• Tidak ada hasil yang ditemukan

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.” DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.” DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.”

DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN

CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Disusun Oleh:

Ferdinandus Raditya Aryono Putra

H 1107027

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.”

DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN

CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Ferdinandus Raditya Aryono Putra

H 1107027

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada tanggal: Juli 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. H. Djoko Purnomo, MP NIP.19480426.197609.1.001

Anggota I

Dr. Ir. Pardono, MS NIP. 19550806.198303.1.003

Anggota II

Ir. Panut Sahari, MP NIP.19490521.198003.1.001

Surakarta, Juli 2011

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS

(3)

commit to user

iii

HALAMAN MOTTO

v Hadapi semua dengan kesabaran dan yakinlah semua akan indah pada waktunya (Penulis).

v Lebih baik pulang daripada ragu-ragu dalam latihan (MENWA UNS) v Disiplin adalah nafas ku, putus asa berarti mati, berfikir berbuat yang

terbaik (MENWA UNS)

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

ü Ayah dan ibu tersayang yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal

ü Kakak, Abang dan Lina yang selalu memberikan doa dan dukungan ü Teman-teman Agronomi, NonReg 2007 yang selalu memberikan

keceriaan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan

penulisan skripsi yang berjudul “Okulasi Tanaman Durian “Durio zibethinus

Murr.” Dengan Asal Tunas Batang Atas dan Cara Pemotongan Batang Bawah”

dengan optimal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan

skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan,

dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. H. Djoko Purnomo, MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan

Dosen Pembimbing Akademik

3. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping.

4. Ir. Panut Sahari, MP selaku Dosen Pembahas.

5. Bapak Kodri Kasi Pemasaran KBH Salaman.

6. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Surakarta, Juli 2011

(6)
(7)

commit to user

vii

F. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persentase Okulasi Jadi... 20

B. Waktu Pecah Tunas... 22

C. Saat Kemunculan Daun Pertama... 24

D. Panjang Tunas Okulasi... 26

E. Jumlah Daun... 27

F. Keberhasilan Okulasi Tumbuh... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32

B. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

1. Okulasi jadi (kiri) dan gagal (kanan)... 21

2. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata Saat Pecah Tunas (Hari)... 23

3. Mata entres (mata tunas) yang sudah pecah dan mulai membentuk kuncup daun... 24

4. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata kemunculan daun pertama (hari)... 25

5. Kemunculan daun pertama... 25

6. Panjang Tunas Okulasi per Minggu (setelah pembukaan okulasi)... 26

7. Jumlah Daun (helai)... 28

8. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata keberhasilan okulasi tumbuh (%)... 30

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Rekapan Rata-rata data variabel penelitian pada 120 HST... 37

2. Rekapan Data Keberhasilan Okulasi Jadi (%)... 37

3. Rekapan Data Rata-rata Waktu Pecah Tunas (hari)... 38

4. Rekapan Data Rata-rata Panjang Tunas (cm)... 38

5. Rekapan Data Saat Kemunculan Daun Pertama (hari)... 39

6. Rekapan Data Jumlah Daun (helai) ... 40

7. Rekapan Data Keberhasilan Okulasi Tumbuh (%)... 40

8. Rekapan Data Jumlah Daun (helai) Per minggu... 41

9. Rekapan data tinggi tanaman per minggu... 42

(11)

commit to user

xi

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.”

DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN

CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH

Ferdinandus Raditya Aryono Putra

H 1107027

RINGKASAN

Durian memiliki prospek ekonomi yang bagus sebab pemasaran meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi ketersediaan benih bermutu masih terbatas. Penyediaan benih bermutu perlu dilakukan dengan cara gabungan (vegetatif dan generatif) salah satunya adalah okulasi. Pertumbuhan okulasi dipengaruhi oleh asal tunas yang menunjukkan tingkat ketuaan batang dan pemotongan batang bawah yang akan menekan pertumbuhan tunas lateral, sehingga perlu dilakukan pemotongan dengan ukuran yang tepat. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari asal tunas dan mendapatkan panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tunas okulasi serta mendapatkan kesesuaian antara asal tunas batang atas dengan pemotongan batang bawah terhadap pertumbuhan tunas okulasi.

(12)

commit to user

xii

DURIAN “ Durio zibethinus Murr. PLANT BUDDING

BY ENTRES ORIGIN AND ROOTSTOCK CUTTING METHOD

Ferdinandus Raditya Aryono Putra

H1107027

SUMMARY

Good economic prospect for durian seen from the increasing rate of marketing year by year but the available of qualified planting material (seed) still limited. The qualified seed can be improved by budding method which combines vegetative and genetative propagation. The growth of the budding plant depends on the maturity of branch wher the shoot growth and length of rootstok cutting. The suitable leght of cutting is nesessary for faster growth of the budding shoot. So the interaction of rootstok cutting and where the bud from have to find out.

The research was conducted from January untill May 2011 by experimen method with randomized complete design (RCD). The factor treatments are kinds of entres (apex, middle, and based) and length rootstok cutting (half of rootstock, 10 cm from apex, 15 and 5 cm upper of the budding). So the are 12 combination treatments, each of them replicated 4 times. The observation variables are number of budding succesion, time of bud broken, emergene of the frist leave, number of leaves, and growth of budding.

(13)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu buah yang paling populer pada masyarakat Asia Tenggara termasuk Indonesia sehingga

durian di Indonesia disebut sebagai "Raja Buah" (Santoso et al., 2009). Durian memiliki prospek ekonomi yang bagus sebab pemasaran dari tahun ke

tahun terus meningkat, karena buah durian semakin digemari masyarakat,

terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dari segi lingkungan pohon durian

digunakan dalam konservasi lingkungan karena dapat mencegah erosi, kulit

buah digunakan sebagai campuran media tanam, selain itu akar, daun, dan

kulit buah dapat digunakan sebagai obat (Irawan et al., 2007).

Dalam pengembangan agribisnis durian, ketersediaan benih bermutu

sangat diperlukan. Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan benih

bermutu masih terbatas. Benih bermutu varietas unggul hanya dapat diperoleh

melalui perbanyakan sistem klonal, yaitu perbayakan dengan cara vegetatif

yang berasal dari satu pohon induk (PIT: Pohon Induk Tunggal). Bibit unggul

merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian.

Cara memperoleh bibit unggul tersebut dapat dilakukan dengan perbanyakan

secara vegetatif seperti okulasi, sambung, susuan, dan cangkok.

Berdasarkan permasalahan di atas perbanyakan benih durian dengan

cara gabungan (generatif dan vegetatif) merupakan pengembangan efektif.

Perbanyakan benih generatif dan vegetatif untuk menggabungkan bahan

tanam yang terdiri atas batang bawah (root stock) dan batang atas (entres). Cara ini akan mempersatukan sifat-sifat unggul tanaman asal batang bawah

dan tanaman asal batang atas. Di samping itu, penyediaan benih bermutu

dalam jumlah yang banyak masih menjadi masalah.

Diantara metode tersebut, perbanyakan bibit durian yang efektif dan

efisien adalah dengan okulasi karena dapat menghasilkan bibit lebih banyak

dan berkualitas, menghemat biaya, tenaga, dan bahan dibanding cara lain.

(14)

commit to user

adalah teknik okulasi, sering juga disebut menempel (budding). Bahan okulasi yang baik adalah kompatibel antara batang bawah dengan batang atas.

Keberhasilan okulasi ditandai dengan terbentuk pertautan yang sempurna

antara batang bawah dan batang atas serta laju pertumbuhan benih hasil

sambungan (Sudjijo, 2009).

B. Perumusan Masalah

Pertumbuhan mata tunas batang atas sangat dipengarui oleh asal tunas

yang menunjukkan tingkat ketuaan batang dalam satu ranting. Tunas dalam

satu ranting dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pucuk, tengah, dan pangkal.

Tiap tunas berkembang pada laju tumbuh yang berbeda. Perbedaan laju

pertumbuhan batang bawah setelah okulasi juga penyatuan (pembentukan

kalus) dengan batang atas saling mempengaruhi pertumbuhan mata tunas.

Pemotongan batang bawah diharapkan menekan pertumbuhan tunas lateral,

sehingga akan memacu pertumbuhan mata tunas batang atas. Cara

pemotongan batang bawah dibedakan menjadi 4, yaitu pemotongan ½ batang

15 cm di atas okulasi kemudian batang bawah dilengkungkan, pemotongan 15

cm di atas okulasi, pemotongan 5 cm di atas okulasi, pemotongan 10 dari

ujung tanaman. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Asal tunas manakah yang memiliki kemampuan pertumbuhan paling

baik saat dilakukan okulasi?

2. Perlu dikaji manakah perlakuan pemotongan batang bawah yang tepat

untuk pertumbuhan tunas batang atas?

3. Adakah kesesuaian diantara asal tunas dan pemotongan batang bawah

(15)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mempelajari asal tunas yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan

okulasi.

2) Mendapatkan panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk

mempercepat pertumbuhan tunas okulasi.

3) Mendapatkan kesesuaian diantara asal tunas batang atas dengan

(16)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Durian

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropik basah, khususnya di Thailand, Malaysia,

dan Indonesia. Di Indonesia pusat keragaman genetik terutama di Kalimantan

(27 spesies) kemudian Sumatera (11 spesies) (Sumarsono et al., 2002). Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki diameter 100

cm dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, berserat

kasar, ringan, dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai

lonjong. Panjang daun antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga

bergantung pada cabang atau batang yang sudah tua. Bunga muncul secara

bergerombol 3-30 bunga, panjang tangkai bunga antara 5-7 cm, panjang

bunga 5-6 cm dengan diameter 2cm. Kelopak bunga berwarna putih atau

hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5 helai. Bunga akan mekar

sempurna pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk silang

(Ashari, 1995).

Bentuk buah bundar atau bulat lonjong. Panjang buah dapat mencapai

25 cm dengan diameter 20 cm. Warna kulit buah hijau, kuning, hingga

kecoklatan, yang dikelilingi dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang

biji dapat mencapai 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa

manis, berwarna putih atau putih kekuningan tergantung jenis durian

(Ashari, 1995).

Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian

unggul ada enam jenis, yaitu Petruk, Sukun, Sunan, Si Tokong, Kani, dan

Otong. Sebetulnya tidak mudah mencari kekhasan setiap durian unggul dari

bibit. Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliti akan diketahui

perbedaan yang mencirikan masing-masing.

Durian petruk berasal dari desa Randusari, Tahunan, Kabupaten Jepara.

Daun pohon ini tampak melebar dengan ujung meruncing, panjang daun

(17)

commit to user

bagian bawah coklat kemerahan. Kedudukan daun mendatar, pinggir daun

selalu melengkung ke atas. Batang kecoklatan, percabangan rapat, dan ujung

cabang selalu merunduk atau terkulai (seperti layu).

Durian sukun yang telah banyak dikembangkan adalah durian sukun

dari dusun Gempolan, Karanganyar. Durian ini dicirikan dengan daun yang

melebar, ujung rucing agak memanjang, panjang daun berkisar 2,5 kali lebar.

Permukaan daun bagian atas berwarna hijau sedangkan bagian bawah

berwarna kekuningan. Kedudukan daun mendatar dengan ujung melengkung

ke bawah. Batang berwarna kecoklatan.

Durian sunan memiliki daun yang memanjang, ujung tumpul, dan

melengkung ke atas. Panjang daun berkisar 3 kali lebar. Permukaan atas daun

berwarna hijau tua sedangkan bagian bawah berwarna krem. Kedudukan daun

mendatar, tetapi ujung daun condong ke bawah.

Durian sitokong memiliki daun yang tampak membulat dengan ujung

runcing. Panjang daun berkisar 3,5 kali lebar. Permukan atas daun berwarna

hijau, sedangkan permukaan bawah berwarna krem. Kedudukan daun

mendatar, tetapi ujung daun melengkung ke bawah. Batang tanaman agak

bulat dan berwarna kecoklatan. Letak cabang condong ke atas, sehingga

penampilan pohon lebih tegap.

Durian kani memiliki daun memanjang, panjang daun 3 kali lebar,

dengan bagian ujung meruncing. Warna daun permukaan atas hijau tua dan

warna bagian bawah kekuningan. Permukaan daun muda berwarna hijau

muda dan kurang mengkilap dengan belahan simetris. Kedudukan daun

sejajar sampai menggantung. Bentuk batang membulat, tetapi bila sudah tua

terlihat seperti melintir. Batang agak kasar berwarna coklat. Bila sudah bercabang, kedudukan daun agak condong ke atas.

Durian otong memiliki daun yang mirip dengan durian kani hanya saja

memiliki ukuran yang lebih panjang dan besar. Panjang daun 3 kali lebar,

dengan ujung meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau dan warna

bagian bawah krem. Bagian urat daun agak bergelombang dan belahan daun

(18)

commit to user

halus. Bila sudah bercabang kedudukan cabang mendatar dengan ujung

condong ke atas.

Tanaman durian tumbuh optimum dengan produksi buah memuaskan

apabila ditanam di dataran rendah dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl,

curah hujan 1500 mm atau lebih per tahun, dengan keadaan tanah yang

gembur, mengandung pasir, dan drainase yang baik (Ashari, 1995). Tanaman

durian klasifikasi botani sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Okulasi juga disebut menempel, budding (Inggris). Menurut Prastowo (2006), okulasi adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan

sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh

sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka

sambungan atau tautan. Ada banyak jenis okulasi tetapi yang paling umum

digunakan adalah T budding dan chip budding. Pembiakan tanaman dengan cara okulasi mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan stek dan

cangkok dimana hasil okulasi mempunyai kualitas lebih baik daripada

tanaman induk (Williamson, 1994).

Prinsip okulasi adalah penggabungan batang bawah dan batang atas,

dengan keunggulan tertentu. Batang bawah dan batang atas berasal dari

tanaman berbeda umur sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai

(19)

commit to user

perakaran yang baik, sedang batang atas adalah produksi yang tinggi. Bibit

hasil okulasi ini dinamakan tanaman okulasi (Simanjuntak, 2010).

Sama halnya dengan penyambungan okulasi menggunakan batang

bawah dan batang atas tanaman satu spesies yang berasal dari satu varietas.

Okulasi antar spesies tanaman biasa mengalami kesulitan, karena antara

batang atas dan batang bawah seringkali terjadi perbedaan fisiologis. Sesuai

dengan penjelasan Hartman dan Kester (1983) dalam Suprianto et.al., (2000) bahwa pada okulasi terdapat proses pertautan antara batang atas dengan

batang bawah meliputi: pembelahan sel yang diikuti dengan pembentukan

kalus, differensiasi kambium kulit mata tempel, jaringan kulit mata tempel

dan jaringan kulit batang bawah, kemudian diikuti proses lignifikasi kalus.

Proses pertautan batang atas dan batang bawah menurut Utari (2005)

akan terjadi melalui empat tahap, yaitu pembesaran dan pembelahan sel

kambium baru yang menghubungkan kambium batang atas dan batang

bawah, pembentukan jaringan vaskuler yang mengalirkan nutrisi dan air dari

batang bawah ke batang atas, sel kambium baru dan vaskuler baru ke dalam

membentuk xilem dan ke luar membentuk floem.

Saat untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit

pohon mudah dikelupas dari kayu. Kulit mudah dikelupas dari kayu ini terjadi

pada waktu pembelahan sel, saat kambium berjalan aktif. Setiap jenis

tanaman mempunyai waktu pembelahan sel yang berbeda, ada yang aktif

pada musim kemarau ada pula yang aktif pada musim penghujan .

Menurut Lukman (2004) keberhasilan penyambungan bibit ditentukan

oleh kondisi tanaman (umur, besar, kesegaran, dan pertumbuhan) batang

bawah dan batang atas (entres) serta curah hujan dan kelembaban di sekitar

pembibitan. Lama penyimpanan dan media penyimpanan batang atas sebelum

dilakukan penyambungan juga berpengaruh dalam keberhasilan, selain itu

(20)

commit to user

C.Tahap Okulasi

1. Persiapan Batang Bawah

Umur batang bawah sebagai bahan okulasi sangat beragam tergantung

kepada jenis tanaman. Sebagian dapat diokulasi saat berumur 9 bulan, yang

lain berumur lebih dari 4 tahun, tetapi pada umumnya tanaman dapat

diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabang sudah mencapai sebesar

ibu jari (Wudianto, 2001).

Menurut Darjanto (1975), pertautan antara batang atas dan batang

bawah akan lebih mudah terjadi pada batang bawah yang lebih muda,

karena dengan menggunakan batang bawah yang lebih muda (4-10 bulan)

keadaan tanaman masih aktif dalam pertumbuhan, sel-sel kambium aktif

dalam pembelahan dan akan segera membentuk kalus bila dilakukan

okulasi.

Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah pada umumnya

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sistem perakaran cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan

tanah yang kurang mendukung serta tahan terhadap penyakit akar dan

batang.

b. Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan,

sehingga dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.

c. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang

atas (compatible).

d. Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas

terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.

e. Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang

berbentuk sebagai hasil sambungan.

(Barus dan Syukri, 2008).

Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang memiliki

kulit mudah dikupas dari kayu, yaitu tanaman yang masih aktif dalam

(21)

commit to user

segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya

(Pracaya, 2009).

Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita

pilih. Irisan ini di buat pada bagian kulit yang halus. Sekitar 20 cm di atas

permukaan tanah. Irisan tidak boleh terlalu dalam, yang baik adalah setebal

kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayu dapat

mengakibatkan kegagalan okulasi (Wudianto, 2001).

2. Pengambilan Mata Tunas

Batang atas berupa potongan ranting muda tanaman dengan tunas

dorman yang akan berkembang menjadi tajuk (Hartmann et al., 1997). Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan

memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan

gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil tidak diwaktu siang hari,

sebab keadaan ranting kurang baik (Joesoef, 1993).

3. Penyisipan Mata Tunas

Langkah ini harus dilakukan secara hati-hati. Keberhasilan okulasi

ditentukan oleh saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang diperoleh

disisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Dalam penyisipan

atau penempelan mata tunas, kambium diusahakan bersih, karena bila kotor

mengganggu penyatuan penempelan (Wudianto, 2001).

4. Pengikatan Tempelan

Untuk mengikat tempelan menggunakan pita plastik polivinil klorida,

panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara pengikatan tempelan

diikat dari bawah ke atas (sistem genting). Pengikatan pada bagian mata

tempel jika terlalu arat dapat mengakibatkan kerusakan pada mata tempel.

Mata tunas dapat tidak diikat, tetapi berisiko bila kena hujan akan

membusuk (Wudianto, 2001).

5. Pembukaan Plastik Okulasi

Setelah 3 minggu okulasi, tiba saatnya diperiksa berhasil atau tidak

pengokulasian. Ikatan dibuka, lalu mata tempel diperiksa, warna mata

(22)

commit to user

berhasil atau mata tempel tidak timbul. Tetapi jika mata tempel masih

kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, berarti

pertanda okulasi berhasil. Semua pekerjaan tersebut di atas harus dilakukan

dalam waktu yang cepat. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah

yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan

gagal pula atau tidak jadi.

D. Entres Untuk Okulasi

Batang atas (entres) dari bibit okulasi berupa ranting dengan mata tunas

dari tanaman yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja entres

harus diambil dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak

terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh entres yang

ditempel. Bentuk mata tunas pada entres yang baik adalah bulat dan besar.

Mata tunas demikian dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur 1 tahun.

Jika cabang yang diambil mata tunas masih terlalu muda maka mata sulit

untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi syarat adalah berwarna hijau

kelabu atau kecoklatan.

Tanaman yang digunakan sebagai batang atas harus mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut:

a. Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang

disebabkan oleh bakteri dan virus.

b. Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan.

c. Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk

sebagai hasil sambungan.

(Barus dan Syukri, 2008).

Batang atas diambil dari durian varietas petruk, yang memiliki

keunggulan dibanding varitas durian lain. Bentuk buah bulat telur terbalik

dengan kulit buah tipis (sekitar 3 mm) berwarna hijau kekuningan. Duri

berbentuk kerucut, kecil, dan rapat. Daging buah berwarna kuning, berserat

halus, agak lembek, dengan rasa manis. Namun, memiliki aroma yang tidak

(23)

commit to user

rata-rata buah antara 1-1,5 kg. Produksi buah berkisar dari 50-150 buah per

pohon per tahun. Durian ini relatif tahan penyakit busuk akar dan hama

penggerek buah.

E. Pemotongan Batang Bawah

Pemotongan batang bawah bertujuan untuk menghentikan

pertumbuhan tunas apikal dan memacu pertumbuhan tunas lateral, sehingga

pada proses okulasi pemotongan batang bawah akan sangat berperan terhadap

pertumbuhan tunas okulasi. Pemotongan batang bawah menurut Wudianto,

(2001), ada tiga cara, yaitu:

a. Batang pokok langsung dipotong 1 cm di atas mata tempel, dengan bentuk

potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat

jatuh ke bawah dan tidak akan berhenti pada mata tempelan.

b. Batang pokok dipotong 10 cm di atas mata tempelan, dengan tujuan agar

apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat

batang agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai

30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dengan ketinggian 1 cm di

atas mata tempelan.

c. Pada pemotongan ke tiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman

pemotongan cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang

pokok direbahkan.

Hasil Penelitian di Malaysia menunjukan kematian tunas okulasi lebih

sedikit pada tunas okulasi lebih jagur (seragam) pada tanaman yang diserong lebih tinggi yaitu di atas 20-25 cm di atas pertautan okulasi. Hasil penelitian

Pusat Penelitian Perkebunan Sungai Puteh Medan penyerongan batang bawah

pada berbagai ketinggian yang dicoba, yaitu 5 cm, 12 cm dan 20 cm di atas

pertautan okulasi tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

(24)

commit to user F. Hipotesis

1. Kemampuan pertumbuhan tunas okulasi paling baik terjadi pada

penggunaan asal tunas pucuk sebagai batang atas.

2. Pemotongan batang bawah dengan cara dipotong 10 cm dari pucuk

tanaman akan mempercepat pertumbuhan tunas okulasi.

3. Akan terjadi kesesuaian antara asal tunas batang atas dengan pemotongan

(25)
(26)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Mei 2011

di Dukuh Tanggul Kalang Jantiharjo Karanganyar, dengan letak geografis 70

Lintang Utara 1100 Bujur Timur dan ketinggian tempat 350 mdpl.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Bibit durian dari biji sebagai batang bawah (Root stock) b. Mata tunas batang atas (Entres) (Durian Petruk)

c. Media tanam (tanah, pasir)

d. Pupuk kandang kotoran kambing

e. Pupuk NPK (15-15-15) (2 gram atau 5 butir NPK)

f. Pestisida (Fungisida Decis 2,5 EC dan Insektisida Dithane M-45)

dosis 3 cc per liter.

g. Lilin

2. Alat

Alat yang digunakan antara lain:

a. Polibag ukuran 15x25 cm

(27)

commit to user

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

disusun secara faktorial terdiri atas dua faktor perlakuan sebagai berikut:

a. Faktor pertama adalah asal tunas okulasi yang terdiri atas 3 macam, yaitu:

E0 : Dari Ranting Ujung (entres muda, 5 cm dari pucuk)

E1 : Dari Ranting Tengah (entres agak tua, 10 cm dari pucuk)

E2 : Dari Ranting Pangkal (entres tua, 20 cm dari pucuk).

b. Faktor ke dua adalah pemotongan batang bawah setelah pembukan plastik

okulasi, yang terdiri atas 4 macam, yaitu:

B0 : Dipotong ½ batang, 15 cm di atas okulasi, kemudian batang bawah

dilengkungkan.

B1 : Dipotong 15 cm di atas okulasi

B2 : Dipotong 5 cm di atas okulasi

B3 : Dipotong 10 cm dari ujung tunas

Dari kedua faktor tersebut, diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai

berikut:

E0B0 E1B0 E2B0

E0B1 E1B1 E2B1

E0B2 E1B2 E2B2

E0B3 E1B3 E2B3

Setiap kombinasi perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali sehingga

diperoleh 48 satuan percobaan.

D. Tata Laksana Penelitian

Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Batang Bawah

Batang bawah okulasi durian adalah tanaman yang tumbuh dari biji

sapuan (ilegetim) yaitu biji yang pohon induk tidak diketahui dengan jelas. Biji durian sebagai batang bawah adalah biji yang sehat dan tua, dari

tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan

(28)

commit to user

sinar matahari langsung kemudian disemaikan. Biji yang ditumbuhkan,

dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 1 tahun, dan

tanaman sudah sebesar pensil maka tanaman dapat diokulasi.

b. Media

Media yang digunakan dalam okulasi durian adalah tanah, pasir

halus dan pupuk kandang (kambing) dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

Penggantian media dan polibag dilakukan 2 minggu sebelum okulasi agar

nutrisi tanaman terpenuhi dan pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

c. Batang Atas

Batang atas (entres) diambil dari pohon induk yang baik. Pohon

induk adalah pohon asal entres sebagai batang atas dalam sebuah proses

perbanyakan. Pemilihan entres yang baik adalah:

1) Mapak pupus (daun tua).

2) Warna cabang mengkilat dan berisi.

3) Cabang yang diambil berukuran sebesar pensil.

Dalam penelitian ini menggunakan mata tempel berkayu, dengan

membandingkan hasil pertumbuhan asal mata tunas ranting pucuk, tengah,

dan pangkal. Entres yang digunakan adalah jenis durian petruk diambil

terlalu dalam akan melukai bagian kayu sehingga mengakibatkan

kegagalan okulasi.

(29)

commit to user

matahari yaitu membelakangi arah sinar matahari. Hal ini untuk

memaksimalkan agar tempelan tidak terkena sinar matahari secara

langsung.

2) Pengambilan mata tunas batang atas

Mata tunas batang atas diambil beserta kayu, dengan cara

memotong ranting untuk batang atas dengan satu mata tunas. Batang

atas bagian bawah dipotong secara miring dengan kemiringan 45

derajad, sedangkan bagian atas dipotong secara horisontal. Dengan

demikian dapat diperoleh tunas okulasi yang memiliki kandungan

karbohidrat lebih banyak sehingga akan memperbesar kemungkinan

keberhasilan okulasi.

3) Penyisipan mata tunas

Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada jendela

okulasi yang telah dibuat pada batang bawah. Penyisipan ini harus

dilakukan secara hati-hati, sehingga tidak merusak kambium. Pada saat

penempelan mata tunas, kotoran yang menempel pada kambium harus

dibersihkan karena dapat mengganggu bersatunya penempelan.

4) Mengikat tempelan

Tempelan diikat dengan plastik polivenil khlorida, panjang 20

cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 0,3 mm. Cara mengikat tempelan dari

bawah ke atas atau sering disebut dengan sistim genting. Pengikatan

mata tunas ini tidak boleh terlalu erat, untuk menghindari kerusakan

mata tunas.

5) Pembukaan ikatan

Setelah 3 minggu pelaksanaan okulasi, ikatan dibuka kemudian

mata tempel diperiksa. Bila mata tempel masih kelihatan hijau segar

dan sudah melekat dengan batang bawah pertanda okulasi ini berhasil.

Bila mata tempel berwarna hijau kemerahan atau hitam maka okulasi

ini gagal.

6) Pemotong batang bawah

(30)

commit to user

pembukaan plastik okulasi dan okulasi sudah dipastikan hidup.

Pemotongan batang bawah dilakukan untuk menghilangkan dominansi

pertumbuhan pucuk batang bawah yang sangat cepat karena

memproduksi auksin dalam jumlah besar. Menurut Sanjaya (1993)

dalam Septyarini (2007), menyatakan bahwa pemotongan batang bawah

di atas penempelan satu minggu, dua minggu, dan tiga minggu setelah

okulasi dapat mempercepat petumbuhan mata tunas okulasi pada

okulasi mawar. Pemotongan ini dapat dilakukan dengan empat cara

yaitu:

a) Batang bawah tidak dipotongan langsung sekaligus yaitu batang

bawah cukup dipotong ½ batang 15 cm di atas okulasi. Kemudian

batang bawah di lengkungkan. Hal ini dimaksudkan agar peredaran

makanan masih berlangsung sehingga pertumbuhan tunas lebih cepat

dan kuat. Setelah tunas okulasi sudah cukup kuat, batang bawah baru

dipotong seluruhnya.

b) Batang bawah langsung dipotong 15 cm di atas okulasi, dengan

tujuan apabila tunas sudah tumbuh tinggi dapat digunakan untuk

mengikat tunas, agar tunas dapat tumbuh tegak lurus.

c) Batang bawah langsung dipotong 5 cm di atas okulasi dengan bentuk

potongan miring ke belakang, sehingga air hujan atau air siraman

dapat jatuh dan tidak mengenai tempelan.

d) Batang bawah dipotong 10 cm dari pucuk tanaman. Hal ini

dimaksudkan untuk menghentikan pertumbuhan tunas ke atas

sehingga pertumbuhan tunas okulasi lebih optimal. Tanaman tetap

melakukan fotosintesis dan hasil fotosintesis akan dimanfaatkan

untuk pertumbuhan tunas okulasi.

Untuk menghindari terjadinya infeksi maka luka bekas

potongan segera ditutup. Penutupan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan lilin untuk menjaga agar pertumbuhan tunas okulasi

(31)

commit to user 7) Perompesan tunas batang bawah

Hal ini sesuai pernyataan Septyarini (2007) bahwa pertumbuhan

mata tunas okulasi seringkali tertekan oleh tunas lateral batang bawah,

karena harus berkompetisi dalam menggunakan hasil asimilat. Oleh

kerena itu tunas batang bawah harus segera di buang agar pertumbuhan

tunas okulasi menjadi lebih terpacu.

e. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara:

1) Penyiraman tanaman yang dilakukan satu hari dua kali yaitu pagi dan

sore.

2) Pemupukan dilakukan Setelah penggantian polibag dan media.

Pemupukan menggunakan NPK masing-masing 2 gram (5 butir NPK).

Pupuk tersebut diberikan tiap 2 minggu dengan cara dibenamkan di

pinggir polibag.

3) Penyemprotan pestisida (Decis 2,5 EC) untuk mencegah serangan hama

dan fungisida (Dithane M-45) untuk mencegah serangan jamur, dengan

dosis 3 cc per liter. Penyemprotan pestisida dilakukan satu minggu

sekali.

4) Pencabutan gulma dilakukan satu minggu sekali.

f. Pengamatan

Pengamatan terhadap keberhasilan dan pertumbuhan tanaman

durian okulasi dilakukan setiap satu minggu sekali dimulai setelah

pembukaan ikatan hingga bibit berumur 90 hari setelah okulasi.

E. Variabel Penelitian

a. Persentase okulasi jadi (%)

Pengamatan dilakukan setelah umur okulasi tiga minggu dan plastik

okulasi dilepas kemudian menghitung jumlah tanaman yang berhasil.

Okulasi dinyatakan berhasil bila mata okulasi masih berwarna hijau.

b. Saat pecah mata entres (hari)

Kriteria pecah mata entres adalah pada saat kuncup mata entres

(32)

commit to user

membuka. Saat pecah mata entres dapat diperoleh dengan menghitung hari

mulai saat okulasi sampai pada saat mata entres pecah.

c. Saat kemunculan daun pertama (hari)

Saat kemunculan daun pertama dihitung dari hari saat pelaksanaan

okulasi sampai muncul daun pertama pada tunas okulasi yaitu pada saat

daun terbuka dan terbentuk sehelai daun.

d. Panjang tunas okulasi (cm)

Pengukuran panjang tunas okulasi dimulai dari pangkal tunas

okulasi (dari perisai okulasi) sampai pangkal daun terakhir, pengamatan

dilakukan satu minggu sekali sampai umur 90 hari setelah okulasi.

e. Jumlah daun (helai)

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian (90 hari setelah

okulasi) dengan cara menghitung jumlah daun pada tanaman hasil okulasi.

f. Persentase okulasi tumbuh (%)

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian (90 hari setelah

okulasi) dengan cara menghitung persentase jumlah bibit yang hidup.

F. Analisis Data

Sehubungan dengan data yang diperoleh tidak memungkinkan untuk

dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dikarenakan tingkat

keberhasilan kurang dari 20% sehingga data yang diperoleh dianalisis dengan

(33)

commit to user

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembiakan vegetatif dengan cara okulasi diawali dengan pertautan antara

batang atas dan batang bawah yang tergantung pada kesesuaian (kompatibilitas)

batang bawah dan mata tunas sebagai batang atas (entres). Okulasi berhasil bila

tunas tetap hidup menyatu dengan batang bawah (terbentuk kalus), kemudian

muncul tunas, terbentuk daun sehingga tunas terus tumbuh.

A. Persentase Okulasi Jadi

Keberhasilan okulasi diketahui setelah membuka ikatan okulasi,

secara visual tampak pada mata tempel yang berwarna hijau dan segar.

Okulasi antara batang bawah yang dipotong ½ batang, 15 cm, 5 cm, dan 10

cm dengan tunas yang berasal dari bagian ujung, tengah, dan pangkal semua

jadi (100%) (Tabel 1). Penentuan okulasi jadi tercapai pada minggu ke tiga

(20 hari) setelah okulasi. Hal itu tampak mata entres menempel (menyatu)

dengan batang bawah dan tampak segar dibanding dengan mata entres yang

tidak jadi dengan entres berwarna coklat (Gambar 1). Bhusal (2001)

menyatakan bahwa pembentukan kalus terjadi 45 hari setelah okulasi bahkan

ada yang mencapai tiga bulan, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian

okulasi bibit durian ini yang mana pembentukan kalus sudah terjadi pada

umur 20 hari (3 minggu) setelah okulasi. Namun demikian okulasi jadi

belum tentu menjamin bahwa akan menjadi tanaman baru seperti pendapat

Mobiyanto (1997) bahwa kegagalan okulasi tampak pada entres yang

berwarna coklat dan kering karena tidak menerima air dari batang bawah.

Keberhasilan okulasi (penempelan) menurut Supriyanto et. al., (1995) memerlukan kompatibilitas antara batang atas dan batang bawah serta

(34)

commit to user

Tabel 1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata- rata keberhasilan okulasi jadi (%)

Dipotong 10 cm dari ujung tunas Dipotong ½ batang

Dipotong 15 cm Dipotong 5 cm

Dipotong 10 cm dari ujung tunas Dipotong ½ batang

Dipotong 15 cm Dipotong 5 cm

Dipotong 10 cm dari ujung tunas

100%

Gambar 1. Okulasi jadi (kiri) dan gagal (kanan)

Okulasi pada tanaman durian dengan keberhasilan tinggi ini karena

keadaan mata entres yang semula dalam keadaan dorman, kemudian tumbuh

(mata tunas pecah). Mata entres yang dorman adalah mata entres dalam

keadaan istirahat, belum pecah, dan akan segera tumbuh karena mendapatkan

nutrisi dari hasil fotosintesis tanaman induk. Ini terjadi karena kondisi ideal

(suhu dan kelembaban relatif tinggi), hormon tumbuh yang semula inaktif

menjadi aktif, tersedia karbohidrat sehingga respirasi berjalan, maka tersedia

energi.

Demikian pula batang bawah dalam suasana kelembaban tinggi,

terjadi difusi air ke dalam sel batang sehingga proses respirasi berlangsung.

Saat pembentukan kalus peranan hormon tumbuh (auksin dan sitokinin) Okulasi

(35)

commit to user

sangat besar karena saat itu pembelahan, pembesaran, pemanjangan sel

terjadi. Pada kondisi demikian kandungan protein bahan vegetatif sangat

menentukan. Keberhasilan ini juga tidak terlepas dari peran pemeliharaan

selama okulasi. Selain perawatan, keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh

keserasian batang atas dan bawah, umur, kemampuan mata tempel untuk

pecah dan tumbuh, iklim, dan ketrampilan okulator (Supriyanto et. al., 1995; Suryana, 2000). Keserasian batang atas dan bawah adalah mekanisme

kompatibilitas misalnya fisiologi, biokimia, dan sistem anatomi secara

simultan (Mansyah et. al., 1998).

B. Waktu Pecah Tunas

Okulasi jadi diikuti dengan pecah tunas kemudian tumbuh sampai

menjadi tanaman baru. Saat pecah tunas atau saat tunas muncul (Gambar 3)

merupakan salah satu variabel pengamatan yang menunjukkan pengaruh asal

tunas dan pemotongan batang bawah terhadap pertumbuhan tunas pertama

kali. Waktu pecah tunas okulasi ditandai dengan ukuran mata tunas membesar

dan selaput berwarna coklat yang membungkus mata tunas pecah kemudian

diikuti pertumbuhan entres (tunas) sehingga lebih panjang.

Okulasi menggunakan entres bagian ujung, tengah, dan pangkal serta

perlakuan batang bawah dipotong ½ batang, 15 cm, 5 cm, dan 10 cm

menunjukkan bahwa terdapat ketidak seragaman waktu pecah tunas

(gambar 2). Dilihat dari rata-rata waktu pecah tunas dapat diketahui bahwa

perlakuan entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm memiliki

waktu pecah tunas paling cepat (2-3 hari lebih cepat dibandingkan dengan

perlakuan yang lain). Entres ujung memiliki rata-rata pertumbuhan paling

cepat karena kandungan hormon tumbuh (sitokinin dan auksin) yang cukup

tinggi sehingga mampu memacu pembelahan dan diferensiasi sel lebih cepat.

Makin tinggi konsentrasi hormon sampai dengan batas tertentu, laju

pertumbuhan tunas makin meningkat, tetapi pada konsentrasi yang lebih

tinggi laju pertumbuhan tunas melambat. Hal ini berhubungan dengan ketidak

(36)

commit to user

makin keras, sel-sel kambium makin kurang aktif, sehingga pertumbuhan

tunas juga makin melambat.

Pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung tunas batang bawah akan

meningkatkan suplai hasil fotosintesis ke entres sebab pada batang bawah

masih terdapat beberapa daun yang masih produktif. Perkembangbiakan

dengan okulasi dipengaruhi oleh batang bawah dalam menentukan

pertumbuhan batang atas. Batang bawah lebih berperan dalam membentuk

kalus yang sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Proses pembentukan kalus

ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang

terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut

merupakan sumber energi dalam membentuk kalus.

(37)

commit to user

Gambar 3. Mata entres (mata tunas) yang sudah pecah

dan mulai membentuk kuncup daun

Laju pertumbuhan entres ditentukan oleh aktivitas kambium yang

dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal pada tempat penempelan tunas.

Selain itu laju pertumbuhan entres juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satu adalah keadaan dorman, yaitu entres tidak menunjukkan

pertumbuhan akan tetapi masih tetap hijau. Seperti yang dijelaskan Purbiati

(2002), keadaan dorman tersebut terjadi karena diferensiasi tunas tidak terjadi

sehingga berakibat tumbuh tunas batang bawah dari bekas luka irisan batang.

Dugaan lain penyebab keadaan dorman pada entres menurut Hidayat (2005),

bahwa entres kekurangan salah satu dari beberapa senyawa yang

ditranslokasikan oleh akar ke tunas, seperti : air, garam mineral, dan zat

tumbuh.

C. Saat Kemunculan Daun Pertama

Pertumbuhan entres akan diikuti pembentukan kuncup-kuncup daun

dan diikuti berkembang daun menjadi organ tanaman yang berperan dalam

proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Daun merupakan organ tanaman

tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai

cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan

fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan

fotosintesis lebih banyak dan produk yang dihasilkan juga besar. Kemunculan

daun pertama ditandai dengan satu helaian daun membuka (Gambar 5). Entres yang

(38)

commit to user

Gambar 4. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata kemunculan daun pertama (hari)

Gambar 5. Kemunculan daun pertama

Pengamatan saat kemunculan daun pertama pada bibit durian nampak

pada Gambar 4 yang menunjukkan bahwa entres ujung dan pemotongan batang

bawah 10 cm dan 5 cm muncul 1 hari lebih cepat dibandingkan perlakuan yang

lain. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hormon auksin dan sitokinin lebih besar

sebab tunas ujung merupakan tempat hormon tersebut diproduksi. Oleh karena

itu hormon tersebut memacu pembelahan dan pemanjangan sel sebagai Satu lembar

(39)

commit to user

pendukung tunas tumbuh (Rubio, 1994) dan memacu kemunculan daun

pertama. Pada pemotongan batang bawah 10 cm dan 5 cm terjadi penghentian

pertumbuhan tunas apikal sehingga memacu pertumbuhan entres yang

mengakibatkan kemunculan daun pertama menjadi lebih cepat.

D. Panjang Tunas Okulasi

Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi

pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi

oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik tanaman. Pertumbuhan dapat

diukur dari kenaikan panjang tunas suatu tanaman atau bagian tanaman lain.

Sedangkan peningkatan jumlah sel dan ukuran sel terjadi pada jaringan

meristem misalnya meristem ujung, meristem interkalar, dan meristem lateral.

Pertumbuhan pada meristem ujung menghasilkan sel-sel baru di ujung

sehingga mengakibatkan bertambah tinggi atau panjang. Pertumbuhan

panjang tunas okulasi bibit okulasi tersebut dijadikan salah satu parameter

pertumbuhan tanaman.

Gambar.6 Panjang Tunas Okulasi per Minggu (setelah pembukaan okulasi)

Variabel panjang tunas, sangat berhubungan dengan waktu pecah

tunas. Pertumbuhan tunas paling panjang ditunjukkan pada entres pangkal

dengan pemotongan batang bawah 10 cm. Entres pangkal menghasilkan

(40)

commit to user

pemecahan mata entres hingga pembentukan daun, pertumbuhan entres masih

berjalan lambat, kendati pertumbuhan berlangsung cepat setelah umur bibit

dua bulan. Gambar 6 menunjukkan entres pangkal memiliki panjang tunas

okulasi yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Mata tunas yang cepat

pecah, akan segera tumbuh dan memanjang jika unsur-unsur yang diperlukan

untuk pertumbuhan terpenuhi.

Pemotongan batang bawah berpengaruh terhadap panjang tunas

okulasi (Gambar 6). Batang bawah yang masih terdapat beberapa helai daun

mampu melakukan fotosintesis sehingga hasil fotosintesis dapat digunakan

untuk pertumbuhan entres. Daun batang bawah juga mampu mempercepat

pertautan yang memacu pertumbuhan tunas. Apabila ketersediaan karbohidrat

semakin tinggi, maka laju pertumbuhan entres (yang dipengaruhi oleh

ketersediaan karbohidrat) akan semakin cepat. Seperti yang dinyatakan oleh

Suprijadji (1997) keberadaan daun pada batang bawah merupakan salah satu

faktor penting agar diperoleh persentase keberhasilan okulasi. Daun yang

telah terbentuk akan segera melakukan fungsi untuk fotosintesis. Dari sini

akan dihasilkan karbohidrat dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Karbohidrat

maupun ZPT (auksin dan sitokinin) ditransfer dengan perantara molekul air

menuju daerah meristematis, diantaranya ujung tunas. Sel-sel pada daerah

tersebut akan memperbanyak diri dan memperpanjang ukuran sehingga

mengakibatkan pemanjangan tunas. Panjang tunas merupakan ukuran yang

sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

yang digunakan mengukur pengaruh lingkungan oleh perlakuan yang

diterapkan. Panjang tunas merupakan ukuran pertumbuhan yang paling

mudah dilihat (Karintus, 2011).

E. Jumlah Daun

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan suatu proses

yang berkelanjutan. Letak pertumbuhan ada di dalam meristem ujung, lateral,

interkalar, dan batang tumbuh (buku-buku). Tonjolan pada sisi meristem

apikal semula dikenal sebagai penyangga daun, yang kemudian memanjang,

(41)

commit to user

Pertama-tama ia melengkung ke dalam. Sementara masih dalam kuncup, pada

sisi-sisi poros daun meristem tepi menjadi aktif untuk membentuk helaian

daun. Menjelang waktu daun membuka, terjadi pengembangan ke samping,

pemanjangan helaian daun secara cepat, dan pemanjangan pangkal poros

daun untuk membentuk tangkai daun. Daun memegang peranan penting bagi

pertumbuhan tanaman yang merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis,

respirasi, dan transpirasi.

Gambar 7. Jumlah daun (helai)

Daun merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukan

untuk mengubah CO2 dan H2O menjadi cadangan makanan melalui proses

fotosintesis dengan energi cahaya matahari. Jumlah dan ukuran daun

dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan (Karintus, 2010). Lingkungan yang

mendukung pertumbuhan secara otomatis juga mampu mendorong

pertambahan jumlah serta ukuran daun. Rata-rata jumlah daun terbanyak

terdapat pada perlakuan entres ujung dan pemotongan batang bawah 10 cm.

Entres ujung memiliki kemampuan pertumbuhan awal yang lebih baik

dibandingkan yang lain, sebab entres ujung memiliki hormon tumbuh yang

lebih banyak sehingga mampu memacu pertumbuhan. Batang yang dipotong

(42)

commit to user

Semakin cepat daun terbentuk sempurna, klorofil yang dihasilkan daun

semakin bertambah. Klorofil berfungsi menangkap cahaya matahari yang

digunakan dalam proses fotosentesis. Dengan jumlah daun semakin banyak

maka cahaya matahari yang diterima semakin besar yang digunakan untuk

menghasilkan cadangan makanan. Cadangan makanan ini yang digunakan

untuk pembentukan tunas selanjutnya. Pertumbuhan awal yang baik

cenderung akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya termasuk

pertumbuhan daun, batang, tunas dan organ lain.

Mata tunas yang disambungkan pada batang bawah setelah mengalami

proses diferensiasi dan membentuk kambium baru akan berfungsi sebagai

meristem ujung (lateral) sehingga pecah dan membentuk daun baru

(Purbiati et. al., 2002). Penambahan jumlah daun sejalan dengan penambahan panjang tunas, semakin panjang tunas maka akan menghasilkan pertambahan

nodus-nodus yang berfungsi sebagai tempat tumbuh daun. Perbedaan jumlah

daun akan menimbulkan perbedaan pertumbuhan pada tanaman, karena di

dalam daun terdapat klorofil dan sebagai tempat terjadinya sintesis fotosintat

yang dibutuhkan oleh semua bagian tanaman.

F. Persentase Okulasi Tumbuh

Bibit okulasi yang tumbuh atau hidup merupakan bibit yang jadi

setelah dilakukan pembukaan plastik okulasi dan mampu bertahan untuk tetap

tumbuh sampai akhir penelitian (90 hari setelah okulasi) (Gambar 9). Bibit

okulasi tumbuh ini, telah siap dipindah tanamkan pada umur 3 bulan

(90 hari). Bibit yang jadi dan mampu tumbuh setelah okulasi berasal dari

mata entres yang mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Keberhasilan

penempelan ini, memerlukan kompatibilitas antara batang bawah dan mata

(43)

commit to user

Gambar 8. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata keberhasilan okulasi tumbuh (%)

Gambar 9. Bibit okulasi siap pindah tanam

Persentase okulasi tumbuh terbesar terdapat pada entres pangkal dan

tengah yaitu 100% (Gambar 8). Entres pangkal memberikan persentase bibit

hidup paling tinggi, hal ini karena dalam entres pangkal memiliki kandungan

karbohidrat yang lebih tinggi daripada entres ujung, sehingga dapat memacu

(44)

commit to user

telah sempurna, sehingga memiliki kemampuan untuk tumbuh lebih baik

menjadi tanaman baru yang diharapkan mempunyai sifat-sifat unggul.

Sedangkan pada entres ujung dimungkinkan memiliki kandungan air yang

terlalu tinggi sehingga mengalami transpirasi yang terlalu tinggi yang

mengakibatkan kelembaban entres menurun sehingga mengakibatkan entres

layu dan kering. Suhu tinggi mampu mempercepat respirasi dan menurunkan

kelembaban relatif ruang maupun tunas okulasi sehingga berakibat matinya

entres (Suprijadji, 1997).

Pemotongan batang bawah ½ dan pemotongan 15 cm menunjukkan

persentase terbaik untuk okulasi tumbuh, yaitu sebesar 100% dan untuk

persentase terendah terdapat pada pemotongan batang bawah 5 cm dari

okulasi. Pemotongan batang bawah dilakukan agar tanaman batang bawah

yang tidak memproduksi auksin sehingga dominansi apikal tidak terjadi. Dan

juga bertujuan agar hasil fotosintesis disuplai menuju entres, dengan

demikian, akan mendorong pertumbuhan entres tersebut. Angka kegagalan

okulasi pada penelitian ini yang tinggi disebabkan oleh suhu tinggi pada siang

(45)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Entres ujung diawal pertumbuhan, tumbuh lebih cepat dibandingkan entres

tengah dan entres pangkal.

2. Entres tengah memberikan pertumbuhan yang lebih baik, dibandingkan

entres ujung dan entres pangkal terhadap saat pecah tunas, kemunculan

daun pertama, tinggi tunas okulasi, jumlah daun, dan jumlah okulasi

tumbuh.

3. Panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk mempercepat

pertumbuhan tunas okulasi adalah pemotongan 10 cm dari ujung batang

bawah.

4. Secara keseluruhan perbanyakan vegetatif dengan okulasi menggunakan

entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung

menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Perbanyakan vegetatif secara okulasi akan menghasilkan pertumbuhan

yang lebih baik dengan menggunakan entres tengah dan pemotongan

batang bawah 10 cm dari ujung.

2. Bila pertumbuhan bibit okulasi kurang baik dapat menggunakan alternatif

kedua yaitu menggunakan entres ujung dan pemotongan batang bawah 10

cm dari ujung, dengan menambah waktu pembukaan plastik okulasi

Gambar

Tabel 1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-  rata keberhasilan okulasi jadi (%)
Gambar 2. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata Saat Pecah Tunas (Hari)
Gambar 5. Kemunculan daun pertama
Gambar.6 Panjang Tunas Okulasi per Minggu (setelah pembukaan okulasi)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan embrio zigotik sebagai eksplan dapat dilakukan untuk tujuan perbanyakan batang bawah untuk keperluan penyambungan mikro (micrografting) ataupun penyambungan

Penggabungan menghasilkan tibk data yang bany;k, secara teori akan meningkatnya keakuratan hasil untuk mengetahui pengaruh interaksi antara batang bawah dengan batang

Dari hasil penelitian Prasetyo (2009), pertumbuhan tunas hasil okulasi yang paling cepat diperoleh dari batang bawah jeruk japanese citroen (JC) yang berumur 12

Sementara itu warna permukaan atas dan bawah daun, kekilauan permukaan atas dan bawah daun, tekstur daun, kondisi tangkai daun, warna kulit batang, dan permukaan batang serta

Cara perbanyakan ini dilakukan dengan menggabungkan bagian dari dua tanaman membentuk satu individu baru, yaitu batang bawah yang memiliki sistem perakaran dan batang atas

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi berbagai batang bawah dengan batang atas dari klon karet yang sama berdasarkan data kandungan sukrosa, fosfat

Tidak ada pengaruh interaksi maupun antar perlakuan yang nyata pada hasil pengamatan terhadap pertumbuhan diameter batang bawah, diameter batang atas dan jumlah

Tujuan penelitian ini untuk melihat respon pertumbuhan tunas dan perakaran hasil okulasi kedua dan ketiga dibandingkan dengan okulasi pertama pada batang bawah yang sama.. Penelitian