• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berbahasa terdiri dari dua kemampuan, yaitu berbahasa tulis dan kemampuan berbahasa lisan. Adapun Kemampuan berbahasa tulis memiliki dua cabang kemampuan lain, yaitu membaca dan menulis, adapun dengan mendengar dan berbicara masuk kedalam kemampuan lisan dalam berbahasa.(Wati, 2013). Semua kemampuan berbahasa memegang peranan dalam peradaban manusia. Karena bahasa, manusia bisa menyampaikan dan menerima informasi, pesan, dan perasaan. Keempat kemampuan tersebut, masuk kedalam materi dasar di sekolah dasar yang termuat dalam muatan pembelajaran bahasa Indonesia. salah satunya berbicara yang digunakan sebagai media dalam menyampaikan ide atau perasaan, serta informasi yang ingin diungkapkan secara langsung melalui organ mulut. Selain itu, dalam penyampaian informasi selain berbicara juga bisa dilakukan dengan cara menulis. Bedanya menulis dilakukan dengan menggunakan perantara tulisan atau media, secara penerimaan berbicara akan diterima dengan mendengar. Adapun menulis akan diterima dengan cara membaca.

Kegiatan membaca adalah kegiatan berbahasa yang bersifat langsung dan diterima (Nofitri and Noveria, 2020). Dikatakan langsung, karena secara langsung terjadi hubungan antara penulis dan pembaca dengan media tulis, dan dikatakan secara diterima karena pembaca berperan sebagai penerima informasi atau pesan dari penulis. Ada beragam teks bacaan yang dapat dibaca untuk mendapat informasi atau ilmu, pesan, atau perasaan salah satunya adalah karya sastra.

Banyak sekali contoh-contoh karya sastra berupa pantun, novel, puisi, cerbung, dan lain sebagainya.

Pembelajaran sastra di sekolah saat ini menitik beratkan pada penerapan gerakan membaca atau literasi. Gerakan literasi saat ini memfokuskan terhadap pengenalan berupa karya sastra sejak dini, tentu karya sastra yang digunakan disini disesuaikan dengan usia, psikologis, dan perkembangan mental peserta didik, serta menerapkan pembiasaan untuk mengkaji ulang berupa tulisan pada karya yang sudah dibaca peserta didik.. Pada proses literasi sebagai pembiasaan, commit to user

(2)

literasi di sekolah diarahkan pada iklim membaca terkait lingkungan fisik dan budaya. Teks bacaan yang digunakan berupa buku-buku nonakademik seperti cerpen, puisi, majalah, komik, dan lain sebagainya sesuai dengan psikologi dan pengalaman peserta didik di sekolah dasar. Pada muatan tersebut, pembelajaran sastra dalam lingkup pendidikan di sekolah dasar hanya melingkup puisi atau cerpen dengan penggunaan diksi yang masih lugas, sederhana dan lugas.

Pembelajaran sastra akan memberikan suatu manfaat yang sangat penting bagi peserta didik, yaitu untuk mengasah rasa dan daya nalar peserta didik, salah satunya melalui kegiatan literasi. Pembiasaan peserta didik untuk melakukan kegiatan literasi sastra diharapkan sebagai langkah awal dan menjadi batu loncatan ke tahap berikutnya. Setelah menguasai kegiatan literasi sastra, peserta didik diharapkan dapat mengkaji dan mencipta karya sastra, mengaji dapat dipahami sebagai pemberian tanggapan, baik secara verbal atau literal terhadap suatu karya sastra dan mencipta karya sastra. Kemampuan peserta didik dalam menciptakan karya sastra berupa keterampilan menulis cerita anak yang dikorelasikan dengan kegiatan penguasaan literasi sastra.

Sayangnya, banyak peserta didik yang tidak begitu tertarik terhadap kegiatan mendengarkan dan membaca, apalagi berbicara dan menulis. Hal ini sejalan ketika The Programe for International Student Assesment (PISA) melakukan survey tahun 2012. Survey melaporkan dalam bidang membaca, siswa di Indonesia berada pada posisi ke-60 dari 65 negara dengan skor rata-rata 396, di bawah Malaysia dan Thailand dengan skor 398 dan 441(Pratiwi, Gading and Suartama, 2015). Membaca menjadi penting karena membaca seseorang dapat mendapat informasi dan ilmu yang terkandung dalam bacaan tersebut. Artinya jika kedua hal tersebut dikaitkan, Indonesia termasuk kedalam kategori rendah dalam membaca, adapun dalam kekayaan informasi dan ilmu di banding negara lain. Padahal kegiatan literasi memiliki pengaruh yang tak sedikit terhadap suatu negara, terutama dalam perkembangan negara. Penguasaan literasi yang tinggi pada suatu negara sejalan dengan kedigdayaan negara tersebut.

Selain literasi, menulis juga mempunyai manfaat yang tak sedikit. Menulis dapat membantu otak dalam meningkatkan berpikir kritis dan berfungsi sebagai alat bantu untuk mengingat suatu informasi dana tau pesan. Adapun menulis commit to user

(3)

berfungsi sebagai media untuk mencurahkan segala pikiran dan perasaan dan pada akhirnya akan membantu menetralkan pikiran yang sedang kacau.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang tersulit dipelajari diantara tiga kemampuan berbahasa lainnya. Hal tersebut sejalan dengan gagasan ( Nurgiyantoro, 2016) yang menyebutkan menulis secara praktis dapat dikatakan lebih sukar dilakukan bahkan oleh penutur asli sekalipun. Hal tersebut terjadi sebab menulis membutuhkan penguasaan kebahasaan dan non-kebahasaan yang akan dijadikan isi dari sebuah tulisan atau karangan. Baik unsur bahasa atau pesan yang ingin disampaikan harus diatur sebaik mungkin agar menghasilkan karya yang patut, urut, dan runtut.

Menulis merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik. Karena dengan menulis, peserta didik dapat memaparkan pengalaman dan ide secara tidak langsung maupun langsung. Adapun menulis dapat meningkatkan dan memperluas wawasan dan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan Yuniarti, (2012) menjelaskan bahwa pembelajaran sastra di Sekolah Dasar kurang diminati oleh peserta didik sekolah dasar. hal tersebut dapat dilihat ketika dalam waktu luang, peserta didik lebih memilihh untuk melakukan hal lain seperti bermain daripada mempelajari karya sastra, baik membaca karya sastra atau menulis karya sastra. Sebenarnya, pembelajaran sastra di sekolah dasar tidak terlalu kompleks.

Penelitian lain telah dilakukan oleh (Cole and Feng, 2015) menjelaskan bahwa peserta didik lebih kesulitan dalam kegiaran menulis daripada mendengarkan dan membaca. Hal ini menunjukan bahwa menulis merupakan keterampilan yang sukar.

Peserta didik melakukan kegiatan tulis-menulis cerita karena minat atau senang dengan menulis cerita sedangkan peserta didik lainnya melakukan kegiatan menulis cerita karena keterpaksaan dari guru yang memberikan tugas untuk menulis cerita sehingga akan memengaruhi terhadap kualitas cerita yang dibuat peserta didik. Karena keterpaksaan, peserta didik dalam menulis cerita menjadi lebih sembarangan dan asal selesai tanpa memerhatikan kaidah-kaidah menulis dan alur yang akan dibuat.

Rendahnya penguasaan literasi sastra bagi peserta didik dapat diasumsikan berawal dari rendahnya menyimak dan minat belajar. Minat berperan penting commit to user

(4)

dalam menguasai literasi sastra karena menunjang kegiatan belajar peserta didik.

Adapun minat bisa menjadi unsur seseorang berkonsentrasi atau memusatkan perhatiannya terhadap suatu kegiatan tertentu. Karena tidak minat terhadap literasi dapat dikaitkan dengan kemampuan menulis cerita anak menjadi rendah.

Rendahnya kemampuan menulis cerita anak dapat diasumsikan karena peserta didik lebih memilih berkomunikasi sedcara lisan karena komunikasi lisan lebih praktis dibanding komunikasi tertulis serta rendahnya literasi dan minat belajar terhadap cerita anak tersebut.

Penguasaan literasi sastra dan minat belajar menjadi dua faktor penting dalam kemampuan menulis cerita anak, walaupun ada faktor lain yang mempengaruhinya. Tarigan dalam Nofitri dan Noveria (2020) menyebutkan bahwa menulis dan literasi memiliki hubungan yang timbal balik. Korelasi antara membaca dan menulis sebenarnya sama saja dengan hubungan antara pembaca dan penulis. Pembaca akan membaca tulisan yang dibuat oleh penulis. Seseorang yang terampil dalam menulis cenderung lebih banyak membaca. Hal penting yang wajib ketika menulis yaitu pengetahuan dan wawasan yang memadai.

Pemerolehan wawasan bisa dilakukan, salah satunya dengan membaca atau literasi. Selaras dengan pendapat (Pujiono, 2013) seseorang akan mendapat informasi yang didapatkan dan menjadi bahan tulisan.

Penguasaan literasi sastra dan minat belajar menjadi penting dalam kemampuan menulis cerita anak. Hal ini dikarenakan jika tingkat penguasaan literasi sastra pada peserta didik tinggi akan memermudah dalam menulis cerita terutama dari sisi kreatifitas peserta didik dalam membuat cerita. Adapun dengan minat belajar maka proses penulisan cerita akan lebih efisien dan optimal.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan literasi sastra, minat belajar, dan kemampuan bagi peserta didik SD Se-Kecamatan Laweyan karena belum ada penelitian serupa yang dilakukan di SD Se-Kecamatan Laweyan.

Untuk membuktikan apakah penguasaan literasi dan minat belajar memiliki hubungan dengan kemampuan menulis cerita seperti yang telah dijelaskan, dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Antara Penguasaan Literasi Sastra dan Minat Belajar dengan commit to user

(5)

Kemampuan Menulis Cerita Anak (Penelitian Korelasi pada Peserta Didik Kelas IV SD se-Kecamatan Laweyan Tahun Ajaran 2020/2021)”. Sekolah yang dipilih di di Kecamatan Laweyan sebagai lokasi penelitian karena sekolah-sekolah tersebut secara umum berstatus negeri yang relatif memadai sehingga memudahkan peserta didik untuk mengakses wawasan secara luas.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian tersebut, maka identifikasi masalah yang muncul sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam menulis karangan cerita berupa struktur cerita dan kebahasaan

2. Kurangnya minat belajar peserta didik sehingga kesulitan dalam menuangkan ide cerita.

3. Peserta didik menganggap menulis adala kemampuan paling sulit dari keterampilan berbahasa

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, hal yang dikaji dalam penelitian ini ada dua hal, yaitu penguasaan literasi sastra dan minat belajar peserta didik.

Penelitian ini meneliti hubungan penguasaan litrasi sastra dan minat belajar dengan keterampilan menulis cerita anak anak. Karena itu, masalah yang dibatasi peneliti yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Penguasaan literasi sastra dengan kemampuan menulis cerita anak peserta didik kelas IV SD Se-Kecamatan Laweyan Tahun 2020.

2. Minat belajar dengan kemampuan menulis cerita anak peserta didik kelas IV SD Se-Kecamatan Laweyan Tahun 2020

3. Penguasaan literasi sastra dan minat belajar dengan kemampuan menulis cerita anak peserta didik kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Laweyah Tahun 2020

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul dapat peneliti rumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan litrasi sastra dengan kemampuan menulis cerita anak pada peserta didik kelas IV SD se- Kecamatan Laweyan?

commit to user

(6)

2. Apakah terdapat hubungan minat belajar dengan kemampuan menulis cerita anak pada peserta didik kelas IV SD se-Kecamatan Laweyan?

3. Apakah terdapat hubungan antara penguasaan literasi sastra dan minat belajar secara bersama-sama dengan kemampuan menulis cerita anak pada peserta didik kelas IV SD se-Kecamatan Laweyan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui hubungan antara penguasaan litrasi sastra dengan kemampuan menulis cerita anak pada peserta didik kelas IV SD se- Kecamatan Laweyan.

2. Untuk mengetahui terdapat hubungan minat belajar dengan kemampuan menulis cerita anak pada peserta didik kelas IV SD se-Kecamatan Laweyan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara penguasaan literasi sastra dan minat belajar secara bersama-sama dengan kemampuan menulis cerita anak pada peserta didik kelas IV SD se-Kecamatan Laweyan

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya penguasaan literasi sastra dan minat belajar. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pada penelitian berikutnya, mengingat masih minimnya bahan referensi dalam penelitian.

2. Manfaat praktis a. Bagi peserta didik

1) Penelitian ini dapat menjadi petunjuk dan agar peserta didik menguasai literasi sastra guna dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita anak.

2) Penelitian ini dapat menumbuhkan minat belajar sastra.

b. Bagi guru

1) Penelitian ini dapat digunakan guru untuk menciptakan penguasaan literasi sastra bagi peserta didik

2) Penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik. commit to user

(7)

c. Bagi sekolah

1) Sekolah mendapatkan kontribusi positif dalam peningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

2) Dapat membantu sekolah dalam menerapkan kegiatan PAKEM khususnya dalam kegiatan belajar menulis dan membaca.

commit to user

(8)

8

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

Jadi keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman atau keberagaman dari mahluk hidup yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan – perbedaan sifat, diantaranya

[r]

“Kecuali mengenai Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Labuan dan Putrajaya, hukum Syarak dan undang-undang diri dan keluarga bagi orang yang menganut agama Islam,

Sesuai dengan tugas utama UPT Balai Informasi Teknologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yaitu melaksanakan pengembangan, pelayanan informasi teknologi dan

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan