PUBLIKASI KARYA ILMIAH
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA BUKU
CERITA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
ANEMIA DAN PERUBAHAN PERILAKU MAKAN PADA
REMAJA PUTRI
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh:
RISTA NUGRAHENI J 310 110 095
PROGRAM STUDI ILMU GIZI JENJANG S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA BUKU CERITA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN ANEMIA DAN PERUBAHAN PERILAKU
MAKAN PADA REMAJA PUTRI
Rista Nugraheni (J 310 110 095) Pembimbing : Siti Zulaekah, A., M.Si Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid)
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102
Email : ristanugraheni@gmail.com
ABSTRACT
THE EFFECT OF NUTRITION EDUCATION USING STORY BOOK TO THE INCREASE IN KNOWLEDGE OF ANEMIA AND THE CHANGE OF EATING
BEHAVIOUR IN ADOLESCENT GIRLS
Background: Anemia is a problem of nutrition that commonly occurs in the world, especially in developing countries. Woman, including adolescent girls, had the highest prevalence of anemia. Nutrition education using story books to adolescent girls of junior high school is expected to increase the knowledge of anemia, so it would affect the behavior of choosing food to prevent and reduce the anemia prevalence.
Objective: To assess the effect of using story book nutrition education to improve knowledge of anemia and eating behaviour in adolescent girls.
Research Method: This research was a quasy experimental study with pretest posttest control group design. This research had 78 participated respondens, divided into two groups; the nutrition education using story book group, and the control group that did not receive any nutrition education. The intervention group was given nutrition education using story book for a week. Knowledge of anemia in both groups was based on the pretest and posttest scores. Eating behaviors were assessed at the beginning of the research and 1 month after the intervention group received nutrition education.
Result: Statistically, there was a significant difference in knowledge of anemia between the group that received nutrition education and control group (p= 0,000). The results also showed that there was a significant difference in the change of eating behaviour between adolescent girls in the intervention group and those of in control groups.
Conclusion: Nutrition education using strory book improved knowledge of anemia and eating behaviour in adolescent girls.
Keywords: nutrition education, story book, knowledge of anemia, adolescent girls, eating behavior
PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah gizi yang umum terjadi di dunia terutama di negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka kejadian anemia secara nasional adalah sebesar 21,7%, dimana 18,4% terjadi pada laki-laki dan 23,9%
terjadi pada perempuan.
Sedangkan berdasarkan pada kriteria usia 5-14 tahun mencapai 26,4% dan pada usia 15-25 tahun mencapai 18,4. Berdasarkan data semua kelompok umur tersebut, wanita memiliki prevalensi tertinggi mengalami anemia, termasuk diantaranya adalah remaja putri.
Remaja putri memiliki resiko yang lebih tinggi dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid (menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk
badannya sehingga akan
membatasi asupan makan dan
banyak pantangan terhadap
makanan seperti melakukan diet vegetarian (Almatsier, dkk., 2011).
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu memenuhi zat-zat gizi pada dirinya dan pada
janinnya sehingga dapat
meningkatkan terjadinya resiko kematian maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal (Hayati, 2010). Melihat dampak yang terjadi dikalangan remaja akibat kejadian anemia sangat merugikan pada masa yang akan datang, maka pencegahan maupun
penanggulangan masalah anemia perlu ditingkatkan.
Cara mencegah dan
menanggulangi kejadian anemia pada remaja berdasarkan Poltekkes Depkes Jakarta I (2010), yaitu dengan meningkatkan konsumsi zat besi terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap dan
juga makanan yang banyak
mengandung vitamin C yang membantu proses penyerapan zat
besi serta memberikan
suplementasi besi terutama pada saat menstruasi. Selain itu di dalam rancangan aksi pembinaan gizi masyarakat (RAPGM) tahun 2010-2014, strategi utama yang perlu
dilakukan dalam mengatasi
permasalahan gizi di Indonesia salah satunya yaitu dengan meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE dan kampanye (Ditjen Bina Gizi dan KIA, 2011).
Pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan disamping faktor-faktor lain seperti pengalaman, sosial budaya,
keyakinan, fasilitas, dan
penghasilan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan berperan penting
dalam membentuk tindakan
seseorang. Seseorang yang
melakukan tindakan tanpa didasari dengan pengetahuan, maka mereka akan segera meninggalkan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Sehingga pengetahuan itu
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap adanya perilaku.
Hasil penelitian pendahuluan
yang dilakukan di SMP
pengetahuan anemia sedang dan sebesar 15,6% memiliki tingkat pengetahuan anemia kurang. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pendidikan gizi pada remaja remaja SMP perlu diberikan dengan harapan pengetahuan gizi pada remaja bisa lebih baik dan nantinya dapat mengubah perilaku makan yang lebih baik terutama asupan zat besi agar para remaja dapat terhindar dari anemia dan mengetahui cara menanggulangi-nya apabila telah terjadi anemia.
Penelitian sebelumnya tentang pendidikan gizi menggunakan metode ceramah dan permainan, serta media yang digunakan yaitu buku cerita bergambar dan buku saku yang sebagian besar hanya terfokus pada anak SD. Belum banyak penelitian mengenai pendidikan gizi yang memfokuskan
pada anak SMP dengan
menggunakan metode atau media yang sesuai dengan umur mereka.
Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian pendidikan gizi tentang anemia dengan media buku cerita pada
remaja putri SMP dengan
pertimbangan bahwa remaja
merupakan masa rentan terhadap kejadian anemia dan pembagian jenis buku berdasarkan usia sasaran menurut Backes (2007) untuk usia 12 tahun ke atas adalah buku cerita remaja dengan tema-tema yang diangkat relevan dengan kehidupan remaja.
Melalui upaya pendidikan gizi ini diharapkan remaja putri dapat meningkatkan pengetahuan tentang
anemia. Sehingga dengan
meningkatnya pengetahuan
tersebut akan berpengaruh
terhadap perilaku pemilihan makanan untuk mencegah dan menanggulangi kejadian anemia, serta nantinya dapat menurunkan
prevalensi angka kejadian anemia gizi besi. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh media buku cerita terhadap peningkatan
pengetahuan anemia dan
perubahan perilaku makan pada remaja putri.
METODE
Jenis penelitian ini adalah
quasy experiment dengan rancangan pretest posttest control group design. Lokasi penelitian ini di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebagai kelompok intervensi, yaitu
kelompok yang diberikan
pendidikan gizi dan SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta
sebagai kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberikan pendidikan gizi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09
Februari – 25 Maret 2015.
Penentuan sampel dilakukan secara
cluster random sampling
berdasarkan kelas, setiap kelompok yang telah ditentukan memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas VIII dengan jumlah sampel masing-masing sekolah 39 remaja putri. Sampel yang dipillih kemudian diminta kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Data pengetahuan anemia
anemia remaja putri. Pengetahuan remaja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu pengetahuan baik jika jawaban benar > 80%, pengetahuan sedang 60 - 80%, dan pengetahuan kurang jika jawaban benar < 60% (Khomsan, 2000). Jarak antara pretest dan posttest adalah 1 minggu setelah kelompok intervensi diberikan pendidikan buku cerita dan kelompok intervensi tidak diberikan pendidikan gizi.
Data perilaku makan remaja putri awal dan akhir pada kelompok intervensi dan kontrol diukur melalui pengisian form semi-quantitative FFQ. Metode Semi-Quantitative FFQ digunakan untuk mengetahui perilaku makan remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi, yaitu dengan cara mengetahui jenis makanan sumber zat besi yang sering dikonsumsi oleh responden dan seberapa rata-rata frekuensi serta porsi yang dikonsumsinya dalam sehari yang dikonversikan dalam zat gizi Fe dengan menggunakan software nutrisurvey kemudian dibandingkan dengan AKG. Formulir Semi-Quantitative FFQ ini diisi sendiri oleh responden dengan dipandu oleh peneliti. Perilaku makan remaja dilihat berdasarkan dua kriteria, yaitu untuk tingkat konsumsi makanan sumber Fe menurut Hardinsyah, dkk. (2004), kategori cukup jika ≥ 2/3 AKG (≥ 65%) dan kurang jika < 2/3 AKG (< 65%). Tingkat konsumsi Fe didapatkan dari rata-rata konsumsi makanan sumber Fe
menggunakan metode
semi-quantitative FFQ yang dikonversikan ke dalam zat gizi Fe menggunakan software nutrisurvey kemudian dibandingkan dengan AKG x 100%.
Untuk konsumsi makan dilihat berdasarkan asupan pendorong dan penghambat dengan cara berat
bahan makanan pendorong
penyerapan Fe atau pengahambat
Fe perhari dalam gram
dibandingkan dengan berat (gram) berdasarkan standar URT (Ukuran Rumah Tangga) sekali makan
dikalikan 100% (%URT).
Persentase URT pada kelompok pendorong penyerapan Fe dan kelompok penghambat penyerapan Fe masing-masing dijumlahkan, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :1) Kategori baik, apabila pendorong penyerapan zat
besi dikonsumsi ≥100% URT
perhari dan penghambat
penyerapan zat besi dikonsumsi <100% gramURT perhari; 2) Kategori cukup, apabila pendorong dan penghambat penyerapan zat besi masing-masing dikonsumsi ≥100% URT perhari, dan 3) Kategori kurang, apabila pendorong zat besi dikonsumsi <100% URT perhari dan penghambat zat besi dikonsumsi ≥100% URT perhari atau apabila pendorong zat besi dikonsumsi <100% URT perhari atau <100% URT perhari. Jarak pengukuran perilaku makan awal dan akhir adalah 1 bulan setelah kelompok intervensi mendapat pendidikan gizi dengan media buku cerita.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi dengan media buku cerita terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia dan perubahan perilaku makan pada remaja putri menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Kolmogorov Smirov.
Hasil uji Kolmogorov Smirov data nilai pengetahuan anemia kelompok intervensi dan kontrol pada saat
kecukupan asupan zat besi kelompok intervensi dan kontrol pada awal, akhir, dan selisih asupan
zat besi berdistribusi normal,
sehingga menggunakan uji
Intependent Sample T-Test. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah
Sekolah yang menjadi tempat
penelitian adalah Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
Muhammadiyah 1 Surakarta dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Muhammadiyah 5 Surakarta
dengan jarak ± 4,7 Km. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah swasta yang beratapkan yayasan Muhammadiyah cabang Surakarta, sama-sama berlokasi di daerah perkotaan, dan berakreditasi A.
Karakteristik Keluarga
Berdasarkan data pada Tabel 1 pendidikan terakhir ayah pada kelompok intervensi adalah perguruan tinggi (PT), yaitu sebesar 43,6 %, sedangkan pada kelompok kontrol pendidikan terakhir ayah SMA, yaitu sebesar 33,3 %. Pendidikan terakhir ibu pada kelompok intervensi dan kontrol sebagian besar pada tingkat SMA masing-masing sebesar 51,3 % dan 46,2 %. Secara umum rata-rata
pendidikan orang tua remaja putri kedua kelompok adalah SMA.
Pekerjaan orang tua remaja putri pada kelompok intervensi sebagian besar pekerjaan ayah adalah karyawan pabrik/ kantor swasta dan pedagang dengan persentase masing-masing sebesar 30,8 %. Pekerjaan ayah pada kelompok kontrol sebagian besar adalah karyawan pabrik/ kantor swasta dengan persentase 43,6 %. Sedangkan pekerjaan ibu pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar adalah ibu rumah tangga (IRT) dengan
prevalensi masing-masing
kelompok sebesar 46,2 % dan 48,7 %.
Pendapatan keluarga
berdasarkan UMK (Upah Minimum Kerja) perbulan di Surakarta tahun 2015 adalah Rp.1.222.400,00. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian (Tabel.1), pada kelompok intervensi sebagian besar sudah sesuai dengan UMK (71,8%) dengan pendapatan rata-rata Rp.2.223.100,00 (Tabel.2), demikian juga untuk kelompok kontrol sebagian besar sudah sesuai UMK (56,4 %) dengan pendapatan
rata-rata keluarga sebesar
Tabel 1.
Deskripsi Karakteristik Keluarga
Variabel
Kelompok Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja
putri
Kontrol (Tanpa Perlakuan) n= 39 remaja putri
Pendidikan Ayah
SD 2 ( 5,1 % ) 7 ( 17,9 % ) SMP 5 ( 12,8 % ) 12 ( 30,8 % ) SMA 15 ( 38,5 % ) 13 ( 33,3 % ) PT 17 ( 43,6 % ) 7 ( 17,0 % )
Pendidikan Ibu
SD 3 ( 7,7 % ) 6 ( 15,4 % ) SMP 1 ( 2,6 % ) 13 ( 33,3 % ) SMA 20 ( 51,3 % ) 18 ( 46,2 %) PT 15 ( 38,5 % ) 2 ( 5,1 % )
Pekerjaan Ayah
Guru 1 ( 2,6 % ) 2 ( 5,1 % ) PNS/Polri 6 ( 15,4 % ) 0 ( 0 % ) Karyawan pabrik/kantor swasta 12 ( 30,8 % ) 17 ( 43,6 % ) Pedagang 12 ( 30,8 % ) 8 ( 20,5 % ) Petani pemilik/penyewa 0 ( 0 % ) 0 ( 0 % ) Buruh tani 0 ( 0 % ) 2 ( 5,1 % ) Buruh bangunan 3 ( 7,7 % ) 4 ( 10,3 % ) Lain-lain
. Montir 1 ( 2,6 % ) 2 ( 5,1 % ) . Sopir 2 ( 5,2 % ) 0 ( 0 % ) . Penjahit 0 ( 0 % ) 0 ( 0 % ) . Service Hp 0 ( 0 % ) 1 ( 2,6 % ) . Serabutan 0 ( 0 % ) 2 ( 5,1 % ) Tidak bekerja 2 ( 5,2 % ) 0 ( 0 % )
Pekerjaan Ibu
Guru 4 ( 10,3 % ) 1 ( 2,6 % ) PNS/Polri 1 ( 2,6 % ) 0 ( 0 % ) Karyawan pabrik/kantor swasta 4 ( 10,3 % ) 10 ( 25,6 % ) Pedagang 8 ( 20,5 % ) 7 ( 17,9 % ) Petani pemilik/penyewa 0 ( 0 % ) 0 ( 0 % ) Buruh tani 0 ( 0 % ) 1 ( 2,6 % ) Buruh bangunan 0 ( 0 % ) 0 ( 0 % ) Lain-lain
. Perawat 2 ( 5,1 % ) 0 ( 0 % ) . Penjahit 1 ( 2,6 % ) 0 ( 0 % ) . Serabutan 1 ( 2,6 % ) 0 ( 0 % ) . Buruh momong 0 ( 0 % ) 1 ( 2,6 % )
Tidak bekerja ( IRT ) 18 ( 46,2 % ) 19 ( 48,7 % )
Tingkat Pendapatan (UMK)
Cukup 28 ( 71,8 % ) 22 ( 56,4 % ) Kurang 11 ( 28,2 % ) 17 ( 43,6 % )
Tabel 2.
Deskripsi Pendapatan Keluarga Berdasarkan UMK (Upah Minimum Kerja)
Kelompok Minimal (Rp) Maksimal (Rp) Rata-rata (Rp) SD
Intervensi
(Buku Cerita) 400.000 5.500.000 2.223.100 1.216.220 Kontrol
(Tanpa Perlakuan)
Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel berdasar-kan usia pada kelompok intervensi
dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3.
Deskripsi Usia Remaja Putri Pada Setiap Kelompok
Usia (Tahun)
Kelompok Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja putri
Kontrol (Tanpa perlakuan) n= 39 remaja putri
12 1 ( 2,6 % ) 0 ( 0 % )
13 22 ( 56,4 % ) 23 ( 59,0 % )
14 14 ( 35,9 % ) 14 (35,9 % )
15 2( 5,1 % ) 2 ( 5,1 % )
Berdasarkan Tabel 8
menunjuk-kan bahwa remaja pada rentang usia antara 12-15 tahun pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebagian besar berusia 13 tahun, masing-masing sebanyak 56,4 % dan 59,0 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum usia remaja putri pada kedua kelompok tersebut relatif sama yaitu termasuk remaja awal
Pengetahuan Anemia
Berdasarkan data penelitian pada Tabel 4, tingkat pengetahuan anemia kelompok intervensi remaja
putri pada saat pre-test sebagian besar pada kategori sedang, yaitu 66,7 %. Demikian pula pada kelompok kontrol sebagian besar pada kategori sedang, yaitu 79,5 %. Kategori tingkat pengetahuan anemia post-test pada kelompok intervensi, yang termasuk dalam kategori pengetahuan anemia kurang mengalami perubahan menjadi lebih baik, yaitu dari 25,6 % menjadi 0 %, Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun tingkat pengetahuan pada saat post-test
dengan kategori dengan kategori kurang masih mencapai 25,6 %.
Tabel 4.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Anemia Remaja Putri pada Setiap Kelompok
Variabel
Kelompok Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja putri
Kontrol (Tanpa Perlakuan) n= 39 remaja putri Tingkat Pengetahuan AnemiaPre-Test
Baik 3 ( 7,7 % ) 1 ( 2,6 % )
Sedang 26 ( 66,7 % ) 31 ( 79,5 % ) Kurang 10 ( 25,6 % ) 7 ( 17,9 % ) Tingkat Pengetahuan AnemiaPost-Test
Baik 32 ( 82,1% ) 2 ( 5,1 % )
Sedang 7 ( 17,9 % ) 27 ( 69,2 % )
Tingkat pengetahuan remaja putri tersebut dilihat berdasarkan nilai pengetahuan anemia pada
saat penelitian. Data nilai pengetahuan anemia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Deskripsi Nilai Pengetahuan Anemia Remaja Putri pada Setiap Kelompok
Variabel
Kelompok
P Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja putri
Kontrol (Tanpa Perlakuan)
n= 39 remaja putri
Nilai Pengetahuan AnemiaPre-Test
Minimal 50,00 40,00 0,928a
Maksimal 83,33 80,00
SD 9,09 7,48
Rata-rata 65,38 65,21
Nilai Pengetahuan Anemia Post-Test
Minimal 60,00 40,00 0,000a
Maksimal 100,00 86,67
SD 9,38 9,36
Rata-rata 86,41 64,79
Selisih Nilai Pengetahuan Anemia
Minimal -3,34 -16,67 0,000a
Maksimal 46,67 13,13
SD 10,74 7,30
Rata-rata 21,02 -0,43
a
Independent Sample T-Test
Berdasarkan Tabel 5 menun-jukkan bahwa pada kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan pendidikan gizi dengan media buku cerita nilai pengetahuan anemia pada saatpre-testdan post-test mengalami peningkatan dari 65,38 ± 9,09 menjadi 86,41 ± 9,38 dengan selisih 21,02 ± 10,74. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan pendidikan gizi tidak mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dari selisih nilai posttest dan pretest
pada kelompok kontrol adalah -0,43 ± 7,30. Hasil uji Independent Sample T-Testmenunjukkan bahwa terdapat per-bedaan peningkatan
pengetahuan anemia pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000).
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneilitian Zulaekah (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan gizi dengan media booklet dapat meningkatkan skor rata-rata
pengetahuan siswa dari 54,11 ± 13,70 menjadi 71,56 ± 12,42. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Eliana dan Sholikah (2012) menyatakan bahwa ada perbedaan rerata sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi dengan media buku saku pada anak kelas 5
SD Muhammadiyah Dadapan
Sleman Yogyakarta.
Perilaku Makan Remaja Putri
Perilaku makan remaja putri dalam penelitian ini dilakukan dua kali pada awal dan akhir penelitian dengan menggunakan formulir Semi Quantitative FFQ dengan jarak 1 bulan. Perilaku makan pada penelitian ini dilihat berdasarkan kecukupan asupan zat besi,
konsumsi pendorong dan
Kecukupan Asupan Zat Besi
Kecukupan asupan zat besi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6.
Distribusi Tingkat Kecukupan Asupan Zat Besi Remaja Putri pada Setiap Kelompok
Variabel
Kelompok Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja putri
Kontrol (Tanpa Perlakuan) n= 39 remaja putri
Tingkat Asupan Zat Besi Awal
Cukup 9 ( 23,1 % ) 10 ( 25,6 % ) Kurang 30 ( 76,9 % ) 29 ( 74,4 % )
Tingkat Asupan Zat Besi Akhir
Cukup 12 ( 30,8 % ) 4 ( 10,3 % ) Kurang 27 ( 69,2 % ) 35 ( 89,7 % )
Data tingkat kecukupan asupan zat besi remaja putri pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok intervensi sebelum diberikan pendidikan gizi dengan media buku cerita sebagian besar tingkat kecukupan asupan zat besi dalam kategori kurang, yaitu 79,9%. Demikian juga pada kelompok kontrol pada awal penelitian sebagian besar tingkat kecukupan asupan zat besi dalam kategori kurang, yaitu 74,4%.
Tingkat kecukupan asupan zat besi akhir remaja putri pada kelompok intervensi setelah diberikan pendidikan gizi dengan media buku cerita mengalami sedikit peningkatan dari 23,1% menjadi 30,8%, sedangkan remaja putri pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pendidikan gizi pada akhir penelitian persentase tingkat kecukupan zat besi kategori cukup mengalami penurunan dari 25,6% menjadi 10,3%.
Kecukupan asupan zat besi pada remaja putri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, berdasarkan data penelitian pada
Tabel 7 menunjukkan bahwa
kecukupan asupan zat besi remaja
putri pada kelompok intervensi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan gizi dengan media buku cerita mengalami peningkatan dari 49,15 ± 31,19 % dari AKG menjadi 54,86 ± 28,16 % dari AKG dengan selisih 5,71 ± 29,33 % dari AKG, sedangkan pada kelompok kontrol kecukupan asupan zat besi pada awal dan akhir
penelitian tidak mengalami
peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan selisih kecukupan asupan zat besi pada akhir dan awal penelitian adalah -7,25 ± 27,28 % dari AKG. Hasil uji Independent Sample T-Test
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kecukupan asupan zat besi awal pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,047). Hasil penelitian berbeda dari hasil penelitian sebelumnya, seperti Latifah (2014) yang menyatakan bahwa keterpaparan media massa tidak mempengaruhi kecukupan asupan zat besi dan penelitian Gitau,
Tabel 7.
Deskripsi Kecukupan Asupan Zat Besi Remaja Putri pada Setiap Kelompok
Variabel
Kelompok
P Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja putri
Kontrol (Tanpa Perlakuan)
n= 39 remaja putri
Kecukupan Asupan Zat Besi Awal
Minimal 8,08 13,46 0,992a
Maksimal 120,77 123,85
SD 31,19 31,98
Rata-rata 49,15 49,22
Kecukupan Asupan Zat Besi Akhir
Minimal 8,46 15,77 0,032a
Maksimal 120,00 116,54
SD 28,16 23,59
Rata-rata 54,86 41,97
Selisih Asupan Zat Besi
Minimal -68,46 -80,38 0,047a
Maksimal 64,23 69,23
SD 29,33 27,28
Rata-rata 5,71 -7,25
a
Independent Sample T-Test
Konsumsi Pendorong dan Penghambat Penyerapan Zat Besi
Penyerapan zat besi dalam penelitian ini dilihat dari konsumsi
pangan pendorong dan penghambat penyerapan zat besi. Kategori tingkat konsumsi pendorong dan peng-hambat zat besi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Distribusi Tingkat Konsumsi Pendorong dan Penghambat Penyerapan Zat Besi Remaja Putri pada Setiap Kelompok
Variabel
Kelompok Intervensi
(Buku Cerita) n= 39 remaja putri
Kontrol (Tanpa Perlakuan) n= 39 remaja putri
Tingkat konsumsi makanan pendorong dan penghambat penyerapan zat besi Awal
Baik 9 ( 23,1 % ) 4 ( 10,3 % ) Cukup 24 ( 61,51 % ) 26 ( 66,7 % ) Kurang 6 ( 15,4 % ) 9 ( 23,1 % )
Tingkat konsumsi makanan pendorong dan penghambat penyerapan zat besi Akhir
Baik 8 ( 20,5 % ) 6 ( 15,4 % ) Cukup 29 ( 74,4 % ) 27 ( 69,2 % ) Kurang 2 ( 5,1 % ) 6 ( 15,4 % )
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa pada saat penelitian berlangsung perilaku konsumsi pendorong dan peng-hambat penyerapan zat besi di kelompok intervensi dilihat
Juga pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pendidikan gizi, perilaku konsumsi remaja putri awal yang termasuk kategori kurang sebesar 23,1% menjadi 15,4%. Hasil tersebut menunjukkan perilaku makan remaja putri pada kelompok yang diberikan pendidikan gizi dengan media buku cerita dan kelompok yang tidak mendapatkan pendidikan gizi dengan media buku
cerita sama-sama mengalami
perubahan menjadi lebih baik.
PENUTUP Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang ber-makna tentang peningkatan pengetahuan anemia (p=0,000) dan perubahan perilaku makan remaja putri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,047).
Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut
tentang jarak waktu
mengkonsumsi pendorong dan penghambat penyerapan zat
besi dengan mengonsumsi
makanan sumber zat besi.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang efek pendidikan gizi dengan media buku cerita terhadap kadar Hb remaja putri.
REFERENSI
Almatsier, S., Soetardjo, S., Soekarti, M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Backes L. 2007. Understanding children’s books genres. http://www.right-writing.com/genres.html[12 Maret 2014]
Ditjen Bina Gizi dan KIA. 2011.
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2010-2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal KESMAS UAD, Vol. 6, No. 2: 162-232.
Gitau GN., Kimiywe JO., Waudo JN., Mbithe D. 2013. Effects of Nutrition Education on Nutrition Knowledge and Iron Status in Primary School Pupils of Gatanga District, Muranga Country, Kenya. Current Research in Nutrition and Food Science Journal. Vol. 1(2):115-123.
Hardinsyah, Briawan D.,
Retnaningsih, Herawati T. 2004. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi.
Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat
Institut Pertanian Bogor. 74-93.
Hayati, RM. 2010. Pengetahuan dan Sikap Anemia Defisiensi Besi
dan Dampaknya terhadap
Khomsan, A. 2000.Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.
Latifah. 2014. Jenis Kelamin Dan Konsumsi Suplemen Zat BesiSebagai Faktor Dominan Kecukupan Asupan Zat Besi Pada Mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia Tahun 2014. Skripsi. FKM UI Depok.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010.
Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medik.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
2013. Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Zulaekah, S. 2007. Efek Suplementasi Besi, Vitamin C dan Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar yang Anemia di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.