• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Auditgoing Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Auditgoing Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2014

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

FRISCHA PRAMITA EDZA B 200 110 168

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2014

FRISCHA PRAMITA EDZA B 200 110 168

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

E-mail : frischa.pramita11@gmail.com

ABSTRAK

Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya

Going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio laverage, rasio arus kas, rasio solvabilitas, ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Metode pengumpulan sampel dengan cara purposive sampling sesuai kriteria yang telah ditentukan. Jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 98 (audetee) perusahaan. Data yang terkumpul dianalisis dahulu menggunakan analisis regresi logistik.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, rasio laverage berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, rasio arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, rasio solvabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

(4)

PENDAHULUAN

Di era globalisasi sekarang ini, yang menjadi topik dalam lingkup

perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

mengelola entitas tersebut serta bagaimana menghasilkan kinerja yang baik untuk

jangka waktu ke depan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh

manajemen, pemegang saham, pemerintah, dan pihak lain yang berkepentingan

(Hany, Cleary dan Mukhlasin 2003). Dengan mendeteksi kinerja keuangan

perusahaan, kita dapat mengidentifikasi kondisi perusahaan.

Memburuknya pergerakan dunia bisnis dapat mengakibatkan kelangsungan

hidup (going concern) satuan usaha terganggu bahkan dapat mengarah pada

likuidasi atau kebangkrutan. Kelangsungan hidup suatu satuan usaha selalu

dihubungkan dengan kemampuan manajemen membawa satuan usaha tersebut

untuk bertahan hidup selama mungkin. Oleh karenanya adalah wajar bila jika

kesalahan pertama ditujukan kepada pihak manajemen. Namun, tuduhan

kesalahan juga sangat berpotensi melebar hingga ke auditor (Ramadhany 2004).

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya

going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka

waktu pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern

merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko

auditortidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil

dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan

membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang (Setyarno

et.al 2006). Going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan

usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama

untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang

tidak berhenti.

Pentingnya informasi tentang opini going concern mendorong peneliti

untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi pemberian opini audit

(5)

profitabilitas, rasio laverage, rasio arus kas, rasio solvabilitas (DTAR), ukuran

perusahaan.

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum atas Auditing

1. Standar Auditing

Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu

pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar

auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalakan tanggung jawab

profesionalnya. Standar dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu standar

pekerjaan lapangan dan standar umum, standar pelaporan. (SPAP,2011).

B. Teori Keagenan

keagenan (Agency teory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan

bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau

lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah

pekerjaan atas nama prinsipal, yang melibatkan pendelegasian beberapa

wewenang pembuatan keputusan kepada agen.

C. Rasio Likuiditas

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (keampuan)

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo

secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh

current ratio yaitu membendingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Menurut Husnan dan Pujiastuti (2006)

D. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan

untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka

semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi

perusahaannya. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio laba

(6)

E. Rasio Laverage

Laverage menunjukkan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber

pembiayaan perusahaan, perusahaan yang memiliki aset lebih kecil dari pada

kewajibannya perpotensi untuk mengalami kebangkrutan Hany et al. (2003).

F. Arus Kas

Mills dan Yamamura (1998) mengatakan bahwa untuk memahami

secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya,

auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan

arus kas klien.

G. Rasio Solvabilitas

Merupakan indikator untuk menilai kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak

menguntungkan dalam jangka panjang adalah tidak solvabel sehingga

kemungkinan harus direstrukturasi dan yang sering terjadi setelah

direstrukturasi adalah perusahaan menjadi bangkrut. Oleh karena itu untuk

menghindari dengan memprediksi bahaya keuangan jauh sebelumnya agar

tidak menderita kerugian investasi (Komalasari, 2003).

H. Ukuran Perusahaan

Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif, memberikan suatu

tanda bahwa ukuran semakin berkembang dan mengurangi kecenderungan

kearah kebangkrutan. Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara

ukuran perusahaan auditordengan penerimaan opini audit going concern.

I. Penelitian Terdahulu

Junaidi dan Jogiyanto Hartono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor Nonkeuangan pada Opini Going concern.Variabel yang di

gunakan dalam penelitian adalah reputasi auditor, tenure, disclosure, dan

ukuran perusahaan. Metode analisis menggunakan analisis regresi logistik

karena dalam penelitian ini variabel dependen diukur dengan menggunakan

variabel dummy. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variable reputasi

(7)

diberikan auditor. Untuk variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap opini going concern yang diberikan auditor.

Rahman dan Baldric Siregar (2012) meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern

Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Variabel yang digunakan dalam penelitiannya antara lain kualitas audit,

kondisi keuangan perusahaan, opini auditor, pertumbuhan perusahaan, ukuran

perusahaan, dan utang. Metode analisis menggunakan analisis regresi logistik

karena dalam penelitian ini variabel dependen diukur dengan menggunakan

variabel dummy. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat

dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel

independennya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal).

Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa variabel kualitas audit, opini

auditor, dan utang berpengaruh positif. Sedangkan variabel kondisi keuangan

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh

negatif terhadap opini audit going concern.

H. Hipotesis

1. Rasio Likuiditas terhadap Opini Audit Going Concern

Rasio likuiditas dengan menggunakan proksi quick ratio,

berpengaruh menentukan opini audit dengan paragraf going concern

(Januarti dan Fitrianasari, 2007). Hasil koefisien yang nagatif

menunjukkan semakin kecil rasio likuiditas yang dimiliki oleh auditee

maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini

audit going concern, dan sebaliknya.

H1 : Rasio likuiditas mempengaruhi auditor dalam memberikan opini

audit going concern.

2. Rasio Profitabilitas

Januarti dan Fitrianasari (2008) bahwa rasio profitabilitas

digunakan oleh auditor dalam menentukan pemberian opini audit going

concern atau tidak. Hasil penelitian sejalan dengan temuan penelitian

(8)

berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concen

terhadap auditee oleh auditor. Ketika perusahaan mempunyai prifitabilitas

yang tinggi, diharapkan dapat memperoleh laba tinggi, sehingga

kemungkinan kecil bagi perusahaan untuk memperoleh opini going

concern.

H2 : Rasio profitabilitas mempengaruhi auditor dalam memberikan opini

audit going concern.

3. Rasio Laverage

Januarti dan Fitrianasari (2008) terhadap rasio laverage

memberikan suatu bukti bahwa rasio laverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern. Rasio

laverage menunjukkan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber

pembiayaan perusahaan, perusahaan yang memiliki aset lebih kecil

daripada kewajibannya berpotensi untuk mengalami kebangkrutan.

H3 : Rasio Laverage mempengaruhi dalam memberikan audit going

concern.

4. Arus Kas

Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami

secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya,

auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan

arus kas klien. Salah satu rasio arus kas yang dapatg digunakan oleh

auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melanjutkan

usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Perusahaan memiliki kas

yang memadai maka perusahaan dapat menghindari dari kegagalan untuk

memenuhi kewajiban dan financial distress sehingga perusahan

diharapkan tidak menerima opini audit going concern.

H4: Arus kas berpengaruh pada opini audit going concern.

5. Rasio Solvabilitas

Apabila perusahaan tidak solvabel maka kemungkinan perusahaan

akan memperoleh opini audit going concern. hal ini dikarenakan

(9)

kemungkinan harus direstrukturasi dan yang sering terjadi setelah

restruksinya adalah perusahaan menjadi bangkrut. Oleh karena itu untuk

menghindarinya adalah dengan memprediksi bahaya keuangan jauh

sebelumnya agar tidak menderita kerugian investasi (Komalasari,2003).

H5 : Rasio solvabilitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit

going concern.

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari kondisi keuangan perusahaan,

salah satunya dengan melihat total aset perusahaan. total aset dijadikan

sebagai ukuran perusahaan karena dari total aset yang dimiliki oleh

perusahaan dapat dilihat bagaimana kelangsungan usaha perusahaan

kedepannya. Semakin tinggi total aset yang dimiliki oleh perusahaan,

maka perusahaan dianggap sebagai perusahaan yang besar sehingga

mampumenjaga kelangsungan hidup usahanya sehingga kemungkinan

perusahaan akan menerima opini audit non going concern. Santosa dan

Wedari, (2007).

H6 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

METODE PENELITIAN A. Pemilihan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Sumber data diperoleh dengan metode dokumentasi yaitu merupakan suatu

cara yang digunakan untuk memperoleh data berupa laporan tahunan yang

telah dipublikasikan oleh perusahaan. Sampel pada periode 2013-2014 di

website Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode

porposive sampling (sampel bertujuan)yaiu teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sekaran .U, 2009). Kriteria

pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut: (a) auditee sudah

terdaftar di BEI sebelum 1 januari 2013, (b) menerbitkan laporan

(10)

2013-2014, (c) mengalami laba bersih pajak yang negatif sekurangnya 2 periode

laporan keuangan (2 tahun) secara berturut-turut. Hal ini dikarenakan

auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern pada

perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak positif (Mc. Keown

et al 1991 dalam Rahman dan Baldric Siregar 2012)

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (keampuan)

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh

tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan

oleh current ratio yaitu membendingkan aktiva lancar dengan kewajiban

lancar. Menurut Husnan dan Pujiastuti (2006),

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan

perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi

profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas dalam penelitian ini

diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi penjualan bersih

(NIBTS).

Laverage menunjukkan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber

pembiayaan perusahaan, perusahaan yang memiliki aset lebih kecil dari

pada kewajibannya perpotensi untuk mengalami kebangkrutan Hany et al.

(2003). Laverage dapat diproksikan dengan debt ratio yaitu

membandingkan antara total kewajiban antara total kewajiban dengan total

aktiva.

Mills dan Yamamura (1998) mengatakan bahwa arus kas untuk

memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan

usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari

data laporan arus kas klien. Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan

oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melanjutkan

(11)

Solvabilitas Merupakan indikator untuk menilai kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang

tidak menguntungkan dalam jangka panjang adalah tidak solvabel

sehingga kemungkinan harus direstrukturasi dan yang sering terjadi

setelah direstrukturasi adalah perusahaan menjadi bangkrut. Oleh karena

itu untuk menghindari dengan memprediksi bahaya keuangan jauh

sebelumnya agar tidak menderita kerugian investasi (Komalasari, 2003).

Ukuran perusahaan dengan pertumbuhan yang positif, memberikan

suatu tanda bahwa ukuran semakin berkembang dan mengurangi

kecenderungan kearah kebangkrutan. Terdapat hubungan yang signifikan

negatif antara ukuran perusahaan auditordengan penerimaan opini audit

going concern.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Rasio Likuiditas

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel Rasio likuiditas yang di proksikan dengan current ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit

going concern. Dikarenakan nilai koefisiennya sebesar + (-0,228) dengan

signifikasi sebesar + 0,293, sehinggaa hipotesis (H1) ditolak.

2. Rasio Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel profitabilitas yang diproksikan dengan retrun on asset (ROA)

tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan going concern, karena

nilai koefisiennya sebesar + (-0,029) dengan signifikasi sebesar 0,066

hipotesis (H2) ditoalak.

3. Rasio Laverage

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel rasio laverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio

(12)

nilai koefisiennya sebesar + (-0,011) dengan signifikasi sebesar 0,035

hipotesis (H3) diterima.

4. Rasio Arus Kas

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel rasio arus kas yang diproksikan dengan cash flow to total debt

ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan going concern,

karena nilai koefisiennya sebesar + (-0,294) dengan signifikasi sebesar

0,354 hipotesis (H4) ditoalak.

5. Rasio Solvabilitas

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan going concern, karena nilai

koefisiennya sebesar + (-0, 052) dengan signifikasi sebesar 0,134 hipotesis

(H5) ditoalak.

6. Ukuran Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log total asset tidak

berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit

going concern. Dimana nilai koefisiennya sebesar + (-0,023) dengan

signifikasi sebesar + 0,096 sehingga hipotesisnya (H6) ditolak.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi opini audit going concern. Dan perusahaan yang di jadikan sampel

dalam penelitian ini sebesar 98 (20 auditee) perusahaan manufaktur dalam

penelitian selama tahun 2013-2014.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel

Rasio likuiditas yang di proksikan dengan current ratio tidak berpengaruh

(13)

Dikarenakan nilai koefisiennya sebesar + (-0,228) dengan signifikasi sebesar +

0,293, sehinggaa hipotesis (H1) ditolak.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas yang diproksikan dengan retrun on asset (ROA) tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan going concern, karena nilai koefisiennya sebesar

+ (-0,029) dengan signifikasi sebesar 0,066 hipotesis (H2) ditoalak.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel

rasio laverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio(DER)berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan going concern, karena nilai koefisiennya sebesar

+ (-0,011) dengan signifikasi sebesar 0,035 hipotesis (H3) diterima.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel

rasio arus kas yang diproksikan dengan cash flow to total debt ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan going concern, karena nilai

koefisiennya sebesar + (-0,294) dengan signifikasi sebesar 0,354 hipotesis (H4)

ditoalak.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel

solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan going concern, karena nilai koefisiennya sebesar

+ (-0, 052) dengan signifikasi sebesar 0,134 hipotesis (H5) ditoalak.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel

ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log total asset tidak berpengaruh

signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Dimana

nilai koefisiennya sebesar + (-0,023) dengan signifikasi sebesar + 0,096 sehingga

hipotesisnya (H6) ditolak.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan pengambilan variabel independen yang hanya

menggunakan enam variabel independen karena masih banyak

faktor-faktor lain yang mempengaruhi going concern.

2. Pengambilan sampel, yaitu hanya terbatas pada perusahaan manufaktur

(14)

penelitian terhadap seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3. Periode pengamatan yang dilakukan oleh peneliti hanya selama dua

tahun saja (2013-2014).

C. Saran

1. Bagi investor sebaiknya mempertimbangkan Current,Lsize,ROA

,Lev,DER,Csr,Dtar dalam melakukan investasi pada suatu

perusahaan.

2. Bagi peneliti yang akan datang sebaiknya menambah variabel

independen yang diteliti dalam mempengaruhi penerimaan opini

audit going concern. Atau menambah sampel penelitian untuk

membuktikan kembali hipótesis dalam penelitian ini.

REFFERENSI

Arens, Alvin. A dan Loebbecke. 1997. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta :

Salemba Empat

Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fokus Ekonomi Vol. 6,

No. 1 Juni 2011 : 81-104

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian

Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,

Dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek

Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978. Denpasar Bali

(15)

Fitrianasari,Ella dan Indra Januarti, 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini

Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur yang erdaftar di BEJ tahun 2000-2005)”.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Ananlisis Multivariatedengan Program IBM SPSS

19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hany, Clearly dan Muklasin. 2003. Going Cincern dan Opini Audit: suatu strudi

pada perusahaan perbankkan di BEJ.Prosiding Simposium Nasional

Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober, Hlm. 1221-1233.

Husnan, Suad, dan Enny Pujiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.

Edisi Kelima Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Jansen, M. C,. & Meckling W. H. (1976). Theory of the firm : Managerial Non

Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit

Going Concern.

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern (Perusahaan Manufaktur yan Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. FaktorNonkeuangan pada Opini Going

concern.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober.

Komalasari, Agrianty. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan proxy

Going Concern Terhadap Opini Auditor.Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol.9 No.2, Hlm 1-15.

Kurnia, Yulius S. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini

Audit Going Concern pada Persahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal

(16)

Mills, John R,. Jeanne H. Yamamura. 1998. The Power of Cash Flow Ratio.

Journal of Accountancy : Oktober : 53-61

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku I. Yogyakarta : Salemba Empat.

Munawir, H.S. 1997. Auditing Modern. Buku I. Yogyakarta. BPFE.

Mutchler, J.F. Hopwood, and J. C Mc Keown 1997

Patria, Angga G dan Astuti. 2014. Analisis Penerimaan Opini Auditor dengan

Modifikasi Going Concern. Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Vol. 9, No. 1 Januari 2014

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas

Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini

Going Concern.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional

Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.

Rahayu, Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going

Concern pada Perusahaan Manufaktur Publik. Jurnal Kajian Akuntansi

Vol. 4, No. 2, Desember 2009 : 147-156

Rahman, Abdul dan Baldric Siregar. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kecenderungan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.Makalah

Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin:

22-23 September.

Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang

Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta . Tesis Program

Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas

(17)

Rossa, Meydica dan Nur Shiddiq. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi Diponegoro

Vol. 2, No. 3, Tahun 2013 : 1

Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI

Volume 11 No.2 Desember 2007 : 141

Saputra, Puji. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Surakarta.

Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba

Empat.

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,

Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,

Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going

Concern.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

IX. Padang : 23-26 Agustus.

Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaaqn

Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 11 No. 3 Desember 2009 : 155-173

Venuti, Elizabeth K. 2007. “ The Going Concern Assumption Revisited :

Assessing a Company’s Future Viability”. The CPA journal Online

Windyantari, A.A.Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going -158.Concern dan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Tesis Program Studi Magister Akuntansi Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Kompos mampu meminimalisasi logam berat timah hitam (Pb) pada media budidaya ikan sebesar lebih dari 80 %, tetapi jenis kompos daun gamal dan batang pisang

[r]

Mengesahkan WIPO Copyright s Treat y sebagai hasil persidangan dan dit erima ol eh Negara-negara Anggot a Worl d Int el l ect ual Propert y Organizat ion di Jenewa,

Bahan asam asetat yang diperlukan dalam pembuatan asetanilida.. diperoleh dari

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Selama ini sistem penghitungan kompensasi lebih difokuskan kepada job value (nilai jabatan) yang ada di dalam organisasi, melalui serangkaian proses yang disebut job

The proceeds of the financial credit granted under Article I shall be put at the disposal of the Bank Indonesia with an Italian Bank designated by the Bank

Dari perairan Indonesia, jenis-jenis ikan pari ditangkap oleh delapan jenis alat, yaitu jaring liongbun, jaring insang dasar mata kecil, jaring trammel, jaring arad, jaring