• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISA (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISA (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF)

DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Administrasi Pendidikan

Oleh:

Desi Lestari

1100661

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

(3)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI

DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Oleh:

Desi Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Desi Lestari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

(4)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

(6)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini berjudul Analisis Program Diklat Participatory Rural Appraisal Di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi program yang dilakukan di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten yang difokuskan pada: 1). contex yaitu identifikasi kebutuhan diklat, 2). input yaitu persiapan kebutuhan diklat, 3). process yaitu pelaksanaan diklat, dan 4). product atau hasil yaitu keluaran atau lulusan diklat.

Penelitian ini dilakukan menggunakan model evaluasi yang diperkenalkan oleh Daniel L. Stufflebeam dengan empat komponen evaluasi terhadap program diklat yang dikenal dengan model CIPP (context, input, process, product). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa evaluasi participatory rural appraisal di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten pelaksanaannya sudah baik. Meskipun begitu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berdasarkan temuan penelitian dilihat dari empat kriteria yaitu, pertama dilihat dari contex, proses identifikasi kebutuhan yang dilakukan menggunakan angket dan kunjungan kepada beberapa wilayah atau Dinas/ Instansi sudah cukup efektif, sehingga kebutuhan diklat dapat dianalisis berdasarkan kebutuhan pada setiap Dinas/Instansi dalam perencanaan program diklat, tetapi pihak penyelenggara sebaiknya membuat pedoman dalam identifikasi kebutuhan diklat. Kedua dilihat dari

input, persiapan dalam menunjang proses diklat sudah dipersiapkan secara matang dan

terorganisir sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan, akan tetapi ruang kelas lebih baik dipersiapkan berdasarkan kapasitas peserta diklat. Ketiga dilihat

dari process, widyaiswara dalam pembelajaran menggunakan metode andragogy

sehingga cocok dengan diklat yang sedang berlangsung, hanya saja tempat praktek harus lebih dianalisis berdasarkan kebutuhan agar dapat mengoptimalkan waktu dan biaya.

Keempat dilihat dari product, hasil dari diklat yang telah dilaksanakan dilihat dari peserta

diklat yang telah mengikuti diklat dan lulusan dari diklat. Peserta diklat setelah mengikuti diklat dinilai dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hasilnya bahwa peserta diklat setelah mengikuti diklat mengalami perubahan sikap, mengetahui dan mendapatkan pengetahuan baru dari diklat yang telah diikuti. Sedangkan bagi lulusan atau alumni diklat, dinilai dari komponen pengetahuan, keterampilan, sikap, produk yang dihasilkan, dan peningkatan inovasi dan kreativitas dalam bekerja. Hasil rata-rata dari keseluruhan aspek bahwa alumni diklat mengalami peningkatan dan keterampilan yang telah diperoleh selama diklat dapat diterapkan dilapangan dalam menunjang pekerjaan sebagai seorang penyuluh. Sehingga, kesimpulan dari pelaksanaan diklat participatory rural

appraisal (perencanaan partisipatif) di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten sudah dapat

dikatakan efektif.

(7)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

This study, the titled Analysis of Participatory Rural Appraisal Training Program at Balai Diklat Kehutanan Kadipaten. This study aims to describe the implementation of a evaluation program conducted at Balai Diklat Kehutanan Kadipaten is focused on: 1). contex that, the identification of training needs, 2). input, the preparation training needs, 3). process, is the implementation of the training, and 4). product or result that is output or graduate training.

This research was conducted using the evaluation model introduced by Daniel L. Stufflebeam with four components of the evaluation of the training program, known as the model CIPP (context, input, process, product). The method used a descriptive methode with qualitative approach. The data collection techniques used by interview, observation, and documentation. Data already collected was processed using descriptive qualitative analysis.

Results of the study showed the evaluation of participatory rural appraisal at Balai Diklat Kehutanan Kadipaten that implementation is good. Nevertheless there are some things that need to be considered based on the findings of the study visits of four criteria, such as, first seen from contex, the needs identification process is carried out using a questionnaire and visits to several regions or Department / Institution has been quite effective, so that training needs can be analyzed based on the needs each Department / Institution in the planning of the training program, but the organizers should make the guidelines in the identification of training needs. Second views of inputs, in supporting the preparation of the training process is already well-prepared and organized so that the implementation can be run in accordance with the plan, but the classroom is better prepared based on the capacity of the training participants. Third seen from the process, the lecturers in teaching methods andragogy so that it matches with process of the training, it's just a practice should be analyzed based on the need to optimize time and costs. Fourth seen from the product, the results of the training that has been conducted visits of training participants who have attended the training and graduates from training. Training participants after attending training assessed from the aspect of knowledge, skills, and attitudes. The result is that training participants after attending training changed attitudes, know and get new knowledge from the training that has been followed. As for graduates or alumni of training, assessed from the component knowledge, skills, attitudes, products, and increased innovation and creativity in the work. The average yield of the whole aspect that alumni of the training has increased and skills that have been acquired during the training can be applied to the field in support of the work as a instructor. So that, conclusion of implementation participatory rural apparisal training (planning praticipation) at Balai Diklat Kehutanan Kadipaten was to be effective.

(8)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN ...

E. Struktur Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka ... 13

1. Konsep Pendidikan dan Pelatihan ... 13

a. Pengertian pendidikan dan pelatihan ... 13

b. Tujuan pendidikan dan pelatihan ... 14

c. Manfaat pendidikan dan pelatihan ... 15

d. Jenjang dan jenis pendidikan dan pelatihan ... 16

e. Sasaran evaluasi pendidikan dan pelatihan ... 18

f. Aspek-aspek program pelatihan yang dievaluasi ... 22

g. Konsep participatory rural appraisal ... 24

2. Konsep Evaluasi Program ... 27

a. Pengertian evaluasi ... 27

b. Pengertian evaluasi program ... 29

c. Tujuan dan manfaat evaluasi program ... 31

d. Evaluator program ... 32

e. Model-model evaluasi program ... 35

f. Kajian utama CIPP ... 44

g. Langkah-langkah evaluasi program ... 52

B. Penelitian Terdahulu ... 58

C. Kerangka Pemikiran ... 61

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 64

1. Lokasi Penelitian ... 64

(9)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Instrumen Penelitian ... 72

B. Metode Penelitian dan Pendekatan ... 73

C. Teknik Pengunpulan Data ... 75

1. Observasi ... 75

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan Penelitian dan Pembahasan Penelitian ... 96

1. Program Diklat Participatory Rural Appraisal (perencanaan partisipatif) dilihat dari komponen context ... 96

2. Program Diklat Participatory Rural Appraisal (perencanaan partisipatif) dilihat dari komponen input ... 106

3. Program Diklat Participatory Rural Appraisal (perencanaan partisipatif) dilihat dari komponen process ... 128

4. Program Diklat Participatory Rural Appraisal (perencanaan partisipatif) dilihat dari komponen product ... 139

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 153

B. Implikasi ... 155

C. Rekomendasi ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 158

LAMPIRAN I Kisi-kisi Penelitian ... 161

(10)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

(11)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 2.1 Perbedaan evaluator internal dan evaluator ekternal ... 33

Tabel 2.2 Fokus peranan evaluator internal dan evaluator ekternal ... 34

Tabel 3.1 Jumlah Pegawai ... 67

Tabel 3.2 Rencana Diklat tahun 2014 ... 69

Tabel 3.3 Pengkodean sumber data... 71

Tabel 3.3 Tahapan observasi ... 79

Tabel 4.1 Hasil evaluasi peserta terhadap komposisi kurikulum ... 113

Tabel 4.2 Hasil evaluasi peserta terhadap kualitas bahan ajar ... 114

Tabel 4.3 Hasil evaluasi peserta terhadap sarana dan prasarana ... 116

Tabel 4.4 Hasil evaluasi peserta terhadap pelayanan diklat ... 117

(12)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.1 Tujuan umum dan tujuan khusus penelitian... 14

Gambar 2.2 Proses Model Evaluasi Berbasis Tujuan ... 37

Gambar 2.3 Proses Evaluasi berbasis bebas tujuan ... 39

Gambar 2.4 Proses Model Evaluasi Responsif ... 42

Gambar 2.5 Tahap-tahap evaluasi model CSE-UCLA ... 43

Gambar 2.6 Model Evaluasi CIPP ... 45

Gambar 3.1 Bagan Struktur ... 66

Gambar 3.2 Macam-macam teknik pengumpulan data ... 75

Gambar 3.2 Macam-macam teknik observasi ... 76

Gambar 3.3 Triangulasi teknik pengumpulan data ... 85

Gambar 3.4 Triangulasi sumber pengumpulan data ... 85

Gambar 3.5 Triangulasi sumber data ... 91

Gambar 3.6 Triangulasi teknik pengumpulan data ... 91

(13)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat erat kaitannya dalam kehidupan manusia. Peranan pendidikan dalam membentuk karakter pribadi seseorang menjadi peluang

bagi individu untuk meningkatkan derajat kehidupannya. Pendidikan dewasa ini, menjadi tolak ukur seseorang dalam mendapatkan pekerjaan. Oleh karenanya masyarakat pun mulai menyadari betapa pentingnya arti dari pendidikan terhadap keberlangsungan hidup di masa yang akan datang. Sehingga, pendidikan bagi individu dipandang sebagai sebuah investasi di masa depan, meskipun begitu, bagi sebagian orang dapat dijadikan sebagai prasyarat untuk mendapatkan tingkatan sosial yang lebih baik dalam masyarakat.

Pendidikan sendiri merupakan suatu transformasi. Dimana seseorang belajar untuk tahu (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu

(learning to do), belajar untuk menjadi dirinya sendiri (learning to be), dan

belajar untuk hidup dalam masyarakat (learning to life together). Oleh sebab itu, setiap individu pada umumnya harus memahami arti dari pendidikan itu sendiri, dan khususnya bagi para praktisi pendidikan agar kelak dapat membangun pola sistem yang terintegrasi dengan keempat hal tersebut.

Pendidikan dalam Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003, dijelaskan yaitu

(14)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan sebagai bekal individu dalam mengembangkan kapasitasnya tentu ditunjang hal lain. Selain pengalaman dan keterampilan yang mumpuni dalam dunia kerja, individu juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Sehingga, pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dapat digunakan dan bermanfaat di masa yang akan datang, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi

organisasi/lembaga.

Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia erat kaitannya. Kedua hal tersebut dewasa ini menjadi perhatian berbagai pihak berkepentingan. Karena, pengembangan sumber daya manusia bagi organisasi/institusi merupakan salah satu unsur utama, karena SDM memegang peranan penting dalam keberlangsungan organisasi/institusi. Sebab, tanpa SDM yang berkompeten, organisasi tentu tidak akan mencapai tujuan sesuai dengan rencana. Oleh karena itu, organisasi harus dapat mengelola Sumber Daya Manusia dengan baik, dan salah satunya yaitu pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan.

Pengembangan Sumber Daya Manusia merujuk kepada peningkatan kinerja individu dimasa yang akan datang, dan begitu pula dengan kegiatan pekerjaan yang sekarang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Atmodiwirio (2005 hlm. 4) bahwa “pengembangan manusia dalam organisasi diarahkan kepada peningkatan kinerja agar organisasi dapat keuntungan bertambah besar, efisiensi, lebih efektif dalam kompetisi dan lebih mampu menghasilkan keuntungan.” Sehingga, individu (pegawai) akan terus meningkatkan kinerja dalam pencapaian tujuan organisasi ataupun efektifitas organisasi.

Menurut Dr.Gerald. dan D.Jerry Groves (Atmodiwirio, 2005 hlm. 4)

manfaat dari pengembangan sumber daya manusia bagi individu yaitu sebagai pengembangan karir dalam organisasi, yaitu menjelaskan bahwa

(15)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pengembangan karir untuk memperbaiki individu, kelompok dan efektifitas organisasi.

Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi lebih menekankan pada analisis kebutuhan nyata yang efektif. Karena, tanpa penilaian kebutuhan terhadap SDM, sebaliknya akan menimbulkan counter

productive, yaitu penggunaan yang tidak produktif dalam organisasi.

Pendidikan dan pelatihan yang mengarah kepada peningkatan produktifitas individu dalam kinerja pada suatu lembaga telah menjadi suatu kebutuhan yang mendasar. Sebab, lembaga sadar akan pentingnya peningkatan sumber daya manusia yang trampil, dan berkompeten. Lembaga yang melaksanakan pendidikan dan pelatihan akan merancang bangun prosedur dan kurikulum dalam pelaksanaannya sesuai dengan jenis dan jenjang diklat yang dibutuhkan. Oleh karenanya, sumber daya manusia memiliki dimensi dan karakteristik yang heterogen. Sehingga, SDM harus terus di up grade kemampuannya untuk bisa menghasilkan produktifitas yang diharapkan pada lembaga.

Pelatihan atau diklat sebagai upaya peningkatan kompetensi pegawai dalam pelaksanaannya memerlukan perencanaan yang matang, dan sistematis. Analisis kebutuhan diklat sebagai tumpuan dalam suatu lembaga untuk menentukan jenis diklat yang dibutuhkan dalam tingkat organisasi, tingkat jabatan maupun tingkat individu. Hasil dari analisis dan identifikasi kebutuhan diklat tersebut kemudian akan direalisasikan berdasarkan kebutuhan lembaga atau badan diklat yang dianalisis menurut kesesuaian sasaran diklat yang ditentukan. Pelaksanaan dari diklat itu sendiri dimulai dari pelaksanaan pembelajaran oleh widyaiswara/instruktur diklat dan praktek penerapan materi diklat yang mengacu kepada kurikulum yang telah disusun,

(16)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap berbagai komponen diklat sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan diklat. Oleh karena itu, setiap lembaga diklat harus melaksanakan evaluasi terhadap diklat yang telah dilaksanakan untuk melihat hasil ketercapaian diklat.

Terlepas dari hal tersebut, Lembaga diklat atau Badan diklat sebagai sebuah institusi yang bergerak dalam bidang pelatihan dan pengembangan

sumber daya manusia, harus mampu memberikan pelayanan yang maksimal terhadap konsumen (institusi/perusahaan). Penyelengaraan diklat yang dilaksanakan oleh Lembaga atau Badan Diklat harus berdasarkan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada masing-masing institusi/lembaga/perusahaan. Selain itu, Lembaga atau Badan Diklat dapat melaksanakan Pelatihan berdasarkan permintaan dari sebuah Instansi/Perusahaan. Sehingga, pelaksanaan diklat sesuai dengan analisis kebutuhan organisasi dan guna pengembangan sumber daya manusia organisasi yang terintegrasi.

Lembaga atau Badan Diklat menyuguhkan program-program diklat yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pegawai berdasarkan analisis kebutuhan jangka panjang. Oleh karenanya, program diklat yang dilaksanakan harus selalu dievaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan ini akan berdampak pada perbaikan-perbaikan program untuk tahun-tahun berikutnya. Sehingga, evaluasi sebagai proses penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan program pelatihan, akan memberikan informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi Institusi/lembaga untuk pengambilan keputusan.

Hal ini sejalan dengan pengertian evaluasi, “adalah proses pengumpulan data

yang sistematis untuk mengukur efektifitas program diklat” (The Trainer’s

Library, 1998 dalam Atmodiwirio, 2005 hlm. 258).

Salah satu Lembaga Diklat yang menyuguhkan program-program

(17)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

upaya dalam meningkatkan kualitas kinerja pegawai Dinas Kehutanan atau UPT Kementerian Kehutanan. Penyelenggaraan diklat tersebut telah tertuang dalam Undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh Kementrian Kehutanan yang kemudian dikembangkan dalam pelaksanaan teknis di Balai Diklat Kehutanan se-Indonesia. Balai Diklat Kehutanan ini sendiri ada delapan Balai yang tersebar dibeberapa pulau, yaitu Balai Diklat Kehutanan

Bogor sebagai Pusat Balai, dan Balai Diklat Kehutanan Kadipaten, Balai Diklat Kehutanan Pematangsiantar, Balai Diklat Pekanbaru, Balai Diklat Samarinda, Balai Diklat Makassar, dan Balai Diklat Kupang. Adapun bahwa Balai Diklat Kehutanan memiliki Visi yaitu “terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Kehutanan yang kompeten dan berakhlak mulia dalam mendukung pengurusan hutan lestari untuk kesejahteraan masyarakat yang

berkeadilan”. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan diklat, Balai Diklat memiliki tujuan yang mengarahkan kepada peningkatan kompetensi SDM kehutanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Balai Diklat Kehutanan (BDK) ini salah satunya yaitu BDK Kadipaten yang terletak di Kabupaten Majalengka yang melingkupi wilayah kerja Jawa dan Madura. BDK Kadipaten ini memiliki perencanaan program diklat yang disusun selama satu tahun, dimana rencana diklat tersebut akan dijadikan sebagai pedoman diklat untuk tahun yang akan datang. Perencanaan program diklat yang akan dilaksanakan oleh BDK Kadipaten melalui identifikasi kebutuhan diklat, berdasarkan pada kebutuhan Dinas Kehutanan dan UPT Kementrian Kehutanan pada wilayah kerja. Dari hasil tersebut akan dianalisis dan di ranking untuk program diklat ditahun yang akan datang. Ada dua jenis diklat yang menjadi dasar program diklat yaitu, diklat yang berjenjang dan diklat tidak berjenjang. Diklat yang berjenjang ini biasanya

untuk mereka yang akan naik tingkat dari penyuluh trampil ke penyuluh ahli. Adapun salah satu diklat yang tidak berjenjang yaitu diklat participatory

(18)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diklat participatory rural appraisal (perencanaan partisipatif) ini merupakan salah satu diklat yang melatih peserta diklat atau pegawai Dinas Kehutanan untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan pegawai dalam bidang pengelolaan hutan dan masyarakat. Participatory rural

appraisal (perencanaan partisipatif) ini merupakan diklat bagi penyuluh

kehutanan yang harus menguasai metode dan teknik dalam mengelola

partisipasi masyarakat untuk mengembangkan desa hutan. Karena, dengan masyarakat yang ikut serta dalam memelihara hutan maka akan menciptakan simbiosis mutualisme, maksudnya bahwa manfaat hutan sebagai kekayaan alam dan masyarakat yang mengelola hutan akan saling menguntungkan. Contohnya, perkebunan atau pesawahan yang dekat hutan tidak akan kebanjiran, selain itu hutan bisa dimanfaatkan sebagai pencegahan terhadap longsor, dan pembukaan lahan untuk pertanian. Oleh karena itu, perencanaan partisipatif ini merupakan salah satu teknik yang digunakan bagi penyuluh dalam pemberdayaan masyarakat terutama petani hutan. Karena keterlibatan masyarakat ini akan membantu dalam peningkatan kesejahteraan, dan menjaga kelestarian hutan.

Balai Diklat Kehutanan (BDK) Kadipaten dalam pelaksanaan diklat

participatory rural appraisal (perencanaan partisipatif) ini, dipadukan

dengan praktek dilapangan dan teori dikelas. Karena dengan teori saja sulit untuk menumbuhkan keterampilan penyuluh dalam berkomunikasi dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga hampir 40 persen diklat dilaksanakan dengan praktek.

Penyuluh sebagai sasaran utama dari diklat participatory rural

appraisal (perencanaan partisipatif) harus menguasai teknik-teknik dalam

berkomunikasi dengan masyarakat dan keterampilan dalam perencanaan

(19)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi wilayah desa dan hutan, pemecahan masalah yang terjadi dalam masyarakat desa hutan, dan pemberdayaan masyarakat desa hutan. Kemampuan itulah yang seyogyanya dimiliki oleh seorang penyuluh kehutanan, tetapi beberapa permasalahan yang terjadi dilapangan adalah penyuluh seringkali kurang memahami bagaimana teknik dalam pemecahan masalah, dan analisis potensi desa hutan. Permasalahan ini tentu akan

menghambat penyuluh untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Karena penyuluh diibaratkan seorang ahli bagi masyarakat, maka penyuluh harus terus meningkatkan keterampilan dan kemampuannya untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Balai Diklat Kehutanan (BDK) Kadipaten dalam menilai tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan penyelenggaraan diklat selalu melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilihat dari beberapa aspek yaitu, aspek identifikasi program diklat, pelaksanaan, dan hasil belajar. Meskipun, seringkali aspek hasil diklat tidak terlalu ditekankan untuk dievaluasi. Evaluasi pasca diklat (hasil) hanya dilihat dari sample saja, tidak keseluruhan peserta yang telah mengikuti diklat. Padahal, evaluasi terhadap hasil diklat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan diklat, karena sejauh mana peningkatan kemampuan dan kinerja penyuluh kehutanan dapat dinilai. Dengan demikian, pada saat perencanaan program diklat perencanaan partisipatif yang akan dilaksanakan kembali, penyelenggara akan mengkonsep dan memperbaiki aspek-aspek mana yang kurang sesuai dengan realita dilapangan dan pada saat pelatihan dilaksanakan. Selain itu, penilaian terhadap sikap dan keterampilan yang harus dikuasai oleh penyuluh kehutanan seyogyanya harus dipantau, karena dengan begitu penyuluh akan senantiasa meningkatkan kemampuannya dan benar-benar dapat menerapkan ilmu yang telah

(20)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bukan hanya bagi peserta diklat tetapi juga bagi lembaga/instansi terkait untuk lebih memaksimalkan efektifitas dan efisiensi kinerja organisasi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dan observasi di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten bahwa masih terdapat kendala dalam melakukan evaluasi diklat. Hal ini dapat dilihat dari indikasi sebagai berikut:

1) Evaluasi yang dilaksanakan belum menyeluruh, karena hanya ada beberapa aspek saja yang terkait dengan pelaksanaan penyelenggaraan Diklat Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif). 2) Penilaian terhadap hasil Diklat Participatory Rural Apprasial

(Perencanaan Partisipatif) dipantau hanya dengan berdiskusi kepada pimpinan Dinas/Instansi dan jarang sekali secara langsung dengan peserta diklat, karena hanya sample saja yang dilihat apakah diklat tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan penyuluh dilapangan.

3) Evaluasi pasca diklat belum sepenuhnya dilakukan, karena terkendala dengan anggaran sehingga Balai hanya menyesuaikan diklat dengan anggaran dan kebutuhan, sehingga monitoring pasca diklat dinilai belum maksimal.

Dari data dan informasi yang peneliti peroleh di lapangan, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan model evaluasi program CIPP (context, input, process, product) yang diperkenalkan oleh Daniel L. Stufflebeam dan dampak dari diklat terhadap kemampuan penyuluh di Dinas Kehutanan Kabupaten Majalengka. Model evaluasi program CIPP Stufflebeam sebagai model yang digunakan untuk mengevaluasi program pelatihan karena peneliti akan menganalisa efektifitas dan efisiensi hasil

(21)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam tentang Program Participatory Rural Appraisal (Diklat

Perencanaan Partisipatif) Di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian disusun berfungsi untuk memberikan arahan yang

jelas mengenai aspek dan topik-topik penting yang akan diteliti. Untuk lebih jelasnya peneliti akan meneliti program pelatihan Participatory Rural

Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai Diklat Kehutanan dan dampak

Diklat bagi penyuluh di Kabupaten Majalengka. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana program Diklat Participatory Rural Apprasial

(Perencanaan Partisipatif) dilihat dari unsur konteks (context

evaluation)?

2. Bagaimana program Diklat Participatory Rural Apprasial

(Perencanaan Partisipatif) dilihat dari unsur masukan (input

evaluation)?

3. Bagaimana program Diklat Participatory Rural Apprasial

(Perencanaan Partisipatif) dilihat dari unsur proses (process

evaluation)?

4. Bagaimana program Diklat Participatory Rural Apprasial

(Perencanaan Partisipatif) dilihat dari unsur hasil (product

evaluation)?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai program Diklat Participatory Rural

(22)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kehutanan Kadipaten, dan pengaruh atau dampak diklat terhadap kemampuan penyuluh di Kabupaten Majalengka.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari peneliti ini adalah untuk:

a. Memperoleh informasi yang jelas mengenai program Diklat

Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai

Diklat Kehutanan Kadipaten dilihat dari unsur konteks (context

evaluation).

b. Memperoleh informasi yang jelas mengenai program Diklat

Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai

Diklat Kehutanan Kadipaten dilihat dari unsur masukan (input

evaluation).

c. Memperoleh informasi yang jelas mengenai program Diklat

Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai

Diklat Kehutanan Kadipaten dilihat dari unsur proses (process

evaluation).

d. Memperoleh informasi yang jelas mengenai program Diklat

Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai

Diklat Kehutanan Kadipaten dilihat dari unsur hasil (product

evaluation).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak baik secara teoritis maupun secara oprasional.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran

umum mengenai analisis program Diklat Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten, dan mengetahui evaluasi yang sesuai pada diklat Participatory Rural

(23)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyuluh Dinas Kehutanan di Kabupaten Majalengka, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kajian bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Oprasional

a. Bagi Peneliti, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan baik secara teoritik maupun

praktis, khususnya dalam program Diklat Participatory Rural

Apprasial (Perencanaan Partisipatif) di Balai Diklat Kehutanan

Kadipaten dan menilai sejauh mana hasil diklat bagi kemampuan penyuluh Dinas Kehutanan di Kabupaten Majalengka.

b. Bagi Lembaga, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini menjadi masukan bagi pihak lembaga untuk terus meningkatkan kinerja, dan memberikan perhatian untuk evaluasi bagi program Diklat Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif), dan dampak diklat bagi peningkatan kemampuan penyuluh kehutanan. c. Bagi penyuluh, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini

menjadi sumber rujukan tambahan dalam evaluasi program pelatihan Diklat Participatory Rural Apprasial (Perencanaan Partisipatif), dan termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

E. Struktur Organis Penelitian

Berdasarkan peraturan dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Tahun 2014 mengenai struktur organisasi skripsi dalam mempermudah dan mengetahui garis besar dari isi skripsi setiap bab nya, adapun struktur organisasi skripsi ini, yaitu:

BAB I Pendahuluan

(24)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan, serta struktur organis yang berisikan tentang isi dari setiap bab skripsi.

BAB II Kajian Pustaka

Pada Bab II berisikan tentang teori - teori yang menjadi dasar dalam sebuah penelitian yang akan dikaji; penelitian terdahulu dalam konteks judul yang sama; serta kerangka pikir dari penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Pada Bab III berisikan tentang desain penelitian, lokasi dan sumber data penelitian, metode dan pendekatan yang digunakan, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV Temuan dan Pembahasan

Pada Bab IV berisikan tentang Hasil penelitian, temuan-temuan lapangan, dan pembahasan hasil temuan penelitian.

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

(25)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian kualitatif dirancang untuk mendapatkan pendalaman pemahaman terhadap situasi sosial tertentu pada sumber data penelitian, hal ini diungkapkan oleh Sukmadinata (2013 hlm. 99) bahwa

penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

Desain penelitian berdasarkan lokasi penelitian, sumber data dan instrumen yang digunakan berdasarkan teknik pengambilan sampel. Penelitian yang dilakukan sendiri menggunakan teknik purposive sampling. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini merupakan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu atau berdasarkan tujuan subjek/ objek yang diteliti. Desain penelitian ini dibuat berdasarkan fokus kajian yang ingin diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti melihat beberapa permasalahan terkait dengan evaluasi program Pelatihan Participatory Rural Appraisal (Perencanaan Partisipasi) di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten. Penelitian terhadap permasalahan yang ada kemudian diformulasikan dan difokuskan dalam sebuah fokus penelitian. Setelah menentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan dengan berbekal teori yang telah dipelajari. Setelah diperoleh data, maka data

diklasifikasikan, diolah dan dianalisis. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan dalam penelitian yang kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

1. Lokasi Penelitian

(26)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disesuaikan dengan penelitian mengenai evaluasi program pendidikan dan pelatihan perencanaan partisipatif dan hasil diklat terhadap keterampilan penyuluh kehutanan. Lokasi penelitian ini ditentukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan peneliti. Balai Diklat Kehutanan merupakan salah satu Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan, dimana wilayah garapan pengembangannya terbagi ke-delapan wilayah di Indonesia dan salah satunya Balai Diklat Kehutanan Kadipaten di Kabupaten Majalengka dengan wilayah garapannya yaitu Dinas Pendidikan dan UPT Kementrian Kehutanan yang berada di Jawa dan Madura.

a. Gambaran Lembaga

1) Sejarah Singkat Lembaga

Awal mula berdiri Balai Diklat Kehutanan Kadipaten yaitu pada tanggal 26 Januari 1978, yang berdasarkan Menteri Pertanian No. 53/Kpts/Org/I/1978 maka dibentuklah Balai Latihan Kehutanan Kadipaten. Pada tanggal 12 Mei 1984 berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan No. 094/Kpts-II/1984 Balai Latihan Kehutanan ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusdiklat Pegawai Departemen Kehutanan. Tahun 2002 berdasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6173/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002, Balai Latihan Kehutanan berganti nama menjadi Balai Diklat Kehutanan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.296/Menhut-II/2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang pencabutan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6174/Kpts-II/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja SKMA, maka SKMK Kadipaten resmi bergabung dengan Balai Diklat Kehutanan Kadipaten.

(27)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

banyak perubahan-perubahan. Perubahan ini berdasar dengan kebutuhan yang saat ini menjadi prioritas demi pengembangan SDM Kehutanan yang lebih baik.

Adapun Visi dan Misi Balai Diklat yaitu: VISI

“Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Kehutanan yang Kompeten dan Berakhlak mulia dalam mendukung pengurusan hutan lestari untuk

kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan”

MISI

a. Meningkatkan mutu dan jumlah penyelenggaraan diklat kehutanan bagi aparatur dan non-aparatur;

b. Memantapkan kelembagaan diklat kehutanan;

c. Meningkatkan pengelolaan hutan diklat dan sarana prasarana diklat lainnya.

2) Struktur dan Keadaan Kepegawaian

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.51/Menhut-II/2013, tanggal 21 Oktober 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, berikut bagan strukturnya.

Gambar 3.1 BAGAN STRUKTUR

KEPALA BALAI

SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI SARANA DAN EVALUASIDIKLAT SEKSI PENYELENGGARA

(28)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Tabel 3.1

JUMLAH PEGAWAI

NO. GOL. STRUK WI NO.STRUK KONTRAK JUMLAH

1. IV/B 1 4 1 6

2. IV/A 3 1 4

3. III/D 3 2 5

4. III/C 3 3

5. III/B 6 10 16

6. III/A 3

7. II/D 4

8. II/C 10

9. II/B 14

10. II/A 5

11. I/D 3

12. I/C 1

13. I/B 1

14. - - - - 24 24

Total 4 16 55 24 99

Guna mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan, sarana dan prasarana yang dimiliki adalah sebagai berikut:

a. Ruang Administrasi 5 unit. b. Ruang kelas 5 unit:

- Kelas A dan B kapasitas 40 orang/kelas. - Kelas C, D dan E kapasitas 30 orang/kelas. c. Asrama 5 unit:

- Akasia kapasitas 36 orang. - Bungur kapasitas 48 orang. - Cendana kapasitas 30 orang.

(29)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - Eboni kapasitas 21 orang.

d. Ruang Widyaiswara 2 unit. e. Ruang Rapat 1 unit.

f. Aula 1 unit (kapasitas 120 orang). g. Perpustakaan 1 unit.

h. Ruang ESQ 1 unit. i. Rumah Walet 1 unit.

j. Sarana olahraga (Tenis meja, Tenis lapangan, sepak bola, bulutangkis, dan volley ball).

k. Ruang makan 2 unit. l. Dapur 1 unit.

m. Mess 1 unit.

n. Rumah Dinas 13 unit.

3) Tugas Pokok Dan Fungsi

Berdasarkan Pelaturan Mentri Kehutanan No. P.51/Menhut-II/2013

tanggal 21 Oktober 2013, Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kadipaten mempunyai tugas melaksanakan pedidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur di bidang kehutanan.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kadipaten menyelanggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program dan anggran pendidikan dan pelatihan;

b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

c. Pelaksanaan kerjasama pendidikan dan pelatihan;

d. Pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan;

e. Pelaksanaan pengelolaan hitan pendidikan dan pelatihan

f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pendidikan dan pelatihan;

(30)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Rencana Diklat Tahun 2014

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.51/Menhut-II/2013 tanggal 21 Oktober 2013, tugas pokok dan fungsi Balai Diklat Kehutanan Kadipaten sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan bertanggung jawab dalam peningkatan sumberdaya manusia (SDM) kehutanan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).

Setiap tahunnya Balai Diklat KehutananKAdipaten selalu berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan program-program diklat sesuai dengan perkembangan peraturan dan perundangan yang berlaku dan tuntutan kebutuhan lapangan.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, pada tahun anggaran 2014, Balai Diklat Kehutanan KAdipaten direncanakan akan menyelenggarakan diklat sebanyak 7 jenis diklat (7 angkatan) dengan target peserta sebanyak

210 orang.

Adapun jenis diklat yang diselenggarakan di Balai Diklat

(31)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu GPS

Peneliti dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel. Populasi dan sampel dalam penelitian kualitatif lebih tepatnya disebut sumber data pada situsasi sosial (social situation) tertentu (Satori dan Komariah, 2010 hlm. 49).

Spardley (Sugiyono, 2011 hlm. 49) bahwa dalam situasi sosial terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada penelitian kualitatif tidak

menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi soial tertentu dan haisl kajiannya tidak diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, dan guru dalam penelitian.

(32)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dicari alternatif kemungkinan jenis metode, dan sekaligus instrumen dalam pengumplan datanya. Dalam penelitian kualitatif untuk memudahkan dilapangan, peneliti menggunakan teknik sampel purposive

sampling, yaitu “teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2011, hlm. 54). Dalam proses penentuan sampel, berapa besar sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah dikutip diatas, bahwa dalam sampel purposive besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 55) bahwa “If the purposeis to maximize information, then sampling is terminated when

no new information is forth-coming from newly sampled units; thus

redundancy is primary criterion”. Nasution (Sugiyono, hlm. 55) menjelaskan bahwa penentuan unit sample (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redudancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi baru), artinya

bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti.

Adapun yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah Panitia pelaksana diklat, widyaiswara, peserta diklat, alumni diklat, dan sumber data pendukung yaitu rekan kerja alumni diklat. Karena komponen evaluasi diklat berdasarkan atas model CIPP (context, input,

process, product) dimana keterlibatan semua unsur sumber daya manusia

yang berkaitan dengan komponen konteks, masukan, proses, dan produk, akan dianalisis lebih dalam agar evaluasi program dapat dianalisis secara menyeluruh. Berikut penjabaran sumber data berdasarkan atas fokus masalah dan pengkodean dari setiap unsur.

Tabel 3.3 Pengkodean sumber data

No. Aspek/ Fokus yang diteliti

Sumber Data Kode

(33)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peserta Diklat EP-EI-2-PD 3. Evaluasi Proses Panitia Pelakasana EP-EPR-3-PAN

Widyaiswara EP-EPR-3-WI

Peserta Diklat EP-EPR-3-PD 4. Evaluasi Hasil Panitia Pelaksana EP-EH-4-PAN

Widyaiswara EP-EH-4-WI

Peserta Diklat EP-EH-4-PD Alumni Diklat EP-EH-4-AD Rekan Alumni Diklat EP-EH-4-RAD *catatan: pedoman pengkodean : Pengkodean komponen, Fokus, urutan fokus, dan sumber data.

Penarikan sampel sendir peneliti menggunakan teknik purposive

sample, dapat diartikan pula sebagai teknik yang digunakan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu (Arikunto dan Safruddin, 2014 hlm. 111). Penentuan sampel ini, berdasarkan tujuan dilakukan untuk meningkatkan kegunaan informasi yang didapat dari sampel yang kecil. Penentuan sampel berdasarkan tujuan mengharuskan bahwa informasi yang didapat tentang variasi diantara subunit sebelum sampel dipilih (Satori dan Komariah, 2010 hlm. 52). Penelitian kemudian mencari orang, kelompok, tempat, kejadian untuk diteliti yang dapat memberikan banyak informasi.

Informan yang ditetapkan adalah informan yang sesuai dengan kategori penelitian (unit, analisis). Sumber data dalam penelitian ini, peneliti memilih panitia pelaksana, peserta pelatihan, dan widyaiswara/ intruktur sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau alat penelitian merupakan langkah dalam sebuah penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data. Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu: kualitas

intrumen, dan kualitas pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 59). Dalam

(34)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sugiyono, 2011: 60) menyatakan bahwa:

dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segalah sesuatunya belum mempunyai bentuk pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan yang ada belum pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalah yang akan diteliti sudah pasti, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Sehingga, memungkinkan peneliti untuk mengembangkan instrumen sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan dilapangan melalui observasi dan wawancara.

B. Metode Penelitian dan Pendekatan

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011 hlmn. 3). Adapun pengertian metode penelitian pendidikan yang dikemukakan Sugiyono (2011 hlm. 6) bahwa:

metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat dipergunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

(35)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Ali (1995, hlm. 120) bahwa “metode deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan masalah yang dihadapi pada situasi sekarang”. Kemudian pendapat lain menurut Sukmadinata (2013, hlm. 72) mengemukakan bahwa :

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2011 hlm. 1) bahwa metode penelitian kualitatif adalah

metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Pendekatan kualitatif menurut Berg (2007, dalam Satori dan Komariah 2010 hlm. 23) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif cenderung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistik fenomenologis dan penelitian etnografi. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data

yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori dan Komariah, 2010 hlm. 25).

(36)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.

Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, diharapkan peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai program diklat participatory rural appraisal di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data yang relevan. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memperoleh data yang sesuai dengan fakta-fakta dilapangan. Beberapa macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011 hlm. 63) yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/ triangulasi.

Gambar 3.2 Macam-macam teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2011 hlm. 63)

1. Observasi

Macam-macam teknik pengumpulan data

Observasi

Dokumentasi

(37)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.” Pengetahuan yang diperoleh seseorang dari belajar melalui sebuah pengamatan/ observasi terhadap suatu fakta mengenai dunia nyata. Karena melalui pengamatan seseorang dapat memperoleh pengalaman.

Marshall (1995 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 64) menyatakan bahwa “throught observation, the researcher learn about behavior and the meaning attechedto those behavior.” Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi bukan kegiatan yang mudah, karena mengandung hal-hal yang pelik. Pertama, tidak ada pengamatan dua orang yang sama. Pengamatan dua orang selalu saja ada perbedaannya. Apa yang diamati biasanya berupa ekspresi pribadi, yang dipengaruhi oleh latar belakangan pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perasaan, nilai-nilai, harapan, dan tujuan. Kedua, mengadakan pengamatan bukan proses pasif dimana kita hanya mencatat apa yang terjadi seperti menggunakan kamera,

seakan-akan kita berada diluar dan terpisah dari dunia yang diamati. Mengadseakan-akan observasi adalah proses aktif. Kita berbuat sesuatu, memilih apa yang kita amati. Kita tidak netral dan tidak terpisah dari hal yang sedang diamati. Kita terlibat aktif didalamnya.

Sanafiah Faisal (1990 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 64) mengkalsifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi

(participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan

tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley dalam Susan Stainback (1988 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 64) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat yaitu, pasive participation,

moderate participation, active participation and complete participation.

Untuk memudahkan pemahaman tentang macam-macam observasi, maka dapat digambarkan sebagai berikut.

Observasi partisipatif

(38)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3 Macam-macam teknik observasi

(Sumber: Sugiyono, 2011: hlm. 65)

a. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif ini dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Pada saat pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakanoleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan data observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Susan Stainback (1988 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 65) menyatakan “In participant observation, the researcher observes

what people do, listen do what they say, and participates in their

activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Observasi partisipasi ini dapat digolongkan menjadi empat yaitu (Sugiyono, 2011 hlm. 66) :

1) Partisipasi pasif (passive participation) : means the research is

present at the scene of action but does not interact or

participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan

(39)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

researcher maintains a balance between being insider and being

outsider. Dalam observasi ini terdapat kesimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dengan menjadi orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3) Partisipasi aktif (active participation) : means that the

researcher generally does what others in the setting do. Dalam

observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

4) Partisipasi lengkap (complete participation) : means the

researcher is a natural participant. This is highest level

involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti

sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

b. Observasi terus terang atau tersamar

Observasi ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang mengetahui diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

c. Observasi tak berstruktur

(40)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Menurut Patton dalam Nasution (1988 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 67) dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut.

1) Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. 2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidka diamati orang lan, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Dalam observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Spradley (1980 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 69) tahapan observasi terdiri dari yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, 3) observasi terseleksi yang ditunjukan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

(41)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand

tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila

dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.

2) Observasi Terfokus

Pada tahap observasi ini peneliti telah melakukan mini tour

observation (Sugiyono, 2011 hlm. 70), yaitu suatu observasi yang

telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti

melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus. Setelah menemukan fokus, peneliti akan lebih mudah untuk menyimpukan permasalahan.

3) Observasi Terseleksi

Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pad atahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/ perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukanpemahaman yang mendalam atau hipotesis. Menurut Spradley (Sugiyono, 2011 hlm. 71), observasi terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation.

(42)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dijadikan fokus penelitian, maka observasi dilakukan dengan observsi partisipatif kedalam beberapa kegiatan, agar peneliti dapat memperoleh data yang relevan dilapangan dalam menganalisis evaluasi program di Balai Diklat Kadipaten.

2. Wawancara

Esternberg (2002 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 72) mendefinisikan wawancara sebagai berikut “ a meeting of two persons to exchange

information and idea through questioun and responses, resulting in

communication and joint construction of meaning about a particular

topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti, tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Susan Stainback (1988 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 72) mengemukakan bahwa: “interviewing provide the researcher a means to

gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation

or phenomenom than can be gained through observation alon”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengintrepretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal initidak bisa ditemukan melalui observasi. Selanjutnya Esternberg (2002 dalam Sugiyono, 2011 hlm. 73) membagi wawancara kedalam beberapa macam yaitu, wawancara

terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

1) Wawancara Terstruktur

(43)

Desi Lestari, 2015

ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.

Pada saat melakukan wawancara, selain membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

2) Wawancara Semiterstruktur

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

interview, dimana dalam pelaksnaannya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak

yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

3) Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sisitematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Gambar

Gambar 3.1 BAGAN STRUKTUR
Tabel 3.3 Pengkodean sumber data
Gambar 3.2 Macam-macam teknik pengumpulan data  (Sugiyono, 2011 hlm. 63)
Gambar 3.3 Macam-macam teknik observasi (Sumber: Sugiyono, 2011: hlm. 65) Observasi yang terstruktur lengkap
+4

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH AUTHENTIC LEADERSHIP KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN PERUBAHAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN. NILAI VISI DI SMK

• Gangguan Identitas Disosiatif – hadirnya satu atau lebih identitas/personaliti yang berbeda dalam individu yang sama. • Amnesia Disosiatif – ketidakmampuan me recall

Harga jual yang cukup rendah dan kualitas bahan baku yang lebih unggul serta desain yang disesuaikan dengan trend/ mode yang berlaku bila dibandingkan dengan produk

Fisetin adalah senyawa flavonoid dengan beragam aktifitas yang memiliki kelarutan dan disolusi yang rendah sehingga penggunaan fisetin dalam sediaan oral menjadi sangat

Tetapi ungkapan “ahli warits harus menqadha” tersebut ternyata tidak hukum yang patent, karena Imam Syafi’I dalam qaul qadimnya (fatwanya yang lama) mengharuskan bagi

Setelah dilakukan penelitan berupa eksperimen dan simulasi yang menggunakan Lotus Engine Simulation didapatkan hasil unjuk kerja dan kondisi operasional engine SINJAI

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan semua tahap proses keperawatan harus dievaluasi. Hasil asuhan keperawatan dengan sesuai dengan tujuan yang telah di

Hasil penelitian ini juga mendukung dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shabir (2012) yang hasilnya menyatakan bahwa off the job training mempunyai