PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI
DI KLINIK BERSALIN SWASTA MEDAN TEMBUNG
TAHUN 2013
DWI RIS HASANAH. S 125102056
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI KLINIK BERSALIN SWASTA MEDAN TEMBUNG
Abstrak Dwi Ris Hasanah. S
Latar belakang: Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada anak dapat terjadi.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui peran bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di klinik bersalin swasta medan tembung.
Metodologi penelitian: yang digunakan adalah desain deskriptif, dengan pendekatan
cross secsional (penelitian yang dilakukan hanya sekali waktu saja) dan sampel
sebanyak 35 orang dengan tehnik total sampling. Penelitian dilakukan maret sampai mei 2013.
Hasil : penelitian ini menunjukkan mayoritas responden memberikan motivasi rendah sebanyak 21 responden (60,0%), sehingga responden memberikan tindakan inisiasi menyusui dini tidak baik sebanyak 19 responden (54,3%).
Kesimpulan :Dalam penelitian ini peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini tidak terlaksana dengan baik. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan baik di Rumah Sakit maupun di klinik bersalin, dapat memberikan informasi dan dapat meningkatkan penerapan standar pelayanan kebidanan pada ibu postpartum tentang inisiasi menyusu dini.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini yang berjudul “PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI
MENYUSUI DINI DI KLINIK BERSALIN SWASTA MEDAN TEMBUNG
TAHUN 2013”.
Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk melengkapi dan
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan KTI ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan yang harus di perbaiki, untuk itu penulis mengharapkan masukan yang
sifatnya membangun di dalam penyelesaian proposal ini.
Dalam penulisan KTI ini penulis banyak mendapat bantuan dan masukan dari
pihak secara langsung maupun tidak langsung karena itu dalam kesempatan ini
penulis juga berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.
3. Ibu Erniyati, S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing proposal yang selalu
menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing peneliti, serta selalu
memberikan arahan dan masukan serta motivasi kepada penulis dalam
4. Dr. Ichwanul Adenin, SpOG, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Ikhsan , selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan
saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.
7. Kepada ibu Hotnida, SST selaku pimpinan klinik martini, ibu Modesta Am.keb,
SKM selaku pimpinan klinik Rizky, Ibu Hj. Masdelima, Am.keb selaku
pimpinan klinik Delima, ibu R. sianturi, Am.keb selaku pimpinan klinik Sally,
dan ibu Lisnur, Am.keb, SKM selaku pimpinan klinik Martua sudarlis yang
telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di 5 klinik
bersalin swasta medan tembung.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tersayang Yunus. S dan
Ibunda tercinta Dumasari. R, S.Pd atas segala kasih sayang, doa, semangat dan
dukungan yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
9. Kepada abang penulis Risboy Shandi. S A.md dan Masitoh A.md, kakak penulis
Yenni Ris Nurrosidah. S, A.md dan Supri Giono A.md, kedua adik penulis Fitria
Risky. S dan Hadi Ris Cando.S dan keponakan penulis Asraf Rasyid Quth yang
telah memberikan motivasi dan menghibur penulis. Kepada Robby Juliamsyah
yang telah banyak membantu, memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis.
10. Kepada teman-teman satu bimbingan, teman sepermainan, teman satu angkatan
serta sahabat-sahabat penulis Cristy Sijabat dan Vini V3 yang telah saling
11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima
kasih atas dukungan dan kerjasama dalam penyusunan Proposal ini.
Penulis berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis khususnya dalam peningkatan derajat dan pelayanan kesehatan, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2013
Penulis
(DWI RIS HASANAH. S)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Untuk pelayanan kesehatan ... 5
2. Untuk pendidikan kebidanan ... 5
3. Untuk Penulis ... 5
4. Untuk Peneliti Selanjutnya ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Inisiasi Menyusui Dini ... 6
1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini ... 6
2. Manfaat inisiasi menyusui dini ... 7
a. Manfaat kontak kulit untuk bayi ... 7
b. Manfaat kontak kulit untuk ibu ... 8
d. Manfaat menyusui dini untuk ibu ... 9
e. Memulai menyusui dini ... 9
3. Langkah langkah inisiasi menyusui dini ... 9
4. Tatalaksana inisiasi menyusui dini pada SC ... 10
5. Inisiasi menyusui dini yang kurang tepat ... 11
6. Tahapan perilaku sebelum bayi berhasil menyusui ... 12
7. Penghambat inisiasi menyusui dini ... 13
B. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi menyusui dini 15 1. Peranan sosial budaya ... 15
2. Peranan tatalaksana rumah sakit atau rumah bersalin .. 16
C. Bidan ... 16
1. Pengertian bidan ... 16
2. Pengertian bidan praktek swasta ... 16
3. Pelayanan Kebidanan ... 17
4. Asuhan kebidanan ... 17
D. Peran dan fungsi bidan ... 17
E. Peran bidan dalam inisiasi menyusui dini ... 21
F. Faktor yang mempengaruhi peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini ... 26
BAB III KERANGKA KONSEP ... 31
A. Kerangka Konsep ... 31
B. Defenisi Operasional ... 32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 34
A. Desain Penelitian ... 34
1. Populasi ... 34
2. Sampel ... 34
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
1. Tempat Penelitian ... 35
2. Waktu apenelitian ... 35
D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 37
H. Pengolahan Data ... 38
I. Analisa Data ... 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Karakteristik Responden ... 40
B. Pembahasan ... 41
1. Peran bidan dalam pelaksanaan inisiai menyusui dini……… ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
A.Kesimpulan ... 45
B.Saran ... 46
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Skema Kerangka Konsep PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN
INISIASI MENYUSUI DINI DI KLINIK SWASTA MEDAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini Di Klinik Swasta Medan Tembung ... 32
Tabel 5.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan Tentang Peran
bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini di klinik swasta medan
tembung Tahun 2013 ... 40
Tabel 5.2 : Distribusi Responden peran Bidan dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini di Klinik Medan Tembung Tahun
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Hasil Content Validity
Lampiran 3 : Lembar Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan
Lampiran 4 : Lembar Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Surat Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden
Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 8 : Lembar Kuesioner
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Proposal
Lampiran 10 : Lampiran Master Data
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI KLINIK BERSALIN SWASTA MEDAN TEMBUNG
Abstrak Dwi Ris Hasanah. S
Latar belakang: Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada anak dapat terjadi.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui peran bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di klinik bersalin swasta medan tembung.
Metodologi penelitian: yang digunakan adalah desain deskriptif, dengan pendekatan
cross secsional (penelitian yang dilakukan hanya sekali waktu saja) dan sampel
sebanyak 35 orang dengan tehnik total sampling. Penelitian dilakukan maret sampai mei 2013.
Hasil : penelitian ini menunjukkan mayoritas responden memberikan motivasi rendah sebanyak 21 responden (60,0%), sehingga responden memberikan tindakan inisiasi menyusui dini tidak baik sebanyak 19 responden (54,3%).
Kesimpulan :Dalam penelitian ini peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini tidak terlaksana dengan baik. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan baik di Rumah Sakit maupun di klinik bersalin, dapat memberikan informasi dan dapat meningkatkan penerapan standar pelayanan kebidanan pada ibu postpartum tentang inisiasi menyusu dini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada
saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat
memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan
yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada anak
dapat terjadi. Jam pertama setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap untuk
mempelajari dunia baru mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi
lahir dapat langsung diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini akan sangat
bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit
membantu bayi tetap hangat.
World Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund
(UNICEF) pada tahun 2007 mengeluarkan protocol baru tentang “ASI segera”
sebagai tindakan “life saving” atau untuk menyelamatkan kehidupan bayi baru lahir
yang harus diketahui setiap tenaga kesehatan. Protokol tersebut adalah melakukan
kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam
dan bantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu (Departemen Kesehatan,
2007). Menurut penelitian yang di lakukan Dr. Karen Edmond tahun 2006, 22%
kematian bayi baru lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama
dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran
(Roesli, 2008).keberhasilan melakukan inisiasi menyusui dini pada bayi baru lahir
dalam satu jam pertama dapat pencapaian 6 bulan ASI eksklusif (Departemen
pada bayi baru lahir di lakukan bounding attachment juga dapat menyelamatkan bayi
dari kematian dalam satu bulan pertama.
Hasil dari survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka
kematian ibu di indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian
bayi (AKB) 34 per 1.000. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI), AKI di Indonesia masih tinggi jika di bandingkan dengan Negara ASEAN
lainnya, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Peningkatan pemberian asi perlu dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan bagi ibu dan bayi. Upaya tersebut dapat dilakukan antara lain dengan cara
pemberian asi secara dini atau yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (Roesli,
2008, hal 2).
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini merupakan kodrat dan
anugrah dari tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit,
hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara (Roesli, 2008, hal3).
Inisiasi menyusu dini dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit – penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker
syaraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI sebagai sumber gizi
terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan – bulan pertama yang rawan
atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah
Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan AKI dan
AKB. Ada berbagai cara untuk melakukan bounding attachment diantaranya Inisiasi
menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif. Seorang bayi yang baru lahir
mempunyai kemampuan yang banyak, misalnya bayi dapat mencium, merasa,
mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive terhadap suhu juga sentuhan
dan selama 1 jam pertama, setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap untuk
mempelajari dunia baru mereka (Utami, 2008).
Perkembangan bayi normal sebagian besar bergantung pada sederetan
pertukaran respon penuh kasih sayang pada bayi yang baru dilahirkannya. Ikatan ini
dipermudah dan di perkuat dengan dukungan emosional kecintaan dari suami dan
keluarga. Proses pendekatan ini penting untuk mengetahui seberapa mampukah ibu
merawat anaknya dengan cinta kasih selama masa neonatal dan selanjutnya, sampai
masa kanak-kanak. Proses ini dimulai sejak anak belum lahir dengan perencanaan
dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu.
Sesudah persalinan dan minggu-minggu berikutnya kontak visual dan fisik antara ibu
dan bayinya memicu berbagai penghargaan satu sama lain, dan interaksi yang
menyenangkan seperti sentuhan ibu pada tungkai dan muka bayi dengan ujung-ujung
jari dan memeluk serta memijat bayi secara halus dengan tangannya. Sentuhan pada
pipi bayi menimbulkan putaran responsif kearah muka ibunya atau kearah payudara
dan mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya, rangsangan yang
kuat untuk sekresi prolaktin. Keadaan bayi yang waspada dan tenang pada mulanya
memberikan kesempatan untuk kontak mata dengan mata, yang terutama penting
Tangisan bayi mendatangkan respon sentuhan ibu untuk bayinya dan berbicara
dengan nada yang lebih tinggi, suara yang lembut, dan menenangkan. Kontak awal
antara ibu dan bayinya harus sudah terjadi di kamar bersalin, dan kesempatan untuk
memperluas kontak intim harus diberikan dalam jam-jam pertama sesudah lahir. The
National Childbirth Trust, Belinda Philips mengatakan, keterkaitan antara ibu dan
bayi adalah sangat penting dan respon dari bayi ketika menangis menjadi pelengkap
naluri keibuan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara tentang
Bounding Attachment terhadap 5 klinik yang berhasil penulis temui di kota medan
Tembung, didapatkan 5 klinik tersebut belum melaksanakan Inisiasi Menysusi Dini
dengan benar.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul “Peran
Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Klinik Bidan Swasta Medan
Tembung”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Peran Bidan
dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini?”
C. Tujuan
1 Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah Untuk mengetahui peran bidan dalam pelaksanaan
2 Tujuan Khusus
2.1 Untuk mengetahui karaktristik bidan yang melaksanakan peran bidan
dalam Inisiasi Menyusui Dini
2.2 Untuk mengetahui dukungan motivasi yang diberikan bidan dalam
pelaksanaan Inisiasi Menyususi Dini
2.3 untuk mengetahui tindakan yang diberikan bidan dalam pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan dalam pelaksanaan inisiasi
menyusu dini.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian yang berikut
yang sejenis.
3. Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada mata
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. INISIASI MENYUSU DINI
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini merupakan kodrat dan anugerah
dari tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya
membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara
(Roesli, 2008, hal. 3).
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang
sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan
gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi
yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan
cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi
ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Inisiasi menyusu dini
harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang
atau mengukur bayi hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus
berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati, 2010,
hal. 106).
Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk
mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimia yang
menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan
atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum, forsep, bahkan perasaan sakit di daerah
kulit yang digunting saat di episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah
ini (Roesli, 2008, hal 4).
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan bayi
a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
1).Mengoptimalkan fungsi hormonal ibu dan bayi
2). Kontak kulit ke kulit dan inisiasi menyusu dini akan:
a). Menstabilkan pernafasan.
b). Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
c). Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.
d). Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif.
e).Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (kembali ke berat lahirnya
dengan lebih cepat).
f). Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
g). Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.
h). Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi
sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.
i). Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih
cepat
sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.
j). Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama
b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
2). Oksitosin:
a). Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca
persalinan.
b). Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi asi.
c). Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.
d). Ibu menjadi lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat
plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.
3). Prolaktin:
a). Meningkatkan produksi ASI.
b). Membantu ibu mengatasi stres, terhadap berbagai rasa kurang nyaman.
c). Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu.
d). Menunda ovulasi (Depkes RI, 2008, hal 132).
c. Keuntungan menyusu dini untuk bayi
1). Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum
segera, keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2). Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah
imunisasi pertama bagi bayi.
3). Meningkatkan kecerdasan.
4). Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan nafas.
5). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
d. Keuntungan menyusu dini untuk ibu
1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin.
2). Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.
3). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
e. Memulai menyusu dini akan
1). Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah.
2). Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan
meningkatkan lamanya bayi disusui.
3). Merangsang produksi asi.
4). Memperkuat reflek menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi
paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir (Depkes RI,
2008, hal 132).
3. Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini
a. Begitu bayi lahir, bayi diletakkan di atas perut ibu.
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
c. Tali pusat dipotong lalu diikat. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di
tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman
kulit bayi.
d. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
e. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
f. Ayah didukung agar membantu Ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Biarkan dalam posisi ini selama satu jam
dan sampai bayi menemukan puting susu ibu dan berhasil menyusu untuk
pertama (Roesli, 2008, hal 9).
4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar
Inisiasi menyusu dini secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan
dengan operasi caesar, tetapi bila operasi caesar dilakukan dengan
menggunakan anestesi spinal atau epidural , ibu dapat segera merespon pada
bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk dilakukan kontak kulit dan usaha
menyusu pertama di kamar operasi. Jika menggunakan anestesi umum,
kontak dapat terjadi di ruang pemulihan pada saat ibu sudah dapat merespon
walaupun masih mengantuk akibat pengaruh anestesi. Ayah dapat
menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit sementara menunggu ibu
sadar. Berikut ini tatalaksanannya :
a. Diperlukan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang suportif.
b. Usahakan suhu ruangan hangat (20-25°C). Sediakan selimut untuk
menutupi punggung bayi dan badan ibu. Bila perlu siapkan topi bayi.
c. Pada anestesi spinal / epidural, ibu akan sadar dan dapat merespon sedini
d. Pada anestesi umum kontak dapat dilakukan pada saat ibu mulai sadar
walaupun masih mengantuk.
e. Ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi sambil menunggu ibu
responsif.
f. Anjurkan untuk segera kontak kulit dengan bayi sesegera mungkin. Kontak
kulit dapat dilakukan setelah bayi stabil dan ibu responsif.
g. Bila kontak kulit ditunda, bungkus bayi sedemikian rupa sehingga mudah
dibuka pada saat ibu sudah sadar.
h. Bantu bayi mulai menyusu pertama bila bayi dan ibu menunjukan
kesiapan.
i. Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman walaupun ibu terlentang dan
bayi tengkurap.
j. Membantu ibu waktu bayi di rawat gabung selama 24 jam bersama ibu.
k. Waktu perawatan ibu yang lama dapat dipergunakan untuk membantu
memantapkan menyusui (Roesli, 2008, hal. 22)
5. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu
diikat.
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa
lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit
perineum.
e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan
puting susu ibu ke mulut bayi.
f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery
room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi
suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata (Roesli, 2008, hal 9).
6. Tahapan Perilaku Sebelum Bayi Berhasil Menyusui
Berikut ini lima tahap perilaku bayi tersebut:
a. Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga.
Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan.
Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan
bayi dalam suasana aman.
b. Antara 30-40 menit : bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti
mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan
merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan
bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa ada makanan di
d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara)
sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit
ibu, menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan
ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan
sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan
melekat dengan baik (Roesli, 2008, hal 17).
7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
a. Bayi kedinginan – tidak benar
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan
ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam 2 menit jika bayi
diletakkan di dada ibu.
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya –
tidak benar
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah
lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ibu.
c. Tenaga kesehatan kurang tersedia – tidak masalah
Saat bayi di dada ibu penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.
Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan suami atau
d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar
perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya
mencapai payudara dan menyusu dini.
e. Ibu harus dijahit – tidak masalah
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang
dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore
(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir – tidak benar
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan
AcademyBreastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat di
tunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi.
g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur –
tidak benar
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan
bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi
kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
h. Bayi kurang siaga – tidak benar
Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).
i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain (cairan pre-raktal) – tidak benar
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat
itu.
j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai
imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum
melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.Warna kuning
kolostrum adalah tanda-tanda kandungan protein dalam ASI, bukan berarti
kotor atau basi. Selain protein, kolostrum/ASI pertama juga kaya dengan zat
kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi baru lahir
(Roesli, 2008, hal. 28).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini.
Keberhasilan insiasi menyusu dini yang mendukung peningkatan pelaksanaan
insiasi menyusu dini di pengaruhi oleh:
1.Peranan Sosial Budaya
Kemajuan teknologi perkembangan industri dan pengaruh
kebudayaan barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat,
memberi susu formula di anggap modern karena memberikan ibu kedudukan yang
sama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan mengendornya payudara membuat
2. Peranan Tatalaksana Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
Peranan tata laksana rumah sakit atau rumah bersalin sangat penting
mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Tata laksana rumah sakit yang tidak menunjang
keberhasilan menyusui harus di hindari, seperti:
a. Bayi yang dipuaskan beberapa hari, padahal refleks hisap bayi lebih kuat pada
jam-jam pertama sesudah lahir. Rangsangan payudara dini akan mempercepat
timbulnya hormon prolaktin untuk mempercepat produksi asi.
b. Memisahkan bayi dengan ibunya karena tidak adanya sarana inisiasi menyusu
dini menyebabkan ibu tidak dapat menyusui bayinya.
Penggunaan obat – obatan selama proses persalinan seperti obat penenang yang
dapat menghambat permulaan laktasi sehingga rasa sakit akibat episiotomi atau
robekan jalan lahir dapat mengganggu pemberian asi (Soetjiningsih, 1997).
C.Bidan
1. Pengertian bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara sah
untuk menjalankan praktek (Sofyan, 2006).
2. Pengertian bidan praktek swasta
Bidan praktek swasta adalah bidan yang memiliki surat izin praktek
diberi izin secara sah dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan
mandiri (IBI, 2008, hal. 3).
3. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui
asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai
dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana,
termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat
(Atik, 2008, hal 6).
4. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung
jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki
kebutuhan dan atau masalah kebidanan seperti kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita dan
pelayanan kesehatan masyarakat (Suryani, 2008, hal. 5).
D.Peran dan Fungsi Bidan
Peran Bidan
• Bidan sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi, dan tugas ketergantungan. Bidan mempunyai tugas mandiri
sebagai pelaksana untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam
masa persalinan dengan melibatkan klien/ keluarga dan memberikan asuhan
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dalam hal ini bidan menolong
persalinan, mendukung ibu untuk menyusui termasuk membantu
terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini yang benar. ( Utami, R, 2008)
• Peran
Bidan mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di
wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/ klien. sebagai pengelola
• Peran sebagai pendidik
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,
keluarga, masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan
khususnyan yang berhubungan dengan pihak terkait dengan kesehatan ibu,
anak dan Keluarga Berencana. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Dalam persiapan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini bidam memotivasi ibu
hamil dan suami/ keluarga untuk melakukan pertemuan, untuk membahas
keuntungan ASI, tatalaksana menyusui yang benar, dan Inisiasi Menyusu
Dini. (Utami, R, 2008).
• Peran Bidan sebaagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidan kesehatan baik
secara mandiri ataupun secara kelompok. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Selain itu bidan juga mempunyai karakteristik profesionalisme yang berkaitan
menerima perubahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan
yang mana bidan dituntut harus mampu menguasai dan menggunakan pengetahuan
teoritis sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Dan seorang bidan
juga harus mengembangkan dirinya dengan pengetahuan terbaru tentang kebidanan
baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan. Pada saat seorang bidan
ingin membuka praktek kebidanan maka harus dilalui dengan beberapa prosedur
guna untuk meyakinkan masyarakat bahwa bidan tersebut mampu memberikan
pelayanan yang aman, nyaman dan tepat dengan mempunyai surat izin praktek bidan
(Sofyan, 2006, hal. 99).
Fungsi Bidan
Bidan sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya baik
sebagai tenaga fungsional yang secara langsung memberikan pelayanan kesehatan
kepada ibu dan anak, maupun sebagai tenaga struktural dituntut bekerja secara
profesional yaitu bekerja sesuai dengan standar yang ada. Keselamatan dan
kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi
bidan, dan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan prakteknya.
Dalam melaksanakan praktek, bidan sering dihadapkan dalam pertanyaan: “Apa
yang dikerjakan bidan dan bagaimana dia berkarya?”, untuk menjawab pertanyaan
tersebut perlu ditegaskan kompetensi pendukung yang harus dimiliki bidan (Zein dan
Wahyuningsih, 2005, hal. 10).
Kompetensi bidan dalam dokumen ini adalah meliputi pengetahuan, keterampilan
kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu ada 9 (sembilan) dengan
penjabaran sebagai berikut : kompetensi ke-1 : Bidan mempunyai persyaratan
pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik
yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk
wanita, bayi baru lahir dan keluarganya, kompetensi ke-2 : Bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya
dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang
tua, kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan
atau rujukan, kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir, kompetensi ke-5 :
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan
tanggap terhadap budaya setempat, kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1
bulan, kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun), kompetensi ke-8 : Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif kepada keluarga, kelompok
dan masyarakat sesuai budaya setempat, kompetensi ke-9 : Bidan melaksanakan
asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan reproduksi. Menyadari bahwa
bidan di Indonesia merupakan produk dari beberapa institusi maupun area
sangatlah bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki bidan di Indonesia (Yanti dan Nurul, 2010, hal.
59-71).
Didasari kompetensi tersebut, bidan dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan
klien/pasien.
E. Peran Bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini /Bounding Attachment
Dalam terlasananya bounding attachment Bidan mempunyai Peran, Dimana
Peran Bidan dalam pelaksanaan Bonding Attachment adalah Membantu menciptakan
terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran,
Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan, Sewaktu
pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba
perutnya yang semakin membesar, Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak
janin berkomunikasi, Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran
nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan
tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan, Ketika dalam kondisi yang tidak
memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam
beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu
dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk
mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi
member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. ( Yetti
Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75)
Peran bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini
a. Sebelum persalinan (tahap persiapan dan informasi)
1. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penatalaksanaan
inisiasi menyusu dini.
2. Mengkaji kebersihan diri klien. Bila perlu anjurkan klien
untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu.
3. Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusui dini
yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi bayi.
4. Menganjurkan agar klien mendapat dukungan dan pendamping selama
proses persalinan dari suami atau keluarga.
5. Membantu meningkatakan rasa percaya diri klien. Memberikan suasana
yang layak dan nyaman untuk persalinan.
6. Memfasilitasi klien mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi
dan relaksasi
b. Proses persalinan
1. Membuka baju klien di bagian perut dan dada. Menyimpan kain pernel
yang lembut dan kering diatas perut ibu
2. Setelah bayi lahir, simpan bayi di atas perut ibu.
3. Bayi dikeringkan dari kepala hinga kaki dengan kain lembut dankering
(kecuali kedua lengannya, karena bau ketuban yangmenempel pada lengan
bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu) sambil
4. Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan talipusat.
5. Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dadaibu tanpa
dibatasi alas.
6. Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di kepala bayi.
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung
bayi.
8. Membantu menunjukkan pada ibu perilaku Pre-feeding (Pre- feeding
behavior) yang positif : istirahat dalam keadan siaga,memasukan tangan ke
mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah payudara
dengan kaki menekan perut ibu,menjilat-jilat kulit ibu, menghentakan
kepala, menoleh ke kanandan ke kiri, menyentuh putting susu dengan
tangannya,menemukan putting susu, menghisap dan mulai minum ASI
9. Membiarkan bayi menyusu awal sampai si bayi selesai menyusu pada
ibunya dan selama ibu menginginkannya. Bidanmelanjutkan asuhan
persalinan.
10 Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti
menelan dan melepaskan puting susu ibu. Bayi dan ibuakan merasa
mengantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan
penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vit K
11. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi dingin saatdisentuh, buka pakaiannya
Hambatan terjadinya proses Inisiasi Menyusu Dini
Terhambatnya proses IMD tidak hanya disebabkan oleh pemakaian obat
kimiawi menjelang persalinan, tetapi juga beberapa pendapat atau mitos seputar
IMD. Mitos adalah sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, tetapi belum tentu
mengandung nilai kebenaran. Mitos biasanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.
Sedangkan fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada atau benar-benar terjadi, dan
dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Hal yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayinya serta
membuat masyarakat enggan menyusui bayinya yang baru lahir sesegera mungkin
sebagai berikut :
a. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki
b. Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri
c. ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan
d. ASI pertama (kolostrum) sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis
e. Kolostrum atau ASI pertama adalah susu basi atau kotor
f. Bayi kedinginan
g. Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan
menyusu sendiri
h. Kamar bersalin maupun kamar operasi sibuk, sehingga bayi perlu segera
dipisahkan dari ibunya
j. Bayi harus segera dibersihkan,diukur dan ditimbang setelah lahir
1. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri
yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga,
jadi akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga
mendampinginya.
2. Obat-obatan kimiawi, seperti Mis: pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing
dan lain sebagainya coba untuk dihindari.
3. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya.
4. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan
vernix yang menyamankan kulit bayi.
5. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti
keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi.
6. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya.
7. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum
menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan
lebih, diantaranya:
a. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan.
b. Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara.
c. Bergerak ke arah payudara.
e. Menyentuh puting susu dengan tangannya.
f. Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan
mulut terbuka lebar.
8. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan, seperti oprasi, berikan kesempatan
skin to skin contact.
9. Bayi baru lahir dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah
menyusu awal. Tunda prosedur yang invasive seperti suntikan vit K dan menetes
mata bayi.
10. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi.
F. Faktor yang mempengaruhi Peran Bidan dalam pelaksanaan Bounding
Attachment
Menurut Ellen A. Benowitz salah satu Faktor yang mempengaruhi Peran Bidan
dalam pelaksanaan bounding attachment adalah faktor kinerja dimana Kinerja adalah
prestasi kerja atau hasil kerja (output) berupa produk dan jasa yang dicapai seseorang
atau kelompok dalam menjalankan tugas melalui sumber daya manusia sesuai
tanggung jawabnya. Kinerja mengandung 2 komponen penting yaitu :
a) Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.
b) Produktivitas berarti kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam
Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktivitas hasil,
maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam
pencapaiannya. Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsur yang sangat penting untuk
dikaji dalam rangka memelihara dan meningkatkan pembangunan kesehatan.
Menurut Gibson (2003, hal. 253) kajian-kajian mengenai kinerja memberikan
kejelasan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja personal, yang
dikelompokkan dalam 3 (tiga) variabel yaitu :
a) Variabel individu : pengetahuan, beban kerja, kepuasan, latar belakang,
karakteristik demografis.
• Pengetahuan
Adalah kemampuan intelektual responden yang mencakup pemahaman materi.
Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik
melalui proses pendidikan, pelatihan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan
seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam
sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk, media poster,
kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu
sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan juga
merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu obyek.
Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.
Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau
wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur responden
(Notoatmodjo, 2003, hal. 121-124).
a .Variabel Organisasi : sumber daya, kepemimpinan, supervisi, imbalan atau
b) Variabel Psikologis : persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi
•Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, guna mencapai suatu
tujuan. Motivasi kerja adalah sesuatu menimbulkan semangat atau dorongan kerja.
Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang
diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan (Hasibuan, 2009, hal. 216). Di
lihat dari teori motivasi, motivasi adalah tidak adanya kemauan dari diri sendiri
untuk melakukan tindakan tersebut. Dapat dikarenakan seseorang tersebut bekerja
disuatu pekerjaan tidak atas kemauan nya sendiri, tidak adanya dorongan dari
pimpinan pekerjaan yang mendorong untuk melakukan pekerjaan itu dengan baik,
tidak adanya motivasi yang diberikan pimpinan kepada pegawainya agar bekerja
dengan baik.
Motivasi adalah “kekuatan yang menyebabkan individu bertindak dengan cara
tertentu. Orang punya motivasi tinggi akan lebih giat bekerja, sementara yang rendah
akan sebaliknya.” John R. Schemerhorn, mendefenisikan motivasi sebagai “mengacu
pada pendorong di dalam diri individu yang berpengaruh atas tingkat, arah, dan
gigihnya upaya seseorang dalam pekerjaannya.” Motivasi merupakan pendorong
utama perilaku seseorang dalam suatu pekerjaan. Jadi motivasi merupakan suatu
proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi,
dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Dan motivasi sebagai proses
psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang
Sehubungan dengan dunia kerja, terdapat dua jenis motivasi yaitu : motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik sehungan dengan reward nyata
seperti gaji , keamanan posis, promosi, kontrak, lingkungan kerja dan kondisi kerja.
Sebahagian besar dari dari reward nyata ini ada di level organisasi dan berda di luar
kewenangan manager selaku individu. Motivasi intrinsic sehubungan dengan reward
yang bersifas psikologis seperti kesempatan mengguanakan kemampuan, rasa
tertantang untuk berprestasi, menerima pujian, pengakuan positif, dan diperlakukan
secara baik.
Motivasi merupakan keadaan yang mendorong dan memacu seseorang untuk
berperilaku dalan rangka mencapai tujuan. Motivasi juga merupakan kebutuhan,
keinginan serta hasrat yang mendorong seseorang dalam suatu arah tertentu.
Motivasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena adanya motivasi,
manusia lebih bergairah untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujauannya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yang dibagi menjadi
faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri individu, antara lain resepsi individu megenai diri sendiri, seseorang
termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses
kognitif berupa persepsi. Presepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan
mendoronga dan mengarahkan seseorang untuk bertindak, harga diri dan prestasi,
faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (motivasi) untuk berusaha agar
menjadi pribadi yang mandiri , kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan
status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk
menjadikan dirinya berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya
secara total.
Faktor selanjutnya adalah faktor eksternal yang merupakan faktor yang
berasal dari luar diri individu, antara lain jenis dan sifat pekerjaan, dorongan untuk
bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang
tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan
yang akan ditekuni. Kondisi inijuga dapat dipengaruhi oleh sejauh mana nilai
imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud, kelompok kerja dimana
individu bergabung, kelompok kerja tempat dimana individu bergabung dpat
mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan
perilaku tertentu. Peranan kelompok ini dapat membantu individu mendapatkan
kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan
arti bagi individu sehungan dengan kiprahnya dalam kehidupan social, situasi
lingkungan pada umumnya,setiap individu terdoronga untuk berhubungan dengan
rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya.
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorng seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya faktor hygiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor hygiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termassuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan,
dan sebagainya. Sedangkan faktor motivator (faktor intrinsik) memotivasi seseorang
untuk berusaha untuk mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnyaa adalah
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel, baik variabel
yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm. 55).
Adapun kerangka konsep penelitian tentang Peran Bidan dalam Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Bersalin Swasta Medan Tembung adalah sebagai
berikut :
Dukungan motivasi
Tindakan
Peran Bidan dalam
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
bidan dalam
pelaksanaan
inisiasi
menyusui dini
skor 6-10.
2). Tidak baik :
bila responden
mendapatkan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif,
dengan pendekatan cross secsional (penelitian yang dilakukan hanya sekali waktu
saja) yang bertujuan untuk mengetahui Peran Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini.(Notoatmodjo, 2005, hal. 26 dan 138)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bidan yang bekerja di lima klinik
Kec. Medan Tembung.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), sampel adalah sebagian yang dimiliki dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang ada.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Total
Sampling.
Pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan Total sampling yaitu
jumlah semua bidan yang bekerja di lima klinik bidan swasta di kota Medan
Tembung.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah bersedia menjadi responden
C. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di lima klinik bersalin swasta kota Medan Tembung
yaitu: klinik bersalin Martini Medan Tembung
Klinik bersalin Martua Sudarlis Medan Tembung
Klinik bersalin Delima Medan Tembung
Klinik bersalin Rizky Medan Tembung
Klinik bersalin Sally Medan Tembung
Dimana peneliti mengambil 5 klinik tersebut dengan mempertimbangkan
beberapa alasan yaitu :
1. 5 Klinik bersalin tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti dan
pernah sebagai lahan praktek peneliti sewaktu mengambil D3
kebidanan
2. 5 Klinik bersalin tersebut dikelola oleh bidan yang sebelumnya
sudah pernah melakukan pelatihan APN dan sebagai bidan Delima.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan september 2012 sampai juli 2013.
D. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan
yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan
persetujuan dari Pemilik pemilik 5 klinik di kota medan. Dalam penelitian ini
terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan
pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden
dipersilakan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden
tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri
selama proses pengumpulan berlansung. Kerahasian catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument,
tetapi mengunakan inisial. Responden juga berhak secara bebas untuk mengikuti
penelitian atau tidak, dan setiap responden tidak ada yang dirugikan sehingga
data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan lembar observasi sebagai alat pengumpulan
data, yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama adalah data demografi yang
meliputi umur, pendidikan terakhir, lama bekerja, dan bagian kedua adalah lembar
observasi tentang peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang dibuat
oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada. Berdasarkan “Skala Guttman” yang
berisi 20 pernyataan, “Dilakukan dan Tidak dilakukan” (lembar observasi). Untuk
pernyataan positif, jawaban yang benar “dilakukan” diberi nilai 1 dan jawaban yang
F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Untuk menguji validitas dan reabilitas instrumen, maka perlu dilakukan
pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah isi
(content validity) di mana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep
yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan
teori dan pendapat para ahli, dalam hal ini uji validitas telah dilakukan oleh ahli
kebidanan yaitu Betty Mangkuji, SST, M. Keb dan didapatkan nilai validitas 0,80, di
peroleh dari hasil perhitungan jumlah skor total di bagi jumlah seluruh item
pertanyaan/pernyataan. Sedangkan untuk uji reabilitas, data di analisa dengan uji
cronbach’s alfa dan instrumen di ujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria
yang sama dengan responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah
dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien
reabilitas alpha cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0,6 maka
instrumen dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0,6 maka
instrumen dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007, hal. 115). pernyataan untuk
motivasi didapat nilai alpha cronbach 0,829.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat
permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D–IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian kepada Pimpinan – Pimpinan Klinik Medan, setelah mendapat izin dari
Pimpinan – Pimpinan Klinik Medan, peneliti menemui pegawai – pegawai yang
bekerja di klinik – klinik bidan tersebut dengan tujuan meminta kesediaan pegawai
arahan terlebih dahulu kepada pegawai klinik tersebut bagaimana cara dalam
pengisian instrumen berupa kuesioner yang di gunakan sehingga dapat mengisi
kuesioner dengan benar.
Bidan Pegawai klinik telah menyetujui dirinya sebagai responden dan
menandatangani lembar persetujuan (informed consent), peneliti mempersilahkan
untuk mengisi lembar kuesioner dan menjawab seluruh pertanyaan dengan jujur,
peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner apabila ada pertanyaan
yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, pengisian kuesioner diisi oleh
masing-masing pegawai – pegawai klinik bidan swasta, kemudian memeriksa kelengkapan
data
Dalam pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan dari januari sampai
Maret 2013. Pengumpulan data dilakukan di klinik – klinik Bidan swata masing –
masing.
H. Pengolahan Data
Data-data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul bila terdapat
kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, periksa, diperbaiki dan dilakukan
pendataan ulang terhadap responden.
2. Coding
Coding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap jawaban yang
3. Transfering
Memindahkan data coding dalam bentuk tabel.
4. Tabulasi Data
Untuk menyusun dan menghitung hasil data serta pengambilan kesimpulan dan
dimasukkan dalam Tabel Distribusi Frekuensi.
I. Analisis Data
Langkah analisis yang dilakukan adalah secara univariat di mana variabel
penelitian seperti pengetahuan dan motivasi hasilnya dimasukkan dalam bentuk tabel
distribusi dan frekuensi. Kemudian dilakukan pembahasan dengan membandingkan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini diuraikan hasil dan pembahasan peran bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini yang didapat dari pengumpulan data pada bulan Januari
sampai Mei tahun 2013 di 5 Klinik Medan Tembung.
A. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu
kerakteristik responden, motivasi dan tindakan peran bidan dalam
pelaksanaan inisiasi menysusui dini. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Bersalin Swasta
Medan Tembung Tahun 2013
Berdasarkan tabel distribusi karaktristik responden diatas, hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur <30 tahun dengan latarbelakang
pendidikan terakhir Diploma 3 kebidanan dan lama bekerja 5- 15 tahun.
Table 5.2.
Distribusi Responden peran Bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Medan Tembung Tahun 2013
No Peran Bidan F %
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa peran bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini mayoritas rendah dalam memberikan motivasi sebanyak 21
responden (60.0%) sehingga tindakan yang di berikan bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini tidak baik sebanyak 19 responden (54.3%).
B. Pembahasan
Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang Peran Bidan dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini di klinik bersalin Medan Tembung Tahun 2013.
1. Peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari 35 orang
responden, hanya 40,0 % responden yang memberikan motivasi tinggi dan terdapat
tindakan peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini tidak baik
dikarenakan rendahnya motivasi yang diberikan bidan dalam peran bidan dalam
pelaksanaan inisiasi menyusui dini.
Motivasi Hamzah (2009), motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam
diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan motivasi peran
bidan sebagian besar dalam kategori rendah terdapat 60,0% yang masih perlu
ditingkatkan hingga motivasi yang diberikan bidan menjadi baik dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini.
Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan moyivasi terhadap objek
itu. Pengetahuan saja belum jadi penggerak seperti halnya motivasi. Pengetahuan
mengenai suatu objek, baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan
kesiapan untuk bertindak. Sikap menpunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi
pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan
pengetahuan tersebut (purwanto, 1998).
Motivasi yang diberikan bidan rendah mengenai inisiasi menyusu dini
disebabkan kerena kurangnya pemahaman tentang peran bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusu dini atau juga bidan tidak sabar dalam melakukan prosedur inisiasi
menyusu dini kerena ini memerlukan waktu yang lama.
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau praktik (practice) adalah suatu
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Dalam Notoatmodjo (2003), setelah seseorang mengetahui stimulus atau
objek kemudian akan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa
yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Dalam analisa yang dilakukan oleh
WHO tahun 2001 bahwa pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian
seseorang terhadap sesuatu objek mempengaruhi tindakannya dan perilaku ini
terjadi melalui suatu proses.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mardiana (2011) dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan
bidan tentang inisiasi menyusu dini dengan praktek inisiasi menyusu dini, hal ini
berarti bahwa bidan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang inisiasi
menyusu dini mereka akan melakukan praktek inisiasi menyusu dini secara baik
pula.
Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terlaksana dengan
baik peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, bukan berarti hasil
penelitian ini menunjukkan adanya kegagalan dalam pelaksanaan inisiasi
menyusu dini, karena sebagian besar bidan sudah memberikan dukungan motivasi
tentang peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan sebagian besar
bidan sudah memberikan tindakan peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi
menyusu dini.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan peran bidan dalam
pelatihan tentang insiasi menyusu dini walaupun sebagian besar bidan telah
melakukan pelaksanaan yang baik, peneliti menyarankan perlunya perencanan
yang matang dalam mempromosikan praktek inisiasi menyusu dini, termasuk di
dalamnya pelatihan bidan, selain itu penelitian ini perlu ditindak lanjuti melalui
penelitian dengan skala yang lebih luas serta dengan metode yang lebih bervariasi
untuk memberikan keyakinan terhadap hasil yang diperoleh, sehingga hasilnya
lebih bermanfaat dan dapat diterapkan.
Menurut Roesli (2008) ada beberapa hal yang menghambat pelaksanaan
inisiasi menyusu dini diantaranya, takut bayi kedinginan, ibu terlalu lelah untuk
segera menyusui bayinya pada satu jam pertama, tenaga kesehatan kurang tersedia
dan kurang merespon adanya praktek inisiasi menyusu dini, kamar bersalin yang
sibuk, ibu bersalin dengan secsio sesarea yang di jahit, pemberian suntikan
vitamin K dan tetes mata segera setelah bayi lahir.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak selamnya bidan yang
mempunyai pengetahuan yang baik akan dapat melaksanakan peran nya dengan
baik karena tidak memiliki motivasi yang tinggi, bidan yang memiliki dukungan
moril/motivasi terhadap peran bidan dalam pelaksanaan inisiai menyusui dini
yang rendah maka akan melakukan tindakan peran bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini kurang baik, atau sebaliknya yang memiliki dukungan
moril/motivasi terhadap peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini
yang tinggi maka akan melakukan tindakan peran bidan dalam pelaksanaan