• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER DI DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG

KABUPATEN BANYUWANGI

KARTIKA TIRTA ARUM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Kartika Tirta Arum

(4)
(5)

ABSTRAK

KARTIKA TIRTA ARUM. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Peternakan ayam pedaging di Banyuwangi memiliki prospek yang baik untuk investasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan peternakan ayam pedaging dan menganalisis switching value untuk penurunan harga output, meningkatkan harga DOC, harga pakan dan biaya variabel. Data didapakan dari data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan pemilik dan staf peternakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peternakan broiler layak di semua aspek finansial dan non finansial. Dengan tingkat suku bunga 13,53 persen, penelitian in menunjukkkan bahwa NPV adalah Rp691 731 852, Net B / C adalah 2,70, IRR adalah 63 persen, payback period adalah 4 tahun dan 1 bulan. Berdasarkan switching value, peternakan ayam pedaging ini sensitif terhadap penurunan harga output, kenaikan biaya variabel dan harga pakan.

Kata kunci: ayam broiler, aspek usaha, kelayakan usaha, switching value

ABSTRACT

KARTIKA TIRTA ARUM. Feasibility Analysis of broiler farm in the Kembiritan Village Genteng Sub-district Banyuwangi Regency. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Broiler farm in Banyuwangi has a good prospect for investment. The aims of this study is to analyze feasibility of broiler farm and to analyze switching value for decreasing of output price, increasing of DOC price, feed price and variable cost. Data was collected from both primary and secondary data. Primery data was collected by interviewing the owner and staffs of the farm. The result of this study show that broiler farm is feasible in all of non financial dan financial aspects. With the interest rate 13.53 percent, this study revealed that NPV is Rp691 731 852, Net B/C is 2.70, IRR is 63 percent, payback period is 4 years and 1 month. Acording to switching value, this broiler farm is sensitive on decreasing of output price, increasing of variable cost and feed price.

Keywords: broiler, business aspect, business feseability, switching value

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER DI DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG

KABUPATEN BANYUWANGI

KARTIKA TIRTA ARUM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

Nama : Kartika Tirta Arum NIM : H34100103

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ialah Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing, Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama, dan Ir Narni Farmayanti, Msc selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak drh H Catur Sasmito, MM yang telah banyak memberi saran dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang luar biasa juga disampaikan kepada kedua orangtua (Catur Sasmito dan Rini Arfiyah) dan kakak adik (Aditya krestyatama dan Cleary sahasika) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih banyak kepada Hendras Desi Irawan yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaian skripsi ini, serta sahabat seperjuangan agribisnis 47 Suryani Nurfadila, Intan Rizkia, Putri Ariefa, Resti Istiarty, Keluarga Asrama Putri TPB A3 kamar 334 Restu Pertiwi, Hestilia Anggraini dan Nurul Afifah, serta sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Kartika Tirta Arum

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia 7

Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler 8

Studi Kelayakan Usaha Ayam Broiler 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Studi Kelayakan Bisnis 11

Aspek Kelayakan Bisnis 12

Pengertian Investasi 15

Teori Biaya dan Manfaat 16

Analisis Switching value 17

Kerangka Pemikiran Operasional 17

Kerangka Operasional 19

METODE PENELITIAN 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Jenis Dan Sumber Data 20

Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data 20

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 21

Analisis Aspek Pasar 21

Analisis Aspek Taknis 21

Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 21

(12)

Analisis Kelayakan Aspek Finansial 22

Analisis Switching Value 24

Asumsi Dasar 24

GAMBARAN UMUM 25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25

Kondisi Umum Desa Kembiritan 25

Letak Geografis dan Iklim 25

Karakteristik Responden Bapak Catur Sasmito 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial 26

Aspek Pasar 26

Aspek Teknis 29

Aspek Manajemen dan Hukum 34

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan 36

Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial 37

Arus Penerimaan (Inflow) 37

Arus Pengeluaran (Outflow) 39

Analisis Laba Rugi 44

Analisis Kelayakan Finansial 44

Analisis Switching Value 45

SIMPULAN DAN SARAN 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 49

(13)

DAFTAR TABEL

1 Produksi daging unggas nasional di Indonesia dalam ton tahun

2014-2018 1

2 Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan di

Indonesia tahun 2009-2013 2

3 PDRB Kabupaten Banyuwangi atas dasar harga berlaku menurut

lapangan usaha 3

4 pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2012 4 5 Proyeksi penerimaan penjualan ayam broiler hidup tahun 2014-2018 38 6 Proyeksi penerimaan penjualan karung bekas pakan tahun 2014-2018 38 7 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2014 40 8 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2015 41 9 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2016 42 10 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler

tahun 2014 43

11 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler

tahun 2015 43

12 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler

tahun 2016 43

13 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler 44 14 Hasil analisis swiching value pada peternakan ayam broiler milik Bapak

Catur Sasmito 46

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 19

2 Kurva hubungan NPV dan IRR 22

3 Layout produksi 33

4 Struktur organisasi 35

5 Hasil penelitian hubungan NPV dan IRR 45

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal produksi ayam broiler tahun 2014-2018 49 2 Biaya inveatasi, penyusutan per tahun dan nilai sisa 51 3 Proyeksi laba rugi peternakan ayam broiler tahun 2014-2018 53 4 Proyeksi cashflow peternakan ayam broiler tahun 2014-2018 54 5 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value

penurunan harga jual ayam) 56

6 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value

(14)

7 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value

peningkatan harga pakan) 60

8 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value

peningkatan biaya variabel) 62

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi di bidang pertanian, karena memiliki wilayah dan iklim yang sangat mendukung bidang tersebut. Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak gunung berapi sehingga memiliki tanah yang subur. Salah satu sub sektor pertanian yang dapat dikembangkan dan berpotensi menghasilkan perputaran modal serta pendapatan yang tinggi bagi pelakunya adalah bidang peternakan. Peternakan merupakan salah satu pemegang peranan sentral dalam kemajuan suatu bangsa, karena peternakan adalah penyumbang protein hewani untuk kecerdasan anak bangsa. Namun sampai saat ini Indonesia belum dapat mencukupi kebutuhan dagingnya sendiri, sehingga harus mengimpor daging.

Salah satu usaha peternakan yang dapat menanggulangi kekurangan protein hewani adalah usaha peternakan ayam broiler. Ayam broiler dipilih karena memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi sehingga dapat dipanen dalam waktu kurang dari 40 hari dan produk mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Hal ini juga memudahkan para pelaku usaha peternakan untuk menghitung utung rugi dalam beternak, karena cash flow yang cepat serta peggunaan tenaga kerja yang sedikit. Keberhasilan usaha peternakan ayam dipengaruhi oleh faktor bibit (DOC), pakan, serta managemen pemeliharaan. Biaya pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam broiler yaitu sekitar 60-70 persen, oleh karena itu pakan harus berkualitas dan ekonomis dari sisi harga. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan produksi daging yang optimal sesuai dengan target waktu pemanenan serta mendapatkan keuntungan dari sebaran harga di pasaran.

Tabel 1 Produksi daging unggas nasional di Indonesia dalam ton tahun 2011- 2013

Jenis Unggas Produksi Tahun (Ton)

2011 2012 2013a

Ayam Kampung 264 797 267 493 287 438

Ayam Petelur 62 146 66 050 70 653

Ayam Pedaging 1 337 909 1 400 468 1 479 812

Itik Manila 28 184 33 610 34 579

Jumah 1 693 036 1 767 621 1 872 482

Catatan: a angka sementara

Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)

(16)

2

mencapai 1 479 812 ton atau 79 persen dari total produksi daging unggas nasional sebesar 1 872 482 ton. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh perkembangan teknologi serta cara produksi yang semakin efektif. Perkembangan industri hulu semakin kuat terlihat dari perusahaan pembibitan, perusahaan pakan ternak, perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan, selalu memperbesar skala usaha agar peternak ayam broiler mudah mendapatkan input.

Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa maka akan berdampak pada makanan yang dikonsumsinya. Bangsa yang maju dengan pendapatan perkapita tinggi memiliki nilai konsumsi yang tinggi pada produk pangan hewani. Saat ini kondisi perekonomian Indonesia semakin meningkat disertai peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia akan membutuhkan lebih banyak pasokan bahan makanan baik nabati maupun hewani.

Tabel 2 Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan di Indonesia tahun 2009-2013

Bahan Makanan Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Daging Sapi Kg 0.313 0.365 0.417 0.365 0.261

Daging Ayam Ras Kg 3.076 3.546 3.650 3.494 3.650 Daging Ayam Kampung Kg 0.521 0.626 0.626 0.521 0.469 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS( 2013)

Berdasarkan rata-rata konsumsi protein per kapita pada Tabel 2, terjadi peningkatan konsumsi 19 persen daging ayam broiler dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Peningkatan rata-rata konsumsi protein per kapita dari daging ayam broiler mengindikasikan bahwa masyarakat lebih tertarik pada daging ayam broiler dari pada daging sapi maupun ayam kampung. Dapat dilihat dari harga daging ayam broiler lebih terjangkau dibandingkan harga daging ayam kampung dan daging sapi. Hal seperti ini merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para pelaku usaha peternakan ayam broiler untuk lebih mengembangkan usahanya. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang budaya identik dengan perayaan hari besar dan hampir setiap bulannya ada perayaan hari besar. Adanya perayaan tersebut dapat dimanfaatkan para peternak untuk menentukan kapan mulai berproduksi dan kapan saat yang tepat untuk menjual produk ternaknya. Selain itu, majunya industri makanan siap saji dan produk olahan daging ayam membuat peternakan ayam broiler menjadi bisnis yang menggiurkan dan banyak diincar para pengusaha.

(17)

3 persen, lalu diurutan ke dua permukiman dengan luas sekitar 22.04 persen, untuk urutan ke tiga dipergunakan untuk jalan, lading dan lain-lainnya sekitar 20.59 persen, di urutan ke empat area perkebunan dengan luas sekitar 14.21 persen dan yang terakhir area persawahan sekitar 11.44 persen. Panjang garis pantai sekitar 175.8 kilometer, Kabupaten Banyuwangi memiliki laut dan daratan yang cukup luas. Sehingga perikanan, pertanian dan perkebunan maju pesat. Perkebunan di Kabupaten Banyuwangi dikelola oleh PTPN XI dan XII dengan komoditas tanaman utama Kakao, Karet, Kopi dan Tebu. Dari sektor Peternakan terlihat bahwa perkembangannya masih lambat dibandingkan subsektor yang lain. Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang cukup besar dari sektor peternakan untuk dikembangkan, masih banyak lahan yang tidak produktif dapat digunakan menjadi lahan peternakan ayam broiler, sapi perah dan sapi potong.

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2012 pertanian menempati peringkat pertama sebagai penyumbang pendapatan paling besar di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di Kabupaten Banyuwangi berkembang dengan pesat melebihi sektor lainnya.

Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi menurut lapangan usaha tahun 2010-2012 atas dasar harga berlaku (Juta Rp)

Lapangan Usaha Tahun Industri Pengolahan 1 272 557.76 1 417 873.36 1 626 602.91 Listrik, Gas, dan Air Bersih 75 368.78 79 687.37 87 458.02 Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi (2012)

(18)

4

086 400 dan pada tahun 2014 sebesar Rp1 240 000. Dilihat dari pendapatan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi rata-rata ekonomi menengah ke bawah, pemberian protein untuk tubuh sangatlah penting maka dengan mengkonsumsi daging ayam broiler dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh. Karakteristik daging ayam broiler yang hampir semua masyarakat dapat membeli dengan harga murah dibandingkan dengan daging sapi. Serta mudah untuk didapatkan di pasar lokal, pemeliharaan dengan waktu yang relatif singkat hanya 35 hari mulai dari pertama chick in sampai panen.

Tabel 4 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2012

Uraian Satuan 2010 2011 2012

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 269 271 273

Sex ratio 0.99 0.99 0.99

Pertumbuhan Penduduk % 0.44 0.82 0.82

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi (2012)

Kabupaten Banyuwangi memiliki populasi unggas pada tahun 2012 yang terdiri dari ayam kampung sebesar 1 574 273 ekor, ayam petelur sebesar 675 547 ekor, ayam ras pedaging sebesar 2 335 710 ekor dan itik sebesar 379 327 ekor. Dapat dilihat bahwa populasi terbesar adalah ayam ras pedaging, urutan kedua ayam kampung, lalu urutan ketiga ayam petelur dan terakhir itik.

Usaha peternakan ayam broiler layak untuk diteliti agar di ketahui hasil analisis kelayakan dari aspek finansial dan non fianansial. Bapak Catur Sasmito merupakan pelaku usaha peternakan dan mempunyai pengalaman kerja selama 16 tahun sebagai sales pakan ternak serta 8 tahun menjadi peternak ayam broiler dengan latar belakang pendidikan yang cukup tinggi yaitu magister manajemen dan sebelumnya menempuh pendidikan sebagai Dokter Hewan. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya manusia yang dimiliki Bapak Catur Sasmito sudah cukup mumpuni untuk melakukan usaha. Skala usaha peternakan ayam broiler dari 10 000 ekor sampai 30 000 ekor di Desa Kembiritan merupakan peternak mandiri terbesar. Dengan demikian Bapak Catur Sasmito adalah orang yang tepat sebagai responden dalam penelitian. Selain latar belakang pendidikan dan pengalaman beliau dalam praktek usaha peternakan ayam broiler yang ditekuni melakukan recording yang jelas mulai dari manajemen keuangan sampai manajemen pemeliharaan sehingga memudahkan untuk perencanaan skala usaha.

Perumusan Masalah

(19)

5 broiler yang tidak mempunyai modal dapat menjalin kerjasama dengan cara menyiapkan kandang ayam dan tenaga kerja sebagai anak kandang. Apabila plasma sudah memiliki kemampuan untuk manajemen pemeliharaan ayam broiler secara baik dan benar, maka pihak inti tidak memberikan penyuluhan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Kewajiban plasma terhadap inti adalah tidak boleh memasarkan produk dan menaati kontrak kerja yang sudah disepakati. Sedangkan kewajiban inti terhadap plasma adalah menyediakan pakan ternak, DOC, dan Obat-obatan hewan dan juga menjamin pemasaran dengan harga kontrak.

Selain inti plasma ada juga usaha ternak secara mandiri, dengan modal yang lebih besar daripada peternak plasma. Keuntungan beternak secara mandiri bebas membeli sarana produksi sesuai yang diinginkan, bebas menjual ayam sesuai segmentasi produk (pasar lokal, luar kota dan supermarket) serta dapat meraup untung semaksimal mungkin disaat harga ayam tinggi. Sedangkan kerugian beternak secara mandiri, kepastian waktu penjualan tergantung kondisi pasar, pedagang ayam membeli dengan harga sesuai dipasaran namun melakukan pembayaran secara bertahap dengan alasan peternak mandiri pasokan ayam tidak menentu, Fluktuasi harga ayam yang tinggi membuat resiko menjadi besar dan yang terakhir ketersediaan faktor produksi yang sulit disaat panen menjelang hari raya idul fitri.

Sebelum mendirikan kandang internal Bapak Catur Sasmito menyewa kandang di daerah Kabupaten Banyuwangi, karena salah satu kandang habis masa sewanya pada bulan maret 2014. Maka beliau memutuskan membuat kandang internal. Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng dengan skala 30 000 ekor akan menjadi kandang internal yang pertama kali dibangun. Alasan Bapak Catur Sasmito membangun kandang, karena tingkat kebocoran dari peternak plasma yang cukup tinggi, kontrol terhadap plasma lebih sulit dan keuntungan semakin kecil setiap tahunnya. Menurut Bapak Catur Sasmito kandang internal mempunyai banyak keunggulan yaitu tingkat kebocoran rendah, mudah dalam pengaturan karyawan atau anak kandang karena kita yang mencari dan menseleksi karyawan, tingkat kematian dikandang internal dibawah lima persen dan keuntungan lebih besar.

Pembangunan kandang ayam broiler membutuhkan dana investasi yang cukup besar namun umur pakai kandang mencapai lima tahun sehingga Bapak Catur Sasmito memilih untuk memperluas kandang secara bertahap. Pembangunan kandang ayam broiler akan dilakukan secara bertahap selama tiga tahun, dimulai dari bulan Mei 2014 dengan skala produksi 10 000 ekor. Pada akhir tahun 2014 Bapak Catur Sasmito akan melalukan pembangunan tahap kedua dengan penambahan skala produksi 10 000 ekor, total produksi di awal tahun 2015 berjumlah 20 000 ekor. Pembangunan tahap tiga akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 dan mulai berproduksi pada awal tahun 2016 dengan penambahan populasi 10 000 ekor, total populasi 30 000 ekor.

(20)

6

kandang dimana masing- masing kandang memiliki kapasitas yang sama yaitu 5 000 ekor.

Perlu melakukan analisis kelayakan usaha, dengan hasil analisis yang nantinya akan diketahui seberapa layak usaha ini untuk tetap dijalankan. Terdapat beberapa ketidak pastian dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh peternak yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam broiler. Perubahan tersebut antara lain peningkatan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam broiler. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi kelayakan usaha dari segi finansial, sehingga perlu dilakukan analisis switching value karena adanya perubahan harga.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler ditinjau dari aspek finansial?

3. Bagaimana switching value kelayakan usaha peternakan ayam broiler terhadap kemungkinan terjadi kenaikan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam broiler?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito dilihat dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dilihat dari aspek

finansial.

3. Menganalisis switching value dalam kelayakan usaha peternakan ayam broiler terhadap kemungkinan terjadi kanaikan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam broiler?

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mengenai analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan adalah:

1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang diusahakan oleh peternak Bapak Catur Sasmito.

2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pemilik peternakan ayam broiler dan data sekunder berupa data mengenai populasi, produksi dan konsumsi.

(21)

7 4. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada kelayakan usaha, jika tidak

layak maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

Ayam broiler sama dengan ayam pedaging dan ayam potong. Ayam broiler diternakkan hanya bertujuan untuk diambil dagingnya. Menurut North dan Bell (1990) dalam Zulkarnaen (2013), ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek, dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin.

Pada akhir tahun 1980-an pemerintah menggalakkan konsumsi daging ayam broiler karena masyarakat Indonesia masih banyak yang antipati terhadap ayam broiler karena terbiasa dengan daging ayam kampung. Kelebihan dan kekurangan antara ayam kampung dan ayam broiler ternyata saling melengkapi, terlihat dari beberapa masakan khas daerah di Indonesia yang memerlukan waktu memasak yang cukup lama tetap membutuhkan ayam kampung yang mempunyai tekstur daging yang lebih keras. Sementara untuk makanan sehari-hari ayam broiler sudah menjadi menu rutin (Pribadi, 2013).

Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan usaha peternakan ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan (Fadilah, 2004).

Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Dengan jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka hal ini menjadi pendorong peternak baru bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, bersamaan dengan diterimanya daging ayam oleh konsumen. Usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler (Pribadi, 2013).

(22)

8

pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.

Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Sedangkan faktor produksi variabel terdiri dari DOC, Pakan dan obat-obatan, sekam, tenaga kerja, vaksin dan vitamin. (Zulkarnaen, 2013)

Lahan

Lokasi sebuah peternakan merupakan pondasi dari keberhasilan sebuah peternakan. Jika yang lain, seperti pakan,obat, vitamin, vaksin dan jenis ayam dapat diganti-ganti dalam perjalanan peternakan, tetapi lokasi tidaklah mudah untuk berganti atau berpindah. Oleh sebab itu, seorang peternak harus memahami dengan baik syarat sebuah lokasi layak untuk dijadikan sebuah peternakan. Menurut Zulkarnaen, 2013 Hal ini patut untuk dipertimbangkan dalam memilih lokasi peternakan ayam broiler adalah:

1. Lokasi kandang ayam broiler harus jauh dari pemukiman penduduk minimal 500 meter dan peternakan lain minimal 1 Km.

2. Lahan yang digunakan harus terbuka (bebas dari pohon dan bangunan lain) agar tidak mengganggu aliran udara ke kandang.

3. Memiliki sumber air yang baik, air bisa didapat dari air tanah atau air berlangganan di perusahaan air (PDAM)

4. Jalur atau jalan yang baik untuk transportasi, pengantaran pakan, DOC, dan panen ayam adalah contoh dari proses peternakan yang membutuhkan peran jalur dan jalan yang baik untuk tranportasi. Lokasi peternakan tidak perlu terlalu dekat dengan jalan raya, yang penting mudah dijangkau.

5. Ketersediaan listrik. Lokasi harus terletak di tempat yang memiliki saluran listrik (PLN). Disarankan sebuah peternakan juga memiliki diesel atau pembangkit listrik lain selain dari PLN.

6. Lokasi yang udaranya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Udara yang sedang akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ayam. Dengan udara yang sedang, jumlah kematian ayam akan lebih sedikit dibandingkan beternak di lokasi yang panas atau dingin.

7. Lokasi sebaiknya di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian, hal ini untuk menghindari ayam agar tidak mudah stress.

Kandang dan Peralatan

Kandang memegang peranan penting dalam sebuah peternakan ayam broiler. Untuk memulai sebuah peternakan, seorang peternak harus menyediakan kandang yang sesuai. Kandang diatur sedemikian rupa untuk tempat DOC yang baru datang, sampai ayam siap panen (Fadilah, 2004).

Tipe kandang

(23)

9 Kandang dengan bentuk seperti ini disebut dengan kandang terbuka (open

sided house). Bentuk kandang yang cocok digunakan untuk memelihara

ayam broiler komersial di daerah tropis sebagai berikut. a) Kandang panggung

Keunggulan dari kandang panggung adalah ventilasinya bisa berfungsi lebih baik dibandingkan dengan kandang postal. Udara bisa masuk dan keluar melalui ventilasi dari arah bawah dan samping kandang. Sirkulasi udara di dalam kandang menjadi lebih baik, akibatnya temperature didalam kandang relative lebih rendah dan ayam merasa lebih nyaman.

b) Kandang postal(sistem litter)

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan jika ingin membangun kandang postal, kandang harus dibangun dilahan terbuka sehingga udara bisa masuk ke dalam kandang secara lancar. Lantai kandang sebaiknya terbuat dari semen, tujuannya agar mudah dibersihkan dan mempermudah proses sanitasi.

2. Kandang dengan ventilasi yang bisa dikontrol

Kandang tipe ini dikenal juga dengan istilah kandang tertutup (closed house), beberapa keuntungan dari kandang tertutup:

a) Meningkatkan kepadatan ayam tanpa mendirikan bangunan baru. b) Ayam lebih tenang, segar, dan nyaman.

c) Udara yang tersedia lebih baik.

d) Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan. e) Mengurangi jumlah tenanga kerja.

f) Temperature dalam kandang lebih dingin.

g) Ayam tidak terpengaruh cuaca dari luar kandang.

Peralatan yang digunakan untuk produksi terdiri dari tempat pakan, tempat minum, mesin air, lampu, terpal, thermometer, serta peralatan lain seperti ember, sekop, selang plastik, tali dan timbangan. Tempat pakan yang digunakan berbentuk round feeder yang terbuat dari bahan plastik. Satu buah tempat pakan ukuran besar dengan kapasitas 5 kg dapat digunakan untuk kurang lebih tiga puluh ekor ayam. Tempat minum yang digunakan adalah tempat minum dengan kapasitas dua galon yang digunakan untuk tiga puluh ayam. Perbandingan penggunaan tempat pakan dengan tempat minum di dalam kandang adalah 1:1 artinya setiap 2 m2 terdapat satu buah pakan dan satu buah tempat minum yang berjarak 1 meter. Alat pemanas yang berfungsi untuk mempertahankan suhu kandang selalu dalam keadaan hangat. Thermometer berfungsi untuk mengontrol temperatur di dalam kandang agar suhu ayam tetap stabil dan pertumbuhan ayam tidak terganggu (Zulkarnaen, 2013).

DOC

(24)

10

gram, DOC terlihat aktif, berbulu cerah, kakinya besar dan basah, tampak segar, tidak ada cacat fisik, dan tidak ada lekatan tinja di duburnya.

Pakan

Pakan merupakan faktor produksi utama dalam proses budidaya ayam broiler. Pakan memiliki kontribusi paling besar dalam pengeluaran untuk biaya produksi. Dimana efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan nilai Feed Convertion

Ratio (FCR). Jika nilai yang dihasilkan lebih besar dari nilai FCR standar akan

menyebabkan rendahnya hasil panen sehingga berpengaruh terhadap keuntungan.

Obat – obatan, Vaksin dan Vitamin.

Salah satu factor produksi yang digunakan untuk menjaga kesehatan ayam broiler dari penyakit-penyakit yang mungkin muncul atau apabila sudah terkena penyakit ayam dapat sembuh kembali dan untuk menjaga kualitas ayam broiler. Penggunaan obat-obatan sangat mudah yaitu dengan air minum, suntikan dan melalui ransum. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi adalah kondisi ayam, kondisi cuaca, jadwal vaksin dan laporan kegiatan vaksin.

Studi Kelayakan Usaha Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang menarik untuk diteliti. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan ayam broiler, di antaranya penelitian mengenai studi kelayakan usaha. Menurut Matjuri (2012), yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ayam Broiler Berkualitas Organik Pada Perusahaan CV Tritunggal Sejahtera Bogor Provinsi Jawa Barat. Hasil dan pembahasan penelitian ini didapatkan kesimpulan hasil analisis kelayakan aspek non finansial diantaranya aspek hukum,aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi dan aspek manajemen dan sumberdaya manusia dinyatakan layak dengan metode analisis kuantitatif maupun kualitatif serta kriteria penilaian sudah ditentukan. Analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan umur ekonomis kandang yaitu delapan tahun. Hasil dari analisis kelayakan finansial dengan asusmsi 3 000 ekor per periode dan konstan setiap tahunnya 12 kali, harga jual ayam Rp28 000 per ekor, menunjukkan semua kriteria investasi layak dengan hasil NPV sebesar Rp355 894 099, IRR sebesar 34 %, Net B/C sebesar 2,09 dan PP selama tiga tahun enam bulan dua puluh empat hari. Analisis Switching Value dengan penurunan penjualan, kenaikan harga pakan dan kenaikan harga DOC dalam keadaan impas yaitu NPV sama dengan nol. Batas maksimal penurunan penjualan sebesar 5,69 %, kenaikan harga pakan maksimal 11,90 %, dan batas maksimal kenaikan harga DOC sebesar 33,27 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Karmidi (2012), tentang analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma di Kecamatan Bogor. Melakukan analisis kelayakan non finansial dan finansial. Kelayakan non finansial dianalisis secara kualitatif dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Kelayakan finansial dianalisis secara kuantitatif berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan kriteria penilaian investasi yaitu NPV,IRR, Net B/C, dan Payback

(25)

11 Penelitian yang masih berkaitan dengan ayam broiler dilakukan oleh Saputra (2011), dalam penelitian yang berjudul analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada kondisi risiko diwilayah Bogor. Penelitian yang mengedepankan aspek finansial serta mendeskripsikan aspek non finansial dan analisis resiko menunjukkan layak dari segi aspek non finansial dengan analisis deskriptif aspek pasar, teknis, manajemen dan hokum serta social dan lingkungan. Analisis aspek finansial dengan asumsi total produksi 4 519 ekor, tingkat kematian 3,8%, rata-rata bobot panen 1,68 Kg dan harga Rp14.450 per kilogram sehingga memperoleh hasil NPV sebesar Rp 147 928 117, Net B/C sebesar 2,12, IRR 27,84% dan pp dalam jangka waktu tiga tahun tiga bulan. Hasil analisis resiko menunjukkan tingkat risiko produksi lebih tinggi daripada risiko yang diakibatkan oleh harga.

Penelitian yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam broiler oleh Fakhruddin (2013), Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler di Desa Cihideung Udik Kabupaten Bogor. Penelitian ini membahas aspek finansial dengan asumsi total produksi 72 734 ekor, angka mortalitas sebesar 6,15%, bobot rata-rata saat panen sebesar 1,8 Kg, dan harga jual ayam broiler sebesar Rp 16 980 per kilogram. Hasil dari NPV sebesar Rp6 058 082 368, Net B/C sebesar 2.84, IRR sebesar 39.26% dan PP sebesar tiga tahun dua bulan. Aspek non finansial mendeskripsikan aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek social, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan. Lalu dilakukan analisis kelayakan usaha memberikan hasil layak serta dilakukan analisis switching value.

Penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis kelayakan usaha. Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Matjuri (2012), Karmidi (2012), Saputra (2011) dan Fakhruddin (2013) yaitu mengenai lokasi penelitian dan asumsi yang digunakan. Sedangkan persamaannya dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini mengkaji tentang analisis kelayakan usaha dimana kriteria alat analisis yang digunakan yaitu analisis finansial dan non finansial. Komoditas dalam penelitian sama yaitu ayam broiler. Hasil penelitian terdahulu dapat memberikan masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengkaji studi kelayakan usaha. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai referensi dalam melakukan penelitian dengan topik analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler.

KARANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al (2010), bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil

(benefit) dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan

(26)

12

untuk waktu yang ditentukan. Menurut Nurmalina et al (2010), studi kelayakan bisnis diperlukan agar dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Studi kelayakan bisnis merupakan analisis suatu kegiatan investasi memberikan manfaat jika dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar penilaian kegiatan investasi atau bisnis layak untuk dijalankan. Studi kelayakan bisnis dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu bisnis sehingga dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan kemungkinan tingkat manfaat (benefit) yang dapat diterima dari suatu bisnis yang dapat digunakan oleh pihak investor atau lembaga keuangan dalam pengambilan keputusan investasi, penanaman modal, atau peminjaman dana.

Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian usaha. Beberapa tujuan tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Selain perusahaan, banyak pihak yang berkepentingan terhadap studi kelayakan bisnis, seperti investor, lembaga keuangan, masyarakat, dan pemerintah. Investor merupakan pihak yang menanamkan modal dalam suatu bisnis, sehingga kelayakan bisnis dibutuhkan untuk memberikan gambaran apakah modal yang ditanamkan oleh investor akan memberikan keuntungan atau tidak. Bagi lembaga keuangan, studi kelayakan bisnis diperlukan dalam pertimbangan pemberian pinjaman dana untuk suatu kegiatan bisnis terkait dengan segi keamanan dana serta pengembalian dana. Bagi masyarakat luas, studi kelayakan bisnis diperlukan terkait dengan terbukanya lapangan pekerjaan serta tersedianya fasilitas umum seperti jalan, listrik, sarana ibadah, dan sebagainya. Bagi pemerintah, studi kelayakan bisnis diperlukan untuk meyakinkan apakah bisnis yang dijalankan akan memberikan manfaat nyata bagi perekonomian negara secara umum (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek Kelayakan Bisnis

Nurmalina et al (2010) dalam studi kelayakan bisnis aspek yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek non finansial dan finansial. Penentuan kelayakan suatu bisnis dapat dilihat dari berbagai aspek. Keseluruhan aspek yang ada harus dinilai sehingga dapat memberikan kesimpulan layak tidaknya suatu bisnis yang dijalankan. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial (Kasmir dan Jakfar 2010).

1. Aspek Pasar

(27)

13 mendatangkan keuntungan. Untuk itu, dalam aspek pasar akan dikaji mengenai permintaan dan penawaran, market share dari perusahaan, dan kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (bauran pemasaran). Bauran pemasaran yang dilakukan meliputi 4P yaitu product

(produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi) (Nurmalina et al 2010).

2. Aspek Teknis

Aspek teknis berkaitan dengan pembangunan bisnis yang dijalankan dan kegiatan operasional dari bisnis yang dijalankan. Pembangunan bisnis merujuk kepada ketepatan lokasi bisnis dan tata letak (layout) tempat produksi, sedangkan kegiatan operasional berkaitan dengan pemilihan teknologi yang digunakan untuk produksi, luas atau kapasitas produksi yang dijalankan agar mencapai skala ekonomis, alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi serta alur dari kegiatan produksi yang dijalankan (Umar 2007). 3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen berkaitan dengan manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam implementasi bisnis (masa operasional bisnis) (Umar 2007). Manajemen pembangunan bisnis merupakan sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan bisnis secara efisien. Manajemen implementasi bisnis terkait dengan manajemen sumberdaya manusia yang berpengaruh dalam jalannya suatu bisnis seperti struktur organisasi dari bisnis yang dijalankan, deskripsi masing-masing jabatan dari struktur organisasi yang ada serta terkait dengan tenaga kerja yang digunakan (Kasmir dan Jakfar 2010).

Aspek hukum berkaitan dengan dokumen-dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan, dan keasliannya. Dokumen-dokumen tersebut meliputi badan hukum perusahaan, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan bisnis yang dilakukan (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek hukum yang terpenuhi dengan baik dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat akan mengadakan kegiatan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010).

4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

(28)

14

Aspek lingkungan berkaitan dengan dampak yang terjadi pada lingkungan terhadap suatu aktivitas bisnis. Aspek lingkungan erat kaitannya dengan penanganan limbah dari kegiatan produksi yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Penanganan limbah yang tepat tidak akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan cenderung akan menimbulkan manfaat tambahan bagi perusahaan itu sendiri. Sebaliknya, penanganan limbah yang kurang tepat atau bahkan tidak ada akan menimbulkan pencemaran hingga kerusakan lingkungan. Menurut Hufschmidt et al (1987) dalam Nurmalina et al (2010), suatu bisnis yang tidak bersahabat dengan lingkungan tidak akan bertahan lama.

5. Aspek Finansial

Aspek finansial dalam studi kelayakan bisnis merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan. Aspek finansial sangat berkaitan dengan keuntungan perusahaan sehingga sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Selain berkaitan dengan keuntungan perusahaan, aspek finansial juga sangat berkaitan dengan modal bagi perusahaan, baik kebutuhan modal maupun cara penyediaannya. Penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, dan kriteria penilaian investasi (Kasmir dan Jakfar 2010).

Kebutuhan modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan, dan aktiva tetap tidak berwujud seperti perijinan, lisensi, paten, biaya studi pendahuluan, dan biaya latihan atau produk percobaan. Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk aktivitas operasional seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan kegiatan operasional lainnya. Baik modal investasi maupun modal kerja dapat bersumber dari dana pribadi (modal sendiri) ataupun dari dana pinjaman (modal pinjaman). Umumnya, untuk modal investasi yang bersumber dari dana pinjaman, periode pengembaliannya di atas satu tahun sehingga merupakan pinjaman jangka panjang. Sedangkan untuk modal kerja yang berasal dari dana pinjaman umumnya periode pengembaliannya lebih singkat (Kasmir dan Jakfar 2010).

Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan dengan jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Sebelum melakukan kegiatan investasi terlebih dahulu perlu dibuat biaya kebutuhan investasi. Secara umum, biaya kebutuhan investasi meliputi biaya pra-investasi, biaya aktiva tetap, dan biaya operasional. Biaya pra-investasi terdiri dari biaya pengurusan perijinan dan biaya studi pendahuluan. Biaya aktiva tetap terdiri dari biaya pembelian aktiva tetap berwujud (tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan, dan aktiva berwujud lainnya) dan biaya aktiva tetap tidak berwujud (lisensi, paten, good wiil, dan merek dagang). Biaya operasional terdiri dari biaya bahan baku produksi, upah dan gaji karyawan, biaya listrik, telepon, dan air, pajak, premi asuransi, dan biaya lainnya (Kasmir dan Jakfar 2010).

Cashflow (arus kas) merupakan aliran kas yang ada pada suatu perusahaan

(29)

15 terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran

(outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai

produksi total, pinjaman, hadiah atau hibah, nilai sewa, dan nilai sisa. Arus pengeluaran merupakan biya-biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu bisnis yang dapat mengurangi kas, meliputi pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bungadan pinjaman dan pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran. Berbeda dengan arus kas, laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan produk yang dihasilkan dalam suatu bisnis dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat pada laporan laba/rugi meliputi penjualan produk barang atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang ada (Nurmalina et al 2010).

Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan, ditinjau dari aspek finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang yaitu sejumlah uang pada masa sekarang nilai uangnya lebih besar dibandingkan dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang, sehingga dalam penghitungannya digunakan discount factor agar dapat dibandingkan antara sejumlah uang pada masa sekarang dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang (Nurmalina et al 2010). Beberapa kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan adalah Net Present Value

(NPV), Net Benefit Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback

Period (Kasmir dan Jakfar 2010).

Pengertian Investasi

Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al (2010) mendefinisikan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber seperti barang modal, bahan mentah, bahan setengah jadi, tenaga kerja serta waktu, untuk mendapatkan manfaat (benefit).

William F.S dalam Kasmir dan Jakfar (2010) menyebutkan bahwa investasi adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat sekarang kemudian mengharapkan pengembalian dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung kepastian bahwa dana yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan, sedangkan hasil di masa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung pada kondisi di masa yang akan datang.

(30)

16

investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya.

Teori Biaya dan Manfaat

Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu berupa pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang diterima atau tujuan suatu bisnis Nurmalina et al (2010). Perhitungan biaya sangat penting diketahui dalam kegiatan studi kelayakan bisnis ini, khususnya pada kelayakan finansial yang mempengaruhi besarnya outflow sebuah perusahaan. Nurmalina et al (2010) menyebutkan bahwa komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari:

1. Barang-barang fisik

Barang atau bahan dalam bentuk fisik dibutuhkan baik sebagai material terbentuknya aset bisnis maupunyang dibutuhkan untuk bahan material dalam operasional bisnis. Contoh barang-barang fisik adalah gudang penyimpanan produksi atau input-input fisik untuk menghasilkan suatu komoditi pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida.

2. Tenaga kerja

Secara umum tenaga kerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik. Semakin terdidik dan terlatih mobilitas tenaga kerjanya semakin besar, dan sebaliknya semakin tidak terdidik semakin sulit mobilitasnya.

3. Tanah

Tanah yang digunakan untuk usaha pertanian tidak akan sulit untuk diindentifikasi dan komponen ini tidak dapat habis atau menyusut selama umur bisnis.

4. Biaya tak terduga

Biaya tak terduga dapat dibagi atas dua macam, yaitu biaya tak terduga yang bersifat fisik dan biaya tak terduga untuk harga. Contoh biaya tak terduga yang bersifat fisik adalah jumlah penggunaan input yang lebih banyak yang diakibatkan oleh perubahan dari spesifikasi bisnis. Pada biaya tak terduga harga disebabkan oleh perubahan harga relative daninflasi secara umum. Dikarenakan biaya tak terduga fisik dan harga menyebabkan berkurangnya pendapatan nasional sehingga perlu dimasukkan ke dalam bisnis.

5. Sunk Cost

Sunk Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan di masa lalu sebelum investasi

baru yang direncanakan akan ditetapkan.

Selain biaya, dalam studi kelayakan bisnis juga terdapat teori mengenai manfaat. Manfaat terdiri dari tiga macam, yaitu tangible benefit, indirect benefit,

dan intangible benefit (Nurmalina et al 2010).

1. Tangible Benefit

Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur yang dihasilkan oleh sebuah

bisnis atau proyek. Contoh-contoh dari tangible benefit seperti peningkatan produksi akibat adanya teknologi baru, peningkatan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, serta perubahan bentuk produk (grading and

processing). Selain itu, manfaat bisnis juga dapat disebabkan oleh penurunan

biaya yang berupa mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi, dan penurunan atau menghindari kerugian.

(31)

17

Indirect benefit atau manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak

langsung ditimbulkan karena adanya bisnis tersebut dan mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Contohnya adalah manfaat bisnis irigasi seringkali diidentifikasikan sebagai peningkatan produksi padi, tetapi di lain sisi bisnis tersebut meningkatkan ketersediaan air bagi rumah tangga rumah tangga yang kesulitan air. Selain itu, ada pula contoh manfaat tidak langsung yang dapat dihasilkan oleh usaha pertanian yaitu efek multiplier bisnis dan peningkatan skala ekonomi yang lebih besar.

3. Intangible Benefit

Intangible benefit adalah manfaat yang secara tidak langsung dinikmati oleh

masyarakat tetapi sulit untuk dihitung. Contohnya adalah bisnis pertanaman yang manfaatnya berupa keindahan, kenyamanan, dan kesegaran juga kesehatan dan pendidikan. Selain itu, manfaat peningkatan pengamanan juga biasanya dirasakan oleh masyarakat karena adanya sebuah bisnis.

Analisis Switching Value

Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, ) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C = 1. Melakukan analisis switching value, dapat dicari besar perubahan yang mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan, yaitu yang mengakibatkan nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga, dan nilai Net B/C > 1.

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha budidaya ayam broiler merupakan salah satu usaha di sektor peternakan khususnya bidang perunggasan yang memiliki prospek yang cukup baik untuk di kembangkan. Kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan gizi akan protein hewani, serta dengan meningkatnya pendapatan masyarakat membuat usaha budidaya ayam broiler dipandang dapat memberikan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang singkat. Dapat dilihat bahwa ayam broiler memiliki kecepatan tumbuh yang bagus yaitu lima sampai enam minggu dapat dipanen. Dengan siklus produksi yang relative pendek otomatis perputaran modal menjadi cepat sehingga Bapak Catur Sasmito ingin mengembangakan skala usaha dari 4 000 ekor menjadi 30 000 ekor per periode secara bertahap melihat modal yang ditanamkan cukup besar.

(32)

18

Sasmito mengefisienkan penggunaan pakan agar dapat menekan biaya operasional, karena persentase biaya pakan sebesar 60 % dari total biaya produksi. Dalam pemeliharaan ayam broiler terdapat FCR yaitu konversi pakan menjadi daging dengan nilai FCR semakin kecil berarti semakin baik dan efisien dalam penggunaan pakan.

Analisis kelayakan usaha ayam broiler berguna untuk melihat apakan usaha layak untuk dijalankan atau tidak. Sehingga perlu dilaksanakan pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek social dan ekonomi, serta aspek lingkungan. usaha dilihat dari aspek finansial seperti nilai NPV (net present value), IRR (internal rate

of return), Net B/C (net benefit cost ratio) dan PP (payback period). Hasil penelitian

dari aspek finansial dan non fianasial akan dianalisis, apabila menghasilakan layak kembali dianalisis dengan analisis sensitivitas.

Analisis sensitivitas untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam usaha. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input dan output utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti kenaikan harga pakan, DOC dan penurunan harga jual ayam menjadi fokus pada analisis sensitivitas. Kenaikan harga pakan dan DOC serta penurunan harga jual ayam broiler dapat mempengaruhi jalannya usaha, dalam bulan-bulan tertentu terjadi penurunan harga jual ayam sehingga mengakibatkan peternak harus bertindak efisien dalam mengurangi resiko dan memaksimalkan keuntungan peternak tetap tinggi.

(33)

19

Keterangan:

:Variabel penelitian :Alat analisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler

Rencana Pembangunan Kandang Secara Bertahap

Tidak Layak Layak

Pembangunan Kandang Peternakan Ayam Broiler dijalankan Kelayakan Non

Usaha Peternakan Ayam Boiler Milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

Kelayakan Usaha Nilai

sisa

Produksi

Kelayakan

(34)

20

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dilakukan di peternakan milik Bapak Catur Sasmito yang berlokasi di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan pertimbangan peternakan rakyat yang sudah semakin tenggelam akibat adanya kemitraan. Kegiatan investasi dan operasional yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito cukup besar. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari pengumpulan data hingga penulisan selesai adalah Januari sampai Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari Bapak Catur Sasmito melalui wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumah pertanyaan kepada Bapak Catur Sasmito. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh Bapak Catur Sasmito yaitu pembukuan setiap periode, studi kepustakaan, dan Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada Pemilik peternakan Bapak Catur Sasmito dan anak kandang. Selain wawancara, juga dilakukan kegiatan pengamatan di lokasi kandang untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari narasumber. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kegiatan literature review terhadap beberapa buku, jurnal, dan sumber lainnya serta

browsing di beberapa website pemerintahan, seperti Kementerian Pertanian,

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Badan Pusat Statistik.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(35)

21 terhadap kelayakan finansial yang masih dapat ditoleransi dalam bisnis sehingga masih dinyatakan layak dengan menggunakan Microsoft Excel dan kalkulator.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Analisis Aspek Pasar

Tujuan analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada penggembangan usaha peternakan ayam broiler adalah untuk menilai apakah usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito dapat menghasilkan produk yang diterima oleh pasar dan menguntungkan. Selain itu, potensi pasar dan pangsa pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito juga akan dinilai, apakah pangsa pasar dan potensi pasar dari ayam broiler sudah jelas serta apakah bauran pemasaran telah dilaksanakan dengan baik atau tidak (Kasmir dan Jakfar, 2010) Analisis Aspek Teknis

Tujuan analisis aspek teknis yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler adalah untuk menilai apakah secara teknis usaha yang dijalankan Bapak Catur Sasmito dapat dijalankan dengan baik atau tidak. Kriteria yang diperhatikan dalam penilaian aspek teknis adalah kegiatan penentuan lokasi bisnis, tata letak atau layout produksi, proses produksi serta penggunaan infrastruktur dan fasilitas yang ada (Kasmir dan Jakfar, 2010)

Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Tujuan analisis aspek manajemen yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito adalah untuk menilai apakah bisnis yang dijalankan dapat dibangun sesuai dengan rencana dan apakah tersedia sumber daya manusia yang sesuai dengan kegiatan bisnis yang dijalankan. Kriteria yang harus ada dalam penilaian aspek manajemen adalah kegiatan manajerial pada masa pembangunan bisnis dan kegiatan manajerial pada masa operasional bisnis (Kasmir dan Jakfar, 2010)

Tujuan analisis aspek hukum yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito adalah untuk menilai apakah bisnis yang dijalanka telah memenuhi ketentuan hukum dan berbagai perizinan yang diperlukan dalam rangka pendirian usaha. Kriteria yang akan dilihat dalam analisis kelayakan aspek hukum adalah kelengkapan dokumen serta perizinan yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito (Kasmir dan Jakfar, 2010)

Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

(36)

22

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Net Present Value

Net present value (NPV) merupakan nilai selisih antara total present value

manfaat dengan total present value biaya atau penjumlahan dari present value

manfaat bersih selama umur bisnis (Nurmalina et al 2010). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima oleh perusahaan selama umur bisnis pada discount

rate tertentu. Satuan dari NPV adalah Rupiah. Suatu bisnis dikatakan layak jika

nilai NPV-nya lebih besar dari nol, sedangkan bisnis yang nilai NPV-nya kurang dari nol maka dikatakan bisnis tersebut tidak layak. Secara matematis, NPV dirumuskan sebagai berikut:

NPV = ∑ 1 + �� =

− ∑ 1 + �� =

= ∑ 1 + �� − � =

Dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis

i = Tingkat discount rate (%)

NPV NPV awal

NPV1

IRR 0

NPV2 Discount Rate (%)

occ i1 i2

Gambar 2 Kurva hubungan NPV dan IRR

(37)

23

Net Benefit-Cost Ratio

Net benefit-cost ratio (Net B/C) merupakan salah satu kriteria penilaian

investasi untuk menggambarkan manfaat bersih yang menguntungkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010). Suatu bisnis dikatakan layak jika nilai Net B/C -nya lebih dari satu, sedangkan jika nilai Net B/C -nya kurang dari satu maka bisnis tersebut dikatakan tidak layak. Secara matematis,

Net B/C dirumuskan sebagai berikut:

Net B/C =

− > +� �

=

=+� <

Dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis

i = Tingkat discount rate

Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria penilaian investasi untuk

melihat besarnya pengembalian bisnis terhadap investasi yang dilakukan (Nurmalina et al 2010). Sebuah bisnis dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate-nya. IRR dinyatakan dengan satuan persentase (%). Secara matematis, IRR dirumuskan sebagai berikut:

IRR = � +��� − ��� � � − ����

Dimana:

� = Discount rate yang menghasilkan NPV positif � = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif ���= NPV yang bernilai positif

��� = NPV yang bernilai negatif

IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol, artinya besarnya persentase IRR dalam kriteria penilaian investasi bisnis tertentu merupakan persentase discount rate pada saat NPV menunjukkan angka nol (Nurmalina et al 2010).

Payback Period

Payback period (PP) merupakan kriteria penilaian investasi yang digunakan

(38)

24

payback period adalah tahun. Secara matematis, payback period dirumuskan

sebagai berikut:

Payback period

=

I

Ab

Dimana:

I = Biaya investasi yang dikeluarkan

Ab = Manfaat bersih terdiskonto yang diperoleh setiap tahunnya

Analisis Switching Value

Analisis switching value dilakukan berdasarkan variabel terbesar dan berpengaruh terhadap cashflow, variable yang akan dianalisis dalam penelitian ayam broiler ialah kenaikan harga pakan, DOC, biaya variabel penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual ayam. Variabel tersebut sangat mempengaruhi penerimaan peternak ayam broiler karena memiliki komponen paling besar. Variabel yang akan dianalisis dengan switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misalnya: kenaikan biaya produksi dan penurunan harga output (Nurmalina et al 2010).

Asumsi Dasar

Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler menggunakan asumsi dasar sebagai berikut:

1. Umur bisnis ditentukan selama lima tahun berdasarkan umur ekonomis kandang ayam dari bambu.

2. Harga yang digunakan diasumsikan kostan, baik harga input maupun harga output berdasarkan data pada tahun 2013 dari kegiatan usaha peternakan ayam broiler.

3. Proyeksi yang dilakukan dalam analisis finansial dimulai pada tahun 2014 berdasarkan data pada tahun 2013. Proyeksi jumlah penjualan ayam broiler pada tahun 2014 sampai tahun 2018 merupakan jumlah ayam broiler sesuai kapasitas maksimum kandang. Harga ayam broiler yang digunakan untuk menghitung proyeksi analisis finansial merupakan rataan harga ayam broiler sepanjang tahun 2013, dan diasumsikan konstan hingga akhir bisnis. 4. Peternakan ayam broiler dalam satu tahun berproduksi selama enam periode berdasarkan data dari tahun 2013 dikarenakan masa istirahat kandang ayam selama 3-4 minggu.

5. Tingkat mortalitas dalam setiap periode produksi berdasarkan rata-rata kematian yang terjadi selama enam kali periode dalam tahun 2013 adalah sebesar lima persen.

(39)

25 7. Sumber investasi yang digunakan adalah modal sendiri karena mampu

mendanai usaha.

8. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 13.53 persen berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman modal usaha pada rata-rata perbankan April 2014. Diasumsikan tetap hingga akhir bisnis.

9. Ayam dipanen pada saat bobot rata-rata adalah 1.94 Kg per ekor berdasarkan rata-rata produksi tahun 2013.

10.Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu: Penyusutan per tahun = � � � � − � � �

� �

11.Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yaitu pajak pendapatan sebesar 25 persen, berlaku flat hingga akhir bisnis.

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kondisi Umum Desa Kembiritan

Penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan ayam broiler, dilakukan di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Gambaran mengenai kondisi umum Desa Kembiritan akan dilihat dari letak geografis dan iklim, serta potensi Desa Kembiritan. Mencakup potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang mendukung kegitan budidaya ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan.

Letak Geografis dan Iklim

Desa Kembiritan merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi, dengan luas 15 016 ha, ketinggian 90 meter di atas permukaan laut dan curah hujan besar dengan rata-rata 2 600 mm setahun, itu membuktikan bahwa Desa Kembiritan cocok dimanfaatkan untuk peternakan ayam broiler karena tergolong dalam dataran rendah atau daerah panas dan ketinggian yang tepat untuk budidaya ayam broiler. Desa Kembiritan terbagi menjadi 7 Dusun, 45 Rukun warga (RW) dan 115 Rukun Tetangga (RT). Terlihat bahwa Desa Kembiritan memiliki warga yang cukup banyak.

Karakteristik Responden Bapak Catur Sasmito

(40)

26

Terakhir memutuskan untuk usaha sendiri di budidaya ayam broiler pada awal tahun 2006.

Selama menjadi peternak ayam broiler Bapak Catur Sasmito tidak pernah menjalin kemitraan dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler. Alasan tidak bermitra menurut Bapak Catur Sasmito karena harga ayam broiler dikontrak sehingga tidak dapat meraup untung semaksimal mungkin saat harga ayam tinggi dan tidak dapat menjual ayam ke pasar atau supermarket karena hasil panen ayam broiler akan di beli oleh inti. Bapak catur sasmito merasa masih mampu untuk menjalankan usaha mulai dari budidaya dan pemasaran ayam broiler.

Tingkat pendidikan formal Bapak Catur Sasmito sangat berkaitan dengan usaha peternakan ayam broiler, yaitu dokter hewan dan master manajemen. Tidak hanya pendidikan formal yang menunjang usahanya tetapi pendidikan non formal seperti manajemen pemeliharaan ayam broiler dari japfa comfeed dan pelatihan-pelatihan mengenai ayam broiler dari pabrik pakan dan obat-obatan hewan, juga sering diikuti oleh Bapak Catur Sasmito. Karakter Bapak Catur Sasmito memiliki keuletan, pengalaman yang baik di bidang peternakan ayam broiler dan kemampuan dalam menganalisis prospek usaha jangka panjang.

Pengalaman Bapak Catur Sasmito dalam usaha peternakan ayam broiler sudah tidak diragukan lagi. Sejak tahun 2006 Bapak Catur Sasmito memulai usahanya dengan menyewa kandang ayam broiler di lokasi yang berbeda-beda dalam satu Kabupaten Banyuwangi. Jumlah populasi 20 000 ekor dengan waktu panen ayam broiler berbeda-beda. Kandang sewa dengan jumlah populasi 4 000 ekor yang berlokasi di Desa Setail Kecamatan Genteng akan habis masa sewanya pada bulan maret 2014. Sehingga Bapak Catur Sasmito memutuskan untuk membeli lahan dan membuat kandang sendiri dengan populasi awal 10 000 ekor di bulan mei tahun 2014, lalu melakukan 10 000 ekor pada tahun 2015 populasi menjadi 20 000 ekor dan pada tahun 2016 dilakukan 10 000 ekor total populasi 30 000 ekor, menggunakan lahan dengan luas 7 100 meter persegi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial

Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek non finansial yang penting untuk dikaji. Hal ini dilakukan untuk melihat peluang dan potensi pasar yang ada karena berkaitan dengan permintaan dan penawaran pasar serta penyerapan pasar terhadap output yang dihasilkan. Aspek pasar akan memaparkan mengenai potensi dan peluang pasar yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran, perkembangan harga dan saluran pemasaran yang terjadi pada peternakan ayam broiler.

1) Potensi pasar

Gambar

Tabel 3  Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi menurut
Gambar 1  Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan  usaha
Gambar 2  Kurva hubungan NPV dan IRR
Gambar 3  Layout produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis kelayakan usaha peternakan ayam

Peternakan ayam broiler merupakan usaha agribisnis dalam bidang peternakan unggas yang terdapat dibeberapa wilayah dinusantara. Peternakan ayam broiler Pak Lagan adalah

Penelitian ini akan mencoba untuk menganalisis kelayakan invetasi dari usaha pembesaran ayam broiler yang dijalankan Bapak Marhaya di wilayah Nanggung, Kabupaten

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui besarnyapendapatan usaha peternakan ayam broiler,untuk mengetahui profitabilitas usaha ayam

Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab. Analisis Usaha Pada

Usaha peternakan ayam broiler bapak Arjo Saragi adalah salah satu. peternakan yang berdiri dalam suatu kemitraan yang terletak

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (STUDI KASUS USAHA PETERNAKAN X DI DESA TAPOS, KECAMATAN TENJO, KABUPATEN

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan perlunya dilakukan analisis kelayakan pendirian usaha peternakan ayam buras di Kota Bandung untuk melayani