HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL BEING DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
DUSTIRA CIMAHI
SOFFI TSAURAH ISLAMI Dr. Ahmad Gimmy, M.Si.
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
This study was conducted to find if there was a correlation between Subjective Well Being (SWB) and Organizational Citizenship Behavior (OCB) on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The subjects of this research were nurses at the inpatient unit Dustira Hospital who interacts with patients for 24 hours. The number of samples is 74 people scattered in 14 different rooms. Measuring instruments used in this study was a questionnaire Satisfaction with Life Scale (SWLS) developed by Diener (1985) and Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) developed by Watson (1988), both instruments used to measure SWB. And OCB were measured by the questionnaire from Organ, Podsakoff, and Mackenzie (2006). This three questionnaire had been tested its reliability and validity level. The data obtained from the three instruments were analyzed by non-parametric statistical correlation test of Rank Spearman with SPSS for Windows version 20.0
The results indicate that there was positive correlation between SWB and OCB on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. The correlation between SWB and OCB varieties (altruism, conscientiousness, sportsmanship, and civic virtue) was positively included in the “average” level, while the correlation between SWB and courtesy was positively included in the “low” level on the nurse at the inpatient unit Dustira Hospital, Cimahi. So it can be concluded that the higher level of SWB felt by the nurse, higher nurses OCB would be.
PENDAHULUAN
Pada zaman industrialisasi saat ini, rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan.Salah satu bentuk pelayanan rumah sakit diantaranya menerima rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti Puskesmas dan klinik swasta.Sebagai pusat rujukan layanan kesehatan tingkat dasar, rumah sakit dituntut
untuk mampu menjaga kualitas
pelayanannya pada masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit didukung oleh berbagai tenaga kesehatan professional termasuk perawat.Menurut Departemen Kesehatan Indonesia (2013) perawat adalah tenaga kesehatan professional yang menempati jumlah terbanyak, yaitu 60% dari total keseluruhan karyawan rumah sakit. Peran seorang perawat sangatlah penting dari semua bentuk pelayanan yang diberikan di rumah sakit karena perawatlah yang bertugas selama 24 jam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien. Sehingga, untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan yang baik perawat harus mau
untuk melakukan tugas “ekstra” selain tugas
pokok perawat yang harus dilakukan. Adapun tugas “ekstra” yang harus dilakukan
seperti menggunakan waktu kerja secara efektif serta tolong-menolong dan bekerjasama dengan baik.
Kartz (Robert & Hogan, 2007, h.46) menekankan bahwa “perilaku kooperatif dan
saling membantu yang berada di luar persyaratan formal sangat penting bagi berfungsinya suatu organisasi”.Perilaku prososial atau tindakan “ekstra” yang
keterlibatan yang kuat dalam pertumbuhan organisasi untuk tercapainya keberhasilan suatu organisasi.
Tingkat OCB yang tinggi terbukti mampu menghasilkan tingkat keefektifan yang tinggi pula bagi organisasi (Landen, 2001). Terdapat beberapa motif yang melatarbelakangi perilaku OCB tersebut, seperti keinginan berafiliasi (keinginan untuk memiliki hubungan yang positif dengan orang lain), keinginan berkuasa ataupun loyalitas terhadap organisasi (dalam Organ, 2006, h.7). Borman dan Motowidlo dalam Novliadi, (2007) mengatakan bahwa OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi, karena OCB merupakan pelumas dalam mesin sosial dalam organisasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan empat perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Dustira Cimahi diperoleh data bahwa mereka pernah menggantikan shift kerja rekannya yang berhalangan hadir, perawat lain juga menyebutkan ia pernah beberapa kali melewatkan jam istirahat karena tengah melayani pasien atau dalam suatu keadaan yang genting mereka menolong rekan kerjanya walaupun hal tersebut tidak termasuk dalam tuntutan kerjanya. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi perilaku prososial tersebut,
seperti alasan untuk membantu sesama rekan perawat, alasan untuk kesembuhan pasien maupun alasan untuk menjaga kualitas pelayanan rumah sakit.Fakta tersebut mengindikasikan adanya perilaku OCB pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Dalam pencapaian tujuan suatu organisasi akan lebih mudah bila dilandasi oleh OCB, salah satu penyebab munculnya OCB adalah ketika karyawan merasakan afek positif. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk menolong orang lain dan bersikap positif, seperti segera membantu pasien lain ketika tanggung jawabnya telah selesai dimana hal tersebut distimulasi oleh suasana hati yang positif. Jex & Britt (2008) menyebutkan bahwa saat individu memberikan kontribusi bagi orang lain dan organisasi, perilakunya akan diperkuat karena saat melakukan kebaikan ia akan merasa lebih baik.
mengevaluasi kenyataan bahwa kehidupannya adalah sesuatu yang diinginkan, menyenangkan dan baik.
Subjective Well Being ini akan mempengaruhi performa kerja perawat di rumah sakit. Individu dengan Subjective Well Being yang tinggi cenderung menyiapkan diri secara terus menerus dengan pengetahuan dan keahlian untuk masa yang akan datang sehingga mereka menjadi lebih kreatif dan senantiasa menunjukkan performa kerja yang baik (Frederickson, 2005).
Diener & Lucas (2000) mengatakan dimensi afektif merupakan hal yang sentral dalam Subjective Well Being.Dimensi afek memiliki peranan dalam mengevaluasi well being karena memberi kontribusi perasaan menyenangkan dan perasaan tidak
menyenangkan pada pengalaman
individu.Kedua afek berkaitan dengan evaluasi seseorang karena emosi muncul dari evaluasi yang dibuat oleh individu tersebut.Diener (1984) juga mengungkapkan bahwa keseimbangan tingkat afek merujuk kepada banyaknya perasaan positif yang dialami dibandingkan dengan perasaan negatif.
Adanya suasana emosi yang positif seperti perasaan senang dan antusias akan
membuat seseorang terdorong untuk bekerja dengan lebih aktif (Frederickson dalam Bakker, 2010 h.13). Emosi positif yang dirasakan individu akan membuatnya lebih proactive, menunjukkan adanya inisiatif, bertanggung jawab pada perkembangan professional dirinya, dan berkomitmen tinggi. Afek positif yang dirasakan oleh individu akan menghasilkan kondisi dimana ia mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan lingkungan dan mencapai suatu tujuan, yang dalam hal ini tujuan pelayanan rumah sakit.
Afek positif pada individu akan membuat kecenderungan untuk memiliki OCB yang tinggi karena adanya keinginan untuk membantu orang lain, hal ini berhubungan dengan aspek altruism, sportsmanship, dan sedikitnya konflik dengan organisasi maupun dengan rekan kerja.
spesifik dengan mengerjakan tugas melebihi tugas pokoknya sebagai anggota organisasi.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki setting yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh William dan Shiaw (1999), sehingga diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan tentang hubungan antara Subjective Well Being dengan Organizational Citizenship Behavior dalam konteks yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA Subjective Well Being
Dimensi Kognitif
penilaian kognitif seseorang mengenai kehidupannya, apakah kehidupan yang dijalaninya berjalan dengan baik.Ini merupakan perasaan cukup, damai dan puas, dari kesenjangan antara keinginan dan kebutuhan dengan pencapaian dan pemenuhan.
Dimensi Afektif
Penlilaian seseorang mengenai kejadian dalam hidupnya dengan emosi positif maupun emosi negatif. Dimensi ini merupakan hal sentral untuk SWB.
Organizational Citizenship Behavior
merupakan perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan system reward formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. (Organ, 2006)
Dimensi OCB menurut Organ(2006) adalah sebagai berikut :
Altruism
Perilaku anggota organisasi dalam menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi baik mengenai tugas dalam organisasi maupun masalah pribadi orang lain.
Conscientiousness
Perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang diharapkan perusahaan.Perilaku sukarela yang bukan merupakan kewajiban atau tugas karyawan. Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh ke depan dari panggilan tugas.
Sportmanship
Perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang kurang ideal dalam organisasi
Menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari masalah– masalah interpersonal.
Civic Virtue
Perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab pada kehidupan organisasi (mengikuti perubahan dalam organisasi,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental, yaitu penelitian kuantitatif dimana variabel bebas tidak dimanipulasi oleh peneliti (Christensen, 2011). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian bersifat korelasional.
Partisipan
perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Dustira yang berjumlah 74 orang yang tersebar dalam 14 ruangan.
Pengukuran
Variabel yang ada diukur dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner menggunakan skala likert yang memiliki rentangan 1-4.
Untuk mendapatkan gambaran Subjective Well Being, peneliti menggunakan alat ukur Satisfaction with Life Scale (Diener, Emmons, Larsen & Griffin, 1985) untuk mengukur nilai individu mengenai kepuasan hidupnya dan Positive Affect Negative Affect Schedule (Clark, Watson & Tellegaen, 1988) untuk mengukur tingkat afek positif dan afek
negative indvidu pada satu
waktu.Sedangkan untuk Organizational Citizenship Behavior, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuisioner Konovsky dan Organ (1995).
HASIL PENELITIAN
Hasil pengujian hipotesis mengenai hubungan antara Subjective Well Being dan Organizational Citizenship Behavior pada perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Dustira Cimahi, dengan teknik korelasi rank-spearman menunjukkan nilai korelasi r = 0.569, dan tidak adanya tanda negatif pada angka 0.569 mengindikasikan arah hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi Subjective Well Being perawat maka semakin tinggi pula Organizational Citizenship Behaviormereka. Sebaliknya, semakin rendah Subjective Well Being perawat maka semakin rendah pula Organizational Citizenship Behavior mereka.
Terujinya hipotesis ini menunjukkan bahwa pada hakekatnya evaluasi individu baik secara kognitif maupun afektif menentukan tingkat Organizational Citizenship Behavior yang dimunculkan oleh perawat.Hal ini sesuai dengan penelitian Purwito (2012) tentang hubungan Subjective Well Being dengan Organizational Citizenship Behavior pada customer service plasa Telkom Yogya dan Semarang.Anastalia (2008) juga telah menemukan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut pada penyelia. Pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Theresa (2011) menemukan bahwa positive mood dan Organizational Citizenship Behavior saling berhubungan, dalam artian mood positif akan mendukung Organizational Citizenship Behavior dan Organizational Citizenship Behavior juga memunculkan positive mood.
Data lain yang didapat dari penelitian ini yaitu besarnya koefisien determinasi sebesar 0.27, yang artinya kontribusi dari Subjective Well Being terhadap Organizational Citizenship Behavior pada perawat ruangan inap Rumah Sakit Dustira Cimahi sebesar 27%, sementara 73% lainnya merupakan kontribusi dari varibel-variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Hasil tersebut menyatakan bahwa perawat ruangan inap Rumah Sakit Dustira Cimahi sudah menampilkan Organizational Citizenship Behavior salah satunya karena memiliki Subjective Well Being yang cenderung tinggi.
menjalani dan bertahan sebagai perawat sudah mereka pertimbangkan sebagai tugas yang berorientasi pada kesembuhan pasien dan nama baik Rumah Sakit, dengan tujuan untuk membantu. Kemurahan hati dan keinginan untuk menolong orang laindan organisasi tersebut dilandasi oleh afek positif yang dirasakan individu. (Isen, 2000, h.424). Lebih dalam lagi George dan Brief (1992) menyebutkan bahwa afek positif dapat meningkatkan daya tarik interpersonal orang lain dengan menjaga mood positif yang dirasakan orang tersebut. Hal ini sesuai dengan data penunjang yang didapat, dimana sebagian besar perawat merasa rekan kerja dan atasan adalah orang-orang yang mendukung di lingkungan kerja sehingga membuat mereka saling menolong demi kemajuan rumah sakit.
Hubungan antara Subjective Well Being dan Organizational Citizenship Behavior perawat juga dapat dilihat dari hubungan dimensinya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima dimensi dari Organizational Citizenship Behavior memiliki hubungan dengan Subjective Well Being, empat dimensi memiliki tingkat korelasi yang sedang yaitu altruism, conscientiousness, civic virtue dan sportsmanship. Sementara satu dimensi lain
memiliki tingkat korelasi yang rendah
dengan Subjective Well Being yaitu dimensicourtesy.
Koefisien korelasi sedang pada Subjective Well Being dengan dimensi altruism, conscientiousness, civic virtue dan sportsmanshipmenunjukkan bahwa evaluasi perawat terhadap kepuasan hidup secara menyeluruh dan persepsi positif yang dirasakan pada kejadian hidupnya mempengaruhi kecenderungan untuk membantu rekan kerja dan atasan tanpa diminta, mentolerir kondisi lingkungan kerja yang kurang ideal, mentaati peraturan di rumah sakit, terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan dan menjaga nama baik rumah sakit Dustira Cimahi. Pada saat individu menolong orang lain dan organisasi, perilakunya akan diperkuat karena saat melakukan kebaikan ia akan merasa lebih baik dan lebih senang pula (Jex & Britt, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bakker, A. B. & Wido G.M. (2010) Subjective Well Being in Organization.Chapter in K. Cameron & G. Speitzer (Eds).Handbook of Positive Organizational Scholarship.Oxford University Press.
strengths. New York: Brunner-Routledge.
Diefendorff, J. M., Brown, D.J., Kamin, A. M., & Lord, R. G. 2002. Examining The Roles of Job Involvement and Work Centrality in Predicting Organizational Citizenship Behaviors and Job Performance. Journal of Organizational Citizenship Behavior, Vol 23:93-108.
Diener, E. & Suh, E.M. 2000.Culture and Subjective Well Being.MIT Press. Diener, E. (2009). The Science of Subjective
Well-Being.The Collected Works of Ed Diener. Illinois:Springer
Diener, E. (1984). Subjective well-being.Psychological Bulletin, 95, 542– 575.
Diener, E. (1994). Assessing subjective
well-being: Progress and
opportunities.Social
IndicatorsResearch, 31, 103–157. Diener & Larsen. (1985). Intensity and
frequency: Dimensions underlying positive and negatif affect. Journal of personality and social psychology, 48, 1253-1256.
Diener, E. & Lucas, R.E. Personality and subjective well being.Edited by Kahneman, D. Diener, E. Schwarz, N. (1999). Well-Being: The Foundations of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation.
Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2002).Very happy people.Psychological Science, 13, 81–
84.
Diener, E., Scollon, C.N., & Lucas, R.E. (2003). The evolving concept of subjective well-being: the multifaceted nature of happiness. Advances in Cell Aging and Gerontology, 15, 187–219.
Diener, E, Pavot, W. (2003). Review of Satisfaction With Life Scale. Psychological Assessment Volume 5 No.2, 164-172. American Psychological Association
Eddington, n. & Shuman, r. (2005).Subjective well being (happiness).Continuing psychology education: 6 continuing education hours. Diunduh pada 9 Mei
2015 dari
http://www.texcpe.com/cpe/PDF/ca-happiness.pdf.
Eid, M. Larsen, RJ. (2008). The Science of Subjective Well-Being. New York: Guilford Press
Fredrickson, B. L., & Losada, M. (2005).Positive emotions and the complex dynamicsof human flourishing.American Psychologist, 60, 678-686.
George JM, Brief AP. (1992). Feeling good-doing good: A conceptual analysis of the mood
at work-organizational spontaneity relationship. Psychological Bulletin, 112, 310-329.
Heady, Veenhoven & Wearing. (1991). Top down versus bottom up theories of subjective well being. Social indicators research.Database springer link.
Isen AM. (2000). Positive affect and decision making. In Lewis M, Wood R, Haviland-Jones
JM (Eds.), Handbook of emotions (pp. 417-432). New York: Guilford Press.
Jex, S.M., & Britt, T.W. (2008).Organizational Psychology. New Jersey: John Willer ans Sons Inc.
Keeling, A. W. dan Ramos , M.C. (1995). Nurs Health Care: Perspective on Community. The role of nursing history in preparing nursing for the future, 16-30.
Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kitayama, S., Markus, H.R., Kurokawa, M. (2000). Culture Emotion, and Well-being : Good Feelings in Japan and the United States. Cognition and Emotion Volume 14 p. 93-124.Psychology Press Landen, M. (2001). Citizenship or Careerism: The Relationship with Commitment, Competence and Cost Effectiveness. Paper Delivered at Second International Conference on Critical Studies UMIS 11-13 July 2011, Management.
Lovell, S.E., Kahn, A.S., Anton, J., Davidson, A., Dowling, E., Post, D., & Mason, C. 1999. Does Gender Affect The Link between Organizational Citizenship Behavior and Preference Evalution? Sex Roles, Vol. 41: 469-478.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh. Yogyakarta: PENERBIT ANDI
Meilita, Jamilah (2013). Pengaruh tipe kepribadian dan dukungan sosial terhadap subjective well being mahasiswa perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Meylandani, Dharing (2013). Hubungan antara Iklim Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior pada Perawat RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang
Morrison, E.W. 1994. Role Definitions and Organizational Citizenship Behavior: The Importance of The Employee’s Perspective Academy of Management Journal, Vol. 37(4): 1534-1567.
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Novliadi, Ferry (2007). Organizational Citizenship Behavior karyawan ditinjau dari persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan dan persepsi terhadap dukungan organisasional
Organ, Dennis W. Philip M. Podsakoff, Scott B. MacKenzie. 2006. Organizational Citizenship Behavior. United State of America: Sage Publication, Inc.
Organ DW, Ryan K. (1995).A Meta-analytic Review of Attitudinal and DispositionalPredictors of Organizational Citizenship Behaviors. PERSONNEL PSYCHOLOGY,48, 775-802.
Pavot W. & E. Diener (2004).Review of the Satisfaction with Life Scale.In Ed Diener (Ed).Assessing well being. New York: Springer Science Business Media.
Puwito S., Nurtjahjanti H., Arianti J. (2012). Hubungan antara Subjective Well Being dan Organizational Citizenship behavior pada petugas customer service di plasa Telkom regional division IV.
Riska, E.P. (2013) Organizational Citizenship Behavior Perawat Rumah Sakit Dr.R. Soedarsono Pasuruan
Roberts, B.W. & Hogan, R. (2002) Personality Psychology in the Workplace. Washington DC. Academic Press
Russell, J.E.A. 2008.Promoting Subjective Well Being at Work. Journal of Career Assessment, 16: 118-132.
Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything. Or is it? Exploration on the meaning of Psychological Well-Being.Journal of Personality and Social Psychology, 57(6), 1069-1081.
Schimmack, Ulrich. The Structure of Subjective Well Being. Canada: University of Toronto, Mississauga.
Seligman ME. (1998). Learned optimism. New York, NY: Pocket Books.
Singarimbun M, Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia
Spector, P. E. (2008). Industrial/Organizational Psychology: Research and Practice (5th ed.). New York: John Wiley. Snyder, C.R., Lopez, S. J. (2007). Handbook of
Positive Psychology. New York: Oxford University Press.
Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Administrasi Bandung CV Alfabeta.
Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn, P. Fundamental of Nursing. The Art andScience of Nursing Care. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins,Wolters Kluwer
Watson, D., L.A. Clark & A. Tellegen (1988).Development and validation of brief measures of positive and negative affect: The PANAS scale. Journal of personality and social psychology. Vol 54, No.6, 1061-1070
Weiss, H. M. dan Cropanzano, R. (1996). Affective Events Theory: ATheoretical Discussion of the Structure, Causes, and Consequences ofAffective Experiences at Work. Dalam Staw, B. M. dan Larry, L. C.(editor). Research in Organizational Behavior, Greenwich, CT: JAIPress
Wexley, K.N., Yukl, G.A., 1977, Organizational Behavior and Personal Psychology,
Richard D.Irwin Inc., Homewood, Illinois.
Williams, S., & Shiaw, W. T. (1999). Mood and organizational citizenship behavior: The effects of positive affect on employee organizational citizenship behavior intentions. The Journal of Psychology, 133, 656-668.