• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PEMOTONGAN AYAM DI KABUPATEN BOGOR

RIZKIAN MAGISTASARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI, SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan, maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RIZKIAN MAGISTASARI. Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS.

Usaha pemotongan Ayam merupakan usaha untuk mengolah lebih lanjut ayam broiler menjadi produk karkas siap olah yang selanjutnya siap dipasarkan kepada konsumen. Tujuan penelitian ini menganalisis kelayakan usaha pemotongan ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan juga menganalisis sensitivitasnya. Berdasarkan hasil penelitian dua (2) usaha pemotongan ayam layak secara finansial maupun non finansial. Hasil dari analisis kriteria investasi didapatkan Net Present Value (NPV) Rp2.982.613.986,72, Internal rate of return (IRR) 17,26%, Net Benefit/Cost (Net B/C) 3,91, Break event point (BEP) Rp1.129.977.665,88 dan Payback period (PBP) 4,86 tahun untuk RPA “X”; NPV Rp4.754.368.352,26, IRR 50,76% dan Net B/C 5,93, BEP Rp587.731.999,188 dan PBP 2,08 tahun untuk RPA “Y”; dan NPV -Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP Rp370.226.915,737 dan PBP 7,98 tahun untuk RPA”Z”.

Hasil analisis sensitivitas pada skenario 1 menunjukkan usaha ini tetap layak hingga kenaikan harga bahan baku sebesar 5% untuk RPA “X” dan 11% untuk RPA “Y”. Pada skenario 2 menunjukkan ketiga usaha ini tetap layak hingga penurunan harga daging ayam sebesar 6% untuk RPA “X” dan 8% untuk RPA “Y”.

Kata kunci: analisis kelayakan usaha, analisis sensitivitas, ayam, usaha pemotongan ayam

ABSTRACT

RIZKIAN MAGISTASARI. Feasibility Studies of poultry abattoir business in Bogor Regency. Supervised by H. MUSA HUBEIS.

Poultry abattoir business is a business which process the broiler chicken into carcass that already consume. The purposes of this research are to analyze the feasibilities of poultry abattoir businesses in Bogor regency which seen by the financial nan non financial aspects and to analyze the sensitivity of the poultry abattoir business. According to the result two businesses are feasible seen by the financial and non financial aspects. The result of investment criteria analysis there were NPV Rp2.982.613.986,72, IRR 17,26%, Net B/C 3,91, BEP Rp1.129.977.665,88 and PBP 4,86 years for RPA “X”; NPV Rp4.754.368.352,26, IRR 50,76%, Net B/C 5,93, BEP Rp587.731.999,188 and PBP 2,08 years for RPA “Y”; and NPV -Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP Rp370.226.915,737 and PBP 7,98 years for RPA”Z”. The result of sensitivity analysis for 1st scenario shows that these three businesses are still feasible until the raise of basic material price reach 5% for RPA “X” and 11% for RPA “Y”. In the 2nd scenario these businesses are still feasible until the reduction of price reach 6% for RPA “X” and 8% for RPA “Y”.

(5)

RINGKASAN

RIZKIAN MAGISTASARI. Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS.

Sebagian besar kebutuhan masyarakat terhadap daging Ayam saat ini masih dapat dipenuhi dari usaha pemotongan Ayam, baik modern maupun tradisional. Dengan adanya tren permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya, kadang terjadi kelangkaan pasokan Ayam potong di tingkat para pedagang eceran, atau bahkan di pasar swalayan yang berskala besar. Tingginya permintaan akan Ayam potong khususnya di wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan suatu peluang yang sangat besar bagi para pengusaha Ayam potong. Analisis kelayakan usaha masih diperlukan agar dapat membantu pengusaha pemotongan Ayam di wilayah Kabupaten Bogor dalam perencanaan usahanya, sehingga dapat tercapai peningkatan efisiensi dan juga produktivitas usahanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis kelayakan usaha pemotongan Ayam yang dilakukan oleh para pengusaha yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, (2) Menganalisis sensitivitas usaha pemotongan Ayam terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dari peternak dan penurunan harga jual Ayam di pasar.

Penelitian ini dilaksanakan di tiga usaha pemotongan ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Data yang digunakan adalah data primer bersifat kualitatif dan kuantitatif serta data sekunder. Data kualitatif berupa informasi mengenai gambaran umum usaha pemotongan ayam serta proses produksi dari pemotongan ayam sedangkan data kuantitatif berupa angka-angka yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam perhitungan kriteria investasi dan juga sensitivitas usaha. Data primer diperoleh dari wawancara kepada pengusaha pemotongan ayam serta observasi secara langsung dalam kegiatan produksi pemotongan ayam. Data sekunder diperoleh dari buku-buku dan internet.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PEMOTONGAN AYAM DI KABUPATEN BOGOR

RIZKIAN MAGISTASARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor

Nama : Rizkian Magistasari NIM : H24090061

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M. Munandar MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Eli, Ibu Rosy, Ibu Nita, Bapak Muhtar dan Bapak Ahmad Syarif yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan juga teman-teman Manajemen IPB 46, teman-teman satu bimbingan, teman-teman TPB A11 dan juga rekan-rekan WEC atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Tinjauan Teoritis 3

Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan 7

METODE PENELITIAN 7

Kerangka Pemikiran Penelitian 7

Lokasi dan Waktu 8

Pengumpulan Data 8

Pengolahan dan Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Gambaran Umum Usaha Pemotongan Ayam 11

Analisis Kelayakan Usaha 12

SIMPULAN DAN SARAN 21

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 24

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan aspek pasar dan pemasaran 13

2 Perbandingan aspek teknis dan teknologi 14

3 Perbandingan aspek manajemen dan hukum 15

4 Perbandingan aspek sosial dan lingkungan 15

5 Asumsi untuk analisis keuangan 16

6 Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja 17

7 Hasil analisis kriteria investasi 18

8 Hasil analisis kriteria investasi suku bunga kredit 19 9 Analisis sensitivitas usaha pemotongan ayam RPA “X” 20 10 Analisis sensitivitas usaha pemotongan ayam RPA “Y” 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 8

2 Alur proses pemotongan ayam 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 24

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, usaha kebutuhan akan bahan pangan turut meningkat. Kebutuhan bahan pangan yang berasal dari hewan, terutama daging dirasakan terus meningkat. Salah satu tujuan pembangunan sektor pertanian adalah mencukupi persediaan pangan berupa daging dengan tetap berusaha memberikan mutu yang terjamin. Daging Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak digemari oleh masyarakat.

Sebagian besar kebutuhan masyarakat terhadap daging Ayam saat ini masih dapat dipenuhi dari usaha pemotongan Ayam, baik modern maupun tradisional. Dengan adanya tren permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya, kadang terjadi kelangkaan pasokan Ayam potong di tingkat para pedagang eceran, atau bahkan di pasar swalayan yang berskala besar. Tingginya permintaan akan Ayam potong khususnya di wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan suatu peluang yang sangat besar bagi para pengusaha Ayam potong.

Menurut Pipih (2006) suatu mata rantai dari usaha penanganan dan pengolahan produk hasil peternakan khususnya daging unggas adalah usaha pemotongan Ayam, yang merupakan usaha untuk mengolah lebih lanjut Ayam broiler menjadi produk karkas siap olah yang selanjutnya siap dipasarkan kepada konsumen. Skala usaha dalam usaha pemotongan Ayam ditentukan oleh banyaknya Ayam broiler yang merupakan input utama dalam usaha pemotongan Ayam.

Menurut Wahyu, Yunus dan Henry (2004) berdasarkan bidang, atau sifat usahanya, usaha pemotongan Ayam tradisional dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) macam :

1. Usaha pemotongan Ayam yang bergerak di bidang jasa pemotongan Ayam. Biasanya usaha ini hanya menyediakan jasa untuk memotong Ayam sampai bersih dan siap untuk dikelola lebih lanjut oleh konsumen. Kegiatan yang dilakukan mulai dari menyembelih Ayam, membuang darahnya, beberapa usaha ada yang mencabut sebagian bulu secara manual untuk dijual, merebus Ayam beberapa menit, mencabut bulu Ayam seluruhnya dengan mesin pencabut bulu atau secara manual, mencuci Ayam, mengeluarkan dan membersihkan jeroan serta memotong karkas. Skala produksi usaha yang bersifat jasa ini umumnya bisa mencapai ratusan ekor Ayam bila menggunakan mesin (semi-otomatis). Selain itu, tenaga kerja yang dibutuhkan umumnya berjumlah satu orang atau lebih.

(13)

2

konsumen. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana dan biasanya dikerjakan sendiri oleh anggota keluarga, begitu pula dengan proses penjualannya. Kelebihan dari usaha tersebut adalah penjualan dilakukan perbagian dari daging Ayam (karkas) sehingga lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen saat itu. Selain itu, dengan sistem penjualan tersebut keuntungan yang diperoleh semakin besar.

Menurut Matuwo dan Almuqhni (2012) Proses keamanan dan kelayakan daging Ayam ini harus dilakukan sedini mungkin yakni mulai dari peternakan (farm) hingga daging Ayam dikonsumsi (dimeja makan). Salah satu permasalahan yang paling penting dalam proses panjang ini adalah permasalahan kelayakan Rumah Pemotongan Ayam (RPA). Peranan RPA sebagai penyedia daging Ayam yang akan dikonsumsi manusia sangat besar. Bahkan RPA merupakan penentu dari proses panjang perjalanan peternakan Ayam. Meskipun Ayam tersebut dinyatakan sehat dari peternakan (farm), jika ditingkat RPA (hilir) pemotongannya tidak memenuhi kriteria pemotongan yang baik maka kecenderungan menimbulkan penyakit akan semakin besar.

RPA tradisional dalam pelaksanaannya relatif kurang memperhatikan persyaratan teknis higienis dan sanitasi. RPA tradisional relatif tidak mempunyai pembagian daerah kerja, sehingga proses pengolahan dilakukan dalam suatu ruangan yang menyatu, RPA tersebut terletak di pasar-pasar tradisional.

Analisis kelayakan usaha masih diperlukan agar dapat membantu pengusaha pemotongan Ayam di wilayah Kabupaten Bogor dalam perencanaan usahanya, sehingga dapat tercapai peningkatan efisiensi dan juga produktivitas usahanya. Berdasarkan data RPA yang terdaftar di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor tahun 2013 terdapat 10 RPA dengan kapasitas pemotongan yang bervariasi mulai dari kapasitas 500 ekor per hari sampai 50.000 ekor per hari, namun masih ada RPA yang belum terdaftar secara resmi. Dari pembahasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Wilayah Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Banyaknya keterbatasan dalam penyediaan stok sumber daya Ayam dan juga ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang terampil serta masih minimnya teknologi yang digunakan dapat menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi dan produktivitas dari kegiatan usaha pemotongan Ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Di sisi lain harga bahan baku Ayam broiler dapat naik tiba-tiba tanpa bisa diprediksi dengan tepat, maka hingga kondisi sejauh mana usaha ini dapat menolerir perubahan harga bahan baku seperti yang diperlukan dalam analisis sensitivitas.

Berdasarkan kondisi seperti di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

(14)

3 2. Apakah usaha pemotongan Ayam cukup sensitif terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga Ayam broiler dari peternak dan penurunan harga jual Ayam di pasar ?

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisis kelayakan usaha pemotongan Ayam yang dilakukan oleh para pengusaha yang berada di wilayah Kabupaten Bogor

2. Menganalisis sensitivitas usaha pemotongan Ayam terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dari peternak dan penurunan harga jual Ayam di pasar.

Manfaat Penelitian Manfaat, atau kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti sebagai media untuk melihat masalah yang timbul di perusahaan, khususnya masalah usaha Ayam potong

2. Bagi pengusaha dan investor, sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan usahanya

3. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak berkepentingan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kegiatan usaha pada usaha pemotongan Ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis Karkas Ayam Broiler

Menurut Prayitno (2003), karkas adalah Ayam yang telah disembelih dan dikurangi bagian-bagian tertentu. Karkas Ayam dibedakan menjadi :

1. Karkas Kosong atau lazim dikenal whole chicken, yaitu Ayam yang telah disembelih dan dikurangi darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam (jeroan), kepala dan kaki,

2. Karkas Isi, yaitu karkas kosong segar tetapi diisi dengan hati, jantung, dan ampela yang sudah dibersihkan.

Rumah Potong Ayam

(15)

4

Kelas B, yaitu usaha pemotongan Ayam untuk penyediaan daging Ayam kebutuhan antar propinsi daerah tingkat I; (3) Kelas C, yaitu usaha pemotongan Ayam untuk penyediaan daging Ayam kebutuhan antar kabupaten/kotamadya daerah tingkat II dalam satu propinsi daerah tingkat I, dan (4) Kelas D, yaitu usaha pemotongan Ayam untuk penyediaan daging Ayam kebutuhan daerah tingkat II. Pembagian kelas usaha menurut jenis kegiatan usaha pemotongan Ayam terdiri dari; (1) Usaha pemotongan Ayam kategori I, yaitu kegiatan pemotongan Ayam milik sendiri di rumah potong milik sendiri; (2) Usaha pemotongan Ayam kategori II, yaitu kegiatan menjual jasa pemotongan Ayam atau melaksanakan pemotongan Ayam milik orang lain, dan (3) Usaha pemotongan Ayam kategori III, yaitu kegiatan pemotongan Ayam pada rumah potong Ayam milik pihak lain.

Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha, atau bisnis yang akan dijalankan. Untuk menentukan layak, atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada satu aspek. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Penilaian masing-masing aspek nantinya harus dinilai secara keseluruhan bukan berdiri sendiri-sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi kriteria layak dan jika tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya jangan dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2010)

Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek finansial dan nonfinansial. Aspek finansial meliputi kebutuhan dana dan sumbernya, aliran kas, biaya, modal dan juga sensitivitas suatu bisnis. Aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen, aspek SDM, aspek ekonomi, sosial dan politik, aspek lingkungan, dan aspek hukum (Umar 2007)

Hasil dari suatu studi kelayakan bisnis adalah laporan tertulis yang menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak direalisasikan. Namun bisa saja terjadi ada pihak yang menilai atau ingin meninjau kembali, sehingga pada akhirnya rencana tersebut tidak dilakukan, karena pihak tertentu merasa kepentingannya tidak terpenuhi.

Aspek-aspek Kelayakan Bisnis

Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya, sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut terintegrasi. Aspek yang dipelajari adalah :

1. Aspek pasar

(16)

5 2. Aspek hukum

Aspek hukum bertujuan untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin, atau persyaratan harus terlebih dahulu dipenuhi. 3. Aspek Keuangan

Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti :

a. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh b. Kebutuhan biaya investasi

c. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi

d. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode kedepan

e. Kriteria penilaian investasi

f. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.

4. Aspek teknis operasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksi termasuk pemilihan teknologi. Analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan layout, serta kesiagaan mesin-mesin yang digunakan.

5. Aspek manajemen dan organisasi

Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting, karena apabila usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila tidak ada dukungan dari manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut mencakup perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengawasan (Controlling). 6. Aspek ekonomi dan sosial

Dalam aspek ekonomi dan sosial yang perlu ditelaah, apakah jika suatu usaha, atau proyek dijalankan akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak, atau sebaliknya. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas, apabila salah dalam melakukan penilaian.

7. Aspek lingkungan

(17)

6

Analisis Finansial Usaha

Menurut Sofyan (2002), analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan kedalam tiga (3) kegiatan utama, yaitu (1) membuat seluruh rekap penerimaan, yang dihasilkan dari hasil kajian aspek-aspek usaha, apakah termasuk penerimaan utama ataupun penerimaan lain sebagai akibat dari ada kegiatan usaha; (2) membuat rekap dari semua biaya yang juga sudah dihasilkan atau diputuskan pada saat menganalisis aspek-aspek usaha dalam studi kelayakan usaha; (3) menguji apakah aliran kas masuk yang dihasilkan oleh usaha, atau proyek ini layak berdasarkan kriteria finansial yang ada.

Analisis Sensitivitas

Menurut Sofyan (2002), analisis sensitivitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa peka kelayakan usaha terhadap perubahan pada tiap-tiap bagian dari tahapan analisis usaha. Untuk mengukur perubahan yang terjadi, maka perlu diasumsikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi hanya pada satu bagian (peubah), sedangkan yang lain dianggap tetap. Kepekaan diartikan bahwa proyek, atau usaha tidak dapat menghasilkan keuntungan selama umur proyek, atau usaha (NPV ≤ 0).

Sumber Modal

Menurut Johan (2011), untuk memperoleh modal dengan cara berikut : 1. Meminjam kepada lembaga keuangan

Meminjam kepada lembaga keuangan akan memerlukan jaminan aset. Meminjam dapat dilakukan kepada Bank, Lembaga Pembiayaan, maupun Pegadaian.

2. Mengajak investor lainnya. Jika tidak memiliki aset untuk dijaminkan, bisa menempuh cara mengajak investor lain untuk menanam saham, bentuknya bisa investor pribadi lainnya seperti teman-teman, bisa juga mengajak modal ventura untuk menanamkan sahamnya.

Selain itu, menurut Didit dan Triani (2009) terdapat beberapa sumber dana yang penting, yakni:

1. Modal pemilik yang disetor

2. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal 3. Obligasi yang diterbitkan oleh pasar modal

4. Kredit yang diterima dari Bank

5. Sewa guna (leasing) dari lembaga non Bank. Analisis Kriteria Investasi

(18)

7 internal rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), gross benefit ratio (Gross B/C), payback period (PBP) dan profitability ratio (PI) (Ibrahim, 2009)

Tinjauan Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu tentang analisis kelayakan usaha dengan membandingkan metode apa yang digunakan dalam menganalisis usaha yang telah diteliti, dilihat dari aspek finansial studi kelayakan yang dapat menjadi referensi pada penelitian yang akan dilakukan ini.

Sugiarti (2008) dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya menunjukkan pada tahun 2007-2017 dengan menggunakan modal sendiri (tingkat suku bunga 6,25%) didapatkan NPV Rp931.398.142,05, Net B/C 1,04 dan PBP 3 tahun 6 bulan, serta IRR 29,27%. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5%), maka didapatkan NPV Rp438.192.975,74 dan Net B/C 1,03 dan PBP 4 tahun 4 bulan, serta IRR 29,27%. Berdasarkan kriteria kelayakan, NPV bernilai positif, Net B/C lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak diusahakan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan terhadap peningkatan harga DOC cateris paribus pada tingkat 19,50% (modal sendiri) dan lebih dari 13,04% (modal pinjaman), peningkatan harga pakan cateris paribus lebih dari 7,00% (modal sendiri) dan lebih dari 4,68% (modal pinjaman) serta penurunan harga jual Ayam broilercateris paribus lebih dari 4,34 persen (modal sendiri) dan lebih dari 2,90% (modal pinjaman) akan menyebabkan kerugian.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Analisis usaha yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keuntungan dari usaha Ayam potong. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan dari aspek finansial menggunakan kriteria investasi yaitu, NPV, BEP, Net B/C, PBP dan IRR.

(19)

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) menurut pertimbangan skala usaha yang diteliti. Waktu penelitian lapangan dilakukan pada bulan Februari hingga April 2013.

Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam kepada pihak manajemen dari tiga (3) contoh pemilik usaha pemotongan Ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1) yang telah dipersiapkan. Sementara data sekunder diperoleh melaluai dokumen-dokumen tertulis yang dimiliki pihak pemilik usaha melalui proses fotocopy dokumen.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis terhadap data kualitatif dilakukan secara deskriptif, dan terhadap data kuantitatif dilakukan analisis melalui pendekatan analisis berikut :

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Usaha Pemotongan Ayam

Permintaan yang tinggi Potensi pengembangan

Analisis kelayakan usaha : 1. Aspek non finansial 2. Aspek finansial 3. Analisis sensitivitas

Layak Tidak

(20)

9 Analisis Kualitatif

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan apakah usaha pemotongan Ayam layak, atau tidak layak. Aspek-aspek yang digunakan dalam analisis deskriptif kualitatif adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan aspek lingkungan.

Analisis Kuantitatif

Dalam analisis aspek finansial terdapat beberapa metode yang akan digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha pemotongan Ayam, yaitu NPV, BEP, Net B/C, IRR dan PBP.

NPV

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV yaitu bila NPV > 0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah :

NPV

Keterangan :

Bt = Penerimaan total pada tahun tertentu. Penerimaan didapatkan dari perkalian harga Ayam broiler dengan jumlah penjualan Ayam dijumlahkan dengan penerimaan dari penjualan kotoran Ayam dan insentif.

Ct = Biaya total pada tahun tertentu, biaya total didapatkan dari jumlah biaya variabel dan biaya tetap.

t = Waktu (Tahun analisis)

i = Suku bunga deposito karena menggunakan modal sendiri, yang merupakan Opportunity cost of capital (discount rate)

n = Jumlah umur ekonomis Kriteria :

NPV > 0, maka usaha pemotongan Ayam broiler menguntungkan dan layak dilaksanakan.

NPV < 0, maka usaha pemotongan Ayam broiler merugi dan lebih baik tidak dilaksanakan.

NPV = 0, maka usaha pemotongan Ayam broiler tidak untung, namun tidak merugi.

Net B/C

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C, yaitu semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan.

Net =

(21)

10

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) n = Jumlah Tahun

Kriteria :

Net B/C > 1, maka usaha pemotongan Ayam broiler layak dijalankan

Net B/C < 1, maka usaha pemotongan Ayam broiler merugi dan lebih baik tidak dijalankan

Net B/C = 1, maka usaha pemotongan Ayam broiler tidak untung, namun juga tidak merugi

IRR

Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menggunakan IRR adalah :

IRR= i1 + (i2-i1)

Keterangan :

i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = discount rate yang menghasilakn NPV negatif

NPV1= NPV positif

NPV2= NPV negatif

BEP

BEP menggambarkan kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas, jika jumlah hasil penjualan produknya pada periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga tidak memberikan laba, atau rugi.

Total Biaya = Volume penjualan (unit) x Harga Jual (Rp) Volume penjualan saat BEP dapat dihitung dengan persamaan:

PBP

Payback period (PBP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Jika PBP lebih pendek waktunya dari maximum payback period-nya maka usulan investasi dapat diterima. Rumus yang digunakan dalam perhitungan PBP adalah :

(22)

11 Kriteria:

PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak PBP < periode maksimum, maka usaha layak Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil usaha apabila salah satu, atau beberapa peubah komponen usaha mengalami perubahan di masa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan.

Analisis ini mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir, agar usaha masih bisa dilaksanakan dan memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya Perubahan-perubahan pada tingkat produksi, harga jual output, maupun harga input. Penelitian ini akan menggunakan peubah analisis kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dari peternak dan penurunan harga jual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usaha Pemotongan Ayam

(23)

12

Untuk wilayah Kabupaten Bogor, usaha pemotongan Ayam ini banyak dijumpai didaerah yang jauh dari permukiman masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari cemaran dari limbah Ayam yang tersisa yang berasal dari proses produksi. Dalam penelitian ini dipilih tiga (3) contoh usaha pemotongan Ayam atau Rumah Potong Ayam (RPA) yang memiliki skala produksi yang berbeda satu dengan yang lain. Rumah potong yang pertama adalah RPA “X” yang memiliki skala produksi 2.000 ekor per hari, kemudian yang kedua RPA “Y” memiliki skala produksi 1.000 ekor per hari dan yang ketiga RPA “Z” memiliki skala produksi 700 ekor per hari.

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dilihat dari berbagai aspek. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dilihat, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan (AMDAL) dan aspek finansial. Usaha yang dianalisis kelayakannya adalah usaha pemotongan Ayam yang memiliki skala produksi yang berbeda di wilayah Kabupaten Bogor. Di

Penanganan Ayam broiler

Pemeriksaan sebelum dipotong

Pemingsanan

Penyembelihan Halal

Perendaman air panas

Pencabutan bulu

Pengeluaran jeroan

Pemeriksaan setelah dipotong

Pencucian dan pendinginan karkas

Pewadahan karkas

(24)

13 bawah ini akan dipaparkan hasil dari analisis kelayakan tiga (3) usaha pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor.

A.Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang penting dalam analisis ini, karena apabila suatu usaha dinyatakan layak dari aspek teknis dan finansial hal tersebut tidak akan berarti apabila pasarnya tidak ada. Perbandingan dari aspek pasar dan pemasaran ketiga usaha pemotongan Ayam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan aspek pasar dan pemasaran

No Deskripsi RPA “X” RPA “Y” RPA “Z”

1 Kecenderungan permintaan dan penawaran

Permintaan Ayam diatas penawaran

Permintaan Ayam diatas penawaran

Permintaan Ayam sama dengan penawaran

2 Pangsa pasar Bogor, Jakarta dan Sukabumi

Bogor Bogor, Jakarta 3 STP Segmentasi: perilaku

Target: hotel, rumah makan

Positioning: penyedia ayam potong segar

Segmentasi: perilaku Target: pasar swalayan

Positioning: penyedia daging ayam probiotik

Promotion: Word of mouth

Product: Karkas ayam

Price: Rp27.000,00

Place: Tonjong

Promotion: Word of mouth Sumber: Data diolah (2013)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata permintaan Ayam masih diatas dari penawarannya, hal tersebut menunjukkan bahwa pasar untuk produk karkas ini. Masing-masing RPA memiliki segmen berbeda dan juga pangsa pasar berbeda. Hal tersebut mempengaruhi penentuan harga daging Ayam dan produk

sampingannya. Selain itu, banyaknya pesaing membuat RPA “Y” lebih memfokuskan penjualannya, dimana dari ketiga RPA tersebut hanya RPA “Y” yang memiliki kios

sendiri. Hal tersebut dapat mengefisiensikan distribusi dan juga penjualan Ayam, namun apabila kios tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan kerugian besar.

B. Aspek Teknis dan Teknologi

(25)

14

Tabel 2 Perbandingan aspek teknis dan teknologi

No Deskripsi RPA “X” RPA “Y” RPA “Z”

1 Lokasi usaha Kp. Maseng, Cihideung Tonjong Tajur Halang, Tonjong

2 Proses produksi Kontinu Kontinu Kontinu

3 Tata letak Product-oriented Product-oriented Product-oriented

4 Teknologi produksi

Modern Semi modern Tradisional

5 Bahan baku Ayam broiler hidup per hari Ayam broiler hidup Ayam broiler hidup 6 Kebutuhan bahan

baku

2800 kg/hari 1400 kg/hari 1050 kg/hari

7 SOP Ada Ada Tidak Ada

8 Sertifikasi halal Ada Ada Ada

Sumber: Data diolah (2013)

Berdasarkan aspek teknis dan teknologi RPA “Z” masih menggunakan teknologi tradisional, sedangkan RPA “X” dan RPA “Y” sudah mulai menggunakan teknologi semi modern. Hal tersebut berpengaruh terhadap efisiensi dan juga efektivitas dari kegiatan usaha masing-masing usaha. Selain itu, status kepemilikan tempat usaha dari ketiga usaha inipun berbeda, dimana RPA “X” menggunakan sistem sewa untuk tanah dan juga bangunannya. Sedangkan untuk RPA “Y” dan juga RPA “Z” menggunakan sistem sewa untuk tanah dan hak milik untuk bangunan. Aspek teknis ini memengaruhi banyaknya produk yang dihasilkan, RPA “X” memiliki skala produksi tertinggi dikarenakan teknologinya memadai sehingga dapat berproduksi 2.000 ekor per hari, sedangkan untuk RPA “Y” yang menggunakan teknologi semi modern dapat berproduksi 1.000 ekor per hari dan RPA “Z” yang masih menggunakan teknologi tradisional hanya memroduksi 700 ekor per hari.

C. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen dan hukum merupakan aspek yang menggerakkan suatu usaha, yaitu pengelolaan dari sumberdaya Ayam, teknologi serta sumber daya manusia perlu dilakukan sebaik mungkin guna mencapai tujuan dari usaha itu sendiri. Perbandingan aspek manajemen dan hukum dari ketiga usaha pemotongan Ayam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan aspek manajemen dan hukum

No Deskripsi RPA “X” RPA “Y” RPA “Z”

1 Susunan Organisasi Terstruktur Terstruktur Tidak terstruktur 2 Sistem kompensasi Sistem bulanan Sistem bulanan Sistem mingguan

3 Bentuk badan usaha Unit Dagang CV Unit Dagang

4 Surat izin usaha Ada Ada Ada

(26)

15 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa RPA “Z” masih belum memiliki susunan organisasi terstruktur yang dikarenakan usaha ini masih bersifat tradisional. Hal tersebut tentu berpengaruh dalam proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh RPA “Z”, pengelolaan manajemen yang baik akan menghasilkan usaha yang berhasil. Hal tersebut sudah mulai deiterapkan pleh RPA “X” dan juga RPA “Y”, susunan organisasi yang terstruktur memudahkan usaha tersebut untuk mengevaluasi kinerja dari masing-masing tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.

Aspek hukum, atau aspek legal dari ketiga usaha ini menunjukkan bahwa ketiga usaha ini sudah memiliki izin untuk mendirikan usahanya. Bentuk badan usaha yang berbeda tentunya memiliki dampak berbeda terhadap usaha, karena berpengaruh dalam biaya pendirian usaha. Namun dari ketiga usaha ini RPA “Z” masih belum terdaftar dalam Dinas Peternakan Kabupaten Bogor.

D. Aspek Sosial dan Lingkugan

Aspek sosial dan lingkungan melihat bagaimana suatu usaha dapat memberikan dampak bagi lingkungan sosial dan keadaan sekitarnya. Perbandingan aspek sosial dan lingkungan dari ketiga usaha pemotongan Ayam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan aspek sosial dan lingkungan

No Deskripsi RPA “X” RPA “Y” RPA “Z”

1 Dampak sosial Pemberdayaan masyarakat sekitar

Pemberdayaan masyarakat sekitar

Pemberdayaan masyarakat sekitar

2 Dampak lingkungan Limbah dimanfaatkan untuk pakan ikan

Berdasarkan tabel di atas ketiga usaha tersebut sudah berkontribusi secara baik dalam lingkungan sosialnya, karena memberdayakan masyarakat sekitar sehingga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat didaerahnya masing-masing. Selain itu, RPA “X” dan RPA “Y” memiliki kolam ikan sebagai usaha sampingan, dimana pakan ikan tersebut berasal dari limbah Ayam sisa produksi, sehingga limbah dari Ayam tidak mencemari lingkungan. RPA “Z” memiliki tempat pembuangannya sendiri, dimana sebagian dari limbahnya ditampung ke tempat penampungan limbah dan sebagian lagi diberikan kepada pembudidaya ikan yang membutuhkan.

E. Aspek Finansial

1. Asumsi untuk Analisis Keuangan

(27)

16

Tabel 5 Asumsi untuk analisis keuangan

No Deskripsi RPA “X” RPA “Y” RPA “Z”

1 Jenis usaha Mandiri Mandiri Mandiri

2 Periode analisis 10 tahun 10 tahun 10 tahun

3 Tahun berdiri 2006 2005 2008

4 Tahun analisis 2008-2017 2008-2017 2008-2017

5 Hari kerja per bulan 25 hari 30 hari 25 hari

8 Harga bahan baku Rp16.000,00/kg Rp16.500,00/kg Rp!6.500,00/kg

9 Bobot ayam hidup 1,4 kg 1,4 kg 1,5 kg

Rp200.000,00 Rp200.000,00 Rp200.000,00

13 Pajak penghasilan 12,5% 12,5% 12,5%

14 Sumber modal Sendiri Sendiri Sendiri

Sumber: Data diolah (2013)

Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan didasarkan pada rataan suku bunga deposito dari tiga (3) bank besar di Indonesia, yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI. Harga seluruh input diasumsikan tetap (harga bahan baku bulan Maret 2013) dan perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis sensitivitas. Faktor-faktor yang diteliti dalam analisis sensitivitas adalah kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dan penurunan harga jual.

2. Kebutuhan dan Sumber Dana

Dana yang dibutuhkan untuk usaha pemotongan Ayam digunakan untuk modal investasi dan modal kerja. Kebutuhan investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk membeli sarana dan prasarana mendukung usaha tersebut dan digunakan untuk mendapatkan manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Apabila investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka perlu dilakukan investasi ulang, atau reinvestasi. Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja yang digunakan untuk usaha pemotongan Ayam ini seluruhnya bersumber dari dana sendiri.

(28)

17 Tabel 6 Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja usaha pemotongan ayam

RPA “X”, RPA “Y” dan RPA “Z”

Komponen Biaya (Rp)

RPA “X” RPA “Y” RPA “Z”

Biaya Investasi 1.354.609.666,67 1.424.949.000,00 300.982.500,00 Biaya Modal Kerja 15.608.744.000,00 10.223.000.000,00 5.643.854.000,00 Jumlah Dana 16.963.353.666,67 11.647.949.000,00 5.944.836.500,00

Sumber: Data diolah (2013)

3. Proyeksi Produksi dan Penerimaan

RPA “X” menghasilkan pendapatan yang didapatkan dari penjualan tahun pertama hingga tahun ketiga masih bervariasi dan mulai stabil pada tahun keempat. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakukan secara bertahap, pada awal mula usaha RPA “X” hanya memproduksi 600 ekor per hari, atau 30% dari total produksi saat ini, pada tahun kedua meningkat menjadi 800 ekor per hari, atau 40% dari total produksi saat ini, tahun ketiga meningkat menjadi 1.000 ekor per hari, atau 50% dari produksi saat ini dan pada tahun keempat barulah RPA “X” memproduksi 2.000 ekor per hari hingga saat ini dan diperkirakan tidak berubah. Hal tersebut meningkat dikarenakan adanya penambahan permintaan dari pasar yang disebabkan oleh meluasnya pangsa pasar dari usaha tersebut. Proyeksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

RPA “Y” menghasilkan pendapatan yang didapatkan dari penjualan tahun pertama hingga tahun kedua masih bervariasi dan mulai stabil pada tahun ketiga. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakukan secara bertahap, pada awal mula usaha RPA “Y” hanya memproduksi 600 ekor per hari, atau 60% dari total produksi saat ini, pada tahun kedua meningkat menjadi 800 ekor per hari, atau 80% dari total produksi saat ini dan pada tahun ketiga barulah RPA “Y” memproduksi 1.000 ekor per hari hingga saat ini dan diperkirakan tidak berubah. Hal tersebut juga meningkat dikarenakan adanya penambahan permintaan dari pasar yang disebabkan oleh meluasnya pangsa pasar dari usaha tersebut. Proyeksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.

(29)

18

4. Analisis Kriteria Investasi

Kriteria yang digunakan dalam penilaian kelayakan finansial usaha pemotongan Ayam pada RPA “X” ini adalah NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP. Hasil dari ketiga analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil analisis kriteria investasi usaha pemotongan ayam

RPA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C BEP (Rp) PBP yaitu RPA “X” dan RPA “Y” yang layak sudah memenuhi kriteria kelayakan dari suatu usaha, sementara RPA “Z” dilihat dari NPV dan IRR belum layak. Terlihat ada perbedaan hasil yang disebabkan oleh perbedaan skala produksi tiap usaha, RPA “X” dengan kapasitas 2.000 ekor per hari, RPA “Y” 1.000 ekor per hari dan RPA “Z” 700 ekor per hari. Terlihat bahwa RPA “Y” memiliki nilai NPV, IRR dan Net B/C yang paling besar, kedua adalah RPA “X” dan terakhir RPA “Z”. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh siklus bisnis dari masing-masing usaha. Skala produksi yang besar ternyata belum menjamin akan menghasilkan kelayakan yang lebih besar dibandingkan dengan skala produksi di bawahnya. RPA “X” memegang skala produksi 2.000 ekor per hari namun hasil perhitungan menunjukkan bahwa kelayakan yang lebih menjanjikan adalah RPA “Y” dimana skala produksi RPA “Y” adalah 1.000 ekor per hari. Sedangkan RPA “Z” menunjukkan hasil yang belum layak, berbeda jauh dibandingkan dengan kedua contoh sebelumnya. Selain dari skala produksi perbedaan tersebut dapat disebabkan dari tata kelola usaha dan juga tingkat efisiensi dan efektivitas dari masing-masing usaha.

NPV adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi yang didasarkan pada konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Nilai NPV dari dua usaha pemotongan Ayam diatas menunjukkan hasil yang layak, karena nilai NPV > 0.

IRR adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan pengembalian, atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Nilai IRR pada dua usaha pemotongan Ayam ini menunjukkan lebih besar dari 6%. Usaha ini layak untuk dilanjutkan, karena nilai IRR > discount rate (6%).

(30)

19 BEP menggambarkan kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas, yang artinya tidak untung dan juga tidak rugi. Berdasarkan hasil perhitungan, usaha pemotongan Ayam RPA “X” Rp1.129.977.665,88, RPA “Y” Rp587.731.999,188 dan RPA “Z” Rp370.226.915,737 yang artinya pendapatan masing-masing RPA harus melebihi nilai tersebut untuk memperoleh margin, atau keuntungan.

PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu usaha. Nilai PBP pada ketiga usaha ini di bawah 10 tahun atau dapat diartikan investasi yang ditanamkan pada usaha ini dapat kembali dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Usaha ini layak untuk dilanjutkan karena angka tersebut lebih kecil dari periode usahanya yaitu 10 tahun (PBP < 10).

Hasil tersebut berbeda apabila suku bunga yang digunakan adalah suku bunga kredit, terdapat beberapa perubahan NPV dan IRR. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil analisis kriteria investasi usaha pemotongan ayam dengan suku bunga kredit 12,45%

RPA NPV (Rp) IRR (%) Net B/C BEP (Rp) PBP (tahun)

X (304,867,463.21) 10,53 3,91 1,129,977,665.8 4,86

Y 1,929,353,032.06 42,11 4,28 587,731,999.18 2,08 RPA “X” menunjukkan hasil yang negative dimana hal tersebut menunjukkan usaha tersebut belum layak karena NPV<0. Nilai IRR dari RPA “X” turun menjadi 10,53% yang semula 17,26%. RPA “Z” semakin menunjukkan hasil negative yang lebih besar dibandingkan hasil awal menggunakan suku bungan deposito (6%). Namun dapat dilihat RPA “Y” masih dalam posisi layak, hal tersebut menunjukkan usaha ini dikelola dengan baik sehingga walaupun dianalisis dengan suku bunga kredit yang cenderung tinggi usaha tersebut masih layak untuk dijalankan.

5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji seberapa sensitif usaha yang dilaksanakan terhadap perubahan jumlah, maupun harga-harga input, ataupun output produksi. Analisis ini mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir, agar usaha masih bisa dilaksanakan dan memberikan keuntungan normal. Dalam analisis sensitivitas usaha pemotongan Ayam ini digunakan dua (2) skenario. Skenario 1 adalah kenaikan harga bahan baku Ayam broiler yang dapat disebabkan oleh kelangkaan yang terjadi dipasar cateris paribus.

(31)

20

pada Tabel 9 pada saat kenaikan harga bahan baku Ayam broiler 6% menyebabkan IRR lebih kecil dari 6%, yaitu 5,37% dan NPV negatif.

Skenario 2 adalah penurunan penerimaan yang disebabkan oleh penurunan harga jual daging Ayam di pasar cateris paribus. Pada skenario ini usaha tetap layak pada penurunan harga jual daging Ayam hingga 6%. Apabila penurunan harga jual daging Ayam lebih besar dari 6%, maka usaha tersebut tidak layak. Seperti yang terlihat pada Tabel 9 pada saat penurunan harga jual daging Ayam 7% menyebabkan IRR lebih kecil dari 6%, yaitu 3,37% dan NPV negatif.

Tabel 9 Analisis sensitivitas usaha pemotongan ayam RPA “X”

Perubahan

NPV (Rp) 2,982,613,986.72 372.471.560,92 (149.556.924,24) 105.880.935,48 (976.346.075,17)

IRR (%) 17,26 7,53 5,37 6,44 3,37 penurunan harga jual daging Ayam dipasaran. Untuk RPA “Y” pada skenario 1, usaha ini tetap layak pada kenaikan harga bahan baku Ayam broiler hingga 11%. Apabila kenaikan harga bahan baku Ayam broiler lebih besar dari 11%, maka usaha tersebut tidak layak. Seperti pada Tabel 10, pada saat kenaikan harga bahan baku Ayam broiler 12% menyebabkan IRR lebih kecil dari 6%, yaitu 4,35%, NPV negatif dan Net B/C <1.

Pada skenario 2 ini usaha tetap layak pada penurunan harga jual daging Ayam hingga 8%. Apabila penurunan harga jual daging Ayam lebih besar dari 8% maka usaha tersebut tidak layak. Seperti yang terlihat pada Tabel 10 pada saat penurunan harga jual daging Ayam 9% menyebabkan IRR lebih kecil dari 6%, yaitu 2,36%, NPV negatif dan Net B/C <1.

Tabel 10 Analisis sensitivitas usaha pemotongan ayam RPA “Y”

Perubahan

NPV (Rp) 4.754.368.352,26 261.134.418,19 (147.341.394,00) 246.772.922,59 (316.676.506,12)

IRR (%) 50,76 8,85 4,35 8,72 2,36

Net B/C 5,93 1,73 1,35 1,71 1,18

PBP(tahun) 2,08 5,65 7,07 5,64 7,79

(32)

21 Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa usaha pemotongan Ayam RPA “Y” sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dan juga penurunan harga jual daging Ayam dipasaran. Untuk RPA “Z” tidak dilakukan analisis sensitivitas karena hasil analisis kriteria investasi yang menunjukkan hasil tidak layak.

Dari ketiga usaha pemotongan Ayam, maka portfolio dari RPA “Y” paling realistis untuk dipilih apabila dibandingkan dengan kedua usaha pemotongan yang juga dianalisis. RPA “Y” memiliki nilai NPV paling besar dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu Rp4.754.368.352,26, IRR 50,76% dan Net B/C 5,93, BEP Rp587.731.999,188 dan PBP 2,08 tahun. Untuk nilai yang paling kecil dimiliki oleh RPA “Z” dengan NPV -Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP Rp370.226.915,737 dan PBP 8,0 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dua dari tiga usaha pemotongan Ayam di wilayah Kabupaten Bogor, yakni RPA “X” dan RPA “Y” layak dilihat dari segi finansial maupun aspek non finansial yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. RPA “X” memenuhi kriteria, yakni NPV Rp2,982,613,986.72, IRR 17,26%, Net B/C 3,91, BEP Rp1.129.977.665,88 dan PBP 4,86 tahun; RPA “Y” memiliki NPV Rp4.754.368.352,26, IRR 50,76% dan Net B/C 5,93, BEP Rp587.731.999,188 dan PBP 2,08 tahun. Namun RPA “Z” memiliki NPV -Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP Rp370.226.915,737 dan PBP 8,0 tahun , hal tersebut menunjukkan hasil yang belum layak. Oleh sebab itu, RPA “Z” dinyatakan belum layak secara finansial.

Dua dari tiga usaha pemotongan Ayam tersebut sensitif terhadap perubahan harga bahan baku dan harga jual Ayam dengan asumsi cateris paribus. Terlihat bahwa kedua RPA “X” dan “Y” cenderung masih dapat menolelir perubahan kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dan penurunan harga jual Ayam, dimana RPA “X” dapat menolerir kenaikan harga bahan baku Ayam broiler hingga 5% dan juga penurunan harga jual hingga 6%. RPA “Y” dapat menolerir perubahan kenaikan harga bahan baku Ayam broiler hingga 11% dan penurunan harga jual Ayam hingga 8%.

Saran

(33)

22

(34)

23

DAFTAR PUSTAKA

Herlianto D dan Pujiastuti T. 2009. Studi Kelayakan Bisnis.Yogyakarta(ID): Graha Ilmu.

Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta(ID): PT RINEKA CIPTA. Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Jakarta(ID): Graha Ilmu.

Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta(ID): Kencana Prenada Media Group.

Matuwo dan Almuqhni. 2012. KUALITAS MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM PADA PASAR MODERN DAN TRADISIONAL DI MAKASSAR [skripsi].

[diunduh 2013 Jan 11]. Tersedia pada:

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1479.

Pipih S. 2006. ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA RUMAH POTONG

AYAM TRADISIONAL “X” KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR [skripsi]. Bogor (ID); Institut Pertanian Bogor.

Prayitno MA. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

Rasyaf M. 2004. Beternak Ayam pedaging.Jakarta(ID): Swadaya.

Sofyan I. 2002. Studi Kelayakan Bisnis. Bandar Lampung(ID): Graha Ilmu.

Sugiarti S. 2008. Analisis kelayakan finansial usaha peternakan Ayam broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Wahyu S, M. Yunus dan Henry Y. 2004. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

(35)

24

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMOTONGAN AYAM DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR

Tanggal: No. Kuesioner:

Saya, Rizkian Magistasari (H24090061) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian

Bogor memintakesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini. Saya berharap Bapak/Ibu dapat memberikan

informasi secara lengkap dan benar, sehingga hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian. Informasi yang diperoleh dari kuesioner

ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terimakasih atas kesediaan anda dalam mengisi kuesioner ini.

KUESIONER INI UNTUK DIISI OLEH PIHAK MANAJEMEN Nama Pemilik :

Tempat/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin :

Usia : Pendidikan : Jabatan :

Alamat Pemilik : Alamat Usaha :

Tanggal Berdirinya Usaha : Sejarah dan profil usaha:

1) Alasan mendirikan usaha pemotongan Ayam ?

2) Apakah usaha pemotongan Ayam merupakan usaha utama, atau sampingan ?

3) Modal berasal dari modal sendiri atau pinjaman ?

4) Berapa luas lahan rumah potong Ayam ? Sewa atau milik sendiri ?

5) Berapa kapasitas Ayam yang siap untuk dipotong saat pertama kali berdiri hingaa saat ini ?

(36)

25 Lanjutan Lampiran 1.

7) Bagaimana struktur organisasi usaha pemotongan Ayam yang dibentuk ?

(37)

26

Lanjutan Lampiran 1. 2) Peralatan No.

Jenis peralatan

Tanggal dan tahun pembelian

Daya tahan (tahun)

Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) 1.

2. 3. 4.

C. BIAYA OPERASIONAL 1) Biaya variabel per periode

No. Bahan baku Satuan Harga per satuan

Jumlah 1.

2. 3. 4.

2) Biaya tetap per periode

No. Biaya Satuan Harga per satuan Jumlah

(38)

27

Lampiran 2 Proyeksi penerimaan usaha pemotongan ayam RPA “X”

Tahun

Jenis Produk (Rp)

Daging Kepala Ceker Jeroan Usus Retur/cacat

1 5.322.240.000,00 31.500.000,00 54.000.000,00 180.000.000,00 20.250.000,00 53.222.400,00

2 7.096.320.000,00 42.000.000,00 72.000.000,00 240.000.000,00 27.000.000,00 70.963.000,00

3 8.870.400.000,00 52.500.000,00 90.000.000,00 300.000.000,00 33.750.000,00 88.704.000,00

4 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

5 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

6 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

7 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

8 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

9 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

10 17.740.800.000,00 105.000.000,00 180.000.000,00 600.000.000,00 67.500.000,00 177.408.000,00

Lampiran 3 Proyeksi penerimaan usaha pemotongan ayam RPA “Y”

Tahun

Jenis Produk (Rp)

Daging Kepala Ceker Jeroan Usus Retur/cacat

1 6.967.296.000,00 46.080.000,00 57.600.000,00 162.000.000,00 1.728.000,00 174.182.400,00

2 9.289.728.000,00 61.440.000,00 76.800.000,00 216.000.000,00 2.304.000,00 232.243.200,00

3 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

4 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

5 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

6 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

7 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

8 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

9 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

10 11.612.160.000,00 76.800.000,00 96.000.000,00 270.000.000,00 2.880.000,00 290.304.000,00

Lampiran 4 Proyeksi penerimaan usaha pemotongan ayam RPA “Z”

Tahun

Jenis Produk (Rp)

Daging Kepala Ceker Jeroan Usus Retur/cacat

1 1.632.960.000,00 31.500.000,00 27.000.000,00 75.600.000,00 10.800.000,00 32.659.200,00

2 2.721.600.000,00 52.500.000,00 45.000.000,00 126.000.000,00 18.000.000,00 54.432.000,00

3 4.354.560.000,00 84.000.000,00 72.000.000,00 201.600.000,00 28.800.000,00 87.091.200,00

4 4.354.560.000,00 84.000.000,00 72.000.000,00 201.600.000,00 28.800.000,00 87.091.200,00

5 5.443.200.000,00 105.000.000,00 90.000.000,00 252.000.000,00 36.000.000,00 108.864.000,00

6 5.443.200.000,00 105.000.000,00 90.000.000,00 252.000.000,00 36.000.000,00 108.864.000,00

7 5.443.200.000,00 105.000.000,00 90.000.000,00 252.000.000,00 36.000.000,00 108.864.000,00

8 5.443.200.000,00 105.000.000,00 90.000.000,00 252.000.000,00 36.000.000,00 108.864.000,00

9 5.443.200.000,00 105.000.000,00 90.000.000,00 252.000.000,00 36.000.000,00 108.864.000,00

10 5.443.200.000,00 105.000.000,00 90.000.000,00 252.000.000,00 36.000.000,00 108.864.000,00

Keterangan:

(39)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rizkian Magistasari dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1993 di Bogor, merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Dr. Ir. Dinarwan, MS (alm) dan Ibu Sufirany. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama Insan Kamil Bogor pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor).

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar  2. Alur proses pemotongan ayam
Tabel 1 Perbandingan aspek pasar dan pemasaran
Tabel 2 Perbandingan aspek teknis dan teknologi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis kelayakan usaha peternakan ayam

Jumlah responden dalam penelitian analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler adalah satu yaitu Bapak Catur Sasmito yang merupakan pemilik usaha peternakan ayam broiler

Penting bagi pelaku usaha pemotongan ayam untuk mengetahui besarnya biaya mengusahakan, penerimaan, pendapatan bersih, break even point dan sensitivitas terhadap usaha

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial usaha BANISI, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha BANISI, (3) Menganalisis sensitivitas

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pemotongan ayam di Kota Surakarta, maka saran yang disampaikan sebagai

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: untuk mengetahui besarnya jumlah pendapatan dan tingkat kelayakan usaha peternakan ayam petelur di Desa Potoya,

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui besarnyapendapatan usaha peternakan ayam broiler,untuk mengetahui profitabilitas usaha ayam

Penting bagi pelaku usaha pemotongan ayam untuk mengetahui besarnya biaya mengusahakan, penerimaan, pendapatan bersih, break even point dan sensitivitas terhadap usaha