• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI IKLAN POLITIK BERBASIS KEBUTUHAN INFORMASI POLITIK DI KALANGAN PEMILIH PEMULA DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRODUKSI IKLAN POLITIK BERBASIS KEBUTUHAN INFORMASI POLITIK DI KALANGAN PEMILIH PEMULA DI SURAKARTA"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PRODUKSI IKLAN POLITIK

BERBASIS KEBUTUHAN INFORMASI POLITIK

DI KALANGAN PEMILIH PEMULA DI SURAKARTA

(Studi Eksperimen Poduksi Iklan Politik Berbasis Kebutuhan Informasi

Tentang Pemilihan Umum Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2009

Terhadap Siswa Kelas XII SMA N 6 Surakarta

Dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta)

DISUSUN OLEH : Ulfah Hidayati

D0206103

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing Skripsi,

(3)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan disahkan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

Dra. Hj. Sofiah, M. Si

NIP. 19530726 197903 2 001 ( ………)

Drs. Kandyawan

NIP. 19610413 199003 1 002

( ………)

Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D

NIP. 19600813 1987022 001 ( ………)

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan,

Drs. Supriyadi SN. SU

(4)

commit to user MOTO

Man Jadda Wa Jada

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. “ (Q.S Al-Insyroh : 11)

“Wahai orang- orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya

(5)

commit to user

LEMBAR PERSEMBAHAN

(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, Syukur terus terlimpahkan pada Rabb Semesta Alam, Allah SWT, atas limpahan nikmat maupun ujian yang sarat akan hikmah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PRODUKSI IKLAN POLITIK BERBASIS KEBUTUHAN INFORMASI

POLITIK DI KALANGAN PEMILIH PEMULA DI SURAKARTA (Studi

Eksperimen Poduksi Iklan Politik Berbasis Kebutuhan Informasi Tentang

Pemilihan Umum Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2009 Terhadap

Siswa Kelas XII SMA N 6 Surakarta Dan SMA Muhammadiyah 1

Surakarta) yang merupakan kewajiban penulis sebagai mahasiswa demi

mencapai gelar sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Skripsi ini berisi paparan mengenai proses penyampaian pesan dalam komunikasi. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui informasi mendasar apa mengenai pemilu yang harus diketahui oleh pemilih pemula dan mendapatkan bentuk pengemasan informasi tentang pemilu untuk kepentingan/ kebutuhan pemilih pemula. Output dari penelitian tersebut adalah iklan politik berbasis kebutuhan informasi tentang pemilu di kalangan pemilih pemula.

Penelitian ini mengacu pada pemahaman bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang memperhatikan aspek pemilih pemula (komunikan). Teori Uses and Gratification digunakan sebagai salah satu acuan dalam penelitian ini karena melibatkan peran aktif komunikan dalam proses komunikasi.

Penulis menyadari banyaknya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini.

(7)

commit to user

sampai terselesaikannya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapakan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Drs. H. Supriyadi, S.N, S.U selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, M.si.,Ph.D selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

FISIP UNS sekaligus dosen pembimbing skripsi.

3. Keluargaku tercinta, Ibu (alm) dan Bapak serta mbak Anis atas dukungannya

4. Keluarga SMA N 6 Surakarta

5. Keluarga SMA Muhammadiyah 1 Surakarta

6. Adik-adik kelas XII SMA N 6 Surakarta dan SMA Muhammadiyah 1

Surakarta yang telah membantu dalam penelitian maupun FGD.

7. Keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP UNS dan KAMMI

Sholahuddin Al Ayyubi yang telah memberi banyak pengalaman luar

hebat. Semangat yang begitu luar biasa telah meletupkan energi yang

dahsyat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat 2006 di siyasi UNS: Yayuk, Vera, Ayut, Hamsih, Ika

Sunu, dan Sinta atas kebersamaan, pemikiran besar, dan guyonan-guyonan

segarnya.

9. Mbak Renia dan adik – adik kos Al – Banna yang telah menberikan

banyak dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga Posterix ( Fisip’s Moslem Brotherhood 2006) atas doa,

(8)

commit to user

Wahyu Ika, Himawan, Ari Mukti, dan Ivan. Semoga dipermudah dalam

meraih cita paska kampus.

Besar harapan penulis, skripsi PRODUKSI IKLAN POLITIK BERBASIS

KEBUTUHAN INFORMASI POLITIK DI KALANGAN PEMILIH

PEMULA DI SURAKARTA (Studi Eksperimen Poduksi Iklan Politik

Berbasis Kebutuhan Informasi Tentang Pemilihan Umum Calon Presiden

dan Calon Wakil Presiden 2009 Terhadap Siswa Kelas XII SMA N 6

Surakarta Dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta) ini bukan hanya dutujukan

sebagai formalitas belaka, tetapi juga sebagai pembelajaran dan dinamisasi dari proses tersebut. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Februari 2011

Penulis,

(9)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO iv

PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

ABSTRAK xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 10

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat Penelitian 10

E. Kerangka Teori 11

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 46

1. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Desain Pra Uji 47

a. Kebutuhan Informasi Tentang Pemilu 47

b. Iklan Politik 48

(10)

commit to user

2. Definisi Konseptual Dalam Desain Pasca Uji 50

a. Tingkat Kepuasan Pemilih Pemula 50 Terhadap Media Iklan Politik

G. Kerangka Berfikir 51

H. Metodologi penelitian 52

1. Desain Pra Uji 53

2. Desain Pasca Uji 53

3. Sumber Data 54

4. Lokasi Penelitian 54

5. Populasi dan Sampel 55

6. Teknik Pengumpulan Data 57

7. Validitas Data dan Reliabilitas 58

8. Teknik Analisis Data 60

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 65

A. SMA Negeri 6 Surakarta 65

1. Visi dan Misi Sekolah 65

2. Sejarah Sekolah 65

3. Tujuan Sekolah 67

4. Kegiatan Ekstrakulikuler 68

5. Kejuaraan Yang Dicapai 69

6. Struktur Organisasi 71

7. Fungsi dan Tugas pengelola Sekolah 72

B. SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 75

1. Visi dan Misi Sekolah 75

2. Sejarah Sekolah 76

3. Tujuan Sekolah 77

4. Kegiatan Ekstrakulikuler 77

5. Kejuaraan Yang Dicapai 78

6. Struktur Organisasi 80

(11)

commit to user

BAB III ANALISIS DATA DESAIN PRA UJI 86

A. Kebutuhan Informasi Tentang Pemilu. 87

B. Pola Penggunaan Media 99

C. Iklan Politik 103

BAB IV ANALISIS DESAIN PASCA UJI 119

A. Focus Group Discussion 119

B. Materi Focus Group Discussion 120

C. Hasil Focus Group Discussion 129

BAB V PEMBAHASAN 140

A. Persiapan Dalam Pembuatan Pesan 141

B. Proses Pembuatan Pesan 142

C. Hasil/ Luaran 144

D. Efek Pada Khalayak 146

BAB III PENUTUP 149

A. Kesimpulan 149

B. Saran 150

DAFTAR PUSTAKA 152

(12)

commit to user ABSTRAK

Ulfah Hidayati, D0206103, Produksi Iklan Politik Berbasis Kebutuhan Informasi Politik Di Kalangan Pemilih Pemula Di Surakarta (Studi Eksperimen Poduksi Iklan Politik Berbasis Kebutuhan Informasi Tentang Pemilihan Umum Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2009 Terhadap Siswa Kelas XII SMA N 6 Surakarta Dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta), Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011, 154 halaman.

Pemilu merupakan pesta demokrasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk pemilih pemula. Namun sejauh ini partisipasi politik masyarakat dalam pemilu setiap tahunnya mengalami penurunan yang ditandai dengan meningkatnya angka golput. Berbagai cara dilakukan untuk menekan angka golput di kalangan pemilih pemula, salah satunya dengan iklan politik. Sayangnya iklan politik yang ada tidak memperhatikan aspek komunikan (pemilih pemula).

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui informasi mendasar apa mengenai pemilu yang harus diketahui oleh pemilih pemula dan mendapatkan bentuk pengemasan informasi tentang pemilu untuk kepentingan/ kebutuhan pemilih pemula. Output dari penelitian tersebut adalah iklan politik berbasis kebutuhan informasi tentang pemilu di kalangan pemilih pemula.

Penelitian ini mengacu pada pemahaman bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang memperhatikan aspek pemilih pemula (komunikan). Teori Uses and Gratification digunakan sebagai salah satu acuan dalam penelitian ini karena melibatkan peran aktif komunikan dalam proses komunikasi.

Metodologi yang digunakan adalah metode eksperimen yang menggunakan tahapan desain pra uji dan desain pasca uji. Dalam desain pra uji dilakukan survei terhadap sejumlah responden untuk mengetahui kebutuhan informasi mengenai pemilu, preferensi penggunaan media untuk iklan politik, dan preferensi dalam visualisasi iklan politik. Sedangkan dalam desain pasca uji dilakukan FGD (Focus Group Discussion) untuk mengukur efek pesan pada khalayak (tingkat kepuasan) terhadap iklan politik yang sudah dibuat.

(13)

commit to user ABSTRACT

Ulfah Hidayati, D0206103, Production Of Political Information Requirement based Political Advertisement among Beginner Voters in Surakarta (Experimental Study of Information Requirement based Political Advertisement Productions on the General Election of President and Vice President Candidates in 2009 toward Students Class XII of SMA State 6 Surakarta and SMA Muhammadiyah 1 Surakarta against), Department of Communication Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2011, 154 pages.

General Election is a democratic party which involves all public elements, including beginner voters. However, this far the public political participation in general election has decreased each year. It is marked by the increasing number of voting abstention. Many strategies have been done to suppress the number of voting abstention among voters. One of the strategies was politic advertisement. Unfortunately, this political advertisement did not consider to the communicant aspect (beginner voters).

The research aims to determine what the basic information about general election that should be known by beginner voter and get the form of information packaging about general election for beginner voter’s interests/requirements. Output of the research is information requirement-based political advertisement about general election among beginner voters.

This research refers to an understanding that communication is a process to transfer messages by considering to the beginner voter aspect (communicant). Uses and Gratification theory was applied as one of the reference in doing research since it involves the active role of communicant in communication process.

The researcher conducted experimental methods. That methods has two stages, pre experiment design and post experiment design. In doing pre experiment design researcher surveyed a number of respondents to find out: the information requirement on general election, the preference of using media in political advertisement, and the preference of political advertisement visualization. Meanwhile, post experiment design was done by conducting FGD (Focus Group Discussion) to measure the message effects to the public (level of satisfaction) against the political advertisement that have been made.

(14)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemilu 2009 sudah berlangsung beberapa waktu lalu. Namun demikian,

pembicaraan tentang pemilu tidak akan pernah out of date selama Indonesia masih

menggunakan sistem ini dalam penentuan calon pemimpin. Apalagi setiap

tahunnya di Indonesia juga ada daerah yang melaksanakan Pemilihan Umum

Kepala Daerah (Pemilukada). Hal ini tentunya menyebabkan pemilu nasional/

pemilu di daerah akan menjadi isu yang terus hangat.

Pemilu 2009 bisa menjadi referensi bagi pelaksanaan pemilu lima tahun ke

depan maupun pemilu-pemilu yang selanjutnya. Pemilu 2009 yang menghabiskan

lebih Rp 14 triliun dinilai lebih buruk dibanding pemilu 2004 maupun 1999. Dari

hasil lembaga survei, masalah teknis dan pemutakhiran data pemilih yang jauh

dari semestinya hingga rendahnya partisipasi rakyat dalam memilih para wakil

rakyat untuk menentukan kebijakan trias politica menjadi catatan tersendiri dalam

keberlangsungan pemilu 2009. Besarnya angka golput, akan menurunkan

keabsahan sistem pemerintah kedepan.

Berikut ini merupakan fakta terkait hasil rekapitulasi suara pemilu 2009:

9 Partai yang memenuhi threshold 2.5% suara nasional

(15)

commit to user 6. PPP : 5,533,214 = 5.32%

7. PKB : 5,146,122 = 4.94% 8. Gerindra : 4,646,406 = 4.46% 9. Hanura : 3,922,870 = 3.77% 1

Total suara yang masuk adalah 104.099.785 dari seharusnya sekitar 171

juta hak suara masyarakat. Atau angka golput mencapai 39%. Berikut daftar

angka Golput sejak 1971 (Era Orde Baru) – 2009:

· 1971 : 6.64 % · 1977 : 8.40 % · 1982 : 8.53 % · 1987 : 8.39% · 1992 : 9.09 % · 1997 : 9.42 % · 1999 : 10.21 % · 2004 : 23.34 % · 2009 : 39.1%

Sumber: Data tahun 1971-2004 dari Pusat Studi dan Kawasan UGM ; 2009

Dari data daftar suara golput, maka sejak era reformasi, jumlah masyarakat

yang abstain atau golput meningkat pesat yakni 10.21% pada tahun 1999 menjadi

39.1% di tahun 2009. Angka golput 39.1% jauh melebihi angka partai Demokrat

yang menduduki posisi pertama dalam survei yakni 20% suara dari (100%-39%

golput). Tampaknya “Partai Golput” menang mutlak. 2

Paling tidak ada dua hal mendasar yang perlu dicermati terkait persoalan

partisipasi politik dalam pemilu 2009. Pertama, sistem politik. Perilaku politik

1

Hasil Pemilu 2009: Partai Golput Menjadi Pemenang”,

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/10/hasil-pemilu-2009-partai-golput-menjadi-pemenang/ 21/06/2010/09.25

2

“ Hasil Pemilu 2009: Partai Golput Menjadi Pemenang”,

(16)

commit to user

pemilih akan ditentukan kebijakan dan UU tentang politik. Kalau UU atau

kebijakan pemilu dipandang demokratis, maka partisipasi penggunaan hak pilih

rakyat akan semakin tinggi dan demikian juga sebaliknya. Kedua, budaya politik.

Perilaku politik pemilih sangat dipengaruhi nilai-nilai budaya yang muncul dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat. 3

Merujuk payung hukum bagi terselanggaranya pemilu tahun 2009, UU No

10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum ( Bab IV Tentang Hak Memilih pada

pasal 19) disebutkan bahwa warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan

suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah pernah

kawin mempunyai hak memilih (ayat 1).

Dalam hitung-hitungan politik dewasa ini, kaum remaja (usia 17 sampai

dengan 21 tahun) memegang peranan penting sebagai pemilih pemula. Pemilih

pemula yang dimaksud adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti pemilu.

Berdasarkan data dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) bahwa

pemilih pemula berjumlah sekitar 20 – 30 persen dari jumlah pemilih secara

keseluruhan yang diperkirakan sekitar 170 juta pemilih.4 Angka yang cukup tinggi

dan perlu diamankan.

Namun yang sekarang menjadi permasalahan adalah pemilih pemula

mungkin rentan menjadi golput, karena kepedulian mereka terhadap pemilu masih

sangat kecil. Hal tersebut bisa jadi karena kurangnya sosialisasi oleh KPU dan

juga begitu banyaknya beban-beban pendidikan yang harus mereka kerjakan.

3

Eddy Syofian, dalam www.analisdayli.com

4

http://www.jppr.or.id/index.php?option=com_akobook&Itemid=100&startpage=5/

(17)

commit to user

Untuk pelajar, proses Ujian Akhir Nasioal (UAN) menjadi lebih menarik daripada

Pemilu, karena apabila mereka tidak lulus UAN maka mereka tidak akan lulus

sekolah.

Jika pemilih pemula tidak mendapatkan perhatian khusus, hal tersebut

bisa memicu masalah. Munculnya golput di kalangan pemilih pemula bisa saja

dikarenakan minimnya informasi tentang pemilu yang didapatkan oleh para

pemilh pemula. Jadi golput yang dilakukan oleh pemilih pemula bukan karena

rasionalitas tetapi lebih karena ketidaktahuan mereka terhadap informasi

mendasar tentang Pemilu. Selain buruknya sistem pendidikan politik yang ada di

Indonesia dan fungsi pendidikan politik partai yang belum optimal serta

mengutamakan kepentingan kekuasaan , pendidikan politik masih dinilai sebagai

sesuatu yang menakutkan dan membosankan. Persepsi ketakutan dan kebosanan

ini biasanya muncul karena model pendidikan politik yang ditawarkan tidak

menarik. Adanya persepsi ini sering muncul pada para pemilih pemula. Kalau

tidak diwaspadai, hal ini bisa menyebabkan rendahnya partisipasi politik di

tingkat pemilih pemula.

Hal yang kemudian diutamakan adalah bagaimana memunculkan

kesadaran pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya. Jangan sampai

mereka tidak menggunakan hak pilihnya hanya karena tidak tahu bahwa usia

mereka adalah usia awal untuk memberikan partisipasi politik pada pemilu.

Selain itu, mengingat juga bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa yang

perlu diselamatkan. Merekalah kaum intelektual muda yang akan mengisi pos-pos

(18)

commit to user

nasib Indonesia ke depan? Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan politik sejak

dini kepada para remaja. Mengikuti pemilu adalah partisipasi politik yang baru

bagi mereka sehingga bisa dijadikan momentum awal untuk memberikan

pendidikan politik.

Banyak model pendidikan politik yang ditawarkan oleh partai politik dan

aktor politik lainnya terhadap pemilih pemula. Audiensi, sosialisasi ke

sekolah-sekolah/ kampus, dan model-model face to face lainnya yang mencoba

menghadirkan para aktor politik langsung ke hadapan publik. Namun semua itu

masih dirasa kurang efektif untuk masyarakat yang masih apatis terhadap politik.

Forum-forum seperti itu terkadang sepi pengunjung, dirasa menjenuhkan dan

membosankan. Selain itu, forum langsung itu juga mengharuskan publik untuk

sengaja meluangkan waktunya agar bisa langsung bertatap muka dengan para

aktor politik. Padahal, sebagian besar waktu yang dimiliki oleh masyarakat

digunakan untuk melakukan aktivitas seperti bekerja, mengenyam pendidikan,

dan aktivitas lainnya yang semakin menghimpit mereka seiring bertambahnya

kebutuhan hidup.

Nurul Arifin, caleg yang dicalonkan oleh Partai Golkar melalui daerah

pemilihan Jawa Barat VI telah menangkap peluang lumbung suara di pemilih

pemula. Ia telah melaunching komik ‘putih abu-abu’ sebagai media pendidikan

politik di kalangan pemilih pemula. Komik setebal empat puluh halaman ini

dikemas dengan bahasa anak muda. Melalui komik yang bercerita tentang

(19)

commit to user

bisa menumbuhkan kesadaran pemilih pemula untuk menggunakan hak politik

mereka dalam pemilihan umum nanti.5

Komik memang merupakan media yang dekat dengan remaja (pemilih

pemula). Namun komik juga memiliki kelemahan jika kemudian dikaitkan dengan

budaya baca di Indonesia. Dengan kondisi budaya baca di indonesia yang masih

rendah, komik menjadi sesuatu yang sulit dijangkau. Komik hanya akan dinikmati

oleh mereka yang memiliki hobi membaca. Dan jumlah orang yang hobi

membaca pun minim. Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi

terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir

Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi (OECD).6

Salah satu cara untuk memberikan pengetahuan/informasi tentang pemilu

terhadap pemilih pemula adalah lewat iklan politik sebagai suatu pendidikan

politik. Namun iklan politik yang sekarang kita jumpai adalah iklan politik yang

hanya menampilkan program, keberhasilan, dan janji-janji partai saja. Coba saja

kita lihat iklan politik Gerindra dengan janji mensejahterakan petani, iklan Golkar

dengan swasembada berasnya, Demokrat dengan keberhasilan menurunkan BBM,

dan sebagainya. Belum ada iklan politik yang benar-benar memperhatikan aspek

pemilih pemula.

5

“Nurul Arifin Mendidik Melalui Komik”,

http://www.tempointeraktif.com/hg/profil/2008/11/18/brk,20081118146653,id.html/21/06/2010/09 .40

6

“Budaya Baca Indonesia Terendah di Asia Timur”,

(20)

commit to user

Proses komunikasi hendaknya memperhatikan aspek psikologis

komunikan. Dalam hal ini, komunikan yang dimaksud adalah pemilih pemula.

Psikologi memperhatikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor

internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. 7

Komunikasi merupakan peristiwa sosial, yaitu peristiwa yang terjadi

ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Mencoba menganalisis

peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Karena itu,

pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. 8

Kaufman mendefinisikan psikologi sosial sebagai berikut:

“ Psikologi sosial adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meamalkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu dipengaruhi oleh apa yang dianggapnya sebagai pikiran, perasaan, san tindakan orang lain (yang kehadirannya boleh jadi sebenarnya, dibayangkan, atau disiratkan).9

Komunikasi merupakan proses pembentukan pesan. Di mana dalam

pembuatan pesan tersebut perlu memperhatikan aspek psikologis komunikan.

Dalam penelitian ini, proses pembuatan pesan dalam iklan politik juga

memperhatikan aspek pemilih pemula yang merupakan remaja. Dimana karakter

remaja adalah santai dan tidak serius. Begitu besarnya potensi pemilih pemula ini

haruslah mendapat perhatian khusus. Iklan politik yang dibuat adalah yang sesuai

dengan jiwa remaja, yaitu iklan politik yang menarik, tidak menakutkan, tidak

membosankan, dan tidak menambah beban pendidikan formal. Agar lebih tepat

sasaran, iklan politik untuk pemilih pemula tersebut juga memuat informasi

tentang pemilu yang dibutuhkan oleh pemilh pemula.

7

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1989), hlm5

8

Ibid, hlm 11

9

(21)

commit to user

Pesan yang disampaikan dalam iklan politik merupakan informasi

mengenai pemilu yang dibutuhkan oleh pemilih pemula. Dalam penelitian ini,

untuk mendapatkan jenis pesan maupun bentuk pengemasan pesan maka akan

digunakan metode eksperimen yang terbagi menjadi dua desain / tahap, yaitu

desain pra uji dan desain paska uji. Pada desain pra uji dilakukan survei terhadap

pemilih pemula. Survei bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi tentang

pemilu, visualisasi iklan politik, dan jenis media yang digunakan dalam iklan.

Hasil dari desain pra uji tersebut digunakan sebagai acuan dalam memproduksi

iklan politik. Selanjutnya, pada desain paska uji dilakukan FGD untuk melihat

tingkat kepuasan pemilih pemula terhadap iklan yang sudah dibuat. Dalam FGD

ini peserta FGD akan dimintai tanggapan terhadap iklan politik yang sudah dibuat.

Penyampaian pesan terhadap pemilih pemula tersebut dengan cara

komunikasi visual melalui iklan politik. Komunikasi visual, yang merupakan

salah satu bentuk dari komunikasi persuasi, yaitu komunikasi manusia yang

dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan,

nilai, atau sikap mereka.”.10

Komunikasi visual periklanan merupakan proses komunikasi lanjutan

yang membawa para khalayak ke informasi terpenting yang memang perlu

mereka ketahui. Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau

mempengaruhi sikap-sikap khalayak. Periklanan tidak hanya berkaitan dengan

pemberian informasi, tetapi periklanan juga harus dibuat sedemikian rupa supaya

dapat menarik minat khalayak, harus original (asli), serta memiliki karakteristik

10

(22)

commit to user

tertentu dan persuasif sehingga khalayak secara sukarela terdorong untuk

melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan11

Model komunikasi politik yang ditawarkan lewat iklan (komunikasi

visual) dirasa cukup efektif karena dapat langsung menuju sasaran. Iklan dengan

kekuatan pesannya (bahasa dan gambar) bisa menjadi media yang ampuh dalam

memberi informasi maupun mempengaruhi publik.

Penyampaian pesan lewat gambar menjadi hal yang diminati dalam

menyampaikan agenda-agenda politik. Sudah sejak beberapa tahun yang lalu

gambar digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan politik,

terutama saat masa-masa kampanye atau pemilu. Hal ini seperti yang disampaikan

oleh Kevin G. Barnhurts and Chaterine A. Steele

By 1988, image-consciousness held sway (Adatto, 1993). Bush and Dukakis postured for cameras in media events designed to convey a message through images. Political handlers set up scenes for the media and distributed video press releases, a commonplace by then.. The candidates responded to the visual rhythms of televisionnews: campaigns manufactured images in time for the evening report and newscasters exposed the mechanics of political imagemaking.12

Minimnya dana sosialisasi dari pemerintah menjadikan media massa

sebagai barang mewah yang sulit dijangkau. Untuk itu, adanya media yang murah

sangat dibutuhkan sebagai terobosan baru dalam pendidikan politik. Iklan politik

dengan media komunikasi visual yang murah bisa menjadi referensi bagi para

penggiat politik.

11

Jeffkins, Frank, Periklanan. (Jakarta: Erlangga. 1996), hlm.13

12

Barnhurts ,Kevin G. and Chaterine A. Steele. 1997. Image Bite News:

(23)

commit to user

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang permasalahan di atas maka dibuatlah rumusan masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Kebutuhan-kebutuhan informasi apa terkait pemilu yang harus diketahui atau

dipahami oleh pemilih pemula?

2. Bagaimana bentuk pengemasan informasi tentang pemilu sesuai dengan model

yang diinginkan oleh pemilih pemula?

3. Bagaimana tingkat kepuasan pemilih pemula terhadap iklan politik yang telah

diproduksi?

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui informasi mendasar apa saja mengenai pemilu yang harus

diketahui atau dipahami oleh pemilih pemula.

2. Mendapatkan bentuk pengemasan informasi tentang Pemilu untuk

kepentingan/ kebutuhan pemilih pemula.

3. Mengetahui tingkat kepuasan pemilih pemula terhadap iklan politik yang

telah diproduksi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pemilih pemula, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai sarana

(24)

commit to user

Dimana sarana (iklan politik) tersebut sesuai dengan kondisi psikologis

pemilih pemula.

2. Untuk pemerintah dan penyelenggara Pemilu, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai referensi dalam menentukan setiap kebijakan yang

dibuat, terutama kebijakan yang ditujukan untuk para pemilih pemula.

3. Bagi para penggiat politik (partai politik dan kandidat capres/ cawapres),

hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan dalam pembuatan iklan politik

untuk pemilih pemula.

E. KERANGKA TEORI

1. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan

John Fiskei mendefinisikan adanya dua mahzab utama dalam studi

komunikasi. Mahzab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Ia

tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan

(encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmitter

menggunakan saluran dan media komunikasi. Mahzab ini biasa disebut

dengan mahzab proses. Mahzab kedua adalah mahzab semiotika. Mahzab ini

melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.

Untuk penelitian kali ini akan berdasarkan pada mahzab proses dimana

komunikasi merupakan suatu proses yang dengannya seorang pribadi

mempengaruhi perilaku, state of mind atau respons emosional yang lain, dan

demikian pula sebaliknya. Hal ini lebih dekat dengan akal sehat (common

(25)

commit to user

cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan

sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.

Dalam pembentukan pesan, mahzab proses melihat pesan sebagai

sesuatu yang ditransmisikan melalui proses komunikasi. Tujuan (intention)

merupakan suatu faktor yang krusial dalam memutuskan apa yang membentuk

sebuah pesan. Tujuan pengirim mungkin dinyatakan atau tidak dinyatakan,

disadari atau tidak disadari, namun harus dapat diperoleh kembali dengan

analisis. Pesan adalah apa yang pengirim sampaikan dengan sarana apapun. 13

Model yang sangat jelas menjelaskan mengenai mahzab proses adalah

model komunikasi Willbur Schramm. Model dasar komunikasinya

menyajikan komunikasi sebagai suatu proses linier yang sederhana.

Model Schramm

Menurut Willbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan

setidaknya tiga unsur: sumber (source), pesan (message), dan sasaran

13

Fiskei, John, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperehensif, (Bandung: Jalasutra. 2006), hlm 14

Encoder

Enterpreter

Decoder

Decoder

Enterpreter

Encoder Message

(26)

commit to user

(destination). Seperti ditunjukkan oleh model di atas jelas bahwa setiap orang

dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan decoder. Kita

secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan

tanda-tanda tersebut, dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali

dalam model di atas disebut umpan balik (feedback), yang memainkan peran

sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberitahu kita bagaimana

pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban,

anggukan kepala, gelengan kepala, kening berkerut, menguap, wajah yang

melengos, dan sebagainya. 14

Sebenarnya, inti dari proses komunikasi adalah pengoperan

lambang-lambang yang mengandung arti. Proses ini berjalan dari komunikator ke

komunikan, dan akan kembali lagi ke komunikator sebagai efek feedback.

Keberhasilan sebuah proses komunikasi dilihat dari efek dan feedback yang

muncul, maksudnya komunikasi dikatakan berhasil apabila hasil komunikasi

sesuai dengan apa yang telah dikomunikasikan dan diharapkan oleh

komunikator. Mc Luhan mengatakan bahwa suatu pesan yang akan

disampaikan dan diterima oleh komunikan, tergantung dari medianya.

Menurut Mc Luhan, “ Medium Is The Message” yaitu bahwa pada akhirnya

pesan tergantung dari penggunaan media, bagaimana pengaruh pesan atas

kehidupan komunikan.15

14

Cassata dan Asante, dalam Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007), hlm. 152

15

(27)

commit to user

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu proses primer dan

proses sekunder.16 Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang (simbol) sebagai media. Lambang yang digunakan adalah bahasa,

isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu

‘menerjemahkan’ pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan,

baik berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang konkrit

maupun yang abstrak. Lain halnya dengan proses sekunder. Proses sekunder

adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua, setelah memakai lambang

sebagai media pertama. Media kedua tersebut dapat berupa film, televisi,

radio, surat kabar, majalah, telepon, surat dan sebagainya.

· Komunikasi sebagai tindakan satu arah

John R Wenburg dan William W. Wilmot mengemukanan setidaknya

ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi

sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi

sebagai transaksi.

Suatu pemahaman popular mengenai komunikasi manusia adalah

komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang

(atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik

secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media seperti surat (selebaran),

surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Jadi, komunikasi dianggap suatu

16

(28)

commit to user

proses linier yang dimulai dengan sumber yaitu pengirim dan berakhir pada

penerima, sasaran atau tujuannya.

Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon

disebut “ definisi berorientasi-sumber” (source-oriented definition)”. Definisi

ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja

dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan

respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang

disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi

kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau

membujuknya untuk melakukan sesuatu. Konseptualisasi komunikasi sebagai

tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan

mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan

persuasif.17. Dalam konteks penyampaian informasi berupa iklan politik dari

penggiat politik kepada pemilih pemula maka kerangka pemahaman

komunikasi yang berlaku adalah komunikasi sebagai tindakan satu arah.

Beberapa Definisi yang sesuai dengan konsep ini adalah:

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner

Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan

sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur,

grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya

disebut komunikasi.

17

(29)

commit to user Theodore M. Newcomb

“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)

menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah

perilaku orang lain (komunikate).”

Euerett M. Rogers

“ Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber

kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah

laku mereka.”

Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante

“ Komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi

khalayak.”18

Wilbur Schram mengatakan bahwa fungsi komunikasi adalah memberi

penerangan, pendidikan, mempengaruhi, dean mengisi waktu senggang, akan

tetapi juga komunikan mempunyai peranannya dalam proses ini. Dengan

demikian maka Scharm memberikan fungsi kepada komunikator dan

komunikan, fungsi mana harus cocok satu sama lain, isi mengisi dan

merupakan interdependensi agar supaya komunikasi berjalan dengan

harmonis, yaitu:

komunikator komunikan

penerangan (information) mengerti (understand)

pendidikan (teaching) kesediaan belajar

menyenangkan (to please) menikmati

18

(30)

commit to user

mempengaruhi dengan persuasi memutuskan untuk menolak

atau menerima

(to persuade)19

2. Elemen-elemen Komunikasi

Harold Lasswell mendefinisikan komunikasi sebagai “(Cara yang baik

untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What

Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa

Dengan Pengaruh Bagaimana?

Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi

yang saling bergantung satu sama lain, yaitu:

a. Sumber (source)

Sering juga disebut pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator

(communicator), pembicara (speaker), atau originator. Sumber adalah pihak

yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber

boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan

suatu negara. Kebutuhannya bervariasi, mulai untuk memelihara hubungan

yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan

untuk mengubah ideologi, keyakinan agama dan perilaku pihak lain. Untuk

menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya

(pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam

19

(31)

commit to user

seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang idealnya dipahami penerima

pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding). Pengalaman masa

lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber

mempengaruhi sumber dalam merumuskan pesan.

b. Pesan

Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan

merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili

perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga

komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan

bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa),

yang dapat mempresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik

ucapan ataupun tulisan. Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan

orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui

tindakan atau isyarat anggota tubuh.

c. Saluran atau media

Yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan

pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan

yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran non

verbal. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni

cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indra kita

untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara

penyajian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak (surat

(32)

commit to user d. Penerima (receiver)

Sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination), komunikate (communicate),

penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener),

penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber.

Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola

piker dan perasaannya penerma pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan

seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan

yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian balik (decoding).

e. Efek

Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,

misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), perubahan

sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan

perilaku, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi

bersedia memilihnya dalam pemilu, dan sebagainya.20

3. Informasi

Kata informasi yang diserap dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa

asing, yaitu kata bahasa Belanda infonnatip dan bahasa Inggris information.

Kedua kata itu sendiri berasal dari kata Latin in dan formeve. In artinya dalam,

dan formeve artinya memberikan bentuk kepada, membenluk. Dari gabungan

kedua kata itu berkembanglah istilah informasi, information, informatie,

informationen, informaria, dan lain-lain.

20

(33)

commit to user

Stevenson menyatakan bahwa informasi sebagai kata benda bermakna

pengetahuan yang diberikan pada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami

oleh orang lain.21 Dalam International encyclopedia of infonnation and library

science dikatakan bahwa istilah informasi mungkin paling sering digunakan dan

paling sedikit digunakan secara tepat dalam ilmu perpustakaan dan informasi.

Informasi paling baik dilihat sebagai memiliki kedudukan dalam spektrum antara

data mentah dan pengetahuan. Dengan melihat demikian, informasi merupakan

susunan data dalam bentuk dipahami, yang mampu untuk komunikasi dan

[image:33.595.113.542.245.715.2]

penggunaan.

Gambar Rangkaian Informasi (Sumber: Debons, Information science) 22

21Ingwersen, Peter. (1992) "Infonntion and infonnation science in context,"Libn, hlm 99

22

Ibid, hlm101

Peristiwa

Simbol (representasi peristiwa) Data

Segmen Segmen berdasarkan kognisi

berdasarkan data

Informasi

Pengetahuan

Kearifan (wisdom) Nilai

(34)

commit to user

Karena adanya proses terjadinya infonnasi tersebut, definisi infonnasi akan

bennacam-macam, terpulang dari mana seseorang melihatnya, mulai dan proses

pembentukan data sampai dengan terjadinya infonnasi. Bila memperhatikan

gambar rangkaian informasi maka pengetahuan terjadi setelah informasi

dikomunikasikan pada orang lain.

Blumenthal mendefinisikan informasi sebagai data terekam, terklasifikasi,

terorganisasi, berhubungan dengan atau ditafsirkan dalam konteks untuk

meneruskan makna. Informasi merupakan penghubung antara pengetahuan dan

fenomena yang diamati. 23

Di sisi lain Burch mendefinisikan informasi sebagai hasil pemodelan,

pemformatan, pengorganisasian atau pengubahan data dalam sebuah cara

sehingga meningkatkan pengetahuan penerimanya. Informasi akan memasok dan

menunjang pengetahuan. 24

4. Pesan Dalam Proses Komunikasi

·Pembuatan pesan

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan

yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses

membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.

23

Hoffman, Eijahu. (1980) ."Defining information: an analysis of the information content of documents."Information Processing & Management, hlm. 291

24

[image:34.595.113.513.233.500.2]
(35)

commit to user

Komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada

komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke

dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila

pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame

of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of

experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.

Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa

yang akan menjadi sasaran komunikasi kita. Pembuatan pesan harus disesuaikan

dengan komunikan. Sudah tentu ini bergantung pada tujuan komunikasi, apakah

agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar

komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instrruktif). Apa

pun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu

diperhatikan fator-faktor sebagai berikut:

a. Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan

dengan kerangka referensi (frame of reference)- nya. Kerangaka referensi

seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman,

pendidikan, gaya hidup norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita, dan

sebagainya.

b. Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksud dengan situasi disini adalah situasi komunikasi pada saat

(36)

commit to user

kondisi disini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis

komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.

Seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap

empatik (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya

kepada peranan orang lain. Dengan lain perkataan, dapat merasakan apa yang

dirasakan orang lain. 25

Umumnya, setiap komunikasi mengharap efek, sehingga kegiatan interaksi

manusia yang satu dengan yang lain tertuju pada timbulnya suatu efek seperti

yang diharapkan oleh komunikator yang bersangkutan. Efek adalah hasil akhir

dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku komunikan, baik yang sesuai

atau tidak sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Apabila sikap dan tingkah

laku komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator, berarti komunikasi

itu berhasil, demikian juga sebaliknya.

Penting bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut tentang efek yang

ditimbulkan dari komunikasi. Sebuah efek dapat mengubah sikap, bahkan

menggerakkan perilaku para peserta komunikasi. Efek bisa berarti penambahan

pengetahuan, peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, perubahan tingkah laku,

timbulnya kekacauan, peningkatan prestis, pemusatan suatu hal atau masalah,

pendapat publik, pendapat umum, dan sebagainya. Sebuah efek komunikasi

merupakan berbagai perubahan yang timbul pada diri komunikan, yang

disebabkan terjadinya kegiatan komunikasi.

25

(37)

commit to user

Adanya efek dalam setiap komunikasi tergantung pada persyaratan yang

dipenuhi dalam proses komunikasi. Efek komunikasi untuk selanjutnya lebih

dikenal sebagai hasil komunikasi dan untuk mendapatkannya dibutuhkan suatu

proses komunikasi yang efektif. Berkomunikasi secara efektif berarti antara

komunikator dan komunikan saling memiliki pengertian yang sama mengenai

suatu pesan. Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif antara lain:

1. Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan.

2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.

3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat pihak

komunikan.

4. Pesan dapat menggugah kepentingan di pihak komunikan yang dapat

menguntungkannya.

5. Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan atau reward di pihak

komunikan.

· Uses and Gratification Theory

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of

the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak

tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa

yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses

and gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini

(38)

commit to user

media diarahkan oleh motif (intentionality),; bahwa perilaku media

mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak

sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu

cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi

ketika kebutuhan itu terpenuhi. 26

Konsep dasar model ini diringkas oleh pendirinya (Katz, Blumler, dan

Gurevitch). Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis

dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa

atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaaan

media (atau ketelibatan dalam kegiatan lain) , dan menghasilkan (6) pemenuhan

kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak

dikehendaki.

Model Uses and Gratification

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek

-variabel -personal - hubungan - kepuasan

individual - diversi - macam isi - pengetahuan

- variabel - personal - hubungan - kepuasan

lingkungan identity dengan isi

Dengan menggunakan model ini, peneliti berusaha menemukan hubungan

di antara variable-variabel yang diukur. Seringkali peneliti hanya meneliti

sebagian dari komponen-komponen dalam gambar di atas.

26

(39)

commit to user

· Persuasi dalam pembuatan pesan

Persuasi merupakan teknik mempengaruhi manusia dengan

memanfaatkan/ menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari

komunikan yang hendak dipengaruhi.

Disinilah perlu adanya pengetahuan komunikator tentang lingkup referensi

dan luas pengalaman dari komunikannya, supaya dapat diadakan pertemuan

melalui lambang sehingga tercapailah overlapping of interest pada pihak

komunikan dengan komunikator. Inilah persuasi dalam arti semurni-murninya,

yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis serta

kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya dan mencapai perwujudan

dari apa yang diinginkan oleh pesan. Tanpa pengetahuan situasi demikian maka

pesan dan kegiatan komunikasi akan berhasil sedikit ataupun sama sekali akan

gagal. 27

75% dari keputusan manusia dilandasi oleh emosi, maka persuasi biasanya

mengadakan pendekatan dengan daya tarik terhadap emosi. Karena itu dikatakan,

bahwa sebagai daya tarik pertama, pendekatan terhadap penggunaan emosi

komunikan ternyata adalah yang paling efektif., 28 Oleh karena itu, proses

pembuatan pesan juga perlu memperhatikan sisi-sisi persuasif, yaitu

menggunakan fakta psikologis dari komunikan.

Dalam sebuah jurnal komunikasi, mengenai Effectiveness of Negative

Political Advertising, dijelaskan bhawa keefektifan sebuah pembicaraan persuasif

adalah tergantung bagaimana orang tersebut bisa menggunakan bahasa dalam

27

Susanto, Astrid S, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, (Bandung: Rindang Mukti.1977), hlm. 17

28

(40)

commit to user

propaganda maupun periklanan. Bahasa apa yang akan digunakan akan

berpengaruh pada pesan yang akan diterima oleh khalayak.

Expectancy theory focuses on the relationship between language use and the effectiveness ofsuch language use on persuasion. Expectancy theory assumes that “ since language is a rule- governed system, people develop norms and expectations concerning appropriate usage ini given situations. Most cultures and societies shape their own patterns of language and determine normative or non-normative patterns of language use. When messages conform to people’s norms and expectations, “the norms and expectations are strengthened, but the message exert minimal impact on attitudes.” (Won, Ho Chang, Jae-Jin Park, and Sung Wook Shim: 1998).”29

· Penerimaan pesan

Salah satu faktor bagaimana suatu isi pesan diterima tergantung dari

lambang-lambang yang dipergunakan. “ Lambang” adalah suatu “perjanjian” setelah ia

diberi suatu arti tertentu. Walaupun demikian, sikap psikologis manusia dapat

memberikan arti berbeda kepada lambang yang sama. Di dalam menyajikan suatu

pesan ada tiga kemungkinan:

a. Pesan mendesak pelaksanaan sesuatu

b. Pesan hanya menganjurkan

c. Pesan hanya sepintas lalu disampaikan.

Penelitian membuktikan, bahwa kalau suatu pesan disampaikan dengan

sangat mendesak, khususnya bila hanya menyebut segi baiknya saja, maka orang

lain akan ragu-ragu untuk menerima apa yang disampaikan. Kemungkinan

penerimaannya, dengan demikian masih kecil. Sebaliknya bila sesuatu dianjurkan

29

(41)

commit to user

dengan menyebut segi positif dan negatifnya, maka derajat kemungkinan

penerimaan pesan adalah lebih besar. Sesuatu yang dikatakan “sepintas lalu “

biasanya mempunyai efek yang paling besar, yaitu sikap karena sikap demikian

ini merangsang “sikap ingin tahu” pada manusia dan kenyataan bahwa sesuatu

yang hanya dikatakan “sepintas” lalu memberi kesan seakan-akan komunikator

kurang memperhatikan persoalannya, dengan akibat bahwa disangka orang

tersebut tidak/kurang mempunyai perhatian dan kepentingan terhadap apa yang

dikatakannya, Justru karena hal yang terakhir ini, yaitu dugaan orang akan tidak

atau kurang adanya kepentingan akan hal yang disebut sepintas lalu, membuat

orang lebih yakin akan kesungguhan dan kemurnian pernyataannya dan

selanjutnya inilah yang meningkatkan nilai kepercayaan akan pesan, sehingga

pesan lebih mudah diterima oleh komunikan. Sebaliknya, bila dalam

menyampaikan sesuatu, beberapa segi terlalu ditekan, maka komunikan segera

akan menarik kesan bahwa pihak komunikator terlalu berkepentingan tentang hal

yang dinyatakannya, sehingga orang segera menerimanya.30

5. Kebudayaan Remaja sebagai Pemilih Pemula

Siswa atau remaja pada umumnya memiliki suatu sistem sosial yang

seolah-olah menggambarkan bahwa mereka mempunyai “dunia sendiri”. Dalam

sistem remaja ini terdapat kebudayaan yang antara lain mempunyai nilai-nilai,

norma-norma. Sikap serta bahasa tersendiri yang berbeda dari orang dewasa.

Dengan demikian remaja pada umumnya mempunyai persamaan dalam pola

30

(42)

commit to user

tingkah laku, sikap dan nilai, dimana pola tingkah laku kolektif ini dapat berbeda

dalam beberapa hal dengan orang dewasa.31

Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas dan cenderung

pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal

yang kurang menyenangkan dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok

sebaya atau “peer group” adalah penting dalam kehidupan seorang remaja,

sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam

pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap permulaan perkembangan perasaan

sosial. Pada masa ini timbul keinginan remaja untuk mempunyai teman akrab dan

sikap bersatu dengan temantemannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka

menjauhkan diri. “Peer culture” ini berpengaruh sekali selama masa remaja

sehingga nilai-nilai kelompok sebaya mempengaruhi kelakuan mereka.

Sesuai dengan yang tercantum dalam UU No 10 tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum ( Bab IV Tentang Hak Memilih pada pasal 19) adalah warga

negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh

belas) tahun atau lebih atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih (ayat 1).

Dalam kategori politik, kaum remaja dimasukkan dalam kelompok

pemilih pemula, yaitu kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilih.

Dengan hak pilih itu, kaum remaja yang sudah berusia 17 tahun atau sudah

menikah ini akan mempunyai tanggung jawab kewarganegaraan yang sama

dengan kaum dewasa lain. Selain itu, kaum remaja ini menjadi sasaran paling

empuk untuk diperebutkan. Jumlah pemilih pemula yang berkisar pada angka 20

31

(43)

commit to user

juta orang dalam pemilu sangat menggiurkan dari segi kemenangan dan kekalahan

dalam pemilu.32

Berdasarkan kondisi psikologis yang dipaparkan di atas, maka pemilih

pemula memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Apolitis

- Pertama kali menggunakan hak pilih

- Memiliki ketidakpastian dalam pemilihan

- Kesadaran politik rendah

Studi Hasil temuan Tim Litbang Bali Post (Bali Post, 4 April 2009) dalam

jajak pendapat terhadap 150 siswa kelas tiga pada beberapa SMA Negeri di

Denpasar yang telah mengikuti simulasi pemilu menjelang Pemilu 2009 yang lalu,

setidaknya bisa memberikan gambaran orientasi politik mereka sebagai pemilih

pemula pada Pemilu 2009 yang lalu. Kelompok pemilih pemula ternyata sebagian

besar (64%) akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2009. Tetapi,

bayang-bayang perilaku "memilih untuk tidak memilih" (golput) masih ada, karena 26,

4% dari mereka mengaku tidak tahu apakah akan menggunakan hak pilihnya, dan

7,2% lainnya tidak akan menggunakan hak pilihnya. Bandingkan dengan angka

golput tingkat nasional yang mencapai 10,07% pada Pemilu 1999 dan 10,40%

pada Pemilu 2004 lalu.33

6. Komunikasi Politik

32Piliang, Indra J. 2008. Kaum Remaja dan Demokrasi. Jakarta; Kibar

33http://blog.unila.ac.id/maulana/files/2009/03/isi-proposall-pemula.pdf/29/03/2011/

(44)

commit to user

Komunikasi politik dapat dipahami menurut berbagai cara. Mc Quail,

misalnya mengatakan bahwa komunikasi politik merupakan:

“ all processes of information ( including facts, opinions, beliefs, etc) transmission, exchange and search enganged in by participants in the course of institutionalized political activities”. ( Semua proses penyampaian informasi,- termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan, dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga).”34

Cakupan dari komunikasi politik terdiri dari komunikator politik, pesan

politik, persuasi politik, media komunikasi politik, khalayak komunikasi politik,

dan akibat-akibat komunikasi politik. Kraus dan Davis membagi cakupan

komunikasi politik menjadi komunikasi massa dan sosialisasi politik, komunikasi

massa dan proses Pemilu, komunikasi dan informasi politik, penggunaan media

dan proses politik, konstruksi realitas politik di masyarakat.35

Meadow sendiri dalam buku Pawito 36 mengemukakan bahwa istilah

komunikasi politik merujuk pada segala bentuk pertukaran simbol atau pesan

yang sampai tingkat tertentu dipengaruhi atau mempengaruhi berfungsinya sistem

politik.

Sebagaimana dengan disiplin ilmu lainnya, komunikasi politik sebagai

body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni: sumber (komunikator),

pesan, media atau saluran, penerima dan efek.37

34

Pawito, Ph.D,, Komunikasi Politik: Media Massa Dan Kampanye Pemilihan (Yogyakarta: Jalasutra. 2009) hlm.2

35

Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung: RemajaRosdakarya Offset. 1999), hlm. 6

36

Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa Dan Kampanye Pemilihan (Yogyakarta: Jalasutra. 2009) hlm.16

37

(45)

commit to user a. Komunikator Politik

Sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat

memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik,

misalnya presiden, menteri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati atau

walikota, LSM dan kelompok- kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa

mempengaruhi jalannya pemerintahan.

b. Pesan politik

Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis

maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, tersembunyi

maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya

mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, UU kepartaian, pernyataan

politik, artikel, surat kabar, internet, televisi, dan radio yang berisi ulasan politik

dan pemerintahan, iklan politik, makna logo, warna baju atau bendera, dan iklan

politik propaganda.

c. Saluran atau media politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Media massa adalah

saluran komunikasi politik yang sangat luas dan karenanya juga sangat berperan.

d. Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi

dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam

(46)

commit to user e. Pengaruh atau Efek Komunikasi politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman

terhadap sistem pemerintahan dan parta-partai politik, dimana nuansanya akan

bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum.

Komunikasi politik memiliki beberapa fungsi yang sangat penting.

Menurut Goran Hedebro, komunikasi politik berfungsi sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang

dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan pemerintah

dan masyarakat.

2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga politik.

3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para pendukung partai.

4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga menjadi

bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik.

5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi, cara-cara

pemilihan umum dan pemberian suara.

6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “ pesta demokrasi” dengan menampilkan

para juru kampanye, artis, dan para komentator atau pengamat politik.

· Iklan politik sebagai proses persuasi

Sebuah iklan biasanya terdiri dari tiga elemen tanda, yaitu gambar, objek

atau produk yang diiklankan (object), gambar benda- benda di sekitar objek yang

(47)

commit to user

yang memberikan keterangan tertulis. Ketiga elemen ini, antara satu dengan yang

lainnya, saling mengisi dalam menciptakan ide, gagasan, konsep atau makna yang

kompleks, mulai dari makna eksplisit, yakni makna yang berdasarkan pada apa

yang nampak (denotative), serta makna lebih mendalam yang berkaitan dengan

pemahaman-pemahaman ideology dan cultural (connotative).

Komunikasi visual periklanan merupakan proses komunikasi lanjutan

yang membawa para khalayak ke informasi terpenting yang memang perlu

mereka ketahui. Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau

mempengaruhi sikap-sikap khalayak. Periklanan tidak hanya berkaitan dengan

pemberian informasi, tetapi periklanan juga harus dibuat sedemikian rupa supaya

dapat menarik minat khalayak, harus original (asli), serta memiliki karakteristik

tertentu dan persuasif, sehingga khalayak secara sukarela terdorong untuk

melakukan suatu tundakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan38

Periklanan mempunyai arti sebagai segala bentuk pesan tentang sesuatu

yang disampaikan lewat media yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh

masyarakat sebagai calon konsumen. Iklan adalah bagian dari promise dan

merupakan medium informasi yang mengandung bobot seni.39 Komunikasi yang

[image:47.595.112.515.251.487.2]

efektif dalam iklan sangat ditentukan oleh harmonisasi antara kata-kata dan

gambar. Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara cepat dan tepat adalah

dengan menggunakan kata-kata sederhana yang dilengkapi tampilan visual

menarik. Penggunaan kata-kata yang unik dan menarik dapat membangkitkan rasa

38

Jefkins, Frank. Periklanan, (Jakarta: Erlangga 1994), hlm. 3

39

(48)

commit to user

keingintahuan pemirsa sekaligus memaksa mereka untuk merenugkan sejenak

makna dari iklan tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan berikut ini.

Interaksi antara kata-kata dan gambar dalam menyampaikan makna40

Pemaknaan dari pesan yang disampaikan oleh komunikator tergantung

pada persepsi komunikan seperti yang diungkapkan Brodbeck yang dikutip oleh

Jalaludin Rakhmat bahwa makna tidak terletak pada kata-kata atau

lambang-lambang , namun terletak pada pikiran seseorang, yakni pada persepsinya.

Menurutnya, makna terbentuk dari pengalaman individu yang mengacu pada

pengalaman sosial dan budayanya. Oleh karena itu makna antara pengirim dan

penerima bisa jadi berbeda. 41

Pada dasarnya periklanan merupakan bagian dari komunikasi massa yang

memiliki tujuan untuk memperkenalkan suatu produk atau pun jasa. Iklan adalah

media promosi produk tertentu dengan tujuan produk yang ditawarkan terjual

laris. Untuk itu iklan dibuat semenarik mungkin, sehingga terkadang dapat dinilai

terlalu berlebihan, serta mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis, dan

estetika penonton atau sasaran produk yang diiklankan.42

40

Jefkins, Frank, Periklanan, (Jakarta: Erlangga 1994), hlm. 21

41

Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya.1994), hlm. 276

42

Wajah Perempuan di Dunia Iklan, artikel di http://www.kabarindonesia.com,/20/09/2010/11.50

Unsur nonverbal Simbol-simbol Kata-kata Unsur verbal

(49)

commit to user

Secara sederhana, Rhenald Kasali mendefinisikan iklan sebagai suatu

pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat.43

Sementara itu, menurut masyarakat periklanan Indonesia, iklan adalah segala

bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan

kepada sebagian atau seluruh masyarakat.44

Tujuan pembuatan iklan menurut Uyung Sulaksana ada 3 macam, yakni

memberikan informasi, membujuk, dan mengingatkan. Namun, Uyung

meningatkan bahwa tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan dari penentuan

pasar sasaran (target market), positioning, dan bauran pemasaran.45

Dalam perkembangannya, iklan dapat dikategorikan menjadi beberapa

jenis, yaitu iklan komersial, iklan layanan masyarakat, dan iklan politik. Jenis

yang terakhir ini merupakan jenis

Gambar

gambar digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan politik,
grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya
Gambar Rangkaian Informasi (Sumber: Debons, Information science) 22
gambar rangkaian informasi maka pengetahuan terjadi setelah informasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang: Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai akibat kerusakan struktural dan fungsional ginjal memiliki progresifitas tinggi berlanjut sebagai end stage

Beliau memberikan beberapa aturan bagi staffnya di perusahaan, hal ini dilakukan agar dalam melakukan pekerjaan mereka dapat menjalankannya dengan benar.. Beliau jarang melihat

Pertama, seperti yang kita ketahui bahwa klaim adalah dokumen-dokumen pendukung yang wajib disertakan/dilampirkan dalam pengajuan klaim dengan jangka waktu yang telah

Secara sepintas kelainan histopatologi yang diamati pada kelinci yang ditulari MCF memang sesuai dengan gambaran histopatologi untuk MCF, yaitu berupa peradangan non-supuratif

Pengujian kinerja catalyst pada Low Pressure Fixed Bed Reactor antara catalyst yang dikembangkan dibandingkan catalyst komersial, dengan focus DME yang pada

Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk proses identifikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi sudah tersedia dan sudah lengkai, akan tetapi masih. belum

Untuk mempelajari pengaruh penghilangan asupan vitamin D terhadap penurunan tekanan darah sistolik, maka tikus diberi perlakuan dengan meletakkan subyek di dalam

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ternyata tidak sesuai dengan hipotesa penelitian, yaitu adanya perbedaan derajat aglutinasi pada pemeriksaan golongan darah metode cell