ABSTRAK
Mochamad Risman Purwanto Ramdhan (1104856). Pengaruh Performance
Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence Terhadap Behavioral Intention Instagram (Studi mengenai penggunaan teori UTAUT kepada
pengguna Instagram yang menjadi followers @infobdgcom). Di bawah bimbingan H.Mokh. Adib Sultan, ST., MT.
Peran media sosial Instagram dalam aktivitas manusia, bisa membuat aktivitas dari setiap orang, organisasi, maupun perusahaan dapat dilakukan melalui media
internet, meskipun jumlah keseluruhan pengguna Instagram yang masih sedikit, namun pertumbuhan Instagram ternyata jauh melebihi media sosial lain. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis ingin mengetahui faktor apa sajakah yang membuat seseorang berminat menggunakan Instagram, melalui teori UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan metode online survey dan desain kausal pada
Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence terhadap
Behavioral Intention Instagram. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling. Data penelitian ini didasarkan pada pengguna Instagram yang menjadi followers @infobdgcom, dengan sampel sebanyak 100 responden. Dalam penelitian ini, metode data uji yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Kemudian analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, dan Behavioral Intention Instagram sudah cukup tinggi. Kemudian hasil analisis regresi linier berganda mengemukakan temuan penelitian yang menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention, dan
Social Influence terhadap Behavioral Intention. Sementara itu Effort Expectancy tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Behavioral Intention Instagram. Kemudian secara simultan, Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan
Social Influence berpengaruh terhadap Behavioral Intention Instagram.
Kata Kunci: Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence,
ABSTRACT
Mochamad Risman Purwanto Ramdhan (1104856). The Influence of Performance Expectancy, Effort Expectancy, and Social Influence towards
Instagram’s Behavioral Intention (A Study about the use of UTAUT theory at followers of @infobdgcom). Under guidance of H. Mokh. Adib Sultan, ST., MT.
The role of social media Instagram in human interest, can make the activity of public, organization, or even the company are accessing internet, even though the total users of Instagram are still in a minority, the development of Instagram is increasing further than another social media. Based on this phenomenon, author want to know some factors which make people wants using Instagram, with UTAUT theory (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology).
The study uses descriptive and verifiable approach by online survey and causal design methods at Performance Expectancy, Effort Expectancy, and Social Influence. Research data based on a 100 followers of @infobdgcom as the respondents. In this research, the author using the validity, reliability testing and classical assumption as the method of the test. Then multiple linear regression analysis was used to test the hypothesis.
Results of study showed that the level of Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, and Behavioral Intention Instagram is already high. Then Results of multiple linear regression analysis showed that partially, it has significant positive effect between Performance Expectancy toward Behavioral Intention, and Social Influence toward Behavioral Intention. Besides that, Effort
Expectancy hasn’t significant positive effect toward Behavioral Intention
Instagram. Then simultaneously, Performance Expectancy, Effort Expectancy, and Social Influence has significant positive effect toward Behavioral Intention Instagram.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya
telah memberikan manfaat bagi aktivitas manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang
sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar ataupun membutuhkan
banyak waktu kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin
otomatis, seperti mengangkut barang berat tidak lagi membutuhkan tenaga yang
besar, bepergian tidak lagi harus jalan kaki, serta berkomunikasi tidak lagi dalam
satu wilayah saja. Hal tersebut berdampak pada manusia yang senantiasa harus
memperbaharui ilmu pengetahuan serta beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan
dan aktivitas yang berhubungan dengan teknologi.
Kebutuhan dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan teknologi
sangatlah banyak, seperti teknologi untuk rumah tangga, teknologi dalam
menghitung, teknologi transportasi, teknologi informasi, serta teknologi lainnya
yang erat kaitannya dengan kebutuhan dan aktivitas manusia. Hal tersebut
biasanya didasari oleh profesi, aktivitas organisasi, pergaulan sehari-hari, rasa
ingin membuat aktivitas menjadi lebih praktis, serta rasa ingin mengikuti
perkembangan zaman. Sehingga fenomena tersebut berdampak pada penerapan
aplikasi Teknologi Informasi (TI) berbasis komputer terhadap aktivitas organisasi.
Penerapan aplikasi TI yang berdampak pada aktivitas organisasional
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
perbedaan antara sebelum dan sesudah menerapkan teknologi. Perbedaan tersebut
menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknologi, bisa berdampak pada
perubahan aktivitas organisasional.
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dengan adanya teknologi informasi, akan
mempermudah aktivitas organisasional yang awalnya sulit menjadi tidak sulit
lagi. Maka dari itu, teknologi ini memang dibuat oleh manusia untuk membantu
manusia dalam melakukan aktivitas agar menjadi lebih mudah. Sehingga dari
perbedaan tersebut, memunculkan keragaman aktivitas yang bersinggungan
Tabel 1.1
Dampak aplikasi TI berbasis komputer terhadap Aktivitas Organisasional
No Sebelum Munculnya TI Teknologi Informasi Setelah Munculnya TI
1 Manager biasanya
membuat keputusan.
Berbagai peralatan
penunjang
pengambilan
keputusan (DSS,
Access Data Base,
Modelling Software).
Pengambilan keputusan
menjadi bagian setiap orang.
2 Hanya pakar-pakar yang
bisa menyelesaikan
pekerjaan yang kompleks.
Expert System Seorang generalis bisa
menyelesaikan pekerjaan
pakar.
3 Informasi hanya bisa
muncul di satu tempat pada
saat tertentu
Database tersebar Informasi bisa dimunculkan
secara simultan di berbagai
tempat sewaktu diperlukan.
4 Karyawan lapangan
membutuhkan kantor
sebagai tempat menerima,
menyimpan, mengakses
dan mentransfer informasi
Komunikasi tanpa
kabel dan Portable
Computer
Karyawan lapangan bisa
mengirim dan menerima
informasi secara langsung.
Sumber: Ellitan, Lena & Anatan, Lena. (2009).
Penggunaan teknologi dalam melakukan aktivitas bisa digunakan ketika
teknologi dihubungkan dengan perangkat-perangkat teknologi yang menunjang.
Teknologi tidak akan bisa digunakan apabila tidak terhubung oleh
perangkat-perangkat yang menunjang. Sehingga, teknologi tersebut bisa dijalankan dan
dimanfaatkan dengan optimal apabila perangkat pendukungnya dalam kondisi
Perangkat yang dihubungkan dengan baik, bisa menyalurkan informasi yang
jelas, benar, serta akurat. Perangkat ini bisa dihubungkan dengan menggunakan
penghubung antar jaringan, sesuai dengan cakupan wilayahnya. Contohnya: LAN
(Local Area Network), WAN (Wide Area Network), MAN (Metropolitan Area
Network) serta Internet. Dari berbagai penghubung tersebut, penghubung yang
dapat digunakan secara optimal adalah penghubung yang cakupan wilayah
jangkauannya paling luas yakni Internet.
Internet atau inter-connection networking adalah jaringan komputer
internasional yang menghubungkan orang dan organisasi di seluruh dunia.
Dengan adanya internet ini, informasi dan komunikasi bisa tersalurkan langsung
antar orang, organisasi maupun perusahaan. Walaupun seseorang berada dalam
wilayah yang berbeda dan dengan jarak yang jauh, ketika koneksi internet
tersambung maka informasi dan komunikasi bisa tersampaikan dengan mudah.
Dengan kemudahan berkomunikasi dan penyampaian informasi tersebut, maka
pada abad ke-20 ini internet menjadi banyak digunakan oleh banyak kalangan,
baik itu oleh orang, organisasi ataupun perusahaan.
Gambar 1.1
Perkembangan penggunaan Internet dari tahun ke tahun
Sumber: www.marketeers.com, dari survei Markplus tahun 2013
Pada data yang ditunjukkan pada gambar 1.1 tersebut menjelaskan bahwa
survei yang dilakukan Markplus (2013) mengungkapkan bahwa pengguna internet
itu yakni 133,73 juta jiwa. Jumlah pengguna internet ini tumbuh signifikan hingga
22% dari 62 juta di tahun 2012 dari tahun 2010.
Gambar 1.1 juga menunjukkan bahwa pengguna internet tumbuh signifikan
dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Bahkan pengguna internet yang
menggunakan internet dengan waktu lebih dari 3 jam per harinya (netizen),
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pengguna internet telah
memanfaatkan internet seoptimal mungkin untuk berbagai macam keperluan.
Maka dari itu di Indonesia, pengguna internet ini semakin banyak, dan telah
menggunakan internet untuk keperluannya masing-masing.
Gambar 1.2
Aktivitas yang dilakukan Netizen Indonesia tahun 2012
Sumber: www.marketeers.com, dari survei Markplus tahun 2013
Survei Markplus (2013) mengenai aktivitas netizen pada gambar 1.2
menunjukkan bahwa sebanyak 94% menggunakan internet untuk mengakses
media sosial atau jejaring sosial, 64,5% untuk browsing, 60,2% untuk membuka
e-mail, serta mengakses hal-hal lain yang terdapat pada gambar 1.2 tersebut.
Dengan jejaring sosial yang menempati urutan pertama dalam gambar 1.2,
menunjukkan bahwa jejaring sosial atau media sosial memiliki peran yang besar
sosial ini, telah memberikan banyak manfaat bagi setiap kalangan, baik itu kepada
setiap orang, organisasi, maupun perusahaan.
Media sosial telah memberikan manfaat yang bisa dirasakan oleh setiap
orang, organisasi, maupun perusahaan. Bagi orang-orang, media sosial dijadikan
sebagai media online untuk berinteraksi dengan pengguna lain serta sebagai media
untuk posting gambar dan video. Bagi organisasi, media sosial dijadikan untuk
media promosi, sharing, serta untuk lebih mendekatkan organisasi kepada
masyarakat. Sedangkan bagi perusahaan, media sosial bisa digunakan untuk
mengetahui respon dari konsumen dari hasil posting yang dilakukan dalam media
sosial; respon mengenai pelayanan oleh admin perusahaan; minat para calon
konsumennya dalam pemilihan produk serta dalam pembelian produknya. Selain
itu dengan mengakses media sosial, perusahaan bisa mengurangi biaya promosi
langsung serta mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk penjualan. Dengan
banyak manfaat tersebut, maka pengguna media sosial ini pun menjadi sangat
banyak penggunanya di Indonesia, dengan termasuk perusahaan atau para pelaku
bisnis serta pihak lain di dalamnya yang menggunakan media sosial yang
berbeda-beda sesuai dengan keperluannya masing-masing.
Survei yang dilakukan Markplus pada akhir tahun 2012 dan di-posting
tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat 2.150 responden yang mengakses media
sosial yang berbeda, yakni Facebook, Twitter, Google+, dan Instagram. Dalam
keseluruhan responden ini terdapat 6 (enam) kelompok usia yakni terdiri dari
15-22 tahun, 23-30 tahun, 31-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, dan 56-64 tahun.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa Facebook menempati tempat teratas dari
semua kelompok usia, Twitter dan Google+ saling bersaing dalam setiap
kelompok usia, dimana Twitter unggul dalam dalam 2 (dua) kelompok usia
dengan persentase yang cukup tinggi dan Google+ unggul di 4 (empat) kelompok
usia lain dengan persentase yang tidak melewati angka 20%.
Sementara itu, dalam survei tersebut menunjukkan bahwa media sosial
Instagram memiliki angka persentase yang sangat kecil dari semua kelompok usia,
dengan angka persentase yang paling tinggi hanya sebesar 5,9% pada kelompok
angka 3% responden yang telah menggunakan media sosial. Data tersebut
ditunjukkan dalam gambar 1.3 berikut ini.
\
Gambar 1.3
Jumlah responden yang mengakses media sosial pada tahun 2012
Sumber: www.marketeers.com, dari survei Markplus tahun 2013.
Angka persentase yang sangat kecil dari pengguna Instagram dalam
gambar 1.3, menunjukkan bahwa Instagram telah kalah dari segi persentase dan
jumlah banyaknya pengguna media sosial, jika dibandingkan dengan pengguna
media sosial lain. Hal ini disebabkan oleh minat dari para pengguna media sosial
yang lebih memilih media sosial lain dibandingkan dengan menggunakan
Instagram. Dalam tahun berikutnya, pengguna media sosial secara keseluruhannya
tidak berubah, seperti pada Gambar 1.3. Akan tetapi, media sosial Instagram ini
memiliki pertumbuhan pengguna aktif yang lebih pesat.
Survei yang dilakukan oleh firma penelitian pemasaran Global Web Index
(2014) pada akhir tahun 2013 dan dipublikasikan pada Januari 2014,
mengungkapkan bahwa pengguna media sosial Instagram memiliki pertumbuhan
pengguna aktif yang paling tinggi. Dalam survei tersebut, Instagram memiliki
memperoleh 9%. Media sosial lain yang terdapat pada tahun sebelumnya yakni
Twitter mencapai angka 2% serta Facebook mencapai angka -3%, artinya
pertumbuhan pengguna yang aktif sangatlah sedikit bahkan banyak pengguna
yang tidak aktif hingga mencapai angka persentase minus. Hal ini disebabkan
karena pengguna media sosial baru lebih memilih aktif menggunakan Instagram
daripada Facebook ataupun media sosial lainnya. Dengan mengetahui kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki oleh Instagram berbeda dengan yang lain. Berikut
gambar 1.5 yang menunjukkan persentase pertumbuhan pengguna media sosial.
Gambar 1.4
Pertumbuhan pengguna media sosial yang aktif tahun 2013
Sumber: www.globalwebindex.netdari survei Global Web Index (GWI) 2014.
Media sosial Instagram memiliki kelebihan dan kekurangan yang menarik
minat masyarakat dalam menggunakannya. Keunggulan yang dimiliki Instagram
ini adalah pengguna (user) bisa meng-upload foto serta video dengan mudah dan
cepat, yang bisa di-share dengan pengguna lain, serta dilengkapi aplikasi editing;
bisa terhubungkan atau terintegrasi dengan media sosial lain seperti Twitter dan
atau video tersebut. Sehingga para pemilik akun Instagram bisa melihat respon
dari pengguna Instagram lain dalam bentuk Like atau Comment tersebut. Selain
memiliki keunggulan, Instagram juga memiliki kelemahan, yakni hanya bisa
dioperasikan dalam wilayah memiliki sinyal internet yang kuat; terdapat banyak
spamming, akun fake; serta tindakan pornografi ataupun pornoaksi. Namun,
Instagram berusaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya tersebut, seperti
dengan melakukan block atau delete ID pada akun yang melanggar peraturan
tertentu, serta hal-hal lain yang terus diupayakan Instagram agar membuat
pengguna Instagram merasa aman dan nyaman dalam mengoperasikannya.
Keunggulan dan kelemahan dalam fasilitas yang dimiliki Instagram ini,
menjadikan Instagram bisa digunakan oleh perusahaan besar maupun kecil, yang
kini terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pada akhir tahun 2014, sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan
fasilitas yang diberikan oleh Instagram. Perusahaan-perusahaan tersebut telah
sukses memanfaatkan Instagram dengan banyaknyapengguna Instagram yang
menjadi followers mereka, diantaranya Starbucks, Adidas, Levi’s, dan masih
banyak perusahaan lainnya yang juga menggunakan Instagram. Dengan
banyaknya followers, menunjukkan bahwa telah banyak pengguna Instagram lain
yang mengikuti aktivitas perusahaan dalam Instagram.
Gambar 1.5
Perusahaan Pengguna Instagram
Gambar 1.5 menunjukkan bahwa Starbucks dan Adidas memiliki followers
dengan satuan million (juta), dimana Starbucks memiliki 3,53 juta followers, dan
Adidas memiliki 3,54 juta followers. Selain itu, Levi’s juga memiliki followers
yang sangat banyak, meskipun belum mencapai jutaan yakni sebanyak
421 ribu followers. Jumlah followers pengguna Instagram yang sangat banyak
pada perusahaan-perusahaan tersebut, disebabkan karena pengguna Instagram
tertarik untuk mengikuti aktivitas yang di-posting oleh perusahaan tersebut, baik
suka (like), tidak suka (unlike) ataupun ingin memberikan komentar (comment).
Survei dalam gambar 1.4 dapat dibuktikan dengan mengetahui pengguna yang
aktif melakukan like, unlike, dan comment dalam posting yang dilakukan
perusahaan tersebut. Sehingga, Instagram memiliki potensi sebagai media sosial
yang memiliki pengguna yang sangat banyak seperti Facebook ataupun Twitter
yang terdapat pada gambar 1.1 bahkan, Instagram memiliki potensi untuk
mengalahkan media sosial Facebook dan Twitter tersebut.
Jumlah pengguna Instagram bisa mengalahkan jumlah pengguna media
sosial lain, dengan bergantung pada pengguna media sosial apakah beralih
menggunakan Instagram, atau tidak. Hal ini disebabkan karena pengguna yang
banyak bisa dicapai ketika pengguna media sosial bisa memanfaatkan keunggulan
serta kelebihan Instagram dibandingkan dengan media sosial lain. Sehingga,
pengggunaan Instagram ini nantinya bisa berdampak pada penggunaan media
sosial bisa menjadi lebih efektif dan efisien serta dengan menggunakan media
sosial bisa mencapai tujuan tertentu, yang mengambil peran besar terhadap
aktivitas pengguna Instagramnya ini sendiri.
Terdapat beberapa faktor yang mengambil peran besar terhadap penggunaan
media sosial ini, sehingga media sosial bisa mencapai tujuan tertentu serta bisa
berkembang di masyarakat cukup signifikan diantaranya: performance expectancy
(ekspektasi kinerja), effort expectancy (ekspektasi usaha), social influence (faktor
sosial), serta facilitating conditions (kondisi yang memfasilitasi) yang merupakan
teori dalam SIM (Sistem Informasi Manajemen), dengan menggunakan Teori
UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technolgy) yang
diketahui bagaimana pengguna teknologi bisa menggunakan teknologi tersebut
seperti yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya.
Penelitian mengenai media sosial menggunakan UTAUT, dilakukan oleh
Listyo & Lisandy (2014) ini menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
penggunaan media sosial di Indonesia bisa diteliti menggunakan UTAUT (Unified
Theory of Acceptance and Use of Technology) ataupun UTAUT 2. Penelitian ini
dilakukan kepada pengguna media sosial bernama LINE di kota Bandung. Hasil
dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa 4 (empat) faktor dalam UTAUT
memang terbukti mempengaruhi penggunaan media sosial LINE. Maka dari itu,
tidak jauh berbeda dengan LINE, Instagram pun bisa diteliti penggunaannya
dengan menggunakan variabel-variabel dalam UTAUT yakni performance
expectancy, effort expectancy, social influence,dan facilitating conditions.
Performance expectancy ditunjukkan dengan penggunaan teknologi yang
dijadikan suatu media untuk menyelesaikan pekerjaan, effort expectancy
ditunjukkan dengan mudahnya seseorang dalam mengoperasikan suatu sistem
informasi, social influence ditunjukkan dengan adanya faktor sosial yang
mendorong seseorang untuk menggunakan teknologi yang telah ada, sedangkan
facilitating conditions ditunjukkan dengan adanya fasilitas-fasilitas yang
mendukung dalam menggunakan teknologi, seperti perangkat keras (hardware).
Dari penjelasan tersebut, maka variabel-variabel dalam UTAUT ini berkaitan erat
dan mempengaruhi minat penggunaan teknologi media sosial sebagai bagian dari
penerimaan teknologi yang baru.
Variabel-variabel UTAUT yang digunakan dalam penelitian ini, hanya 3
variabel yakni performance expectancy, effort expectancy, dan social influence.
Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian Venkatesh, dkk. (2003)
variabel-variabel tersebut langsung berpengaruh terhadap behavioral intention (minat
pemanfaatan), dan dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji seberapa besar
pengaruh variabel UTAUT terhadap behavioral intention. Variabel lain yakni
facilitating conditions langsung berpengaruh terhadap use behavior (perilaku
penggunaan), dan berpengaruh tidak langsung terhadap behavioral intention
seperti yang ditunjukkan pada model dasar UTAUT dalam Gambar 2.1. Maka dari
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka
hal ini membuat penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi atau menganalisis
penggunaan media sosial dengan menggunakan Teori UTAUT (Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology) dari Venkatesh (2003) yang terdiri dari 4
(empat) konstruk utama yakni performance expectancy (ekspektasi kinerja), effort
expectancy (ekspektasi usaha), social influence (faktor sosial), serta facilitating
conditions (kondisi yang memfasilitasi). Dalam penelitian ini, penulis akan
menganalisis seberapa besar pengaruh dari 3 (tiga) variabel dalam UTAUT, yakni
performance expectancy (X1), effort expectancy (X2), dan social influence (X3)
terhadap behavioral intention Instagram (Y).
Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence terhadap Behavioral Intention Instagram (Studi mengenai penggunaan teori
UTAUT kepada pengguna Instagram yang menjadi followers
@infobdgcom)”.
1.2. Identifikasi Masalah Penelitian
Data dan fakta dalam latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya
menunjukkan bahwa dalam survei Markplus pada akhir tahun 2012, jumlah
pengguna media sosial Facebook paling tinggi, sedangkan pengguna Instagram
memiliki jumlah pengguna paling rendah diantara 4 (empat) media sosial yang
banyak digunakan oleh masyarakat, yakni Facebook, Twitter, Google+ dan
Instagram. Hal tersebut disebabkan karena minat masyarakat dalam menggunakan
Instagram masih minim dan lebih memilih Facebook dibandingkan dengan media
sosial yang lain. Namun, dalam pertumbuhan media sosial di tahun berikutnya
pertumbuhan Facebook jauh lebih rendah dibandingkan dengan Instagram dengan
Instagram sebagai media sosial yang paling tinggi pertumbuhannya.
Survei yang dilakukan oleh firma penelitian pemasaran Global Web Index
atau GWI pada akhir tahun 2013 dan di posting pada tahun 2014, mengungkapkan
bahwa Instagram memiliki pertumbuhan aktif sebesar 23%, paling tinggi di antara
media sosial lainnya, sedangkan Twitter mencapai angka 2% dan Facebook
mencapai angka -3%, artinya pertumbuhan pengguna yang aktif sangatlah sedikit
minus. Hal ini disebabkan karena pengguna media sosial yang baru lebih memilih
aktif menggunakan Instagram daripada Twitter, Facebook ataupun media sosial
lainnya. Sehingga, pada akhir tahun 2013, popularitas Instagram meningkat dari
waktu ke waktu.
Popularitas Instagram bisa membuat Instagram berpotensi untuk membuat
pengguna media sosial beralih menjadi lebih aktif dalam menggunakan Instagram.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa membuat seseorang
menggunakan Instagram. Seperti ajakan dari orang lain, aktivitas yang
mengharuskan menggunakan Instagram, profesi dan faktor lainnya. Maka, dengan
semakin dikenal dan semakin populernya Instagram bisa membuat jumlah
pengguna Instagram terus bertambah banyak dan menjadi paling tinggi
dibandingkan dengan media sosial lainnya.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk lebih meneliti mengenai apa
sajakah faktor yang menyebabkan popularitas serta penggunaan Instagram ini
menjadi lebih banyak dan meningkat. Berdasarkan latar belakang penelitan yang
telah diungkapkan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan suatu media sosial yakni Performance Expectancy,
Effort Expectancy, Social Influence, dan Facilitating Conditions dalam suatu
teori UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang diteliti
dalam penelitian yang dilakukan oleh Listyo & Lisandy (2014). Hasil dari
penelitian tersebut menyebutkan bahwa 4 (empat) faktor dalam UTAUT memang
terbukti mempengaruhi penggunaan media sosial LINE.
Maka dari itu, tidak jauh berbeda dengan LINE, Instagram pun bisa diteliti
penggunaannya dengan menggunakan faktor-faktor UTAUT.
Faktor-faktor dalam UTAUT tersebut, 3 (tiga) diantaranya yakni
performance expectancy, effort expectancy, dan social influence akan di analisis
oleh penulis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel tersebut terhadap
behavioral intention (minat pemanfaatan) Instagram yang menjadikan Instagram
bisa berkembang di masyarakat cukup signifikan. Penulis ingin mengkaji lebih
dalam tentang variabel-variabel dalam teori UTAUT tersebut apakah memang
penunjang penggunaan media sosial Instagram atau ada faktor yang tidak
mempengaruhi dalam behavioral intention Instagram.
Maka dari itu, dalam penelitian ini pun penulis akan melakukan analisis data
berupa regresi berganda dengan banyaknya variabel X, yakni dengan 3 variabel X
yang muncul dalam penelitian ini.
1.3. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi
Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja)?
2. Bagaimanakah deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi
Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha)?
3. Bagaimanakah deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi
Social Influence (Faktor Sosial)?
4. Bagaimanakah pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy,
dan Social Influence terhadap behavioral intention Instagram secara
parsial?
5. Bagaimanakah pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy,
dan Social Influence terhadap behavioral intention Instagram secara
simultan?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi
Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja).
2. Mengetahui deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi
Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha).
3. Mengetahui deskripsi tingkat behavioral intention Instagram dari sisi
4. Untuk mengetahui pengaruh Performance Expectancy, Effort
Expectancy, dan Social Influence terhadap behavioral intention
Instagram secara parsial.
5. Untuk mengetahui pengaruh Performance Expectancy, Effort
Expectancy, dan Social Influence terhadap behavioral intention
Instagram secara simultan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran
dan dapat menambah informasi bagi penulis dan perkembangan ilmu atau
teori mengenai sistem informasi manajemen yang sudah ada sejak dulu
hingga berkembang dan berkaitan sampai sekarang serta terus berkembang
di masa depan.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat dalam menganalisis
faktor-faktor dari teori sistem informasi manajemen UTAUT (Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology), seberapa besar pengaruh
variabel-variabel UTAUT, yakni Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan
Social Influence terhadap behavioral intention media sosial Instagram
sebagai penerimaan teknologi bagi penggunanya.
2. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk :
1. Dapat memanfaatkan Instagram dari sisi Performance Expectancy
(Ekspektasi Kinerja), Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha),
serta Social Influence (Faktor Sosial).
2. Dapat memanfaatkan Instagram dari tingkat pengunaannya, untuk
memperoleh dan mengolah informasi secara efektif dan efisien.
3. Dapat mengetahui behavioral intention Instagram oleh masyarakat
dari berbagai faktor, dari besarnya pengaruh variabel-variabel
UTAUT, yakni Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk memperoleh penelitian yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan,
maka diperlukan metodologi penelitian yang terkait dan relevan dengan penelitian
ini serta diperlukan suatu analisis data yang bisa digunakan serta dengan populasi
dan sampel tepat, sehingga bisa menyelesaikan permasalahan yang ada dalam
penelitian ini. Maka dari itu, pada bab ini akan dijelaskan terkait tentang objek
penelitian, metode penelitian, operasionalisasi variabel, populasi, sampel yang
digunakan serta analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
3.1 Objek dan Subjek Penelitian
Objek yang ditetapkan penulis dalam penelitian ini adalah teori UTAUT
(Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang terdiri dari berbagai
variabel, dengan variabel independen (X) yakni: performance expectancy
(ekspektasi kinerja), effort expectancy (ekspektasi usaha), serta social influence
(faktor sosial) dan variabel dependen (Y) yakni behavioral intention Instagram.
Subjek penelitian ini adalah pengguna akun Instagram. Pengguna akun
Instagram yang dimaksud adalah pengguna Instagram yang menjadi followers
akun @infobdgcom yang dijadikan suatu pendukung informasi yang akan
diperoleh untuk dimensi-dimensi dari UTAUT. Akun Instagram @infobdgcom
dijadikan sebagai subjek penelitian karena dalam akun ini berisi
informasi-informasi tentang Bandung baik itu sejarah tentang Bandung, event yang ada di
Bandung, penjual (seller) yang ada di Bandung serta informasi lainnya yang
dibagikan oleh admin akun @infobdgcom tersebut.
Informasi yang dibagikan oleh admin @infobdgcom sangat berguna bagi
para followers akun tersebut. Dimana didalamnya terdapat followers yang terdiri
dari orang-orang yang memang hanya menggunakan Instagram sebagai bagian
dari keseharian mereka untuk berbagi foto dan video, para penjual (seller), serta
para promoter kegiatan-kegiatan yang ada di Bandung.
Maka dari itu, akun Instagram yang menjadi followers @infobdgcom
bahkan membagikan foto, video, barang yang akan dijual, event-event yang ada di
Bandung dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki Instagram.
3.2 Metode dan Desain Penelitian
Terdapat metode penelitian serta desain penelitian yang telah dikaji dari
berbagai sumber dan kemudian digunakan dalam penelitian ini oleh penulis.
Metode dan desain penelitian ini harus berkaitan erat, sehingga beberapa hal yang
diperlukan dalam penelitian ini bisa tersusun rapi dan sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini.
3.2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Hal ini dikarenakan
sesuai tujuan dari penelitian ini, yakni untuk mendeskripsikan sesuatu, kondisi,
dan peristiwa pada masa sekarang serta untuk menyelidiki suatu fakta-fakta
ataupun gejala-gejala yang terjadi dalam suatu daerah tertentu. Maka dari itu,
metode tersebut digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode penelitian ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. (Nazir, 2011, hlm. 54). Melalui metode deskriptif ini, maka akan
diperoleh penjelasan mengenai deskripsi tingkat penggunaan Instagram dari sisi
Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Social Influence, menurut para
pengguna Instagram yang menjadi followers Instagram @infobdgcom.
Sedangkan metode penelitian verifikatif adalah metode penelitian yang
bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang dicocokkan melalui
pengumpulan data di lapangan guna memprediksi dan menjelaskan hubungan
variabel satu dengan yang lain. (Arikunto, 2010). Melalui metode verifikatif ini,
maka akan diuji mengenai seberapa besar pengaruh Performance Expectancy,
3.2.2 Desain Penelitian
Menurut Nazir (2011, hlm. 86), “desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.“
Maka dari itu, desain penelitian yang akan dibuat mencakup uraian
penjelasan pada operasional variabel, instrumen penelitian, populasi dan sampel
yang diambil, teknik uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data serta
rancangan uji hipotesis.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain penelitian kausal
yang menjelaskan bahwa seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen karena hubungan antara variabel yang diteliti lebih bersifat “sebab akibat”.
3.3 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 38), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yakni variabel
bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen.
Sugiyono (2014, hlm. 39) mengemukakan bahwa, “variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul
dari variabel dependen (terikat), sedangkan variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel, yakni:
Performance Expectancy (X1), Effort Expectancy (X2), dan Social Influence (X3).
Sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Behavioral Intention
Instagram.
3.3.1 Operasionalisasi Variabel
Untuk keperluan pengujian, variabel-variabel independen dan variabel
dependen yang sudah dijelaskan sebelumnya perlu dijabarkan ke dalam
operasional variabel yang bersangkutan agar dapat diukur dan dianalisis. Adapun
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala
Performance
Expectancy
(Ekspektasi
Kinerja)
(X1)
1.Persepsi terhadap
kegunaan (Perceived Usefulness) 1) Penggunaan Instagram meningkatkan produktifitas bisnis. Tingkat Produktifitas Interval 2) Instagram memberikan
manfaat untuk
bekerja.
Tingkat
Kebermanfaatan
2.Kesesuaian
Pekerjaan (Job
Fit)
1) Instagram
membuat
pekerjaan dapat
terselesaikan.
Tingkat
Penyelesaian
Pekerjaan
2) Instagram dapat
menyebarluaskan
produk barang,
jasa atau
informasi. Tingkat Kesesuaian Membantu Pekerjaan 3) Penggunaan
Instagram berguna
untuk pekerjaan. Tingkat Kegunaan 3.Keuntungan Relatif (Relative Advantage) 1) Penggunaan Instagram meningkatkan
kualitas pada
hasil pekerjaan.
Tingkat
2) Penggunaan
meningkatkan
efektifitas pada
pekerjaan.
Tingkat
Efektifitas
4.
Ekspektasi-ekspektasi Hasil
(Outcome
Expectations)
1) Instagram
membuat
pekerjaan selesai
dengan baik. Tingkat Hasil Pekerjaan Interval 2) Instagram membuat
pekerjaan selesai
tepat waktu. Tingkat Penyelesaian Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha)
(X2)
1. Tingkat kemudahan penggunan SI 1) Dapat menggunakan Instagram tanpa tutorial terlebih dahulu. Tingkat Kemudahan Mengoperasikan Interval
2) Tidak mengalami
kesulitan dalam
menggunakan
Instagram.
Tingkat
Kesulitan
3) Dapat dengan
mudah melakukan
interaksi dengan
pengguna
Instagram lain.
Tingkat
Kemudahan
Social Influence (Faktor Sosial) (X3) 1.Faktor-faktor sosial 1) Menggunakan
Instagram karena
banyaknya orang
yang menjadi
pengguna Instagram. Tingkat Popularitas Pengguna Instagram Interval 2) Menggunakan Instagram karena pengaruh lingkungan sekitar. Tingkat Pengaruh Lingkungan 3) Menggunakan
Instagram karena
saran dari
orang-orang untuk bisa
menyelesaikan pekerjaan. Tingkat Eksternal Behavioral Intention (Minat Pemanfaatan) Instagram (Y) 1. Minat Pemanfaatan SI
1) Tingkat Keinginan
menggunakan
Instagram.
Tingkat
Keinginan
Interval
2) Selalu mencoba
menggunakan Instagram. Tingkat Intensitas Menggunakan Instagram
3) Berlanjut di masa
yang akan datang
Tingkat
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam bagian ini, menjelaskan mengenai hal-hal yang mencakup instrumen
dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti sumber data yang diperlukan
dalam penelitian ini, serta teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
berupa kuesioner.
3.4.1 Sumber Data
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 137), sumber data terdiri dari 2, yakni
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian ini, terdapat sumber data primer yakni berupa data yang
didapatkan langsung dari responden melalui kuesioner yang akan disebar.
Sedangkan data sekunder ditunjukkan dalam tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Sumber Data Sekunder
No Data Sumber Data
1 Perkembangan pengguna
Internet dari tahun 2010-2013.
www.marketeers.com
Copyright © 2013. Marketeers.
2 Aktivitas yang dilakukan
netizen Indonesia tahun 2012.
www.marketeers.com
Copyright © 2013. Marketeers.
3
Jumlah responden yang
mengakses media sosial pada
tahun 2012.
www.marketeers.com
Copyright © 2013. Marketeers.
4 Top 20 Social
Platform-Changes in Active Usage.
www.globalwebindex.net
Copyright © 2014. Global Web
Index
5 Aplikasi Instagram pada
Smartphone Android. Instagram. Copyright © 2014.
6
Pengaruh faktor-faktor
UTAUT terhadap media sosial
LINE.
Diadaptasi dari penelitian
Listyo & Lisandy (2014).
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
mengumpulkan data dengan masalah yang ingin dipecahkan. Data yang
dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validasi data dapat ditingkatkan
jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.
(Nazir, 2011, hlm. 174)
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 137), bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pernyataan/pertanyaan tertutup atau terbuka
yang dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos
atau internet. (Sugiyono, 2014, hlm.142)
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan dan penyebaran kuesioner
diantaranya:
1. Menyusun kisi-kisi kuesioner/angket atau pertanyaan.
2. Merumuskan item pertanyaan dan alternatif jawaban. Jenis instrumen
yang digunakan dalam kuesioner ini bersifat terbuka dan tertutup, bahwa
responden hanya perlu mengisi kuesioner pada jawaban yang sudah
disediakan dengan dalam bentuk pilihan.
3. Menetapkan jumlah nilai/skor untuk bagi setiap item pertanyaan. Pada
penelitian ini setiap jawaban/pendapat responden atas pertanyaan maka
dihitung menggunakan skala interval dengan semantic defferensial.
4. Kuesioner disebar melalui media online, yakni melalui Google Form.
Kemudian disebar langsung kepada pengguna Instagram yang menjadi
followers akun Instagram @infobdgcom dengan berupa link dari Google
5. Kuesioner berupa link dari Google Form ini dikirimkan kepada pengguna
Instagram melalui berbagai cara, yakni dikirim melalui aplikasi media
sosial bernama LINE serta dikirimkan pada alamat e-mail yang tertera
pada profil dari pengguna Instagram yang menjadi followers
@infobdgcom.
2. Penelitian Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan referensi dari
buku-buku, jurnal, internet, yang memiliki hubungan yang relevan dengan
masalah yang akan dipecahkan.
3.5 Populasi dan Sampel
Dalam bagian ini, penulis menjelaskan mengenai seberapa luas populasi
yang akan diteliti, sampel yang akan diambil atau dibutuhkan serta teknik
penarikan sampel yang bisa digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini.
3.5.1 Populasi
Menurut Nazir (2011, hlm. 273), kumpulan dari unit-unit elementer disebut
populasi. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang
ingin kita buat referensi. Populasi ini berkenaan dengan data, bukan dengan
orangnya ataupun bendanya dalam suatu wilayah tertentu. Misalnya dalam luas
sawah tertentu, jumlah mahasiswa dalam daerah tertentu, berat kerbau, dan
sebagainya.
Dari pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah para
pengguna Instagram dalam cakupan wilayah tertentu, khususnya pengguna
Instagram di Bandung. Pengguna Instagram dalam penelitian ini dilakukan pada
pengguna akun Instagram yang menjadi followers akun @infobdgcom yang
berjumlah 109.809 akun per tanggal 25 April 2015, pukul 22.54 WIB.
Di dalam akun Instagram @infobdgcom tersebut, terdapat pengguna Instagram
yang terdiri dari perorangan atau individu, organisasi, serta perusahaan seperti
restoran/cafe, clothing line, serta akun Intagram yang dikelola oleh pihak tertentu.
3.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil pun harus betul-betul
representatif (mewakili).
Dalam penelitian ini, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti oleh
penulis, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keterbatasan biaya, tenaga
dan waktu yang tersedia. Dengan demikian, peneliti diperkenankan mengambil
sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan pada bagian yang
diambil tersebut mewakili bagian lain yang tidak diteliti. Dalam rangka
mempermudah melakukan penelitian yang diperlukan suatu sampel penelitian
yang berguna ketika populasi yang diteliti berjumlah besar seperti populasi
pengguna akun Instagram yang menjadi followers akun @infobdgcom, dalam
artian sampel tersebut harus representatif atau mewakili dari populasi tersebut.
Dalam menentukan jumlah sampel, digunakan pengambilan sampel dengan
menggunakan metode purposive sampling dan menggunakan teknik rumus slovin,
yaitu:
Keterangan:
n :Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
1 : Konstanta
e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung besarnya sampel dari
jumlah populasi yang ada yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka ukuran sampel minimal dalam
penelitian ini ditetapkan dengan e = 0,1 (derajat kepercayaan 90%) dan diperoleh
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel
Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi
saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari populasi. (Nazir, 2011 hlm. 271)
Terdapat beberapa teknik dalam penarikan sampel menurut
Sugiyono (2014, hlm. 81), yakni dalam skema yang ditunjukkan dalam gambar
3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Teknik Penarikan Sampel
Sumber: Sugiyono (2014).
Berdasarkan skema tersebut, dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan teknik penarikan sampel dalam non probability sampling, yakni
teknik purposive sampling.
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan purposive sampling adalah penentuan
anggota sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2014, hlm. 85)
Pertimbangan yang digunakan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah subjek yang memiliki pekerjaan tertentu, yakni menggunakan media sosial
Instagram, serta menjadi followers akun Instagram @infobdgcom. Teknik
Sampling
Non probability Sampling Probability
Sampling
1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified random sampling
3. Disproportionate stratified random sampling
4. Area (cluster) sampling
(sampling menurut daerah)
1. Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling incidental
4. Purposive Sampling
5. Sampling Jenuh
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu penelitian perlu diketahui apakah instrumennya telah sesuai atau
tidak. Untuk itu, pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai bagaimana
kesahihan atau kevalidan suatu intrumen penelitian serta apakah instrumen
tersebut reliabel atau tidak. Hal tersebut dilakukan melalui uji validitas dan uji
reliabilitas.
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010, hlm. 211)
Pengujian validitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji validitas
factor analysis (analisis faktor), kegunaan utama analisis faktor adalah untuk
melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasan
sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya. (Narimawati, Umi, 2008, 12).
Analisis faktor ini berkaitan dengan uji validitas, yakni untuk mengetahui
tingkat validitas sampai data yang digunakan benar-benar valid. Validitas analisis
faktor memiliki ketentuan sebagai berikut:
Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test secara keseluruhan ≥ 0,5,
maka variabel dikatakan valid dan bisa dianalisis lebih lanjut.
Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test secara keseluruhan < 0,5, maka variabel dikatakan tidak valid.
Angka Signifikansi pada KMO and Barlett’s Test < 0,05 maka data yang
diteliti dapat dianalisis lebih lanjut.
Angka Signifikansi pada KMO and Barlett’s Test > 0,05 maka data yang
diteliti tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test pada masing-masing butir
pertanyaan ≥ 0,5, maka variabel dikatakan valid dan bisa dianalisis lebih
Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test pada masing-masing butir
pertanyaan < 0,5, maka variabel dikatakan tidak valid dan bisa dianalisis
lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
Apabila nilai koefisien gamma (factor loading) setelah di rotasi ≥ 0,5, maka item pertanyaan dikatakan valid.
Apabila nilai koefisien gamma (factor loading) setelah di rotasi ≤ 0,5,
maka item pertanyaan dikatakan valid.
Berdasarkan ketentuan tersebut, ketika tidak tercapai ketentuan untuk
melakukan analisis lebih lanjut maka dilakukan uji ulang. Hal tersebut memiliki
arti akan ada faktor atau bagian dari variabel yang tereduksi, hingga ketentuan
tersebut benar-benar terpenuhi.
Hasil uji validitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Angka MSA pada KMO secara keseluruhan
Tabel 3.3
Uji Validitas KMO and Barlett’s Test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .767
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 829.639
df 171
Sig. .000
Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test menunjukkan angka lebih besar dari 0,5, yakni 0,767. Hal tersebut menunjukkan bahwa Angka MSA pada KMO and Barlett’s Test secara keseluruhan ≥ 0,5, maka variabel dikatakan valid dan bisa dianalisis lebih lanjut
b. Nilai Signifikansi
c. Angka MSA pada KMO pada masing-masing butir pertanyaan dalam
kuesioner. Semua angka MSA pada masing-masing butir pertanyaan melebihi
angka 0,5. Artinya, semua butir pertanyaan dinyatakan valid.
Berikut Tabel 3.4 yang memaparkan mengenai nilai MSA pada masing-masing
[image:30.595.146.478.571.747.2]butir pertanyaan.
Tabel 3.4
Nilai MSA pada masing-masing butir pertanyaan
No Butir Pertanyaan Nilai MSA Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,529 Valid
2 Pertanyaan 2 0,810 Valid
3 Pertanyaan 3 0,672 Valid
4 Pertanyaan 4 0,873 Valid
5 Pertanyaan 5 0,774 Valid
6 Pertanyaan 6 0,805 Valid
7 Pertanyaan 7 0,762 Valid
8 Pertanyaan 8 0,761 Valid
9 Pertanyaan 9 0,896 Valid
10 Pertanyaan 10 0,859 Valid
11 Pertanyaan 11 0,762 Valid
12 Pertanyaan 12 0,809 Valid
13 Pertanyaan 13 0,821 Valid
14 Pertanyaan 14 0,627 Valid
15 Pertanyaan 15 0,788 Valid
16 Pertanyaan 16 0,795 Valid
17 Pertanyaan 17 0,756 Valid
18 Pertanyaan 18 0,573 Valid
19 Pertanyaan 19 0,664 Valid
d. Nilai koefisien gamma (factor loading) setelah dilakukan rotasi
Tabel 3.5
Nilai Factor Loading pada masing-masing butir pertanyaan
No Butir Pertanyaan Nilai Factor Loading Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,820 Valid
2 Pertanyaan 2 0,826 Valid
3 Pertanyaan 3 0,870 Valid
4 Pertanyaan 4 0,827 Valid
5 Pertanyaan 5 0,801 Valid
6 Pertanyaan 6 0,835 Valid
7 Pertanyaan 7 0,679 Valid
8 Pertanyaan 8 0,798 Valid
9 Pertanyaan 9 0,789 Valid
10 Pertanyaan 10 0,760 Valid
12 Pertanyaan 12 0,699 Valid
13 Pertanyaan 13 0,669 Valid
14 Pertanyaan 14 0,866 Valid
15 Pertanyaan 15 0,822 Valid
16 Pertanyaan 16 0,820 Valid
17 Pertanyaan 17 0,826 Valid
18 Pertanyaan 18 0,865 Valid
19 Pertanyaan 19 0,730 Valid
Semua angka MSA pada masing-masing factor loading melebihi angka 0,5.
Artinya, semua butir pertanyaan dinyatakan valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto, 2010, hlm. 221). Setelah melakukan uji validitas,
langkah selanjutnya yaitu uji reliabilitas. Pada dasarnya uji reliabilitas digunakan
untuk mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut menunjukan tingkat
ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkap
gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang
berbeda.
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut:
(Kim dan Mueller, 1995)
Keterangan:
α = alpha cronbach (koefisien reliabilitas) k = jumlah variabel
h2 = rata-rata komunalitas
Keputusan yang diambil dari uji reliabilitas ini diambil dengan ketentuan
memiliki tingkat reliabilitas alpha cronbach sebagai berikut:
Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini, semua nilai alpha cronbach pada
[image:32.595.151.472.185.337.2]tiap variabel telah memenuhi ketentuan reliabilitas tersebut, yakni berada pada angka ≥ 0,70. Tabel 3.6 berikut ini memaparkan mengenai nilai tersebut.
Tabel 3.6
Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Alpha Keterangan
X1 0,965 Reliabel
X2 0,942 Reliabel
X3 0,825 Reliabel
Y 0,811 Reliabel
3.7 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisis-lah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. (Nazir, 2011, hlm. 346)
Dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini, diperlukan
langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti untuk mengolah data setelah data primer
terkumpul, yakni sebagai berikut:
1. Editing, yaitu pemeriksaan kuesioner yang terkumpul kembali setelah diisi oleh
responden seperti mengecek kelengkapan data artinya memeriksa isi instrumen
pengumpulan data melalui Google Form, dan kelengkapan pengisian data oleh
responden.
2. Coding, yaitu pemberian skor atau kode untuk setiap pilihan dari item
berdasarkan ketentuan yang ada dimana untuk menghitung bobot nilai dari
setiap pertanyaan dalam angket menggunakan skala interval dengan
menggunakan semantic defferensial atau skala perbedaan semantik. Skala ini
menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan (Riduwan dan Kuncoro,
2008, hlm. 25). Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini
digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh
seseorang. (Sugiyono, 2014, hlm.97). Penggunaan skala semantic defferensial
regresi linier berganda yakni berupa data interval. Kemudian, jawaban dari
setiap item instrumen yang menggunakan skala semantic defferensial
mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai sangat positif yang berupa
angka-angka antara lain sebagai berikut:
Netral
sangat negatif 1 2 3 4 5 6 7 sangat positif
Gambar 3.2
Skala Semantic Defferensial
Sumber: Diadaptasi dari Riduwan dan Kuncoro (2014, hlm. 26)
[image:33.595.200.423.304.510.2]Adapun batas penelitiannya yaitu:
Tabel 3.7
Tabel Batas Penelitian
Skala Keterangan
7 Sangat Positif
6
5
4
3
2
1 Sangat Negatif
3. Tabulating, maksudnya adalah menghitung hasil skoring dan dituangkan dalam
[image:33.595.110.508.589.732.2]tabel rekapitulasi secara lengkap. Berikut contoh tabulating dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.8
Tabel Rekapitulasi Pengolahan Data
Responden Skor Item
1 2 3 4 N
1
2
3
3.7.1 Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian perlu digunakan analisis data
yang tepat agar sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dan bisa
mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Maka dari itu, pada bagian ini akan
dijelaskan mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan
metode penelitiannya ini yakni analisis deskripif dan analisis verifikatif.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. (Sugiyono, 2014, hlm. 147)
Analisis deskriptif dalam penelitian melakukan melakukan tinjauan
kontinum untuk menggambarkan skor serta kedudukan variabel X dan variabel Y,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah skor kriterium (SK), dengan menggunakan rumus:
SK = ST X JB X JR
Keterangan:
SK = Skor kriterium
ST = Skor tertinggi
JB = Jumlah bulir
JR = Jumlah responden
2. Membandingkan jumlah skor hasil kuesioner dengan jumlah skor
kriterium, untuk mencari jumlah skor hasil kuesioner digunakan rumus :
Keterangan:
= Jumlah skor hasil kuesioner variabel X atau Y
= Jumlah skor kuesioner masing masing responden
3. Membuat daerah kategori kontinum, untuk melihat bagaimana gambaran
membagi daerah kategori menjadi tiga tingkatan yaitu rendah, sedang
dan tinggi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan kontinum tertinggi dan terendah. Kontinum tinggi, dihitung dengan rumus:
SK= ST x JB x JR
Kontinum sedang, dihitung dengan rumus:
SK= SS x JB x JR
Kontinum rendah, dihitung dengan rumus:
SK= SR x JB x JR
Keterangan:
ST = Skor tertinggi
SS = Skor sedang
SR = Skor terendah
JB = Jumlah butir
JR = Jumlah responden
4. Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkatan, dengan rumus :
5. Menentukan garis kontinum dan daerah letak skor untuk setiap variabel,
seperti gambar berikut.
[image:35.595.160.464.561.626.2]Rendah Sedang Tinggi
Gambar 3.3
Garis Kontinum Variabel X dan Y
2. Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh antara kedua
variabel dan menguji hipotesis dengan menggunakan uji stastistik.
dan Y, dikarenakan penelitian ini meneliti empat variabel, maka
teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi linier
berganda. Berikut langkah-langkah dalam melakukan analisis verifikatif.
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
anatisis regresi linier berganda agar data yang dihasilkan dapat bermanfaat. Uji
asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Uji Normalitas Data
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal maka digunakan uji normalitas untuk melihat apakah nilai
residual terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji
histogram, uji normal P-P Plot, uji Chi Square, skewnes dan Kurtosis atau uji
Kolmogorov-Smirnov.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan uji normalitas dengan
histogram serta dengan uji normalitas P-P Plot.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah suatu uji untuk melihat ada atau tidaknya
korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel- variabel
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya
menjadi terganggu.
Uji multikolinearitas dapat diketahui jika nilai koefisien korelasi antar
masing-masing variabel independen kurang dari 0,1, maka model dapat
dinyatakan bebas dari multikolinearitas, jika nilai korelasi lebih dari 0,1 berarti
terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi
multikolinearitas.
Pada penelitian ini penulis melihat nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF) dengan menggunakan program komputer IBM SPSS for windows
ver. 19, jika nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10,
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah data dalam sebuah
model regresi linear terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif
antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Jika terjadi korelasi, maka
hal tersebut dinamakan adanya permasalahan autokorelasi.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi maka menggunakan uji
Durbin-Watson, berikut syarat terjadinya autokorelasi:
Jika nilai DW dibawah 0 - 1,5 berarti ada autokorelasi positif. Jika nilai DW diantara 1,5 - 2,5 berarti tidak ada autokorelasi. Jika nilai DW dibawah 2,5 - 4 berarti ada autokorelasi negatif.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah suatu uji untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas. Konsekuensi dari adanya gejala heteroskedastis adalah
penaksiran yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel besar maupun kecil
walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya atau tidak.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot
dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai
residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada
grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau
sebaliknya melebar kemudian menyempit. (Sunjoyo, dkk, 2013)
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi adalah teknik untuk menentukan sampai sejauh mana
hubungan antara dua variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Penentuan
koefisien korelasi dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Pearson.
Koefisien korelasi menunjukan derajat korelasi antara variabel X dan
variabel Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1.
Tanda positif menunjukan adanya korelasi positif atau korelasi langsung antara
kedua variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti dengan
penurunan nilai-nilai Y, dan begitu pula sebaliknya.
Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel
sangat kuat dan positif.
Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel
sangat kuat dan negatif.
Jika nilai r = 0 atau mendekati 0, maka tidak ada korelasi antara kedua
atau sangat lemah.
Untuk mendapatkan penjelasan terhadap koefisien korelasi yang diteliti,
[image:38.595.112.512.415.558.2]maka dapat berpedoman kepada tabel berikut:
Tabel 3.9
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Klasifikasi
0,000 – 0,199 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 184)
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
sebuah variabel bebas (X) atau lebih terhadap naik turunnya variabel terikat (Y).
Maka untuk mengetahui besamya persentase X dan Y dalam penelitian ini
dilakukan analisis menggunakan rumus sebagai berikut:
KP = r2 X 100%
Keterangan:
KP = nilai koefisien determinasi
r = nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien determinasi ini memiliki asumsi 0 ≤ r2 ≥1, nilai r2 yang
rendah menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Semakin besar atau
mendekati 1 (satu), maka mengindikasikan variabel independen semakin mampu
menjelaskan variabel dependennya.
d. Uji Regresi Linier Berganda
Lind (2008) dalam Sunjoyo, dkk (2013) mengatakan analisis regresi adalah
teknik yang digunakan untuk mengembangkan persamaan regresi dan
memberikan perkiraan. Pada umumnya uji regresi bertujuan untuk menguji
hubungan-hubungan ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau
lebih variabel independen (bebas). Penelitian ini