• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI

PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

ABSTRAK

ABI ZULIANSYAH

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kewenangan pemungutan PBB-PP yang sebelumnya merupakan pajak Pemerintah Pusat dialihkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Persiapan Kabupaten Lampung Timur dalam rangka menyambut penyerahan PBB-PP tersebut adalah dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dan mengidentifikasi faktor penghambat pelaksanaan pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara kepada responden yang telah ditetapkan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung Timur dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pendaftaran objek dan subjek pajak yang terdiri dari: persiapan pelaksanaan, pekerjaan lapangan, pekerjaan kantor dan pendataan objek dan subjek pajak yang terdiri dari: alternatif pelaksanaan pendataan dan tata cara pendataan objek dan subjek PBB. Faktor penghambat pelaksanaan pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung Timur adalah: Sumber Daya Manusia yang disiapkan kurang berkompeten dalam hal pengelolaan Teknologi Informasi, kesiapan sarana dan prasarana belum memenuhi syarat dan struktur organisasi dan tata kerja yang akan diberi tugas melakukan pemungutan pajak daerah menggantikan KPP belum ditata kembali.

(2)

THE IMPLEMENTATION OF PROPERTY TAX TRANSFER IN THE RURAL AND URBAN SECTORS FROM THE CENTRAL

GOVERNMENT TO LOCAL GOVERNMENTS IN REGENCY OF EAST LAMPUNG

ABSTRACT

ABI ZULIANSYAH

Issuance of Law No. 28 of 2009 on Local Taxes and Levies voting authority PBB-PP previously the central government taxes transferred to the regency/city. Preparation Regency of East Lampung in order to welcome the submission of PBB-PP is to create a Regional Regulation No. 16 of 2013 on Land and Building Tax Rural and Urban Sector. The problem in this research is how the implementation of the transfer PBB-PP from the central government to Regency Of East Lampung government and identify factors inhibiting the implementation of the transfer PBB-PP in Regency of East Lampung.

The method used in this study is a juridical normative and empirical. Data collected by primary data and secondary data. Primary data obtained from interviews with respondents who have been assigned, while secondary data obtained through library research.

The results of the study that the implementation of the transfer PBB-PP in Regency of East Lampung done in several ways, namely the object and the subject of registration taxes which consists of preparation of implementation, field work, office work and the object and subject of tax collection consisting of alternate implementation and data collection procedures for data collection object and subject of PBB. Factors inhibiting the implementation of the transfer of PBB-PP in Regency of East Lampung is Human Resources is prepared less competent in the management of information technology, the readiness of facilities and infrastructure are not yet qualified and organizational structure and working procedures that will be given the task of replacing the local tax purposes of KPP yet laid back.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukadana pada tanggal 23 Desember 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Zulkarnain, S.E., dan Ibu Masnana Almega S.Pd.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanan-Kanak (TK) Aisyah Sukadana Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Dasar Negeri 02 Sukadana Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Sukadana Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Sukadana Lampung Timur dan diselesaikan pada tahun 2011.

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap hembusan

nafas dan jejak langkah kita.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di muka bumi ini yang safaatnya selalu dinantikan di

yaumil akhir kelak.

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai wujud bakti dan tanggungjawabku kepada:

kedua orangtuaku Ahmad Zulkarnain, S.E., dan Masnana Almega S.Pd., yang dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan keberhasilanku yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada didunia ini. kakak beserta adikku tercinta Jungan Arizona Defriansyah, S.E dan adek Sanjung

Maharani yang selalu berdoa, memotivasi dan merindukan keberhasilanku kakek-nenek, kemaman-keminan, sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan

tercinta.

keluarga besar Rantau Jaya Udik dan Terbanggi Subing. calon pendamping hidup kelak yang masih dirahasiakan Allah SWT.

Serta

(8)

MOTO

“Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(Q.S. Al-Mujadalah ayat 11)

“Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti memudahkan baginya jalan menuju surga”

(H.R.. Muslim)

“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”

(Mario Teguh)

“Jangan pernah ragu untuk berbuat kebaikan” “Saya akan terus belajar sampai mendapatkan gelar Alm”

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI

PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR”.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis tidak akan sampai pada tahap ini. Maka, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara.

3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara yang telah ikut serta membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

(10)

5. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar dan teliti meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah memberikan saran, kritik dan masukan yang membangun bagi penulis.

7. Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah memberikan saran, kritik dan masukan demi sempurnanya skripsi ini.

8. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

10.Segenap staff dan keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Lampung terutama Kiay Zakaria, Prof Misyok, Kiay Hadi, Mas Tris dan Mbak Yenti. 11.Bapak Junaidi, S.E., M.M., selaku Kepala Dinas DP2KAD Lampung Timur,

Bapak Taufik Hidayat, S.E., selaku Kepada Bidang DP2KAD Lampung Timur, Bapak M. Nofriadi, S.E., selaku Kepala Seksi DP2KAD Lampung Timur, Bapak Cecep, Buyah Sarwan Saheh, Bapak Irfan dan seluruh staff Kantor DP2KAD yang telah membantu, dan meluangkan waktu untuk memberikan informasi sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

13.Kakak dan adik kandungku Jungan Ari dan adek Sanjung yang selalu memberi semangat bagi kesuksesan Duka.

14.Kemaman-Keminan tercinta, Waktan, Pak Ami, Pak Eran-Binda, Abati-Tante, Pak Ajo-Lati, Ayah-Uncu, dan Pakcik-Mami yang tiada henti memberikan semangat dan menantikan kesuksesan Abi.

15.Sepupu dan keponakan tercinta dan seluruh keluarga besar Hi. Baheramsyah-Hj. Hernani dan Hi. Thoyalisi (alm)-Baheramsyah-Hj. Siti Maryam.

16.Sahabat terbaikku Hendra Ari Saputra, Fitra Albajuri, Dika Permadi, Febry Minsy, Fani Apriyata, Fima Agatha, Arviando Josua terimakasih atas segala bentuk persahabatan selama hampir 4 tahun ini, dukungan, bantuan, doa dan semangat dari kalian. Semoga persahabatan kita tetap terjaga.

17.Rekan-rekan ElevenLaw yang hampir 4 tahun selalu bersama Ijal, Arnold, Dion, Fadil, Imam, Arie, Mario, Gilbert, Nico Cahya, Ucupers, Fery, Adi Wahyu, Hendra PS, Fredy, Panca dan rekan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan, canda-tawa dan pertemanannya selama ini.

18.Kawan seperjuangan Mbak Dewi Yuliandari, Eka Purnama Sari, Amilya Rahayu, Iis Priyatun, Fitri Agista, Agus Hermawan, Mardotillah, Beni Yulianto, Aldi Setiawan dan Abu Dzar yang selama ini bekerjasama dan saling mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

(12)

20.Keluarga KKN Desa Tambah Luhur Agus Ndes, Aan, Fachri, Agung, Tante Rieska, Adila, Emak Citra, Vivi dan Ika Nces terimakasih atas 40 hari penuh kesan, kekeluargaan dan kebersamaannya.

21.Bapak Udin dan Bulek Par, Bapak Supandji dan Istri, Bulek Ani dan Suami, Bapak Sukiran, Bapak Murodji, Bapak Bambang, Bapak Doso, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama melaksanakan KKN 2014.

22.Kawan yang sudah seperti keluarga di Sukadana, Angga, Bowo, Hodry, Nito, Iwan, Zubeid, Ain, Eko, Rio, Yudi, Junaidi, Edo, Erick, Victor, Windy, Bujel, Nova, Nyinang, Vera, Riana, Merlin, Desmalia, Fepty terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan yang terjalin selama ini.

23.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT. 24.Almamater Tercinta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandarlampung, Februari 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

COVER LUAR ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

COVER DALAM ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTO ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian ... . 6

1.3.2. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Pelaksanaan ... 11

2.2. Pengertian Pajak Pusat dan Pajak Daerah ... 12

2.2.1. Macam-Macam Pajak Pusat ... . 14

2.2.2. Macam-Macam Pajak Daerah ... 15

2.3.Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 18

2.3.1. Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... . 18

2.3.2. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 20

2.4.Dasar Hukum Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Timur ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Pendekatan Masalah ... 22

3.2. Sumber Data ... 22

3.3. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 24

3.3.1. Pengumpulan Data ... .24

3.3.2. Pengolahan data ... 25

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ... 27

4.1.1. Visi Kabupaten Lampung Timur ... .27

4.1.2. Misi Kabupaten Lampung Timur ... 27

4.1.3. Sumber Pendapatan Daerah ... 28

4.1.4. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Pajak Daerah ... 30

4.2. Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur ... 33

4.2.1. Pendaftaran dan Pendataan Objek dan Subjek Pajak ... 33

4.2.2. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak ... 33

4.2.3. Pendataan Objek dan Subjek Pajak ... 40

4.2.4. Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 52

4.2.5. Penilaian Massal ... 53

4.2.6. Penilaian Individual ... 54

4.2.7. Kontribusi PBB-PP terhadap PAD Kabupaten Lampung Timur ... 55

4.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur ... 57

4.3.1. Faktor Pendukung ... 57

4.3.2. Faktor Penghambat ... .62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi atau bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (UU PBB)1. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan2.

Menurut Supriyono PBB merupakan pajak yang dipungut atas obyek pajak berupa bumi dan bangunan3. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. PBB-PP merupakan jenis Pajak Pusat yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota yang selanjutnya disebut Pajak Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010.

1

Darwin. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tatanan Praktis. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009. Hlm 23.

2

Siti Resmi. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2011. Hlm 30.

3

(16)

2

Sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan, bahwa PBB selama ini merupakan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan hasilnya disetorkan melalui rekening kas negara. Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan negara yang sebagian besar dikembalikan lagi kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk dana bagi hasil pajak untuk meningkatkan pendapatan daerah guna membiayai pembangunan daerah dalam rangka memantapkan otonomi daerah4.

Selama ini mekanisme bagi hasil PBB-PP dibagikan sebesar 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk daerah kota/kabupaten; 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi, 9% (Sembilan persen) untuk biaya pungut dan 10% (sepuluh persen) untuk pemerintah pusat dimana bagian ini dibagikan kembali kepada daerah-daerah yang mencapai target penerimaan 100% (seratus persen) dalam bentuk insentif5. Pada tahun 2009 telah terjadi perubahan yang signifikan berkaitan dengan regulasi yang mengatur pemungutan PBB-PP dimana sebelumnya PBB-PP dan merupakan pajak pemerintah pusat, maka dengan diterbitkannya UU PDRD pada tanggal 15 September 2009, kewenangan pemungutan PBB-PP dialihkan kepada pemerintah kabupaten/kota6. Pengalihan ini diharapkan PBB-PP akan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup potensial bagi daerah, dibandingkan dari keseluruhan penerimaan pajak-pajak daerah yang selama ini ada7.

Sebagaimana diatur di dalam Pasal 180 angka 5 dan 6 UU PDRD. Dalam angka 5

4

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Endi Ofset. 2009. Hlm 79.

5

Supramono dan Damayanti. Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan Penghitungan. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2009. Hlm 25.

6

Diana Sari. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: Refika Aditama. 2013. Hlm 145.

7

(17)

3

disebutkan bahwa UU PBB yang terkait dengan peraturan pelaksanaan mengenai Perdesaan dan Perkotaan masih tetap berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB-PP8. Pengalihan pengelolaan PBB-PP dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-PP akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah (kabupaten/kota).

Pengalihan pengelolaan PBB-PP ke daerah merupakan potensi bagi peningkatan penerimaan daerah9. Dalam pengelolaan PBB-PP, nantinya penerimaan sepenuhnya akan menjadi milik pemerintah daerah10. Dan sebaliknya, jika pengelolaan PBB-PP bagi daerah yang menerimanya terjadi kegagalan, maka secara otomatis penerimaan yang bersumber dari PBB-PP juga akan gagal. Sebab sejak deadline waktu yang telah diamanatkan dalam UU PDRD tersebut, apabila pemerintah daerah gagal mengelola PBB-PP maka sebagai konsekuensinya pemerintah daerah tidak akan mendapat penerimaan PBB baik yang bersumber dari dana bagi hasil pajak bumi bangunan dari pemerintah pusat, maupun dana bagi hasil pajak bumi bangunan yang dibagiratakan kepada kabupaten/kota.

Secara umum tujuan pengalihan pengelolaan PBB-PP ke pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan daerah11. Pemerintah daerah akan terdorong untuk lebih berhati-hati dalam pengeluarannya jika

8

Marihot Pahala Siahaan. Op.Cit. Hlm 66.

9

Ibid.

10

Darwin. Panduan Praktis Pengelolaan PBB-PP. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2014. Hlm 1.

11

(18)

4

sebagian besar anggaran didanai dari sumber-sumber penerimaan asli daerah. Masyarakat akan mendorong pemerintah daerah agar lebih transparan dan akuntabel karena mereka harus membayar pajak daerah. Pemerintah daerah juga diberikan kebebasan untuk menentukan tarif pajak dengan berpedoman pada peratuan yang berlaku. Selain untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah, pengalihan PBB-PP juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pemungutan pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak12. Dengan pengalihan pengelolaan PBB-PP ke pemerintah daerah, akan menimbulkan dampak bagi pemerintah daerah maupun masyarakat yang bersangkutan. Bagi pemerintah daerah, pengalihan pengelolaan PBB-PP disamping menjalankan amanat UU PDRD juga berharap peningkatan penerimaan daerah secara signifikan. Sehingga, upaya-upaya peningkatan penerimaan pajak yang bersumber dari PBB khususunya sektor perdesaan dan perkotaan dapat terus ditingkatkan, baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi. Permasalahan yang ada dimasyarakat dapat diproses secara langsung tanpa harus menunggu keputusan dari pemerintah pusat, seperti yang menjadi alasan selama ini. Data objek dan subjek pajak secara bertahap dapat diperbaharui sesuai dengan kondisi lapangan, sehingga akurasi data terjamin13.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dalam Pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tersebut telah memberikan sosialisasi ke beberapa kecamatan sebelum tanggal 1 Januari 2014. Secara efektif pengalihan kewenangan pemungutan PBB-PP dari pemerintah

12

Ibid.

13

(19)

5

pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Dengan demikian tanggal 1 Januari 2014 merupakan awal kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur untuk memungut PBB-PP14.

Persiapan Kabupaten Lampung Timur dalam rangka menyambut penyerahan PBB-PP tersebut adalah dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 tentang PBB-PP. Ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 berarti tertanggal 1 Januari 2014 Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur telah memiliki kewenangan untuk mengelola dan memungut PBB-PP. Realisasi PBB-PP Kabupaten Lampung Timur Per 30 September 2012 mencapai Rp3.146.118.835 dari target Rp6.111.025.654 atau 48,5% (empat puluh delapan koma lima persen)15. Dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 diharapkan Pendapatan Asli Daerah Sektor PBB-PP mencapai target.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur ?

2. Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur?

14

Darwin. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media.2010. Hlm 59.

15

(20)

6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Timur. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan pengalihan PBB-PP

dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur.

1.3.2Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis :

1. Kegunaan Teoritis

a) Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan ilmu hukum pajak khususnya yang berkaitan dengan fungsi pemerintahan daerah dan kemandiriannya dalam otonomi daerah maupun hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dan masukan bagi

pelaksanaan penelitian di bidang yang sama untuk masa mendatang pada umumnya dan masukan serta sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya pada Hukum Pajak.

2. Kegunaan Praktis

(21)

7

mulai berjalan efektif masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Timur.

b) Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai PBB-PP yang akan dikelola oleh pemerintah daerah dan menjadikan masyarakat sebagai pengawas pengelolaan PBB-PP tersebut.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada kas (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintahan) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal –tegen prestatie- yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven), dan yang digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan di luar bidang keuangan1.

P.J.A. Adriani mendefinisikan pajak sebagai pungutan yang oleh penguasa digunakan untuk memperoleh uang dengan paksaan yuridis, guna membiayai pengeluaran negara terhadap mana tidak dapat ditunjuk adanya suatu jasa timbal2. Pandangan Seligman menjelaskan pajak adalah suatu sumbangan paksaan dari perorangan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang bertalian dengan kepentingan orang banyak (umum) tanpa dapat ditunjukkan adanya keuntungan khusus terhadapnya3.

1

Rochmat Soemitro. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: PT. Eresco. 1979. Hlm 23.

2

R. Santoso Brotodihardjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Ketiga. Bandung: PT. Eresco. 1993. Hlm 2.

3

(23)

9

Sedangkan pengertian pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak disebutkan bahwa pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku4.

Pengertian dari pajak tersebut dapat dijelaskan bahwa pajak merupakan suatu peralihan harta kekayaan yang berasal dari rakyat kepada pemerintah dengan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pajak adalah sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintah dalam mencapai maksud dan tujuan yang dicita-citakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat yang adil dan makmur secara merata.

Dengan adanya ketentuan pajak harus berdasarkan undang-undang maka pajak dipungut dengan persetujuan dari rakyat melalui wakilnya yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Artinya, pajak bukan pemaksaan yang dibebankan kepada rakyat melainkan kehendak dari rakyat. Sehubungan dengan itu, dicantumkannya dasar hukum pajak dalam Pasal 23A Undang-undang Dasar 1945 yang telah diamandemen yaitu Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa

untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang5.

Kewenangan pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak, atas kekayaan seseorang dan kemudian menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui

4

Wiratni Ahmadi. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006. Hlm 6.

5

(24)

10

program kerja pemerintah dari anggaran belanja negara atau daerah merupakan termasuk dalam lingkup pengertian dari hukum pajak.

Pembedaan pajak di Indonesia dilakukan dalam suatu pemerintahan adalah pembedaan antara pajak pusat dan pajak daerah. Pembedaan pajak pusat dan daerah umumnya dilakukan untuk menentukan kewenangan pemungutan pajak dan pemanfaatan/penggunaannya serta untuk menghindari adanya pajak berganda. Pada umumnya, pajak yang sudah dipungut oleh pemerintah pusat, tidak lagi dipungut oleh pemerintah daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam pemungutan PPN di Indonesia misalnya, pemerintah pusat tidak menjadikan makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan dan sejenisnya, karena menghindari pajak berganda dengan pajak daerah6.

Penghindaran beban pajak yang berlebihan, dapat juga dilakukan bukan dengan membagi objek pajak mana yang dipungut pusat dan mana yang dipungut daerah, melainkan dengan cara revenue sharing/tax sharing7. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, bagi hasil pajak meliputi Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21 (diatur dalam Pasal 31c UU PPh), PBB sebesar 90% (sembilan puluh persen) (diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar 80% (delapan puluh persen) (diatur dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun

6

Haula Rosdiana dan Edi Slamet Irianto. Pengantar Ilmu Hukum (Kebijakan dan Implementasi di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. 2012. Hlm 63.

7

(25)

11

1997)8. Dengan diberlakukannya UU PDRD, kewenangan pemungutan PBB dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Pajak daerah pada dasarnya merupakan sumber penerimaan daerah yang utama dalam membiayai semua keperluan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban pelayanan pemerintah daerah kepada rakyatnya9. Dengan meningkatnya bentuk, jenis, dan kualitas pelayanan pemerintah daerah, penerimaan pajak bagi pemerintah daerah juga harus meningkat.

Berdasarkan UU PDRD yang mengharuskan PBB-PP tertanggal 1 Januari 2014 harus dilimpahkan ke pemerintah kabupaten/kota untuk kewenangan dan pengelolaannya. Dalam Pasal 182 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dijelaskan “Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri Dalam Negeri mengatur tahapan persiapan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat 31 Desember 2013”.

2.1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan atau biasa disebut dengan implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang disusun secara matang dan terperinci10. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem, pelaksanaan bukan sekedar aktivitas tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

8

Ibid Hlm 64.

9

Ibid. Hlm 33.

10

(26)

12

Guntur Setiawan berpendapat pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif11. Hanifah Harsono menjelaskan pengertian pelaksanaan adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program12.

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan berrmuara mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma untuk mencapai tujuan kegiatan.

2.2. Pengertian Pajak

Pajak memiliki berbagai definisi yang pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama. Nightingale menyatakan bahwa pajak adalah sebagai iuran wajib yang ditetapkan pemerintah dan Wajib Pajak tidak memperoleh kontraprestasi langsung, tetapi memperoleh manfaat kehidupan yang relatif aman, sejahtera, dan berpendidikan13. Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum14.

11

Guntur Setiawan. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. . 2004. Hlm 39.

12

Hanifah Harsono. Implementasi Kebijakan dan Politik. . 2002. Hlm 67.

13

Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono. Hukum Pajak Material 2. Jakarta : Salemba Humanika. 2012. Hlm 2.

14

(27)

13

Sedangkan pengertian pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak disebutkan bahwa pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku15.

Dari pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima unsur dalam pengertian pajak yaitu :

1) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. 2) Sifatnya memaksa.

3) Tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak.

4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pembangunan maupun rutin.

Pembedaan pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang. Dasar hukum yang tertinggi adalah Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang16.

15

Wiratni Ahmadi. Op.Cit. Hlm 6.

16

(28)

14

Sementara menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat17.

Menurut Tony Marsyahrul, pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK. I maupun pemerintah daerah TK. II) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)18. Mardiasmo berpendapat pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah19.

2.2.1 Macam-Macam Pajak Pusat

Pajak pusat ini terdari dari20 :

1. Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, adalah pajak yang dikenakan pemerintah untuk orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya

17

Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007.

18

Tony Marsyahrul. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT. Grasindo. 2005. Hlm 2.

19

Ibid. Hlm 2-3.

20

(29)

15

dalam satu tahun pajak. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya21.

2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 200922.

3. Bea Materai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan23.

4. Bea Masuk diatur dalam Undang Nomor 10 Tahun 1995 jo. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan24.

5. Cukai diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 jo. Undang Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Bea Cukai25.

2.2.2 Macam-Macam Pajak Daerah

Sesuai UU PDRD, berikut jenis-jenis Pajak Daerah26 : Pajak Provinsi terdiri atas :

1. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Tarif Pajak

21

Ibid.

22

Tony Marsyahrul. Op.Cit. Hlm 116-117.

23

R. Santoso Brotodihardjo. Op.Cit. Hlm 30.

24

Ibid. Hlm 31.

25

Ibid. Hlm 31.

26

(30)

16

Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 UU PDRD ditetapkan sebagai berikut :

a) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

b)Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen)27.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

4. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan

27

(31)

17

tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)28. 5. Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

pemerintah.

Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :

1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. 2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. 3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (satu koma lima persen)29.

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

7. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

28

Pasal 24 Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2009

29

(32)

18

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

8. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

9. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung wallet.

10.PBB-PP adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif PBB-PP ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%(nol koma tiga persen)30.

11.Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen)31.

30

Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

31

(33)

19

2.3.Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

2.3.1. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan UU PDRD Pasal 77 objek PBB-PP adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan32.

Objek PBB dari bumi/tanah diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sawah;

2. Ladang; 3. Kebun;

4. Tanah Perkarangan; 5. Pertambangan; dan 6. Perairan untuk pelabuhan.

Sedangkan objek yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah sebagai berikut :

1. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut;

2. Jalan tol; 3. Kolam renang; 4. Pagar mewah; 5. Tempat olahraga;

6. Galangan kapal, dermaga;

32

(34)

20

7. Taman mewah;

8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan 9. Menara.

Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB-PP adalah objek pajak yang berupa : 1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak diperuntukkan untuk memperoleh keuntungan;

2. Digunakan untuk tanah pekuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenisnya;

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

2.3.2 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan Pasal 78 UU PDRD Subjek PBB-PP adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan33. Sangat luasnya maksud yang terkandung dalam UU PBB, yang menjadi subjek pajak belum tentu menjadi wajib pajak. Sebab subjek pajak

33

(35)

21

akan/baru menjadi wajib pajak apabila sudah memenuhi syarat-syarat objektif atau sudah mempunyai objek PBB yang dikenakan pajak, yang berarti subjek pajak mempunyai hak atas objek yang dikenakan pajak (memiliki, menguasai, memperoleh manfaat dari objek kena pajak).

2.4.Dasar Hukum Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur

Dasar hukum dalam pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah :

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

7. Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri Nomor 58 Tahun 2010 tentang Tahapan Pengalihan PBB-PP sebagai Pajak Daerah.

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung Timur dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Pendaftaran objek dan subjek pajak yang terdiri dari: persiapan pelaksanaan, pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor.

b. Pendataan objek dan subjek pajak yang terdiri dari: alternatif pelaksanaan pendataan objek dan subjek PBB dan tata cara pendataan objek dan subjek PBB.

2) Faktor Penghambat Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung Timur antara lain adalah:

a. Sumber Daya Manusia yang disiapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dalam pengalihan PBB-PP kurang berkompeten dalam hal pengelolaan Teknologi dan Informasi (TI).

(42)

2

c. Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang akan diberi tugas melakukan pemungutan pajak daerah menggantikan KPP belum ditata kembali oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur.

5.2. Saran

Berdasarkan analisa dan kesimpulan atas permasalahan yang telah dibahas, maka yang menjadi saran penulis adalah :

1) Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur harus dapat menjaga koordinasi dan komunikasi yang baik diantara internal Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dan juga dengan instansi terkait diluar Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur karena kurangnya koordinasi dan komunikasi dapat menyebabkan proses perencanaan tidak berjalan lancar. 2) Selain itu pembagian tugas harus dilakukan merata kepada pihak internal DP2KAD karena dengan pembagian tugas yang merata dapat mempercepat penyelesaian tahapan persiapan pengalihan ini dan tidak ada tugas yang tidak tertangani karena adanya penumpukan tugas pada salah satu pihak saja. 3) Dalam perekrutan SDM yang akan menjalankan pelaksanaan pemungutan

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Wiratni. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak dalam Penyelesaian

Sengketa Pajak. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.

Brotodihardjo, R. Santoso. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Ketiga. Bandung: PT. Eresco. 1993.

_________________. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Keempat. Bandung: PT. Refika. 2010.

Darwin. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tatanan Praktis. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009.

_______. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2010.

_______. Panduan Praktis Pengelolaan PBB-PP. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2014.

Harsono, Hanifah. Implementasi Kebijakan dan Politik. . 2002.

Ilyas, Wirawan B. dan Rudy Suhartono. Hukum Pajak Material 2. Jakarta : Salemba Humanika. 2012.

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset. 2009. Marsyahrul, Tony. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT. Grasindo. 2005. Resmi, Siti. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2011.

Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. Pengantar Ilmu Hukum (Kebijakan dan

Implementasi di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. 2012

Sari, Diana. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: Refika Aditama. 2013. Setiawan, Guntur. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. . 2004.

Siahaan, Marihot Pahala. Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu. 2010

___________________. Hukum Pajak Formal. Jakarta: Graha Ilmu. 2010.

(44)

Supramono dan Damayanti. Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan

Penghitungan. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2009.

Sutedi, Adrian. Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam

Kerangka Otonomi Daerah. Jakarta : PT. Sinar Grafika. 2009.

Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang Dasar 1945.

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pemberian Hormon hCG dengan Dosis yang Berbeda secara Berkala terhadap Perkembangan Gonad Ikan Tawes (Barbonymus Gonionotus).. (Ristiawan Agung Nugroho dan

Penggunaan bahan pewarna sintetik pada makanan walaupun meskipun memiliki dampak yang baik bagi produsen dan konsumen, seperti penampakan makanan menjadi lebih

Rumusan dalam penelitian ini adalah 1) Adakah pengaruhpengawasan melekat (waskat) kerjaterhadap kepuasan kerjakaryawan pada PT.Dewi Darma Tour dan Travel

Ditambah dengan diameter batang yang lebar dan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan perlakuan yang lain akibat pemberian pupuk Urea yang diberikan pada

Adanya hubungan keterikatan dan ketergangtungan antara anggota kelompok anarkis begal dengan pola komunikasi yang mereka lakukan setiap harinya, hingga membentuk

Berdasarkan analisis proksimat yang telah dilakukan diketahui bahwa pakan drop in yang diberikan oleh pengelola penangkaran memiliki kandungan gizi yang baik, hal ini

Dengan keluarnya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah

sistem. Fungsi ini digunakan untuk melakukan update terhadap lokasi aset disimpan. Terdapat dua pilihan yang disajikan yaitu “Gudang” dan “Other”. Apabila aset tersebut