• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.)TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (MUS MUSCULUS L.) GALUR SWISS WEBSTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.)TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (MUS MUSCULUS L.) GALUR SWISS WEBSTER."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) GALUR SWISS

WEBSTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh

Messa Andalusia 0700470

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) GALUR SWISS

WEBSTER

Oleh Messa Andalusia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Messa Andalusia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.)

GALUR SWISS WEBSTER

Oleh Messa Andalusia

0700470

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Dra. Soesy Asiah Soesilawati, M.Si. NIP. 195904011983032002

Pembimbing II

dr. Hj. Rita Shintawati, M.Kes. NIP. 196812012001122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(4)

PENGARUH JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)TERHADAP BERAT DAN HISTOLOGI GINJAL MENCIT (Mus

musculus L.) GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK

Saat ini, masyarakat mulai memakai tumbuhan herbal sebagai obat, salah

satunya adalah Guazuma ulmifolia L atau jati belanda, yang dipercaya memiliki banyak manfaat. Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak mengetahui akan pengaruh Guazuma ulmifolia L terhadap fungsi ginjal seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jus daun Jati Belanda terhadap berat dan histologi ginjal mencit. Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat kali pengulangan dan enam dosis perlakuan (0,00 g/BB/hari; 0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari) digunakan dalam penelitian ini. Mencit jantan usia empat bulan diberi perlakuan jus daun Jati Belanda dengan cara gavage selama 14 hari. Pada hari ke-15 mencit dimatikan dengan cara dislokasi leher kemudian dibedah dan ginjalnya diambil untuk kemudian ditimbang dan dibuat preparat histologinya. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin untuk melihat struktur jaringan ginjal. Analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pemberian jus daun Jati Belanda mulai dosis 0,10 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari secara signifikan meningkatkan berat ginjal. Pengaruh jus jati belanda terhadap berat ginjal yaitu sebesar 86%. Rata-rata berat ginjal mencit semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya dosis jus daun Jati Belanda yang diberikan. Adapun rata-rata diameter tubulus, diameter lumen, serta ketebalan sel epitel semakin meningkat seiring dengan semakin berat ukuran ginjal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan jus daun Jati Belanda dalam rentang dosis antara 0,10 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari aman dikonsumsi bagi tubuh dalam jangka waktu singkat.

Kata kunci: Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), diameter tubulus, diameter lumen, ketebalan sel epitel, ginjal, dan mencit (Mus

(5)

THE EFFECT OF

JATI BELANDA LEAVES (Guazuma ulmifolia Lamk.) JUICE TOWARDS WEIGHT AND HISTOLOGY OF

MOUSE KIDNEY (Mus musculus L.) SWISS WEBSTER FURROW

ABSTRACT

Today, people begin to use herbal plants as medicine, among others are Guazuma ulmifolia L or Jati Belanda leaves, which is believed has many benefits. Unfortunately, many people do not know the effect of Guazuma ulmifolia L towards kidney function. The aim of this study is to find the effect of Jati Belanda leaves juice towards weight and histology of mouse kidney. The study experiment uses Complete Random Design (CRD) with four repetition and six treatment doses (0,00 g/W/day; 0,05 g/W/day; 0,10 g/W/day; 0,15 g/W/day; 0,20 g/W/day; 0,25 g/W/day) are used in this study. Four years old male mouse is treated with

Jati Belanda leaves juice by using gavage method for 14 days. In the 15th day,

mouse is dissected and its kidney is taken and then is weighed and its histology preparation is made. The preparation making is conducted by using paraffin method with Hematoxylin Erlich-Eosin staining to see kidney tissue structure. Data analysis is conducted qualitatively and quantitatively. The study result shows that Jati Belanda leaves juice treatment which is initially treated with 0,10 g/W/day dose until 0,25 g/W/day dose can significantly increase kidney weight. The effect of Jati Belanda leaves juice towards kidney weight around 86%. Approximately, the weight of kidney mouse increase together with the higher of Jati Belanda juice dose which is given. As for, the average of tubules diameter, lumen diameter, and the cells thickness also increase together with the heavier of kidney. Thus, it can be concluded that Jati Belanda leaves juice treatment with dose around 0,10 g/W/day until 0,25 g/W/day is safe to be consumed by body in the short period.

Key Words: Jati Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.), tubules diameter, lumen diameter, cell thickness, kidney, and mouse (Mus musculus

(6)

DAFTAR ISI

Pengesahan Pernyataan Abstrak

Kata Pengantar ... Ucapan Terimakasih ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar... Daftar Lampiran ...

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Penelitian ... B. Rumusan Masalah ... C. Pertanyaan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Batasan Masalah ... F. Manfaat Penelitian ... G. Asumsi Penelitian ... H. Hipotesis Penelitian ...

(7)

iv

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Variabel Penelitian ... 1. Variabel Bebas ... 2. Variabel Terikat ... 3. Variabel Kontrol ... D. Waktu dan Lokasi Penelitian ... E. Populasi dan Sampel... F. Alat dan Bahan ... G. Prosedur Penelitian ... 1. Tahap Persiapan ...

a. Pembuatan Kandang dan Pemeliharaan ...

b. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus Daun Jati Belanda ...

2. Tahap Perlakuan ... a. Aklimatisasi Mencit ... b. Pemberian Jus Daun Jati Belanda ... c. Pengambilan Ginjal ... d. Pembuatan Preparat ... e. Pengukuran Berat Ginjal ... f. Pengukuran Histologi Ginjal ... 3. Tahap Analisis Data ... a. Analisis Data Kuantitatif ... b. Analisis Data Kualitataif ...

(8)

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 1. Berat Ginjal Mencit ... 2. Diameter Tubulus Ginjal Mencit ... 3. Diameter Lumen Ginjal Mencit ... 4. Ketebalan Sel Epitel Ginjal Mencit ... B. Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

26 26 26 29 31 34 40

45 45 45

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Saat ini Penggunaan obat-obat tradisional semakin marak, hal ini antara lain disebabkan semakin mahalnya obat-obatan modern sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh kalangan menengah ke bawah dan juga disebabkan oleh karena pengobatan modern tidak selalu dapat memberikan hasil seperti yang

diinginkan, sehingga konsep “Kembali ke Alam” tengah menjadi fenomena

sebagian besar anggota masyarakat. Salah satu tumbuhan obat yang sangat populer adalah Jati Belanda. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dikenal dengan nama Jati Londo di daerah Jawa, dan Bastard Caddar dalam bahasa Inggris (Khalid, 2009). Persebaran tanaman ini di Indonesia mencakup daerah Jawa, Sumatera Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Taman Nasional Alas Purwo, 2007).

Tanaman ini, merupakan salah satu dari sekian banyak herbal yang sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat (Rachmadani, 2001). Daun tanaman ini sering digunakan sebagai campuran jamu untuk melangsingkan tubuh (Sukandar, 2009). Sampel kering dari tanaman ini, banyak diedarkan di pasaran dalam bentuk teh, serbuk, atau daun kering. Masyarakat biasanya mengonsumsi tanaman ini dengan cara direbus dan diminum airnya (Sukandar, 2009).

Komposisi kandungan senyawa kimia dari daun Jati Belanda antara lain ialah flavonoid, tannin, alkaloid, triterpenoid, dan saponin (Rahardjo, et al., 2006;

Sukandar, 2009; Seigler, et al., 2011; Utomo, 2008). Komponen flavonoid, triterpenoid dan alkaloid pada tumbuhan diduga dapat mempengaruhi regenerasi

sel-sel (Adnan, 2002;Susetyarini, 2008).

(10)

2

mengenai pengaruh pemberian jus daun Jati Belanda terhadap berat serta histologi ginjal belum banyak dilaporkan.

Hal tersebut penting diteliti karena secara kimiawi, setiap zat-zat yang masuk ke dalam tubuh, termasuk Jati Belanda, akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Zat-zat maupun metabolik-nya dikeluarkan oleh tubuh melalui proses ekskresi (Katzung, 2002). yang sangat berperan dalam proses eksresi yaitu ginjal. Ginjal merupakan ekskresi utama dari tubuh, sehingga seringkali mengalami perubahan struktur akibat paparan berbagai macam zat yang masuk ke dalam tubuh. Terkait dengan hal tersebut telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian jus daun Jati Belanda terhadap berat serta histologi ginjal mencit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: Bagaimana pengaruh jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap berat dan histologi ginjal mencit (Mus musculus L)

galur Swiss Webster?

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh jus daun Jati Belanda terhadap berat dan histologi

ginjal mencit?

2. Pada dosis berapakah jus daun Jati Belanda memberikan pengaruh terhadap

berat dan histologi ginjal mencit?

3. Berapa besar pengaruh dosis jus daun Jati Belanda terhadap berat dan

(11)

3

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap berat dan histologi ginjal mencit (Mus musculus L.) galur Swiss Webster.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mencit yang digunakan adalah galur Swiss Webster jantan berusia empat

bulan.

2. Daun Jati Belanda yang digunakan adalah yang telah dikeringkan dan telah

digiling menjadi bubuk.

3. Daun Jati Belanda dijus dengan cara maserasi hidrolisis (ICSH, 2008).

4. Dosis yang digunakan adalah 0,05 g/BB/hari, 0,10 g/BB/hari, 0,15 g/BB/hari,

0,2 g/BB/hari, dan 0,25 g/BB/hari.

5. Parameter yang diukur adalah berat dan histologi ginjal mencit yakni

diameter tubulus, diameter lumen, serta ketebalan sel epitel.

6. Histologi yang diinterpretasi berasal dari preparat histologi yang dibuat

dengan metoda parafin dan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin.

F. Manfaat Penelitian

(12)

4

G. Asumsi Penelitian

Beberapa asumsi yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Daun Jati Belanda memiliki kandungan bahan kimia steroid, alkaloid, tanin,

flavonoid, triterpenoid, dan xanthon (Adnan, 2002; Susetyarini, 2008;

Robertzon, et al., 2002).

2. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tanaman Jati Belanda layak

dikonsumsi sebagai obat alternatif (Martsolich, 2007).

3. Zat-zat kimia yang terkandung dalan daun Jati Belanda bersifat menyerap air

(Hendri, 2008).

4. Retensi air dalam suatu zat yang masuk ke dalam tubulus ginjal dapat

mempengaruhi bentuk tubulus (Utomo, 2008).

H. Hipotesis Penelitian

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang telah dilakukan ialah jenis penelitian eksperimen. Yakni variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan dengan memanipulasi menggunakan perlakuan sesuai dengan kebutuhan (Nazir, 2003).

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dimana terdapat kelompok perlakuan dan kontrol dengan faktor lingkungan yang homogen (Nazir, 2003).

C. Variabel Penelitian

Terdapat beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini, yaitu variabel

bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Berikut ialah penjabarannya:

1. Variabel Bebas

Dosis jus daun Jati Belanda dengan kadar 0,05 g/BB/hari, 0,10 g/BB/hari, 0,15 g/BB/hari, 0,20 g/BB/hari, dan 0,25 g/BB/hari.

2. Variabel Terikat

Berat dan histologi ginjal mencit yang meliputi diameter tubulus, lumen, serta ketebalan sel epitel.

3. Variabel Kontrol

Suhu ruangan berkisar antara 23 0C - 29 0C. Makanan yang diberikan berupa

pakan tikus PC 551 sebanyak 5 gram/ekor mencit. Minum berupa air matang

dengan cara ad libitum, sebanyak 5 ml/ekor mencit. Pencahayaan dilakukan

(14)

17

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2012 sampai dengan Juli 2012. Pembuatan jus daun Jati Belanda dilakukan di Laboratorium Fisiologi Universitas Pendidikan Indonesia. Pemeliharaan mencit dan pemberian jus daun Jati Belanda dilakukan di kandang hewan milik pribadi bertempat di daerah Kiaracondong, Bandung. Pembedahan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Universitas Indonesia, sedangkan proses mikroteknik dilakukan di laboratorium Sruktur Hewan Universitas Pendidikan Indonesia.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mencit (Mus musculus L.) galur Swiss Webster dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

jantan usia empat bulan.

Kelompok perlakuan, terdiri dari lima kelompok mencit yang masing-masing kelompok diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/BB/hari, 0,10 g/BB/hari, 0,15 g/BB/hari, 0,20 g/BB/hari, dan 0,25 g/BB/hari serta kelompok kontrol, terdiri dari kelompok mencit yang diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,00 g/BB/hari atau hanya diberi aquades setiap harinya.

Banyaknya pengulangan untuk setiap kelompok yang diberikan diperoleh dari rumus (Federer 1983 dalam Febriani, 2012: 31) yaitu:

(T 1) (n – 1) > 15 ⇔ (6 – 1) (n – 1) > 15 ⇔5n – 5 > 15

n > n > 4

Keterangan: T = Jumlah perlakuan.

n = Jumlah pengulangan.

(15)

18

ekor. Secara acak mencit-mencit tersebut dikelompokan berdasarkan perlakuan yang diberikan, tujuan pengacakan adalah untuk menghilangkan bias (Sudjana, 2002).

[image:15.595.117.508.195.608.2]

Di bawah ini disajikan hasil pengacakannya: Tabel 3.1. Hasil Pengacakan

D 6 F 22 C 9 B 11 D 1 E 19

E 21 F 3 A 24 C 5 A 16 B 2

B 15 F 14 E 12 E 4 B 20 D 23

F 7 D 8 A 10 A13 C 18 C 17

Keterangan:

A : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,00 g/BB/hari. B : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,05 g/BB/hari. C : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,10 g/BB/hari. D : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/BB/hari. E : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,20 g/BB/hari. F : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/BB/hari. 1,2,3 dst: Nomor mencit.

Berdasarkan Tabel 3.1. maka diperoleh peta kandang sebagai berikut: Tabel. 3.2. Peta Kandang

Kandang Perlakuan

(Dosis Daun Jati Belanda) Nomor Mencit

A 0,00 g/BB/hari 24 16 10 13

B 0,05 g/BB/hari 11 2 15 20

C 0,10 g/BB/hari 9 5 18 17

D 0,15 g/BB/hari 6 1 23 8

E 0,20 g/BB/hari 19 21 12 4

F 0,25 g/BB/hari 22 3 14 7

F. Alat dan Bahan

[image:15.595.128.491.672.753.2]

Alat dan bahan yang digunakan untuk memperoleh data dari berat dan histologi ginjal mencit dapat dilihat pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4. di bawah ini:

Tabel 3.3. Alat-alat Penelitian

No. Nama Alat Jumlah Spesifikasi

1. Bak bedah 1 Buah P = 29,5 cm

2. Timbangan Dial-O-Gram 1 Buah Merk OHAUS

3. Tissue 1 Buah Merk Nice

(16)

19

5. Gelas ukur 1000 ml 1 Buah Merk Pyrex

6. Refrigerator 1 Buah Merk National NR-B 43

AGR

No. Nama Alat Jumlah Spesifikasi

7. Beaker glass 250 ml 1 Buah Merk Pyrex ® Iwaki

TE-32

8. Suntikan/alat gavage 2 Buah Merk Syring/981

9. Pisau bedah 2 Buah Merk B|BRAUN

10. Beaker glass 100 ml 2 Buah Merk Schott Duran

11. Neubauer-Improved 2 Buah Neubauer-Improved

0630010 LoT-No.3309

12.

Neraca timbangan analitik (Electrical Balance)

2 Buah Merk AND, HF 300

13. Cawan Petri 3 Buah Merk Normax

14. Pipet 4 Buah Merk (Pyrex) Iwaki

15. Bak plastik (kandang) 6 Buah 40 cm x 30 cm x 12 cm

16.

Microscope Slides Ground Edges dan Deck Glass

20 Buah

25,4 mm x 76,2 mm; 1 mm-1.2 mm thick dan 24 mm x 24 mm; 0.13

mm–0.17 mm

17. Thermometer ruang 1 Buah -

18. Lumpang dan alu 1 Buah -

19. Pinset 1 Buah -

20. Mikroskop cahaya 2 Buah -

21. Sarung tangan 3 Buah -

22. Lap 3 Buah -

23. Tempat minum 6 Buah -

24. Botol vial 24 Buah -

25. Cetakan paraffin 24 Buah -

26. Kertas label 1 Pak -

27. Objek glass 2 Pak -

28. Cover glass 2 Pak -

29. Mikrotom 1 Unit -

30. Magnetic stirrer 1 Unit -

31. Hot plate 1 Unit -

32. Kuas 2 Unit -

33. Staining jar 5 Unit -

[image:16.595.121.507.99.751.2]

34. Jarum pentul 1 Bungkus -

Tabel 3.4. Bahan-bahan Penelitian

No. Nama Bahan Jumlah

1. Mencit 30 Ekor

(17)

20

3. Parafin lunak dan keras 150 g

4. Aquades 10 liter

5. Minyak emersi 10 ml

6. Entelan 50 ml

No. Nama Bahan Jumlah

7. Eosin 100 ml

8. Jus daun Jati Belanda 150 ml

9. ERILICH’s Haematoxylin 200 ml

10. Eosin 2% 200 ml

11. HAUPS 200 ml

12. Toluol 200 ml

13. Xylol 500 ml

14. NaCl 0,9% 1000 ml

15. Alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96%,

100% 2400 ml

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan Kandang dan Pemeliharaan

Kandang yang dijadikan tempat pemeliharaan terbuat dari bak plastik berukuran 40 cm x 30 cm x 12 cm. Bak plastik diberi medium tempat hidup berupa serutan kayu. Bagian atas bak diberi ram kawat untuk mencegah mencit keluar dari kandang. Setiap kandang diberi tempat minum sebanyak satu buah (Utami, 2011).

b. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus Daun Jati Belanda

Bubuk daun Jati Belanda dikumpulkan dari pemasok obat herbal cina di daerah Pasar Baru, Bandung. Kemudian dilakukan pembuatan jus daun Jati Belanda dengan cara maserasi hidrolisis. Yakni maserasi dengan menggunakan air sebagai pelarut bahan yang dibuat jus (ICSH, 2008).

Pembuatan stok jus daun Jati Belanda dilakukan dengan cara melarutkan satu bagian bubuk daun Jati Belanda ke dalam 10 bagian air. Kemudian didiamkan dalam wadah tertutup alumunium foil selama 24 jam pada suhu ruangan serta diberi agitasi 60 rpm. Setelah 24 jam, larutan disaring dan residu-nya diperas.

(18)

21

hingga berubah menjadi pasta. Pasta kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan dijadikan sebagai stok untuk dijadikan jus daun Jati Belanda (Indriani, 2006).

Untuk masing-masing dosis dilakukan pembuatan dengan cara di bawah ini:

1) 0,00 g/BB/hari

Aquades 10 ml tanpa penambahan jus daun Jati Belanda.

2) 0,05 g/BB/hari

0,05 gram jus daun Jati Belanda dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml.

3) 0,10 g/BB/hari

0,10 gram jus daun Jati Belanda dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml.

4) 0,15 g/BB/hari

0,15 gram jus daun Jati Belanda dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml.

5) 0,20 g/BB/hari

0,20 gram jus daun Jati Belanda dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml.

6) 0,25 g/BB/hari

0,25 gram jus daun Jati Belanda dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml. Penentuan dosis didasarkan pada penelitian Adjirni et al., (2001) dan Rahardjo (2006). Dimana range 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari merupakan dosis aman penggunaan jus daun Jati Belanda. Sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/BB/hari (Adjirni et al., 2001; Utomo, 2008).

2. Tahap Perlakuan

a. Aklimatisasi Mencit

Sebelum diberi perlakuan, mencit di-aklimatisasi pada suhu ruangan rata-rata

23-29oC, periode ini dilaksanakan selama 7 hari dengan tujuan agar mencit bisa

beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit dikelompokan dalam kandang berukuran 40 cm x 30 cm x 12 cm berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan kepadatan empat ekor setiap kandang.

(19)

22

sebanyak seminggu sekali. Aklimatisasi dilakukan untuk meminimalkan faktor-faktor yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung.

b. Pemberian Jus Daun Jati Belanda

Pemberian jus daun Jati Belanda dilakukan selama 14 hari secara gavage, satu kali dalam sehari dilakukan setiap pagi. Tiap mencit dalam kelompok perlakuan diberi jus daun Jati Belanda sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Jus daun Jati Belanda yang diberikan adalah sebesar 0,25 ml/hari untuk masing-masing dosis. Hal ini bertujuan agar lambung mencit dapat menampung jus daun Jati Belanda selain pakan yang diberikan. Selama pemberian jus daun Jati Belanda, mencit diberi pakan standar sebanyak 5 g/ekor/hari dan minum secara ad libitum.

c. Pengambilan Ginjal

Mencit yang telah diberi perlakuan kemudian di-dekapitasi. ginjal kemudian dicuci dengan larutan salin 0,9%. Setelah dicuci, ginjal ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam botol yang berisi larutan formalin 5% untuk proses pengawetan.

d. Pembuatan Preparat

Pembuatan preparat dalam penelitian ini dilakukan dengan metode parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Erlich-Eosin. Tahapan kerja dari metode parafin adalah sebagai berikut: fiksasi, washing, dehidrasi, clearing, infiltrasi, embedding, sectioning, affixing, deparafinisasi, staining, mounting, dan labelling.

Ginjal yang telah di-fiksasi dengan larutan formalin 5% kemudian dicuci dengan aquades. Tahap berikutnya adalah dehidrasi yang dilakukan dengan merendam dalam larutan alkohol bertingkat (konsentrasi 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96%, dan 100%) masing-masing larutan diganti sebanyak tiga kali setiap 30 menit, selama direndam ginjal selalu diputar/digoyangkan. Setelah dehidrasi, dilakukan tahap penjernihan dengan larutan toluol sampai tampak

jernih selama 3 x 30 menit. Setelah tampak jernih, dapat memasuki tahap infiltrasi parafin. Tahap ini dilakukan di dalam oven yaitu dengan merendam dalam cairan

(20)

masing-23

masing kurang lebih satu jam. Setelah di-infiltrasi, ditanam dalam parafin keras menggunakan cetakan logam hingga terbentuk blok parafin dengan ditengahnya. Tahap penyayatan dilakukan menggunakan mikrotom dengan ketebalan irisan

4m. Irisan yang terbentuk ditempel pada gelas objek yang sebelumnya telah

diolesi haupt. Agar benar-benar menempel, irisan kemudian ditetesi aduades lalu

diletakkan di atas hot plate dengan suhu 40C hingga mengering. Tahap

selanjutnya adalah deparafinisasi yaitu menghilangkan parafin yang terdapat di dalam jaringan dengan cara merendam jaringan di dalam larutan xilol selama kurang lebih tiga detik. Setelah itu, jaringan memasuki tahap pewarnaan. Langkahnya yaitu mencelupkan jaringan ke dalam alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 30%, dan aquades.

Setelah itu, dilakukan pewarnaan dengan teknik yang diadaptasi dari Suntoro (1983). Jaringan kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna Hematoxylin Erlich selama 3-7 detik lalu dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya, jaringan

dicelupkan ke dalam alkohol 30%, 50%, 60%, dan 70%. Setelah itu, jaringan direndam dalam larutan pewarna yang kedua yaitu Eosin Y 0,5% dalam alkohol 70% selama 1-3 menit. Setelah terwarnai, jaringan dicelupkan kedalam alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, dan 100% lalu direndam dalam xilol selama lima menit. Tahap berikutnya adalah penutupan dengan cara menetesi jaringan dengan entelan kemudian ditutup dengan kaca penutup. Terakhir, preparat diberi label dengan keterangan yang jelas. Dengan demikian jaringan siap diamati dan diambil

gambarnya.

e. Pengukuran Berat Ginjal

Dilakukan dengan menggunakan timbangan neraca analitik, hasil pengukuran yang diambil merupakan hasil rata-rata dari tiga kali pengukuran.

f. Pengukuran Histologi Ginjal

Pengukuran histologi menggunakan mikroskop serta menggunakan microfotometer dengan skala 0,01 mm. Hasil pengukuran yang diambil

(21)

24

3. Tahap Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu data yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif. Adapun analisis data yang dilakukan sebagai berikut:

a. Analisis Kuantitatif

Data yang telah diperoleh dianalisis secara statistik dengan program SPSS 16.0 for windows menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05, oleh karena itu

kriteria penerimaan H0 adalah jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Tahap awal

yang dilakukan adalah uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk. Jika semua kelompok data berdistribusi normal maka dilanjutkan ke uji homogenitas menggunakan uji Levene untuk mengetahui perbedaan varians. Selanjutnya dilakukan uji Anova One-Way untuk mengetahui perbedaan rata-rata antar kelompok. Apabila terdapat perbedaan maka dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan rata-rata tiap pasang kelompok menggunakan uji Tukey jika kelompok data tersebut homogen dan menggunakan uji Games-Howell jika kelompok data tersebut tidak homogen.

Jika minimal satu kelompok data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan ke uji Kruskal-Wallis H untuk mengetahui perbedaan rata-rata antar kelompok. Apabila terdapat perbedaan maka dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan rata-rata tiap pasang kelompok. Uji Mann-Whitney U digunakan pada tiap pasang kelompok data yang memiliki minimal satu kelompok data yang tidak berdistribusi normal. Sedangkan untuk tiap pasang kelompok data yang berdistribusi normal digunakan uji T equal variance assumed jika pasangan kelompok data tersebut homogen dan digunakan uji T equal variance not assumed jika pasangan kelompok data tersebut tidak homogen.

Selanjutnya uji korelasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan korelasi Pearson jika variabel bebas dan variabel terikat berskala interval dan berdistribusi normal, adapun jika salah satu variabel tidak berskala interval dan tidak berdistribusi

(22)

25

b. Analisis Data Kualitatif

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemberian jus daun Jati Belanda mulai dosis 0,10 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari secara signifakn meningkatkan berat ginjal yaitu sebesar 86%. Rata-rata berat ginjal mencit semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya dosis jus daun Jati Belanda yang diberikan. Adapun rata-rata diameter tubulus, diameter lumen, serta ketebalan sel epitel semakin meningkat seiring dengan semakin berat ukuran ginjal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan jus daun Jati Belanda dalam rentang dosis antara 0,10 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari aman dikonsumsi bagi tubuh dalam jangka waktu singkat.

B. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Adjirni, B. Wahyoedi & Nuratmi, B. (2001). Penelitian Toksisitas Akut dan Subkronik Daun Jati Belanda pada Hewan Percobaan. [Online] Tersedia: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16TokisisitasAkut98.pdf/16Tokisisit asAkut98.html. [22 Februari 2012].

Adnan. (2002). Potensi Tumbuhan Sebagai Bahan Pengatur Fertilitas. [Online] Tersedia: http://www.scribd.com/doc/56934039/Potensi-Tumbuhan-Antifertilitas-adnan-UNM.html [22 Februari 2012].

Anfisku. (2011). Anatomi Sistem Reproduksi Pria Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Anatomi Urogenital Anatomi Internal Ginjal Anatomi Internal Bledder. [Online] Tersedia: http://anfisdeny.blogspot.com/p/anatomi-internal-ginjal.html. [20 Agustus 2013].

Anggriani, Y.D. (2008). Pengaruh Pemberian Teh Kombucha Dosis Bertingkat Per Oral Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Mencit Balb/C. [Online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/24332/Yuanita.pdf. [22 Maret 2013].

Ballenger, L. (1999). Mus musculus House Mouse [Online]. Tersedia: http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Mus_m usculus.html [ 26 Januari 2012].

Chandrasoma P. & Clive R. T. (2005). Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi II. Jakarta: EGC, pp: 629-30.

Charmy. (2010). “Morphological and Histological Study of Kidney in Juvenile

Great Sturgeon (Huso huso) and Persian Sturgeon (Acipenser persicus)”. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 7, (5), 505-511.

Cotran R. S., Rennke H., Kumar V. (2007). Ginjal dan Sistem Penyalurnya. Dalam: Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2. Edisi VII. Jakarta: EGC, pp: 572, 594-7.

Croteau, R. (2000) Natural Products (Secondary Metabolites). New York: American Society of Plant Physiologists.

Effendi I. & Markum H. M. S. (2007). Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal. Dalam: Sudoyo A. W., Setiyahada B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 505-9.

(25)

47

Febriani, B. I. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) terhadap Gambaran Histologis Testis pada Mencit (Mus musculus). Skripsi pada Program Studi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Gartner J. P. & Hiatt J. L. (2007). Color Text Book of Histology. 3th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 437-45.

Gusmayanti. (2008). Pengaruh pemberian ramuan ekstrak daun jati belanda (guazuma ulmifolia lamk.) dan rimpang bangle (zingiber purpureum roxb.) Terhadap bobot badan dan lemak tikus jantan dewasa. [Online] Tersedia:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17792/G0 8miq.pdf?sequence. [20 agustus 2013].

Guyton A. C., Hall J. E. (2007). Ginjal dan Cairan Tubuh. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. Jakarta: EGC, pp 307-9.

Harkness, J. E. & Joseph E. W. (1989). The Biology and Medicine of Rabbits and Rodents. London: Lea & Febiger.

Hartono, NWB. (2009). Pengaruh Alpinia Galanga (Lengkuas) Terhadap Aktifitas Proliferasi Sel dan Indeks Apoptosis pada Adenokarsinoma

Mamma Mencit C3H. [Online] Tersedia:

eprints.undip.ac.id/24719/1/Nani_Widjaja_Budi_Hartono.pdf. [23 Maret 2013].

Hendri, J. (2008). Jati Belanda si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. [Online]

Tersedia:

http://www.smallcrab.com/kesehatan/338--jati-belanda-si-pelangsing-pengursir-kaki-gajah.html [11 Februari 2012].

ICSH (International Centre of Science and High Techology). (2008). Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste: International Centre for Science and High Technology.

Indriani, S. (2006). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) . Jurnal Pertanian Indonesia. 11 (1) 13-17.

Junqueira L.E., Carneiro J., Kelley R.O. (2005). Basic Histology. 11th ed. Boston: Mc Graw-Hill, pp : 373-90.

Katzung B. G. (2002). Farmakologi: Dasar dan Klinik Buku 2. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika, pp: 484-6.

Khalid. (2009). Obat Pelangsing Jati Belanda. [Online] Tersedia:

(26)

48

King, D. (2002). Lobule of pig kidney. [Online]. Tersedia:

http:///www.siumed.edudking2/erg/GI152b.htm. [25 Maret 2013].

Martsolich KA. (2007). “Potensi Antioksidasi Ekstrak Air Dan Ekstrak

Etanol 70% Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)”. Institut

Pertanian Bogor.

Maulana, A.I.(2010). Ekstrak tauge (Phaseolus radiatus) mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol. Skripsi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Diterbitkan.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Paulsen D. F. (2000). Histology and Cell Biology: Examination and Board Review. 4th ed. Singapura: Mc Graw-Hill Book Co., pp: 244-6.

Pratita, (2008). (The Effect of Administering Bastard Cedar Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) Extract in Leveled Doses on Kidney Wistar Rat).[online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/23959/1/Pratita.pdf.

Rachmadani. (2001). Repository Institut Pertanian Bogor “Pemberian Ekstrak Air

Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Berpotensi Menurunkan Kadar Lipid Darah pada Tikus Putih”. [Online] Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16917/G01rac_abstr act.pdf?sequence=2.pdf. [11 Oktober 2011].

Rahardjo, S, Ngatijan & Pramono. (2006). Aktivitas Lipase Pankreas Rattus novergicus Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran Vol.38 (1), 15-23.

Ridho, M.R. (2010). Pengaruh Pemberian Deksametasan Dosis Bertingkat Per Oral 30 Hari Terhadap Kerusakan Tubulus Ginjal Tikus Wistar. [Online] Tersedia: eprints.undip.ac.id/23606/1/Moh._Rosyid.pdf [24 Maret 2013].

Robertzon, K., O'Donnell, L., Simpson, E., dan Jones, M. (2002). The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary Phytoestrogens Impact

Significantly on Testis Function”. Journal of Endocrinology. Vol. 8.

2913-2921.

Seigler, D., Pauli, G. & Wegelius, E.. (2005). “Cyanogenic Glycosides and

(27)

49

Setijono, M. M. (1985). Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor : diterbitkan.

Silitonga, (2011). Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata Extracts as Antiobesity : In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase activity. Hayati Journal of Biosciences Vol. 8 (1) 6-10.

Smith, J. B. & Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

Stevens, A. & Lowe J. S. (2005). Human Histology. 3th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 300-294.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukandar, (2009). “Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma

Ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Lipid Darah pada Tikus Jantan”. JKM.

Vol.8 No.2 Februari 2009: 102-112.

Suntoro, S. H. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Susetyarini, E. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Muhammadiyah Malang. “Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas terhadap Kadar Testosteron

Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan”. [Online] Tersedia:

http://research-report.umm.ac.id/index.php/research

report/article/viewFile/193/259_umm_research_report_fulltext.pdf [12

November 2011].

Taman Nasional Alas Purwo. (2007). Jati Belanda. [Online] Tersedia :http://www.tnalaspurwo.org/jati_belanda.pdf [12 November 2011].

Utami, N. (2011). Pengaruh Pemberian Jus Biji Pinang Terhadap Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Utomo, A. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Diponegoro “ Uji

Toksisitas akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) Pada Tikus Wistar”. [Online]

Tersedia:http://eprints.undip.ac.id/23952/1/Astika.pdf [11 Februari 2012].

Gambar

Tabel 3.1. Hasil Pengacakan
Tabel 3.4. Bahan-bahan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana memindahkan seluruh piringan tersebut ke sebuah tiang yang lain (dari A ke B); setiap kali hanya satu piringan yang boleh dipindahkan, tetapi tidak boleh ada piringan

Fasilitas website dalam internet yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengembangkan bisnis penjualannya dikenal dengan e-commerce

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah menentukan kondisi operasi optimum yang relatif lebih baik dalam proses isolasi eugenol dalam minyak cengkeh

PROSEDUR PENETAPAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)..

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah. sebagai

Permukaan bidang plafond dan dinding menjadi tempat perletakan sistem jaringan pipa distribusi air limbah dari ruang-ruang servis menuju sarana pembuangan, sedangkan bidang

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa alat bekerja dengan baik dan sesuai dengan sistem yang telah dibuat dengan tingkat keberhasilan 100%..

Keywords : Public Relations strategy, opinion leader, nicotine war, bloomberg,.