• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD DAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA

ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK

PENYUSUN ANGGARAN

(Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Naskah Publikasi Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan/Program Studi Akuntansi Konsentrasi Keuangan Daerah

Diajukan oleh

LEOPOLD MELKIANO TRIANGGA DAWU No. Reg : 331 08 030

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

(2)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA

ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK

PENYUSUN ANGGARAN

(Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Naskah Publikasi Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan/Program Studi Akuntansi Konsentrasi Keuangan Daerah

Diajukan oleh

LEOPOLD MELKIANO TRIANGGA DAWU No. Reg : 331 08 030

Telah Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

ABSTRAK

Leopold M. Triangga Dawu No. Regis 331 08 030 dengan judul “PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN, Studi Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur.” Dibawah bimbingan Dr. Thomas Ola Langoday, SE, M.Si, selaku Pembimbing I dan Yolinda Yanti Sonbay, SE, M.sc selaku Pembimbing II.

Masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi NTT? (2) Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi NTT? Tujuan penelitian ini adalah Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi NTT. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang didapat dari Sekertariat Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur, teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi NTT. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling.

Berdasarkan kriteria yang ada jumlah sampel ada 16 kabupaten/kota. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan metode regresi linier berganda.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bergulirnya orde reformasi pada tahun 1998 yang ditandai dengan berakhirnya orde

baru membuat perubahan disegala sektor kehidupan di Indonesia. Dampak yang timbul

sangat mempengaruhi kehidupan bernegara khususnya dibidang pemerintahan. Semangat

reformasi juga mendorong daerah untuk menuntut pelimpahan kewenangan yang lebih

besar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang lebih dikenal dengan otonomi

daerah. Hal itu direspon oleh pemerintah pusat dan DPR dengan menerbitkan serangkaian

undang-undang serta peraturan pemerintah dan aturan pelaksanaan lainnya sebagai

implementasi otonomi daerah.

Kebijakan otonomi daerah telah membawa perubahan yang sangat mendasar

terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) atau legislatif. Legislatif yang diberi kewenangan oleh eksekutif sebagai

pengawas pelaksanaan pembangunan yang dilakukan menyebabkan posisi legislatif

menjadi superior terhadap pemerintah. Akibatnya tekanan kepada eksekutif menjadi

semakin besar, termasuk dalam proses penyusunan anggaran. Sebab legislatif yang

memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban dan mengadakan penyelidikan terhadap

eksekutif menjadi sangat berpengaruh dalam proses penyusunan anggaran.

Kondisi perbedaan kewenangan ini dapat diteliti melalui teori Keagenan (Agency

Theory) dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah yang melihat hubungan

antara DPRD, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Teori keagenan (Agency Theory)

merupakan basis teori yang mendasari praktis bisnis perusahaan yang dipakai selama ini.

Teori tersebut terbentuk dari kerjasama antara teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan

(5)

yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima

wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerjasama yang disebut “nexus of

contract”. Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa dalam hubungan keagenan

antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal,

sedangkan dalam hubungan legislatif dan rakyat (pemilih), pemilih adalah prinsipal dan

legislatif adalah agen. Permasalahan timbul sebab dalam interaksinya, masing-masing

pihak baik agen maupun prinsipal akan berusaha untuk mengutamakan kepentingannya

masing-masing.

Keefer dan Khemani (2003) dalam Abdullah dan Asmara (2006) menemukan

pengalokasian anggaran akan lebih banyak diarahkan untuk proyek infrastruktur karena

lebih mudah digunakan sebagai bentuk pemenuhan janji legislatif kepada pemilihnya.

Karena itu legislatif akan merekomendasikan eksekutif untuk menaikan alokasi pada

sektor-sektor yang mendukung kepentingannya dan mengusulkan pengurangan alokasi

anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan belanja publik lainnya yang tidak bersifat job

programs dan targetable. Preferensi legislatif ini memiliki tiga kemungkinan konsekuensi

pada alokasi anggaran untuk sektor lain, yaitu : (1) mengurangi alokasi untuk belanja lain

apabila jumlah belanja secara keseluruhan tidak bertambah, (2) tidak merubah alokasi

sektor lain jika jumlah belanja bertambah, atau (3) kombinasi keduanya, yakni alokasi

untuk sektor lain berkurang walaupun jumlah belanja secara keseluruhan bertambah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Apakah PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik

(6)

2. Apakah DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik

penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi NTT?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian :

Mengacu pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah :

1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi

NTT .

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi

NTT .

Kegunaan Penelitian :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa :

1. Masukan bagi Kabupaten/Kota di Provinsi NTT untuk memahami perilaku

oportunistik legislatif dalam penyusunan anggaran.

2. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang berkaitan dengan topik ini.

BAB II

(7)

2.1 Hubungan Keagenan dalam Penganggaran Sektor Publik

Hubungan antara rakyat dan legislatif sangat mempengaruhi proses pengalokasian

anggaran. Hubungan ini dapat dijelaskan melalui agency theory (teori keagenan). Agency

theory merupakan suatu hubungan yang terjalin baerdasarkan kontrak perjanjian (nexus of

contract) antara 2 pihak atau lebih dimana pihak pertama disebut prinsipal dan pihak yang

lain disebut dengan agen. Prinsipal merupakan pihak yang bertindak sebagai pemberi

perintah dan bertugas untuk mengawasi, memberikan penilaian dan masukan atas tugas

yang telah dijalankan oleh agen. Sedangkan agen adalah pihak yang menerima dan

menjalankan tugas sesuai dengan kehendak prinsipal.

2.2 Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Rakyat

Dalam hal memberikan pelayanan kepada publik, legislatif (DPRD) bertindak

sebagai agen dan publik (rakyat) bertindak sebagai prinsipal. Legislatif merupakan

perwakilan dari rakyat yang dipercaya untuk dapat menjalankan tugasnya dalam

mensejahterakan dan mengembangkan daerahnya. Legislatif bertindak berdasarkan

keinginan rakyat dan rakyat memantau kinerja dari Legislatif. Jadi walaupun disuatu sisi

legislatif menjadi prinsipal, tapi dalam hubungannya dengan publik, legislatif bertindak

sebagai agen. Sehingga dalam menjalankan tugasnya, legislatif menempatkan dirinya

sebagai pihak yang menerima tugas dari publik, kemudian melakukan pendelegasian tugas

kepada eksekutif untuk melakukan penganggaran.

2.4 Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia

Reformasi keuangan daerah sebagai bagian dari penerapan otonomi daerah

membawa perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penganggaran daerah. Anggaran

daerah dikelola dengan pendekatan anggaran kinerja yaitu setiap alokasi biaya yang

(8)

Anggaran kinerja mendorong partisipasi dari stakeholders sehingga tujuan pencapain hasil

sesuai dengan kebutuhan publik. Konsekuensinya legislatif harus berperan aktif dalam

penyusunan dan penetapan anggaran sebagai produk hukum dan memastikan kepentingan

dan kebutuhan publik diatur dalam alokasi anggaran. Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara Bab IV Penyususnan dan Penetapan APBD pasal 17

menyatakan APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan

kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah Daerah dalam rangka

mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit

ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan

Daerah tentang APBD. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan

surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD. Undang-undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara Bab II Pejabat Perbendaharaan Negara pasal 6

menyatakan Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah pengguna anggaran/pengguna

barang bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. Kepala satuan kerja

perangkat daerah dalam melaksanakan tugasnya selaku pejabat pengguna

anggaran/pengguna barang satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang : a. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

b. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran

belanja;

c. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. Mengelola utang dan piutang; f. Menggunakan barang milik daerah; g. Mengawasi pelaksanaan anggaran;

h. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;satuan kerja perangkat daerah

yang dipimpinnya.

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

(9)

Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Mentri dalam Negeri nomor 13

Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada bagian ketiga kebijakan umum

APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara pasal 83 menyatakan Kepala Daerah

menyusun rancangan KUA dan PPAS berdasarkan RKPD dan Pedoman Penyusunan

APBD yang ditetapkan Mentri dalam Negeri setiap tahun. Pedoman penyusunan APBD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara lain:

a. Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah

dengan pemerintah daerah;

b. Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan; c. Teknis penyusunan APBD; dan

d. Hal-hal khusus lainnya;

Perubahan APBD seharusnya tidak berubah terlalu jauh dari APBD murni, kecuali

dalam keadaan tertentu atau luar biasa, karena jangka waktu pelaksanaannya yang terbatas.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal

81 menyatakan penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan,

dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan

perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :

1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum

APBD.

2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar

unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja.

3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya

harus digunakan untuk tahun berjalan.

4. Keadaan darurat, yaitu bukan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah

daerah dan tidak dapat diprediksi sebelumnya, tidak dapat diharapkan

berulang, berada di luar kendali pemerintah daerah, serta memiliki

dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam angka pemulihan

(10)

5. Keadaan luar biasa.

2.5 Proses Penyusunan APBD

Proses penyusunan APBD diawali dengan penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang kemudian dijabarkan dalam Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode 1 tahun. Berdasarkan RKPD tearsebut,

Pemerintah daerah (Pemda) menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang akan

dijadikan dasar dalam penyusunan APBD. Kemudian pemerintah daerah menyusun

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk selanjutnya diserahkan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Setelah PPAS telah disetujui DPRD, maka

disusunlah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang kemudian

disahkan menjadi APBD.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Metode ini dilakukan

dengan mengumpulkan, mencatat, dan menghitung data-data yang berhubungan dengan

penelitian.

(11)

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasikan dengan

cara mengubahnya menjadi variabel, yang berarti sesuatu yang mempunyai varasi nilai.

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

3.2.1 Variabel Dependen

Variable terikat (Dependent Variable) pada penelitian ini adalah Perilaku

Oportunistik Penusun Anggaran (OPA).

Ada dua tahap pengukuran (OPA), yaitu (Abdullah dan Asmara, 2006) :

1. Menghitung spread anggaran pendidikan (∆Pdk), spread anggaran kesehatan

(∆Kes), spread anggaran pekerjaan umum (∆PU), dan spread anggaran DPRD

(∆Leg).

Perhitungan spread(∆Pdk) = APBD anggaran pendidikan tahun berjalan (t)

-APBD anggaran pendidikan tahun sebelumnya

(t-1)

Terdapat dua tahun berjalan tahun 2009 dan tahun 2008.

Perhitungan spread (∆Kes) = APBD anggaran Kesehatan tahun berjalan (t) –

APBD anggaran Kesehatan tahun sebelumnya

(t-1)

Terdapat dua tahun berjalan tahun 2009 dan tahun 2008.

Perhitungan spread (∆PU) = APBD anggaran Pekerjaan Umum tahun berjalan

(t) – APBD anggaran Pekerjaan Umum

sebelumnya (t-1)

Terdapat dua tahun berjalan tahun 2009 dan tahun 2008.

Perhitungan spread (∆Leg) = APBD anggaran Legislatif tahun berjalan(t) –

APBD anggaran Legislatif sebelumnya (t-1). Terdapat dua tahun berjalan tahun 2009 dan tahun 2008.

2. Mengakumulasikan spread anggaran pendidikan (∆Pdk), spread anggaran

kesehatan (∆Kes), spread anggaran pekerjaan umum (∆PU), spread anggaran

DPRD (∆Leg).

(12)

∆Pdk : perubahan turun atau berkurangnya anggaran bidang

pendidikan dari APBD tahun berjalan ke tahun sebelumnya. ∆Kes : perubahan turun atau berkurangnya anggaran bidang

kesehatan dari APBD tahun berjalan ke tahun sebelumnya. ∆PU : perubahan meningkatnya anggaran bidang pekerjaan umum

(infrastruktur) dari APBD tahun berjalan ke tahun

sebelumnya.

∆Leg : perubahan meningkatnya anggaran bidang DPRD dari APBD

tahun berjalan ke tahun sebelumnya.

Jika anggaran pendidikan dan kesehatan tidak turun, atau anggaran PU dan

legislatif tidak naik, maka diberi skor 0(nol). Nilai Untuk OPA adalah angka positif.

3.2.2 Variabel Independen

Dalam penelitian ini, variabel bebas (independen variable) yang mempengaruhi

perilaku oportunistik penyusun anggaran (OPA) terdiri dari dua, yaitu:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Pendapatan dari laba Perusahaan Daerah dan lain-lain. Cara mengukur PAD

adalah dengan menggunakan perubahan PAD (∆PAD) adalah perubahan naik atau turunnya

PAD dari APBD tahun Berjalan (t) ke APBD tahun sebelumnya (t-1) (Maria,2009, dalam

Fathony, 2011).

b. Dana Alokasi Umum (DAU)

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang

berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan

(13)

bersifat umum dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mengatasi ketimpangan

horizontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Jumlah

keseluruhan DAU ditetapkan sekurang–kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri

(PDN) neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk masing-masing Kab/Kota dapat

dilihat dari pos dana perimbangan dalam laporan realisasi APBD. DAU diukur dengan

Pertumbuhan Dana Alokasi Umum (∆DAU) yaitu DAU dari APBD tahun berjalan (t) ke

APBD tahun sebelumnya (t-1) (Yulia, 2007 dalam Fathony, 2011).

3.3 Populasi dan Penentuan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Penyusun Anggaran yang meliputi Tim

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran Legislatif (BA Legislatif) dari

seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, yang terdiri dari 1 kota dan 20 kabupaten. Tim

Anggaran Pemerintah Daerah terdiri dari Ketua, Wakil, dan Sekertaris. Badan Anggaran

Legislatif terdiri dari Ketua, Wakil dan sekertaris yang sekaligus menjabat sebagai Ketua

DPRD, Wakil DPRD dan Sekertaris DPRD, serta terdiri dari Anggota Badan Anggaran

legislatif. Badan Anggaran Legislatif setiap kabupaten/kota berjumlah 16 orang dan Tim

Anggaran Pemerintah Daerah berjumlah 27 orang, sehingga jumlah keseluruhannya dari

16 sampel adalah 688 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan (Pusposive

sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Seluruh kabupaten/Kota di Provinsi NTT yang melaporkan secara rutin Siklus

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, berdasarkan Satuan Kerja Perangkat

(14)

2. Seluruh kabupaten/Kota di Provinsi NTT yang melaporkan secara rutin Ringkasan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam Laporan keuangan tahun

anggaran 2007-2009.

3.4 Metode analisis

3.4.1 Statisitik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, yang menginformasikan tentang

nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi (standar deviation).

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku umum.

3.4.2 Metode Regresi Linear Berganda

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen (Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Alokasi Umum) dan 1 variabl dependen (perilaku oportunistik Penyusun anggaran),

sehingga menggunakan persamaan regresi berganda. Persamaan yang digunakan adalah:

Y= a + b 1 X1 + b2X2

Dimana : Y : Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran X1 : ∆PAD

X2 : ∆DAU

b1b2 : Koefisien regresi untuk masing-masing variable X

3.4.3 Pengujian Asumsi Klasik

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

berganda. Variable terikat perilaku oportunistik penyusunan anggaran (OPA) dan variable

bebas PAD dan DAU dari APBD tahun berjalan (t) ke APBD tahun sebelumnya (t-1).

(15)

3.5.1 Pengaruh PAD terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atau

pengeluaran, namun tidak semua tambahan pendapatan tersebut akan dialokasikan dalam

belanja. Meskipun perubahan PP 110/2000 menjadi PP 24/2004 tidak lagi mengharuskan

alokasi anggaran untuk legislatif dikaitkan secara langsung dengan PAD, namun PP

37/2005 dan perubahannya, yaitu PP 37/2006 dan PP 21/2007 kembali mengaitkan besaran

belanja penunjang operasional legislatif dengan besaran PAD.

Studi Abdullah dan Asmara (2004) menemukan adanya preferensi antara eksekutif

dan legislatif dalam pengalokasian perubahan PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi

untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk pendidikan dan

kesehatan justru mengalami penurunan. Perubahan APBD menjadi sarana bagi legislatif

dan eksekituf untuk merubah alokasi anggaran secara legal.

Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut :

H1 : PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik

penyusun anggaran.

3.5.2 Pengaruh DAU terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Berdasarkan UU 33/2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah, dana alokasi umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialikasikan dengan tujuan pemerataan kemapuan

keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalamrangka pelaksanaan

desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintahh pusat dan

pemerintah daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenagnan

pemerintahpusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjaaid transfer yang

(16)

pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini untuk meberi pelayanan

yang lebih baik kepada masyarakaat atau untuk keperluan lain yang tidak penting.

Terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan

belanja pemerintah daerah. Variable-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka

pendek disesuaikan (adjusted) denga transfer yang diterima, sehingga memungkinkan

terjadinya preferensi penetapan anggaran oleh legislatif.

Landasan teori tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut :

H2 : DAU berpengaruh Positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan,

penyusunan dan penyajian data suatu penelitian. Tujuannya adalah memudahkan orang

untuk membaca data serta memahami maksudnya. Berikut ini merupakan output SPSS dari

keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Berikut ini secara deskriptif diartikan :

a. Variabel OPA (Y) memiliki nilai minimum Rp 0,00, nilai maksimum

Rp83.907.528.726,00, rata-rata OPA Rp 16.937.856.262,0000 dan standar deviasi

sebesar Rp 19.643.693.662,91945.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

OPA (Y)

DAU (X2) 32 3403277000.00 219763000000.00 38680648062.6250

(18)

b. Variabel PAD (X1) memiliki nilai minimum Rp 270.300.000,00, nilai maksimum

Rp 7.832.841.441,00, rata-rata PAD Rp 2.937.550.378,8750 dan standar deviasi

sebesar Rp 1.991.684.985,36231.

c. Variabel DAU (X2) memiliki nilai minimum Rp 3.403.277.000,00, nilai maksimum

Rp 219.763.000.000,00, dan standar deviasinya sebesar Rp49.119.194.905,20189.

4.2 Model Regresi Linear Berganda

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa

tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen,

melalui pengaruh PAD (X1), DAU (X2), dan OPA (Y).

Dari nilai-nilai koefisien di atas, persamaan regresi yang dapat disusun untuk variabel PAD

dan DAU adalah:

OPA = -131.512.712,012 + 2,132PAD + 0,279DAU

Persamaan diatas diartikan :

1. a = -131.512.712,012

Nilai konstanta sebesar ini menunjukan bahwa apabila tidak ada variabel PAD dan

DAU, maka perilaku oportunistik penyusun anggran (OPA) akan memiliki nilai

-131.512.712,012. 2. b1 = 2,132

Koefisien ini menunjukan bahwa setiap variabel PAD dari tahun sebelum ke tahun

berjalan dalam APBD murni meningkat 1 % maka akan meningkatkan Perilaku

oportunistik penyusun anggaran (OPA) sebesar 2,132 % dengan asumsi variabel

lainnya tetap atau sama dengan 0. 3. b2 = 0,279

Koefisien ini menunjukan bahwa setiap variabel DAU meningkat 1 % maka akan

meningkatkan perilaku oportunistik penyusun anggaran (OPA) sebesar 0,279 %

dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan 0.

(19)

1. PAD (X1) mempunyai nilai signifikansi 0,090 yang berarti nilai ini lebih besar dari

0,05. Berdasarkan nilai signifikan ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima (Ha

ditolak) atau Perubahan PAD tidak berpengaruh secara signifikan terhadap OPA

(Y). Tidak berpengaruhnya PAD secara Parsial terhadap perilaku oportunistik

penyusun anggaran, hal ini di karenakan secara keseluruhan kontribusi PAD

terhadap daerah dalam APBD tidak besar, Rata-rata kontribusi dari ke 16 Sampel

kabupaten/kota yang ada hanya sebesar 4,32%. Sebagai contoh kontribusi PAD

dalam Pendapatan Tahun 2009 untuk Kabupaten Flores Timur hanya sebesar

4,29%, kabupaten Alor 4,78%, Timot Tengah Selatan 3,30 %.

2. DAU (X2) mempunyai nilai signifikan 0,000 yang berarti nilai ini lebih kecil dari

0,05. Berdasarkan nilai signifikan ini dapat disimpulkan bahwa Ha diterima (Ho

ditolak) atau dapat dijelaskan bahwa variabel DAU secara parsial berpengaruh

secara signifikan terhadap OPA (Y).

4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Kemudian untuk menguji pengaruh PAD dan DAU secara bersama-sama terhadap

perilaku oportunistik penyusun anggaran (OPA), digunakan uji statistik F.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 18,714 dengan tingkat

signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu maka model regresi dapt

dipakai untuk memprediksikan nilai dari OPA(perilaku oportunistik penyusun anggaran).

Dengan kata lain PAD dan DAU secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap OPA.

(20)

Pada model summary di atas, angka R sebesar 0,751 menunjukan bahwa korelasi

atau hubungan antara OPA (Y) dengan PAD (X) dan DAU (X) termasuk kuat yaitu sebesar

75,1 %. Dikatakan kuat karena angka R tersebut berada diantara rentang skala 0,60 -0,79

berdasarkan tabel korelasi rentang skala tersebut termasuk dalam kategori kuat (Sugiono,

2004). Sedangkan nilai R square atau koefisien determinasi adalah 0,563. Nilai ini

mengindikasikan bahwa variabel bebas PAD dan DAU memberikan kontribusi atau

sumbangan terhadap perubahan OPA (perilaku oportunistik penyusun anggaran) sebesar

56,3 %, sedangkan sisanya 43,7 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil uji t sebelumnya, variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh secara signifikan positif terhadap variabel Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran (OPA) dengan tingkat signifikan variabel independen 0,000

(21)

secara signifikan terhadap variabel perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

(OPA) dengan tingkat signifikan 0,090 (>0,05).

2. Hasil uji F dengan signifikan sebesar 0,000 berada di bawah 0,05 yang berarti

secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan positif

terhadap variabel Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA). 3. Nilai koefisien determinasi (Adusted R Square) sebesar 0,563 menunjukan

bahwa variabel independen Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum

memiliki kontribusi sebesar 56,3 % terhadap perubahan dari variabel dependen

perilaku oportunistik penyusun anggaran (OPA). Sedangkan sisanya sebesar

43,7 % dipengaruhi oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukan ke dalam

model. Hasil pengujian secara simultan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Abdullah dan Asmara (2006), Maria (2009) dan yang dilakukan oleh

Fathony (2011) yang menunjukan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA).

5.2 Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar menambah jumlah kabupaten/kota

yang akan diteliti, sehingga dapat diperoleh sampel yang lebih banyak dan hasil

yang lebih akurat.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah variabel

independen dalam penelitian seperti sumber pendanaan selain PAD dan DAU. 3. Pengukuran perilaku oportunistik dalam penelitian ini diturunkan dari

(22)

untuk menggali lebih banyak studi lainnya, mengingat pengukuran perilaku

merupakan sesuatu yang bersifat multidimensi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. 2004. Perilaku oportunistik legislatif dalam penganggaran daerah: Pendekatan principal-agent theory. Makalah disajikan pada Seminar Antarbangsa di Universitas Bengkulu, Bengkulu, 4-5 Oktober 2006.

Fathony, Adi.2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran dan Dana Alokasi Umum Terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran.UNDIP.

(23)

Halim, Abdul & Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan masalah keagenan di

pemerintahan daerah: sebuah peluang penelitian anggaran dan akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2(1): 53-64.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Maria, Florensia. 2009. Perilaku Oportinistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah : Aplikasi Agency Theory Di Sektor Publik. Universitas Gadjah Mada. Tesis

Lembaga Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 110/2000 tentang Kedudukan keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

_________. 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29/2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan

Penyusunan Perhitungan APBD.

_________. 2004a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/2004 tentang

Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2005 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

_________. 2004b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32/2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tahunan 2010 Pusbindiklat Peneliti LIPI | 50 Dalam rangka pelatihan dan penyegaran fungsi satuan pengamanan (satpam) Pubindiklat Peneliti LIPI, pada tanggal 17-18

The SVM based dimensionality framework developed in this study is an integration of dimensionality reduction procedure based on eigen vector analysis, automatic

o Guru menunjuk seorang siswa yang mengetahui tentang Memahami khutbah, tabligh dan dakwah untuk memberikan opininya kepada teman-temannya di bawah bimbingan guru.. o Setelah

Menurut David (2006), fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar: perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi,.. Produksi/Operasi, merupakan semua

lebih baik terbuka bagi orang lain

Kabupaten  Konawe  mempunyai  beberapa  sungai  yang  cukup  potcnsial  sebagai  bahan  baku  air  minum.  Namun  hanya  sungai  dengan  debit  air  yang  kecil 

Untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran pada Penelitian Pendidikan Fisika digunakan program Matlab dengan menggunakan optimasi dari suatu persamaan gerak bola

membaca kembali transkrip hasil wawancara dan mengutip berbagai pernyataan yang bermakna, menguraikan arti yang ada dalam pernyataan yang signi fi kan untuk menemukan kata