• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERFORMANCE EXPECTANCY, EFFORT EXPECTANCY, DAN SOCIAL INFLUENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION INSTAGRAM: Studi mengenai penggunaan teori UTAUT kepada pengguna Instagram yang menjadi followers @infobdgcom.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERFORMANCE EXPECTANCY, EFFORT EXPECTANCY, DAN SOCIAL INFLUENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION INSTAGRAM: Studi mengenai penggunaan teori UTAUT kepada pengguna Instagram yang menjadi followers @infobdgcom."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Mochamad Risman Purwanto Ramdhan (1104856). Pengaruh Performance

Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence Terhadap Behavioral Intention Instagram (Studi mengenai penggunaan teori UTAUT kepada

pengguna Instagram yang menjadi followers @infobdgcom). Di bawah bimbingan H.Mokh. Adib Sultan, ST., MT.

Peran media sosial Instagram dalam aktivitas manusia, bisa membuat aktivitas dari setiap orang, organisasi, maupun perusahaan dapat dilakukan melalui media

internet, meskipun jumlah keseluruhan pengguna Instagram yang masih sedikit, namun pertumbuhan Instagram ternyata jauh melebihi media sosial lain. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis ingin mengetahui faktor apa sajakah yang membuat seseorang berminat menggunakan Instagram, melalui teori UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan metode online survey dan desain kausal pada

Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence terhadap

Behavioral Intention Instagram. Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Data penelitian ini didasarkan pada pengguna Instagram yang menjadi followers @infobdgcom, dengan sampel sebanyak 100 responden. Dalam penelitian ini, metode data uji yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Kemudian analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, dan Behavioral Intention Instagram sudah cukup tinggi. Kemudian hasil analisis regresi linier berganda mengemukakan temuan penelitian yang menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention, dan

Social Influence terhadap Behavioral Intention. Sementara itu Effort Expectancy tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Behavioral Intention Instagram. Kemudian secara simultan, Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan

Social Influence berpengaruh terhadap Behavioral Intention Instagram.

Kata Kunci: Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence,

(2)

ABSTRACT

Mochamad Risman Purwanto Ramdhan (1104856). The Influence of Performance Expectancy, Effort Expectancy, and Social Influence towards

Instagram’s Behavioral Intention (A Study about the use of UTAUT theory at followers of @infobdgcom). Under guidance of H. Mokh. Adib Sultan, ST., MT.

The role of social media Instagram in human interest, can make the activity of public, organization, or even the company are accessing internet, even though the total users of Instagram are still in a minority, the development of Instagram is increasing further than another social media. Based on this phenomenon, author want to know some factors which make people wants using Instagram, with UTAUT theory (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology).

The study uses descriptive and verifiable approach by online survey and causal design methods at Performance Expectancy, Effort Expectancy, and Social Influence. Research data based on a 100 followers of @infobdgcom as the respondents. In this research, the author using the validity, reliability testing and classical assumption as the method of the test. Then multiple linear regression analysis was used to test the hypothesis.

Results of study showed that the level of Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, and Behavioral Intention Instagram is already high. Then Results of multiple linear regression analysis showed that partially, it has significant positive effect between Performance Expectancy toward Behavioral Intention, and Social Influence toward Behavioral Intention. Besides that, Effort

Expectancy hasn’t significant positive effect toward Behavioral Intention

Instagram. Then simultaneously, Performance Expectancy, Effort Expectancy, and Social Influence has significant positive effect toward Behavioral Intention Instagram.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya

telah memberikan manfaat bagi aktivitas manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang

sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar ataupun membutuhkan

banyak waktu kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin

otomatis, seperti mengangkut barang berat tidak lagi membutuhkan tenaga yang

besar, bepergian tidak lagi harus jalan kaki, serta berkomunikasi tidak lagi dalam

satu wilayah saja. Hal tersebut berdampak pada manusia yang senantiasa harus

memperbaharui ilmu pengetahuan serta beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan

dan aktivitas yang berhubungan dengan teknologi.

Kebutuhan dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan teknologi

sangatlah banyak, seperti teknologi untuk rumah tangga, teknologi dalam

menghitung, teknologi transportasi, teknologi informasi, serta teknologi lainnya

yang erat kaitannya dengan kebutuhan dan aktivitas manusia. Hal tersebut

biasanya didasari oleh profesi, aktivitas organisasi, pergaulan sehari-hari, rasa

ingin membuat aktivitas menjadi lebih praktis, serta rasa ingin mengikuti

perkembangan zaman. Sehingga fenomena tersebut berdampak pada penerapan

aplikasi Teknologi Informasi (TI) berbasis komputer terhadap aktivitas organisasi.

Penerapan aplikasi TI yang berdampak pada aktivitas organisasional

mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya

perbedaan antara sebelum dan sesudah menerapkan teknologi. Perbedaan tersebut

menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknologi, bisa berdampak pada

perubahan aktivitas organisasional.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dengan adanya teknologi informasi, akan

mempermudah aktivitas organisasional yang awalnya sulit menjadi tidak sulit

lagi. Maka dari itu, teknologi ini memang dibuat oleh manusia untuk membantu

manusia dalam melakukan aktivitas agar menjadi lebih mudah. Sehingga dari

perbedaan tersebut, memunculkan keragaman aktivitas yang bersinggungan

(4)

Tabel 1.1

Dampak aplikasi TI berbasis komputer terhadap Aktivitas Organisasional

No Sebelum Munculnya TI Teknologi Informasi Setelah Munculnya TI

1 Manager biasanya

membuat keputusan.

Berbagai peralatan

penunjang

pengambilan

keputusan (DSS,

Access Data Base,

Modelling Software).

Pengambilan keputusan

menjadi bagian setiap orang.

2 Hanya pakar-pakar yang

bisa menyelesaikan

pekerjaan yang kompleks.

Expert System Seorang generalis bisa

menyelesaikan pekerjaan

pakar.

3 Informasi hanya bisa

muncul di satu tempat pada

saat tertentu

Database tersebar Informasi bisa dimunculkan

secara simultan di berbagai

tempat sewaktu diperlukan.

4 Karyawan lapangan

membutuhkan kantor

sebagai tempat menerima,

menyimpan, mengakses

dan mentransfer informasi

Komunikasi tanpa

kabel dan Portable

Computer

Karyawan lapangan bisa

mengirim dan menerima

informasi secara langsung.

Sumber: Ellitan, Lena & Anatan, Lena. (2009).

Penggunaan teknologi dalam melakukan aktivitas bisa digunakan ketika

teknologi dihubungkan dengan perangkat-perangkat teknologi yang menunjang.

Teknologi tidak akan bisa digunakan apabila tidak terhubung oleh

perangkat-perangkat yang menunjang. Sehingga, teknologi tersebut bisa dijalankan dan

dimanfaatkan dengan optimal apabila perangkat pendukungnya dalam kondisi

(5)

Perangkat yang dihubungkan dengan baik, bisa menyalurkan informasi yang

jelas, benar, serta akurat. Perangkat ini bisa dihubungkan dengan menggunakan

penghubung antar jaringan, sesuai dengan cakupan wilayahnya. Contohnya: LAN

(Local Area Network), WAN (Wide Area Network), MAN (Metropolitan Area

Network) serta Internet. Dari berbagai penghubung tersebut, penghubung yang

dapat digunakan secara optimal adalah penghubung yang cakupan wilayah

jangkauannya paling luas yakni Internet.

Internet atau inter-connection networking adalah jaringan komputer

internasional yang menghubungkan orang dan organisasi di seluruh dunia.

Dengan adanya internet ini, informasi dan komunikasi bisa tersalurkan langsung

antar orang, organisasi maupun perusahaan. Walaupun seseorang berada dalam

wilayah yang berbeda dan dengan jarak yang jauh, ketika koneksi internet

tersambung maka informasi dan komunikasi bisa tersampaikan dengan mudah.

Dengan kemudahan berkomunikasi dan penyampaian informasi tersebut, maka

pada abad ke-20 ini internet menjadi banyak digunakan oleh banyak kalangan,

baik itu oleh orang, organisasi ataupun perusahaan.

Gambar 1.1

Perkembangan penggunaan Internet dari tahun ke tahun

Sumber: www.marketeers.com, dari survei Markplus tahun 2013

Pada data yang ditunjukkan pada gambar 1.1 tersebut menjelaskan bahwa

survei yang dilakukan Markplus (2013) mengungkapkan bahwa pengguna internet

(6)

itu yakni 133,73 juta jiwa. Jumlah pengguna internet ini tumbuh signifikan hingga

22% dari 62 juta di tahun 2012 dari tahun 2010.

Gambar 1.1 juga menunjukkan bahwa pengguna internet tumbuh signifikan

dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Bahkan pengguna internet yang

menggunakan internet dengan waktu lebih dari 3 jam per harinya (netizen),

semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pengguna internet telah

memanfaatkan internet seoptimal mungkin untuk berbagai macam keperluan.

Maka dari itu di Indonesia, pengguna internet ini semakin banyak, dan telah

menggunakan internet untuk keperluannya masing-masing.

Gambar 1.2

Aktivitas yang dilakukan Netizen Indonesia tahun 2012

Sumber: www.marketeers.com, dari survei Markplus tahun 2013

Survei Markplus (2013) mengenai aktivitas netizen pada gambar 1.2

menunjukkan bahwa sebanyak 94% menggunakan internet untuk mengakses

media sosial atau jejaring sosial, 64,5% untuk browsing, 60,2% untuk membuka

e-mail, serta mengakses hal-hal lain yang terdapat pada gambar 1.2 tersebut.

Dengan jejaring sosial yang menempati urutan pertama dalam gambar 1.2,

menunjukkan bahwa jejaring sosial atau media sosial memiliki peran yang besar

(7)

sosial ini, telah memberikan banyak manfaat bagi setiap kalangan, baik itu kepada

setiap orang, organisasi, maupun perusahaan.

Media sosial telah memberikan manfaat yang bisa dirasakan oleh setiap

orang, organisasi, maupun perusahaan. Bagi orang-orang, media sosial dijadikan

sebagai media online untuk berinteraksi dengan pengguna lain serta sebagai media

untuk posting gambar dan video. Bagi organisasi, media sosial dijadikan untuk

media promosi, sharing, serta untuk lebih mendekatkan organisasi kepada

masyarakat. Sedangkan bagi perusahaan, media sosial bisa digunakan untuk

mengetahui respon dari konsumen dari hasil posting yang dilakukan dalam media

sosial; respon mengenai pelayanan oleh admin perusahaan; minat para calon

konsumennya dalam pemilihan produk serta dalam pembelian produknya. Selain

itu dengan mengakses media sosial, perusahaan bisa mengurangi biaya promosi

langsung serta mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk penjualan. Dengan

banyak manfaat tersebut, maka pengguna media sosial ini pun menjadi sangat

banyak penggunanya di Indonesia, dengan termasuk perusahaan atau para pelaku

bisnis serta pihak lain di dalamnya yang menggunakan media sosial yang

berbeda-beda sesuai dengan keperluannya masing-masing.

Survei yang dilakukan Markplus pada akhir tahun 2012 dan di-posting

tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat 2.150 responden yang mengakses media

sosial yang berbeda, yakni Facebook, Twitter, Google+, dan Instagram. Dalam

keseluruhan responden ini terdapat 6 (enam) kelompok usia yakni terdiri dari

15-22 tahun, 23-30 tahun, 31-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, dan 56-64 tahun.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa Facebook menempati tempat teratas dari

semua kelompok usia, Twitter dan Google+ saling bersaing dalam setiap

kelompok usia, dimana Twitter unggul dalam dalam 2 (dua) kelompok usia

dengan persentase yang cukup tinggi dan Google+ unggul di 4 (empat) kelompok

usia lain dengan persentase yang tidak melewati angka 20%.

Sementara itu, dalam survei tersebut menunjukkan bahwa media sosial

Instagram memiliki angka persentase yang sangat kecil dari semua kelompok usia,

dengan angka persentase yang paling tinggi hanya sebesar 5,9% pada kelompok

(8)

angka 3% responden yang telah menggunakan media sosial. Data tersebut

ditunjukkan dalam gambar 1.3 berikut ini.

\

Gambar 1.3

Jumlah responden yang mengakses media sosial pada tahun 2012

Sumber: www.marketeers.com, dari survei Markplus tahun 2013.

Angka persentase yang sangat kecil dari pengguna Instagram dalam

gambar 1.3, menunjukkan bahwa Instagram telah kalah dari segi persentase dan

jumlah banyaknya pengguna media sosial, jika dibandingkan dengan pengguna

media sosial lain. Hal ini disebabkan oleh minat dari para pengguna media sosial

yang lebih memilih media sosial lain dibandingkan dengan menggunakan

Instagram. Dalam tahun berikutnya, pengguna media sosial secara keseluruhannya

tidak berubah, seperti pada Gambar 1.3. Akan tetapi, media sosial Instagram ini

memiliki pertumbuhan pengguna aktif yang lebih pesat.

Survei yang dilakukan oleh firma penelitian pemasaran Global Web Index

(2014) pada akhir tahun 2013 dan dipublikasikan pada Januari 2014,

mengungkapkan bahwa pengguna media sosial Instagram memiliki pertumbuhan

pengguna aktif yang paling tinggi. Dalam survei tersebut, Instagram memiliki

(9)

memperoleh 9%. Media sosial lain yang terdapat pada tahun sebelumnya yakni

Twitter mencapai angka 2% serta Facebook mencapai angka -3%, artinya

pertumbuhan pengguna yang aktif sangatlah sedikit bahkan banyak pengguna

yang tidak aktif hingga mencapai angka persentase minus. Hal ini disebabkan

karena pengguna media sosial baru lebih memilih aktif menggunakan Instagram

daripada Facebook ataupun media sosial lainnya. Dengan mengetahui kelebihan

dan kekurangan yang dimiliki oleh Instagram berbeda dengan yang lain. Berikut

gambar 1.5 yang menunjukkan persentase pertumbuhan pengguna media sosial.

Gambar 1.4

Pertumbuhan pengguna media sosial yang aktif tahun 2013

Sumber: www.globalwebindex.netdari survei Global Web Index (GWI) 2014.

Media sosial Instagram memiliki kelebihan dan kekurangan yang menarik

minat masyarakat dalam menggunakannya. Keunggulan yang dimiliki Instagram

ini adalah pengguna (user) bisa meng-upload foto serta video dengan mudah dan

cepat, yang bisa di-share dengan pengguna lain, serta dilengkapi aplikasi editing;

bisa terhubungkan atau terintegrasi dengan media sosial lain seperti Twitter dan

(10)

atau video tersebut. Sehingga para pemilik akun Instagram bisa melihat respon

dari pengguna Instagram lain dalam bentuk Like atau Comment tersebut. Selain

memiliki keunggulan, Instagram juga memiliki kelemahan, yakni hanya bisa

dioperasikan dalam wilayah memiliki sinyal internet yang kuat; terdapat banyak

spamming, akun fake; serta tindakan pornografi ataupun pornoaksi. Namun,

Instagram berusaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya tersebut, seperti

dengan melakukan block atau delete ID pada akun yang melanggar peraturan

tertentu, serta hal-hal lain yang terus diupayakan Instagram agar membuat

pengguna Instagram merasa aman dan nyaman dalam mengoperasikannya.

Keunggulan dan kelemahan dalam fasilitas yang dimiliki Instagram ini,

menjadikan Instagram bisa digunakan oleh perusahaan besar maupun kecil, yang

kini terus meningkat dari waktu ke waktu.

Pada akhir tahun 2014, sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan

fasilitas yang diberikan oleh Instagram. Perusahaan-perusahaan tersebut telah

sukses memanfaatkan Instagram dengan banyaknyapengguna Instagram yang

menjadi followers mereka, diantaranya Starbucks, Adidas, Levi’s, dan masih

banyak perusahaan lainnya yang juga menggunakan Instagram. Dengan

banyaknya followers, menunjukkan bahwa telah banyak pengguna Instagram lain

yang mengikuti aktivitas perusahaan dalam Instagram.

Gambar 1.5

Perusahaan Pengguna Instagram

(11)

Gambar 1.5 menunjukkan bahwa Starbucks dan Adidas memiliki followers

dengan satuan million (juta), dimana Starbucks memiliki 3,53 juta followers, dan

Adidas memiliki 3,54 juta followers. Selain itu, Levi’s juga memiliki followers

yang sangat banyak, meskipun belum mencapai jutaan yakni sebanyak

421 ribu followers. Jumlah followers pengguna Instagram yang sangat banyak

pada perusahaan-perusahaan tersebut, disebabkan karena pengguna Instagram

tertarik untuk mengikuti aktivitas yang di-posting oleh perusahaan tersebut, baik

suka (like), tidak suka (unlike) ataupun ingin memberikan komentar (comment).

Survei dalam gambar 1.4 dapat dibuktikan dengan mengetahui pengguna yang

aktif melakukan like, unlike, dan comment dalam posting yang dilakukan

perusahaan tersebut. Sehingga, Instagram memiliki potensi sebagai media sosial

yang memiliki pengguna yang sangat banyak seperti Facebook ataupun Twitter

yang terdapat pada gambar 1.1 bahkan, Instagram memiliki potensi untuk

mengalahkan media sosial Facebook dan Twitter tersebut.

Jumlah pengguna Instagram bisa mengalahkan jumlah pengguna media

sosial lain, dengan bergantung pada pengguna media sosial apakah beralih

menggunakan Instagram, atau tidak. Hal ini disebabkan karena pengguna yang

banyak bisa dicapai ketika pengguna media sosial bisa memanfaatkan keunggulan

serta kelebihan Instagram dibandingkan dengan media sosial lain. Sehingga,

pengggunaan Instagram ini nantinya bisa berdampak pada penggunaan media

sosial bisa menjadi lebih efektif dan efisien serta dengan menggunakan media

sosial bisa mencapai tujuan tertentu, yang mengambil peran besar terhadap

aktivitas pengguna Instagramnya ini sendiri.

Terdapat beberapa faktor yang mengambil peran besar terhadap penggunaan

media sosial ini, sehingga media sosial bisa mencapai tujuan tertentu serta bisa

berkembang di masyarakat cukup signifikan diantaranya: performance expectancy

(ekspektasi kinerja), effort expectancy (ekspektasi usaha), social influence (faktor

sosial), serta facilitating conditions (kondisi yang memfasilitasi) yang merupakan

teori dalam SIM (Sistem Informasi Manajemen), dengan menggunakan Teori

UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technolgy) yang

(12)

diketahui bagaimana pengguna teknologi bisa menggunakan teknologi tersebut

seperti yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya.

Penelitian mengenai media sosial menggunakan UTAUT, dilakukan oleh

Listyo & Lisandy (2014) ini menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

penggunaan media sosial di Indonesia bisa diteliti menggunakan UTAUT (Unified

Theory of Acceptance and Use of Technology) ataupun UTAUT 2. Penelitian ini

dilakukan kepada pengguna media sosial bernama LINE di kota Bandung. Hasil

dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa 4 (empat) faktor dalam UTAUT

memang terbukti mempengaruhi penggunaan media sosial LINE. Maka dari itu,

tidak jauh berbeda dengan LINE, Instagram pun bisa diteliti penggunaannya

dengan menggunakan variabel-variabel dalam UTAUT yakni performance

expectancy, effort expectancy, social influence,dan facilitating conditions.

Performance expectancy ditunjukkan dengan penggunaan teknologi yang

dijadikan suatu media untuk menyelesaikan pekerjaan, effort expectancy

ditunjukkan dengan mudahnya seseorang dalam mengoperasikan suatu sistem

informasi, social influence ditunjukkan dengan adanya faktor sosial yang

mendorong seseorang untuk menggunakan teknologi yang telah ada, sedangkan

facilitating conditions ditunjukkan dengan adanya fasilitas-fasilitas yang

mendukung dalam menggunakan teknologi, seperti perangkat keras (hardware).

Dari penjelasan tersebut, maka variabel-variabel dalam UTAUT ini berkaitan erat

dan mempengaruhi minat penggunaan teknologi media sosial sebagai bagian dari

penerimaan teknologi yang baru.

Variabel-variabel UTAUT yang digunakan dalam penelitian ini, hanya 3

variabel yakni performance expectancy, effort expectancy, dan social influence.

Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian Venkatesh, dkk. (2003)

variabel-variabel tersebut langsung berpengaruh terhadap behavioral intention (minat

pemanfaatan), dan dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji seberapa besar

pengaruh variabel UTAUT terhadap behavioral intention. Variabel lain yakni

facilitating conditions langsung berpengaruh terhadap use behavior (perilaku

penggunaan), dan berpengaruh tidak langsung terhadap behavioral intention

seperti yang ditunjukkan pada model dasar UTAUT dalam Gambar 2.1. Maka dari

(13)

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka

hal ini membuat penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi atau menganalisis

penggunaan media sosial dengan menggunakan Teori UTAUT (Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology) dari Venkatesh (2003) yang terdiri dari 4

(empat) konstruk utama yakni performance expectancy (ekspektasi kinerja), effort

expectancy (ekspektasi usaha), social influence (faktor sosial), serta facilitating

conditions (kondisi yang memfasilitasi). Dalam penelitian ini, penulis akan

menganalisis seberapa besar pengaruh dari 3 (tiga) variabel dalam UTAUT, yakni

performance expectancy (X1), effort expectancy (X2), dan social influence (X3)

terhadap behavioral intention Instagram (Y).

Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence terhadap Behavioral Intention Instagram (Studi mengenai penggunaan teori

UTAUT kepada pengguna Instagram yang menjadi followers

@infobdgcom)”.

1.2. Identifikasi Masalah Penelitian

Data dan fakta dalam latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya

menunjukkan bahwa dalam survei Markplus pada akhir tahun 2012, jumlah

pengguna media sosial Facebook paling tinggi, sedangkan pengguna Instagram

memiliki jumlah pengguna paling rendah diantara 4 (empat) media sosial yang

banyak digunakan oleh masyarakat, yakni Facebook, Twitter, Google+ dan

Instagram. Hal tersebut disebabkan karena minat masyarakat dalam menggunakan

Instagram masih minim dan lebih memilih Facebook dibandingkan dengan media

sosial yang lain. Namun, dalam pertumbuhan media sosial di tahun berikutnya

pertumbuhan Facebook jauh lebih rendah dibandingkan dengan Instagram dengan

Instagram sebagai media sosial yang paling tinggi pertumbuhannya.

Survei yang dilakukan oleh firma penelitian pemasaran Global Web Index

atau GWI pada akhir tahun 2013 dan di posting pada tahun 2014, mengungkapkan

bahwa Instagram memiliki pertumbuhan aktif sebesar 23%, paling tinggi di antara

media sosial lainnya, sedangkan Twitter mencapai angka 2% dan Facebook

mencapai angka -3%, artinya pertumbuhan pengguna yang aktif sangatlah sedikit

(14)

minus. Hal ini disebabkan karena pengguna media sosial yang baru lebih memilih

aktif menggunakan Instagram daripada Twitter, Facebook ataupun media sosial

lainnya. Sehingga, pada akhir tahun 2013, popularitas Instagram meningkat dari

waktu ke waktu.

Popularitas Instagram bisa membuat Instagram berpotensi untuk membuat

pengguna media sosial beralih menjadi lebih aktif dalam menggunakan Instagram.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa membuat seseorang

menggunakan Instagram. Seperti ajakan dari orang lain, aktivitas yang

mengharuskan menggunakan Instagram, profesi dan faktor lainnya. Maka, dengan

semakin dikenal dan semakin populernya Instagram bisa membuat jumlah

pengguna Instagram terus bertambah banyak dan menjadi paling tinggi

dibandingkan dengan media sosial lainnya.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk lebih meneliti mengenai apa

sajakah faktor yang menyebabkan popularitas serta penggunaan Instagram ini

menjadi lebih banyak dan meningkat. Berdasarkan latar belakang penelitan yang

telah diungkapkan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi penggunaan suatu media sosial yakni Performance Expectancy,

Effort Expectancy, Social Influence, dan Facilitating Conditions dalam suatu

teori UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang diteliti

dalam penelitian yang dilakukan oleh Listyo & Lisandy (2014). Hasil dari

penelitian tersebut menyebutkan bahwa 4 (empat) faktor dalam UTAUT memang

terbukti mempengaruhi penggunaan media sosial LINE.

Maka dari itu, tidak jauh berbeda dengan LINE, Instagram pun bisa diteliti

penggunaannya dengan menggunakan faktor-faktor UTAUT.

Faktor-faktor dalam UTAUT tersebut, 3 (tiga) diantaranya yakni

performance expectancy, effort expectancy, dan social influence akan di analisis

oleh penulis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel tersebut terhadap

behavioral intention (minat pemanfaatan) Instagram yang menjadikan Instagram

bisa berkembang di masyarakat cukup signifikan. Penulis ingin mengkaji lebih

dalam tentang variabel-variabel dalam teori UTAUT tersebut apakah memang

(15)

penunjang penggunaan media sosial Instagram atau ada faktor yang tidak

mempengaruhi dalam behavioral intention Instagram.

Maka dari itu, dalam penelitian ini pun penulis akan melakukan analisis data

berupa regresi berganda dengan banyaknya variabel X, yakni dengan 3 variabel X

yang muncul dalam penelitian ini.

1.3. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi

Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja)?

2. Bagaimanakah deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi

Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha)?

3. Bagaimanakah deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi

Social Influence (Faktor Sosial)?

4. Bagaimanakah pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy,

dan Social Influence terhadap behavioral intention Instagram secara

parsial?

5. Bagaimanakah pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy,

dan Social Influence terhadap behavioral intention Instagram secara

simultan?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi

Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja).

2. Mengetahui deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi

Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha).

3. Mengetahui deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi

(16)

4. Untuk mengetahui pengaruh Performance Expectancy, Effort

Expectancy, dan Social Influence terhadap behavioral intention

Instagram secara parsial.

5. Untuk mengetahui pengaruh Performance Expectancy, Effort

Expectancy, dan Social Influence terhadap behavioral intention

Instagram secara simultan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran

dan dapat menambah informasi bagi penulis dan perkembangan ilmu atau

teori mengenai sistem informasi manajemen yang sudah ada sejak dulu

hingga berkembang dan berkaitan sampai sekarang serta terus berkembang

di masa depan.

Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat dalam menganalisis

faktor-faktor dari teori sistem informasi manajemen UTAUT (Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology), seberapa besar pengaruh

variabel-variabel UTAUT, yakni Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan

Social Influence terhadap behavioral intention media sosial Instagram

sebagai penerimaan teknologi bagi penggunanya.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk :

1. Dapat memanfaatkan Instagram dari sisi Performance Expectancy

(Ekspektasi Kinerja), Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha),

serta Social Influence (Faktor Sosial).

2. Dapat memanfaatkan Instagram dari tingkat pengunaannya, untuk

memperoleh dan mengolah informasi secara efektif dan efisien.

3. Dapat mengetahui behavioral intention Instagram oleh masyarakat

dari berbagai faktor, dari besarnya pengaruh variabel-variabel

UTAUT, yakni Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk memperoleh penelitian yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan,

maka diperlukan metodologi penelitian yang terkait dan relevan dengan penelitian

ini serta diperlukan suatu analisis data yang bisa digunakan serta dengan populasi

dan sampel tepat, sehingga bisa menyelesaikan permasalahan yang ada dalam

penelitian ini. Maka dari itu, pada bab ini akan dijelaskan terkait tentang objek

penelitian, metode penelitian, operasionalisasi variabel, populasi, sampel yang

digunakan serta analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.1 Objek dan Subjek Penelitian

Objek yang ditetapkan penulis dalam penelitian ini adalah teori UTAUT

(Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang terdiri dari berbagai

variabel, dengan variabel independen (X) yakni: performance expectancy

(ekspektasi kinerja), effort expectancy (ekspektasi usaha), serta social influence

(faktor sosial) dan variabel dependen (Y) yakni behavioral intention Instagram.

Subjek penelitian ini adalah pengguna akun Instagram. Pengguna akun

Instagram yang dimaksud adalah pengguna Instagram yang menjadi followers

akun @infobdgcom yang dijadikan suatu pendukung informasi yang akan

diperoleh untuk dimensi-dimensi dari UTAUT. Akun Instagram @infobdgcom

dijadikan sebagai subjek penelitian karena dalam akun ini berisi

informasi-informasi tentang Bandung baik itu sejarah tentang Bandung, event yang ada di

Bandung, penjual (seller) yang ada di Bandung serta informasi lainnya yang

dibagikan oleh admin akun @infobdgcom tersebut.

Informasi yang dibagikan oleh admin @infobdgcom sangat berguna bagi

para followers akun tersebut. Dimana didalamnya terdapat followers yang terdiri

dari orang-orang yang memang hanya menggunakan Instagram sebagai bagian

dari keseharian mereka untuk berbagi foto dan video, para penjual (seller), serta

para promoter kegiatan-kegiatan yang ada di Bandung.

Maka dari itu, akun Instagram yang menjadi followers @infobdgcom

(18)

bahkan membagikan foto, video, barang yang akan dijual, event-event yang ada di

Bandung dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki Instagram.

3.2 Metode dan Desain Penelitian

Terdapat metode penelitian serta desain penelitian yang telah dikaji dari

berbagai sumber dan kemudian digunakan dalam penelitian ini oleh penulis.

Metode dan desain penelitian ini harus berkaitan erat, sehingga beberapa hal yang

diperlukan dalam penelitian ini bisa tersusun rapi dan sesuai dengan tujuan dari

penelitian ini.

3.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Hal ini dikarenakan

sesuai tujuan dari penelitian ini, yakni untuk mendeskripsikan sesuatu, kondisi,

dan peristiwa pada masa sekarang serta untuk menyelidiki suatu fakta-fakta

ataupun gejala-gejala yang terjadi dalam suatu daerah tertentu. Maka dari itu,

metode tersebut digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode penelitian ini adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki. (Nazir, 2011, hlm. 54). Melalui metode deskriptif ini, maka akan

diperoleh penjelasan mengenai deskripsi tingkat penggunaan Instagram dari sisi

Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence, menurut para

pengguna Instagram yang menjadi followers Instagram @infobdgcom.

Sedangkan metode penelitian verifikatif adalah metode penelitian yang

bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang dicocokkan melalui

pengumpulan data di lapangan guna memprediksi dan menjelaskan hubungan

variabel satu dengan yang lain. (Arikunto, 2010). Melalui metode verifikatif ini,

maka akan diuji mengenai seberapa besar pengaruh Performance Expectancy,

(19)

3.2.2 Desain Penelitian

Menurut Nazir (2011, hlm. 86), “desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.“

Maka dari itu, desain penelitian yang akan dibuat mencakup uraian

penjelasan pada operasional variabel, instrumen penelitian, populasi dan sampel

yang diambil, teknik uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data serta

rancangan uji hipotesis.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain penelitian kausal

yang menjelaskan bahwa seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen karena hubungan antara variabel yang diteliti lebih bersifat “sebab akibat”.

3.3 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 38), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yakni variabel

bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen.

Sugiyono (2014, hlm. 39) mengemukakan bahwa, “variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul

dari variabel dependen (terikat), sedangkan variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel, yakni:

Performance Expectancy (X1), Effort Expectancy (X2), dan Social Influence (X3).

Sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Behavioral Intention

Instagram.

3.3.1 Operasionalisasi Variabel

Untuk keperluan pengujian, variabel-variabel independen dan variabel

dependen yang sudah dijelaskan sebelumnya perlu dijabarkan ke dalam

operasional variabel yang bersangkutan agar dapat diukur dan dianalisis. Adapun

(20)

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala

Performance

Expectancy

(Ekspektasi

Kinerja)

(X1)

1.Persepsi terhadap

kegunaan (Perceived Usefulness) 1) Penggunaan Instagram meningkatkan produktifitas bisnis. Tingkat Produktifitas Interval 2) Instagram memberikan

manfaat untuk

bekerja.

Tingkat

Kebermanfaatan

2.Kesesuaian

Pekerjaan (Job

Fit)

1) Instagram

membuat

pekerjaan dapat

terselesaikan.

Tingkat

Penyelesaian

Pekerjaan

2) Instagram dapat

menyebarluaskan

produk barang,

jasa atau

informasi. Tingkat Kesesuaian Membantu Pekerjaan 3) Penggunaan

Instagram berguna

untuk pekerjaan. Tingkat Kegunaan 3.Keuntungan Relatif (Relative Advantage) 1) Penggunaan Instagram meningkatkan

kualitas pada

hasil pekerjaan.

Tingkat

(21)

2) Penggunaan

Instagram

meningkatkan

efektifitas pada

pekerjaan.

Tingkat

Efektifitas

4.

Ekspektasi-ekspektasi Hasil

(Outcome

Expectations)

1) Instagram

membuat

pekerjaan selesai

dengan baik. Tingkat Hasil Pekerjaan Interval 2) Instagram membuat

pekerjaan selesai

tepat waktu. Tingkat Penyelesaian Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha)

(X2)

1. Tingkat kemudahan penggunan SI 1) Dapat menggunakan Instagram tanpa tutorial terlebih dahulu. Tingkat Kemudahan Mengoperasikan Interval

2) Tidak mengalami

kesulitan dalam

menggunakan

Instagram.

Tingkat

Kesulitan

3) Dapat dengan

mudah melakukan

interaksi dengan

pengguna

Instagram lain.

Tingkat

Kemudahan

(22)

Social Influence (Faktor Sosial) (X3) 1.Faktor-faktor sosial 1) Menggunakan

Instagram karena

banyaknya orang

yang menjadi

pengguna Instagram. Tingkat Popularitas Pengguna Instagram Interval 2) Menggunakan Instagram karena pengaruh lingkungan sekitar. Tingkat Pengaruh Lingkungan 3) Menggunakan

Instagram karena

saran dari

orang-orang untuk bisa

menyelesaikan pekerjaan. Tingkat Eksternal Behavioral Intention (Minat Pemanfaatan) Instagram (Y) 1. Minat Pemanfaatan SI

1) Tingkat Keinginan

menggunakan

Instagram.

Tingkat

Keinginan

Interval

2) Selalu mencoba

menggunakan Instagram. Tingkat Intensitas Menggunakan Instagram

3) Berlanjut di masa

yang akan datang

Tingkat

(23)

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam bagian ini, menjelaskan mengenai hal-hal yang mencakup instrumen

dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti sumber data yang diperlukan

dalam penelitian ini, serta teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

berupa kuesioner.

3.4.1 Sumber Data

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 137), sumber data terdiri dari 2, yakni

sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Dalam penelitian ini, terdapat sumber data primer yakni berupa data yang

didapatkan langsung dari responden melalui kuesioner yang akan disebar.

Sedangkan data sekunder ditunjukkan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Sumber Data Sekunder

No Data Sumber Data

1 Perkembangan pengguna

Internet dari tahun 2010-2013.

www.marketeers.com

Copyright © 2013. Marketeers.

2 Aktivitas yang dilakukan

netizen Indonesia tahun 2012.

www.marketeers.com

Copyright © 2013. Marketeers.

3

Jumlah responden yang

mengakses media sosial pada

tahun 2012.

www.marketeers.com

Copyright © 2013. Marketeers.

4 Top 20 Social

Platform-Changes in Active Usage.

www.globalwebindex.net

Copyright © 2014. Global Web

Index

5 Aplikasi Instagram pada

Smartphone Android. Instagram. Copyright © 2014.

6

Pengaruh faktor-faktor

UTAUT terhadap media sosial

LINE.

Diadaptasi dari penelitian

Listyo & Lisandy (2014).

(24)

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode

mengumpulkan data dengan masalah yang ingin dipecahkan. Data yang

dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validasi data dapat ditingkatkan

jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.

(Nazir, 2011, hlm. 174)

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 137), bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan

gabungan ketiganya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pernyataan/pertanyaan tertutup atau terbuka

yang dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos

atau internet. (Sugiyono, 2014, hlm.142)

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan dan penyebaran kuesioner

diantaranya:

1. Menyusun kisi-kisi kuesioner/angket atau pertanyaan.

2. Merumuskan item pertanyaan dan alternatif jawaban. Jenis instrumen

yang digunakan dalam kuesioner ini bersifat terbuka dan tertutup, bahwa

responden hanya perlu mengisi kuesioner pada jawaban yang sudah

disediakan dengan dalam bentuk pilihan.

3. Menetapkan jumlah nilai/skor untuk bagi setiap item pertanyaan. Pada

penelitian ini setiap jawaban/pendapat responden atas pertanyaan maka

dihitung menggunakan skala interval dengan semantic defferensial.

4. Kuesioner disebar melalui media online, yakni melalui Google Form.

Kemudian disebar langsung kepada pengguna Instagram yang menjadi

followers akun Instagram @infobdgcom dengan berupa link dari Google

(25)

5. Kuesioner berupa link dari Google Form ini dikirimkan kepada pengguna

Instagram melalui berbagai cara, yakni dikirim melalui aplikasi media

sosial bernama LINE serta dikirimkan pada alamat e-mail yang tertera

pada profil dari pengguna Instagram yang menjadi followers

@infobdgcom.

2. Penelitian Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan referensi dari

buku-buku, jurnal, internet, yang memiliki hubungan yang relevan dengan

masalah yang akan dipecahkan.

3.5 Populasi dan Sampel

Dalam bagian ini, penulis menjelaskan mengenai seberapa luas populasi

yang akan diteliti, sampel yang akan diambil atau dibutuhkan serta teknik

penarikan sampel yang bisa digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini.

3.5.1 Populasi

Menurut Nazir (2011, hlm. 273), kumpulan dari unit-unit elementer disebut

populasi. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang

ingin kita buat referensi. Populasi ini berkenaan dengan data, bukan dengan

orangnya ataupun bendanya dalam suatu wilayah tertentu. Misalnya dalam luas

sawah tertentu, jumlah mahasiswa dalam daerah tertentu, berat kerbau, dan

sebagainya.

Dari pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah para

pengguna Instagram dalam cakupan wilayah tertentu, khususnya pengguna

Instagram di Bandung. Pengguna Instagram dalam penelitian ini dilakukan pada

pengguna akun Instagram yang menjadi followers akun @infobdgcom yang

berjumlah 109.809 akun per tanggal 25 April 2015, pukul 22.54 WIB.

Di dalam akun Instagram @infobdgcom tersebut, terdapat pengguna Instagram

yang terdiri dari perorangan atau individu, organisasi, serta perusahaan seperti

restoran/cafe, clothing line, serta akun Intagram yang dikelola oleh pihak tertentu.

3.5.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan

(26)

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil pun harus betul-betul

representatif (mewakili).

Dalam penelitian ini, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti oleh

penulis, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keterbatasan biaya, tenaga

dan waktu yang tersedia. Dengan demikian, peneliti diperkenankan mengambil

sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan pada bagian yang

diambil tersebut mewakili bagian lain yang tidak diteliti. Dalam rangka

mempermudah melakukan penelitian yang diperlukan suatu sampel penelitian

yang berguna ketika populasi yang diteliti berjumlah besar seperti populasi

pengguna akun Instagram yang menjadi followers akun @infobdgcom, dalam

artian sampel tersebut harus representatif atau mewakili dari populasi tersebut.

Dalam menentukan jumlah sampel, digunakan pengambilan sampel dengan

menggunakan metode purposive sampling dan menggunakan teknik rumus slovin,

yaitu:

Keterangan:

n :Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi

1 : Konstanta

e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung besarnya sampel dari

jumlah populasi yang ada yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka ukuran sampel minimal dalam

penelitian ini ditetapkan dengan e = 0,1 (derajat kepercayaan 90%) dan diperoleh

(27)

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel

Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi

saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang

dikehendaki dari populasi. (Nazir, 2011 hlm. 271)

Terdapat beberapa teknik dalam penarikan sampel menurut

Sugiyono (2014, hlm. 81), yakni dalam skema yang ditunjukkan dalam gambar

3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Teknik Penarikan Sampel

Sumber: Sugiyono (2014).

Berdasarkan skema tersebut, dalam penelitian ini penulis akan

menggunakan teknik penarikan sampel dalam non probability sampling, yakni

teknik purposive sampling.

Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan purposive sampling adalah penentuan

anggota sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2014, hlm. 85)

Pertimbangan yang digunakan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah subjek yang memiliki pekerjaan tertentu, yakni menggunakan media sosial

Instagram, serta menjadi followers akun Instagram @infobdgcom. Teknik

Sampling

Non probability Sampling Probability

Sampling

1. Simple random sampling

2. Proportionate stratified random sampling

3. Disproportionate stratified random sampling

4. Area (cluster) sampling

(sampling menurut daerah)

1. Sampling sistematis

2. Sampling kuota

3. Sampling incidental

4. Purposive Sampling

5. Sampling Jenuh

(28)

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu penelitian perlu diketahui apakah instrumennya telah sesuai atau

tidak. Untuk itu, pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai bagaimana

kesahihan atau kevalidan suatu intrumen penelitian serta apakah instrumen

tersebut reliabel atau tidak. Hal tersebut dilakukan melalui uji validitas dan uji

reliabilitas.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010, hlm. 211)

Pengujian validitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji validitas

factor analysis (analisis faktor), kegunaan utama analisis faktor adalah untuk

melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasan

sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya. (Narimawati, Umi, 2008, 12).

Analisis faktor ini berkaitan dengan uji validitas, yakni untuk mengetahui

tingkat validitas sampai data yang digunakan benar-benar valid. Validitas analisis

faktor memiliki ketentuan sebagai berikut:

 Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test secara keseluruhan ≥ 0,5,

maka variabel dikatakan valid dan bisa dianalisis lebih lanjut.

 Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test secara keseluruhan < 0,5, maka variabel dikatakan tidak valid.

 Angka Signifikansi pada KMO and Barlett’s Test < 0,05 maka data yang

diteliti dapat dianalisis lebih lanjut.

 Angka Signifikansi pada KMO and Barlett’s Test > 0,05 maka data yang

diteliti tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

 Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test pada masing-masing butir

pertanyaan ≥ 0,5, maka variabel dikatakan valid dan bisa dianalisis lebih

(29)

 Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test pada masing-masing butir

pertanyaan < 0,5, maka variabel dikatakan tidak valid dan bisa dianalisis

lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

 Apabila nilai koefisien gamma (factor loading) setelah di rotasi 0,5, maka item pertanyaan dikatakan valid.

 Apabila nilai koefisien gamma (factor loading) setelah di rotasi 0,5,

maka item pertanyaan dikatakan valid.

Berdasarkan ketentuan tersebut, ketika tidak tercapai ketentuan untuk

melakukan analisis lebih lanjut maka dilakukan uji ulang. Hal tersebut memiliki

arti akan ada faktor atau bagian dari variabel yang tereduksi, hingga ketentuan

tersebut benar-benar terpenuhi.

Hasil uji validitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Angka MSA pada KMO secara keseluruhan

Tabel 3.3

Uji Validitas KMO and Barlett’s Test

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .767

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 829.639

df 171

Sig. .000

Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test menunjukkan angka lebih besar dari 0,5, yakni 0,767. Hal tersebut menunjukkan bahwa Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test secara keseluruhan ≥ 0,5, maka variabel dikatakan valid dan bisa dianalisis lebih lanjut

b. Nilai Signifikansi

(30)

c. Angka MSA pada KMO pada masing-masing butir pertanyaan dalam

kuesioner. Semua angka MSA pada masing-masing butir pertanyaan melebihi

angka 0,5. Artinya, semua butir pertanyaan dinyatakan valid.

Berikut Tabel 3.4 yang memaparkan mengenai nilai MSA pada masing-masing

[image:30.595.146.478.571.747.2]

butir pertanyaan.

Tabel 3.4

Nilai MSA pada masing-masing butir pertanyaan

No Butir Pertanyaan Nilai MSA Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,529 Valid

2 Pertanyaan 2 0,810 Valid

3 Pertanyaan 3 0,672 Valid

4 Pertanyaan 4 0,873 Valid

5 Pertanyaan 5 0,774 Valid

6 Pertanyaan 6 0,805 Valid

7 Pertanyaan 7 0,762 Valid

8 Pertanyaan 8 0,761 Valid

9 Pertanyaan 9 0,896 Valid

10 Pertanyaan 10 0,859 Valid

11 Pertanyaan 11 0,762 Valid

12 Pertanyaan 12 0,809 Valid

13 Pertanyaan 13 0,821 Valid

14 Pertanyaan 14 0,627 Valid

15 Pertanyaan 15 0,788 Valid

16 Pertanyaan 16 0,795 Valid

17 Pertanyaan 17 0,756 Valid

18 Pertanyaan 18 0,573 Valid

19 Pertanyaan 19 0,664 Valid

d. Nilai koefisien gamma (factor loading) setelah dilakukan rotasi

Tabel 3.5

Nilai Factor Loading pada masing-masing butir pertanyaan

No Butir Pertanyaan Nilai Factor Loading Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,820 Valid

2 Pertanyaan 2 0,826 Valid

3 Pertanyaan 3 0,870 Valid

4 Pertanyaan 4 0,827 Valid

5 Pertanyaan 5 0,801 Valid

6 Pertanyaan 6 0,835 Valid

7 Pertanyaan 7 0,679 Valid

8 Pertanyaan 8 0,798 Valid

9 Pertanyaan 9 0,789 Valid

10 Pertanyaan 10 0,760 Valid

(31)

12 Pertanyaan 12 0,699 Valid

13 Pertanyaan 13 0,669 Valid

14 Pertanyaan 14 0,866 Valid

15 Pertanyaan 15 0,822 Valid

16 Pertanyaan 16 0,820 Valid

17 Pertanyaan 17 0,826 Valid

18 Pertanyaan 18 0,865 Valid

19 Pertanyaan 19 0,730 Valid

Semua angka MSA pada masing-masing factor loading melebihi angka 0,5.

Artinya, semua butir pertanyaan dinyatakan valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto, 2010, hlm. 221). Setelah melakukan uji validitas,

langkah selanjutnya yaitu uji reliabilitas. Pada dasarnya uji reliabilitas digunakan

untuk mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut menunjukan tingkat

ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkap

gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang

berbeda.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut:

(Kim dan Mueller, 1995)

Keterangan:

α = alpha cronbach (koefisien reliabilitas) k = jumlah variabel

h2 = rata-rata komunalitas

Keputusan yang diambil dari uji reliabilitas ini diambil dengan ketentuan

memiliki tingkat reliabilitas alpha cronbach sebagai berikut:

(32)

Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini, semua nilai alpha cronbach pada

[image:32.595.151.472.185.337.2]

tiap variabel telah memenuhi ketentuan reliabilitas tersebut, yakni berada pada angka ≥ 0,70. Tabel 3.6 berikut ini memaparkan mengenai nilai tersebut.

Tabel 3.6

Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Alpha Keterangan

X1 0,965 Reliabel

X2 0,942 Reliabel

X3 0,825 Reliabel

Y 0,811 Reliabel

3.7 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,

karena dengan analisis-lah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna

dalam memecahkan masalah penelitian. (Nazir, 2011, hlm. 346)

Dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini, diperlukan

langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti untuk mengolah data setelah data primer

terkumpul, yakni sebagai berikut:

1. Editing, yaitu pemeriksaan kuesioner yang terkumpul kembali setelah diisi oleh

responden seperti mengecek kelengkapan data artinya memeriksa isi instrumen

pengumpulan data melalui Google Form, dan kelengkapan pengisian data oleh

responden.

2. Coding, yaitu pemberian skor atau kode untuk setiap pilihan dari item

berdasarkan ketentuan yang ada dimana untuk menghitung bobot nilai dari

setiap pertanyaan dalam angket menggunakan skala interval dengan

menggunakan semantic defferensial atau skala perbedaan semantik. Skala ini

menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan (Riduwan dan Kuncoro,

2008, hlm. 25). Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini

digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh

seseorang. (Sugiyono, 2014, hlm.97). Penggunaan skala semantic defferensial

(33)

regresi linier berganda yakni berupa data interval. Kemudian, jawaban dari

setiap item instrumen yang menggunakan skala semantic defferensial

mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai sangat positif yang berupa

angka-angka antara lain sebagai berikut:

Netral

sangat negatif 1 2 3 4 5 6 7 sangat positif

Gambar 3.2

Skala Semantic Defferensial

Sumber: Diadaptasi dari Riduwan dan Kuncoro (2014, hlm. 26)

[image:33.595.200.423.304.510.2]

Adapun batas penelitiannya yaitu:

Tabel 3.7

Tabel Batas Penelitian

Skala Keterangan

7 Sangat Positif

6

5

4

3

2

1 Sangat Negatif

3. Tabulating, maksudnya adalah menghitung hasil skoring dan dituangkan dalam

[image:33.595.110.508.589.732.2]

tabel rekapitulasi secara lengkap. Berikut contoh tabulating dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.8

Tabel Rekapitulasi Pengolahan Data

Responden Skor Item

1 2 3 4 N

1

2

3

(34)

3.7.1 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian perlu digunakan analisis data

yang tepat agar sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dan bisa

mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Maka dari itu, pada bagian ini akan

dijelaskan mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan

metode penelitiannya ini yakni analisis deskripif dan analisis verifikatif.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. (Sugiyono, 2014, hlm. 147)

Analisis deskriptif dalam penelitian melakukan melakukan tinjauan

kontinum untuk menggambarkan skor serta kedudukan variabel X dan variabel Y,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah skor kriterium (SK), dengan menggunakan rumus:

SK = ST X JB X JR

Keterangan:

SK = Skor kriterium

ST = Skor tertinggi

JB = Jumlah bulir

JR = Jumlah responden

2. Membandingkan jumlah skor hasil kuesioner dengan jumlah skor

kriterium, untuk mencari jumlah skor hasil kuesioner digunakan rumus :

Keterangan:

= Jumlah skor hasil kuesioner variabel X atau Y

= Jumlah skor kuesioner masing masing responden

3. Membuat daerah kategori kontinum, untuk melihat bagaimana gambaran

(35)

membagi daerah kategori menjadi tiga tingkatan yaitu rendah, sedang

dan tinggi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan kontinum tertinggi dan terendah.  Kontinum tinggi, dihitung dengan rumus:

SK= ST x JB x JR

 Kontinum sedang, dihitung dengan rumus:

SK= SS x JB x JR

 Kontinum rendah, dihitung dengan rumus:

SK= SR x JB x JR

Keterangan:

ST = Skor tertinggi

SS = Skor sedang

SR = Skor terendah

JB = Jumlah butir

JR = Jumlah responden

4. Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkatan, dengan rumus :

5. Menentukan garis kontinum dan daerah letak skor untuk setiap variabel,

seperti gambar berikut.

[image:35.595.160.464.561.626.2]

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 3.3

Garis Kontinum Variabel X dan Y

2. Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh antara kedua

variabel dan menguji hipotesis dengan menggunakan uji stastistik.

(36)

dan Y, dikarenakan penelitian ini meneliti empat variabel, maka

teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi linier

berganda. Berikut langkah-langkah dalam melakukan analisis verifikatif.

a. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

anatisis regresi linier berganda agar data yang dihasilkan dapat bermanfaat. Uji

asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Uji Normalitas Data

Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal maka digunakan uji normalitas untuk melihat apakah nilai

residual terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji

histogram, uji normal P-P Plot, uji Chi Square, skewnes dan Kurtosis atau uji

Kolmogorov-Smirnov.

Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan uji normalitas dengan

histogram serta dengan uji normalitas P-P Plot.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah suatu uji untuk melihat ada atau tidaknya

korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi

linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel- variabel

bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya

menjadi terganggu.

Uji multikolinearitas dapat diketahui jika nilai koefisien korelasi antar

masing-masing variabel independen kurang dari 0,1, maka model dapat

dinyatakan bebas dari multikolinearitas, jika nilai korelasi lebih dari 0,1 berarti

terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi

multikolinearitas.

Pada penelitian ini penulis melihat nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF) dengan menggunakan program komputer IBM SPSS for windows

ver. 19, jika nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10,

(37)

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah data dalam sebuah

model regresi linear terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif

antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Jika terjadi korelasi, maka

hal tersebut dinamakan adanya permasalahan autokorelasi.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi maka menggunakan uji

Durbin-Watson, berikut syarat terjadinya autokorelasi:

Jika nilai DW dibawah 0 - 1,5 berarti ada autokorelasi positif. Jika nilai DW diantara 1,5 - 2,5 berarti tidak ada autokorelasi. Jika nilai DW dibawah 2,5 - 4 berarti ada autokorelasi negatif.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah suatu uji untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi

yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut

homoskedastisitas. Konsekuensi dari adanya gejala heteroskedastis adalah

penaksiran yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel besar maupun kecil

walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya atau tidak.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot

dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai

residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada

grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau

sebaliknya melebar kemudian menyempit. (Sunjoyo, dkk, 2013)

b. Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah teknik untuk menentukan sampai sejauh mana

hubungan antara dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Penentuan

koefisien korelasi dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Pearson.

(38)

Koefisien korelasi menunjukan derajat korelasi antara variabel X dan

variabel Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1.

Tanda positif menunjukan adanya korelasi positif atau korelasi langsung antara

kedua variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti dengan

penurunan nilai-nilai Y, dan begitu pula sebaliknya.

Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel

sangat kuat dan positif.

Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel

sangat kuat dan negatif.

Jika nilai r = 0 atau mendekati 0, maka tidak ada korelasi antara kedua

atau sangat lemah.

Untuk mendapatkan penjelasan terhadap koefisien korelasi yang diteliti,

[image:38.595.112.512.415.558.2]

maka dapat berpedoman kepada tabel berikut:

Tabel 3.9

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Klasifikasi

0,000 – 0,199 Sangat rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 184)

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan

sebuah variabel bebas (X) atau lebih terhadap naik turunnya variabel terikat (Y).

Maka untuk mengetahui besamya persentase X dan Y dalam penelitian ini

dilakukan analisis menggunakan rumus sebagai berikut:

KP = r2 X 100%

(39)

Keterangan:

KP = nilai koefisien determinasi

r = nilai koefisien korelasi

Nilai koefisien determinasi ini memiliki asumsi 0 ≤ r2 ≥1, nilai r2 yang

rendah menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Semakin besar atau

mendekati 1 (satu), maka mengindikasikan variabel independen semakin mampu

menjelaskan variabel dependennya.

d. Uji Regresi Linier Berganda

Lind (2008) dalam Sunjoyo, dkk (2013) mengatakan analisis regresi adalah

teknik yang digunakan untuk mengembangkan persamaan regresi dan

memberikan perkiraan. Pada umumnya uji regresi bertujuan untuk menguji

hubungan-hubungan ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau

lebih variabel independen (bebas). Penelitian ini

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1 juga menunjukkan bahwa pengguna internet tumbuh signifikan
Gambar  1.3  Jumlah responden yang mengakses media sosial pada tahun 2012
Gambar  1.4 Pertumbuhan pengguna media sosial yang aktif tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Barisan pengantar ararem tersebut, diantanya: pertama, kelompok kelurga inti (yang dituakan) terdiri dari para perempuan atau ibu-ibu dengan busana adat Biak,

Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa melalui Behavioral Intention, Performance Expectancy, Facilitating Conditions dan Effort Expectancy

Guru haruslah memberikan kesempatan pada anak untuk menemukan sendiri apa yang mereka lakukan, sebagaimana menurut Torrena (1962:23), kreativitas mencapai puncaknya

Sementara, menurut (Chaer, 2004: 47) peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

Saat ini, pengetahuan mengenai geoteknik merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk seorang perancang tambang (mine plan engineer/mine engineer) baik

Kode Nama Nama Direktur Alamat &amp;lokasi

Dengan mencermati berbagai kondisi lingkungan strategis eksternal yang akan mempengaruhi ekonomi Kota Denpasar, baik kondisi ekonomi global maupun nasional dan berbagai