• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS BIJI PINANG MUDA (Areca catechu L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS BIJI PINANG MUDA (Areca catechu L.)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.)

YANG DIBERI JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)

DENGAN MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS BIJI

PINANG MUDA (Areca catechu L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

HENNY NATALYA SARI

0907002

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBANDINGAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.)

YANG DIBERI JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)

DENGAN MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS BIJI

PINANG MUDA (Areca catechu L.)

Oleh

HENNY NATALYA SARI

0907002

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

© Henny Natalya Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus L.)

YANG DIBERI JUS DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)

DENGAN MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI JUS BIJI

PINANG MUDA (Areca catechu L.)

Oleh

Henny Natalya Sari 0907002

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Saefudin, M.Si. NIP. 196307011988031003

Pembimbing II

Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M.S. NIP. 195904011983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(4)

Perbandingan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) yang Diberi Jus

Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan Mencit (Mus

musculus L.) yang Diberi Jus Biji Pinang Muda (Areca catechu L.)

ABSTRAK

Penelitian mengenai perbandingan kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus biji pinang muda (Areca catechu L.) telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan kualitas sperma mencit yang diberi jus daun Jati Belanda dengan mencit yang diberi jus biji pinang muda, kualitas sperma mencit tersebut terdiri dari konsentrasi sperma (x105/ml suspensi semen), abnormalitas sperma (%), motilitas sperma (%), dan kecepatan sperma (µm/detik). Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam kali pengulangan dan empat dosis perlakuan (0,00 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; 0,35 g/BB/hari) digunakan dalam penelitian ini. Mencit jantan usia empat bulan diberi perlakuan jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda dengan cara gavage selama 14 hari. Pada hari ke-15 mencit dimatikan dengan cara dislokasi leher kemudian dipisahkan alat reproduksinya untuk mengamati sperma dalam semen dari kauda epididimis. Hasil menunjukkan bahwa pemberian jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol dalam menurunkan kualitas sperma mencit. Perbedaan yang signifikan antara jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda terdapat pada persentase abnormalitas sperma, persentase motilitas sperma, dan kecepatan sperma mencit. Jus daun Jati Belanda dosis 0,25 g/BB/hari efektif dalam menurunkan persentase motilitas sperma dan menurunkan kecepatan sperma mencit, sedangkan dosis 0,35 g/BB/hari efektif dalam menurunkan konsentrasi sperma dan meningkatkan persentase abnormalitas sperma mencit. Jus biji pinang muda dosis 0,15 g/BB/hari efektif dalam menurunkan konsentrasi sperma, persentase motilitas sperma, dan kecepatan sperma mencit, sedangkan jus biji pinang muda dosis 0,25 g/BB/hari efektif dalam meningkatkan persentase abnormalitas sperma mencit. Perbandingan pengaruh kedua jus tersebut menunjukkan bahwa jus biji pinang muda lebih efektif dalam menurunkan kualitas sperma mencit dibandingkan dengan jus daun Jati Belanda. Jus biji pinang muda dosis 0,15 g/BB/hari lebih efektif dalam menurunkan kualitas sperma mencit, karena dosisnya rendah namun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kualitas sperma mencit.

Kata Kunci : Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), Pinang (Areca catechu

(5)

The Comparison of Sperm Quality between Mice (Mus musculus L.) Which

Were Given Bastard Caddar Leaves Juice (Guazuma ulmifolia Lamk.) and

Mice (Mus musculus L.) Which Were Given Young Betel Nut Seeds Juice

(Areca catechu L.)

ABSTRACT

Research on the comparison of sperm quality between mice (Mus musculus L.) which were given Bastard Caddar leaves juice (Guazuma ulmifolia Lamk.) and mice (Mus musculus L.) which were given young betel nut seeds juice (Areca catechu L.) has done. The purpose of this study was to analyze the comparison of sperm quality between mice which were given Bastard Caddar leaves juice and mice which were given young betel nut seeds juice, include sperm concentration (x105/ml cement suspension), sperm abnormalities (%), sperm motility (%), and

sperm velocity (μm/sec). Complete Random Draft (CRD) with six repetitions and

four-dose treatment (0,00 g/bw/day; 0,15 g/bw/day; 0,25 g/bw/day; 0,35 g/bw/day) used in this study. Four months old male mice were subjected to Bastard Caddar leaves juice and young betel nut seeds juice by gavage for 14 days. On the 15th day, mice were switched off by neck dislocation, then the reproductive organs separated to observe sperm in the semen from cauda epididymis. The results showed that giving Bastard Caddar leaves juice and young betel nut seeds juice have significant differences with the control group in lowering sperm quality of mice. Significant differences between Bastard Caddar leaves juice with young betel nut seeds juice were present in sperm abnormality percentage, sperm motility percentage, and sperm velocity of mice. Bastard Caddar leaves juice dose of 0,25 g/bw/day effective in lowering sperm motility percentage and lowering sperm velocity of mice, while a dose of 0,35 g/bw/day effective in lowering sperm concentration and increasing sperm abnormality percentage of mice. Young betel nut seeds juice dose of 0,15 g/bw/day effective in lowering sperm concentration, sperm motility percentage, and sperm velocity of mice, while young betel nut seeds juice dose of 0,25 g/bw/day effective in increasing sperm abnormality percentage of mice. Comparison effect of both juice showed that young betel nut seeds juice was more effective in lowering sperm quality of mice than Bastard Caddar leaves juice. Young betel nut seeds juice dose of 0,15 g/bw/day was more effective in lowering sperm quality of mice, because that dose is low but has a significant effect in lowering sperm quality of mice.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan ... 5

E. Manfaat ... 5

F. Asumsi ... 5

G. Hipotesis ... 6

BAB II MANFAAT TUMBUHAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DAN PINANG (Areca catechu L.) SERTA SISTEM REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN A. Deskripsi Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) ... 7

B. Kandungan Kimia Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Efeknya terhadap Fungsi Tubuh ... 9

C. Manfaat Tumbuhan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) ... 14

(7)

E. Kandungan Kimia Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.)

dan Efeknya terhadap Fungsi Tubuh ... 18

F. Manfaat Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) ... 20

G. Hewan Uji Mencit (Mus musculus L.) ... H. Sistem Reproduksi Mus musculus L. Jantan ... I. Spermatogenesis dan Spermatozoa pada Mus musculus L. Jantan ... J. Hormon Reproduksi Jantan dan Kontrolnya terhadap Spermatogenesis ... 22 25 28 31 K. Penilaian Kualitas Sperma ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Desain Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Waktu dan Lokasi Penelitian... 37

E. Alat dan Bahan ... 38

F. Prosedur Penelitian ... 38

1. Tahap Persiapan ... 38

a. Pembuatan Kandang Pemeliharaan Mencit ... 38

b. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus Daun Jati Belanda ... 38

c. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus Biji Pinang Muda... 39

2. Tahap Penelitian ... 40

a. Aklimatisasi Mencit ... 40

b. Penentuan Dosis ... 41

c. Pemberian Jus daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 41

d. Penghitungan Konsentrasi Sperma ... 42

(8)

f. Pengamatan Motilitas Sperma ... 43

g. Pengamatan Kecepatan Sperma ... 44

G. Analisis Data ... H. Alur Penelitian... 44 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Konsentrasi Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 46

2. Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 49

3. Persentase Motilitas Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 52

4. Kecepatan Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 57

B. Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 75

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Deskripsi Mus musculus L ... 24 3.1 Hasil Pengocokan Mencit dan Jenis Perlakuan ... 36 3.2 Peta Kandang Berdasarkan Hasil Pengocokan ... 36 4.1 Konsentrasi Sperma Mencit setelah Diberi Jus Daun Jati

Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 46 4.2 Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Diberi

Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 51 4.3 Persentase Motilitas Sperma Mencit Kriteria A (bergerak

maju) setelah Diberi Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji

Pinang Muda ... 53 4.4 Persentase Motilitas Sperma Mencit Kriteria B (bergerak

di tempat) setelah Diberi Jus Daun Jati Belanda dan Jus

Biji Pinang Muda ... 56 4.5 Kecepatan Sperma Mencit setelah Diberi Jus Daun Jati

[image:9.595.121.509.176.603.2]
(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pohon Jati Belanda ... 8

2.2 Daun dan Bunga Jati Belanda ... 8

2.3 Buah dan Biji Jati Belanda ... 9

2.4 Struktur Orlistat ... 10

2.5 Jenis Flavonoid pada Tumbuhan ... 12

2.6 Struktur Triterpenoid ... 13

2.7 Pohon dan Daun Pinang ... 16

2.8 Perbungaan pada Tumbuhan Pinang ... 17

2.9 Buah Pinang dan Irisan Melintang Biji Pinang ... 18

2.10 Struktur Kimia Arekolin ... 19

2.11 Mus musculus L. ... 23

2.12 Sistem Reproduksi Mus musculus L. Jantan ... 25

2.13 Proses Spermatogenesis ... 29

2.14 Tahapan Pematangan Sperma ... 31

2.15 Mekanisme Feedback Negative Hipofisis-Hipotalamus ... 32

3.1 Improved Neubauer ... 43

3.2 Alur Penelitian ... 45

4.1 Histogram Rata-rata Konsentrasi Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 47

4.2 Histogram Rata-rata Persentase Abnormalitas Sperma Mencit setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 49

[image:10.595.119.506.173.733.2]
(11)

(bergerak maju) setelah Pemberian Jus Daun Jati Belanda

dan Jus Biji Pinang Muda ... 52 4.5 Histogram Rata-rata Motilitas Sperma Mencit Kriteria B

(bergerak di tempat) setelah Pemberian Jus Daun Jati

Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 55 4.6 Histogram Kecepatan Gerak Sperma Mencit setelah

Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data Konsentrasi Jumlah Sperma Mencit Setelah Diberi Perlakuan Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji

Pinang Muda ... 75 2 Data Persentase Abnormalitas Sperma Mencit Setelah

Diberi Perlakuan Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji

Pinang Muda ... 76 3 Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak

Maju (Kriteria A) Setelah Diberi Perlakuan Jus Daun

Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 77 4 Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak Di

Tempat (Kriteria B) Setelah Diberi Perlakuan Jus

Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 78 5 Data Kecepatan Sperma Mencit Bergerak Maju

(Kriteria A) Setelah Diberi Perlakuan Jus Daun Jati

Belanda dan Jus Biji Pinang Muda ... 79 6 Uji Statistika Hasil Pengamatan Konsentrasi Sperma

Mencit (Mus musculus L.) dengan Software SPSS 18

for Windows ... 80 7 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase

Abnormalitas Sperma Mencit (Mus musculus L.)

dengan Software SPSS 18 for Windows... 85 8 Uji Statistika Hasil Pengamatan Persentase Jumlah

Sperma Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju

dengan Software SPSS 18 for Windows... 91 9 Uji Statistika Hasil Pengamatan Jumlah Sperma

(13)

Software SPSS 18 for Windows ... 97

10 Uji Statistika Hasil Pengamatan Kecepatan Sperma Mencit (Mus musculus L.) Bergerak Maju dengan Software SPSS 18 for Windows ... 100

11 Tabel Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan ... 106

12 Tabel Konversi Penghitungan Dosis ... 108

[image:13.595.118.507.77.628.2]
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kendala utama yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini umumnya bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak-hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk, yang tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan (Zaeni, 2006). Oleh karena itu, untuk mencegah tingginya laju pertumbuhan penduduk, perlu dilakukan birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi. Usaha untuk mengembangkan pemecahan masalah kependudukan di dunia tersebut adalah dengan mengadakan gerakan Keluarga Berencana (BKKBN, 1981).

(15)

Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat (Rachmadani, 2001). Daun tanaman ini sering digunakan sebagai campuran jamu untuk melangsingkan tubuh (Sukandar et al., 2009). Komposisi kandungan senyawa kimia dari daun Jati Belanda ialah flavonoid, tanin, alkaloid, triterpenoid, dan saponin (Utomo, 2008). Dalam beberapa penelitian yang telah

ada, disebutkan bahwa kandungan senyawa seperti isoflavonid, flavonoid, xanthon, tanin, alkaloid, triterpenoid, dan golongan steroid, merupakan senyawa

bioaktif pada tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat pengontrol fertilitas (Susetyarini, 2008). Jati Belanda memiliki semua senyawa tersebut, sehingga daun Jati Belanda pun berpotensi sebagai obat pengatur fertilitas.

(16)

Penelitian yang dilakukan oleh Yulianty (2012) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun Jati Belanda sejumlah 0,05 g/BB/hari hingga 0,25 g/BB/hari berpengaruh menurunkan kualitas sperma mencit (Mus musculus L). Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami (2011) didapatkan hasil bahwa pemberian jus biji pinang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sperma abnormal sekunder dan penurunan persentase motilitas sperma mencit jantan. Daun Jati Belanda dan biji pinang muda memiliki kesamaan kandungan senyawa bioaktif, yaitu flavonoid, alkaloid, dan tanin (Sukandar et al., 2009; IARC, 2004 dalam Jaiswal et al., 2011). Akan tetapi penelitian lanjutan mengenai perbandingan pengaruh kedua jenis tanaman tersebut belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus biji pinang muda (Areca catechu L.). Perbandingan tersebut meliputi konsentrasi sperma (jumlah

sperma/ml suspensi semen), abnormalitas sperma, motilitas sperma, dan kecepatan sperma yang merupakan komponen penentu kualitas sperma.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka didapatkan suatu rumusan masalah, yaitu :

Bagaimanakah perbandingan kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus biji pinang muda (Areca catechu L.)?".

Untuk memudahkan menjawab permasalahan tersebut, maka rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh pemberian jus daun Jati Belanda dengan jus biji

pinang muda terhadap konsentrasi sperma mencit?

2. Bagaimanakah pengaruh pemberian jus daun Jati Belanda dengan jus biji pinang muda terhadap abnormalitas sperma mencit?

(17)

4. Bagaimanakah pengaruh pemberian jus daun Jati Belanda dengan jus biji pinang muda terhadap kecepatan sperma mencit?

5. Jus manakah yang paling efektif untuk menurunkan kualitas sperma mencit? 6. Berapa dosis yang paling efektif untuk menurunkan kualitas sperma mencit?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) galur Swiss Webster usia empat bulan.

2. Sampel daun Jati Belanda yang digunakan adalah daun Jati Belanda yang telah dikeringkan dan telah digiling menjadi bubuk.

3. Jus daun Jati Belanda yang digunakan adalah air hasil hydrolytic maseration yang telah terpisahkan dari ampas dan selulosanya.

4. Jus biji pinang yang digunakan berasal dari biji pinang muda yang dihancurkan dan dikeringkan, lalu ditambahkan aquades dan dipanaskan. 5. Dosis yang digunakan adalah 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; dan 0,35

g/BB/hari (Adjirni et al., 2001; Aulanni’am et al., 2007; Rahardjo et al., 2006; Utomo, 2008; Yulianty, 2012).

6. Sampel sperma yang diamati berasal dari suspensi semen cauda epididymis mencit, dikarenakan sperma dalam cauda epididymis merupakan sperma yang telah termaturasi (Adyana, 2008: 215).

7. Parameter yang diukur adalah kualitas sperma mencit yang terdiri dari konsentrasi sperma (jumlah sperma/ml suspensi semen), abnormalitas sperma (%), motilitas sperma (%), dan kecepatan sperma mencit (Mus musculus L.). 8. Abnormalitas sperma yang diamati adalah abnormalitas sekunder, yakni

sperma yang mengalami patah ekor, kepala terpisah dengan ekornya, dan ekor menggulung (Basten, 2009).

(18)

D. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan mencit (Mus musculus L.) yang diberi jus biji pinang

muda (Areca catechu L.).

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai pengaruh pemberian jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda terhadap kualitas sperma mencit. Diharapkan masyarakat mengetahui tentang manfaat lain dari jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda yang berkaitan dengan kontrasepsi alami untuk pria. Selain itu, bila manfaat tanaman Jati Belanda dan pinang telah diketahui dan digunakan secara umum oleh masyarakat, hal ini akan berujung pada budidaya tanaman Jati Belanda dan pinang sebagai tanaman obat kaya manfaat.

F. Asumsi

Adapun asumsi yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah :

1. Tumbuhan memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai bahan pengatur fertilitas (Adnan, 2002; Griffin, 1990).

2. Senyawa bioaktif pada tumbuhan, khususnya kelompok senyawa steroid, alkaloid, isoflavonoid, flavonoid, triterpenoid dan xanthon memiliki

kemampuan sebagai bahan pengatur fertilitas (Adnan, 2002; Francis et al., 2002; Susetyarini, 2008; Robertzon et al., 2002; Wahyuningsih, 2011). 3. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) memiliki kandungan bahan kimia

steroid, alkaloid, tanin, flavonoid, triterpenoid, dan xanthon, yang dapat

digunakan sebagai bahan pengatur fertilitas (Rachmadani, 2001; Rahardjo et al., 2006; Sukandar et al., 2009; Seigler et al., 2005; Silitonga et al., 2011).

4. Biji Areca catechu L. memiliki kandungan bahan kimia flavonoid, tanin, dan alkaloid. Alkaloid terbesar dalam biji pinang adalah arekolin yang dapat

(19)

respon inflamasi (peradangan), yang berpengaruh terhadap gerakan flagel dan menyebabkan reduksi motilitas sperma (IARC, 2004 dalam Jaiswal et al., 2011; Er et al., 2006).

G. Hipotesis

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang ditempuh ialah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan dengan memanipulasi menggunakan perlakuan sesuai dengan kebutuhan (Nazir, 2003).

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana terdapat kelompok perlakuan dan kontrol dengan faktor lingkungan yang homogen (Nazir, 2003). Kelompok perlakuan terdiri dari tiga kelas. Masing-masing kelas diberi perlakuan dengan pemberian jus daun Jati Belanda sebanyak 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; 0,35 g/BB/hari dan sebagai perbandingannya dengan pemberian jus biji pinang muda sebanyak 0,15 g/BB/ hari; 0,25 g/BB/hari; dan 0,35 g/BB/ hari. Kelompok kontrol terdiri dari kelompok mencit yang hanya diberi aquades setiap harinya. Banyaknya pengulangan yang dilakukan (replikasi) diperoleh dari Federer, 1983 yaitu:

(T 1) (n – 1) > 15 (4 1) (n – 1) > 15 3n – 3 > 15

n > 18

3 Keterangan: T = jumlah perlakuan

n > 6 n = jumlah replikasi

(21)
[image:21.595.112.515.122.636.2]

Tabel 3.1 Hasil Pengocokan Mencit dan Jenis Perlakuan 1 D 23 2 A 12 3 B 6 4 D 30 5 D 14 6 A 8 7 C 7 8 C 4 9 A 42 10 D 13 11 B 2 12 A 31 13 B 33 14 C 27 15 D 37 16 C 1 17 D 24 18 C 19 19 C 11 20 B 3 21 B 26 22 A 15 23 A 5 24 B 34 25 F 39 26 G 21 27 E 10 28 G 29 29 F 25 30 E 9 31 G 32 32 F 20 33 E 41 34 E 16 35 G 36 36 F 40 37 E 38 38 G 17 39 F 28 40 G 35 41 F 18 42 E 22 Keterangan :

A : Kontrol Negatif

B : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,15 g/BB/hari C : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/BB/hari D : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,35 g/BB/hari E : Diberi jus biji pinang muda dengan dosis 0,15 g/BB/hari F : Diberi jus biji pinang muda dengan dosis 0,25 g/BB/hari G : Diberi jus biji pinang muda dengan dosis 0,35 g/BB/hari 1,2,3 dst : Nomor mencit

Berdasarkan Tabel 3.1. maka diperoleh penataan mencit berdasarkan nomor mencit yang telah didapatkan dengan cara pengacakan. Adapun peta kandang yang didapatkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Peta Kandang Berdasarkan Hasil Pengocokan

Kandang Nomor Mencit

A 12 8 42 31 15 5

B 6 2 33 3 26 34

C 7 4 27 1 19 11

D 23 30 14 13 37 24

E 10 9 41 16 38 22

F 39 25 20 40 28 18

G 21 29 32 36 17 35

Keterangan :

A : Kontrol Negatif

(22)

C : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,25 g/BB/hari D : Diberi jus daun Jati Belanda dengan dosis 0,35 g/BB/hari E : Diberi jus biji pinang muda dengan dosis 0,15 g/BB/hari F : Diberi jus biji pinang muda dengan dosis 0,25 g/BB/hari G : Diberi jus biji pinang muda dengan dosis 0,35 g/BB/hari 1,2,3 dst : Nomor mencit

Sebelum ke tahap perlakuan, seluruh hewan percobaan diaklimatisasi selama tujuh hari. Penimbangan berat badan dilakukan sebelum dan selama perlakuan. Parameter yang diukur adalah kualitas sperma mencit yang terdiri dari konsentrasi sperma (jumlah sperma/ml suspensi semen dari cauda epididymis), persentase abnormalitas sperma, persentase motilitas sperma dalam setiap mililiter sperma yang diejakulasikan, dan kecepatan sperma.

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak enam kali. Frekuensi pemberian jus dilakukan sebanyak satu kali setiap harinya sebelum pemberian pakan. Setelah dua minggu, semua mencit dibedah dan diambil spermanya. Kualitas sperma yang diamati meliputi konsentrasi sel sperma/ml suspensi semen cauda epididymis, persentase abnormalitas sperma, persentase motilitas sperma/ml suspensi semen cauda epididymis mencit, serta kecepatan gerak sperma.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sperma mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss Webster usia empat bulan.

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

(23)

E. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdapat di Laboratorium Fisiologi Universitas Pendidikan Indonesia, Laboratorium Struktur Hewan Universitas Pendidikan Indonesia, dan di rumah hewan Laboratorium Kebun Botani Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini terdapat pada Lampiran 11.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian ini meliputi tahap persiapan dan tahap penelitian. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan Kandang Pemeliharaan Mencit

Kandang mencit terbuat dari bak plastik berukuran 40 cm x 30 cm x12 cm. Bak plastik diberi medium tempat hidup mencit berupa serutan kayu. Bagian atas bak diberi ram kawat untuk mencegah mencit keluar dari kandang. Kandang diberi tempat minum mencit sebanyak satu buah setiap kandang (Utami, 2011).

b. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus Jati Belanda

Bubuk daun Jati Belanda dikumpulkan dari pemasok obat herbal Cina di daerah Pasar Baru, Bandung. Sampel bubuk daun Jati Belanda diambil dari daun kelima dari pucuk (Kuya, 2013). Kemudian dilakukan ekstraksi dengan cara hydrolytic maseration atau maserasi hidrolisis. Yakni maserasi dengan

menggunakan air sebagai pelarut bahan yang diekstraksi (ICSH, 2008).

(24)

Untuk masing-masing dosis, dilakukan pengenceran ekstrak dengan cara: 1) 0,15 g/BB/hari

3,0 gram ekstrak dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

2) 0,25 g/BB/hari

5,0 gram ekstrak dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

3) 0,35 g/BB/hari

7,0 gram ekstrak dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

4) 0,00 g/BB/hari (kontrol)

Terdiri dari aquades tanpa jus daun Jati Belanda.

c. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Jus Biji Pinang Muda

(25)

Untuk masing-masing dosis, dilakukan pembuatan jus biji pinang muda dengan cara:

1) 0,15 g/BB/hari

30 gram biji pinang ditambahkan aquades 200 ml dan dipanaskan hingga tersisa 100 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

2) 0,25 g/BB/hari

50 gram biji pinang ditambahkan aquades 200 ml dan dipanaskan hingga tersisa 100 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

3) 0,35 g/BB/hari

70 gram biji pinang ditambahkan aquades 200 ml dan dipanaskan hingga tersisa 100 ml, kemudian diberikan sebanyak 0,5 ml/hari/ekor mencit.

4) 0,00 g/BB/hari (kontrol)

Terdiri dari aquades tanpa jus biji pinang muda.

2. Tahap Penelitian

a. Aklimatisasi Mencit

Pemeliharaan hewan dilakukan selama satu minggu di ruangan terkondisikan di Laboratorium Kebun Botani UPI, Bandung. Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimatisasi pada suhu ruangan rata-rata 23-29oC, periode ini dilaksanakan selama 7 hari dengan tujuan agar hewan uji teradaptasi dengan kondisi lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit dikelompokkan dalam kandang berukuran 40cm x30cm x12 cm berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan kepadatan enam ekor setiap kandang.

(26)

b. Penentuan Dosis

Dosis yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 0,00 g/BB/hari (kontrol); 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; dan 0,35 g/BB/hari. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan dari penelitian Utomo (2008) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak alkohol daun Jati Belanda sejumlah 6324 mg/kg BB tidak memberikan kematian pada tikus putih. Selain itu dalam penelitian Adjirni et al. (2001) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak air daun Jati Belanda sampai 941 mg/kg BB atau setara dengan 0,94 g/kg BB (100 kali dosis normal) tidak memberikan kematian pada mencit, sehingga dapat dikatakan bahwa jus daun Jati Belanda merupakan bahan yang aman digunakan dalam pengobatan. Penelitan dari Rahardjo et al. (2006) juga menyatakan bahwa dosis 100-350 mg/BB/hari merupakan dosis aman untuk digunakan pada hewan uji. Diambilnya range antara 0,15 g/BB/hari hingga 0,35 g/BB/hari didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianty (2012), dengan hasil yang paling berpengaruh terhadap kualitas sperma didapat pada dosis tertinggi yakni 0,25 g/BB/hari dari kelima dosis perlakuan (0,05 g/BB/hari; 0,10 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,20 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari). Range 0,15 g/BB/hari hingga 0,35 g/BB/hari merupakan dosis aman penggunaan jus daun Jati Belanda, sedangkan dosis lethal sendiri berjumlah 1,34 gram/BB/hari (Adjirni et al., 2001). Pada penelitian Aulanni’am et al. (2007) dan Akmal et al. (2010), hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air biji pinang sejumlah 4 g/200 g BB/hari tidak memberikan kematian pada tikus putih atau setara dengan 0,56 g/BB/hari pada hewan uji mencit.

c. Pemberian Jus Daun Jati Belanda dan Jus Biji Pinang Muda

(27)

Selama pemberian jus (2 minggu), mencit diberi pakan standar sebanyak 5 g/ekor dan minum secara ad libitum.

d. Penghitungan Konsentrasi Sperma

Hewan uji yang telah diberi perlakuan pemberian jus selama 14 hari dimatikan dengan cara dislokasi leher kemudian dibedah dan dipisahkan organ reproduksinya. Konsentrasi sperma per ml suspensi semen dari cauda epididiymis diamati dengan cara mengambil organ testis beserta epididimis lalu diletakkan di dalam petridisk yang berisi NaCl 0,9%. Kemudian cauda epididiymis dipisahkan dengan cara memotong bagian proksimal korpus epididimis dan bagian distal vas deferens dengan menggunakan mikroskop binokuler pada pembesaran 400 kali.

Bagian cauda epididiymis yang telah dipotong tersebut dimasukkan ke dalam cawan Petri yang berisi 1 ml NaCl 0,9%. Kemudian bagian proksimal kauda sedikit dipotong dengan menggunakan gunting. Setelah kauda terpotong, maka dilakukan penekanan dengan perlahan hingga cairan epididimis keluar dan tersuspensi dengan NaCl 0,9%. Penekanan dilakukan dengan menggunakan spatula atau sonde. Kemudian suspensi dihomogenkan, sehingga di dapatkan campuran semen yang tersuspensi dengan baik. Kemudian suspensi semen tersebut diambi sebanyak 10 µl lalu diteteskan ke dalam haemocytometer Neubauer, dan ditutup dengan cover glass untuk selanjutnya diamati serta

dihitung konsentrasi sperma mencit tersebut (Machmudin et al., 2011). Jumlah sperma/ml suspensi semen dari kauda epididimis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suparni, 2009).

Keterangan: N = jumlah sperma pada kotak A, B, C, D, dan E (improved Neubauer haemocytometer).

(28)
[image:28.595.114.507.108.532.2]

Gambar 3.1. Improved Neubauer (Haemocytometer)

(Sumber: Perez, 2006)

e. Pengamatan Abnormalitas Sperma

Pengamatan abnormalitas sperma dilakukan dengan cara mengamati morfologi sperma dari lima bidang pandang haemocytometer pada setiap preparat dengan mikroskop binokuler pada pembesaran 400x. Kemudian dilakukan pengamatan jumlah spermatozoa abnormal lalu menghitung persentase (%) jumlah sperma abnormal tersebut.

Preparat apusan sperma menggunakan pewarna eosin dibuat untuk melihat lebih jelas morfologi sperma yang mengalami abnormalitas. Cairan suspensi sperma yang telah diamati kemudian diteteskan di atas kaca objek. Kemudian dismear menggunakan kaca objek bersih dengan kemiringan 45º. Kemudian hasil smear didiamkan kering pada suhu ruang kemudian ditetesi dengan alkohol 96%,

setelah itu dibiarkan mengering. Setelah kering, hasil smear diwarnai dengan menggunakan eosin 1%, kemudian dibiarkan mengering serta dibilas dengan menggunakan aquades.

f. Pengamatan Motilitas Sperma

Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung persentase (%) spermatozoa yang motil dari sperma pada lima bidang pandang pada haemocytometer. Motilitas dari spermatozoa di dalamnya dikelompokkan ke

A

C D

(29)

dalam kriteria A (bergerak maju) dan B (bergerak di tempat) berdasarkan penampakan spermatozoa (Ashfahani et al., 2008; Yatim, 1994).

g. Pengamatan Kecepatan Sperma

Pengamatan kecepatan spermatozoa dilakukan dengan cara menghitung waktu yang diperlukan oleh 1 ekor sperma untuk menempuh 4 kotak (200 µm) Hemacytometer Neubauer. Setiap pengamatan kecepatan sperma dilakukan

sebanyak tiga kali pengulangan, yang berasal dari sperma yang bergerak lurus (Ashfahani et al., 2008).

G. Analisis Data

(30)
[image:30.595.115.506.125.709.2]

H. Alur Penelitian

Gambar 3.2. Alur Penelitian

TAHAPAN PERENCANAAN

Observasi Literatur Studi Lapangan

Pembuatan Proposal

TAHAPAN PRA PENELITIAN

Pembuatan jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda

Persiapan alat dan bahan Persiapan kandang pemeliharaan

mencit

Aklimatisasi

TAHAP PERLAKUAN

Pemberian jus daun Jati Belanda dan jus biji pinang muda terhadap mencit jantan (dosis 0,0 g/BB/hari; 0,15 g/BB/hari; 0,25 g/BB/hari; 0,35 g/BB/hari sebanyak 0,5

ml/ekor mencit/hari) selama 14 hari

Penghitungan konsentrasi sperma (jumlah sperma/ml suspensi semen), abnormalitas sperma (%), motilitas sperma (%), dan

kecepatan sperma mencit

ANALISIS DATA

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pemberian jus daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan jus biji pinang muda (Areca catechu L.) memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol dalam menurunkan kualitas sperma mencit. Perbedaan yang signifikan antara jus daun Jati Belanda dengan jus biji pinang muda terdapat pada persentase abnormalitas sperma, persentase motilitas sperma, dan kecepatan sperma mencit. Jus daun Jati Belanda dosis 0,25 g/BB/hari efektif dalam menurunkan persentase motilitas sperma dan menurunkan kecepatan sperma mencit, sedangkan dosis 0,35 g/BB/hari efektif dalam menurunkan konsentrasi sperma dan meningkatkan persentase abnormalitas sperma mencit. Jus biji pinang muda dosis 0,15 g/BB/hari efektif dalam menurunkan konsentrasi sperma, persentase motilitas sperma, dan kecepatan sperma mencit, sedangkan jus biji pinang muda dosis 0,25 g/BB/hari efektif dalam meningkatkan persentase abnormalitas sperma mencit. Perbandingan pengaruh kedua jus tersebut menunjukkan bahwa jus biji pinang muda lebih efektif dalam menurunkan kualitas sperma mencit dibandingkan dengan jus daun Jati Belanda. Jus biji pinang muda dosis 0,15 g/BB/hari lebih efektif dalam menurunkan kualitas sperma mencit, karena dosisnya rendah namun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kualitas sperma mencit.

B. Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Achiraman, S. & Archunan, G. (2002). “Characterization of Urinary Volatiles in Swiss Male Mice (Mus musculus): Bioassay of Identified Compounds”. J Biosci. 27, (7), 679–86.

Adil, E. (1987). Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Adimulya, A. (1990). “Prospek Penelitian dalam Bidang Andrologi Untuk

Menunjang NKKBS”, dalam Simposium Genetika dan Andrologi. Bandung. Adjirni, Wahyoedi, B., & Nuratmi, B. (2001). Penelitian Toksisitas Akut dan

Subkronik Daun Jati Belanda pada Hewan Percobaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. [Online]. Tersedia: http://www.kalbe.co.id/files/ cdk/files/16TokisisitasAkut98.pdf/16TokisisitasAkut98.html [8 Juli 2013] Adnan. (2002). Potensi Tumbuhan Sebagai Bahan Pengatur Fertilitas. [Online].

Tersedia: http://www.scribd.com/doc/56934039/Potensi-Tumbuhan-Antifertilitas-adnan-UNM.html [12 September 2013]

Adyana, K. (2008). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Akmal, M., Mahdi, C., & Aulanni’am. (2010). “Peningkatan Konsentrasi Testosteron pada Tikus Akibat Paparan Ekstrak Air Biji Pinang”. Jurnal Veteriner. 11,(4), 244-250.

Andriani, Y. (2005). “Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Bobot Badan Kelinci yang Diberi Pakan Berlemak”. Jurnal Jurusan Kimia FMIPA Bengkulu. 1-2.

Ashfahani, E., Wiratmini, N., & Sukmaningsih, A. (2008). “Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe). Jurnal Biologi. 14, 20-23. Astika, G.N. (1991). Perspektif Kontraksepsi Herbal Pria. Surabaya: Konggres

Nasional V PANDI.

(33)

Awang, M.N. (1986). “Estimation of Arecoline Contents in Commercial Areca (Betel) Nuts and Its Relation to Oral Precancerous Lesions”. Singapore Medicine Journal. 27, (4), 317-320.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (1981). Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan Program Kependudukan. Jakarta: BKKBN.

Basten, S. (2009). Male Subfecundity. Dalam The Future of Human Reproduction [Online], Vol 6, 21 halaman. Tersedia: http://www.spi.ox.ac.uk/fileadmin/ documents/pdf/Sperm_-_Number_6.pdf [12 September 2013]

Campbell, N., Reece, J.B., Lawrence G.M., Urry, L., Molles M., Zimmer, C., Wills, C., Minorsky, P., Niles, M.J., & Stretton, A. (1999). Biology Fifth Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Campbell, N., Reece, J.B., Urry, L., Molles M., Zimmer, C., Wills, C., Minorsky, P., Niles, M.J., & Stretton, A. (2005). Biology Seventh Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Chamero, P., Marton, T.F., & Logan, D.W. (2007). “Identification of Protein Pheromones That Romote Aggressive Behaviour”. Nature. 450, (7171), 899– 902.

Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.

Croteau, R. (2000) Natural Products (Secondary Metabolites). New York: American Society of Plant Physiologists.

CSIR (Council of Scientific and Industrial Research). (1985). The Wealth of India (Row Material) (Volume 1A). New Delhi, India: CSIR Publication and Information Directorate.

Ditjen POM. (1978). Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Er, T.K, Tsai, E.M., Tsai, L.Y., Ko, Y.C., & Lee, J.N. (2006). “In Vitro Effects of Arecoline on Sperm Motility and Cyclooxygenase-2 Expression”. The Journal of Toxicological Sciences. 31, (1), 75–82.

Francis, G., Kerem, Z., Makkar H.P.S., & Becker, K. (2002). “The Biological Action of Saponins in Animal Systems: A Review”. British Journal of Nutrition. 88, 587-605.

(34)

Grieve, M. (1995). A Modern Herbal (Areca Nut). [Online]. Tersedia: http://www. botanical.com/botanical/mgmh/a/areca056.html [12 September 2013]

Griffin, P.H. (1990). Plants for Fertlity Regulation. Geneva, Swiss: WHO Technical Report Series.

Hadley, M.E. (2000). Adrenal Steroid Hormone, in Endocrinology. Prentice-Hall. Han, L., Fang, Y., Li, M., Yang, H., & Huang, F. (2013). The Antitumor Effects of

Triterpenoid Saponins from the Anemone flaccida and the Underlying Mechanism. [Online]. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC3804048 [24 September 2013]

Harlis. (2011). “Morfologi Spermatozoa Epididimis Tikus (Rattus novergicus, L) setelah Diperlakukan Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri, L.)”. Paradigma. 15, 39-44.

Hendri, J. (2008). Jati Belanda si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. [Online]. Tersedia: http://www.smallcrab.com/kesehatan/338--jati-belanda-si-pelangsing-pengursir-kaki-gajah.html [28 September 2013]

IARC (International Agency for Research on Cancer). (2004). Betel-quid and Areca-nut Chewing and Some Areca-nut-derived Nitrosamines. Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans (Volume 85). Lyon, France: IARC Scientific Publications WHO.

ICSH (International Centre of Science and High Technology). (2008). Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste: International Centre for Science and High Technology.

Indriani, S. (2006). “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L)”. Jurnal Pertanian Indonesia. 11, (1), 13-17.

Jaiswal, P., Kumar, P., Singh, V.K., & Singh, D.K. (2011). “Areca catechu L.: A Valuable Medicine Against Different Helath Problems”. Research Journal of Medicinal Plant. 5, (2), 145–152.

Keine, B. (2007). Orlistat. [Online]. Tersedia: http://www.pharmawiki.ch/wiki/ index.php?wiki=Orlistat [28 Oktober 2013]

Kimoto, H., Haga, S., Sato, K., & Touhara, K. (2005). "Sex-Specific Peptides from Exocrine Glands Stimulate Mouse Vomeronasal Sensory Neurons”. Nature. Vol 437, 898-901. [Online]. Tersedia: http://www.nature.com/ nature/journal/v437/n7060/abs/nature04033.html. [28 September 2013] Kristina & Syahid. (2007). Penggunaan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera),

(35)

[Online].Tersedia:http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co m_content&view=article&id=76:penggunaan-tanaman-kelapa-pinang-areca-catechu-dan-aren-sebagai-tanaman-obat&catid=19:artikel&Itemid=9 [12 September 2013]

Kusumaningrum, R. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah.

Lakpanhal, P. (2007). “Quercetin: A Versatile Flavonoid”. Internet Journal of Medical Update. 2, (2), 22-37.

Lawrence, M.J., & Brown, R.W. (1974). Mammals of Britain Their Tracks, Trails and Signs. Blandford Press

Lee, K.K., & Choi, J.D. (1999), “The Effects of Areca Catechu L Extract. II. on Anti-Inflammation and Anti-Melanogenesis”. International Journal of Cosmetic Science. 21, 275–284.

Lenny, S. (2006). Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Karya Ilmiah pada FMIPA Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.

Lyneborg, L (1971). Mammals of Europe. Blandford Press.

Maafir, R. (2008). Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less) terhadap Proses Spermatogenesis pada Mencit (Mus musculus L.). Skripsi FMIPA UIN Malang: tidak diterbitkan.

Machmudin, D., Hernawati, Priyandoko, D., & Shintawati, R. (2011). Embriologi Hewan. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Medero. (2008). Mouse Lecture & Wet Lab. [Online]. Tersedia:

http://www.uprh.edu/~RISE/activities/mouse/files/page11_1.jpg [25 Oktober 2013]

Meiyanto, E., Susidarti, S.A., Handayani, S., & Rahmi, F. (2008). Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Mampu Menghambat Proliferasi dan Memacu apoptosis sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia, 19, (1), 12-19.

Mhdsyukur. (2009). Teknik Budidaya Pinang. [Online]. Tersedia: http://mhdsyukur.wordpress.com [3 Januari 2013]

(36)

Miller, W.L. & Strauss, J.F. (1999). “Molecular Pathology and Mechanism of Action of the Steroidogenic Acute Regulatory Protein, StAR”. J.Steroid Biochem Mol Biol. 69, 131 – 141.

Mills, S. & Bone, K. (2000). Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. Edinburgh: Churchill Livingstone.

Modareshi, M., Messripouri, M., & Khorami, H. (2011). “Effect of Soybean on Male Reproductive Physiology in Mice”. International Conference on Life Science and Technology. [Online]. Tersedia: http://www.ipcbee.com/vol3/5-L014.pdf [13 Oktober 2013]

Muchtaromah, B. (2009). “Potensi Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)

Terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus)”. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus. 3D, 57–60.

Musser, G., Amori, G., Hutterer, R., Kryštufek, B., Yigit, N. & Mitsain, G. (2008). Mus musculus (2008 IUCN Red List of Threatened Species). [Online]. Tersedia: http://www.ucnredlist.org/details/13972. [28 September 2013]

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nisa, L.S. (2004). Kontrasepsi Alami untuk Pria. [Online]. Tersedia: http://www.radarbanjarmasin.com./berita/index.asp?Berita=Kesehatan&id=4 6397. [12 September 2013]

Norris, D.O. (1980). Vertebrate Endocrinology. Philadelphia: Lea & Febiger. Nurholis, D. (2011). Manfaat Buah Pinang. [Online]. Tersedia:

http://resepminumankesehatan.blogspot.com/2013/07/manfaat-buah-pinang.html [13 Juli 2013]

Oudhia, P. (2001). Traditional medicinal knowledge about common herbs used in treatment of Erysipelas in Chhattisgarh, India. [Online]. Tersedia: http://www.botanical.com/site/column_poudhia/340_erysipelas.html [13 Oktober 2013]

____________. (2002). Some Less Known Traditional Medicinal Uses of Common Herbs Used in Treatment of Eczema in Chhattisgarh, India. [Online].Tersedia:http://www.botanical.com/site/column_poudhia/409_ecze ma.html [13 Oktober 2013]

(37)

Partodiharjo, S. (1980). Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Penerbit Mutiara.

Perez, S. (2006). Cell Counts using Improved Nebauer Haemocytometer. [Online]. Tersedia: http:www.people.oregonstate.edu [28 Oktober 2013] Putrisusanti, Y. (2013). Tikus Putih. [Online]. Tersedia: http://putihtikus.blogspot.

com/2013/04/budidaya-tikus-putih.html [24 September 2013]

Rachmadani. (2001). Repository Institut Pertanian Bogor “Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Berpotensi Menurunkan

Kadar Lipid Darah pada Tikus Putih”. [Online]. Tersedia:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16917/G01rac_abstrac t.pdf?sequence=2.pdf [12 September 2013]

Rahardjo, S., Ngatijan, & Pramono, S. (2006). “Aktivitas Lipase Pankreas Rattus novergicus Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran. 38, (1), 15-23.

Robertzon, K., O'Donnell, L., Simpson, E., & Jones, M. (2002). “The Phenotype of the Aromatase Knockout Mouse Reveals Dietary Phytoestrogens Impact Significantly on Testis Function”. Journal of Endocrinology. 8, 2913-2921. Russell, L.D., Ettlin, R.A., Hikim, A.P., & Clegg, E.D. (1990). Mammalian

spermatogenesis. In Histological and Histopathological Evaluation of the Testis (ed. L. D. Russell, R. Ettlin, A. P. Sinha Hikim and E. D. Clegg), pp. 1-40. Clearwater, FL: Cache River Press.

Schwiebert, R. (2007). The Laboratory Mouse. Laboratory Animal Center National University of Singapore (LAC-RCULA) Web Handout, 1-24.

Seigler, D., Pauli, G., & Wegelius, E. (2005). “Cyanogenic Glycosides and Menisdaurin from Guazuma ulmifolia, Ostrya virginiana, Tiquilia canescens”. Journal of Phytochemistry. 66, (1), 1567-1580.

Sentra Informasi IPTEK. (2005). Tanaman Obat Indonesia (Pinang). [Online]. Tersedia; http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=94 [28 Oktober 2013]

Setiadi, H. & Nukman, M. (1994). Peran Testosteron Sebagai Kontrasepsi Pria. Medika (No. 2 Tahun 2000).

Shyi-Wu, Guey-Shyang, W.H., Te-Jung, C., & Wang, P.S. (2008). “Effects of Arecoline on Testosterone Release in Rat”. Am J Physiol Endocrinil Metab. 295, E497-E504.

(38)

Antiobesity : In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase activity”. Hayati Journal of Biosciences. 8, (1), 6-10.

Soeharsono & Sarmanu. (1998). Histologik Testis Tikus Putih yang Diberi Suntikan Medroksi Progesteron Asetat. Surabaya: Lembaga Penelitian Unair.

Sopia, S. (2009). Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus Wistar Hiperlipidemia. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah FK Universitas Dipenogoro, Semarang. Staples & Bevaqua. (2006). Areca catechu (Betel Nut Palm). [Online]. Tersedia:

http://www.agroforestry.net/tti/Areca-catechu-betel-nut.pdf [13 Juli 2013] Stocco, D.M. & Clark, B.J. (1996). “Role of Steroidogenic Acute Regulatory

Protein (StAR) in Steroidogenesis.” Biochem Pharmacol 51, 197 – 205.

Sudjana. (2002). Desain dan Analisis Eksperimen Edisi IV. Bandung: Tarsito. Suharmiati & Maryani, H. (2003). Khasiat dan Manfaaat Jati Belanda, si

Pelangsing dan Peluruh Kolesterol. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Sukandar, E.Y., Elfahmi, & Nurdewi. (2009). “Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Lipid Darah pada Tikus Jantan”. Jurnal Kedokteran Maranatha. 8, (2), 102–112.

Sulaksana, J. (2005). Kemuning Dan Jati Belanda Dan Pemanfaatan Untuk Obat. Jakarta: Penabur Swadaya.

Suparni. (2009). Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Jumlah Sperma dan Morfologi Sperma Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L.) yang Dipaparkan Monosodium Glutamat (MSG). Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.

Susetyarini, E. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Muhammadiyah Malang. “Efek Senyawa Aktif Daun Beluntas terhadap Kadar Testosteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan”. [Online]. Tersedia: http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/193/259_umm_ research_report_fulltext.pdf [28 Oktober 2013]

Taman Nasional Alas Purwo. (2007). Jati Belanda. [Online]. Tersedia: http://www.tnalaspurwo.org/jati_belanda.pdf [13 Oktober 2013]

Taman Nasional Alas Purwo. (2010). Pinang (Areca catechu). [Online]. Tersedia: http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_pinang_areca_catechu.pdf [28 Oktober 2013]

(39)

University Animal Care Committee (UACC). (2009). Module 1. The Laboratory Mouse (Handling and Restrain). McGill Handout Mouse Module 1, 1-21.

Utami, N. (2011). Pengaruh Pemberian Jus Biji Pinang Terhadap Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Utomo, A. (2008). Laporan Karya Ilmiah Universitas Diponegoro “ Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) pada Tikus Wistar”. [Online] Tersedia:

http://eprints.undip.ac.id/23952/1/Astika.pdf [14 November 2013]

Wahyuningsih, R.S. (2011). Pengaruh Isoflavon Kedelai Terhadap Kadar Hormon Testosteron, Berat Testis, Diameter Tubulus Seminiferus, dan Spermatgenesis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi Biomedik Universitas Diponegoro. [Online]. Tersedia: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ PENGARUH-ISOFLAVON-KEDELAI-TERHADAP-KADAR-HORMON-

TESTOSTERON-BERAT-TESTIS-DIAMETER-TUBULUS- SEMINIFERUS-dan-SPERMATOGENESIS-TIKUS-PUTIH-JANTAN-Rattus-norvegicus.pdf [3 Januari 2013]

Wang, C.K., & Lee, W.H. (1996). “Separation, Characteristics, and Biological Activities of Phenolics in Areca Fruit”. J. Agric. Food Chem. 44, 2014 -2019. Wang, C.K., Lee, W.H., & Peng, C.H. (1997). “Contents of Phenolics and

Alkaloids in Areca catechu Linn. During Maturation. J Agric Food Chem. 45, 1185-1188.

Wang, S.W., Hwang, G.S., Chen, T.J., & Wang, P.S. (2008). “Effects of Arecoline on Testosterone in Rats”. Am J Physiol Endocrinol Metab. 295, E497-E504.

Wetwitayaklung, P., Phaechamud, T., Limmatpavirat, C., & Keokitichai, S. (2006). “The Study of Antioxidant Capacity in Various Part of Areca catechu L.”. Naresuan University Journal. 14, (1), 1–14.

Wongso, A.D. (2008). Morfologi Spermatozoa. [Online]. Tersedia: http://klinikandrologi.blogspot.com/2008/07/morfologi-sperma-morfologi-yang.html [28 Oktober 2013]

Yatim, W. (1994). Histologi. Bandung : Tarsito.

(40)

Yulianty, N. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan .........
Tabel 3.1 Hasil Pengocokan Mencit dan Jenis Perlakuan 1 2 3 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan antivirus dari ekstrak Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) merupakan upaya yang diharapkan dapat menanggulangi masalah DBD yang ada di Indonesia.C. Apakah

Grafik yang Menunjukkan Hubungan Antar Formula terhadap nilai Viskositas Sediaan Pelembab Ekstrak Air Daun Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia Lamk.) .... Uji Homogenitas

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana pengaruh pemberian infusa daun jati belanda ( Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap kadar trigliserida

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet hisap

Toksisitas Aktif Steroid Ekstrak Daun Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia Lamk) dapat memperbaiki profil lipid pada darah tikus

Gambar 4.4 Pengaruh Lama Perendaman dalam Asam Sulfat terhadap Persentase Daya Berkecambah terhadap Biji Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu: Apakah pemberian ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)