• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MASERAT DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.) DAN LAMANYA PERAWATAN PASCA PERLAKUAN TERHADAP KUALITAS SPERMA MENCIT (MUS MUSCULUS L.) GALUR SWISS WEBSTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MASERAT DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.) DAN LAMANYA PERAWATAN PASCA PERLAKUAN TERHADAP KUALITAS SPERMA MENCIT (MUS MUSCULUS L.) GALUR SWISS WEBSTER."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MASERAT DAUN JATI BELANDA (Guazuma

ulmifolia Lamk.) DAN LAMANYA PERAWATAN PASCA PERLAKUAN TERHADAP KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.) GALUR

SWISS WEBSTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

RIKI AHMAD TAUFIK

0806560

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN MASERAT DAUN JATI BELANDA (Guazuma

ulmifolia Lamk.) DAN LAMANYA PERAWATAN PASCA PERLAKUAN TERHADAP KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.) GALUR

SWISS WEBSTER

Oleh

Riki Ahmad Taufik 0806560

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Saefudin M.Si NIP. 196307011988031003

Pembimbing II

Soesy Asiah Soesilawaty, Dra., M. Si. NIP. 195904011983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(3)

PENGARUH PEMBERIAN MASERAT DAUN JATI BELANDA (Guazuma

ulmifolia Lamk.) DAN LAMANYA PERAWATAN PASCA PERLAKUAN TERHADAP KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.) GALUR

SWISS WEBSTER

Oleh:

RIKI AHMAD TAUFIK

0806560

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

© Riki Ahmad Taufik 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Maserat Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia lamk.) dan Lamanya Perawatan Pasca Perlakuan Terhadap Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus l.) Galur Swiss Webster ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

(5)

Pengaruh Pemberian Maserat Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia lamk.)

Dan Lamanya Perawatan Pasca Perlakuan Terhadap Kualitas Sperma

Mencit (Mus musculus l.) Galur Swiss Webster

ABSTRAK

Penelitian mengenai pengaruh pemberian maserat daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia lamk.) dan lamanya perawatan pasca perlakuan terhadap kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian maserat daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan lamanya perawatan pasca perlakuan dalam mempengaruhi kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss Webster, Terdiri dari konsentrasi sperma (x105/ml suspensi semen), motilitas sperma (%), kecepatan sperma (µm/detik) dan abnormalitas sperma (%). Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat kali pengulangan dan enam dosis perlakuan (0,00 g/BB/hari; 0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari), waktu perawatan yang digunakan setelah perlakuan berkahir adalah Nol hari, Tujuh hari, dan 14 hari. Mencit jantan usia 8-12 minggu diberi perlakuan maserat daun Jati Belanda dengan cara gavage selama 14 hari. Pada hari ke-15, hari ke-21, dan hari ke-28 mencit dimatikan dengan cara dislokasi leher kemudian dipisahkan alat reproduksinya untuk mengamati sperma dalam semen dari kauda epididimis. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan konsentrasi sperma mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu penghentian perlakuan, pada dosis 0,05 g/BB/hari dalam jangka waktu tujuh dan 14 hari penghentikan menunjukan nilai konsentrasi yang sudah tidak berbeda nyata dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di simpulkan bahwa dampak pemberian maserat daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dalam mempengaruhi kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss webster tidak bersifat permanen ini ditunjukan dengan; meningkatnya jumlah sperma, menurunya persentase abnormalitas dan meningkatnya kecepatan sperma seiring dengan bertambahnya waktu penghentian setelah perlakuan berakhir, namun spermatogenesis normal setelah pembentukan perlakuan dihentikan dibutuhkan waktu yang lebih lama dari 14 hari.

(6)

Effect of leaf maserat Bastard caddar (Guazuma ulmifolia lamk.) and

duration care post-treatmen on sperm quality of mice (mus musculus L.)

swiss webster strains

ABSTRACT

Research on the effect of leaf maserat bastard caddar (Guazuma ulmifolia Lamk) and duration care post-treatmen on sperm quality of mice (Mus musculus L.) swiss webster strain has done. The porpuse of this study was to analyze the effect of giving the bastard caddar leaf maserat and duration care post-treatmen on mice sperm quality. Include sperm concentration (x105/ml cemen suspension), sperm motility (%), sperm velocity (µm/sec) and sperm abnormalities (%). Complete random draft (CRD) with four replication and six doses treatment, (0,00 g/BW/day; 0,05 g/BW/day; 0,10 g/BW/day; 0,15 g/BW/day; 0,20 g/BW/day; 0,25 g/BW/day) time of care use after treatment ends is zero day, seven day, and 14 days. Three months old male mice were subjected to the bastard caddar leaf extract by gavafe for 14 days. On day 15, day 21, and day 28 mice were swithched off by neck dislocation, then the reproductive organs separated to observe sperm in the semen from cauda epididymis. Of the research that has been conducted shows sperm concentration, increased with increasing curing times after the treatment stopped. On the dose 0,05 g/BW/day within seven days and 14 days of cessation of treatment showed concentration values that are not significantly different from the control group. Based on the results of these studies concluded that the impact of giving leaves of bastard caddar maserat (Guazuma ulmifolia lamk) affects sperm quality in mice (mus musculus L.) strain swiss webster not permanent, this is the show with the rise in the number of sperm, the decline in the parentage of abnormalitas, and increasing the speed of sperm in the treatment group with increasing time after the cessation of treatment ended, but normal spermatogenesis after treatment was discontinued formation takes longer than 14 days.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan ... 4

E. Manfaat ... 5

F. Asumsi... 5

G. Hipotesis... 5

BAB II TUMBUHAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia A. Deskripsi Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)... 6

1. Taksonomi Tumbuhan Jati Belanda Guazuma ulmifolia

Lamk.)………..

2. Asal dan Daerah Tumbuh Tumbuhan Jati Belanda Guazuma ulmifolia Lamk.)……….

3. Morfologi Tumbuhan Jati Belanda Guazuma ulmifolia

Lamk.) ……….

4. Kandungan Kimia Tumbuhan Jati Belanda Guazuma ulmifolia Lamk.)………..

6

7

8

(8)

5. Manfaat Tumbuhan Jati Belanda Guazuma ulmifolia

Lamk.)……….. 17

C. Keadaan Umum Hewan Uji Mencit (Mus musculus L.)…... 21

1. Asal Usul dan Taksonomi Mencit (Mus musculus L.) .... 2. Morfologi Mencit (Mus musculus L.)……….. 3. Anatomi Mencit (Mus musculus L.)……….... 4. Fisiologi Mencit (Mus musculus L.)……… 18 19 19 20 D. Sistem Reproduksi Mencit Jantan... 21

1. Organ Reproduksi Mencit Jantan………. 2. Spermatogenesis………... 3. Kontrol Hormonal Pada Testes……… 22 24 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27

B. Rancangan Penelitian... 27

C. Populasi dan Sampel... 30

D. Waktu dan Lokasi Penelitian... 30

E. Alat dan Bahan ... 30

F. Prosedur Penelitian... 31

1. Tahap Persiapan ... 31

2. Tahap Penelitian... 32

a. Aklimatisasi Mencit... 32

b. Penentuan Dosis... 33

c. Pemberian Maserat daun Jati Belanda... 33

d. Penghitungan Konsentrasi Sperma... 33

e. Pengamatan Motilitas Sperma... 35

f. Pengamatan Kecepatan Sperma... 35

g. Pengamatan Abnormalitas Sperma... 36 G. Analisis Data...

H. Alur Penelitian...

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 38

1. Konsentrasi Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda... 38

2. Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda... 43

3. Persentase Motilitas Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda... 49

4. Persentase Kecepatan Mencit Setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda... 55

B. Pembahasan... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67

LAMPIRAN... 74

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai-nilai fisiologi Mus musculus L... 20 3.1 Peta Kandang berdasarkan Hasil Pengocokan... 28 4.1 Konsentrasi Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat

Daun Jati Belanda selama 14 hari... 59 4.2 Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah

Pemberian Maserat Daun Jati Belanda selama 14

hari... 62 4.3 Persentase Motilitas Sperma Mencit setelah Pemberian

Maserat Daun Jati Belanda selama 14

hari... 63 4.4 Rata-rata Kecepatan Sperma Motil Kriteria A (Bergerak

Maju) setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda

selama 14 hari... 63 4.5 Rata-rata Kecepatan Sperma Motil Kriteria B (Bergerak

Di tempat) setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pohon dan Daun Jati Belanda... 7

2.2 Batang Guazuma ulmifolia Lamk... 8

2.3 Bunga Guazuma ulmifolia Lamk………... 9

2.4 Biji Guazuma ulmifolia Lamk……… 9

2.5 Buah Guazuma ulmifolia Lamk... 10

2.6 Penampang daun Guazuma ulmifolia Lamk……….. 11

2.7 Struktur Kimia Alkaloid………. 12

2.8 Jenis Alkaloid yang Dihasilkan Tumbuhan………... 13

2.9 Struktur Orlistat... 14

2.10 Struktur Molekul Triterpenoid………... 15

2.11 Jenis Flavonoid pada Tumbuhan... 16

2.12 Mus musculus L... 19

2.13 Perbedaan Kelamin Luar Mencit……… 22

2.14 Organ Reproduksi Mencit……….. 23

2.15 Proses Spermatogenesis………. 24

2.16 Kontrol Hormonal……….. 26

3.1 Improved Nebauer……….. 34

3.2 Original Nebauer………... 35

3.3 Alur Penelitian……… 37

4.1 Histogram Rata-rata Konsentrasi Sperma Mencit Setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Nol Hari Perawatan………... 39

4.2 Histogram Rata-rata Konsentrasi Sperma Mencit Setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Tujuh Hari Perawatan……….. 40

4.3 Histogram Rata-rata Konsentrasi Sperma Mencit Setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda 14 Hari Perawatan………... 41

(12)

Gambar Halaman

4.5

Histogram Rata-rata Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada

Perawatan Nol Hari………... 44

4.6

Histogram Rata-rata Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada

Perawatan Tujuh Hari………... 45

4.7

Histogram Rata-rata Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada

Perawatan 14 Hari... 46 4.8

Histogram Rata-rata Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Maserat Daun Jati Belanda

Semua Kelompok Perawatan………... 47 4.9 Sperma yang Mengalami Abnormalitas Sekunder

Perbesaran 400 x... 49 4.10

Grafik Batang Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria A (bergerak maju) dan Motilitas Sperma Mencit Kriteria B (bergerak di tempat) setelah Pemberian Maserat Daun Jati

Belanda pada nol hari perawatan... 50 4.11

Grafik Batang Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria A (bergerak maju) dan Motilitas Sperma Mencit Kriteria B (bergerak di tempat) setelah Pemberian Maserat Daun Jati

Belanda pada Tujuh hari perawatan... 51 4.12

Grafik Batang Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria A (bergerak maju) dan Motilitas Sperma Mencit Kriteria B (bergerak di tempat) setelah Pemberian Maserat Daun Jati

Belanda pada 14 hari perawatan... 52 4.13 Grafik Batang Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria

A (bergerak maju) pada semua kelompok perawatan...……. 54 4.14 Grafik Batang Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria

B (bergerak maju) pada semua kelompok perawatan .…….. 54 4.15 Histogram Kecepatan Gerak Sperma Mencit setelah

Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada Nol Hari

Perawatan... 55 5.16 Histogram Kecepatan Gerak Sperma Mencit setelah

Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada Tujuh Hari

Perawatan... 50 4.17 Histogram Kecepatan Gerak Sperma Mencit setelah

Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada 14 Hari

(13)

Gambar Halaman 4.18 Histogram Kecepatan Gerak Sperma Mencit setelah

Pemberian Maserat Daun Jati Belanda Pada Semua

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data Konsentrasi Jumlah Sperma Mencit setelah

Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda... 74 A. Data Konsentrasi Jumlah Sperma Mencit setelah

Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada

Nol Hari Perawatan…... B. Data Konsentrasi Jumlah Sperma Mencit setelah

Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada Tujuh Hari Perawatan…... C. Data Konsentrasi Jumlah Sperma Mencit setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada

14 hari perawatan…...

74

75

76 2 Data Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah

Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda... 77 A. Data Persentase Abnormalitas Sperma Mencit

setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda Pada Nol Hari Perawatan... B. Data Persentase Abnormalitas Sperma Mencit

setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda Pada Tujuh Hari Perawatan... C. Data Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda Pada 14 Hari Perawatan...

77

78

79 3 Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat

Daun Jati Belanda... 80 A. Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada nol hari perwatan... B. Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 7 hari perwatan... C. Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 14 hari perwatan...

80

81

(15)

Lampiran Halaman 4 Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak Di

Tempat (Kriteria B) setelah Diberi Perlakuan Maserat

Daun Jati Belanda... 83 A. Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada nol hari perwatan... B. Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 7 hari perwatan... C. Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 14 hari perwatan...

83

84

85 5 Data Kecepatan Sperma Mencit Bergerak Maju

(Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun

Jati Belanda... 83 A. Data Kecepatan Sperma Mencit Bergerak Maju

(Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda Pada Nol Hari Perawatan... B. Data Kecepatan Sperma Mencit Bergerak Maju

(Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda Pada Tujuh Hari Perawatan... C. Data Kecepatan Sperma Mencit Bergerak Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 14 hari perwatan...

86

87

88 6 Uji Statistika Hasil Pengamatan Konsentrasi Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Nol hari Perawatan dengan

Software SPSS 17 for Windows……….. 89 7 Uji Statistika Hasil Pengamatan Konsentrasi Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Tujuh Hari Perawatan

dengan Software SPSS 17 for Windows………. 91 8 Uji Statistika Hasil Pengamatan Konsentrasi Sperma

Mencit (Mus musculus L.) 14 hari perawatan dengan

Software SPSS 17 for Windows……….. 93 9 Uji Statistika Two-Way (ANOVA) Konsentrasi

(16)

Lampiran Halaman 10 Uji Statistika Perbandingan berganda (Tukey HSD)

Konsentrasi Sperma Mencit (Mus musculus L.)

Dengan Software SPSS 17 for Windows………. 96 11 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase

Abnormalitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Nol Hari Perawatan dengan Software SPSS 17 for

Windows……...……… 97 12 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase

Abnormalitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Tujuh Hari Perawatan dengan Software SPSS 17 for

Windows……...……….. 99 13 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase

Abnormalitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Empat Belas Hari Perawatan dengan Software SPSS 17

for Windows……...……… 101 14 Uji Perbedaan Two-Way (ANOVA) Konsentrasi

Sperma Mencit (Mus musculus L.) dengan Sofware

SPSS 17 For Windows……… 103 15 Uji Tukey HSD Persentase Abnormalitas Sperma

mencit (Mus musculus L.) dengan Sofware SPSS 17

For windows...……….. 104 16 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase Jumlah

Sperma Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju

dengan Software SPSS 17 for Windows………....……. 105 17 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase Jumlah

Sperma Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju

dengan Software SPSS 17 for Windows………....……. 107 18 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase Jumlah

Sperma Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju

dengan Software SPSS 17 for Windows………....……. 109 19 Uji Perbedaan Two-Way (ANOVA) Persentase Jumlah

Sperma Mencit (Mus musculus L.) bergerak maju

dengan Sofware SPSS 17 For Windows………. 111 20 Uji Statistika Jumlah Sperma Mencit (Mus musculus

(17)

Lampiran Halaman 21 Uji Statistika Hasil Pengamatan Jumlah Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Di Tempat Tujuh Hari Perawatan dengan Software SPSS 17 for

Windows... 114 22 Uji Statistika Hasil Pengamatan Jumlah Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Di Tempat 14 hari

Perawatan dengan Software SPSS 17 for Windows... 116 23 Uji Perbedaan Two-way (ANOVA) Konsentrasi

Sperma Motilitas A Mencit (Mus musculus L.) dengan

Sofware SPSS 17 for windows………... 118 24 Uji Statistika Hasil Pengamatan Kecepatan Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju pada Nol Hari Perawatan dengan Software SPSS 17 for

Windows... 119 25 Uji Statistika Hasil Pengamatan Kecepatan Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju pada Tujuh Hari Perawatan dengan Software SPSS 17 for

Windows... 121 26 Uji Statistika Hasil Pengamatan Kecepatan Sperma

Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju pada 14 Hari Perawatan dengan Software SPSS 17 for

Windows... 123 27 Uji Statistika Two-Way (ANOVA) Konsentrasi

Sperma mencit (Mus musculus L.) dengan Sofware

SPSS 17 For windows………... 125 28 Uji Statistika Perbandingan Berganda (Tukey HSD)

Kecepatan Sperma mencit (Mus musculus L.) dengan

Sofware SPSS 17 for windows………... 126 29 Daftar Alat dan Daftar Bahan Penelitan yang di

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk di Negara berkembang khususnya

Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat secara tajam. Beberapa usaha telah

di lakukan untuk menekan jumlah penduduk, salah satunya melalui berbagai

metode KB, seperti pantang berkala, kontrasepsi hormonal, AKDR (alat

kontrasepsi dalam rahim), dan sterilisasi (Vasektomi dan tubektomi)

(Sastrawinata, 1980). Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan

kesehatan preventif yang paling dasar. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 7 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ditetapkan bahwa peserta KB Pria sebesar 4,5%, namun kenyataannya partisipasi pria dalam KB masih rendah. Dilihat dari angka pencapaian peningkatan partisipasi pria tahun 1991 sebesar 0,8 % (SDKI, 1991), pada tahun 2003 sebesar 1,3 % (SDKI 2002-2003), sedangkan pada tahun 2007 sebesar 1,5 % (SDKI, 2007).

Partisipasi laki-laki baik dalam praktek KB maupun dalam pemeliharaan Kesehatan Ibu dan Anak berpengaruh positif dalam mempercepat penurunan angka kelahiran total (TFR), penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), dan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), (BKKBN, 2002). Pengaturan kehamilan dan jarak melahirkan diperlukan untuk mencapai target Millenium Development

(20)

2

dalam penggunaan kontrasepsi pria bisa diarahkan pada agen anti spermatogenesis yang menekan produksi spermatozoa, mencegah pematangan sperma dan mengahalangi transport sperma sepanjang saluran vas deferen (Sharma et al., 2000).

Semakin meningkatnya industri obat, khususnya obat kontrasepsi dalam dasawarsa terakhir ini telah memacu usaha pemanfaatan tumbuhan yang berfungsi sebagai kontrasepsi. Hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Nurfitri yulianti menyatakan bahwa pemberian maserat daun Jati Belanda sejumlah 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari berpengaruh menurunkan kualitas sperma mencit (Mus muculus L). Semakin tinggi dosis maserat daun Jati Belanda yang diberikan mengakibatkan penurunan konsentrasi sperma, peningkatan abnormalitas sperma, dan penurunan kecepatan sperma.

Jati Belanda merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat (Rachmadani, 2001). Daun tanaman ini sering digunakan sebagai campuran jamu untuk melangsingkan tubuh (Sukandar, et al, 2004). Sampel kering dari tanaman ini, banyak diedarkan di pasaran dalam bentuk teh, serbuk, atau daun kering. Masyarakat biasanya mengonsumsi tanaman ini melalui cara direbus dan diminum airnya (Sukandar, et al., 2004). Dalam berbagai literatur, di sebutkan bahwa pada tanaman jati belanda

terkandung berbagai senyawa kimia aktif antara lain tanin, musilago, kafein, β sitosterol, friedelin, kaueronic acid, flavonoid, saponin, antioksidan

proanthocyanidin, dan lain sebagainya.

(21)

3

flavonoid berpotensi menurunkan sekresi hormon testosteron dari sel Leydig

mencit dan menghambat kinerja enzim aromatase pada pada sel Sertoli.

Kandungan triterpenoid di dalam maserat daun Jati Belanda juga diduga memberikan pengaruh terhadap jumlah sperma. Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa triterpenoid bersifat antiandrogenik dan mampu berikatan dengan binding site ABP. ABP ini berfungsi untuk menerima hormon androgen (testosteron) dan menginisiasi proses spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus. Sehingga, dengan adanya triterpenoid maka pengikatan androgen pada ABP berkurang dan menyebabkan gangguan spermatogenesis.

Sarat yang harus dipenuhi bagi penggunaan kontrasepsi pria yang ideal adalah aman, efektif, reversible, dan tidak berpengaruh terhadap libido ( Kamal et al., 2003). Oleh sebab itu penggunaan kontrasepsi perlu diperhatikan pengaruhnya

terhadap sistem reproduksi baik hewan jantan atau betina. Pengaruh yang ditimbulkan harus bersifat sementara (reversibel) yaitu bila tidak digunakan lagi system reproduksi kembali normal sehingga tidak terjadi kemandulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang didapatkan suatu rumusan masalah. Dimana rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh pemberian maserat daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan lamanya perawatan pasca perlakuan dalam mempengaruhi kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss webster?”

Adapun pertanyaan penelitian yang di ajukan ialah:

1. Berapa lamanya pengaruh pemberian maserat daun Jati Belanda terhadap konsentrasi (jumlah sperma/ml suspensi semen dari cauda epididymis) sperma mencit?

2. Berapa lamanya pengaruh pemberian maserat daun Jati Belanda terhadap motilitas sperma mencit?

(22)

4

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) galur Swiss webster usia 8-12 minggu.

2. Sampel daun Jati Belanda yang digunakan adalah daun Jati Belanda yang telah dikeringkan dan telah digiling menjadi bubuk.

3. Lamanya pemberian maserat daun Jati belanda adalah 14 hari

4. Lamanya waktu penghentian pemberian maserat daun Jati Belanda yaitu, 0 hari, 7 hari dan 14 hari.

5. Parameter yang di ukur adalah kualitas sperma mencit yang teridiri dari konsentrasi sperma (jumlah sperma/ml suspensi semen), motilitas sperma (%), dan abnormalitas (%) sperma mencit (Mus muculus L.)

6. Maserat Jati Belanda yang digunakan adalah maserat air hasil hydrolytic maseration yang telah terpisahkan dari ampas dan selulosanya.

7. Dosis yang digunakan adalah 0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari; dan 0,25 g/BB/hari (Adjirni, et al., 2001; Rahardjo, et al., 2006; Utomo, 2008).

8. Sampel sperma yang diamati berasal dari suspensi semen cauda epididymis mencit, dikarenakan sperma dalam cauda epididymis merupakan sperma yang telah termaturasi (Adyana, 2009: 215).

9. Abnormalitas sperma yang diamati adalah abnormalitas sekunder, yakni sperma yang mengalami patah ekor, kepala terpisah dengan ekornya, dan ekor menggulung (Basten dalam Yulianti, 2012, hlm. 5).

10. Kecepatan sperma yang dihitung berasal dari sperma normal (tidak mengalami cacat).

D. Tujuan

(23)

5

E. Manfaat

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang manfaat daun Jati Belanda yang dapat dijadikan alternatif kontrasepsi alami pria yang aman dan menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.

F. Asumsi

1. Pemanfaatan tumbuhan memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai obat kontrasepsi (Adnan, 2002; Griffin, 1990).

2. Kolesterol merupakan bahan utama sintesis hormon sex (Adyana, 2009: 14; Campbel, 2005: 73; Norris, 1984: 383).

3. Testosterone dan androgen lain di sintesis dari prekrusor kolesterol (Litwack, 1992)

4. Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) mengandung senyawa flavonoid, asam fenolat, tannin, steroid/triterpenoid (Hartanto, 1986)

5. Serbuk daun Jati Belanda mengandung flavonoid, fenol hidrokuinon, kalon, auron, dan flavonol (Miradiono, 2002)

6. Daun Jati Belanda mengandung senyawa alkaloid, trepena, triterpena (sterol), resin, glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, dan karbohidrat (Suharmiati & Maryani, 2003).

7. Senyawa bioaktif dapat berperan sebagai penghambat spermatogenesis dan bersivat reversible.

8. Senyawa bioaktif pada tumbuhan, khususnya kelompok senyawa steroid, alkaloid, isoflavonoid, flavonoid, triterpenoid dan xanthon memiliki

kemampuan sebagai bahan pengatur fertilitas (Adnan, 2002; Susetyarini, 2008; Robertzon, et al., 2002; Wahyuningsih, 2011).

G. Hipotesis

(24)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (experiment research),yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dengan kontrol yang ketat dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012; Sedarmayanti dan Syarifudin, 2002:33)

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdapat tiga kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol, masing-masing Kelompok perlakuan terdiri dari lima kelas dengan pemberian maserat air daun Jati Belanda sebanyak 0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari serta 0,25 g/BB/hari hari (Adjirni, et al., 2001; Sukandar, et al., 2004; Utomo, 2008 dalam Yulianty dan Mardiah, 2012). Kelompok kontrol hanya diberi akuades setiap harinya. Banyaknya replikasi di dapatkan dari rumus Federer, 1983 dengan perhitungan sebagai berikut :

� − � − ≥

− � − ≥

� − ≥

� ≥ � ≥

Keterangan: T = jumlah perlakuan n = jumlah replikasi

(25)

28

pada akhir perlakuan di bunuh (0 hari perawatan pasca pemberian maserat), kelompok 2; 24 ekor tikus setelah 7 hari perawatan pasca pemberian maserat di bunuh, dan kelompok 3;24 ekor tikus setelah 14 hari perawatan pasca pemberian maserat di bunuh, tujuan perawatan pasca pemberian maserat daun Jati Belanda untuk mengetahui reversibilitas kualitas sperma. Pembagian mencit untuk setiap kelas di lakukan secara acak, pengacakan di lakukan untuk menghilangkan bias (Sudjana, 2002).

Tabel 3.1 Peta Kandang Berdasarkan Hasil pengocokan

Kandang Nomor Mencit

A1 6 25 8 15

A2 57 41 42 26

A3 16 69 7 55

B1 58 28 70 56

B2 71 68 29 14

B3 30 1 43 54

C1 59 67 2 53

C2 11 31 17 18

C3 72 40 35 52

D1 24 66 3 51

D2 60 9 27 4

D3 61 39 34 50

E1 5 65 20 49

E2 62 32 44 19

E3 36 64 10 48

F1 21 12 45 47

F2 37 63 33 13

(26)

29

Keterangan :

A : Kontrol Negatif

B1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/BB/hari dan nol hari perawatan pasca pemberian maserat.

B2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/BB/hari dan 7 hari perawatan pasca pemberian maserat.

B3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/BB/hari dan 14 hari perawatan pasca pemberian maserat.

C1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/BB/hari dan nol hari perawatan pasca pemberian maserat.

C2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/BB/hari dan 7 hari perawatan pasca pemberian maserat.

C3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/BB/hari dan 14 hari perawatan pasca pemberian maserat.

D1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/BB/hari dan nol hari perawatan pasca pemberian maserat.

D2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/BB/hari dan 7 hari perawatan pasca pemberian maserat.

D3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/BB/hari dan 14 hari perawatan pasca pemberian maserat.

E1 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/BB/hari dan nol hari perawatan pasca pemberian maserat.

E2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/BB/hari dan 7 hari perawatan pasca pemberian maserat.

E3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/BB/hari dan 14 hari perawatan pasca pemberian maserat.

(27)

30

F2 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/BB/hari dan 7 hari perawatan pasca pemberian maserat.

F3 : Diberi maserat daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/BB/hari dan 14 hari perawatan pasca pemberian maserat.

1,2,3 dst: Nomor mencit

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 72 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster, berumur 8-12 minggu, berat badan 27-35 gram yang diperoleh dari peternakan sendiri di kebun botani UPI, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss webster.

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Mencit Kebun botani FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, sebagai tempat pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba. Laboratorium Fisiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia untuk Pembuatan maserat, penyiapan bahan yang diperlukan, dan pengamatan bentuk sperma abnormal. Sedangkan pengambilan sampel sperma, dan pengamatan kualitas sperma dilakukan di Laboratorium struktur hewan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Maret 2013 sampai September 2013.

E. Alat dan Bahan

(28)

31

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

pada tahapan persiapan ini meliputi pembuatan kandang dan pengumpulan bahan maserat daun Jati Belanda dan cara pembuatanya. Hewan percobaan di tempatkan dalam kandang yang disusun pada rak-rak di rumah mencit Kebun Botanai FPMIPA UPI, Bandung. Kandang terbuat dari bak plastik berukuran 40 cm x 30 cm x 12 cm, medium yang digunakan untuk hidup mencit berupa serutan kayu, bagian atas diberi kawat dan di beri tempat minum mencit sebanyak 1 buah setiap kandang.

Bubuk daun Jati Belanda didapatkan dari pemasok obat herbal babah kuya di daerah pasar baru. Pembuatan maserat dilakukan dengan cara hidolytic maseration atau maserasi hidrolisis yaitu maserasi dengan menggunakan air sebagai pelarut (ICSH, 2008 dalam Yulianti 2012).

Pembuatan stok maserat dilakukan dengan cara melarutkan 1 bagian bubuk daun Jati Belanda ke dalam 10 bagian akuades. Kemudian didiamkan dalam wadah tertutup alumunium foil selama 24 jam pada suhu ruangan serta diberi agitasi 90 rpm. Setelah 24 jam, larutan disaring dan residunya diperas. Setelah itu maserat cair diuapkan pada suhu 70 oC pada waterbath kurang lebih selama 8 jam hingga cairan berubah menjadi pasta kental. Pasta kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan dijadikan sebagai stok untuk dijadikan maserat (Indriani, 2006; ICSH, 2008). Masing-masing dosis dilakukan pengenceran, persentase pengenceran di dasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2012) sebagai berikut. 1) 0,05 g/BB/hari

1,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

2) 0,10 g/BB/hari

2,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

(29)

32

3,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

4) 0,20 g/BB/hari

4,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

5) 0,25 g/BB/hari

5,0 gram pasta dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

6) 0,00 g/BB/hari (kontrol)

Terdiri dari akuades tanpa pasta daun Jati Belanda.

Range 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari merupakan dosis aman penggunaan maserat Jati Belanda, sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/BB/hari (Adjirni, et al., 2001).

2. Tahap penelitian

Tahap penelitian ini meliputi, aklimatisasi mencit, penentuan dosis, pemberian maserat daun Jati Belanda, penghitungan konsentrasi sperma, pengamatan motilitas sperma, pengamatan kecepatan sperma, dan pengamatan abnormalitas sperma.

a. Aklimatisasi Mencit

Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimatisasi pada suhu ruangan rata-rata 23-29oC, periode ini dilaksanakan selama 7 hari dengan tujuan agar hewan uji teradaptasi dengan kondisi lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit dikelompokan dalam kandang berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan kepadatan empat ekor setiap kandang.

(30)

33

diisi ulang dengan air yang baru apabila air telah habis. Kandang dibersihkan satu kali dalam seminggu.

b. Penentuan Dosis

Dosis yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 0,00 g/BB/hari(kontrol); 0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari; dan 0,25 g/BB/hari. Range antara 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari diambil berdasarkan pada penelitian Adjirni (2001) dan Rahardjo (2006). Range 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari merupakan dosis aman penggunaan maserat Jati Belanda, sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/BB/hari (Adjirni, et al., 2001).

c. Pemberian Maserat Daun Jati Belanda

Pembeberian maserat daun Jati Belanda di dasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2012) dilakukan selama 14 hari secara gavage, satu kali dalam sehari. Tiap mencit dalam kelompok perlakuan diberi maserat daun Jati Belanda sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Maserat daun Jati Belanda yang diberikan adalah sebesar 0,5 ml/hari untuk masing-masing konsentrasi. Hal ini bertujuan agar lambung mencit dapat menampung maserat daun Jati Belanda selain pakan yang diberikan. Selama pemberian maserat (2 minggu), mencit diberi pakan standar sebanyak 5 g/ekor dan minum secara ad libitum.

d. Penghitungan Konsentrasi Sperma

(31)

34

deferens dengan menggunakan mikroskop binokuler pada pembesaran 400 kali

(Yulianti, 2012).

[image:31.612.115.525.193.637.2]

Bagian cauda epididymis yang telah dipotong tersebut dimasukkan ke dalam gelas arloji yang berisi 1 ml NaCl 0,9%. Kemudian bagian proksimal cauda sedikit dipotong dengan menggunakan gunting. Setelah cauda terpotong, maka dilakukan penekanan dengan perlahan hingga cairan epididymis keluar dan tersuspensi dengan NaCl 0,9%. Penekanan dilakukan dengan menggunakan spatula atau sonde. Kemudian suspensi dihomogenkan, sehingga didapatkan campuran semen yang tersuspensi dengan baik. Kemudian suspensi semen tersebut diambi sebanyak 10 µl lalu diteteskan ke dalam Haemocytometer Nebauer. Serta ditutup dengan cover glass untuk selanjutnya diamati dan dihitung konsentrasi sperma yang ada di bawah mikroskop cahaya (Machmudin dalam Yulianti, 2012). Penghitungan Jumlah sperma/ml suspensi semen dari cauda epididymis dengan menggunakan rumus berikut. Jumlah sperma=N/2x105 sperma/ml (Suparni dalam Yulianti, 2009). Keterangan: N=jumlah sperma pada kotak A, B, C, D, dan E (improved nebauer haemocytometer).

Gambar 3.1. Improved Nebauer (Haemocytometer) (Sumber: http://braukaiser.com)

(32)

35

[image:32.612.117.524.184.467.2]

bilik hitung lain adalah Original Neubauer (Gambar 3.2). perbedaan dengan Improved Neubauer adalah pada Bidang besar yang letaknya ditengah–tengah. 25 bidang untuk Improved Neubauer dan 16 bidang untuk Neubauer

Gambar 3.1. Original Nebauer (Sumber: http://llgdata.wiessoft.de)

e. Pengamatan Motilitas Sperma

Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung persentase (%) spermatozoa yang motil dari sperma pada lima bidang pandang pada haemocytometer. Motilitas dari spermatozoa di dalamnya dikelompokkan ke dalam

kriteria A (bergerak maju) dan B (bergerak di tempat) berdasarkan penampakan spermatozoa (Ashfahani, et al., 2008; Yatim, 1994).

f. Pengamatan Kecepatan Sperma

Pengamatan kecepatan spermatozoa dilakukan dengan cara menghitung waktu yang diperlukan oleh 1 ekor sperma untuk menempuh 8 kotak (200 µm) Hemacytometer Nebauer. Setiap pengamatan kecepatan sperma dilakukan sebanyak

(33)

36

g. Pengamatan Abnormalitas Sperma

Pengamatan abnormalitas sperma dilakukan dengan cara mengamati morfologi sperma dari lima bidang pandang haemocytometer pada setiap preparat dengan mikroskop binokuler pada pembesaran 400x. Kemudian dilakukan pengamatan jumlah spermatozoa abnormal lalu menghitung persentase (%) jumlah sperma abnormal tersebut.

Preparat apusan sperma menggunakan pewarna eosin dibuat untuk melihat lebih jelas morfologi sperma yang mengalami abnormalitas. Cairan suspensi sperma yang telah diamati kemudian diteteskan di atas kaca objek. Kemudian dismear menggunakan kaca objek bersih dengan kemiringan 45º. Kemudian hasil smear didiamkan kering pada suhu ruang kemudian ditetesi dengan alkohol 96%, setelah itu dibiarkan mengering. Setelah kering, hasil smear diwarnai dengan menggunakan eosin 1%, kemudian dibiarkan mengering serta dibilas dengan menggunakan akuades. Setelah itu preparat ditetesi minyak emersi dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.

G. Analisis Data

(34)

37

[image:34.612.116.527.151.617.2]

H. Alur Penelitian

Gambar 3.2. Alur Penelitian ANALISIS DATA

Penghitungan jumlah sperma, motilitas, abnormalitas sperma/ml suspense semen cauda epidymis, Kelompok 14 hari

Penghitungan jumlah sperma, motilitas, abnormalitas sperma/ml suspense semen cauda epidymis, Kelompok 7 hari Penghitungan jumlah sperma, motilitas, abnormalitas sperma/ml

suspense semen cauda epidymis, Kelompok Nol hari TAHAPAN PERLAKUAN

Pemberian maserat daun Jati Belanda dengan dosis bertingkat

Aklimasi TAHAPAN PERSIAPAN

Observasi Literatur Studi Lapangan

Pembuatan proposal

TAHAPAN PRA

Pembuatan maserat daun jati belanda

Persiapan alat dan

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan konsentrasi sperma

mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu penghentian perlakuan, pada

dosis 0,05 g/bb/hari dalam jangka waktu tujuh dan 14 hari penghentikan menunjukan

nilai konsentrasi yang sudah tidak berbeda nyata dengan kontrol. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa dampak pemberian maserat daun Jati

Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dalam mempengaruhi kualitas sperma mencit

(Mus musculus L.) galur Swiss webster tidak bersifat permanen, ini ditunjukan

dengan meningkatnya jumlah sperma, menurunya persentase abnormalitas dan meningkatnya kecepatan sperma seiring dengan bertambahnya waktu penghentian setelah perlakuan berakhir, namun Spermatogenesis normal setelah pembentukan perlakuan dihentikan dibutuhkan waktu yang lebih lama dari 14 hari.

B. Saran

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. (2002). Potensi Tumbuhan Sebagai Bahan Pengatur Fertilitas. [Online] Tersedia: http://www.scribd.com/doc/56934039/Potensi-Tumbuhan-Antifertilitas-adnan-UNM.html [12 November 2013]

Adjirni., Wahyoedi, B., dan Nuratmi, B. ( 2001). Penelitian Toksisitas Akut dan Subkronik Daun Jati Belanda pada Hewan Percobaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. [Online] Tersedia: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16TokisisitasAkut98.pdf/16Tokisisitas Akut98.html [20 Februari 2013]

Adyana, K. (2008). Dasar-dasar anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Adimunca, Cornelis. (1996). Kemungkinan Pemanfaatan Estrak Buah Pare Sebagai Bahan Kontrasepsi Pria. Cermin Dunia Kedokteran No. 112 1996. Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonimus. Tanpa tahun. ALKALOIDS. [Online] Tersedia: http://nawrot.psych.ndsu.nodak.edu/courses/465Projects05/ephedrine/alkal oids.htm [13 november 2013]

Anonimus. (2011). Evaluation of orlistat solid dispersion using poloxomer 188 as

hydrophilic carrier. [Online] Tersedia

:http://www.scholarsjournal.in/article.asp?issn=2249-5975;year=2011;volume=1;issue=2;spage=48;epage=51;aulast=Singh [13 November 2013]

Anonimus. (2011). Guazuma ulmifolia Lam. BASTARDCEDAR. [Online] Tersedia:http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Guazuma+ulmifolia &guide=PA_BCI_Plantae_leaf [13 November 2013]

Anonimus.(2011). Herbaria plants. Sumber [Online] Tersedia: http://herbaria.plants.ox.ac.uk/vfh/image/index.php?item=1834[13

November 2013

Anonimus. (2011). Guazuma ulmifolia Lamk. [Online] Tersedia : http://www.cybertruffle.org.uk/vinales/eng/guazuma_ulmifolia.htm. [13 November 2013

Anonimus. (2011). Guazuma. [Online] Tersedia:

(37)

68

Andriani, Y., (2005). Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Bobot Badan Kelinci Yang Diberi Pakan Berlemak. Bengkulu; Jurnal Jurusan Kimia FMIPA. Hal 1-2

Ashfahani, E., Wiratmini, N., dan Sukmaningsih, A. (2008). Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe). Jurnal Biologi. Vol. 14. 20-23.

Azwar, Azrul. (2005). Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Jakarta.

BKKBN. (2002). Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB & Kesehatan Reproduksi. BKKBN. Jakarta

Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga

Chirstijanti, W. (2009). Penurunan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Kajian Potensi Biji Papaya sebagai Bahan Kontrasepsi Alternatif). Semarang : Universitas Negeri Semarang

Croteau, R. (2000) Natural Products (Secondary Metabolites). New York: American Society of Plant Physiologists.

Conqruist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.

Cordell, G.A. (1981), Introdcton to alkaloid, awiley-Interscience Publication, N. Y.

Dit. BGM. Depkes. (1997). PEDOMAN PENGENDALIAN TIKUS. [Online] Tersedia: http://www.obesitas.web.id/ob-ind(i).htm [12 November 2013] Dewi Y.K., Y. Widiyastuti, Djumidi, Sutjipto. (2000). Ragam Penggunaan Jati

Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) Dalam Jamu berbungkus Yang Beredar di Pasaran. Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 6(2):9-11.

Febrandy , Donny. (2006). Karakterisasi Sifat-Sifat Tanah dan Lahan Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). [Sekripsi]. Bogor : IPB

(38)

69

Hartanto B. (1986). Fitokimia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) [tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hartono. (1992). Histologi Veteriner Jilid II. Organologi. Bogor : Laboratorium Histologi, Bagian anatomi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Harlis. (2011). Morfologi Spermatozoa Epididimis Tikus (Rattus novergicus, L) setelah Diperlakukan Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri, L.). Paradigma. Vol. 15. 39-44.

Harkness, J. E., The Mouse. (1983). The biologi and medicine of rabbit and rodents. Secon edition. Lea an febriger, philadekphia.

Hess RA dan Chen PP. (1992). Computer of Germ Cells in The Cycle of The Seminiferous Epithelium and Prediction of Change in the The cycle Duration in Animals Commonly Used in Reproductive Biology and Toxicology. J Andrology 13: 185 – 90

Heyne. K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembngan Kehutanan Indonesia.

Horbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi 2. Bandung : ITB Bandung

Kamal,R.; Gupta,R.S. dan Lohiya, N.K., (2003). Plant for Male fertility Regulation, http:/www.3.interscience.wiley.com/cgibin/ abstract/1085655781 [12 juli 2013]

Kaspul. (2007). Kadar Testosteron Tikus Putih (Ratus norvegicus L) Setelah Mengkonsumsi Buah Terong Tukak (Solanum Torvum Sw). Jurnal Penelitian BIOSCIENTIAE Volume 4, Nomor 1, Januari 2007, Halaman 1-8 www.unlam. ac.id/bioscientiae. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Kalimantan Selatan.

Lane-Petter, W., and A. E. G. Pearson. (1971). The laboratory animals-Principle and practice. Academic press, London and new York.

Lestari, K dan A. Muchtadi. (1997). Uji Aktivitas Antihiperlipidemia daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Laml.) Pada Tikus. Bandung :Laporan penelitian universitas padjajaran. Bandung.

(39)

70

Litwack G, (1992). Biochemistry of Hormones II: Steroids Hormones dalam Textbook of Biochemistry with Clinical Correlations. 3rd. ed. Willey Liss. Inc., Mew York.

Lusiyawaty, V. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Tanin Daun Beluntas (Pluchea Indica Less) Terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus Norvegicus). [Sekripsi]. Malang: FKIP Universitas Muhamadiyah Malang.

Mardanung. M. (1985). Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan. [Sekripsi]. Bogor: Fakultas kedokteran hewan. Institute Pertanian Bogor. Miradiono. (2002). Efektivitas pengestrak senyawa flavonoid dari daun jati

belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) [Sekripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut pertanian bogor.

Modareshi, M., Messripouri, M., dan Khorami, H. (2011). “Effect of Soybean on

Male Reproductive Physiology in Mice”. International Conference on Life

Science and Technology. [Online] Tersedia: http://www.ipcbee.com/vol3/5-L014.pdf [8 Februari 2013]

Moclok, N. (1983). Standarisasi analisis semen manusia, Jakarta: Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia.1983

Muchtaromah, Bayyinatul. (2009). Potensi Ekstrak buah pare (Momordica charantia L) terhadap spermatogenesis mencit (Mus muculus). Jurnal Berk. Penel. Hayati. Edisi khusus. 3D (57-60)

Norris, D.O. (1980). Vertebrate Endocrinology. Philadelphia: Lea & Febiger. Nuratmi B. (1997). Informasi penelitian Farmakologi dan fitokimia dari tanaman

Guazuma ulmifolia Lamk. Bandung : Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia.

Rachmadani. (2001). Repository Institut Pertanian Bogor “Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Berpotensi Menurunkan Kadar Lipid Darah pada Tikus Putih”. [Online] Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16917/G01rac_abstrac t.pdf?sequence=2.pdf [01 Oktober 2013]

Rahardjo, S., Ngatijan, dan Pramono, S. (2006). Aktivitas Lipase Pankreas Rattus novergicus Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran Vol.38 (1), 15-23

(40)

71

Robertzon, K., O'Donnell, L., Simpson, E., dan Jones, M. (2002). The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary Phytoestrogens Impact

Significantly on Testis Function”. Journal of Endocrinology. Vol. 8.

2913-2921.

Rukmana, Rizal Maarif. (2010). Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less) Terhadap Proses Spermatogenesis Pada Mencit (Mus musculus L). [Sekripsi]. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Sastrawinata, S. R. (1980). Teknik Keluarga Berencana. Elstar Offset. Bandung. Sharma RS, Rajalakshmi M.dan Jeyaraj DA. (2001). Current Status of Fertility

Control Method in India. J. Bioscienc 26 (4): 391-405

Seigler, D., Pauli, G., dan Wegelius, E.. (2005). “Cyanogenic Glycosides and Menisdaurin from Guazuma ulmifolia, Ostrya virginiana, Tiquilia canescens”. Journal of Phytochemistry Vol.66 (1) 1567-1580.

Silitonga, R., Iswantini, D., Martatilofa, E., dan Darusman, L. (2011). Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata Extracts as Antiobesity : In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase activity. Hayati Journal of Biosciences Vol. 8 (1) 6-10.

Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Soedibyo M. (1998). Alam sumber kesehatan manfaat dan kegunaanya. Jakarta: balai pustaka.

Solomon, (1983). General organic and biological chemistry, McGraw- Hill, Inc., USA.

Sugati, S., Syamsuhidayat, dan J.R Hutapea. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan., Depkes RI. Sulaksana, Jaka. dan Dadang Iskandar Jayusman. (2005). Kemuning dan Jati

Belanda. Jakarta. Penebar Swadaya.

Suharmiati, Maryani H. (2003). Khasiat dan manfaat Jati Belanda si pelangsing tubuh dan peluruh kolestrol. Depok: Agromedia Pustaka.

(41)

72

Sukandar E Y, Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik- Teknologi Kesehatan, disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB’ [Online] Tersedia: http://Itb.Ac.Id/Focus/ focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, [21 Januari 2013]

Subhuti, D. (2000). PLATYCODON and Other Chinese Herbs with Triterpene Glycosides., Director, Institute for Traditional Medicine (ITM), Portland, Oregon. [Online] Tersedia : http://www.itmonline.org/arts/platygly.htm [13 november 2013]

Suprihastuti, DR, Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria di Indonesia, Analisis Hasil SDKI, Jakarta, 2007.

Suharmiati, Maryani H. (2003). Khasiat dan manfaat jati belanda si pelangsing tubuh dan peluruh kolestrol. Depok: Agromedia Pusaka.

Syaefudin. (2008). Aktivitas Antioksidasi Formula Ekstrak Jati Belanda (Guazuma ulmifolia lamk.), Jambu Biji (Psidium guajava Linn.), dan salam (eugenia polyantha Wight.). [Skripsi] Bogor : IPB

Taman Nasional Alas Purwo. (2007). Jati Belanda. [Online] Tersedia :http://www.tnalaspurwo.org/jati_belanda.pdf [01 Oktober 2013]

Padua. (1999). Plant Resources of South-East Asia. Bogor: Prosea Bogor Indonesia.

Pranata, F., Sinung. (1997). Alkaloid Insulation of natural material. Jurnal Biota. Vol.2. 96-99

Utomo, A. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Diponegoro “ Uji Toksisitas akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) Pada Tikus Wistar”. [Online]

Tersedia:http://eprints.undip.ac.id/23952/1/Astika.pdf [01 Oktober 2013] Van Valkemburg, J.L.C.H. dan N Bunyapraphat Sara (Eds.). Plant Resources of

South East Asia : Medical and Poisonous Plants 2 .Backhuys Publ. Leiden. Wahyuni, R.S. (2012). Pengaruh Isoflavon Kedelai Terhadap Kadar Hormon Testosteron, Berat Testis, Diameter Tubulus Seminiferus, dan Spermatgenesis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi Biomedik Universitas Diponegoro. [Online] Tersedia:

http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/PENGARUH- ISOFLAVON-KEDELAI-TERHADAP-KADAR-HORMON-

(42)

SEMINIFERUS-dan-SPERMATOGENESIS-TIKUS-PUTIH-JANTAN-73

Widiyani, T. (2006). Efek antifertilitas ekstrak akar som jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Pada mencit (mus musculus L.) Jantan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Yatim, W. (1994). Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito

Gambar

Tabel
Gambar
Grafik Batang Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria
Gambar   Halaman
+5

Referensi

Dokumen terkait

Agar penulis dapat mengetahui tentang system manajemen dalam suatu kegiatan usaha dan proses yang mendukung segala kegiatan pemasaran produk.

Keistimewaan tersebut khususnya dalam metode Travelling Salesman yang dapat digunakan untuk menentukan jalur terpendek untuk suatu kunjungan didalam pengambilan koin yang dilakukan

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, maka dengan ini ditetapkan konsultan yang lulus evaluasi administrasi dan teknis untuk pekerjaan Penyusunan Database

PROSEDUR PENETAPAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)..

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah. sebagai

Permukaan bidang plafond dan dinding menjadi tempat perletakan sistem jaringan pipa distribusi air limbah dari ruang-ruang servis menuju sarana pembuangan, sedangkan bidang

Keywords : Public Relations strategy, opinion leader, nicotine war, bloomberg,.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah menentukan kondisi operasi optimum yang relatif lebih baik dalam proses isolasi eugenol dalam minyak cengkeh