• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING TERHADAP KEMAMPUAN KUANTITATIF DAN SPASIAL ANAK RA KELOMPOK B.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING TERHADAP KEMAMPUAN KUANTITATIF DAN SPASIAL ANAK RA KELOMPOK B."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Ujang Hendra, 2015

PENGARUH PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING TERHADAP KEMAMPUAN KUANTITATIF DAN SPASIAL ANAK RA

KELOMPOK B

Ujang Hendra 1201118

ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan pada temuan peneliti melihat rendahnya pengembangan kemampuan kuantitatif dan spasial pada anak usia dini. Kemampuan kuantitatif dan spasial merupakan salah satu pondasi yang akan menjadi landasan bagai pengembangan berbagai kemampuan pada jenjang berikutnya. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk mencari solusi dalam mengembangkan kemampuan kuantitatif dan spasial pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh pendekatan Metaphorical Thinking terhadap kemampuan kuantitatif dan spasial anak RA kelompok B, serta program pembelajaran Metaphorical Thinking seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan kuantitatif dan spasial anak. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan membandingkan kelompok yang mendapatkan perlakukan (kelas eksperimen) dan kelompok yang tidak mendapat perlakuan (kelas kontrol). Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah berupa lembar observasi dan panduan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di RA Istiqomah Lembang Tahun Ajaran 2014/2015, dengan sampel yang terdiri dari 40 anak, 20 anak di kelas eksperimen dan 20 anak di kelas kontrol. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa hasil Uji Mann-Whitney U dan Uji-t skor N-Gain menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak yang memperoleh pembelajaran dengan Metaphorical Thinking lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pengaruh pembelajaran dengan Metaphorical Thinking terhadap peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak berada pada klasifikasi besar. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan Metaphorical Thinking memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak. Program pembelajaran yang dapat mendukung peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak adalah pembelajaran yang meliputi aspek lingkungan belajar yang relevan, media yang variatif dan desain pembelajaran itu sendiri yang lebih menjembatani konsep-konsep yang abstrak

(2)

Ujang Hendra, 2015

Effect of Metaphorical Thinking Approach against Quantitative Ability and Spatial of Children in RA group B

Ujang Hendra 1201118

ABSTRACT

The study was based on result from previous research that point out low development of quantitative and spatial abilities in young children. Quantitative and spatial ability are two abilities that will be the foundation for children development. This research intend to find solutions in developing quantitative and spatial abilities in early childhood. Specially, this study aimed to examine the effect of metaphorical thinking approach to quantitative and spatial abilities of children in RA group B. It also tried to construct the metaphorical thinking learning programs which can improve the quantitative and spatial abilities of children. The method used is a quasi-experimental quantitative approach. The research carried out by comparing the group receiving treatment (experimental class) and the group that did not receive treatment (control group). The data collected was in the form of observation and interview. The sample for this study were 40 children, with 20 children in the experimental class and 20 children in the control class. Based on the data analysis, it is found that using Mann-Whitney U and T-Test score, metaphorical thinking improves children quantitative and spatial abilities. In addition to this, learning programs that can support the improvement of children including learning environment, the use varied of media and instructional design.

(3)

Ujang Hendra, 2015

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL

LEMBAR HAK CIPTA

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah... 1

B. RumusanMasalah... 7

C. TujuanPenelitian... 7

D. ManfaatPenelitian... 7

E. Struktur Organisasi tesis... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kognitif Anak... 9

B. Kemampuan Kuantitatif... 11

C. Kemampuan Spasial... 15

D. Kemampuan Kuantitatif dan Spasial dalam Kerangka Pengembangan Dasar Kemampuan Matematis Anak... 20

E. Pendekatan Metaphorical Thinking... 21

1. Pengertian Metaphorical Thinking... 21

(4)

Ujang Hendra, 2015

Kemampuan Kuantitatif... 4. Metafora dalam Pembelajaran yang Berhubungan dengan

Kemampuan Spasial... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 32

B. Definisi Operasional... 32

C. Partisipan dan Lokasi Penelitian... 33

D. Teknik Pengumpulan Data... 33

E. Instrumen Penelitian... 35

1. Lembar Observasi a. Uji Validitas Instrumen Observasi... 36

b. Uji Reliabilitas Instrumen Observasi... 38

2. Pedoman Wawancara... 40

F. Prosedur Penelitian... 41

G. Analisis Data... 42

1. Hipotesis Penelitian... 42

2. Uji Asumsi Statistik... 43

3. Uji Hipotesis... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 48

1. Deskripsi Kemampuan Kuantitatif dan Spasial Anak... 48

a. Deskripsi Kemampuan Kuantitatif Anak... 49

b. Deskripsi Kemampuan Spasial Anak... 52

2. Uji Statistik Untuk Kemampuan Kuantitatif... 55

a. Uji Asumsi Statistik... 55

1) Uji Normalitas dan Homogenitas Varians data Pretest... 55

2) Uji Normalitas dan Homogenitas data N-Gain... 56

b. Uji Perbedaan dua Rata-rata Pretest... 57

(5)

Ujang Hendra, 2015

3. Uji Statistik untuk Kemampuan Spasial... 61

a. Uji Asumsi Statistik... 61

1) Uji Normalitas dan Homogenitas Varians data Pretest... 61

2) Uji Normalitas dan Homogenitas data N-Gain... 62

b. Uji Perbedaan dua Rata-rata Pretest... 63

c. Uji Hipotesis untuk Kemampuan Spasial... 64

4. Hasil Wawancara... 67

1) Deskripsi Hasil Wawancara untuk Komponen Lingkungan Belajar... 68

2) Deskripsi Hasil Wawancara untuk Komponen Sarana dan Prasarana... 69

3) Deskripsi Hasil Wawancara untuk Komponen Proses Pembelajaran... 69

4) Deskripsi Hasil Wawancara untuk Komponen Hasil Belajar... 71

B. Pembahasan... 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 82

(6)

Ujang Hendra, 2015

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Kuantitatif Pada Anak... 14

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kemampuan Kuantitatif dan Spasial Anak RA Kelompok B... 34

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kemampuan Kuantitatif... 35

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kemampuan Spasial... 36

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas... 37

Tabel 3.5 Data Hasil Uji Validitas Butir Observasi Kemampuan Kuantitatif... 37

Tabel 3.6 Data Hasil Uji Validitas Butir Observasi Kemampuan Spasial... 38

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 39

Tabel 3.8 Data Hasil Uji Reliabilitas Butir Observasi Kemampuan Kuantitatif dan Spasial... 40

Tabel 3.9 Kisi-kisi Pedoman Wawancara... 40

Tabel 3.10 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi... 42

Tabel 3.11 Klasifikasi Effect Size... 47

Tabel 4.1 Deskripsi Kemampuan Kuantitatif Anak... 49

Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Spasial Anak... 52

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Kuantitatif... 56

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest Kemampuan Kuantitatif... 56

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Kuantitatif... 57

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest... 58

Tabel 4.8 Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata N-Gain Kemampuan Kuantitatif Anak... 59

(7)

Ujang Hendra, 2015

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest

Kemampuan Spasial... 62

Tabel 4.11 Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Spasial.. 63

Tabel 4.12 Data Hasil Uji Homogenitas Varians N-Gain Kemampuan Spasial... 63

Tabel 4.13 Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretest Kemampuan Spasial... 64

Tabel 4.14 Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata N-Gain Kemampuan Spasial Anak... 65

Tabel 4.15 Materi Wawancara dengan Guru... 67

Tabel 4.16 Hasil Wawancara Komponen Proses Pembelajaran... 69

Tabel 4.17 Rangkuman Kemampuan Kuantitatif dan Spasial... 73

Tabel 4.18 Rangkuman Peningkatan Kemampuan Kuantitatif dan Spasial... 73

Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian... 74

(8)

Ujang Hendra, 2015

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Persepsi Keruangan... 18

Gambar 2.2 Visualisasi Keruangan... 19

Gambar 2.3 Relasi Keruangan... 19

Gambar 2.4 Orientasi Keruangan... 20

Gambar 2.5 Kegiatan untuk Operasi Penjumlahan... 26

Gambar 2.6 Keadaan Akhir Timbangan... 26

Gambar 2.7 Puzzle Warna Merupakan Metafora dari Kubus... 27

Gambar 2.8 Gambar Angka 1 – 20... 28

Gambar 2.9 Gambar Binatang yang Dapat Dipasangkan dengan Angka... 28

Gambar 2.10 Gambar Kelompok Binatang... 29

Gambar 2.11 Perbandingan Jumlah Kelompok Binatang... 29

Gambar 2.12 Bangun Ruang dan Benda Nyata yang Menyerupainya... 30

Gambar 2.13 Maket Sebuah Sekolah... 30

Gambar 2.14 Bentuk Simetri... 31

Gambar 2.15 Bangunan dari Bentuk Geometri... 31

Gambar 4.1 Nilai Pretest Kemampuan Kuantitatif Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50

Gambar 4.2 Grafik Pretest dan Postest Kemampuan Kuantitatif... 51

Gambar 4.3 Grafik N-Gain Kemampuan Kuantitatif... 52

Gambar 4.4 Nilai Pretest Kemampuan Spasial Kelas Eksperimen dan Kontrol... 53

Gambar 4.5 Nilai Pretest dan Postest Kemampuan Spasial... 54

(9)

Ujang Hendra, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Rencana Kegiatan Harian... 90

A.2 Kisi-kisi Butir Observasi Kemampuan Kuantitatif... 96

A.3 Kisi-kisi Butir Observasi Kemampuan Spasial... 98

A.4 Panduan Wawancara... 101

A.5 Lembar Observasi... 102

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA B.1 Hasil Uji Validitas Butir Observasi Kemampuan Kuantitatif... 106

B.2 Hasil Uji Validitas Butir Observasi Kemampuan Spasial... 113

B.3 Hasil Uji Reliabilitas Butir Observasi Kemampuan Kuantitatif dan Spasial ... 123

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN C.1 Data Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Kuantitatif Kelas Eksperimen... 125

C.2 Data Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Kuantitatif Kelas Kontrol... 128

C.3 Data Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Spasial Kelas Eksperimen... 131

C.4 Data Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Spasial Kelas Kontrol... 135

C.5 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretest, Posttest, N-Gain Kemampuan Kuantitatif dan Spasial... 139

LAMPIRAN D: DATA-DATA PENUNJANG PENELITIAN D.1 Surat Ijin Penelitian... 147

D.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 148

(10)

Ujang Hendra, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat unik dan penuh dinamika, sebab pada masa ini terjadi peletakan dasar-dasar kemampuan yang sangat penting untuk masa-masa berikutnya. Pada masa ini terjadi pula berbagai proses perkembangan seperti proses biologis, proses kognitif, dan proses sosial emosional. Hal terpenting yang tejadi pada masa kanak-kanak adalah bahwa mereka merupakan seorang pembelajar yang handal, seperti yang dikemukakan oleh Santrock (2007, hlm. 19) yang menyatakan bahwa

Masa kanak-kanak merupakan periode perkembangan dimana pada masa ini anak kecil akan belajar menjadi mandiri dan merawat diri sendiri, mereka akan mengembangkan berbagai keterampilan, dan mereka akan menghabiskan waktunya berjam-jam untuk bermain dengan teman sebayanya.

(11)

2

Ujang Hendra, 2015

Mengingat pentingnya sebuah stimulus untuk usia dini, pemerintah merespon dengan cukup baik, yakni dengan menerapkan pendidikan usia dini ke dalam kerangka capaian pendidikan nasional, dan secara yuridis dituangkan dalam sebuah undang-undang, yaitu UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana dalam Pasal 1 angka 14 (Depdiknas, 2007, hlm. 1) disebutkan bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun, dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal.

PAUD sebagai masa persiapan pra sekolah diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengembangan berbagai potensi dan kemampuan anak. Seluruh aspek perkembangan baik kognitif, motorik, bahasa, maupun sosial emosional serta pendidikan nilai, diharapkan dapat distimulus dan dikembangkan pada masa ini. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, pembelajaran di PAUD harus dapat mengakomodir seluruh aspek perkembangan. Walaupun demikian dalam menganalisis permasalahan aspek-aspek perkembangan tersebut, kita pun dapat mengkajinya secara seksama aspek demi aspeknya.

Semua aspek perkembangan pada masa kanak-kanak akan berpengaruh terhadap perkembangan di masa berikutnya. Aspek yang cukup menonjol yang

dapat diamati penulis diantaranya adalah perkembangan kemampuan kuantitatif dan juga perkembangan spasial pada anak. Mengapa demikian sebab, pada

(12)

3

Ujang Hendra, 2015

diperkuat oleh temuan Casey (2013, hlm. 18), bahwa hasil penelitiannya mengungkap kemampuan pemahaman bilangan dan spasial anak merupakan pondasi penting dalam kemampuan matematis siswa, walaupun kemampuan pemahaman bilangan dan spasial belum dijadikan fokus utama dalam pendidikan usia dini.

Sarama and Douglas (2009, hlm. 27) memberikan gambaran bahwa kemampuan kuantitatif merupakan kemampuan anak terhadap pengetahuan akan angka dan operasi hitung. Tentu saja jika dihubungkan dengan anak usia dini, kemampuan berhitung yang dimaksud adalah perhitungan yang sederhana bukan perhitungan yang rumit. Kemampuan kuantitatif merupakan bagian dari matematika, yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini senada seperti yang gariskan pemerintah dalam pedoman penyelenggaraan PAUD yang menyatakan bahwa “Konsep bilangan merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar” (Depdiknas, 2007, hlm. 1).

Selain kemampuan kuantitatif, keterampilan lain yang dibutuhkan adalah kemampuan spasial. Anak yang memiliki kemampuan spasial dapat dilihat dari kesehariannya, misalnya anak dapat menceritakan gambar dengan jelas, lebih

senang membaca peta, diagram, lebih menyukai gambar dari pada teks, menyukai kegiatan seni, pandai menggambar yang terkadang mendekati atau persis aslinya, dapat membangun konstruksi tiga dimensi yang menarik, lebih mudah belajar dengan gambar dari pada teks, dan membuat coretan-coretan yang bermakna di buku kerja atau kertas. Menurut Gardner (dalam Widyastuti, 2008: 32) ‘anak yang memiliki kemampuan spasial memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan berbagai hal dan memiliki kelebihan dalam hal berpikir melalui gambar.’

(13)

4

Ujang Hendra, 2015

dilakukan bahkan cenderung hanya mementingkan kemampuan calistung saja pada anak. Padahal pembelajaran terkait angka maupun gambar dapat didesain dengan menarik, agar kemampuan anak dapat distimulus dengan cara yang efektif dan memperhatikan tahap perkembangannya. Hal ini pun berdampak secara nyata terhadap kemampuan kuantitatif dan spasial anak, berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap 40 anak RA di Kelompok B, dapat disimpulkan kemampuan mereka belum terstimulus dan teroptimalkan dalam pembelajaran. Dalam kaitannya dengan kemampuan kuantitatif 75% anak masih mengalami kesulitan dalam mengurutkan bilangan serta memasangkannya dengan benda nyata, 55% anak mengalami kesulitan dalam mengelompokan benda yang diminta sesuai dengan jumlah tertentu, dan 72,5% anak mengalami kesulitan dalam menghitug jumlah benda dari hasil penggabungan dua buah kelompok. Untuk kemampuan spasial 77,5% anak mengalami kesulitan dalam memahami bentuk-bentuk geometi, 70% anak mengalami kesulitan dalam memahami arah dan posisi, 77,5% anak mengalami kesulitan dalam memahami bentuk simetri, serta 95% anak mengalami kesulitan dalam menggunakan visualsasi gambaran mental

dengan bentuk geometri yang ada di lingkungan.

Selain hasil observasi dari penelti ada beberapa temuan terdahulu mengenai kemampuan kuantitatif dan spasial, berdasarkan hasil penelitian di

lapangan (Douglas dkk., 2014; Nes&Lange, 2007; Lestari, 2014; Maerina, 2014; Lutri, 2012; Purwanti, 213) pada pembelajaran anak usia dini, diperoleh gambaran bahwa terdapat beberapa kemampuan anak yang masih harus dioptimalkan pencapaiannya dalam sebuah pembelajaran yang bermakna, kemampuan-kemampuan tersebut diantaranya memahami huruf alfabet, angka, warna, dan bentuk geometri, yang secara umum dapat dikategorikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan numerik dan spasial anak.

(14)

5

Ujang Hendra, 2015

masih banyak yang salah dalam mengenal lambang bilangannya ketika ditanya oleh guru. Apalagi ketika anak diberi tugas untuk menunjukkan serta menuliskan konsep serta lambang-lambang bilangan yang ada dalam lembar kerja mereka. Anak belum bisa membedakan dengan benar bentuk dari lambang-lambang bilangan tersebut.

Lain halnya dengan observasi awal yang dilakukan Widiyastuti (2008, hlm. 2) menunjukan bahwa kemampuan visual-spasial anak di TK Melati Desa Bojongkulon Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon tidak begitu tampak. Ketika bermain balok, anak hanya menyusunnya ke atas dan ke samping, ketika kegiatan menggambar orang, anak hanya mampu membuat coretan sederhana berupa garis, lingkaran dan titik, setelah mencuci tangan anak tidak langsung mengeringkannya padahal di tempat tersebut (tempat cuci tangan) tertempel gambar anak memegang lap, dan ketika kegiatan menggambar bebas, ada anak yang masih bingung gambar apa yang akan dibuat. Padahal sekolah sendiri menginginkan anak memiliki kemampuan visual-spasial, diantaranya adalah anak sudah mengenal spasial dua arah berpasangan, seperti arah depan-belakang,

atas-bawah, dan kanan-kiri, anak mampu menggambar figure orang, anak dapat membedakan beberapa warna, dan anak dapat menata balok-balok menjadi bentuk yang agak kompleks.

(15)

6

Ujang Hendra, 2015

Bote (dalam Kilic, 2010, hlm. 1) menyatakan bahwa “dengan metafora, ide-ide, baik dari diri sendiri ataupun orang lain dapat dirangsang sehingga memunculkan hubungan-hubungan yang mungkin tidak dapat dibuat dengan pertanyaan-pertanyaan secara langsung”. Dengan kata lain, melalui metaphorical thinking, anak secara tidak langsung diberi kesempatan berperan serta dalam pembelajaran dengan merangsang ide-ide atau pemikiran-pemikiran, dalam menghubungkan konsep yang abstrak dengan fenomena nyata yang ada disekitar.

Dalam hal ini, melihat pentingnya sebuah implementasi pembelajaran yang bermakna, maka dibutuhkan suatu program pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan anak secara lebih spesifik, jelas, dan terarah. Dalam merancang dan mengimplementasikan sebuah program PAUD yang terpadu, dibutuhkan pemahaman konteks di lapangan yang utuh dan dukungan dari semua elemen terkait, terlebih dengan masih beragamnya targetan kurikulum pada PAUD di Indonesia, menjadikan permasalahan semakin komplek. Hal ini dipertegas oleh riset Sandralyn Byrnes (Dirjen PAUDNI, 2013, hlm. 1), yang menyatakan bahwa kurikulum PAUD di Indonesia belum memiliki kurikulum

yang universal, yang dapat memberikan panduan capaian kemampuan anak. Menyikapi hal tersebut, tentu saja menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam pembelajaran di PAUD untuk mendesain sebuah program pembelajaran yang

tepat, dalam mengembangkan berbagai aspek kemampuan anak secara spesifik, berdasarkan tingkat perkembangan anak itu sendiri.

Dalam hubungannya dengan hal tersebut, penulis terpacu untuk mengkaji lebih jauh tentang pengaruh pendekatan pembelajaran yang akan dilakukan terhadap upaya meningkatkan kemampuan kuantitatif dan spasial anak, sesuai dengan masalah yang ada di lapangan dan telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis melakukan penelitian yang lebih spesifik dengan judul “Pengaruh Pendekatan

Metaphorical Thinking Terhadap Kemampuan Kuantitatif dan Spasial Anak

(16)

7

Ujang Hendra, 2015

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan kuantitatif anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan Metaphorical Thinking lebih baik dibandingkan dengan anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan spasial anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan Metaphorical Thinking lebih baik dibandingkan dengan anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Program pembelajaran Metaphorical Thinking seperti apa berdasarkan hasil penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan kuantitatif dan spasial anak?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah:

1. peningkatan kemampuan kuantitatif anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan Metaphorical Thinking dengan anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional;

2. peningkatan kemampuan spasial anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan Metaphorical Thinking dengan anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional;

3. Program pembelajaran Metaphorical Thinking seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan kuantitatif dan spasial anak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk anak, pengembangan kemampuan kuantitatif dan spasial melalui

(17)

8

Ujang Hendra, 2015

aktif dalam aktivitas pembelajaran serta dapat menjembatani anak dalam memahami konsep bilangan dan geometri dengan mengkaitkan atas pengetahuan yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menunjang dalam pengoptimalan kemampuan lainnya.

2. Untuk guru, pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking dapat menjadi salah satu pilihan model pembelajaran di PAUD, sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan kuantitatif dan spasial anak. 3. Untuk lembaga sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan progam PAUD ke arah yang lebih baik, dengan mengembangkan proses belajar-mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. 4. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan pada umumnya

dan sebagai masukan bagi pengembangan ragam bentuk penelitian di PAUD, khususnya dalam rangka mengembangkan kemampuan kuantitatif dan spasial anak.

E. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika dalam penulisan tesis ini terdiri dari 5 bab yakni pendahuluan, kajian teori, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan rekomendasi. Pada bagian pendahuluan dipaparkan mengenai

(18)

9

Ujang Hendra, 2015

(19)

32

Ujang Hendra, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti mengambil subjek yang telah ada di lapangan (Cresswell, 2008; Ruseffendi, 2005). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, jika dilakukan lagi pengelompokkan secara acak maka akan mengganggu pembelajaran dan program yang telah ada di sekolah. Jenis desain eksperimen yang digunakan yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design).

Penelitian ini terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Desain eksperimen kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design) adalah sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

(Borg dan Gall, 1989, hlm. 690)

Keterangan:

O : Pretest atau Posttest kemampuan kuantitatif dan kemampuan spasial X : Pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

B. Definisi Operasional

1. Pendekatan Metaphorical Thinking yang dimaksud dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran untuk memahami, menjelaskan, dan mengomunikasikan konsep-konsep abstrak menjadi hal yang lebih konkret dengan membandingkan dua hal atau lebih yang berbeda makna baik yang berhubungan, maupun yang tidak berhubungan.

(20)

33

Ujang Hendra, 2015

lambang bilangan (b) melakukan operasi hitung penjumlahan (c) mengelompokan suatu objek berdasar ukuran (d) membandingkan suatu objek berdasarkan ukuran.

3. Kemampuan spasial yang didefinisikan keterampilan yang meliputi penggunaan memori dasar yang berhubungan dengan bentuk dan posisi, dalam penelitian ini indikatornya adalah (a) anak mengenali sifat dan karakteristik dari benda dua dan tiga dimensi, (b) anak dapat menentukan lokasi suatu objek, (c) anak dapat menentukan bentuk-bentuk yang simetri, (d) anak dapat menggunakan visualisasi untuk menciptakan gambaran mental dari bentuk geometris yang ada dilingkungan

C.Partisipan dan Lokasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh Anak Di RA Istiqomah Lembang pada Tahun Ajaran 2014/2015. Terdiri dari 120 anak yang terbagi kedalam 6 kelompok, yakni kelompok B 4 kelas, dan kelompok A 2 kelas. Sampel dalam penelitian ini sesuai dengan desain yang digunakan adalah dua kelas pada kelompok B. Alasan dipilihnya kelompok B dalam penelitian ini, pertama dikarenakan anak kelompok B telah diasumsikan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta siap dalam pemberian kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan kuantitatif dan spasial. kedua, anak kelompok B diasumsikan telah cukup memahami dalam pembelajaran dengan pendekatan Metafora. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012: 124).

D. Teknik Pengumpulan Data

Creswell (2008, hlm. 151) mengemukakan bahwa dalam proses

(21)

34

Ujang Hendra, 2015

memberikan gambaran mengenai kemampuan kuantitatif dan spasial anak. Selain itu subjek pendukung penelitian ini adalah guru, hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai program pembelajaran yang mendukung terhadap peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak.

Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu melalui observasi dan wawancara. Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini karena penelitian ini akan meneliti perilaku atau sikap anak yaitu kemampuan kuantitatif dan kemampuan spasial. Hal ini didukung pendapat Sugiyono (2008, hlm. 203) yang menyatakan bahwa observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan pada 40 responden yang terdiri dari 20 responden kelompok eksperimen dan 20 responden kelompok kontrol. Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru, baik dari kelompok kontrol maupun kelompok instrumen, untuk memperoleh gambaran yang mendalam mengenai pembelajaran yang telah dilakukan, dan dilihat relevansinya terhadap peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial

anak. Sehingga dari proses wawancara dengan guru diperoleh gambaran yang kongkret untuk menyusun sebuah program pembelajaran, yang memiliki kontribusi yang positif terhadap kemampuan kuantitatif dan spasial anak. Adapun

gambaran lengkap mengenai teknik pengumpulan data tertuang pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kemampuan Kuantitatif dan Spasial Anak RA Kelompok B

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

1 Anak

Kemampuan kuantitatif sebelum mendapatkan perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Observasi

2 Anak

(22)

35

Ujang Hendra, 2015

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen dan dilakukan pengumpulan data. Sebelum menyusun instrumen penelitian, peneliti mengkaji terlebih dahulu varibel-variabel penelitian sesuai dengan definisi operasionalnya. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Sugiyono (2008, hlm. 149) yang menyatakan bahwa dari variabel-variabel penelitian diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Oleh karena itu dengan memperhatikan variabel-variabel penelitian yakni kemampuan kuantitatif dan spasial, peneliti menjabarkannya kedalam indikator yang akan diukur untuk selanjutnya dituangkan pada instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa lembar observasi dan panduan wawancara.

1. Lembar observasi

Menurut Indrawati, dkk (2007, hlm. 1) lembar observasi merupakan pedoman terperinci yang berisi langkah-langkah melakukan observasi, mulai dari

perumusan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan tingkah laku yang diobservasi, prosedur dan teknik perekaman, serta kriteria analisis dan interpretasi. Dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teori yang telah

dijabarkan, lembar observasi digunakan untuk melihat kemampuan kuantitatif dan spasial anak, yang ditunjukan oleh perilakunya dalam pembelajaran. Untuk mengamati tingkah laku yang diobservasi, maka kemampuan kuantitatif dan spasial anak dijabarkan kedalam indikator-indikator. Adapun pedoman kisi-kisi untuk kemampuan kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Kemampuan Kuantitatif

Variabel Indikator

Kemampuan kuantitatif

a. Anak mengenal lambang bilangan b. Anak dapat melakukan operasi hitung

penjumlahan sederhana

c. Anak dapat mengelompokan suatu objek berdasar ukuran

(23)

36

Ujang Hendra, 2015

Untuk pedoman kisi-kisi kemampuan spasial dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kemampuan Spasial

Variabel Indikator

Kemampuan spasial

a. Anak mengenali sifat dan karakteristik dari benda dua dan tiga dimensi

b. Anak dapat menentukan lokasi suatu objek

c. Anak dapat menentukan bentuk-bentuk yang simetri

d. Anak dapat menggunakan visualisasi untuk menciptakan gambaran mental dari bentuk geometris yang ada dilingkungan

a. Uji Validitas Intrumen observasi

Uji validitas yang termasuk dalam validitas empiris yang digunakan

pada penelitian ini adalah validitas butir observasi dengan menggunakan

korelasi item-total product moment. Rumus yang digunakan adalah korelasi

Product Moment Pearson (Arikunto, 2009, hlm. 72), rumusnya dinyatakan

sebagai berikut:

� = � ∑ − ∑ ∑

√ � ∑ − ∑ � ∑ − ∑

dengan,

� = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

� = jumlah peserta tes

= skor butir observasi

= total skor

Skor hasil uji coba observasi kemampuan kuantitatif dan spasial yang telah diperoleh, selanjutnya dihitung nilai korelasinya menggunakan Predictive Analytics software ( PASW Statistics 18). Hasil perhitungan nilai korelasi (� ) yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai kritis � ��

(24)

37

Ujang Hendra, 2015

validasi uji coba kemampuan kuantitatif dan spasial disajikan pada tabel 3.5 dan 3.6.

Selanjutnya, selain menggunakan kriteria pengujian validitas tersebut dalam menentukan dipakai atau tidaknya item observasi, peneliti juga mempertimbangkan klasifikasi koefisien validitas. Jika koefisien validitas item observasi tersebut rendah atau sangat rendah, maka item observasi tersebut tidak dipakai dalam penelitian. Klasifikasi derajat validitas menggunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003, hlm. 113). Dalam hal ini rxy diartikan sebagai koefisien validitas.

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Validitas Koefisien Validasi Keterangan

0,90 < rxy≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi (sangat baik)

0,70 < rxy≤ 0,90 Validitas Tinggi (baik)

0,40 < rxy≤ 0,70 Validitas Cukup (cukup)

0,20 < rxy≤ 0,40 Validitas Rendah (kurang)

0,00 < rxy≤ 0,20 Validitas Sangat rendah

rxy≤ 0,00 Tidak Valid

Hasil rekapitulasi uji validitas kemampuan kuantitatif dan spasial disajikan dalam Tabel 3.5 dan 3.6 berikut.

Tabel 3.5

Data Hasil Uji Validitas Butir Observasi Kemampuan kuantitatif

4 0,913 0,468 Valid Sangat Tinggi Dipakai

5 0,647 0,468 Valid Cukup Dipakai

6 0,907 0,468 Valid Sangat Tinggi Dipakai

7 0,879 0,468 Valid Tinggi Dipakai

(25)

38

Ujang Hendra, 2015

16 0,865 0,468 Valid Tinggi Dipakai 17 0,932 0,468 Valid Sangat Tinggi Dipakai 18 0,933 0,468 Valid Sangat Tinggi Dipakai 19 0,933 0,468 Valid Sangat Tinggi Dipakai

Tabel 3.6

Data Hasil Uji Validitas Butir Observasi Kemampuan Spasial

Tabel Kriteria Klasifikasi Kesimpulan 20 0,653 0,468 Valid Cukup Dipakai observasi layak untuk digunakan dalam mengukur kemampuan kuantitatif dan spasial.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

(26)

39

Ujang Hendra, 2015

diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu observasi maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil tersebut mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan observasi kembali, yakni jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, tempat yang beda pula, alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi.

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas perangkat observasi dipergunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut (Suherman, 2003, hlm. 154):

11

r = Reliabilitas tes secara keseluruhan n = Banyak butir observasi (item)

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan

kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003, hlm. 139). Dalam hal ini r11 diartikan sebagai koefisien reliabilitas.

(27)

40

Ujang Hendra, 2015

Tabel 3.8

Data Hasil Uji Reliabilitas Butir Observasi Kemampuan Kuantitatif dan Spasial Kemampuan rhitung Kriteria Kategori

Kuantitatif 0,771 Reliabel Tinggi

Spasial 0,760 Reliabel Tinggi

Total 0,757 Reliabel Tinggi

Hasil analisis menunjukkan bahwa butir observasi kemampuan kuantitatif dan spasial telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian, yaitu reliabel dengan kategori tinggi.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dibuat untuk menggali data-data mengenai

pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak. Wawancara dilakukan kepada guru untuk mendapat gambaran secara mendalam, mengenai berbagai komponen yang menunjang terhadap program pembelajaran yang berelevansi positif terhadap kemampuan kuantitatif dan spasial. Untuk memudahkan dan agar wawancara yang dilakukan efektif, maka peneliti menyusun kisi-kisi penggalian program yang tertuang pada tabel 3.9

Tabel 3.9

Kisi-kisi Penggalian Program

No Komponen Aspek yang digali

1 Lingkungan pembelajaran

1. Dukungan lingkungan bagi pembelajaran yang menyenangkan, nyaman, dan menarik bagi anak

2. Sitem penataan ruangan. 2 Sarana dan

prasarana

1. Sarana dan prasarana mendukung untuk peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial anak?

2. Ketersediaan media dan alat permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran

3 Proses

Pembelajaran

1. Bahan ajar untuk pengembangan kemampuan kuantitatif dan spasial.

2. Kondisi anak dalam pembelajaran. 3. Inovasi dalam pembelajaran. 4. Iklim belajar dalam kelas.

(28)

41

Ujang Hendra, 2015

6. Interaksi yang dilakukan guru dan anak dalam pembelajaran.

4 Hasil belajar 1. Peningkatan kemapuan kuantitatif dan spasial anak setelah mengikuti pembelajaran.

2. Hal lain yang berpengaruh terhadap

peningkatan kemapuan kuantitatif dan spasial anak.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua tahap, yatu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan kuantitatif, spasial dan pembelajaran dengan pendekatan Metaphorical Thinking.

b. Menyusun instrumen dan perangkat pembelajaran dengan pendekatan Metaphorical Thinking.

c. Melakukan validitas instrumen dengan dosen pembimbing dan pakar yang berkompeten.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan penelitian, yang dilakukan peneliti adalah: a. Memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak

b. Melaksanakan pretes berupa observasi terhadap kemampuan kuantitatif dan spasial anak. Pretes ini diberikan baik kepada kelompok eksperimen maupun kepada kelompok kontrol.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Metaphorical Thinking pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok

kontrol.

d. Memberikan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan kuantitatif dan spasial setelah mendapatkan perlakuan.

(29)

42

Ujang Hendra, 2015

G. Analisis Data

Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan software MS Excel 2007 dan Predictive Analytics software ( PASW Statistics 18) atau IBM SPSS versi 18.0. Data berupa hasil tes kemampuan kuantitatif dan spasial

anak dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu data normalized gain (N-Gain) dengan rumus sebagai berikut.

Gain ternormalisasi (g) = o � − o � �

o i a − o � � (Meltzer, 2002)

Sebagai patokan menginterprestasikan skor gain ternormalisasi (N-Gain) digunakan kriteria menurut Hake (1999) sebagai berikut.

Tabel 3.10

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi Skor N-gain Interpretasi

� > 0,70 0,30 < � ≤ 0,70

� ≤ 0,30

Tinggi Sedang Rendah

Setelah diperoleh gain ternormalisasi, selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan kuantitatif dan spasial antara kelas eksperimen dan kontrol.

1. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Peningkatan kemampuan penalaran kuantitatif anak yang dalam pembelajarannya menggunakan metaphorical thinking lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

(30)

43

Ujang Hendra, 2015

2. Uji Asumsi Statistik

Setelah didapatkan skor normalized gain, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji statistik. Sebelum dilakukan uji tersebut sebelumnya dilakukan uji asumsi statistik yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians.

a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data normalized gain dilakukan untuk mengetahui apakah data normalized gain kemampuan kuantitatif dan spasial anak berdistribusi noramal atau tidak. Perhitungan uji normalitas skor gain ternormalisasi dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov-z dengan bantuan Predictive Analyticssoftware ( PASW Statistics 18) atau IBMSPSS versi 18.0. Langkah perhitungan uji normalitas pada setiap data skor gain ternormalisasiadalah sebagai berikut.

1) Perumusan Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal 2) Dasar pengambilan keputusan

 Jika Asymp sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak  Jika Asymp sig > 0,05 maka H0 diterima

b) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians data normalized gain antara kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah varians data normalized gain kedua kelompok sama atau berbeda. Perhitungan uji homogenitas varians data gain ternormalisasi menggunakan uji statistik levene test dengan bantuan Predictive AnalyticsSoftware (PASW Statistics 18) atau IBMSPSS versi 18.0. Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas varians adalah sebagai berikut.

1) Permusan Hipotesis H0 : � = �

Varians gain ternormalisasi anak kedua kelas homogen H1 : � ≠ �

(31)

44

Ujang Hendra, 2015

Keterangan:

� : varians skor gain ternormalisasi kelas eksperimen

� : varians skor gain ternormalisasi kelas kontrol 2) Dasar Pengambilan Keputusan

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak  Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi statistik, langkah selanjutnya melakukan uji hipotesis. Perhitungan statistik dalam menguji hipotesis dilakukan dengan bantuan bantuan Predictive Analyticssoftware ( PASW Statistics 18) atau IBMSPSS versi 18.0. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguuji hipotesis adalah sebagai berikut.

a) Uji perbedaan dua rata-rata data pretest

Uji perbedaan dua rata-rata pretest dilakukan menggunakan uji t independen (independent sample t test). Langkah-langkah perhitungan melakukan uji perbedaan dua rata-rata skor pretest pada kedua kelompok adalah sebagai berikut.

1) Perumusan Hipotesis

H ∶ � = �

Rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda

H ∶ � ≠ �

Rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kontrol berbeda Keterangan:

� : Rata-rata skor pretest kelas eksperimen

� : Rata-rata skor pretest kelas kontrol 2) Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

(32)

45

Ujang Hendra, 2015

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak  Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel, maka kriterianya yaitu terima H0 jika – t 1- ½α < t hitung < t 1-

½α, dimana t 1- ½α didapat dari daftar tabel t, dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½α sedangkan untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

Perhitungan tersebut berlaku jika skor pretest berdistribusi normal dan

homogen. Jika skor pretest berdistribusi normal namun tidak homogen, maka perhitungannya menggunakan uji t’ atau dalam output SPSS yang diperhatikan adalah equal varians not assumed. Jika skor pretest tidak berdistribusi normal, maka perhitungan uji dua rata-rata menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Man-Whitney U.

b) Uji Perbedaan dua rata-rata gain

Dalam menguji hipotesis pertama dan kedua dilakukan uji perbedaan dua rata-rata gain dengan menggunakan uji t independen (independent sample t test). Langkah-langkah perhitungan melakukan uji perbedaan dua rata-rata skor pretest pada kedua kelompok. Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut.

(a) Perumusan Hipotesis

H0 : µ N-Gain. eksperimen = µ N-Gain. kontrol

Rata-rata peningkatan kemampuan kuantitatif atau spasial anak yang dalam pembelajarannya menggunakan metaphorical thinking sama dengan anak yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional

H1 : µ N-Gain. eksperimen > µ N-Gain. kontrol

(33)

46

Ujang Hendra, 2015

(b) Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai berikut.

 Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak  Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel, maka kriteriaya yaitu terima H0 jika – t 1- ½α < t hitung < t

1- ½α, dimana t 1- ½α didapat dari daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½α sedangkan untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

Perhitungan tersebut berlaku jika skor gain berdistribusi normal dan homogen. Jika skor pgain berdistribusi normal namun tidak homogen, maka perhitungannya menggunakan uji t’ atau dalam output SPSS yang diperhatikan adalah equal varians not assumed. Jika skor gain tidak berdistribusi normal, maka perhitungan uji dua rata-rata menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Man-Whitney U.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan metaphorical thinking dalam meningkatkan kemampuan kuantitatif dan spasial digunakan rumus effect size dari Cohen (dalam Thalheimer & Samantha, 2002) yaitu sebagai berikut.

� = �� − ncS

dengan

d = effect size cohen’s d S= Simpangan baku

nt = Rata-rata N-Gain Kelas Eksperimen

(34)

47

Ujang Hendra, 2015

Hasil perhitungan effect size diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi menurut Cohen (Becker, 2000) yaitu:

Tabel 3.11

Klasifikasi Effect Size (d)

Besar d Interpretasi

0,8 ≤ d ≤ 2,0 Besar

0,5 ≤ d < 0,8 Sedang

(35)

85

Ujang Hendra, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Becker, L. (2000). Effect Size (ES). [Online]. Tersedia: http://www. bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/EffectSizeBecker.pdf. [29 Mei 2013]

Borg, W. R. dan Gall, M.D. (1989). Educational Research. New York: Longman.

Burman, Erica. (2008). Deconstructing Developmental Psychology Second Edition. New York: Routledge.

Carreira, S. (2001). Where There’s a Model, There’s a Metaphor: Metaphorical thinking in Student’s Understanding of a Mathematical Model. Journal of International Mathematical Thinking and Learning. 3(4), 261-287.

Casey, Beth. (2013). Scaffolding Young Math Learners to Be Effective Spatial Problem Solvers. [Online]. Tersedia: http://www. successfulstemeducation.org/.../scaffolding-young-math-learners-be-effeect. . [20 April 2015].

Clausen-May, Tandi & Smith, Pauline. 1998. Spatial Ability: Handbook for Teachers. London: NFER

Copley, V Juanita. 2000. Young Child and Mathematics. Washington: NAECY

Copple, Carol & Bredekamp, Sue. 2009. Developmentaly Apropriate Practice in Early Childhood Program. Washington: National Association For The Education of Young Children

Creswell, W. John. (2008). Educational Research: Planing, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Education

Cross, T Christopher, dkk. 2009. Mathematics Learning in Early Childhood : Paths Toward Excellence and Equity. Washington, D.C: The National Academies Press

(36)

86

Ujang Hendra, 2015

Dirjen PAUDNI. 2013. Ada apa dengan Pendidikan Usia Dini Indonesia. Tersedia di http://paud.kemdikbud.go.id/article. diakses pada tanggal 28 Februari 2014.

Dooley, Therese dkk. (2014). Mathematics in Early Childhood and Primary Education (3-8 years). Dublin: National Council for Curriculum and Assessment.

Douglas, dkk. (2014). Background Research on Early Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.du.edu/marsicoinstitute /.../ dc_background_research_early_math.pdf. [20 April 2015].

EYLF (2011). “Early Years Learning Framework:Being Numerate”. EYLF Journal. 22, (2), 1-3.

Hake, R.R. (1999). Analyzing change/gain scores. [ � �] Tersedia:http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [ �� � �� 4].

Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik, dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Indrawati, dkk. (2007). Handout Mata Kuliah Psikodiagnostik (Observasi). Handout Jurusan Psikologi FIP UPI: Tidak diterbitkan

Kilic, C. (2010). Belgian and Turkish Pre-Service Primary School Mathematics Teachers’ Metaphorical Thinking about Mathematics. Turkey: Education Faculty, Mersin University

Lakoff, George dan Johnson, Mark. (1980). Metaphor We Live By. The University Of Chicago Press. Chicago and London.

Lestari, Dwi Ayu. (2014) Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini Dengan Menggunakan Media Buku Bantal. [Online]. Tersedia: http://www. repository.unib.ac.id/8635. [20 April 2015].

(37)

87

Ujang Hendra, 2015

Lutri, Nani. (2012). Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Lempar Susun Dadu. [Online]. Tersedia : http://www. ejournal.unp.ac.id/ index.php/paud/article/view/1592. [20 April 2015].

Maerina, Mona. (2014). Studi Kemampuan Berhitung Anak TK Kelompok B. [Online]. Tersedia: http://www. eprints.uny.ac.id/13183. [20 April 2015].

Mc Crink, Koleen & Opfer, John E. (2014). Spatial-Numerical Development. Journal of International Psychological Science. Vol. 23(6) 439 –445.

Meltzer, D. E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible "Hidden Variable" in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1268.

Morrison. S. George. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini: Edisi Kelima. Jakrata: PT. Indeks

Nilawati. 2012. Leg Puzzle Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak TK. Skripsi Prodi Paud UPI: Tidak diterbitkan

Nunez, Rafael E. (2000). Mathematical Idea Analysis:What Embodied Cognitive Science Can Say About The Human Nature Of Mathematics. University of Freiburg and University of California at Berkeley

Pfeifer, Rolf., & Holenstein, Elmar. (2002). Primary Metaphor and Complex Metaphor. [ � �] Tersedia: http://www.Nlabhart @bigfoot.com. [ �� � �� 4].

Piaget, J., & Inhelder, B. (1967). The child's conception of space. London: Humanities Press

Purwanti, Vitri. (2013). Peningkatan Kemampuan Berhitug Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak TK Kelompok B. [Online]. Tersedia: http://www.lib.unnes.ac.id/17240/1/1601408051.pdf. [20 April 2015].

(38)

88

Ujang Hendra, 2015

Santi, Yulia (2011). Belajar dengan Menggunakan Media Balok dalam Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini. Tesis Program Pasca Sarjana UNES: Tidak diterbitkan

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak. Jakata: Erlangga.

Sarama, Juli & Douglas, Clement. (2009). Early Childhood Mathematics Education Research. New York: Routledge.

Stephens, Max .2009. Numeracy in practice: teaching, learning and using mathematics. Victoria: Department of Education and Early Childhood Development

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Sundayana, R.(2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Thalheimer, A & Samantha, C. (2002). How to calculate effect size from published research: a simplified methodology. Jurnal work-learning research.[Online].Tersedia: http://www.bwgriffin.com/ gsu/courses/edur9131/content/EffectSize pdf5.pdf.[5 Januari 2014]

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Van Nes, Fenna & De Lange, Jan. (2007). Mathematics Education and Neurosciences Relating Spatial Structtures to The Development of Spatial Sense and Number Sense. [Online]. Tersedia: http:// www.math.umt.edu/tmme/.../

tmmevol4no2_pp.210_229_netherlands.pdf. [20 April 2015]

Venn, C. and Walkerdine, V. (1978) `The acquisition and production of knowledge: Piaget's theory reconsidered', Ideology and Consciousness. [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/ books?isbn=1134157401. [20 April 2015].

(39)

89

Ujang Hendra, 2015

Wahab, A. (1995). Isu Linguistik: Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga Universitas Press

Gambar

Tabel 4.10
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kemampuan Kuantitatif
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kemampuan Spasial
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Imam Musbikin (2010: 35-36) pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

฀฀Pendidikan฀ ank฀ usia฀ dini฀ (PAUD)฀ adalah฀ jenjang฀ pendidikan฀ dasar฀ yang฀ merupakan฀ suatu฀ upaya฀ pembinaan฀ yang฀ ditujukan฀ bagi฀ anak฀

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian