• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Veteriner Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ekonomi Veteriner Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI VETERINER PETERNAKAN KAMBING PERAH DI DESA SEPANG KECAMATAN BUSUNGBIU

KABUPATEN BULELENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh Hanesty Jantiko NIM. 1009005019

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ANALISIS EKONOMI VETERINER PETERNAKAN KAMBING PERAH DI DESA SEPANG KECAMATAN BUSUNGBIU

KABUPATEN BULELENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh Hanesty Jantiko NIM.1009005019

Menyetujui/Mengesahkan Pembimbing I

Dr. drh. Ida Bagus Kade Suardana, M.Si. NIP. 19631007 199003 1 002

Pembimbing II

Drh. Ketut Tono PG, M.Kes. NIP. 19591231 198601 1 001

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP NIP. 19600305 198703 1 001

(3)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

Ditetapkan di Denpasar, tanggal ...

Panitia Penguji

Dr. drh. Ida Bagus Kade Suardana, M.Si. NIP. 19631007 199003 1 002

Ketua

Drh. Ketut Tono PG, M.Kes. NIP. 19591231 198601 1 001

Sekretaris

Prof. Dr. drh. IBK. Ardana, M.Kes. NIP. 19591231 198702 1 006

Anggota

Drh. Sri Kayati Widyastuti, M.Si. NIP. 19620809 199003 2 002

Anggota

Drh. Tjokorda Sari Nindhia, MP. NIP. 19740617 200312 2 001

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Veteriner Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng” disusun berdasarkan hasil penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,

2. Bapak Dr. drh. Ida Bagus Kade Suardana, M. Si. selaku pembimbing I dan bapak drh. Ketut Tono PG, M.kes selaku pembimbing II atas waktu, bimbingan, nasehat, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyusunan skripsi,

3. Bapak Prof. Dr. drh. Ida Bagus Komang Ardana, M.Kes, ibu drh. Sri Kayati Widyastuti, M.Si, dan ibu drh. Tjokorda Sari Nindhia, MP selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasehat yang sangat berguna bagi penyusunan skripsi ini.

4. Ibu drh. Luh Gde Sri Surya Heryani, M.Biomed selaku pembimbing akademik yang memberikan arahan selama masa perkuliahan,

(5)

saya yang telah memberi doa restu, bimbingan, kasih sayang, serta dukungan moral dan materi,

6. Peternak kambing perah di Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang sudah membantu kelancaran dan kemudahan dalam pengambilan sampel penelitian,

7. Desy Lokawati yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi serta doanya agar penulis dapat segera menyelesaikan kuliah kedokteran hewan di Universitas Udayana,

8. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini, Isnan, Fiki, Sentral, dan Ilham atas semangat dan kerjasamanya,

9. Teman-teman penulis, Bayu, Pak Taufik, Mas Amung, Khamid, Luhung, Eggy, serta seluruh angkatan 2010, kakak dan adik angkatan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman, terima kasih atas persahabatan dan dorongan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Teman-teman KKN Desa Bungbungan yang selalu memberi semangat dan

dorongan.

Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, dan untuk itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.Sebagai akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Februari 2015

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kambing Perah ... 6

2.1.1 Jenis kambing perah ... 7

2.1.2 Cara pemeliharaan kambing perah ... 11

2.2 Usaha Peternakan Kambing Perah ... 12

2.2.1 Kandang ... 12

2.2.2 Pakan ... 17

2.2.3 Memelihara kesehatan kambing ... 22

2.3 Produksi Kambing Perah ... 26

2.3.1 Susu ... 26

2.3.2 Limbah ... 26

(7)

BAB III MATERI DAN METODE

3.1 Bahan-bahan yang Digunakan ... 30

3.2 Peralatan yang Digunakan ... 30

3.3 Variabel Penelitian ... 30

3.3.1 Input ... 31

3.3.2 Output ... 33

3.4 Cara Pengumpulan Data ... 33

3.5 Analisis Data ... 33

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 35

4.1.1 Data hasil wawancara analisis ekonomi veteriner peternakan kambing perah ... 35

4.1.2 Input peternakan kambing perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng ... 38

4.1.3 Output peternakan kambing perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng ... 44

4.1.4 Analisis Data Input dan Output Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng ... 47

4.2 Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 53

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(8)
[image:8.612.139.477.144.376.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

1. Tabel 4.1. Data Hasil Wawancara Analisis Produksi dan Medik Veteriner Peternakan Kambing Perah ... 36 2. Tabel 4.2. Nama Peternak dan Jumlah Kambing Kelompok Tani

Ternak Sumber Rejeki ... 37 3. Tabel 4.3. Input Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang

Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng ... 43 4. Tabel 4.4. Output Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang

Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng ... 46 5. Tabel 4.5. Pendapatan yang Dihasilkan oleh Peternakan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

(10)

ABSTRAK

Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu walaupun anaknya sudah disapih atau lepas susu. Ternak perah yang saat ini mulai dikenal luas adalah ternak kambing, untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari peternakan kambing perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Variabel yang digunakan adalah input (biaya produksi) dan output (hasil produksi). Variabel operasional dari penelitian ini mencakup analisis produksi, ekonomi veteriner, dan peternakan kambing perah. Data dikumpulkan dengan cara wawancara yang dilakukan kepada setiap responden dengan menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan sebagai panduan. Jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak 21 peternak yang merupakan anggota dari kelompok tani ternak Sumber Rejeki di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Metode yang digunakan adalah metode analisa deskriptif melalui survei dan observasi. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan responden. Dari hasil penelitian yang berjudul Analisis Ekonomi Veteriner Peternakan Kambing Perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng dapat disimpulkan bahwa peternakan kambing perah Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng menghasilkan pendapatan per ekor per bulan rata-rata Rp 277.500.

(11)

ABSTRACT

Dairy milk is farming method whom produces milk more than used to fulfill its need for baby and maintain the long period of milk production though the baby is has finished to wean. The dairy milk that is well known in recent year is dairy goats, so that many studies are need to know more about. The aim of this study is to know and analyze how much profit that will be gotten from dairy goats. The material used in this study is data from dairy goats in Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. The variables used are the inputs (costs) and output (production) which produces outcomes that called profit. Operational variables of this study includes an analysis of the production, medical veterinary, livestock, and dairy goats. Data were collected by interviews conducted for each respondent by using a questionnaire or a list of questions as a guide. The method used is descriptive analysis method through surveys and observation. Data collected consist of primary data obtained from the questionnaire interviews with respondents. The results of a study entitled Analysis of Production and Veterinary Medical Enterprises Livestock Dairy Goats in Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng can be concluded that the dairy goat farm generates revenue average is Rp 277.500 per month per head.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adjid, A. (1989). Penyakit Orf di Jawa Barat. Proceedings Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Bogor.

Atabany, A. (2002). Strategi Pemberian Pakan Induk Kambing Perah Sedang Laktasi dari Sudut Neraca Energi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http/www.tumoutou.net.html. Diakses pada tanggal 13 September 2014.

Bessant, B.T.W. (2005). Analisis Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat dalam Kaitannya dengan Kesejahteraan Peternak di Kabupaten dan Kota Bogor. Program Persetujuan Manajemen dan Bisnis. Bogor.

Devendra, C. (1975). Goat. Animal Improvement Research Division. Malaysian Agricultural Research and Development Institute. Malaysia.

Irwansyah. (2012). Ekonomi Manajerial Teori Produksi. Stie Bina Karya. Bukit Tinggi.

Kaleka, N., dan Haryadi, N. (2013). Kambing Perah. Arcita. Surakarta.

Luthan, F. (2011). Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Kambing Perah. Direktorat Budidaya Ternak. Jakarta.

Muharam, A. (2007). Beternak Kambing Perah. Setia Purna Inves. Jakarta.

Murtidjo, B.A. (1993). Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Nugroho, H. (2011). Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa di Peternakan Bumiku Hijau Yogyakarta. Program Diploma III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Ramadhani, R. (2012) Produksi (Teori, Fungsi, dan Efisiensi). Sosial Ekonomi

Pertanian. Malang.

Resnawati, H. (2010). Kualitas Susu pada Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan. Puslitbang Peternakan. Bogor.

(13)

Sarwono, B. (2005). Beternak Kambing Unggul. Jakarta. Penebar Swadaya. Sinderedjo, S. (1996). Pedoman Memelihara Kambing Perah. Balai Pustaka. Jakarta.

Singarimbun, dan Effendi, M. (1995). Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta. Sitepu, R.A. (2008). Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing di

Kabupaten Karo. Departemen Sosial Ekonomi Pertaniaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Medan.

Soeharto, P. (1990). Ilmu Usaha Tani. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sumarjono, D. (2004). Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Fakultas

Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Sunarlim. (1992). Usaha Berternak Kambing Etawah. http://www.smallcrab.com/Forex/172-usaha-beternak-etawah. Diakses pada tanggal 12 September 2014.

Susetyo, H.B. (2011). Analisis Profitabilitas Usaha Ternak Itik di Kabupaten Bantul. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas PGRI. Yogyakarta.

Supranto, J. (2003). Statisik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Syukur, A., dan Suharno, B. (2014). Bisnis Pembibitan Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjiptarjo. (1986). Dokter Hewan Indonesia. PB PDHI. Jakarta.

Yatimin, Triana, S., dan Sunarto. (2013). Jurnal Ilmiah Peternakan. Kajian Total Mikroba dan Asam Tertitrasi Susu Kambing Peranakan Etawa Selama Satu Periode Laktasi. Purwokerto.

Yusdja, Y. (2009). Prospek Usaha Peternakan Kambing Menuju 2020. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi

susu sampai jangka waktu tertentu walaupun anaknya sudah disapih atau lepas susu

(Rusman, 2011). Ternak perah yang saat ini mulai dikenal luas adalah ternak

kambing. Ternak kambing cocok dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan

peternak kecil karena mudah dipelihara dan cepat memberikan hasil (baik itu dari

anak, daging, maupun susu), di samping juga memberikan nilai tambah dari

kotorannya sebagai pupuk organik maupun biogas sebagai alternatif Bahan Bakar

Minyak (BBM) (Luthan, 2011). Keuntungan beternak kambing juga didapat dengan

mengikutkan kambing pada kontes kambing. Selain dapat mendongkrak nama dalam

bisnis kambing, harga kambing pun dapat meningkat.

Kebutuhan masyarakat akan produk hasil kambing selalu meningkat tiap

tahunnya. Misalnya permintaan kambing kurban di Bali setiap menjelang Idul Adha

selalu meningkat, dan tingginya permintaan mendorong naiknya harga kambing.

Tidak hanya pasar domestik, potensi pasar kambing di luar negeri pun terbuka lebar,

seperti Arab Saudi dan Malaysia. Peluang yang sudah ada di depan mata akan

terbuang jika produksinya masih rendah. Dengan mempertimbangkan kondisi

tersebut, peluang usaha ternak kambing masih terbuka luas (Syukur dan Suharno,

(15)

2

Kelebihan lain dari bisnis ternak kambing adalah peternak tidak perlu

menunggu lama untuk kambing memasuki usia dewasa. Selain mudah dalam

memeliharanya, modal yang dibutuhkan juga tergolong kecil. Dalam dua tahun

seekor kambing betina dapat beranak hingga tiga kali. Produktivitas biologis kambing

cukup tinggi, 8 – 28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Devendra, 1975). Jumlah anak

per kelahiran (

litter size

) bervariasi satu sampai tiga ekor dengan tingkat produksi

susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. Biaya

investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan pemeliharaannya pun lebih mudah

dibanding sapi. Selain itu ternak kambing termasuk ternak yang memiliki ketahanan

tubuh tinggi, mereka dapat beradaptasi dengan segala iklim dan tidak mudah

terserang penyakit. Kemampuan adaptasi kambing yang baik memungkinkan

kambing dapat hidup berkembang biak dalam berbagai keadaan lingkungan (Rusman,

2011).

Susu itu sendiri merupakan bahan makanan yang mempunyai gizi sempurna

dan lengkap, di dalamnya terkandung zat-zat yang diperlukan tubuh dalam

perbandingan yang seimbang. Susu merupakan bahan makanan sempurna yang

mengandung nilai gizi tinggi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi manusia

(Dwidjoseputra, 1990 dalam Yatimin

et al.,

2013).

Susu yang populer beredar di pasaran adalah susu sapi. Namun demikian susu

kambing kini sudah dikenal dan diminati oleh masyarakat, karena sebenarnya susu

(16)

3

kaitannya dengan kalori. Dilaporkan bahwa susu kambing adalah sebaik susu ibu dan

lebih baik dari susu sapi untuk pemenuhan gizi manusia (Jensen, 1994 dalam Luthan,

2011). Susu kambing mengandung mineral Ca dan P yang cukup tinggi, dan juga

dapat membantu penyembuhan beberapa penyakit pernapasan seperti bronchitis,

asma, serta

tuberculosis

(TBC). Susu kambing bermanfaat sebagai penawar

gastrointestinal dan dapat membantu menjaga kondisi kesehatan. Serta dari uji

organoleptik menunjukkan bahwa susu kambing cukup digemari seperti layaknya

susu sapi (Nugroho, 2011).

Susu kambing memiliki kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8% relatif lebih

baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0%

(Sunarlim

,

1992). Susu kambing juga memiliki kandungan vitamin A dan vitamin B

yang lebih banyak daripada susu sapi. Berbeda dengan susu sapi yang harus melalui

proses pasteurisasi, susu kambing langsung dikemas dengan plastik kedap udara

hanya 10 menit setelah pemerahan dan sudah siap untuk dikonsumsi. Konsumen susu

kambing sangat jarang mengalami diare meskipun mempunyai kepekaan dalam

penyerapan laktose (

lactose intolerance

). Susu kambing juga mengandung flourin

lebih banyak daripada susu sapi yang merupakan antiseptik alami yang mengandung

elemen pencegah tumbuhnya bakteri di dalam tubuh sehingga dapat memperkuat

kekebalan tubuh. Di samping itu bila dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing

lebih mudah dicerna karena ukuran molekul lemak susu kambing lebih kecil dan

(17)

4

Bagi anak-anak (bayi) yang alergi terhadap susu sapi, susu kambing dapat

menggantikannya. Oleh sebab itu, tepat sekali kalau pemasyarakatan susu kambing

dikaitkan dengan program gizi keluarga dalam program posyandu. Di Inggris, susu

kambing selain dikonsumsi, juga diolah menjadi berbagai bentuk seperti keju, krim,

mentega dan yoghurt (Sodiq, 2002 dalam Nugroho, 2011).

Persepsi di atas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap permintaan

konsumen, dan otomatis hal tersebut juga berpengaruh besar terhadap mahalnya

harga susu kambing jika dibandingkan dengan harga susu sapi. Harga susu kambing

bahkan dapat mencapai lima kali lipat dibandingkan dengan susu sapi. Sebagai

contoh di Banyuwangi, harga susu kambing segar mencapai Rp 25.000 per liter,

sebaliknya harga susu sapi hanya mencapai Rp 5.000 per liter. Hal ini merupakan

peluang yang sangat baik bagi peternak kambing untuk meningkatkan populasi ternak

kambing.

Yang menjadi masalah saat ini adalah, belum ada penelitian tentang analisis

keuntungan dari pemeliharaan kambing khususnya kambing perah. Mengingat

banyak keunggulan ternak kambing daripada ternak sapi. Maka dipandang perlu

dilakukan analisis ekonomi veteriner untuk mengetahui seberapa besar keuntungan

yang diperoleh dari beternak kambing perah.

Di Provinsi Bali tepatnya di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten

Buleleng terdapat kelompok tani ternak yang bergerak di bidang usaha peternakan

(18)

5

ini diketuai oleh bapak Wayan Wardana dengan jumlah anggota sebanyak 21

peternak dan jumlah kambing yang dipelihara sebanyak 256 ekor.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat dirumuskan

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Seberapa besar peternakan kambing perah di Desa Sepang Kecamatan

Busungbiu Kabupaten Buleleng memberi keuntungan kepada peternaknya?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

Mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari peternakan

kambing perah di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1.

Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dalam beternak kambing

perah.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Perah

Kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya (Atabany, 2002). Kambing perah disebut pula kambing bertipe dwiguna karena selain menghasilkan susu, dagingnya juga bisa dikonsumsi. Namun, tampaknya lebih pas bila kambing perah disebut sebagai kambing multiguna. Selain menghasilkan susu dan daging, kambing perah juga menghasilkan anakan yang bisa dijual, kulit sebagai kerajinan, serta menghasilkan pupuk organik dan biogas (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Pada dasarnya, perbedaan antara kambing perah dengan kambing pedaging terletak pada bangsa kambing itu sendiri. Bangsa kambing merupakan faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas susu. Hal ini memberikan petunjuk bahwa bangsa kambing yang satu dengan lainnya menghasilkan jumlah susu yang berbeda. Selain bangsa kambing, tipe kambing juga akan mempengaruhi jumlah produksi susu. Kambing tipe daging akan menghasilkan produksi susu rendah, karena umumnya kambing tipe daging hanya akan mampu memproduksi air susu sampai pascasapih anaknya (Murtidjo, 1993).

Menurut Williamson dan Payne (1993) dalam Rusman (2011) kambing secara ilmiah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(20)

7

Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Subfamili : Caprinae Genus : Capra Spesies : C. Aegagrus

Subspesies : Capra aegagrus hircus 2.1.1 Jenis kambing perah

Pada dasarnya semua jenis kambing bisa menghasilkan susu. Namun, jumlah produksi susu setiap jenis kambing berbeda-beda, sehingga hanya kambing yang produksi susunya tinggi yang dikategorikan sebagai kambing perah. Ada banyak jenis kambing perah di dunia, kebanyakan jenis kambing ini hidup di daerah subtropis. Menurut Kaleka dan Haryadi (2013), beberapa jenis diantaranya telah diintroduksi di Indonesia.

1. Kambing jamnapari

Kambing jamnapari berasal dari India. Kambing ini merupakan ras kambing penghasil susu yang produktivitasnya paling tinggi di Asia. Produksi susunya bisa lebih dari tiga liter per hari. Populasi kambing ini banyak terdapat di daerah Etawa, Uttar Pradesh, India, sehingga biasa disebut sebagai kambing etawa. Kambing jamnapari merupakan nenek moyang dari beberapa jenis kambing perah di berbagai belahan dunia seperti kambing anglo-nubian, american-nubian, dan peranakan etawa di Indonesia (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(21)

8

Kambing ini memiliki muka cembung, tanduknya kecil melengkung ke belakang, telinganya panjang dan terkulai ke bawah (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Kambing etawa memiliki gelambir yang panjang dan berbulu lebat di bawah leher. Kambing ini berwarna putih pada bagian tubuh dan hitam atau coklat pada bagian kepala. Kaki belakang pada kambing ini memiliki bulu yang lebat (Kaleka dan Haryadi, 2013).

2. Kambing peranakan etawa

Kambing peranakan etawa atau biasa disebut PE merupakan hasil persilangan antara kambing lokal dengan kamping perah jamnapari atau etawa. Kambing ini merupakan jenis kambing perah yang potensial dan banyak dikembangkan di Indonesia karena jenis kambing ini sudah beradaptasi dengan kondisi iklim di negeri ini (Kaleka dan Haryadi, 2013). Kambing PE memiliki beberapa tipe ras, antara lain sebagai berikut :

a. Peranakan etawa kaligesing

PE kaligesing merupakan hasil persilangan antara kambing jamnapari atau etawa yang masuk ke Indonesia pada tahun 1930 dengan kambing lokal di daerah Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. PE kaligesing mampu memproduksi susu antara 0,5 – 3 liter per hari. Dalam hal reproduksi, kambing ini memiliki kecenderungan melahirkan anak kembar atau lebih dari satu. Kambing kaligesing mudah diternak karena mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tidak pilih-pilih pakan (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(22)

9

ini memiliki tanduk yang kecil melengkung ke belakang Telinganya lebar, panjang, menggantung, dan ujungnya melipat. Ekornya pendek dan mengarah ke atas atau ke belakang. Kaki belakangnya berbulu lebat dan panjang (Kaleka dan Haryadi, 2013).

b. Peranakan etawa senduro

Tahun 1947 kambing jamnapari dari Etawa, Uttar Pradesh, India, dimasukkan ke Indonesia untuk disilangkan dengan kambing menggolo. Kambing menggolo merupakan kambing lokal di daerah Senduro, Lumajang, Jawa Timur, yang terletak di kaki Gunung Semeru. Hasil persilangan ini menghasilkan kambing etawa ras senduro atau disebut PE senduro (Kaleka dan Haryadi, 2013).

PE senduro memiliki kemampuan produksi susu yang sama dengan PE kaligesing, begitu juga dengan reproduksinya. Ciri fisiknya pun hampir sama, hanya pola warna pada tubuhnya yang berbeda. Bulu kambing PE senduro didominasi warna putih sehingga sering disebut dengan senduro putih (Kaleka dan Haryadi, 2013).

c. Peranakan etawa jawarandu

(23)

10

3. Kambing saenen

Kambing perah ini berasal dari lembah Saenen, Swiss. Meskipun ukuran tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala yang relatif kecil, lancip, dengan leher yang relatif panjang. Telinganya berukuran sedang, tegak, dan mengarah ke depan. Warna bulunya putih atau krem (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Kambing saenen merupakan kambing perah yang populer di Eropa. Potensi produksi susunya mencapai lima liter per hari. Karena produksi susunya sangat tinggi, kambing saenen dijuluki sebagai ratu kambing perah. Sayangnya, kambing saenen agak sulit beradaptasi dengan iklim tropis dan tidak tahan paparan sinar matahari langsung, sehingga sulit berkembang di Indonesia (Kaleka dan Haryadi, 2013).

4. Kambing sapera

Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing saenen dengan kambing PE. Seperti halnya PE, sapera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah asli Indonesia karena pengembangannya dilakukan oleh anak negeri. Kambing sapera memiliki postur tubuh mendekati kambing PE. Hasil produksi susunya bisa mencapai 4 – 5 liter per hari (Kaleka dan Haryadi, 2013).

5. Kambing alpines

(24)

11

6. Kambing anglo-nubian

Nenek moyang kambing perah anglo-nubian adalah kambing jamnapari dan kambing asal Afrika dari wilayah Nubia. Di Inggris, hasil persilangan kedua jenis kambing itu disebut anglo-nubian. Kambing ini memiliki telinga panjang menjuntai. Bulunya berwarna merah kehitaman dan coklat kombinasi putih. Produksi susunya mencapai 700 kg dalam satu masa laktasi (Kaleka dan Haryadi, 2013).

7. Kambing toggenburg

Swiss merupakan negara yang cocok untuk pengembangbiakan kambing perah. Swiss memiliki kambing toggenburg yang merupakan tipe kambing perah. Kambing ini sudah lama diusahakan manusia sebagai penghasil susu. Kambing ini berukuran sedang, bobotnya 55 kg. Produksi susunya sekitar tiga liter per hari (Kaleka dan Haryadi, 2013).

2.1.2 Cara pemeliharaan kambing perah

Menurut Muharam (2007), cara pemeliharaan kambing perah dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pemeliharaan anak kambing

Anak kambing yang baru lahir harus segera dibersihkan lendirnya menggunakan kain kering, memotong tali pusar dengan mengikat tali pusar tersebut kira-kira 5 cm dan 10 cm dari perut, pemotongan dilakukan diantara kedua ikatan tersebut. Bagian tali pusar yang tertinggal diselipkan ke dalam larutan yodium untuk mencegah infeksi.

(25)

12

diberikan sehari tiga kali sebanyak setengah liter. Anak kambing mulai diberi pakan hijauan saat umur dua minggu.

2. Pemeliharaan induk

Induk kambing yang sedang bunting harus mendapatkan perawatan khusus, sebaiknya dipisah dari ternak lainnya dan ditempatkan di kandang khusus. Induk kambing yang sedang bunting perlu diperhatikan makanannya agar anaknya tumbuh baik dan menghasilkan air susu dalam jumlah banyak (Muharam, 2007). 3. Pemeliharaan pejantan

Kambing pejantan sebaiknya dipisah dari kambing betina dan anakan untuk memudahkan pengaturan perkawinan dan menghindari perilaku asli kambing pejantan yang begitu agresif. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatannya, sebaiknya kambing pejantan dimandikan dan disikat bulunya seminggu sekali (Muharam, 2007).

2.2 Usaha Peternakan Kambing Perah 2.2.1 Kandang

Kaleka dan Haryadi (2013) berpendapat, kandang yang baik adalah kandang yang bisa membuat ternak merasa nyaman, tidak menyulitkan pemeliharaan, serta bebas dari bibit penyakit. Kandang yang seperti itu tidak harus mewah, bisa dibuat dengan menggunakan bahan dari bambu atau kayu. Kandang seperti itu akan membuat kambing menjadi lebih sehat, tidak mudah terserang penyakit, dan lebih produktif. Untuk membangun kandang yang nyaman bagi kambing, beberapa hal berikut perlu diperhatikan.

1. Model kandang

(26)

13

pakan, dan memerah susu. Kandang sangat penting artinya karena akan melindungi kambing dari kontaminasi kotoran serta melindunginya dari terpaan angin, hujan, panas matahari, dan menjadi tempat beristirahat. Kandang juga menjadi tempat berbagai aktivitas pemeliharaan kambing. Kandang bagi kambing seperti rumah bagi manusia (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Kandang untuk kambing sebaiknya berbentuk panggung. Kandang lemprakan atau berlantai tanah tidak dianjurkan karena akan becek dan lembab akibat kotoran dan urin kambing. Hal ini bisa membuat kuman penyakit berkembang. Model kandang panggung merupakan yang terbaik untuk pemeliharaan kambing. Pada kandang panggung kotoran dan urin kambing langsung jatuh ke kolong kandang sehingga lantai kandang bersih, tidak becek dan mudah dibersihkan. Dengan begitu kambing tidak menginjak-injak kotoran dan urinnya sendiri. Selain tubuh kambing menjadi lebih bersih, kandang panggung dapat mencegah penularan penyakit melalui kotoran (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Kandang sebaiknya dibuat menghadap ke timur agar sinar matahari pagi bisa masuk ke dalamnya. Bila tidak, atap kandang sebaiknya diberi genting kaca. Sinar matahari baik untuk tubuh kambing, selain itu sinar matahari berguna untuk mengurangi kelembaban di dalam kandang dan mencegah berkembangnya bibit penyakit. Kandang juga harus mempunyai sirkulasi udara yang baik agar tidak pengap dan lembab (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(27)

14

memecah hembusan angin, di sekitar kandang bisa ditanami pepohonan. Jenis pepohonannya bisa dipilih dari jenis yang merupakan pakan kambing, misalnya pohon nangka, gamal, turi, lamtoro, atau kaliandra (Kaleka dan Haryadi, 2013). 2. Macam kandang

Macam kandang yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan peruntukan kandang, ada kandang koloni dan kandang individual. Kandang koloni digunakan untuk beberapa ekor kambing secara bersama-sama. Kandang ini digunakan untuk memelihara anak kambing dan kambing dara (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Setiap kandang koloni sebaiknya digunakan maksimal untuk 10 ekor kambing. Hal ini akan memudahkan dalam mengontrol kesehatan kambing serta mengontrol pemberian pakan. Jika jumlah kambing terlalu banyak, akan terjadi persaingan saat diberi pakan. Akibatnya kambing yang kalah akan kekurangan pakan sehingga pertumbuhan dan kesehatannya terganggu. Kandang koloni berukuran 2 x 3 m bisa digunakan untuk 10 ekor kambing muda atau anakan. Setelah kambing semakin besar, jumlahnya dikurangi (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(28)

15

3. Konstruksi dan kelengkapan kandang

Hal pokok yang harus diperhatikan adalah konstruksi kandang harus kokoh, kuat, dan awet. Kandang harus mampu menahan bobot tubuh semua kambing yang dipelihara. Kandang juga harus memiliki beberapa kelengkapan seperti wadah pakan dan wadah air minum (Kaleka dan Haryadi, 2013).

a. Tiang kandang

Tiang kandang harus kuat dan kokoh, bisa terbuat dari bambu atau kayu. Agar tidak mudah busuk dan dimakan rayap, tiang kandang diberi alas atau dasaran dengan beton atau pasangan batu bata. Beton atau pasangan batu bata juga akan membuat tiang lebih kuat menahan beban kandang (Kaleka dan Haryadi, 2013).

b. Lantai dan kolong kandang

Lantai kandang bisa dibuat dari papan kayu yang disusun berjajar dengan jarak kurang lebih 1 – 1,5 cm. Lantai kandang bisa juga dibuat dari bilah bambu. Jarak antara kayu atau bambu harus memudahkan jatuhnya kotoran, tetapi tidak membuat kaki kambing terperosok. Ketinggian lantai kandang dari permukaan tanah kurang lebih 75 cm. Tinggi lantai kandang itu sudah memberikan keleluasaan bagi peternak untuk membersihkan kolong kandang (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(29)

16

Karena urin kambing tidak menggenang di kolong, kandang menjadi tidak lembab sehingga tidak menjadi media tumbuhnya mikroba penyebab penyakit (Kaleka dan Haryadi, 2013).

c. Dinding kandang

Dinding kandang berfungsi untuk menahan agar kambing tidak keluar dari kandang. Dinding kandang harus kuat menahan beban tubuh kambing karena kambing seringkali membenturkan kepala atau menggosokkan tubuhnya ke dinding kandang. Dinding kandang bisa dibuat dari papan kayu atau bambu. Dinding kandang yang menghadap wadah pakan dan wadah air minum diberi lubang berukuran 20 x 20 cm agar kepala kambing bisa keluar masuk untuk makan dan minum (Kaleka dan Haryadi, 2013).

d. Atap kandang

Atap kandang sebaiknya menggunakan genteng. Atap bisa pula dibuat dari alang-alang atau daun kelapa yang disusun rapi. Atap dari dedaunan ini bisa menyerap panas matahari sehingga ruang kandang tidak panas. Kelemahannya, dedaunan ini tidak tahan lama sehingga harus sering diganti. Seng tidak dianjurkan karena akan membuat ruang kandang menjadi panas. Keadaan itu tidak nyaman bagi kambing dan bisa membuat mereka stres (Kaleka dan Haryadi, 2013).

e. Lorong kandang

(30)

17

terlalu sempit agar tidak merepotkan dalam pemeliharaan (Kaleka dan Haryadi, 2013).

f. Tangga

Keberadaan tangga sangat diperlukan di kandang panggung. Tangga berfungsi untuk memudahkan kambing dan peternak naik ke kandang. Tangga bisa terbuat dari kayu dan bambu yang kuat (Kaleka dan Haryadi, 2013).

g. Wadah pakan dan minum

Wadah pakan bisa dibuat dari anyaman bambu atau papan kayu yang dibentuk sepeti bak memanjang. Wadah pakan diletakkan di luar kandang menempel dinding kandang. Wadah pakan dibuat dengan ukuran lebar bagian bawah 30 cm, lebar bagian atas 50 cm, dan tinggi 50 cm (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Wadah air minum bisa menggunakan ember atau wadah lainnya. Wadah air minum diletakkan di luar kandang menempel di dinding kandang, tetapi di sisi yang berlainan dengan penempatan wadah pakan. Misalnya, wadah pakan diletakkan di depan dan wadah air minum di belakang. Wadah pakan dan air minum tersebut harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung dan air hujan (Kaleka dan Haryadi, 2013).

2.2.2 Pakan

(31)

18

sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra et al., 1994 dalam Nugroho, 2011).

Menurut Kaleka dan Haryadi (2013) pakan kambing terdiri dari : 1. Hijauan dan konsentrat

Ada berbagai macam pakan kambing. Pakan yang diberikan dalam komposisi tertentu, misalnya campuran beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi seimbang disebut sebagai ransum. Pakan kambing bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pakan hijauan dan pakan penguat atau konsentrat. Hijauan merupakan pakan utama kambing. Kambing menyukai pakan hijauan berupa rumput-rumputan, dedaunan, serta ranting dan batang muda. Sementara itu, kambing juga menyukai pakan konsentrat yang berbentuk kasar.

a. Pakan hijauan

Pakan hijuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pakan rumput dan dedaunan. Pakan rumput antara lain, rumput gajah, rumput lapangan, rumput raja, tebu, jerami. Pakan dedaunan antara lain, daun nangka, waru, singkong, ketela rambat, turi, lamtoro, gamal, kacang tanah, kedelai (Kaleka dan Haryadi, 2013).

b. Pakan konsentrat

(32)

19

2. Kebutuhan pakan

Kebutuhan pakan kambing perah per hari dipengaruhi oleh umur, fase hidup (kambing muda, dewasa, bunting, menyusui, pejantan), kondisi tubuh (sehat/sakit), lingkungan tempat hidup, serta bobot tubuh. Maka, setiap ekor kambing yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula (Kaleka dan Haryadi, 2013).

a. Pakan saat masa kawin

Kambing betina yang berumur antara 12 – 15 bulan dengan bobot tubuh mencapai antara 30 kg sudah siap untuk kawin. Kambing yang telah memasuki masa kawin atau masa produksi seperti ini membutuhkan ransum dengan komposisi yang baik. Pemberian pakan berkualitas merupakan cara untuk meningkatkan kesuburan kambing serta dapat meningkatkan kemungkinan anak kembar. Mulai tiga minggu sebelum dikawinkan induk diberi pakan berkualitas (Kaleka dan Haryadi, 2013).

b. Pakan kambing bunting

Saat bunting kambing membutuhkan pakan dalam jumlah lebih banyak serta kualitas lebih baik. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan induk, nutrisi dari pakan juga diperlukan untuk pertumbuhan janin. Pertumbuhan janin berlangsung sangat cepat pada tiga bulan pertama masa bunting. Hampir 70% pertumbuhan janin berlangsung pada masa tersebut (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(33)

20

pada masa ini dapat menyebabkan anak kambing cacat, lemah, bobot tubuh rendah, atau bahkan bisa lahir mati (Kaleka dan Haryadi, 2013).

c. Pakan induk setelah melahirkan

Setelah melahirkan induk kambing membutuhkan pakan dengan zat gizi tinggi untuk memulihkan kondisinya serta untuk memproduksi susu. Komposisi pakan hijauan segar dapat diberikan 50% rumput dan 50% leguminoceae (Kaleka dan Haryadi, 2013).

d. Pakan pejantan

Pejantan dewasa mempunyai tugas untuk mengawini induk sepanjang tahun. Untuk itu, ransum pakannya harus bergizi agar kondisinya selalu prima serta memiliki sperma yang berkualitas. Namun, pejantan jangan sampai terlalu gemuk karena bisa menurunkan libido atau nafsu seksualnya. Pejantan juga harus sering diberi kesempatan bergerak bebas untuk menjaga kebugarannya (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Pakan hijauan segar untuk pejantan terdiri dari campuran rumput, leguminoceae, dan daun-daunan. Per hari pakan hijauan itu diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh pejantan. Misalnya bobot tubuh pejantan 70 kg, maka pakan hijauan yang diberikan adalah sebanyak tujuh kilogram per hari. Pakan konsentrat diberikan sebanyak 0,5 – 1 kg per ekor per hari (Kaleka dan Haryadi, 2013).

e. Pakan kambing masa laktasi

(34)

21

maksimal. Jika pada masa tersebut kambing kekurangan pakan, kambing akan kehilangan bobot tubuh dan produksi susunya rendah. Oleh sebab itu, induk kambing yang dalam masa laktasi membutuhkan asupan nutrisi yang paling banyak dibanding fase fisiologis lainnya (Kaleka dan Haryadi, 2013). Pakan hijauan diberikan berupa rumput-rumputan dan leguminoceae dengan perbandingan 50:50. Pakan konsentrat dengan kadar protein kasar 14 – 16% diberikan sebanyak satu kilogram per ekor per hari. Komposisi pakan konsentrat untuk meningkatkan produksi susu terdiri dari 62% bekatul, 20% ampas tahu, 15% bungkil kedelai, 1% garam dapur, dan 2% tepung tulang (Kaleka dan Haryadi, 2013).

3. Pemberian Pakan dan Air minum

Pakan hijauan diberikan 2 – 3 kali sehari. Pemberian pakan secara sedikit demi sedikit tetapi sering akan lebih efektif dan efisien. Pemberian pakan hijauan yang sekaligus dalam jumlah banyak akan membuat kambing cenderung memilih memakan hijauan yang disukai. Beberapa jam kemudian setelah kambing merasa lapar, kambing cenderung kurang bernafsu untuk memakan sisa pakan hijauan tadi. Akibatnya, banyak pakan hijauan yang terbuang dan kebutuhan pakan kambing dalam sehari justru tidak terpenuhi (Kaleka dan Haryadi, 2013).

(35)

22

sehingga tidak banyak yang jatuh. Namun wadah pakan untuk pakan hijauan yang dipotong-potong harus dibuat rapat (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Sementara itu pakan konsentrat diberikan pada pagi dan sore hari sebelum diberi pakan hijauan. Pakan konsentrat diberikan dalam bentuk bubur, yaitu dengan diberi air. Diusahakan pakan konsentrat yang diberikan segera dihabiskan oleh kambing karena pakan ini mudah ditumbuhi jamur. Untuk menambah nafsu makan kambing, pakan konsentrat bisa ditambah sedikit garam, gula merah, atau tetes tebu (Kaleka dan Haryadi, 2013).

2.2.3 Memelihara kesehatan kambing

Kesehatan kambing adalah hal yang patut dijaga karena dari kambing yang sehatlah peternak akan menuai hasil. Menjaga kesehatan kambing bisa dilakukan dengan cara preventif atau pencegahan dan kuratif atau pengobatan. Namun tentu saja tindakan preventif jauh lebih baik. Selain lebih hemat karena tidak perlu membeli obat, produktivitas kambing yang tidak sakit juga lebih baik (Kaleka dan Haryadi, 2013).

1. Kontrol penyakit

Ternak yang sakit akan memerlukan waktu untuk penyembuhan. Selama proses penyembuhan itu pertumbuhan ternak menjadi tidak optimal. Hal itu tentu merugikan dari peternak. Itulah pentingnya mengontrol dan melakukan pencegahan terhadap penyakit. Meskipun terkenal sepele, beberapa hal tersebut bisa mencegah datangnya penyakit pada kambing (Kaleka dan Haryadi, 2013).

a. Menjaga kebersihan kandang

(36)

23

kesehatan kambing lebih terjaga. Selain itu kambing akan menjadi lebih nyaman di kandang. Oleh karenannya, sebaiknya kandang dibersihkan setiap hari. Selain membuang kotoran kambing celah kandang juga perlu dibersihkan (Kaleka dan Haryadi, 2013).

b. Menjaga kelembaban dalam kandang

Kandang yang lembab tentu tidak baik bagi kesehatan kambing karena kondisi ini membuat kuman mudah berkembang. Sirkulasi udara yang lancar bisa menjaga agar kandang tidak terlalu lembab serta membuat udara dalam kandang selalu bersih dan segar. Selain sirkulasi udara, sinar matahari dapat mengurangi kelembaban dalam kandang. Oleh karena itu kandang sebaiknya dibuat menghadap ke Timur. Apabila tidak memungkinkan diberi genting kaca sehingga sinar matahari bisa masuk ke kandang (Kaleka dan Haryadi, 2013).

c. Mengkarantina kambing yang sakit

Kambing yang terkena penyakit perlu dikarantina di kandang yang agak jauh agar tidak menularkan penyakit ke kambing lain. Di kandang karantina, kambing diobati dan sebaiknnya tidak dikembalikan ke kandang pemeliharaan sebelum benar-benar sembuh. Kambing yang baru dibeli juga perlu dikarantina terlebih dahulu selama beberapa hari untuk memastikan kondisi kesehatannya (Kaleka dan Haryadi, 2013).

d. Menjaga kualitas pakan yang diberikan

(37)

24

2. Penyakit yang sering menyerang

Pengetahuan tentang penyakit pada kambing memang perlu dikuasai oleh peternak. Meskipun jarang sakit, bukan berarti kambing tidak bisa sakit. Dengan dasar pengetahuan yang dimiliki peternak akan mampu mengatasi permasalahan penyakit yang muncul. Menurut Kaleka dan Haryadi (2013), beberapa penyakit yang sering kali menyerang ternak kambing antara lain sebagai berikut :

a. Cacingan

Cacingan disebabkan oleh cacing gilig atau cacing pita. Cacing ini mudah berkembang jika kandang becek. Kambing yang terserang cacingan menunjukkan gejala tubuh kurus, bulu kusam, nafsu makan berkurang, dan kotoran lembek (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Pengobatannya bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan pabrik, contohnya Penothiazine dalam bentuk kapsul atau bubuk. Obat tersebut dapat dicampur air minum dengan dosis 400 gram per ekor (Kaleka dan Haryadi, 2013).

b. Kudis atau kurap (scabies)

(38)

25

c. Mastitis

Mastitis adalah penyakit infeksi pada ambing oleh bakteri. Penyakit ini menimbulkan peradangan pada kelenjar susu yang ditandai dengan ambing membengkak. Penyakit ini bisa menular melalui luka pada kulit ambing dan puting susu. Menjaga kebersihan kandang/sanitasi dan menyingkirkan benda-benda tajam yang dapat melukai ambing merupakan cara terbaik untuk mencegah mastitis (Kaleka dan Haryadi, 2013).

Mastitis dapat diobati dengan antibiotik seperti Penicillin, Tetracycline, atau Sulfamethasine. Air susu dikeluarkan atau diperah setiap

hari kemudian ambing dikompres dengan air hangat (Kaleka dan Haryadi, 2013).

d. Kuku busuk

Kuku busuk disebabkan oleh mikroorganisme Fusiformis necrophorus. Mikroorganisme ini menyerang melalui luka yang terjadi di

sela-sela kuku. Gejala yang muncul adalah kaki pincang saat berjalan, kuku meradang dan berwarna merah. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lantai dan kuku kambing dipotong secara rutin. Penyakit ini dapat diobati dengan merendam kuku yang sakit menggunakan larutan formalin 2% selama 1 – 3 menit (Kaleka dan Haryadi, 2013).

e. Penyakit orf

(39)

26

diolesi iodine atau methylen blue kemudian diulang setelah 3 hari (Adjid, 1989).

2.3 Produksi Kambing Perah 2.3.1 Susu

Susu kambing memiliki khasiat menyembuhkan penyakit kuning, asma, lelah, eksim (penyakit kulit), migrain, bronchitis, tuberculosis (TBC), asam urat, impoten, dan darah tinggi. Di samping itu, lemak susu kambing lebih lembut dan mudah ditelan (Muharam, 2007).

Tidak semua susu dari kambing perah bisa dijual, susu tersebut juga dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Anak kambing yang baru lahir dibiarkan selama 3 – 4 hari bersama induknya. Setelah empat hari, anak kambing baru bisa dipisahkan dengan induk, tetap diberikan susu tetapi hanya boleh pada saat siang hari saja (Muharam, 2007).

Susu kambing mudah rusak bila dibiarkan tanpa pengolahan lebih lanjut atau penyimpanan yang baik. Untuk memperpanjang daya guna dan daya simpan, serta meningkatkan nilai ekonominya, susu kambing dapat diolah menjadi aneka produk. Susu kambing dapat diolah menjadi susu bubuk, karamel, yoghurt, es krim, krupuk susu, dan produk kecantikan atau perawatan (Kaleka dan Haryadi, 2013).

2.3.2 Limbah

(40)

27

tidak menumpuk dan menimbulkan masalah lainnya. Kotoran dan urin tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik, pupuk kompos, dan pupuk cair (Kaleka dan Haryadi, 2013).

2.4 Kerangka Konsep

Susu adalah bahan pangan yang mengandung zat-zat nutrisi yang utama untuk kehidupan manusia, antara lain protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan faktor-faktor pertumbuhan (Resnawati, 2010). Dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi makhluk hidup menyusui yang baru lahir, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan segera sesudah kelahiran.

Kebutuhan susu nasional saat ini begitu besar, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya nutrisi dari susu selain sebagai pelengkap komponen empat sehat lima sempurna, juga berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan. Susu kambing merupakan salah satu sumber protein hewani yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pembentukan sel, serta mampu meningkatkan daya tahan tubuh (Yatimin et al., 2013). Kebutuhan susu nasional sebagian besar masih berasal dari susu sapi, tetapi belakangan ini susu kambing juga sudah memenuhi harapan yang tinggi.

(41)

28

memiliki tipe iklim yang sesuai bagi pengembangan ternak kambing (Yusdja, 2009).

Dilihat dari beberapa faktor tersebut, ternak kambing memberikan keuntungan yang sangat menjanjikan. Dan jika dilihat dari analisis ekonominya, antara output dan input peternakan kambing nilai output lebih besar daripada nilai input dengan selisih yang cukup besar, hal tersebut akan memberikan pendapatan

lebih untuk pengelola usaha peternakan kambing. Susu kambing di Jawa Timur dijual dengan harga Rp 25.000 per liter. Untuk pemasaran susu kambing di Jakarta, Bandung, dan Bali, harga jual eceran berkisar Rp 25.000 – Rp 30.000 per liter.

(42)

29

Keuntungan/laba Usaha peternakan kambing perah

Kebutuhan susu nasional

Biaya Kandang

Nilai limbah

Input Output

Biaya pembibitan kambing Biaya pakan

Biaya pengobatan Biaya tenaga kerja Biaya lain-lain

Susu kambing Anak kambing Nilai afkir

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

KI: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.. KD: Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan, reseptif dan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 65 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan serta untuk memenuhi kebutuhan informasi

Setelah mengetahui beberapa perlindungan hukum untuk pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan, maka apabila dikaitkan dengan kasus penolakan

Profesi Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) telah dihadapkan pada tantangan berat untuk ikut andil dalam mengatasi berbagai permasalah pembelajaran yang kian kompleks, meskipun

Untuk menginstallnya, pastikan folder yang berisi materi file website sekolah (nama folder “websekolah” ) sudah dicopy ke folder htdocs yang berada pada drive C >

Sehingga maksud pembahasan dalam kajian ini adalah upaya pemusnahan kebijakan, faham dan tindakan ekstrim yang dilakukan oleh kelompok Wahabi- Syi’ah dalam konteks

Hal ini dikarenakan pada waktu perendaman 12 jam membran ESI CdCl3 - telah terkondisi dengan ion CdCl3 - dan kebutuhan air dalam membran untuk berdisosiasi telah

Sebagai warga negara indonesia maka manusia indonesia adalah setara atau sederajat dalam arti setiap warga negara memiliki persamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai bangsa