IMPLEMENTASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN TERHADAP POLA GERAK DOMINAN PADA PEMBELAJARAN SENAM
(Studi Penelitian Tindakan Kelas di SDN Saketi 1)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Retna Yulistiana
1100829
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
IMPLEMENTASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN
TERHADAP POLA GERAK DOMINAN PADA
PEMBELAJARAN SENAM
(STUDI PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SDN
SAKETI 1)
Oleh Retna Yulistiana
1100829
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Retna Yulistiana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN TERHADAP POLA GERAK DOMINAN PADA PEMBELAJARAN SENAM
(Studi Penelitian Tindakan Kelas di SDN Saketi 1)
RETNA YULISTIANA 1100829
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing 1
Drs. M. Ruhiat NIP.195602111985031001
Pembimbing 2
Dra. Lilis Komariyah, M.Pd NIP. 195906281989012001
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
ABSTRAK
Retna Yulistiana, 1100829. Implementasi Alat Bantu Pembelajaran Terhadap Pola Gerak Dominan Pada Pembelajaran Senam (Studi Penelitian Tindakan Kelas di SDN Saketi 1), di bawah Bimbingan Drs. M. Ruhiat dan Dra. Lilis Komariyah, M. Pd.
Masalah pada penelitian ini adalah rendahnya tingkat keterampilan siswa melakukan gerakan guling depan dalam pembelajaran senam lantai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas khususnya keterampilan siswa dalam melakukan gerakan guling depan. Penelitian ini terdiri atas tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilakukan terhadap 40 orang siswa-siswi kelas IV-B SDN Saketi 1 Kabupaten Pandeglang, yang terdiri dari 19 orang laki-laki, dan 21 orang siswi perempuan. Proses penelitian dibagi kedalam dua siklus, dan tiap siklus terdiri dari atas dua tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen observasi, catatan lapangan, dan tes keterampilan guling depan. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik presentase dan rata-rata. Hasil analisis data menunjukan bahwa penerapan alat bantu dapat meningkatkan keterampilan guling depan. Dari data yang dihasilkan menunjukan adanya peningkatan keterampilan guling depan siswa dengan rata-rata pada pra siklus sebesar 44%, siklus I tindakan 1 sebesar 55%, siklus I tindakan 2 sebesar 65%, siklus II tindakan 1 sebesar 69%, dan siklus II tindakan 2 sebesar 78%.
Retna Yulistiana, 1100829. The Implementation of Teaching Aids Towards a Rotating Dominant Motion Pattern On Gymnastics Research (The Study Toward the 4th grade students of Elementary School SDN Saketi 1 ), The adeviser Drs. M. Ruhiat dan Dra. Lilis Komariyah, M. Pd.
The problem in this study was the minimum level of Students’ skill in the
motion roll forward in learning gymnastics floor the method used in this research is classroom action research, it is amied to improve the learning process in the classroom. In particular, the skill of student in motion of rollimg movement. This study consisted of stage action planning, action, and reflection observation. The research carried out on 40 student of class IV-B SDN Saketi 1 Pandeglang), which consisted of 19 men and 21 women. The research process is divided into two cycles, with each cycle consisting of two actions. The data were collected using observation instruments, field notes, and front bolsters skills tests. All of the data were analyzed using the techniques percentage and average. The data analysis showed that the application of the tools can be indicated an increase the skill of roll forward. Students with an average in the pre-cycle by 44% the first cycle of first action is 55% the first cycle of second action is 65% the second cycleof first action is 69% and the second cycle of secont action is 78%.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK/ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Batasan Penelitian ... 5
G. Definisi Operasional ... 6
H. Metode Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 8
A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 8
1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 8
2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 9
B. Hakikat Media Bantu ... 11
1. Pengertian Media Bantu / Alat BnatuPembelajaran ... 12
2. Jenis dan Fungsi Media Pembelajaran ... ... 12
C. Hakikat Pembelajaran Senam ... ... 14
1. Hakikat Pengertian Senam ... ... 14
D. Pola Gerak Dominan ... 18
1. Pengertian Pola Gerak Dominan ... ... 18
2. Macam-macam Pola Gerak Dominan ... . 18
3. Jenis Putaran Pada Pola Gerak Dominan ... 20
E. Guling Depan (Forward Roll) ... ... 20
F. Implementasi Alat Bantu Pada Pembelajaran Senam ... ... 25
G. Karakteristik Siswa Kelas IV ... ... 26
H. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ... ... 28
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 28
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 29
3. Paparan Siklus II tindakan 1 ... ... 59
4. Paparan Siklus II tindakan 2 ... ... 64
C. Persentase Hasil Penelitian ... 68
D. Pembahasan ... ... 69
E. Jawaban Hipotesis Tindakan ... ... 70
F. Diskusi Temuan ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 88
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
memiliki peran sangat penting terhadap perkembangan perilaku siswa seperti
aspek kognitif, afektif dan khususnya aspek psikomotor. Mengenai hal ini Mahendra (2012, hlm. 21), menjelaskan bahwa “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Oleh karena itu, program pendidikan jasmani haruslah menjadi suatu program yang memberikan
perhatian yang cukup dan seimbang kepada tiga aspek tersebut.
Pendidikan jasmani secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan sosial,
keterampilan berpikir kritis, penalaran stabilitas rasional, dan lain sebagainya.
Pada hakekatnya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan
kegiatan pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani untuk mencapai
tujuan pendidikan bukan prestasi dalam cabang olahraga, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan adanya prestasi bagi siswa yang memiliki bakat dan
kemampuan dalam cabang olahraga tertentu.
Tercapainya suatu hasil belajar atau tujuan pembelajaran tergantung pada
proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, karena belajar merupakan
kegiatan yang sangat mendasar dan berproses tersusun secara sistematis.
Media pembelajaran sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
Mengenai hal ini R. Rahardjo (dalam Juliantine, dkk., 2012, hlm. 97), menyatakan bahwa „media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyaluran ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan‟. Lebih lanjut dinyatakan bahwa materi yang ingin dicapai adalah terjadinya proses
belajar. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tujuan media pada dasarnya
2
Berdasarkan tujuan itu maka kedudukan media dalam proses
belajar-mengajar itu menjadi penting sama penting dengan guru itu sendiri. Media
pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi
antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna
(Latuheru dalam web:
http://www.mediapembelajaran-menurut-para-ahli.com).
Sesuai dengan pendapat di atas, dalam pembelajaran pola gerak dominan
(guling depan) dibutuhkan media untuk membantu guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam kurikulum pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah dasar, senam merupakan salah satu materi ajar yang harus
diberikan kepada siswa. Salah satu jenis senam yang dipelajari di sekolah
yaitu senam lantai. Pembelajaran senam di sekolah dasar bertujuan
memperkaya pengalaman gerak sebanyak-banyaknya serta meningkatkan
kesegaran jasmani para peserta didik. Salah satu komponen yang diajarkan
adalah guling depan. Pengertian guling depan menurut Mahendra (2001, hlm.
257) adalah :
Gerak berguling yang halus dengan menggunakan tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai dari kedua kaki, kedua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang, dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali.
Berdasarkan uraian di atas mengenai pola gerak dominan (guling depan),
diharapkan siswa dapat melakukan gerakan pola gerak dominan (guling
depan) dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pendidikan
jasmani dan olahraga selain mengutamakan penguasaan keterampilan dan
kemampuan jasmani, juga berperan terhadap pengembangan sifat-sifat
kejujuran, keberanian, jiwa sportivitas, disiplin, kerjasama, kompetitif dan
percaya diri. Pada pembelajaran pola gerak dominan khususnya senam lantai
guling depan, yang harus dimiliki setiap siswa adalah keberanian dan percaya
diri. Karena dengan keberanian dan percaya diri setiap gerakan yang
3
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa di SDN Saketi 1
pada saat melakukan pembelajaran pola gerak dominan (guling depan)
banyak siswa yang merasa takut atau tidak berani untuk melakukan gerakan,
kurang percaya diri, menganggap gerakannya itu sulit, dan dapat
mengakibatkan cedera seperti cedera pada leher. Sehingga pada saat proses
pembelajaran siswa sering diam dari pada melakukan pembelajaran pola
gerak dominan (guling depan) yang diintruksikan oleh guru. Gerakan pada
pola gerak dominan (guling depan) yang dihasilkan banyak kekurangan
antara lain posisi awal, pada saat mengguling tidak lurus (menyamping), dan
posisi akhiran. Gerakan dalam melakukan guling depan membutuhkan
keberanian dan kelentukan. Disamping itu olahraga ini sangat membosankan
bagi anak sekolah khusunya SD karena usia Sekolah Dasar sangat menyukai
pembelajaran yang mengandung permainan di banding pembelajaran yang
sebenarnya, menekankan pada teknik yang benar pada suatu gerakan.
Rendahnya kemampuan siswa menunjukan adanya kelemahan sekaligus
kesulitan belajar mengajar pola gerak dominan (guling depan), yang
kemungkinan hal itu disebabkan oleh metode mengajar yang diberikan oleh
guru yang cenderung masih monoton yang berakibat pada kurangnya
motivasi pada saat belajar, hanya tertuju pada gerakan senam saja tanpa
adanya variasi metode mengajar yang lainnya dan sarana prasarana yang
tidak lengkap mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran. Banyak
upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk tercapainya tujuan
pembelajaran, tentu perlu di implementasikan alat bantu pembelajaran yang
tepat. Dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan alat bantu spon,
penggunaan alat bantu ini dirasa mampu untuk dapat mengoptimalkan
gerakan pola gerak dominan (guling depan) pada pembelajaran senam.
Berdasarkan semua uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan terhadap siswa
kelas IV-B di SDN Saketi 1. Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas
4
mendorong guru agar mampu meningkatkan kinerjanya secara reflektif. Pada
penelitian tindakan kelas ini penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul Implementasi Alat Bantu Pembelajaran Terhadap Pola Gerak Dominan
Pada Pembelajaran Senam di SDN Saketi 1.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat
diidentifikasi masalah yang ada sesuai dengan masalah yang penulis lihat,
secara umum masih kurangnya tingkat keterampilan siswa melakukan
gerakan guling depan. Maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang
ditemui dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa merasa takut atau tidak berani, kurang percaya diri dan cenderung
bosan dengan proses pembelajaran yang kurang bervariasi (monoton).
2. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pola gerak dominan berputar
(guling depan) yang sebenarnya sehingga tujuan pembelajaran belum
tercapai.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah implementasi alat bantu
pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan pola gerak dominan (guling
depan) siswa kelas IV-B SDN Saketi 1?
D. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilakukan, pasti terdapat tujuan yang ingin
dicapai oleh peneliti, dan berdasarkan latar belakang dan rumusan yang telah
diuraikan di atas, maka penulis menetapkan tujuan penelitian ini adalah ingin
mengetahui apakah implementasi alat bantu pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan pola gerak dominan (guling depan) siswa kelas
5
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, diharapkan mempunyai manfaat, baik bagi penulis
maupun pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan. Selain itu juga diharapkan dapat
memperluas wawasan pengetahuan mengenai implementasi alat bantu
pembelajaran terhadap pola gerak dominan.
2. Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak, yaitu:
a. Bagi Guru, dengan dilaksanakanya penelitian tindakan kelas ini,
diharapkan guru dapat mengetahui penerapan pengajaran yang cocok
digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran di kelas, sehingga permasalahan-permasalahan yang
dihadapi baik oleh siswa maupun guru dapat diminimalisir.
b. Bagi siswa, mengetahui dan dapat meningkatkan keterampilan gerak pola
gerak dominan (guling depan).
c. Bagi Sekolah, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
memperbaiki pembelajaran.
F. Batasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran yang terlalu luas, maka batasan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian ini berkenaan dengan keberhasilan
pembelajaran, khususnya pembelajaran keterampilan gerak pola gerak
dominan (guling depan).
2. Penelitian ini terfokus pada keterampilan guling depan.
3. Sasaran penelitian siswa kelas IV-B SDN Saketi 1 dengan jumlah siswa
6
4. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
dengan cara Observasi, Catatan Lapangan, Tes, dan Foto.
G. Definisi Operasioanal
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, penulis mencoba
menjelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini
dengan maksud agar tidak terjadi penyimpangan, sehingga permaslahan akan
lebih terarah. Penjelasan istilah-istilah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalaui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
(Mahendra (2012, hlm. 21)).
2. Media
Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyaluran
ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.
(R. Rahardjo (dalam Juliantine, 2012, hlm. 97)).
3. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna
dan berdaya guna.
(Latuheru dalam web:
http://www.mediapembelajaran-menurut-para-ahli.com).
4. Guling Depan
7
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research sebagai cara untuk
menjawab semua masalah yang ada dalam penelitian ini. Menurut Mills
(dalam Wardhani, dkk., 2008, hlm. 1.4), mendefinisikan penelitian tindakan
sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau
konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik
yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan presepsi
serta mengembangkan “reflective practice” yang berdampak positif dalam
berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa.
Dengan berbekalan pengertian ini, kita dapat mengkaji pengertian penelitian
tindakan kelas (PTK) sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang
dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan
kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses pencarian pemecahan
terhadap masalah yang dihadapi. Pencarian pemecahan maasalah tersebut
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode tertentu dan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Kegiatan pencarian pada penelitian
bisa dibedakan berdasarkan metode pencarian atau sering disebut dengan
metode penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) pada tingkatan Sekolah Dasar.
Tindakan kelas ini merupakan suatu penelitian yang dilakukan di dalam
kelas, kelas disini dimaksudkan pada suatu tempat dan adanya interaksi antara
guru dan murid sehingga terjadinya proses belajar.
Menurut Kusumah dkk (2012, hlm. 9) penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
(1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat
dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut.
Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan akan
meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam proses pembelajaran dibiarkan
berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama
sehingga hasil belajar siswa pun tetap sama, bahkan mungkin menurun.
Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara pembelajaran dan
33
B. Waktu dan Tempat Penelitian (Setting Penelitian)
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat minggu, yaitu pada tanggal
4 September sampai 25 September 2015.
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan yang bertempat di SDN
Saketi 1 Kabupaten Pandegalang yang beralamat di Jalan Raya Labuan km
19 Saketi Pandeglang.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Untuk menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga
mendapatkan gambaran sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian ini diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data pada
penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Sugiyono (2013, hlm
117) menjelaskan tentang populasi sebagai berikut populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV-B
SDN Saketi 1 kabupaten Pandeglang.
2. Sampel
Dalam penelitian ini dapat menggunakan semua anggota populasi dan
dapat pula sebagian dari populasi yang disebut sampel. Seperti yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 118), sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan
menurut Arikunto (2006, hlm. 131) menyatakan bahwa “Sampel adalah
34
Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi
yaitu siswa kelas IV-B SDN Saketi 1 Pandeglang yang berjumlah 40 orang
yang terdiri dari (19 ) siswa laki-laki (21 ) siswa perempuan.
D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
Menurut Sugiyono (2013, hlm 60), variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2013, hlm 61), variabel penelitian dibagi
menjadi dua macam yaitu: variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen).
1. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel bebas dalam penelitian tindakan kelas ini adalah alat
bantu spon.
2. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian tindakan kelas ini kemampuan pola gerak dominan berputar
(guling depan).
E. Prosedur Penelitian
Arikunto (2006, hlm. 91) “penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di
dalam sebuah kelas”. Pengertian sebelumnya sejalan dengan apa yang
diungkapkan oleh Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 11) bahwa:
35
atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Sedangkan menurut Ebbutt yang dikutip oleh Hopkins (dalam
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 12) penelitian tindakan kelas adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Penelitian kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir
dan bertindak dari guru. Berpikir reflektif dalam pengalaman pendidikan
sebagai selalu aktif, ulet, dan selalu mempertimbangkan segala bentuk
pengetahuan yang akan diajarkan berdasarkan keyakinan adanya
alasan-alasan yang mendukung dan memikirkan kesimpulan dan akibat-akibatnya
kemana pengetahuan itu akan membawa peserta didik (Dewey dalam
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 12). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan dengan tujuan
meningkatkan suatu tujuan dengan memperbaiki prosesnya. Tindakan yang
dilaksanakan melalui proses analisis berbagai teori-teori yang telah
berkembang kemudian dipraktekkan dengan upaya memperbaiki
permasalahan di dalam proses pembelajaran, sehingga tindakan dalam
penelitian tindakan kelas dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
kaidah-kaidah keilmuan.
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus tindakan.
Pertama yang dilakukan guru adalah melakukan identifikasi permasalahan
kelas melalui observasi awal pada hasil belajar atau kemampuan siswa pada
materi pola gerak dominan berputar (guling depan). Observasi awal dilakukan
untuk mengetahui tindakan yang tepat oleh guru dalam menyelesaikan
masalah kemampuan siswa dalam materi pola gerak dominan berputar (guling
depan). Setelah rumusan masalah terkumpul dari hasil observasi dan refleksi
awal selanjutnya dilakukan siklus tindakan yang meliputi: (1) perencanaan
(planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi (observation),
36
menganalisis proses tindakan pada siklus pertama dan memperbaiki tindakan
yang kurang tepat untuk diatur ulang pada fase perencanaan di siklus ke dua.
Adapun siklusnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Alur Penelitian Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin yang Ditafsirkan oleh Kemmis
Perencanaan
Pelaksanaan
Siklus I
Pengamatan
Pengamatan
Perencanaan Ulang
Gambar 3.1
Refleksi
Perencanaan
Siklus II
Pelaksanaan
Refleksi
37
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua siklus yang setiap siklusnya
terdiri dari dua tindakan. Tetapi apabila belum tercapai, penulis melanjutkan
ke siklus berikutnya. Dari setiap siklus terdapat tahapan-tahapan yaitu,
perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), dan refleksi
(reflection). Perencanaan untuk setiap siklus didasarkan atas temuan dari
siklus sebelumnya, dengan menunjukan apa saja kelemahan-kelemahan yang
terjadi pada siklus tersebut, kemudian penjelasan tentang bagaimana hal
tersebut akan diperbaiki. Adapun tahap-tahap penelitiannya sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan Tindakan (planning)
Perencanaan tindakan merupakan salah satu tahap terpenting dalam suatu
penelitian sebagai langkah awal sebelum memasuki tahap tindakan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis sebagai guru pelajaran pendidikan jasmani di
tempat penelitian, yaitu di SDN Saketi 1. Sedangkan yang menjadi observer
adalah guru yang berada di sekolah.
Dalam pelaksanaannya perencanaan tindakan diawali dengan
mengajukan surat ijin melakukan penelitian. Penulis dan Observer
mengunjungi sekolah yang menjadi tempat penelitian, untuk melihat atau
mengamati kondisi sekolah, siswa, sarana dan prasarana. Kemudian penulis
dan observer mempersiapkan rencana program pembelajaran seperti apa yang
akan digunakan untuk tindakan penelitian selama proses pembelajaran.
Setelah itu penulis dan observer juga mempersiapkan suatu instrumen
penelitian untuk merekam selama tindakan berlangsung, sehingga
mempermudah penulis dalam melakukan sebuah pengamatan.
2. Tahap Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan tindakan adalah implementasi atau penerapan isi rancangan
di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2006, hlm.
99). Pada tahap ini peneliti menerapkan rancangan program pembelajaran
38
dan melaksanakan apa yang sudah direncanakan dalam rancangan yang telah
dibuat.
3. Tahap Observasi
Menurut Arikunto (2006, hlm. 99) observasi atau pengamatan merupakan
pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Pada tahap ini penulis melakukan
pengamatan sekaligus mencatat apa yang terjadi di lapang pada saat
pelaksanaan tindakan berlangsung untuk mengevaluasi hasil belajar sehingga
bisa menjadi bukti hasil tindakan yang selanjutnya bisa dijadikan suatu
refleksi. Sedangkan ditahap ini observer melaksanakan pengamatan secara
langsung pada saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan format
observasi penilaian gerakan pola gerak dominan berputar (guling depan)
siswa yang kemudian menjadi data penelitian.
4. Tahap Refleksi
Tahap keempat adalah refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah terjadi (Arikunto, 2006, hlm. 99). Ditahap ini
dilaksanakan ketika guru telah melakukan tindakan penelitian. Untuk
selanjutnya guru beserta observer mendiskusikan penerapan rancangan
tindakan apa yang akan digunakan kemudian ditetapkan untuk digunakan ke
tahap selanjutnya dalam rangka memperbaiki dari tindakan sebelumnya.
F. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen penelitian merupakan salah satu rangkaian yang
sangat penting dalam sebuah penelitian, karena dengan instrumen penelitian
dapat mengumpulkan data yang esensial dipergunakan untuk memecahkan
masalah. Instrumen adalah alat bantu untuk mengumpulkan informasi,
melakukan pengukuran, atau mengumpulkan data (Subroto, dkk, 2015, hlm.
39
terkontrol. Tidak ada pelanggaran dari ketentuan
Skor 3 : Baik, hal-hal yang pokok tertampilkan. Peragaan terlihat aman,
sekalipun terlihat kesalahan-kesalahan bentuk yang kecil.
Skor 2 : Tidak terkontrol. Bentuk dan teknik jelek banyak kesalahan
dari ketentuan yang tertulis.
Skor 1 : Tidak dapat dikenali karena pelaksanaan salah satu hilang.
Tidak aman.
Penilaian ini merujuk pada skala penilaian yang dikemukakan oleh
Schembri 1989 (dalam Mutaqin, 2007, hlm. 62) yaitu:
Tabel 3.2
40
Rating Scale
Score Characteristics
5 Performed with completed assurance and control. Exellent
technique and form. Fluid movement.
4 Very good. Minor errors of form and position. Ndeviation from
text. Good control.
3 Good Esential features demonstrated performance looked safe,
even though minor error of form were present.
2 Uncontrolled. Poor form and technique. Deviations from the
requirements of the written text.
1 Not recognisable due to poor execution or omissions. Unsafe.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas
unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang
muncul dalam suatu objek penelitian (Nawawi dkk, dalam
web://http.www.duniapelajar.com)
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah beberapa catatn yang diperoleh peneliti
mengenai hasil pengamatan pada saat penelitian untuk mendapatkan dat
yang sedetail mungkin, sehingga proses penelitian dapat berjalan secara
efektif dan efesien dalam setiap tindakan-tindakan pada saat proses belajar
41
(dalam
web://http.www.rijalhabibulloh.com/2015/03/contoh-penulisan-catatan-lapangan.html)
c. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegasi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2006, hlm. 150).
3. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis
a. Teknik Pengolahan data
1. Observasi
Pada data hasil observasi guru dilakukan dengan menjumlahkan
beberapa skor yang diperoleh dari hasil penilaian yang telah dilakukan
oleh beberapa observer. Sedangkan untuk data hasil observasi siswa
dilakukan dengan mendeskripsikan jumlah siswa dari tiap aspek yang
diamati.
2. Catatan lapangan
Pada data tersebut tidak dilakukan teknik penskoran tetapi akan
dinarasikan tentang semua kejadian-kejadian yang muncul pada saat
proses pembelajaran pola gerak dominan (guling depan) berlangsung
yang telah dicatat peneliti dan observer.
3. Tes
Teknik pengolahan data yang digunakan pada tes adalah jumlah
siswa yang mendapat skor tertentu dibagi jumlah siswa, dikali 100%,
sehingga dihasilkan prosentase.
42
Mencari skor rata-rata ( ̅)
̅
Keterangan:
̅
∑ = jumlah
b. Analisis Data
Kriteria dan ukuran keberhasilan tujuan penelitian ditentukan
berdasarkan hasil evaluasi belajar secara individu. Untuk mengetahui skor
rata-rata dan tingkat keberhasilan pembelajaran, peneliti menggunakan:
Mencari skor rata-rata ( ̅)
̅
Keterangan:
̅
∑ = jumlah
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian tindakan kelas
(PTK) yang dilakukan di kelas IV-B SDN Saketi 1 dilaksanakan dalam 2
siklus. Berdasarkan permasalahan yang timbul dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran senam lantai dengan penerapan alat bantu, keterampilan guling
depan siswa dapat meningkat. Peningkatan ini terlihat perubahan dalam tugas
gerak yang diberikan peneliti melalui alat bantu yaitu spon, memberikan hasil
yang baik. Dimana dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor, dari pra
siklus memperoleh skor rata-rata 44%, siklus I tindakan 1 memperoleh skor
rata-rata 55%, dan siklus I tindakan 2 memperoleh skor rata-rata 65%. Pada
siklus I sudah terjadi peningkatan, tetapi belum mencapai hingga 70%,
sehingga peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke siklus II tindakan 1.
Siklus II tindakan 1 memperoleh skor rata-rata 69%, dan siklus II tindakan 2
memperoleh skor rata-rata 78%. Karena skor yang didapat siswa sudah
mengalami peningkatan, maka penelitian ini dianggap cukup dan untuk siklus
berikutnya tidak dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat penulis kemukakan
berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, diharapkan lebih bervariasi dan berinovasi dalam memberikan
materi pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh dan takut dalam
pembelajaran senam lantai (guling depan). Lebih menguasai kelas
memahami karakter siswanya.
2. Bagi pihak sekolah, diharapkan memberikan dukungan kepada guru
72
peralatan yang dibutuhkan siswa. Sehingga dengan adanya ketersediaan
fasilitas dan alat pendukung yang memadai, diharapkan bisa menunjang
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolah.
3. Bagi siswa, diharapkan lebih memiliki kesadaran untuk mau belajar dan
memotivasi diri untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran khususnya
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung:
FPOK-Universitas Pendidikan Indonesia
Ahmadi, Abu. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarata: PT Asdi Mahasatya
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta. Jakarta
http://www.mediapembelajaran-menurut-para-ahli.com diakses 27/06/15
Juliantine, Titje dkk. (2012). Belajar Pembelajaran Penjas. Bandung:
FPOK-Universitas Pendidikan Indonesia
Kusumah, Wijaya dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks
Mahendra, Agus. (2012). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:
FPOK-UPI-Bandung
... (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK
Universitas Pendidikan Indonesia
... (2001). Pembelajaran Senam Pendekatan Pola Gerak
Dominan untuk SLTP. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
... (2001). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar Sebuah
Pendekatan Pembinaan Pola Gerak Dominan. Jakarta: Direktorat Jendral
Olahraga
Mutaqin, Wildan (2007). “Implementasi pola gerak dominan terhadap
keterampilan guling depan dan guling belakang dalam proses belajar
mengajar senam”. Bandung: tidak diterbitkan.
Subroto, Toto dkk. (2015). Penulisan Penelitian Tindakan Kelas dalam
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Bandung:
FPOK-Universitas Pendidikan Indonesia
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung
Suhendi, Hendi dkk. (2013). Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK-Universitas
74
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani.
Bandung: CV. Bintang Warli Artika
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Syarifuddin, Arif dkk. (2013). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung:
FPOK-Universitas Pendidikan Indonesia
Wardhani, IGAK dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka
web: http//www.yunimanindar.blogspot.com diakses 15/07/15
web://http.www.duniapelajar.com. Diakses 22/08/15
web://http.www.rijalhabibulloh.com/2015/03/contoh-penulisan-catatan-lapangan.html. Diakses 22/08/2015
web:http://id.wikipedia.org/wiki/Senam. diakses 24/052015
web:http://www.google.co.id/search?q=tekhnik+guling+depan&client. diakses
19/08/2015
Wiriaatmadja, Rochiati. (2014). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: