• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Didaktis Untuk Mengatasi Learning Obstacle Topik Persamaan Linear Satu Variabel.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Didaktis Untuk Mengatasi Learning Obstacle Topik Persamaan Linear Satu Variabel."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SD PADA MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA

Oleh

Nurhalimah

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan teknik probing promting untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa SD pada materi bangun ruang sederhana. penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekurangpahaman guru terhadap teknik pembelajaran matematika. Proses pembelajaran konvensional tanpa melibatkan siswa berpartisipasi aktif dalam berfikir. Akibatnya pemahaman matematis sangat rendah. Salahsatu teknik pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa adalah teknik probing promting. Dengan menerapkan teknik ini diharapkan siswa dapat mengkontruksi pengetahuan sendiri dengan serangkaian pertanyaan dari pendidik yang bersifat menuntun dan menggali sehingga dapat menngkatkan pemahaman matematis siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD pada materi bangun ruang sederhana. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap sesuai dengan model daur siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggart yang dimulai dengan perencanaan (planning), kemudian pelaksanaan (acting), observasi (observasing) dan refleksi (reflecting). Tahap ini dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat pada siklus pertama 65% menjadi 85% pada siklus kedua. Rerata nilai meningkat pada siklus pertama 68,92 menjadi 88,57 dengan indeks gain sebesar 0,71 dengan interpretasi tinggi. Dengan demikian pemahaman matematis siswa SD pada materi bangun ruang sederhana meningkat setelah menerapkan teknik probing promting.

Kata Kunci: Teknik Probing Promting, Peningkatan Pemahaman Matematis

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar yang melatarbelakangi perkembangan

Ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika ini lebih kepada tentang pola awal

yang akan menentukan perkembangan pola selanjutnya. Perkembangan ini

melalui simbol-simbol, representasi, dan kajian satu objek yang masuk akal. Oleh

karena itu matematika berisi kumpulan konsep dan operasi perhitungan.

Kompetensi yang dituntut dari mata pelajaran ini adalah terus mengalami

penyempurnaan seiring dengan perkembangan kurikulum. Berdasarkan BNSP

pada KTSP (2006) dan kurikulum 2013 mencantumkan tujuan pembelajaran

matematika sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh, 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5)

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Ujung tombak dari realisasi pembelajaran untuk mencapai tujuan

kurikulum tersebut adalah pendidik. Di sisi lain pendidik harus mampu

menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

peserta didik sehingga dicapai satu efektivitas pembelajaran. Ketercapaian ini

dapat dianalisis dari hasil evaluasi/penilaian pembelajaran. Hal ini yang dijelaskan

oleh Sudjana (1990) bahwa penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui

(4)

Permasalahan yang terjadi di lapangan khususnya di kelas IV bahwa

pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang masih kurang. Hal ini terlihat

dari observasi awal yang dilakukan pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sekolah, didapatkan data nilai matematika siswa 30% yang mencapai nilai KKM,

selebihnya belum mencapai KKM. Nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya 53.57,

padahal KKM untuk mata pelajaran matematika sebesar 70. Berdasarkan test

formatif yang diberikan ini, ternyata hanya mencakup indikator pemahaman

matematis menyatakan konsep dan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan

konsep. Siswa masih kebingungan dalam membedakan bidang sisi, rusuk dan titik

sudut. Belum lagi jika tes formatif yang diberikan mencakup tes pemahaman

matematis yang levelnya lebih tinggi lagi yakni mengaitkan berbagai konsep yang

relevan.

Hal ini disebabkan oleh kekurangpahaman guru terhadap teknik

pembelajaran matematika. Dalam mengajar guru langsung memberikan informasi

pada siswa tentang sifat-sifat bangun ruang. Siswa hanya mendengar dan

mencatat. Kalau siswa hanya mendengarkan terus menerus, maka siswa akan

mengantuk dan bosan, lama kelamaan perhatian mereka menurun. Dalam proses

tanya jawab, pertanyaan yang diajukan guru hanya sebatas jawaban yang dangkal

seperti halnya jawaban ya, tidak atau jawaban benar-salah tanpa adanya usaha

guru untuk membawa siswanya menjelaskan lebih jauh tentang jawaban mereka.

Kemudian ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, lalu dihadapkan

pada siswa yang salah menjawab atau diam saja, guru langsung berpindah pada

siswa lain. Hal ini berakibat siswa merasa diabaikan dan kecil hati serta

kurangnya partisipasi siswa dalam berpikir.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya pemilihan dan

pelaksanaan teknik pembelajaran yang tepat oleh guru agar membantu siswa

dalam meningkatkan pemahaman matematis. Peneliti akan menerapkan suatu

teknik pembelajaran yang dikenal dengan teknik probing promting . Teknik ini

erat kaitannya dengan strategi questioning (bertanya) yang sangat efektif

meningkatkan partisipasi siswa untuk aktif berpikir sehingga meningkatnya

pemahaman siswa. Guru memberikan serangkain pertanyaan yang sifatnya

(5)

pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang telah didapat dan sedang

dialaminya. Hal ini sejalan dengan teori kontruktivisme, bahwa dalam proses

pembelajaran siswa dituntun untuk mengkontrusi pengetahuan bukan menerima

pengetahuan. Guru harus mengubah peranannya, tidak lagi sebagai pemegang

otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasilitator yang

membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri.

(Hendriana dan Sumarmo, 2014, hlm. 8)

Dengan alasan tersebut, maka peneliti akan melaksanakan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Penerapan Teknik Probing Promting untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa SD pada Materi Bangun Ruang

Sederhana”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, secara umum permasalahan yang diteliti

adalah “Bagaimanakah penerapan teknik probing promting untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa SD pada materi bangun ruang sederhana?”. Masalah

tersebut dapat dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu

sebagai berikut:

1 Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik probing

promting pada materi bangun ruang sederhana?

2 Bagaimanakah peningkatan pemahaman matematis siswa SD dengan

menerapkan teknik probing promting pada materi bangun ruang sederhana?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian

ini adalah mengetahui penerapan teknik probing promting untuk meningkatkan

pemahaman matematis siswa SD pada materi bangun ruang sederhana. Kemudian

tujuan khusus penelitian ini:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik

(6)

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SD

dengan menerapkan teknik probing promting pada materi bangun ruang

sederhana.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberika manfaat diantaranya sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi

mengenai teknik pembelajaran yang dapat diterapkan dalam upaya

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa

Meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika dengan

teknik pembelajaran yang mendorong siswa berpikir aktif.

b. Bagi guru

Diharapkan dapat memudahkan guru dalam penerapan teknik

pembelajaran yang efektif dan upaya untuk meningkatkan profesionalisme.

c. Bagi sekolah

Menjadi alternatif bagi sekolah dalam upaya perbaikan proses

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

(Arikunto, 2008, hlm. 3). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk

memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu

pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara pendidik

dengan siswa yang sedang belajar” ( Suhardhono, 2008, hlm. 60). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Penelitian tindakan kelas ( PTK) merupakan suatu penelitian

tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Secara umum terdapat empat

tahapan dalam penelitian tindakan kelas yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,

(3) pengamatan dan (4) refleksi.

B. Desain Penelitian

Didalam penelitian ini model penelitian yang digunakan yaitu model daur

siklus yang dikembangkan oleh kemmis dan Mc Teggart. Model ini merupakan

pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Dalam

penelitian tindakan kelas ini setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu

perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observasing), refleksi

(8)

Gambar 3.1 Alur penelitian Tindakan Kelas diadaptasi dari Model Kemmis dan

Mc. Taggart

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang berstatus negeri.

Sekolah ini berada kecamatan coblong kota Bandung. Secara geografis letak

sekolah ini berada di tengah-tengah kota sehingga memudahkan siswa dalam hal

transportasi. Hubungan dengan masyarakat sekitar dan orang tua siswa terjalin

dengan sangat baik. Tenaga pendidik dan Kependidikan memenuhi sebagian

besar berpendidikan minimal S1/Akta IV. Adapun jumlah seluruh siswa di

sekolah ini sebanyak 305 siswa dengan jumlah 12 rombel/kelas.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV

dengan banyaknya siswa sebanyak 27 orang. Terdiri dari 16 siswa laki-laki

dan 11 siswa perempuan.

E. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sekitar bulan april-mei di kelas IV SD Semester 2

(9)

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai selama pembelajaran

berlangsung. Instrumen pembelajaran yang digunakan terdiri dari:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP):

b. Lembar kerja Siswa (LKS): digunakan untuk memfasilitasi siswa yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali

pengetahuan dari siswa

2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian

Data yang diperoleh Instrumen ini adalah tentang pembelajaran sifat-sifat

bangun ruang sederhana dengan penerapan teknik probing promting. Instrumen

pengumpulan data yang digunakan terdiri dari:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai alat untuk mengukur unjuk kerja siswa

dan guru yang dilaksanakan melalui pengamatan pada kegiatan pembelajaran

dengan penerapan teknik probing promting.

b. Lembar Tes

Lembar tes yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tes pemahaman

matematis yang berbentuk uraian. Soal tes dalam lembar tes ini

dikembangkan dari indikator pemahaman matematis yang diukur pada

penelitian.

c. Lembar Dokumentasi

Dokumen dalam penelitian ini yaitu: LKS, hasil tes pemahaman matematis

siswa dan foto tentang situasi dalam proses pembelajaran.

G. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas

empat tahap yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau

observasi dan refleksi.

(10)

1) Menyusun instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan teknik probing promting

2) Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi, dan

lembar test/evaluasi.

4) Melakukan konsultasi instrumen dengan dosen pembimbing.

5) Mempersiapkan media untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat dengan menerapkan teknik probing promting. Secara garis besar

pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Tahapan

Teknik probing prompting dilaksanakan dengan bantuan Lembar Kerja

Siswa(LKS). Di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan atau informasi untuk

membentuk konsep. Setelah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari,

setiap siswa mendapatkan LKS. Dalam pengerjaan LKS siswa diberikan

kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Di akhir pelaksanaan

pembelajaran, pendidik memberikan test secara tertulis untuk mengevaluasi

pemahaman matematis siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang telah disediakan.

2) Melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi bangun ruang kubus

d. Tahap Refleksi

1) Menganalisis data yang sudah diperoleh.

2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil analisis untuk digunakan

pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Menyusun instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

(11)

2) Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi, dan

lembar evaluasi.

4) Melakukan konsultasi instrumen dengan dosen pembimbing.

5) Mempersiapkan media untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat dengan menerapkan teknik probing promting. Secara garis besar

pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Tahapan

Teknik probing prompting dilaksanakan dengan bantuan Lembar Kerja Siswa

(LKS). Di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari pertanyaan-pertanyaan

yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan atau informasi untuk membentuk

konsep. Setelah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, setiap siswa

mendapatkan LKS. Dalam pengerjaan LKS siswa diberikan kesempatan untuk

berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Di akhir pelaksanaan pembelajaran,

pendidik memberikan test secara tertulis untuk mengevaluasi pemahaman

matematis siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang telah disediakan.

2) Melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswaterhadap

materi balok.

d. Tahap Refleksi

1) Menganalisis data yang sudah diperoleh.

2) Membuat kesimpulan

H. Pengolahan Data

1. Analisis data Kualitatif

Dalam pengolahan data kualitatif, digunakan analisis data deskriptif

berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan

(12)

2. Analisis data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes peningkatan pemahaman

matematis pada siswa dalam pembelajaran metamatika disetiap siklus.

a. Perhitungan kemampuan pemahaman konsep matematis

Kriteria penskoran untuk jawaban lembar tes kemampuan

pemahaman matematis berpedoman pada Focused Holistic Scoring

Point Scale yang dikemukakan oleh Charles Randall dkk (1987)

dalam buku yang berjudul “How to Evaluate Progress in Problem Solving” yang kemudian diadaptasi sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Kriteria penskoran untuk tes ini dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Skor Kriteria Penskoran

0 Tidak ada jawaban

1 Salah memahami dan menerapkan konsep

2 Hanya sedikit memahami konsep atau jawaban hanya

mengandung sedikit unsur yang benar dan siswatidak

menyelesaikan jawaban

3 Memahami konsep kurang lengkap atau menerapkannya

secara tepat atau memberi contoh dari konsep kurang

lengkap

4 Memahami konsep hampir lengkap atau menerapkannya

secara tepat atau memberi contoh dari konsep hampir

lengkap

5 Memahami konsep dengan lengkap atau menerapkannya

secara tepat atau memberi contoh dari konsep dengan

(13)

b. Menghitung nilai rata-rata kelas

(Arikunto, 2009, hlm. 264)

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

= Total nilai yang diperoleh peserta didik N = Jumlah semua peserta didik.

c. Menghitung peningkatan kemampuan pemahaman matematis:

(Hake, 1999)

Keterangan :

< g > = Skor gain ternormalisasi

= Siklus I = Siklus II

= Skor maksimum ideal

Tabel 3.2 Interprestasi Gain Ternormalisasi

Nilai <g> Interpretasi

0,71-1,00 Tinggi

0,31-0,70 Sedang

<0,30 Rendah

X

=

� �

Gambar

Gambar 3.1 Alur penelitian Tindakan Kelas diadaptasi dari Model Kemmis dan
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Referensi

Dokumen terkait

Improving Students’ Reading Comprehension through the Scanning Technique.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu CHAPTER

Simpati Taxi dalam mempertahankan maupun mengembangkan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hubungan antara program tayangan 86 di Net Tv terhadap citra polisi di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi

[r]

[r]

[r]

Dari hasil observasi dan perhitungan dengan menggunakan analisa sistem antrian, dapat diambil kesimpulan bahwa waktu Nasabah menunggu adalah 12 Menit.Hal ini terjadi bukan

Pada akhir perancangan akan di hasilkan suatu perancangan motor induksi satu fasa, dengan hasil keluaran berupa nilai – nilai dari desain stator, desain rotor, dan