Lembar ke 1 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 PUTUSAN
Nomor:0042/Pdt.G/2017/PA Pkl.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Agama Pekalongan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagaimana berikut ini, dalam perkara Cerai Talak yang diajukan oleh:
PEMOHON, umur 29 tahun, agama Islam, pekerjaan Buruh, pendidikan: SMA, tempat tinggal di Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan, dalam hal ini memberi kuasa khusus kepada Rustam, SH., M.Hum., M.Kn. Advokat lembaga pembelaan Hukum “BuanaSakti” alamat di jalan Ahma Yani No. 12 Kauman Batang, selanjutnya disebut sebagai Pemohon;
Melawan
TERMOHON, umur 26 tahun, agama Islam, pekerjaan Buruh, pendidikan: SMA, tempat tinggal di Jenggot Wetan samping masjid Jenggot Wetan Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan, selanjutnya disebut sebagai Termohon;
Pengadilan Agama tersebut ;
Telah membaca dan mempelajari berkas perkara dan semua surat yang berhubungan dengan perkara ini;
Telah mendengar keterangan Pemohon dan Termohon serta saksi-saksi Pemohon di depan persidangan;
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Pemohon berdasarkan surat permohonannya tanggal 26 Januari 2017 telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Pekalongan dengan register nomor 0042/Pdt.G/2017/PA.Pkl., tanggal 26 Januari 2017 mengemukakan alasan-alasan permohonannya, sebagai berikut:
Lembar ke 2 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 1. Bahwa Pemohon pada tanggal 17 Mei 2013 melangsungkan perkawinan
secara sah dengan Termohon di hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor: 216/32/V/2013 tertanggal 17 Mei 2013;
2. Bahwa setelah akad nikah Pemohon dan Termohon hidup bersama di rumah orang tua Termohon di Jenggot Wetan samping masjid Jenggot Wetan Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan selama 2 minggu, kemudian pindah ke rumah orang tua Pemohon di Degayu Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan selama 6 bulan, selanjutnya pindah ke rumah kontrakan di Desa Pegiringan Kecamatan Bantarbolang Pemalang selama 6 bulan, kemudian pindah lagi ke rumah orang tua Termohon di Jenggot Wetan selama 5 bulan, lalu pindah lagi ke rumah orang tua Pemohon di Degayu selama 3 bulan, dan pindah lagi ke rumah orang tua Termohon di Jenggot Wetan selama 2 bulan, selanjutnya kembali lagi ke Degayu selama 2 bulan, kemudian balik lagi yang terakhir kali ke rumah Termohon di Jenggot Wetan hanya sampai pada tanggal 6 September 2016 karena sejak itu Pemohon meninggalkan Termohon;
3. Bahwa selama hidup berumah tangga antara Pemohon dan Termohon sudah melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami isteri (Ba’da Dukhul), dan dikaruniai 1 (satu) orang anak yang bernama: ANAK Laki-laki, kelahiran Pekalongan tanggal 18 Mei 2014, sekarang dalam asuhan Termohon;
4. Bahwa semula rumah tangga Pemohon dan Termohon hidup rukun dan bahagia/harmonis, namun pada tanggal 5 Januari 2015 mulai terjadi pertengkaran mulut, pertengkaran mana disebabkan:
a. Termohon egois, suka mengatur dan melarang segala kegiatan dan penggunaan keuangan Pemohon;
b. Termohon suka cemburu dan pernah kasar kepada Pemohon seperti mencakar pipi Pemohon;
c. Setiap diajak ke rumah orang tua Pemohon, Termohon selalu tidak betah dan sering mengajak pulang, hal ini yang menyebabkan sering bolak-
Lembar ke 3 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 baliknya Pemohon dan Termohon baik ke rumah orang tua Pemohon
maupun ke rumah orang tua Termohon;
d. Pada tanggal 2 Juli 2016 Termohon pernah meninggalkan Pemohon dan anak Pemohon tanpa pamit selama 2 hari di rumah orang tua Termohon;
Sehingga hal-hal tersebut di atas menyebabkan pertengkaran yang serius antara Pemohon dengan Termohon dan sukar untuk dirukunkan kembali;
5. Bahwa pada tanggal 6 September 2016 terjadi puncak pertengkaran antara Pemohon dengan Termohon disebabkan sifat Termohon yang tidak mau berubah dan Pemohon merasa sudah tidak kuat lagi terhadap sifat dan sikap Termohon yang tidak baik, sehingga Pemohon pulang ke rumah orang tua Pemohon dan sampai sekarang antara Pemohon dengan Termohon telah berpisah rumah selama 4 bulan dan sejak saat itu sudah tidak ada komunikasi serta sudah tidak pernah melakukan hubungan badan;
6. Bahwa Pemohon merasa sudah tidak bisa mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan Termohon, dan Pemohon sudah tidak mencintai Termohon lagi, sehingga Pemohon dengan ini bermaksud untuk segera mengajukan cerai talak di Pengadilan Agama Pekalongan;
7. Bahwa oleh karena itu Pemohon mengajukan permohonan ini ke Pengadilan Agama Pekalongan dengan maksud mohon agar diijinkan untuk mengucapkan Ikrar Talak terhadap Termohon.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Pemohon mohon agar Pengadilan Agama Pekalongan, berkenan untuk memanggil dan mengadili kedua belah pihak, selanjutnya memeriksa dan memberikan putusan yang berbunyi sebagai berikut:
Primair:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan memberi ijin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan talak terhadap Termohon (TERMOHON) dihadapan sidang Pengadilan Agama Pekalongan;
3. Menentukan besarnya biaya perkara serta pembebanannya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Subsidair:
Lembar ke 4 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Apablia Majelis Hakim Pengadilan Agama Pekalongan berpendapat lain,
mohon agar memberikan putusan lain yang seadil-adilnya, sesuai dengan rasa keadilan dan hukum yang berlaku.;
Bahwa pada hari dan tanggal sidang yang telah ditetapkan Pemohon dan Termohon datang sendiri menghadap ke persidangan, kemudian Majelis Hakim berusaha mendamaikan keduanya agar rukun kembali membina rumah tangganya seperti semula tetapi tidak berhasil. Dan menetapkan perkara ini
didamaikan melalui mediasi, berdasarkan surat dari Hakim Mediator (Drs. H. Zaenuri, M.Hum.) tanggal 20 Pebruari 2017 yang pada pokoknya
menerangkan bahwa mediasi tidak berhasil, sehingga perdamaian tidak berhasil dilakukan;
Bahwa usaha Majelis Hakim mendamaikan tidak berhasil, lalu dibacakanlah surat permohonan Pemohon, yang isi selengkapnya tetap dipertahankan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon di depan sidang telah menyampaikan jawabannya secara tertulis tanggal 03 April 2017, pada pokoknya sebagai berikut :
1. Bahwa benar Termohon dan Pemohon sudah menikah;
2. Bahwa tidak semua benar. terakhir tinggal di Degayu di rumah bersama sampai terakhir pada tanggal 14 Agustus 2016, saat itu Termohon diusir oleh Pemohon;
3. Bahwa benar anak sekarang dalam asuhan Termohon;
4. Bahwa benar tanggal 5 Januari 2015 rumah tangga Termohon dan Pemohon terjadi pertengkaran mulut, namun alasan pertengkaran a sampai c tidak benar, dan benar pada tanggal 2 Juli 2016 Termohon pernah meninggalkan Pemohon 2 hari karena Pemohon selalu bersikap kasar;
5. Bahwa tidak benar pada tanggal 6 September 2016 terjadi puncak pertengkaran, bahwa yang benar pada tanggal 14 Agustus 2016 terjadi pertengkaran yang disebabkan Termohon meminta pengertian Pemohon karena selama ini Termohon sudah sabar tinggal dirumah Pemohon dan mengurus anak sendiri keeana Pemohon kerja diluar kota dan pulang seminggu sekali;
Lembar ke 5 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 6. Termohon tidak setuju untuk bercerai dikarenakan untuk kebaikan masa
depan anak;
7. Termohon mohon kepada majelis Hakim Pengadilan Agama Kota pekalongan untuk bertindak dan mengambil putusn secara adil dan bijaksana untuk masa depan anak, namun jika Pemohon memaksa Termohon meminta agar Pemohon memenuhi kewajiban nya sebagai berikut:
- Nafkah lampau 6 bulan tiap bulan Rp. 1.500.000,- x 6 bulan = Rp. 9.000.000,-
- Nafkah iddah tiap bulan Rp 1.500.000,- x 3 bulan = Rp. 4.500.000,- - Nafkah mut’ah Rp. 4.500.000,-;
- Nafkah anak tiap bulan Rp. 1.000.000,- sampai dengan anak dewasa;
Bahwa atas jawaban Termohon terebut Pemohon telah menyampaikan replik secara tertulis pada tanggal 17 April 2017 yang pada pokoknya tetap dalil permohonan Pemohon, adapun tentang tuntutan Termohon, Pemohon hanya
sanggup membayar mut’ah sebesar Rp. 1.500.000,- dan nafkah anak Rp. 500.000,- perbulan dengan kenaikan 10% tiap tahunnya, dan menolak
tuntutan mengenai nafkah iddah dan nafkah lampau;
Bahwa atas replik Pemohon tersebut Termohon telah menyampaikan duplik secara lisan yang pada pokoknya tetap dengan jawaban dan tuntutan Termohon;
Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya tersebut Pemohon telah mengajukan bukti-bukti berupa :
I. Bukti Surat:
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon No.3375032012870003, tanggal 01 Maret 2013, telah dinazegelen bermaterai cukup serta telah diperiksa dan dicocokkan dengan aslinya (Bukti P.1);
2. Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor : 216/32/V/2013, tanggal 17 Mei 2013 telah dinazegelen bermaterai cukup serta telah diperiksa dan dicocokkan dengan aslinya (Bukti P.2);
Lembar ke 6 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 3. Asli Surat keterangan Penghasilan, yang dibuat dan ditanda tangani oleh
Primcofa pekerjaan karyawan KSP Utama Karya Cabang Randudonggkal tanggal 12 Mein2017;
II. Saksi-saksi:
1. SAKSI I, umur 52 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, bertempat kediaman di Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan, telah memberikan keterangan dibawah sumpah di depan sidang yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
- Bahwa saksi kakak ipar Pemohon;
- Bahwa saksi tahu Pemohon nikah dengan Termohon pada bulan Mei 2013, dan telah dikaruniai satu orang anakyang sekaang diasuh oleh Termohon;
- Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal bersama di rumah orang tua Termohon selama 2 minggu kemudian pindah dirumah orang tua Pemohon selama 6 bulan pindah kerumah orang tua Termohon 5 bulan dan terakhir tinggal bersama di rumah orang tua Termohon ;
- Bahwa saksi tahu Pemohon dan Termohon rumah tangganya sering cekcok dan bertengkar, karena Termohon suka cemburu dengan Pemohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sudah pisah rumah kurang lebih 7 bulan karena Pemohon meninggalkan Termohon;
- Bahwa saksi sudah pernah mendamaikan Pemohon dan Termohon, namun tidak berhasil;
- Bahwa saksi sudah tidak sanggup lagi mendamaikan Pemohon dan Termohon ;
2. SAKSI II, umur 47 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, tempat kediaman di Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan, telah memberikan keterangan dibawah sumpah di depan sidang yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
- Bahwa saksi adalah kakak Pemohon;
- Bahwa setahu Pemohon dan Termohon menikah pada tahun 2013, dan
Lembar ke 7 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 telah dikarunia anak satu orang yang sekarang diasuh oleh Termohon;;
- Bahwa setelah nikah Pemohon dan Termohon tinggal di rumah Termohon, kemudian pindah ke rumah orang tua Pemohon, pindah ke rumah orang tua Termohon, dan Terakhir tinggal bersama dirumah orang tua Termohon ;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sekarang sudah berpisah tempat tinggal sejak September 2016 Pemohon dan Termohon sering bertengkar;
- Bahwa saksi tahu karena Pemohon dan Termohon sering cekcok karena Termohon suka cemburu.misal karena ada sms dari nasabah Termohon curiga dan cemburu;
- Bahwa saksi telah berusaha untuk mendamaikan Pemohon dan Termohon, namun tidak berhasil;
Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil jawabannya, Termohon telah mengajukan saksi-saksi sebgai berikut:
1. SAKSI TI, umur 65 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, tempat kediaman di Kelurahan Jenggot Kecamatan Pwkalongan Selatan Kota Pekalongan, telah memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada p okoknya sebagai berikut:
- Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon, karena saksi orang tua Termohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon suami istri dan sudah dikaruniai satu orang anak yang sekarang diasuh oleh Termohon;
- Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal di rumah orang tua Pemohon, lalu pindah ke rumah orang tua Termohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sering bertengkar, tetapi saksi tidak tahu penyebabnya;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sekarang sudah pisah tempat tinggal sejak september 2016 Pemohon pergi meninggalkan Termohon;
- Bahwa selama pisah Pemohon tidak pernah mengirim nafkah untuk Termohon;
Lembar ke 8 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 - Bahwa saksi sudah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon,
tetapi tidak berhasil ;
2. SAKSI TII, umur 50 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, tempat kediaman di Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan , telah memberi ketengan dibawah sumpahnya sebagai berikut:
- Bahwa saksi kenal dengan Termohon dan Pemohon karena saksi tetangga Termohon;
- Bahwa Temohon sudah menikah dengan Pemohon, dan sudah dikaruniai satu orang anak yang sekarang diasuh oleh Termohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon setelah menikah terakhir tinggal di rumah orang tua Termohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sudah berpisah tempat tinggal kurang lebih 6 bulan, dan penyebabnya saksi tidak tahu;
- Bahwa saksi pernah dititipi uang oleh Pemohon untuk anaknya Rp. 200.000;
- Bahwa saksi sudah pernah pernah merukunkan Pemohon dan Termohon, tetapi tidak berhasil;
Bahwa Pemohon telah menyampaikan kesimpulan yang pada pokoknya menyatakan tetap pada dalil-dalil permohonan semula untuk bercerai dengan Termohon karena tidak dapat lagi mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan Termohon kemudian mengenai tuntutan Termohon Pemohon tetap dengan jawababnya, lalu Pemohon memohon putusan yang seadil-adilnya;
Bahwa Termohon telah menyampaikan kesimpulan yang pada pokoknya menyatakan tetap pada dalil-dalil jawaban dan dupliknya, serta memohon putusan yang seadil-adilnya;
Bahwa tentang jalannya pemeriksaan perkara ini semuanya telah tercatat dalam berita acara persidangan yang bersangkutan dan untuk ringkasnya dianggap telah termuat dalam putusan ini;
PERTIMBANGAN HUKUM Dalam Konvensi.
Lembar ke 9 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah
sebagaimana yang telah diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 49 huruf (a) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, perkara ini merupakan perkara perceraian antara orang-orang yang beragama Islam, maka merupakan kewenangan absolut Peradilan Agama;
Menimbang, bahwa telah ditempuh usaha damai baik yang dilakukan oleh Majelis Hakim maupun melalui proses Mediasi dengan Mediator Hakim Drs. H. Zaenuri, M.Hum, sebagaimana laporan mediator tanggal 20 Februari 2017, akan tetapi tidak berhasil. Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat usaha damai sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. pasal 82 ayat (1) Undang-Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 dan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, patut dinyatakan tidak berhasil;
Menimbang, bahwa Pemohon mengajukan permohonan untuk diberi izin mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon dengan dalil bahwa setelah menikah Pemohon dengan Termohon rumah tangganya rukun dan harmonis, tetapi sejak tanggal 5 Januari tahun 2015 sering terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus yang puncaknya terjadi pada tanggal 6 September 2016 akhirnya antara Pemohon dengan Termohon tidak tinggal serumah lagi, Pemohon pulang kerumah orang tua Pemohon dan sampai sekarang tidak pernah bersatu kembali;
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, dalam jawabannya Termohon mengakui sebagian dalil-dalil permohonan dan menolak selebihnya; namun jika Pemohon berkehendak mencaraikan Termohon, Termohon tidak keberatan, asal Pemohon memeuhi kewajibannya terhadap Termohon ;
Menimbang, bahwa oleh karena itu yang dijadikan alasan pokok dalam permohonan ini adalah telah terjadinya perselisihan dan pertengkaran terus menerus sebagaimana tersebut dalam pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah
Lembar ke 10 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Nomor 9 Tahun 1975 jo. pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka
sesuai dengan ketentuan pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah tersebut, Majelis Hakim perlu mendengar keterangan pihak keluarga dan orang-orang yang dekat dengan suami isteri itu;
Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalilnya, Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat dan dua orang saksi masing-masing bernama Khuyari Bin Rusdi dan Robikin Bin Warun ;
Menimbang, bahwa bukti P.1, menjelaskan mengenai kedudukan dan tempat tinggal Pemohon berada di Kota Pekalongan, sedangkan bukti P.2.
menjelaskan mengenai adanya ikatan perkawinan antara Pemohon dengan Termohon, kedua bukti surat tersebut merupakan akta otentik dan telah bermeterai cukup, serta telah dicocokkan dan sesuai dengan aslinya. Oleh sebab itu bukti-bukti tersebut telah memenuhi syarat formal dan materiil serta bukti tersebut mempunyai kekuatan yang sempurna dan mengikat;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1, Pemohon bertempat tinggal diwilayah hukum Pengadilan Agama Pekalongan, sedangkan Termohon juga berada diwilayah hukum Pengadilan Agama Pekalongan dan permohonan ini diajukan ke Pengadilan Agama Pekalongan, oleh karenanya Pengadilan Agama Pekalongan berwenang untuk menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan permohonan Cerai Talak sesuai dengan ketentuan pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Perubahan Kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, gugatan Pemohon formil dapat diterima;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.2, bahwa antara Pemohon dan Termohon ada hubungan hukum, yaitu sebagai suami istri, maka berdasarkan ketentuan pasal 49 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, permohonan Pemohon memiliki dasar hukum/legal standing, dan Pengadilan Agama Pekalongan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan ini ; -
Lembar ke 11 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.3 berupa surat pernyataan
penghaasilan meskipun bermaterai tetapi yang mengeluarkan adalah karyawan KSP Utama Karya Cabang Randudongkal, maka majelis menilai bahwa bukti P.3 tdak dapat dijasikan bukti dan harus dikesampingkan;
Menimbang, bahwa kesaksian yang diberikan oleh kedua orang saksi Pemohon didasarkan pengetahuan, penglihatan dan pendengaran langsung saksi dan keterangannya saling terkait satu dengan yang lain, kedua saksi adalah keluarga dan teman dekat Pemohon, maka berdasarkan pasal 172 HlR jo. pasal 76 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 kedua orang saksi Pemohon dipandang telah memenuhi syarat formal dan materil kesaksian, sehingga oleh karenanya keterangan saksi tersebut merupakan alat bukti yang mempunyai nilai pembuktian;
Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil bantahannya, Termohon telah mengajukan 2 (dua) orang saksi Sudarsono bin Mohamad Yatin dan Rukiyah binti Wakhidi;
Menimbang, bahwa kesaksian yang diberikan oleh kedua orang saksi Termohon didasarkan pengetahuan, penglihatan dan pendengaran langsung saksi dan keterangannya saling terkait satu dengan yang lain, kedua saksi adalah teman/keluaraga Termohon, maka berdasarkan pasal 172 HlR jo. pasal 76 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang- Undang Nomor 50 Tahun 2009 kedua orang saksi Termohon tersebut dipandang telah memenuhi syarat formil dan materil. Dengan demikian keterangan saksi tersebut merupakan alat bukti yang mempunyai nilai pembuktian;
Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil Pemohon, jawaban Termohon, dihubungkan dengan bukti tertulis dan saksi-saksi Pemohon dan Termohon tersebut, Majelis Hakim telah menemukan fakta hukum dalam persidangan sebagai berikut:
Lembar ke 12 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 - Bahwa Pemohon dan Termohon terikat dalam perkawinan yang sah dan
telah dikaruniai satu orang anak yang sekarang tinggal dengan Termohon;
- Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal di rumah orang tua Termohon, kemudian pindah di rumah orang tua Pemohon dan terakhir tinggal di rumah orang tua Termohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon rumah tangganya sejak bulan Januari 2015 sering terjadi pertengkaran, karena Termohon cemburu dengan Pemohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon sejak September 2016 sudah berpisah tempat tinggal, Pemohon pulang ke rumah orang tua Pemohon;
- Bahwa selama pisah Pemohon dan Termohon sampai sekarang tidak pernah bersatu kembali;
- Bahwa usaha untuk mendamaikan Pemohon dan Termohon dari keluarga Pemohon maupun keluarga Termohon sudah sering dilakukan, tetapi tidak berhasil;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, terbukti bahwa dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon telah terjadi perselisihan dan pertengkaran disebabkan Termohon cemburu dengan Pemohon, maka dari fakta hukum dan pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan Pemohon dan Termohon telah pecah (broken marriage) dan tidak ada harapan kedua belah pihak akan dapat rukun lagi dalam rumah tangga;
Menimbang, bahwa terlepas dari siapapun yang menyebabkan timbulnya perselisihan rumah tangga, yang jelas dengan fakta Pemohon dan Termohon telah berpisah tempat tinggal sampai sekarang selama kurang lebih 8 bulan, sudah tidak lagi menjalankan kewajiban sebagaimana layaknya suami isteri, maka hal ini menunjukkan rumah tangga telah pecah, sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 379/K/AG/1995 tanggal 26 Maret 1995 menyatakan: ”suami isteri yang tidak berdiam serumah lagi, dan tidak ada harapan untuk dapat rukun kembali, maka rumah tangga tersebut telah terbukti retak dan pecah”;
Menimbang, bahwa berdasarkan keadaan senyatanya yang terjadi dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon sebagaimana terurai dalam fakta
Lembar ke 13 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 di atas, maka patut dinilai rumah tangga Pemohon dan Termohon telah pecah
dan terus menerus terjadi perselisihan yang tidak ada harapan untuk bisa rukun kembali, sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal sebagaimana dimaksud Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 atau rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah sebagaimana dikehendaki dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, tidak dapat diwujudkan dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon, karena itu perkawinan yang demikian tidak dapat dipertahankan lagi dan lebih maslahah diakhiri dengan perceraian agar masing-masing pihak dapat dengan leluasa menentukan masa depannya sendiri;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim menilai keinginan Termohon untuk tetap mempertahankan rumah tangganya adalah keinginan yang mulia, akan tetapi apabila perkawinan sebagaimana digambarkan dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon tersebut di atas tetap dipertahankan, maka dipastikan antara Pemohon dan Termohon sudah tidak ada rasa saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin antara satu dengan lainnya, padahal hal tersebut merupakan faktor penting bagi terwujudnya keharmonisan sebuah rumah tangga dan juga menjadi kewajiban bagi suami isteri seperti yang diatur dalam Pasal 33 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 77 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam. Sehingga Majelis Hakim menilai bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon telah kehilangan makna dari sebuah perkawinan yakni ikatan lahir dan batin;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim memandang perlu pula untuk mengetengahkan dalil syara’ sebagaimana terdapat dalam Al-Quran :
1. Surat Al-Baqarah ayat 227 yang berbunyi sebagai berikut:
ﻡْﻳِﻠَﻋ ﻊْﻳِﻣَﺳ ﷲ ﱠﻥﺈﻓ َﻕﻼﱠﻁﻟﺍ ﺍﻭُﻣﺯَﻋ ْﻥﺇ َﻭ
Artinya “Dan jika mereka berazam (berketetapan hati) untuk talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui;
2. Surat Al Baqarah ayat 229 yang berbunyi :
Lembar ke 14 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Artinya : "Talak (yang dapat dirujuk) adalah dua kali, maka (apabila masih
dapat diperbaiki) tahanlah dengan cara yang baik (dan bila tidak bisa diperbaiki) pisahlah dengan cara yang baik (pula)”
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat permohonan Pemohon telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 39 ayat (2) huruf (f) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 5 huruf (a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, karenanya permohonan Pemohon dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 72 dan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 Majelis Hakim perlu menambah amar yang isinya memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Pekalongan untuk mengirimkan salinan penetapan ikrar talak perkara a quo kepada Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut;
Dalam Rekonvensi:
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat Rekonvensi (untuk selanjutnya disebut Pengguat) adalah sebagaimana tersebut di atas;
Meqnimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi mengajukan tuntutan masih dalah tahap jawaban, maka secara formil tuntutan tersebut dapat diterima;
Menimbang, bahwa hal-hal yang telah dipertimbangkan dalam konvensi sepanjang ada relevansinya dinyatakan sebagai pertimbangan dalam rekonvensi;
Menimbang, bahwa Penggugat dalam jawaban petitum angka 7 menuntut agar Pemohon memberikan kewajibannya berupa:
- Nafkah lampau 6 bulan tiap bulan Rp. 1.500.000,- x 6 bulan: Rp. 9.000.000,- - Nafkah iddah tiap bulan Rp 1.500.000,- x 3 bulan = Rp. 4.500.000,-
- Nafkah mut’ah Rp. 4.500.000,-;
Lembar ke 15 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 - Nafkah anak tiap bulan Rp. 1.000.000,- sampai dengan anak dewasa;
Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat Rekonvensi tersebut diatas Tergugat Rekonvensi hanya menyanggupi memberikan mut’ah sebesar Rp.
1.500.000,- dan nafkah anak sebesar Rp. 500.000,- dan menolak selebihnya;;
Menimbang, bahwa karena tuntutan Penggugat Rekonvensi sebagian ditolak oleh Tergugat Rekonvensi, maka untuk membuktikannya Penggugat Rekonvensi dibebani bukti;
Menimbang, bahwa mengenai gugatan nafkah madliyah, Majelis Hakim mempertimbangkan hal-hal di bawah ini.
Menimbang, bahwa secara normatif, seorang suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum, serta mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya (vide pasal 31 dan 34 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan).
Menimbang, bahwa dalam hukum acara, semestinya Penggugat Rekonvensi yang dibantah dalilnya yang harus terlebih dahulu membuktikan kebenaran dalilnya, namun membuktikan sesuatu yang sifatnya negatif, seperti
“tidak memberikan nafkah”, adalah suatu hal yang amat sulit (negative non sunt probanda), oleh karenanya dalam hal ini Tergugat Rekonvensi yang terlebih dahulu harus membuktikan dalil-dalilnya.
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi untuk menguatkan gugatannya telah mengajukan saksi-saksi.
Menimbang, bahwa bukti saksi yang diajukan Penggugat Rekonvensi tidak ada satupun yang menerangkan masalah nafkah yang dipersengketakan di atas.
Menimbang, bahwa pada saat rumah tangga pasangan suami istri masih normal, hampir bisa dipastikan tak ada seorang suami pun yang mencatat pemberiannya kepada istrinya, dan sebaliknya tak ada seorang istri pun yang memberikan tanda terima atas pemberian suaminya. Begitu pula tidak akan ada
Lembar ke 16 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 seorang istri yang menceritakan kepada orang lain atau keluarganya bahwa
suaminya telah memberinya uang dan lain-lain kebutuhan rumah tangganya, kecuali apabila ia sudah mendapatkan masalah karena tidak diberi nafkah atau diberi namun tidak mencukupi. Oleh karena itu dalam hal persengketaan suami istri mengenai nafkah seperti dalam perkara aquo, amat sulit bagi para pihak untuk membuktikan kebenaran dalil-dalil gugatan atau bantahannya, sehingga Majelis tidak mendapatkan bukti-bukti yang kongkrit dan meyakinkan.
Menimbang, bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan dalam pertimbangan konvensi pula, bahwa perpisahan Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi karena Tergugat Rekonvensi pulang ke rumah orang tua Tergugat Rekonvensi, oleh karena itu Penggugat Rekonvensi tidak dapat dikatakan berbuat nusyuz.
Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 80 ayat (4) dan (5) KHI suami berkewajiban memberikan nafkah kepada istrinya sesuai kemampuanya dan kewajiban tersebut tetap berlaku sampai terjadinya perceraian, terkecuali bila istri dalam keadaan nusyuz. Jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan akan menjadi utang bagi suami dan dapat dituntut oleh istri.
Menimbang, bahwa Tergugat rekonvensi telah terbukti melalaikan kewajibannya tidak memberikan nafkah selama pisah rumah, yakni sejak bulan September 2016 dan Penggugat Rekonvensi tidak terbukti sebagai isteri yang nusyuz, maka Penggugat rekonvensi berhak mendapatkan nafkah lampau yang telah dilalaikan Tergugat Rekonvensi.
Menimbang, bahwa untuk menentukan berapa besar nafkah yang selayaknya diterima oleh Penggugat Rekonvensi, Majelis harus mempertimbangkan terlebih dahulu seberapa besar kemampuan Tergugat Rekonvensi.
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi tidak dapat mengajukan bukti tertulis mengenai berapa besar gaji/penghasilan yang diterima oleh Tergugat Rekonvensi, namun Penggugat Rekonvensi telah menyampaikan bahwa ketika masih bersatu Tergugat Rekonvensi mempunyai penghasilan sebesar kurang lebih Rp. 4.000.000,- dan keterangan dari saksi Penggugat Rekonvensi bahwa
Lembar ke 17 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 selama pisah Tergugat Rekonvensi tidak pernah memberi nafkah kepada
Penggugat Rekonvensi;
Menimbang, bahwa bukti yang tertulis yang diajukan oleh Tergugat Rekonvensi hanya berupa surat pernyataan, bukan slip gaji yang diperoleh setiap setiap bulan, sehingga dengan bukti surat tersebut Majelis beranggapan bahwa Tergugat Rekonvensi mempunyai penghasilan rutin, bukan jumlah nominal penghasilan Tergugat Rekonvensi setiap bulannya;
Menimbang, dengan pertimbangan diatas Majelis mendapatkan fakta, bahwa Tergugat Rekonvensi yang mempunyai penghasilan rutin setiap bulannya sehingga memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah kepada Tergugat Rekonvensi, namun gugatan nafkah lampau sebesar Rp 1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah) sebulan selama 6 bulan dipandang terlalu besar untuk memenuhi kebutuhan hidup Penggugat Rekonvensi yang telah tinggal berpisah rumah dengan Tergugat Rekonvensi, oleh karenanya Majelis dapat mengabulkan gugatan nafkah lalu (madliyah) Penggugat Rekonvensi dan menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar kepada Penggugat Rekonvensi sebesar Rp 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), setiap bulan dikalikan 6 bulan, sehingga seluruhnya berjumlah Rp 4.500.000,00 (Empat juta lima ratus ribu rupiah juta ).
Menimbang, bahwa berikut ini akan dipertimbangkan tentang gugatan nafkah, selama iddah 3 (tiga) bulan;
Menimbang, bahwa dalam pasal 84 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam dinyatakan bahwa "Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf (a dan b) tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya";
Menimbang, bahwa sementara itu dalam pasal 149 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam terdapat abstrak hukum bahwa “Bilamana perkawinan putus karena talak maka bekas suami wajib memberi nafkah, maskan dan kiswah selama iddah kepada bekas isterinya yang tidak nusyuz.
Menimbang, bahwa dari ketentuan Pasal 84 ayat (2) dan pasal 149 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam tersebut dapat diambil kaidah hukum bahwa berhak tidaknya Penggugat Rekonpensi (isteri) atas nafkah, maskan dan kiswah
Lembar ke 18 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 selama iddah dari Tergugat Rekonpensi (suami) tergantung dari ada tidaknya
prilaku nusyuz dari Penggugat Rekonpensi (isteri), oleh karenanya terlebih dahulu Majelis akan mempertimbangkan tentang ada tidaknya prilaku nusyuz dari Penggugat Rekonpensi (isteri);
Menimbang, bahwa dalam Pasal 84 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam dinyatakan bahwa " Isteri dapat dianggap nusyuz, jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam kecuali dengan alasan yang sah". Sedangkan dalam pasal 83 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa "Kewajiban utama bagi seorang isteri ialah berbakti lahir dan bathin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam";
Menimbang, bahwa dipersidangan tidak terdapat bukti-bukti yang dapat membuktikan bahwa Penggugat Rekonpensi nusyuz, sebab Tergugat Rekonfensi yang pergi meninggalkan Penggugat Rekonvensi dari tempat tinggal bersama sejak September 2016. Dengan demikian, menurut hukum bahwa Tergugat Rekonpensi tetap berkewajiban memberi nafkah kepada Penggugat Rekonpensi;
Menimbang, bahwa dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 terdapat abstrak hukum bahwa setiap isteri yang ditalak/dicerai oleh suaminya menjalani masa iddah, sedangkan lamanya masa iddah menurut pasal pasal 39 ayat (1) huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 adalah masa tunggu (iddah) isteri yang ditalak suaminya ba’da dhuhul sekurang-kurangnya 90 hari/ 3 bulan;
Menimbang, bahwa Tergugat Rekonpensi dalam repliknya telah memberikan jawaban yang pada pokoknya menolak tentang gugatan nafkah selama iddah tersebut, karena Penggugat Rekonvensi nusyuz;
Menimbang, bahwa karena tuntutan Penggugat Rekonvensi tentang nafkah iddah tersebut Tergugat Rekonvensi menolak untuk memberikan, maka bahwa Pasal 41 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 memberi kewenangan kepada Majelis untuk menetapkan suatu kewajiban (prestasi) kepada bekas suami terhadap bekas isterinya, termasuk menetapkan besaran
Lembar ke 19 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 nafkah, maskan dan kiswah selama iddah yang harus ditanggung/dibayar oleh
bekas suami terhadap bekas isterinya;
Menimbang, bahwa berdasar uraian pertimbangan tersebut maka Majelis menetapkan dan menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar nafkah, selama masa iddah 3 (tiga) bulan kepada Penggugat Rekonpensi sebesar Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah) x 3 bulan sejumlah Rp. 3.000.000,- (Tiga juta rupiah);
Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan mengenai gugatan mut’ah berupa uang Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah);
Menimbang, bahwa mut’ah adalah suatu pemberian kenang-kenangan dari mantan suami untuk menghibur hati mantan istri, baik berupa uang atau barang;
Menimbang, bahwa mut’ah merupakan kewajiban bagi seorang suami yang mentalak istrinya yang telah dicampurinya (ba’da dukhuliha) dimana istrinya sebagaimana dimaksud dalam muatan Pasal 149 huruf (a) Pasal 158 huruf (b) serta Pasal 159 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia;
Menimbang, bahwa tentang kewajiban suami tersebut, perlu dikemukakan ayat Al-Quran, kaidah fiqih sebagai berikut:
Menimbang, bahwa sejalan dengan Al-Quran surat Al-Baqarah, ayat 241 yang selanjutnya diambil-alih sebagai pertimbangan hukum sebagai berikut:
َﻥﻳِﻘﱠﺗُﻣْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺎ]ﻘَﺣ ِﻑﻭ ُﺭْﻌَﻣْﻟﺎِﺑ ُ◌ُﻉﺎَﺗَﻣ ِﺕﺎَﻘﱠﻠَﻁُﻣْﻠِﻟ َﻭ }
ﺓﺭﻘﺑﻟﺍ ٢٤١ {
Artinya: “Dan kepada istri-istri yang ditalak hendaklah diberikan oleh mantan suaminya suatu mut’ah secara ma’ruf merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa”’
Juga pernyataan ibnu ‘umar dan ibnu Syihab dalam Kitab Tanwir al-Hawalik Syarh ‘Ala muwaththa Malik Juz III, Bab Mut’ah Thalaq, halaman 94 sebagai berikut: ( Bagi setiap isteri yang ditalak ada mut’ahnya). ﺔﻌﺗﻣ ﺔﻘﻠﻁﻣ ﻝﻛ.
Menimbang, bahwa oleh karena perceraian ini atas kehendak suami (Tergugat Rekonpensi), maka Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa mantan suami seyogiyanya memberikan mut’ah yang layak kepada mantan istri, berdasarkan Pasal 149 huruf (a), dan Pasal 158 huruf (b) Kompilasi
Lembar ke 20 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Hukum Islam, karena tuntutan/gugatan mut’ah Penggugat Rekonvensi sebesar
Rp. 4.500.000,- (Empata juta lima ratus ribu rupiah) sedangkan Tergugat Rekonvensi hanya sanggup 1.500.000,- karena Tergugat Rekonvensi bekerja sebagai karyawan koperasi, maka Majelis akan menentukan sendiri sesuai dengan kepatutan dan kewajaran sebagaimana kehendak pasal 160 Kompilasi Hukum Islam, dan juga lamanya masa perkawinan Penggugat Rekonvensi dengan Tergugat Rekonvensi baru 4 tahun;
Menimbang, bahwa berdasar uraian pertimbangan tersebut dengan didasarkan Pasal 41 huruf (c) Undang Undang Nomor 1 tahun 1974, maka Majelis menetapkan dan menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar mut’ah kepada Penggugat Rekonpensi berupa uang sebesar Rp. 2.000.000,- (Dua Juta rupiah);
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonpensi menuntut nafkah anak yang bernama, Ahmad Zaen Muttaqin, Laki-laki, kelahiran Pekalongan tanggal 18 Mei 2014, sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu juta rupiah) yang sekarang diasuh oleh Penggugat Rekonvensi, sedangkan Tergugat Rekonpensi dalam repliknya menyatakan sanggup mebayar nafkah anak sebesar Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah);
Menimbang, bahwa dalam pasal 45 ayat (1 dan 2) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa (1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya; (2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus;
Menimbang, bahwa sementara itu menurut pasal 41 huruf (b) Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa, Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut;
Menimbang, bahwa sementara itu menurut Pasal 149 huruf ( d ) Kompilasi Hukum Islam, bilamana perkawinan putus karena talak maka biaya hadlonah ditanggung oleh suami/ayah menurut kemampuannya, sekurang-
Lembar ke 21 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21
tahun);
Menimbang, bahwa karena Tergugat Rekonpensi hanya ada kesanggupan untuk memberi nafkah anak tersebut sebesar Rp. 500.000, sedangkan Penggugat Rekonvensi tetap dengan tuntutannya sebesar Rp.
1.000.000,-, maka dengan didasarkan pasal 78 huruf (b) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50 tahun 2009, maka Majelis menetapkan dan menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar kepada Penggugat
Rekonpensi biaya/nafkah hadlonah anaknya tersebut setiap bulan Rp. 750.000,- sampai anak tersebut berumur dewasa (21 tahun) diluar biaya
pendidikan dan kesehatan dengan tambahan 10 % setiap tahunnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI.
Menimbang, bahwa perkara ini termasuk bidang perkawinan sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 yang diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka biaya perkara dibebankan kepada Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi;
Mengingat dengan memperhatikan segala peraturan perundang undangan yang berlaku serta hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini.
MENGADILI 1. Mengabulkan permohonan Pemohon ;
2. Memberi izin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (TERMOHON) di hadapan sidang Pengadilan Agama Pekalongan;
3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Pekalongan untuk mengirim salinan penetapan ikrar talak kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan dan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Pekalongan Selatan guna dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;
DALAM REKONVENSI
Lembar ke 22 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi sebagian;
2. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar kepada Penggugat Rekonvensi:
a. Nafkah lalu (madliyah) sebanyak Rp 4.500.000,- (Empat juta liam ratus ribu rupiah);
b. Nafkah iddah sebanyak Rp 3.000.000,-(Tiga juta rupiah);
c. Mut’ah berupa uang sebanyak Rp 2.000.000,- (Dua juta rupiah);
3. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk memberikan nafkah anak yang bernama Ahmad Zaen Muttaqin kepada Penggugat Rekonvensi sebanyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan sampai anak tersebut dewasa/21 tahun diluar biaya pendidikan dan kesehatan dengan tambahan 10 % setiap tahunnya;
3. Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi selain dan selebihnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Membebankan kepada Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar seluruh biaya yang timbul dari perkara ini sebanyak Rp 651.000,- (Enam ratus lima puluh satu ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Pekalongan pada hari Senin tanggal 12 Juni 2017 M.
bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1438 H., yang dibacakan pada hari Semin tanggal 19 Juni 2017 M bertepatan tanggal 24 Ramadhan 1438 H dalam sidang terbuka untuk umum oleh kami Dra. Hj. Nadhifah, S.H., M.H. sebagai Ketua Majelis, Drs. H. Suginoto, S.H. dan Drs. H. Syamsul Falah, M.H. masing- masing sebagai Hakim Anggota, dengan dibantu oleh Suyitno, S.H. sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Pemohon/kuasa Pemohon dan Termohon;
Ketua Majelis
Dra. Hj. Nadhifah, S.H., M.H.
Hakim Anggota, Hakim Anggota,
Lembar ke 23 dari 23 hal. Put.No.0042/Pdt.G/2017 Drs. H. Suginoto, S.H. Drs. H. Syamsul Falah, M.H.
Panitera Pengganti,
Suyitno, S.H.
Perincian Biaya :
1. Pendaftaran : Rp. 30.000,00 2. proses : Rp. 50.000,00 3. Pemanggilan : Rp. 540.000,00 4. Redaksi : Rp. 5.000,00 5. M a t e r a i : Rp. 6.000,00
J u m l a h : Rp. 651.000,00 (Enam ratus lima puluh satu ribu rupiah)