• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kota merupakan tempat berkumpulnya sebagian besar penduduk dengan berbagai macam kondisi sosial ekonomi baik perbedaan budaya yang disebabkan oleh faktor-faktor alami dari lokasi kota tersebut ataupun dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas dan mobilitas penduduk yang terpusat untuk menunjang kehidupan mereka. Pengertian Kota menurut Bintarto (1984, hlm. 36) bahwa

Kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang matrealistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan matrealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya

Adapun definisi kota menurut Hofmeister (dalam Daldjoeni 1992, hlm. 48) bahwa

Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang kegiatannya umum di sektor sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja ke dalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara bagian-bagiannya dan pusatnya, yang pertumbuhannya sebagian besar disebabkan oleh tambahan kaum pendatang dan mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya.

(2)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di suatu kota sangat penting untuk mendukung aktivitas manusia sehari-hari, melihat kebutuhan manusia yang semakin kompleks sehingga mendorong tingginya mobilitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Kegiatan transportasi diantaranya memiliki peranan penting dan strategis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan politik, dalam menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan, menunjang mobilitas penduduk, barang dan jasa, serta dalam penunjangan pengembangan wilayah. Untuk itu diperlukan sistem transportasi yang tepat dan terarah agar mampu melayani mobilitas penduduk, barang dan jasa serta pengembangan wilayah secara efektif dan efisien ke seluruh wilayah di suatu negara. Kota Bandung terus mengalami perkembangan, dilihat dari segi kependudukan yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung pada tahun 2007 tercatat jumlah total penduduk yaitu 2.329.928 jiwa dengan luas 167,29 Km2; pada tahun 2010 jumlah total penduduk yaitu 2.417.287 jiwa dengan luas wilayah yang masih sama yaitu 167,29 Km2. Adapun jumlah penduduk Kota Bandung menurut kecamatan dan luas wilayah serta kepadatan penduduk per Km2 Tahun 2012, bahwa Kota Bandung memiliki 30 Kecamatan dengan luas total 167,31 Km2, jumlah penduduk 2.455.517 orang, dan kepadatan penduduk 14.676 orang/Km2. Dengan kondisi kepadatan penduduk di Kota Bandung yang kian meningkat, sehingga pemerintah perlu mencanangkan beberapa program terkait transportasi kota agar kebutuhan mobilitas penduduk kota dapat terpenuhi.

Pada tahun 2010 dilakukan pembangunan parasarana baru, yaitu berupa jalur sepeda seperti yang telah dikutip oleh Aldy (2010, hlm. 1) bahwa “Tahun ini, Kota Bandung akan membuat jalur khusus sepeda... Pertama, pembangunan trotoar jalur sepeda di sisi timur Jalan Ir. H. Djuanda (dari Jln. Diponegoro-Simpang Dago)…”.

(3)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 sepeda yang marak di Kota Bandung seperti kegiatan car free day setiap hari minggu, masyarakat pun serentak mencari-cari sepeda untuk sekedar bergaya, rutinitas sehari-hari maupun olah raga”. Akan tetapi, jika dilihat secara keseluruhan jalur sepeda yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Bandung masih belum dapat dipastikan tingkat pemanfaatannya sebagai prasarana transportasi yang mampu menunjang kebutuhan penduduk Kota Bandung.

(4)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

[image:4.612.104.532.44.666.2]
(5)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana respon masyarakat Kota Bandung terhadap keberadaan jalur sepeda? 2. Bagaimana kesiapan masyarakat Kota Bandung untuk menggunakan moda

transportasi sepeda?

3. Apakah jalur sepeda yang ada di Kota Bandung sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna sepeda?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi bagaimana respon masyarakat Kota Bandung terhadap keberadaan jalur sepeda.

2. Mengidentifikasi bagaimana kesiapan masyarakat Kota Bandung untuk menggunakan moda transportasi sepeda.

3. Meninjau tentang kesesuaian kebutuhan masyarakat pengguna sepeda terhadap jalur sepeda yang ada di Kota Bandung.

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

1. Sebagai bahan informasi tentang bagaimana respon masyarakat Kota Bandung terhadap keberadaan jalur sepeda.

2. Sebagai bahan informasi tentang bagaimana kesiapan masyarakat Kota Bandung untuk menggunakan moda transportasi sepeda.

3. Sebagai bahan informasi mengenai jalur sepeda yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna sepeda di Kota Bandung demi terciptanya keselarasan antara pengguna dan prasarana yang dibuat.

(6)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian memiliki peranan penting dalam suatu penelitian. Dengan menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan apa yang akan dikaji, maka akan sangat menentukan keberhasilan penelitian tersebut. Metode yang dipakai pun tentunya akan memperjelas langkah-langkah yang harus di tempuh dalam penelitian sehingga pemecahan suatu masalah dapat ter-sistematika-kan. Hadi (dalam Tika, 2005, hlm. 1) mendefinisikan, “penelitian sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah”.

Mengacu pada permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Tika (2005, hlm. 4) “penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Penelitian deskriptif perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Disamping itu, penelitian ini harus mampu merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan teknik penelitian apa yang tepat dipakai untuk menganalisisnya”. Sedangkan Nazir (2003, hlm. 19) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah “metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, dan pemecahanya tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data. Metode analisis deskriptif ini diperlukan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat sosial”. Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan metode survey.

(7)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun sosial. Bersifat fisik misalnya tanah, geomorfologi, faktor iklim, dan sebagainya, sedangkan yang sosial dapat berupa kependudukan, agama, mata pencaharian, pendapatan penduduk, dan sebagainya. Untuk penelitian sosial kemasyarakatan, survei biasanya menggunakan teknik wawancara, kuesioner, atau angket, sedangkan untuk penelitian fisik menggunakan observasi langsung melalui suatu sampel”.

B. Variabel

Menurut Black dan Champion (2009, hlm. 30) “variabel bisa didefinisikan sebagai unit-unit rasional dari analisis yang bisa memikul salah satu kumpulan nilai yang di tunjuk“. Berdasarkan pengertian tersebut maka terdapat 2 (dua) variabel penelitian ini yaitu:

1. Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat.

2. Variable terikat merupakan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.

[image:7.612.103.533.582.690.2]

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah kebutuhan pesepeda, respon masyarakat terhadap keberadaan jalur sepeda dan kesiapan masyarakat untuk menggunakan moda transportasi sepeda. Untuk lebih jelasnya tentang variable dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

No Variabel Indikator

1. Kebutuhan pesepeda a. Keselamatan di jalan

(8)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015  Bersepeda di sore dan malam hari Drainase

 Reruntuhan

b. Koherensi/ kesinambungan jalur  Kesinambungan rute

 Persimpangan Time plating

c. Kemudahan/ Pengarahan  Filtered permeability

 Rambu-rambu lalu lintas Putaran/belokan

d. Kemenarikan

Keberadaan shelter  Pemeliharaan  Penerangan

e. Kenyamanan/ Kepuasan  Lebar

 Ketinggian lereng

 Pemberhentian dan penundaan  Kualitas permukaan

 Kondisi shelter 2. Respon masyarakat terhadap

keberadaan jalur sepeda

a. Kognitif  Pengetahuan  Keterampilan

(9)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015  Emosi

Sikap  Penilaian c. Konatif

 Tindakan/perbuatan 3. Kesiapan masyarakat untuk

menggunakan moda transportasi sepeda

a. Kondisi fisik, mental dan emosional b. Kebutuhan atau motif tujuan

c. Pengetahuan dan keterampilan

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pengertian populasi Sumaatmadja (1981, hlm. 112) yaitu populasi penelitian geografi akan meliputi kasus ( masalah peristiwa tertentu ), individu ( fisik, sosial, ekonomi, budaya dan politik ) yang ada pada ruang geografi tertentu. Populasi geografi merupakan himpunan individu atau objek yang masing – masing mempunyai sifat atau ciri geografi yang sama. Populasi dalam penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu populasi wilayah dan populasi responden.

a. Populasi wilayah yaitu meliputi seluruh wilayah Kota Bandung yang secara administratif berada di Provinsi Jawa Barat.

b. Populasi manusia yaitu meliputi seluruh masyarakat Kota Bandung baik yang menggunakan sepeda maupun yang tidak menggunakan sepeda.

2. Sampel

(10)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 a. Sampel Wilayah

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel wilayah atau Area

probability sample yakni teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil

[image:10.612.126.535.259.593.2]

wakil dari setiap wilayah secara keseluruhan. Sampel yang diambil adalah Sub Wilayah Kota (SWK) Cibeunying. Menurut DISTARCIP Kota Bandung (dalam t.n. 2013, hlm. 5-6) Sub Wilayah Kota (SWK) Cibeunying adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Sub Wilayah Kota (SWK) Cibeunying Sub Wilayah Kota

(SWK) Kecamatan Kelurahan

Cibeunying

Coblong

Dago

Lebak Siliwangi Sekeloa

Cidadap Ciumbuleuit

Hegarmanah Bandung Wetan Tamansari

Sumur Bandung Braga

Babakan Ciamis Cibeunying Kaler Cigadung

Sukaluyu

Cibeunying Kidul

Cicadas Cikutra Padasuka

Sumber : DISTARCIP Kota Bandung 2011

b. Sampel Manusia

(11)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 penduduk berdasarkan hasil perhitungan yang akan dijadikan sebagai responden untuk menjawab rumusan masalah apakah jalur sepeda yang ada di Kota Bandung sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna sepeda dan bagaimana pendapat para pengguna sepeda terhadap keberadaan jalur sepeda di Kota Bandung.

Sedangkan sampel pengguna sepeda merupakan sejumlah responden yang akan menjawab rumusan masalah bagaimana respon masyarakat Kota Bandung terhadap keberadaan jalur sepeda dan bagaimana kesiapan masyarakat Kota Bandung untuk menggunakan moda transportasi sepeda.

1) Sampel Penduduk

[image:11.612.108.537.536.690.2]

Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing penduduk di setiap kecamatan yaitu menggunakan teknik sampel proporsional (proportional sampling). Menurut Arikunto (2006, hlm. 138), “sampel proporsi (proportional sampling) adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah”. Dalam menentukan besarnya sampel penduduk digunakan rumus yang dikemukakan oleh Dison dan B. Leach (dalam Tika, 2005, hlm. 25). Data jumlah penduduk yang termasuk pada sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3.

Sampel Responden Penduduk

No. Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Sampel

1. Coblong 130.023 47.279 18

2. Cidadap 57.999 16.810 6

3. Bandung Wetan 30.767 8.021 3

4. Sumur Bandung 36.160 8.857 4

(12)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

6. Cibeunying Kidul 106.571 28.089 11

Jumlah 431.631 127.897 49

Sumber : Hasil pengolahan data.

Berikut rumus yang digunakan dalam penentuan sampel:

� = ���

(1)

Keterangan : n : Jumlah sampel

Z : Confidence level, nilai convidence level 95% adalah 1,96 V : Variabel yang dapat diperoleh dengan rumus:

V = � (100− �) (2)

Keterangan :

P = Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar C = Confidence limit/ Batas kepercayaan (%)

= � +�

(3)

Keterangan :

n’ = Jumlah sampel yang telah dikoreksi

n = Jumlah sampel yang telah dihitung berdasarkan rumus (1) N = Jumlah populasi (kepala keluarga)

P =Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah Penduduk x 100%

P = 127 .897

431.631 × 100%

P = 29,63 %

� = � (100− �)

� = 29,63 (100−29,63)

(13)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 = 45,66249

� = ��� �

� = 1,96�45,66249 10

2

= 8.94 2

= 79,92

� = �

1 + ��

= 79,92

1 + 127,89779,92

=79,92

1,62 = 49,33

= 49 (dibulatkan)

Dari perhitungan tersebut jumlah sampel yang diambil sebagai sampel penduduk yaitu sebanyak 49 responden. Untuk menentukan sampel dari masing-masing kecamatan secara proporsional, digunakan formula dari Soepono (dalam Nuryeti, 2006, hlm. 39) sebagai berikut:

� =� � ��

N : Jumlah sampel KK P’ : Jumlah populasi KK P : Jumlah populasi n : Jumlah seluruh sampel

Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik ini, maka jumlah sampel tiap kecamatan adalah sebagai berikut:

a) Kecamatan Coblong : 47.279

(14)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 b) Kecamatan Cidadap : 16.810

127.897 × 50 = 6

c) Kecamatan Bandung Wetan : 8.021

127.897 × 50 = 3

d) Kecamatan Sumur Bandung : 8.857

127.897 × 50 = 4

e) Kecamatan Cibeunying Kaler : 18.841

127.897 × 50 = 7

f) Kecamatan Cibeunying Kidul : 28.089

127.897 × 50 = 11

2) Sampel Pengguna Sepeda

Pengambilan sempel pengguna sepeda ini dilakukan dengan cara aksidental dikarenakan belum ada data pasti yang menyatakan jumlah pengguna sepeda di Kota Bandung. Menurut Sugiyono (dalam Firdaus, 2013, hlm. 46) sampling aksidental adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”.

Untuk penentuan jumlah sampel penulis berpedoman kepada pendapat yang dinyatakan oleh Tika (2005, hlm.25) ”...Dalam teori sampling dikatakan

bahwa sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30”.

D. Teknik Pengumpulan Data

(15)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 pengumpulan data yang dilaksanakan adalah observasi lapangan, wawancara, kuesioner (angket), studi literatur, dan studi dokumentasi.

1. Observasi

(16)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

Instrumen Observasi

a. Ketentuan Jalur Sepeda Rute Simpang Dago – Gedung Sate

No. Ketentuan Jalur Sepeda

Jawaban

(√) Keterangan

Ya Tidak 1. Ketentuan jalur sepeda

 Volume sepeda melebihi 500 per 12 jam dan volume lalu lintas melebihi 2000 per 12 jam, sehingga disediakan jalur khusus untuk sepeda dan atau pejalan kaki.

 Terdapat pejalan kaki dengan volume melebihi 1000 orang/ 12 jam, sehingga jalur pejalan kaki dan jalur sepeda dipisah.

 Volume sepeda melebihi 200 per jam dan volume lalu lintas melebihi 2000 per jam, sehingga disediakan jalur khusus untuk sepeda.  Jalur khusus sepeda sudah mencakup asal dan tujuan dari rute sepeda tersebut.

2. Lebar minimum jalur sepeda

 Lebar minimum jalur sepeda adalah 2,0 m.

 Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki adalah 3,5 m untuk jalan tipe II, kelas I dan kelas II, dan 2,50 m untuk tipe II kelas III.

 Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki dikurangi sebesar 0,5 m, bila volume lalu lintas tidak terlalu besar atau di sepanjang jembatan yang cukup panjang (lebih dari 50 m).

 Lebar minimum jalur sepeda adalah 1,0 m. ruang bebas mendatar antar jalur sepeda dengan lalu lintas adalah 1,0 m. 3. Parameter lainnya

 Tinggi ruang bebas bagi jalur sepeda adalah 2,5 m.

 Kapasitas maksimum jalur sepeda untuk 2 jalur 2 arah adalah 1600 sepeda/jam dan kecepatan rencana sepeda pada jalur sepeda adalah 15 km/jam.

4. Potongan melintang jalur sepeda

(17)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 terletak pada bersebelahan dengan jalur tanaman.

 Perlengkapan utilitas diletakan pada bagian tepi dalam jalur sepeda.  Untuk jalur sepeda, fasilitas utilias diletakkan pada bagian luarnya.

 Pohon-pohon ditanam pada bagian tepi dalam dari jalur sepeda bila terletak bersebelahan langsung dengan tanah milik pribadi. Bisa juga ditanam di bagian luar dari jalur sepeda, jika terdapat ruang cukup untuk menempatkan tanaman antara jalur sepeda dengan tanah milik pribadi ini.

 Untuk jalur sepeda, pohon ditanamkan pada bagian luarnya.

 Saluran terbuka untuk drainase jalan ditempatkan disebelah luar jalur sepeda. Selokan tertutup bisa dianggap sebagai bagian dari jalur sepeda bila cukup baik tertutup dengan plat beton.

b. Ketentuan Jalur Sepeda Rute Gedung Sate – Balai Kota

No. Ketentuan Jalur Sepeda

Jawaban

(√) Keterangan

Ya Tidak 1. Ketentuan jalur sepeda

 Volume sepeda melebihi 500 per 12 jam dan volume lalu lintas melebihi 2000 per 12 jam, sehingga disediakan jalur khusus untuk sepeda dan atau pejalan kaki.

 Terdapat pejalan kaki dengan volume melebihi 1000 orang/ 12 jam, sehingga jalur pejalan kaki dan jalur sepeda dipisah.

 Volume sepeda melebihi 200 per jam dan volume lalu lintas melebihi 2000 per jam, sehingga disediakan jalur khusus untuk sepeda.  Jalur khusus sepeda sudah mencakup asal dan tujuan dari rute sepeda tersebut.

2. Lebar minimum jalur sepeda

 Lebar minimum jalur sepeda adalah 2,0 m.

 Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki adalah 3,5 m untuk jalan tipe II, kelas I dan kelas II, dan 2,50 m untuk tipe II kelas III.

(18)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

 Lebar minimum jalur sepeda adalah 1,0 m. ruang bebas mendatar antar jalur sepeda dengan lalu lintas adalah 1,0 m. 3. Parameter lainnya

 Tinggi ruang bebas bagi jalur sepeda adalah 2,5 m.

 Kapasitas maksimum jalur sepeda untuk 2 jalur 2 arah adalah 1600 sepeda/jam dan kecepatan rencana sepeda pada jalur sepeda adalah 15 km/jam.

4. Potongan melintang jalur sepeda

 Jalur sepeda terletak langsung di sebelah bahu kiri dari jalur lalu lintas atau pada tepi kiri jalur lalu lintas (bila ada jalur parkirnya). Bila jalan dilengkapi juga dengan jalur tanaman yang bersebelahan dengan bahu kiri jalan atau jalur parkir, maka jalur sepeda terletak pada bersebelahan dengan jalur tanaman.

 Perlengkapan utilitas diletakan pada bagian tepi dalam jalur sepeda.  Untuk jalur sepeda, fasilitas utilias diletakkan pada bagian luarnya.

 Pohon-pohon ditanam pada bagian tepi dalam dari jalur sepeda bila terletak bersebelahan langsung dengan tanah milik pribadi. Bisa juga ditanam di bagian luar dari jalur sepeda, jika terdapat ruang cukup untuk menempatkan tanaman antara jalur sepeda dengan tanah milik pribadi ini.

 Untuk jalur sepeda, pohon ditanamkan pada bagian luarnya.

 Saluran terbuka untuk drainase jalan ditempatkan disebelah luar jalur sepeda. Selokan tertutup bisa dianggap sebagai bagian dari jalur sepeda bila cukup baik tertutup dengan plat beton.

c. Tipe Pengguna Jalur Sepeda Rute Simpang Dago – Gedung Sate

No. Tipe Pengendara

Jenis Kendaraan Sepeda Sepeda dgn trailer Sepeda tangan Inline skates Skuter/ otoped Kursi roda manual Power scooter Kursi roda bermotor Kursi roda bermotor & anjing Sepeda

(19)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 Orang dewasa

yang belum berpengalaman

2. Pengendara yang berpengalaman Pengendara

Commuter Pengendara lain

yang berpengalaman

3.

Pengendara untuk olah raga dan berwisata Pengendara yang

sedang berolah raga di jalanan Pengendara yang

sedang berwisata

d. Tipe Pengguna Jalur Sepeda Rute Gedung Sate – Balai Kota

No. Tipe Pengendara

Jenis Kendaraan Sepeda Sepeda dgn trailer Sepeda tangan Inline skates Skuter/ otoped Kursi roda manual Power scooter Kursi roda bermotor Kursi roda bermotor & anjing Sepeda

(20)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 Orang dewasa

yang belum berpengalaman

2. Pengendara yang berpengalaman Pengendara

Commuter Pengendara lain

yang berpengalaman

3.

Pengendara untuk olah raga dan berwisata Pengendara yang

sedang berolah raga di jalanan Pengendara yang

(21)

2. Wawancara

Menurut Nasution (dalam Tika, 2005, hlm. 49) wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar.

3. Angket

Menurut Nawawi (dalam Pabundu, 2005, hlm. 54) angket (kuesioner) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam angket. Berdasarkan penjelasan kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa kuesioner merupakan alat pengumpul data dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden mengenai suatu hal.

4. Studi Literatur

Penelitian geografi yang memenuhi syarat tidak dapat dilaksanakan tanpa menguasai materi atau teori, prinsip dan konsep serta yang berlaku pada bidang geografi dan ilmu penelitian, Sumaatmaja (1988, hlm. 110). Karena itu diperlukan data yang teoritis maka penulis mencari materi guna mendukung penelitian. Sebagian informasi didapat pula melalui instansi-instansi yang berhubungan dengan pembangunan jalur sepeda.

5. Studi Dokumentasi

(22)

penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder antara lain data jumlah penduduk, kepadatan penduduk, lokasi jalur sepeda dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

a. Angket Masyarakat

Nama : Usia :

Jenis kelamin : ( Laki-laki / Perempuan ) Alamat :

1. Pendidikan Terakhir :

a. Tidak sekolah e. SMA b. Tidak tamat SD f. Diploma

c. SD g. Sarjana

d. SMP h. Lainya………

2. Mata Pencaharian pokok :

a. TNI/PNS/POLRI e. Buruh

b. Wiraswasta f. Belum bekerja c. Karyawan

d. Pedagang

3. Pekerjaan Sampingan :

a. Pedagang d. Karyawan

b. Wiraswasta e. TNI/PNS/POLRI

c. Buruh f. Tidak punya

4. Jumlah pendapatan dalam satu bulan : a. < Rp. 2.000.000

b. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 c. > Rp. 5.000.000

(23)

5. Jumlah tanggungan dalam keluarga :____________ Orang. 6. Jumlah pengeluaran dalam satu bulan :

a. < Rp. 2.000.000

b. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 c. > Rp. 5.000.000

7. Kepemilikan kendaraan rumah tangga.

 Kendaraan bermotor : - mobil________unit; - motor________unit

 Kendaraan non-motor : - sepeda________unit; - lainnya ( _________________ ) ____ unit.

A. Respon masyarakat terhadap keberadaan jalur sepeda di Kota Bandung.

8. Apakah Anda tahu bahwa Kota Bandung memiliki jalur sepeda?

a.Ya b. Tidak

9. Jika Ya (pada soal no. 8), dari mana anda tahu bahwa Kota Bandung memiliki jalur sepeda?

a.Melihat langsung c. Sosialisasi pemerintah e. Beberapa jawaban

benar ( a / b / c / d )

b.Media masa : d. Kabar dari keluarga atau teman f. Semua jawaban

benar ฀ Televisi ฀ Internet

฀ Koran

฀ Radio

฀ Majalah

10. Jika Ya (pada soal no. 8), menurut anda ada berapakah jumlah rute sepeda di Kota Bandung saat

ini (tahun 2014)?

a.1 c. 3 e. Tidak tahu

b.2 d. >3

Jika tahu, sebutkan nama rute sepeda di Kota Bandung :

_______________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________

(24)

11. Apakah anda tahu bagaimana peraturan untuk berkendara di jalur sepeda tersebut?

a.Ya b. Tidak

Jika Ya, sebutkan :

_______________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________

_________________________________

12. Menurut Anda, apakah keberadaan jalur khusus sepeda baik untuk diterapkan di Kota Bandung?

a.Ya b. Tidak

Alasan :

_______________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________

______________________

13. Apakah Anda menggunakan jalur khusus sepeda tersebut?

a.Ya b. Tidak

14. Jika Ya (pada soal no. 13), apa tujuan anda bersepeda di jalur sepeda tersebut?

a.Menggunakan sepeda di hari kerja (pergi ke tempat kerja/kuliah/sekolah)

b.Menggunakan sepeda di waktu senggang (berbelanja / kunjungan sosial / rekreasi)

c.Berolah raga sepeda

d.Berlatih untuk bisa menggunakan sepeda

e.Berlatih sepeda untuk kompetisi/perlombaan

f.Beberapa jawaban benar ( a / b / c / d / e )

g.Semua jawaban a, b, c, d dan e benar

15. Jika Ya (pada soal no. 13), menurut anda bagaimana rasanya saat berkendara di jalur sepeda

tersebut?

a.Sangat menyenangkan c. Cukup menyenangkan e. Tidak

menyenangkan

b.Menyenangkan d. Kurang menyenangkan

Alasan :

_______________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________

______________________

(25)

a.Senin c. Rabu e. Jumat g. Semua

benar

b.Selasa d. Kamis f. Beberapa jawaban benar ( a / b / c / d / e ) ฀ Di akhir pekan :

a.Sabtu c. Sabtu dan Minggu

b.Minggu

17. Berkaitan dengan soal no. 16, berapakah rata-rata jarak yang anda tempuh saat bersepeda di HARI

KERJA?

a.< 500 meter c. 1 Km – 3 Km

b.500 meter – 1 Km d. > 3 Km

18. Berkaitan dengan soal no. 16, berapakah rata-rata jarak yang anda tempuh saat bersepeda di

AKHIR PEKAN?

a.< 500 meter c. 1 Km – 3 Km

(26)

b. Angket Kesiapan masyarakat Kota Bandung untuk menggunakan moda transportasi sepeda.

No. Pertanyaan

Jawaban

Ya Biasa

saja Tidak

Tidak

tahu

1. Kesiapan kondisi fisik

 Saya memiliki masalah kondisi fisik temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain) yang membuat saya tidak siap untuk bersepeda

 Saya memiliki masalah kondisi fisik permanen (cacat tubuh) yang membuat saya tidak siap

untuk bersepeda

2. Kesiapan kondisi mental

 Saya merasa saya mampu bersepeda di rutinitas keseharian saya

 Dengan kondisi realitas pada diri saya dan lingkungan (fasilitas) tempat tinggal saya, saya mampu untuk bersepeda

 Saya merasa bahwa sepeda merupakan moda transportasi yang baik untuk saya

 Dengan bersepeda saya dapat menjaga kesehatan diri, ikut melestarikan lingkungan dan

menjalin keharmonisan di lingkungan tempat saya tinggal

 Saya dapat mematuhi peraturan lalu lintas yang berhubungan dengan moda transportasi sepeda

 Saya merasa diri saya cukup mahir menggunakan sepeda

 Saya siap untuk bekerjasama dengan orang lain yang membutuhkan pertolongan

3. Kesiapan kondisi emosional

 Saya tidak merasa cemas dan takut untuk menggunakan moda transportasi sepeda

(27)

 Saya siap untuk mengalah apabila ada kendaraan lain yang akan melewati saya saat bersepeda

 Saya merasa senang untuk berkendara dengan menggunakan sepeda

4. Kesiapan kebutuhan atau motif tujuan

 Saya siap untuk berkendara dengan menggunakan sepeda atas dasar kebutuhan atau motif

tujuan saya

5. Kesiapan pengetahuan

 Saya tahu bagaimana cara untuk mengoperasikan sepeda dengan benar

 Saya tahu bagaimana sepeda yang layak pakai atau sesuai dengan Standar Nasional Indonesia

(SNI)

 Saya mengenal setiap bagian dari sepeda

 Saya tahu bagaimana cara untuk memperbaiki sepeda yang rusak

6. Kesiapan keterampilan

 Saya mahir mengendalikan sepeda dalam kondisi jalan apapun

 Saya dapat melakukan bermacam trik/gaya bersepeda

(28)

c. Angket Pengguna Sepeda

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

1. Pendidikan Terakhir :

e. Tidak sekolah e. SMA

f. Tidak tamat SD f. Diploma

g. SD g. Sarjana

h. SMP h. Lainya………

2. Mata Pencaharian pokok :

d.TNI/PNS/POLRI e. Buruh

e.Wiraswasta f. Belum bekerja

f.Karyawan g. Lainnya…………..

g.Pedagang

3. Pekerjaan Sampingan :

a. Pedagang e. TNI/PNS/POLRI

b. Wiraswasta f. Tidak punya

c. Buruh g. Lainnya………

d. Karyawan

4. Apa tujuan utama Anda bersepeda?

a. Berlatih sepeda e. Untuk pergi ke sekolah

b. Untuk bekerja f. Berolah raga

c. Untuk pergi ke kantor g. Mengisi waktu luang/berlibur

(29)

No. Pertanyaan

Jawaban (√)

Ya Tidak

5. Menurut Anda, apakah aspek-aspek penunjang keselamatan di jalur sepeda tersebut sudah memenuhi kebutuhan

Anda sebagai pengguna sepeda?

 Kualitas pandangan saat bersepeda (pengguna sepeda dapat merasa aman saat memfokuskan dirinya untuk

bersepeda dan tidak merasa terganggu)

 Disain persimpangan jalan yang aman untuk dilewati

 Bersepeda di sore dan malam hari (pencahayaan dan keamanan jalan yang baik)

 Drainase (saluran air yang tertutup, jalur jauh dari lokasi selokan)

 Jauh dari reruntuhan/pecahan (pecahan kaca, material bangunan, dedaunan basah)

6. Menurut Anda, apakah koherensi/kesinambungan jalur tersebut sudah memenuhi kebutuhan Anda sebagai

pengguna sepeda?

 Kontinuitas rute (jalur yang terhubung, menuju lokasi yang ramai atau cukup padat)

 Persimpangan (Marka jalur masuk dan keluar sepeda di persimpangan jalan terlihat jelas dan berdekatan)

 Penyelarasan waktu (tidak memakan waktu yang cukup banyak untuk berhenti disaat orang lain memarkirkan

kendaraan)

7. Menurut Anda, apakah simbol-simbol pengarahan jalur sepeda tersebut sudah memenuhi kebutuhan Anda sebagai

pengguna sepeda?

 Pengarahan yang mudah untuk mencari arah tujuan dan jalan pintas

 Rambu-rambu lalu lintas tersusun dengan baik sehingga dapat meminimalisir waktu menunggu saat berhenti di

(30)

 Putaran jalan (memutar arah jalan) yang relatif dekat untuk mempercepat pergerakan dan menghindari jika ada konflik lokal

8. Menurut Anda, apakah daya tarik atau kemenarikan jalur sepeda tersebut sudah memenuhi kebutuhan anda

sebagai pengguna sepeda?

 Shelter/ tempat berteduh sebagai penahan angin dan menarik untuk dilihat

 Pemeliharaan jalan yang teratur sehingga kondisi jalur tetap terjaga kebersihannya

 Pencahayaan di setiap rute dapat dipastikan cukup terang sehingga tidak ada masalah jika bersepeda di sore hari

dan malam hari

9. Menurut Anda, apakah kenyamanan dan kepuasan saat berkendara di jalur tersebut sudah memenuhi kebutuhan

anda sebagai pengguna sepeda?

 Lebar jalan (jalur yang cukup lebar untuk menghindari konflik/ tabrakan)

 Tinggi lereng/tanjakan yang tidak terlalu tinggi

 Pemberhentian dan penundaan (jumlah pemberhentian yang tidak terlalu banyak sehingga berdampak pada

pergerakan pengguna sepeda)

 Kualitas visual jalur (jalur yang mulus/lancar dan berkesinambungan)

(31)

E. Prosedur Penelitian

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan teknik analisis persentase dan teknik analisis deskriftif. Menurut Tika (2005, hlm. 116), analisis data secara deskriptif penting untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif, baik dalam bidang Geografi Sosial maupun Geografi Fisik. Dalam bidang Geografi Sosial, analisis data secara deskriptif diperlukan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat sosial, seperti penyebab terjadinya perpindahan penduduk, adat istiadat suatu suku bangsa,

Keberadaan jalur sepeda di Kota Bandung Kebutuhan pesepeda

Respon masyarakat terhadap keberadaan jalur sepeda :

a. Kognitif b. Afektif c. Konatif

Kesiapan masyarakan untuk menggunakan moda transportasi sepeda :

a. Kondisi fisik, emosional dan mental

b. Kebutuhan atau motif tujuan c. Keterampilan, pengetahuan

(32)

dan sebagainya. Teknik analisis persentase digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekuensi jawaban responden dan fenomena-fenomena di lapangan. Teknik analisis presentase dan deskriftif tersebut akan diterapkan pada setiap rumusan masalah.

� % = �

� × 100 %

Keterangan : P = Presentase

f = frekuensi dari setiap jawaban

n = jumlah seluruh frekuensi alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden

[image:32.612.159.483.505.675.2]

Setelah dilakukan perhitungan, maka hasil prosentase tersebut dapat ditafsirkan (interpretasi) dengan kategori seperti yang dinyatakan oleh Kuntjaraningrat (dalam Budiarto, 2009, hlm. 40-41) sebagaimana tertuang dalam tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4.

Klasifikasi Persentase dan Interpetasi Tiap Kategori Jawaban Responden

No Klasifikasi Persentase Keterangan

1 0 % Tidak ada dukungan

2 1% - 25% Sebagian kecil mendukung

3 26% - 49% Hampir setengahnya mendukung

4 50 % Setengahnya mendukung

5 51% - 75% Sebagaian besar mendukung

6 76% - 99% Hampir seluruhnya mendukung

7 100% Seluruhnya mendukung

(33)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I. dan Maryani, E. (2008). Geografi Ekonomi. Hand Out Mata Kuliah Geografi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Adisasmita, S. A. (2011). Jaringan Transportasi Teori dan Analisis. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Aldy (2010). Jalur Sepeda di Bandung akan Direalisasikan. [Online]. Tersedia di: http://www.pikiranrakyat.com/regional/2010/08/25/ Jalur-Sepeda-di-Bandung-akan-Direalisasikan. Diakses 29 September 2011.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penenlitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bineka Karya

Badan Pusat Statistik (2010). Proyeksi Sensus Penduduk Tahun 2010. Bandung : BPS. Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan (2010). Kajian Teknis Perencanaan

Jalur Sepeda. Bandung : Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan.

Bintarto, R, (1984). Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Black, James A. dan Champion, Dean J. (2009). Metode dan Masalah Penelitian

Sosial. Bandung : PT Redika Aditama.

Budiarto, R. (2009). Studi Kelayakan Sungai Cicatih Sebagai Objek Wisata Minat

Khusus Arung Jeram di Kabupaten Sukabumi. (Skripsi). Jurusan Pendidikan

Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Daldjoeni, N. (1992). Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: Penerbit Alumni.

Dinas Perhubungan Kota Bandung (2012). Penyelenggaraan Perhubungan dan

Retribusi di Bidang Perhubungan. Bandung : DISHUB.

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung (2011). Rencana Tata Ruang

(34)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 Direktorat Jendral Bina Marga dan Direktorat Pembinaan Jalan Kota (1992). Standar

Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan. Jakarta: Dirjen Bina Marga

dan Dirpem Jalan Kota.

Gary McKay dan Don Dinkmeyer (2005) Rahasia kekuatan pilihan emosional = how

you feel is up to you : the power of emotional choice. Jakarta : Grasindo

Gillham, C. (2004). Cycling Characteristics and Trends. [Online]. Tersedia di: http://www.cycle-helmets.com/nz-4-cycling.pdf. Diakses 26 September 2013. Ginanjar, D. F. (2013). RK Anggarkan Jalur Sepeda di APBD Perubahan 2013.

[Online]. Tersedia di: http://www.inilahkoran.com/news/detail/2033136/rk-anggarkan-jalur-sepeda-di-apbd-perubahan-2013. Diakses 25 September 2013.

Kartodowiro, S. K. (2006). Bandung, Kilas Peristiwa di Mata Filatelis Sebuah Wisata

Sejarah. Bandung : Kiblat Buku Utama.

Listiani, W. (2010). Jalur Sepeda Kota Bandung. [Online]. Tersedia di: http://tekno.kompas.com/read/2010/08/19/13442978/jalur.sepeda.kota.bandun g. Diakses 26 September 2013.

Maryani, E. (2010). Pengembangan Pariwisata Bandung Persepsi Wisatawan. [Online]. Tersedia di: file.upi.edu/...ENOK_MARYANI/PAR_BDG.pdf?. Diakses 25 Sepetember 2013.

Maslow, A. H. (1993). Motivasi dan Kepribadian – 1. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Minnesota Department of Transportation (2007). Mn/DOT Bikeway Facility Design

Manual. Minnesota : Mn/DOT.

Pabundu, M. Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Purtanto, D. D. D. (2011) Di Jl Veteran Bandung, Berbagai Macam Speda Tersedia.

[Online]. Tersedia di: http://www.bisnis-jabar.com/ Di Jl Veteran Bandung, Berbagai Macam Speda Tersedia/. Diakses 25 September 2013.

Santa Clara Valley Transportation Authority (2011). Santa Clara Valley Bikeways

Map. San Jose : Tidak diterbitkan.

Sener, I. N., Eluru, N., dan Bhat, C. R. (2009). An Analysis of Bicyclist and Bicycling

Characteristics: Who, Why, and How Much are they Bicycling?. Department

(35)

Ahmad Wiliana Wibawa, 2015

KEBERADAAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDUNG SEBAGAI PRASARANA TRANSPORTASI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 Sidi, B.D. (2005). Revitalisasi Pemanfaatan Sepeda dalam Perencanaan Trasportasi

Kota. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan. Departemen Teknik

Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

1 (2), hlm. 2.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi : Suatu Pendekatan Dan Analisa

Keruangan. Bandung : Alumni.

Udaras Naisiunta Lompair (2011). National Cycle Manual. [Online]. Tersedia di: http://www.cyclemanual.ie/manual/thebasics/fiveneeds/. Diakses 11 Oktober 2014.

Warpani, S. (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Gambar

Gambar 1.1. Peta Lokasi Jalur Sepeda Kota Bandung 4574/UN.40.2.4/PL/2015 NO. DAFTAR FPIPS:
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembagian SHU tahun berjalan belum dibagi karena tidak diatur seacra tegas pembagiannya dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta menunggu keputusan

Pengetahuan, perilaku dan penyuluhan kesehatan gigi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap status karies gigi sulung pada anak TK Aisyiyah BTP Makassar?.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemberian P 0,5 g/10 kg tanah dan 1 g/10 kg tanah atau setara dengan 100 kg/ha dan 200 kg/ha diberikan 5 kali

Bank Tabungan Negara (BTN). Karena pihak bank sendiri tidak mau rugi atas wanprestasi debitur maka dilakukan lelang terhadap rumah yang sebelumnya milik debitur yang sudah

Jadi fungsi logaritma natural adalah invers dari fungsi pangkat dan dapat didefinisikan sebagai berikut:..

Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan diantara data variabel bebas (stress kerja) dengan data variabel terikat (kinerja karyawan) adalah berhubungan

Penelitian tentang perfomans reproduksi induk Kambing Perah Peranakan Ettawa di Kelompok Peternak Pangestu Desa Kemirikebo Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta

Jadi, madrasah ialah tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya. 8