clay, Sand, Limestone yang saling berasosiasi. Pada posisi patok/ atau elektroda 5 hingga 6 dengan penetrasi sekitar 2 m diduga terdapat anomali resistivitas benda arkeologi.

IV.2.1.4. Lintasan 4

Hasil perhitungan resistivitas semu lintasan 1 diinversi dengan program Res2DInv. Keluaran program tersebut berupa penampang resistivitas 2 dimensi, yang dapat dilihat pada gambar IV.4.

Gambar IV.4. Penampang resistivitas pada lintasan 4

Clay, Sand, limestone Clay, Sand, limestone

Clay & Sand

(46)

33

Gambar IV. 4 di atas memperlihatkan variasi nilai resistivitas dan kedalaman datum setiap level (n) yang berbeda. Nilai resistivitas pada lintasan ini bervariasi dari 2,12 Ωm hingga 207 Ωm dengan kedalaman penetrasi sekitar 2,69 m.

Penampang 2D tersebut memperlihatkan kontras resistivitas tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan tidak homogen. Berdasarkan peta geologi lembar Ujungpandang dan tabel nilai resistivitas batuan pada penampang 2D lintasan 2 diduga merupakan batuan batuan Clay, Sand, Limestone yang saling berasosiasi. Pada posisi patok/ atau elektroda 3 hingga 4 dengan penetrasi 1,3 m dan patok / atau elektroda 6 hingga 7 dengan penetrasi 2 m hingga 2,5 m terdapat nilai resistivitas rendah dari sekitarnya diduga anomali air permukaan. Pada patok/

atau elektroda 8 hingga 9 dengan penetrasi 1,3 m dan patok / atau elektroda 10 hingga 11 dengan penetrasi 1,3 m terdapat nilai resistivitas tinggi dari sekitarnya diduga anomali benda arkeologi.

IV.2.1.5. Lintasan 5

Hasil perhitungan resistivitas semu lintasan 1 diinversi dengan program Res2DInv. Keluaran program tersebut berupa penampang resistivitas 2 dimensi, yang dapat dilihat pada gambar IV.5.

Gambar IV.5. Penampang resistivitas pada lintasan 5

(47)

34

Gambar IV. 5 di atas memperlihatkan variasi nilai resistivitas dan kedalaman datum setiap level (n) yang berbeda. Nilai resistivitas pada lintasan ini bervariasi dari 2,12 Ωm hingga 207 Ωm dengan kedalaman penetrasi sekitar 2,69 m.

Penampang 2D tersebut memperlihatkan kontras resistivitas tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan tidak homogen. Berdasarkan peta geologi lembar Ujungpandang dan tabel nilai resistivitas batuan pada penampang 2D lintasan 2 diduga merupakan batuan Clay, Sand, Limestone yang saling berasosiasi. Pada posisi patok/ atau elektroda 5 hingga 6 dan patok 10 hingga 11 dengan masing – masing penetrasi 1,5 m terdapat anomali resistivitas besar dari sekitarnya diduga benda arkeologi.

IV.2.1.6. Lintasan 6

Hasil perhitungan resistivitas semu lintasan 1 diinversi dengan program Res2DInv. Keluaran program tersebut berupa penampang resistivitas 2 dimensi, yang dapat dilihat pada gambar IV.6.

Gambar IV.6. Penampang resistivitas pada lintasan 6

Gambar IV. 6 di atas memperlihatkan variasi nilai resistivitas dan kedalaman datum setiap level (n) yang berbeda. Nilai resistivitas pada lintasan ini bervariasi dari 2,12 Ωm hingga 207 Ωm dengan kedalaman penetrasi sekitar 2,69 m.

(48)

35

Penampang 2D tersebut memperlihatkan kontras resistivitas tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah permukaan tidak homogen. Berdasarkan peta geologi lembar Ujungpandang dan tabel nilai resistivitas batuan pada penampang 2D lintasan 2 diduga merupakan batuan Clay, Sand, Limestone yang saling berasosiasi. Pada posisi patok/ atau elektroda 5 hingga 7 dan patok 10 hingga 11 terdapat anomali resistivitas besar diduga anomali benda arkeologi. Pada patok/

atau elektroda 8 hingga 9 terdapat pula anomali resistivitas rendah diduga air permukaan.

(49)

36 IV.2.2. Estimasi Posisi Target

Profil ini dibuat untuk memudahkan interpretasi dari pseudosection lintasan 1- 6, dengan menyamakan skala resistivitas pada setiap lintasan, sehingga didapatkan pseudosection nilai true resistivity yang sama.

Gambar IV.7. Profil lintasan berpotongan

Kemudian dari hasil Gambar IV.7 di interpretasikan menggunakan isosurface untuk mengfokuskan jenis anomali resistivitas benda arkeologi yang terdapat pada arah lintasan yang sejajar/atau sama dengan menggabungkan dari empat (4) lintasan sehingga dapat diestimasikan posisi target benda Arkeologi. Dapat dilihat pada gambar VI.8.

(50)

37

Gambar IV.8. Penampang resistivitas 2 dimensi Res2DInv & 3 dimensi RockWorks 14 (a) Penampang 3D pada resistivitas rendah

(b). Penampang 2D lintasan 3

(c). Penampang 2D lintasan 6

(d). Penampang 3D resistivitas tinggi

(51)

38

Berdasarkan gambar VI.8 penampang resistivitas 2D Res2DInv pada lintasan 3 dan 6 menggambarkan adanya anomali- anomali resistivitas diduga benda arkeologi yang terdapat pada lokasi penyelidikan, pada gambar penampang resistivitas 2 dimensi lintasan 3 dan lintasan 6 terdapat anomali pada posisi kiri dan kanan. Jika berdasarkan gambar VI.8 penampang resistivitas 3 dimensi RockWorks 14 dengan menggabungkan dari lintasan 3, 4, 5, dan 6 untuk mengidentifikasi yang memiliki dimensi dan nilai anomali- anomali resistivitas yang sangat besar hanya terdapat pada posisi kiri. Nilai resistivitas pada anomali tersebut lebih besar dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Dimensi kontras dari anomali tersebut lebih besar dan nilai resistivitas yang besar sekitar 32.19- 52.19 Ωm diduga benda arkeologi berupa keramik/ guci.

(52)

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahaan data serta pencocokan penampang 2 dimensi dan 3 dimensi, maka dapat disimpulkan :

1. Identifikasi benda arkeologi berdasarkan hasil inversi program Res2DInv dan RockWorks 14 terdapat anomali resistivitas yang besar pada lintasan 3, 4, 5, dan 6. Memiliki kisaran resistivitas 32.19- 52.19 Ohm.m yang diduga benda arkeologi berupa keramik/ guci.

2. Anomali resistivitas diduga benda arkeologi berupa keramik/ guci terletak pada posisi kiri intasan dengan kedalaman sekitar 1.5 m.

V.2. Saran

 Sebaiknya pada pengukuran yang berkenaan dengan obyek benda arkeologi disertai data informasi yang termasuk dalam kawasan peninggalan situs.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arunita MG, Andi Dini. 2009. Eksplorasi Pasir Besi dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Studi Kasus : Muara Sungai Bua Kab. Sinjai), UNHAS, Makassar.

Bintarti, D.D, 1993. Hasil Penelitian Benda- benda Perunggu dan Besi di Indonesia, dalam Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta.

DEPDIKBUD, 1993. Benda-Benda Arkeologi, Museum ”La Galigo”, Makassar.

Gihardani, G.M, 1993. Temuan Benda- benda Logam Masa Prasejarah di Indonesia, dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta.

Hendrajaya L, 1990. Metode Geolistrik Tahanan Jenis, ITB, Bandung.

Loke, M.H, 2004. Tutorial 2D and 3D Electrical Imaging Surveys, Birmingham University, England.

Palullungan, F.E, Penentuan Profil Ketebalan Sedimen Menggunakan Pengukuran Mikrotremor (Studi kasus Makassar dan sekitarnya), UNHAS, Makassar.

Prasetyo, B, 1994/1995. Berita Penelitian Arkeologi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta.

Perdana, A, 2010. Museum La Galigo, FIB UI, Jakarta.

Soegondho, 1993. Benda Logam dalam Kubur Prasejarah; Pengaruh Metalurgi pada Religi, dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV, Pusat Penelitian arkeologi Nasional, hal. 197-205, Jakarta.

Sudrajat. Membaca Masa Lalu Indonesia (Diktat Prasejarah Indonesia), UNY, Yogyakarta.

Sukendar, 1981. Berita Penelitian Arkeologi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta.

(54)

Suryani, 2004. Artefak Perunggu Situs Pasir Angin; Analisis komposisi Unsur, FIB, UI, Jakarta

Telford, W.M, 1990. Applied Geophysics_Second Edition, Cambridge University Press, Australia.

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

LAMPIRAN 2

1. Denah lokasi penelitian

2. Sketsa lintasan pengukuran

U

(62)

LAMPIRAN 3

1. Gambar. Rumah Lokasi Pengukuran

2. Gambar. Koneksi Alat & Proses Pengambilan Data

(63)

3. Gambar. Lintasan Elektroda

4. Gambar. Keramik/atau Guci

(64)

LAMPIRAN 4

1. Peta lokasi pengukuran

(65)

2. Peta geologi Ujung pandang, Benteng dan Sinjai Sulawesi Selatan

(66)

Gambar

Gambar 2.1. Berbagai jenis keramik (Perdana, 2010)
Gambar 2.2. Medium homogen isotropik yang di injeksikan arus listrik                (Hendrajaya,1990)
Gambar 2.3. Aliran arus listrik suatu titik pada permukaan medium homogen isotropik    (Telford, 1990)
Gambar 2.4. Cara pengambilan data geolistrik tahanan jenis (Hendrajaya, 1990)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, teknik, evaluasi, tindak lanjut, dan implikasinya pengelolaan SDM Di SMA Negeri 5 Mataram.

Peserta Pandu Penuntun yang dimaksud adalah Pandu HW Penuntun yang memenuhi persyaratan dan terdaftar sebagai peserta Hizbul Wathan Scout Virtual Got Talens Kwarwil Jawa

Penunman tiang pancang sedalam 20 em sehingga stmktur menjadi miring, maka untuk menglzindari kemsakan yang lebih fatal diperlukan langkah perbaikan

Ditinjau dari aspek uji kualitas fisik dan kualitas organoleptik perendaman ekstrak kulit nanas pada daging bebek afkir tidak terjadi interaksi yang nyata (P<0,05)

Saran dalam penelitian ini diharapkan di setiap puskesmas wilayah kerja dinas kesehatan Kabupaten Banjarnegara dapat diadakan kegiatan kelas ibu balita sehingga ibu yang

Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat aspek pertumbuhan dan reproduksi ikan Nilem, didapatkan bahwa ukuran ikan Nilem yang tertangkap di perairan Rawa Pening

Berdasarkan data yang telah ditemukan berkaitan pada aspek yang pertama, ‘berpegang teguh pada ajaran agama dan percaya kepada Tuhan (ngandel)’, nilai-nilai

11 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan serta mengetahui perbedaan kadar