• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULITPersea americanaMill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Gemah Restuti Pendongane

118114031

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa jangka panjang kulit alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulitPersea americanaMill. terhadap peningkatan kadar albumin serum.

Jenis penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak dalam 6 kelompok yang sama banyak. Kelompok I (Kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB yang dilarutkan dalamolive oilsecara intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dengan dosis 2ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III kontrol sediaan infusa) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari. Kelompok IV, V, dan VI (perlakuan) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dengan seri dosis 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari secara berturut-turut pada jam yang sama, kemudian setelah pemberian infusa dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Pada jam ke-24 pasca induksi karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk pengukuran kadar albumin. Data pada penelitian ini dianalisis statistik dengan menggunakan metode ANOVA satu arah.

Berdasarkan hasil penelitian, infusa kulit Persea americana Mill. memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar albumin serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.

Kata kunci :Persea americanaMill., infusa, karbon tetraklorida, albumin.

Yogyakarta , 22 Oktober 2014 Pembimbing

(2)

ii ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the effect of long term

infusion of avocado’s peels fruit (Persea americana Mill.) to the male rats strain Wistar induced with carbon tetrachloride (CCl4) by observing the increase of

albumine serum level, also to determine whether the relationship between increasing doses of Persea americana Mill. peels fruit to an increase of serum albumine level or not.

This study is a pure experimental with randomized design complete with its unidirectional pattern. The subjects of this study were male rats of Wistar strain, aged 2-3 months, and ± 150-250 gram for its weight. The rats were divided into six groups randomly, each group consist of five rats. Group I (hepatotoxin control) was given with carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p. Group II (negative control) was given with olive oil 2 mL/kgBB i.p. Group III (infusa control) was given with infusionPersea americanaMill. peels fruit with the highest dose 1600 mg/kgBB continuously for six days. Group IV, V, and VI were given with infusa of Persea americana Mill. peels fruit orally, the dose were 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB per day for six days continuously at the same time, then all of these groups were induced with carbon tetrachloride 2 ml/kgBB i.p. Twenty four hours after induced carbon tetrachloride, all the groups’blood was collected from sinus orbitalis to measure the albumine serum level. The data from this research was analyzed statistically using ANOVA one way method.

Based on the result of this research, infusion of Persea americana Mill. peels fruit 362,81 mg/kgBB gave effect for increasing albumine serum level of rats induced with carbon tetrachloride. There is no relationship between increasing dose with the increasing of serum albumine level of rat induced carbon tetrachloride.

(3)

i

MBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA K aMill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIK WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya ..” (Matius21:22)

EVERY DAY GOD THINK OF YOU (Psalm 68:19)

EVERY HOUR GOD LOOKS AFTER YOU (Thessalonians 3:3)

EVERY MINUTES GOD CARES FOR YOU (1 Peter 5:7)

BECAUSE EVERY SECOND HE LOVES YOU (Jeremiah 31:3)

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kasih dan kekuatanku

Papah & Mamah ku tercinta

Ciciku Novita Yonatan

Kokohku Golda Esa Putra

Dan ..

(7)
(8)
(9)

vii PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa atas berkat, kasih,

anugerah, dan kuasanya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULIT BUAH

Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN

GALUR WISTAR TERINDUSKI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat,

penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Papah dan mamah yang telah senantiasa mendukung, memotivasi, dan

mendoakan selalu atas pengerjaan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing dan

Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi

dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi

tersebut.

4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini

yang telah memberikan saran dan dukungannya kepada penulis.

5. Ibu Dr. Erna Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini,

(10)

viii

6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam

penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi,

Biofarmasetika-Farmakokinetika, Farmakognosi-Fitokimia, Farmasi

Fisika, Imunologi, dan Kimia Organik demi kepentingan penelitian ini.

7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., atas bantuannya dalam determinasi

tanamanPersea americanaMill.

8. Ciciku Novita Yonatan dan kokohku Golda Esa Putra serta keluarga yang

telah memberi dukungan dari awal sampai akhir penelitian ini, terima

kasih atas doa dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini.

9. Pak Parjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Pak

Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak

Kayat selaku laboran Laboratorium Biokimia, Pak Wagiran selaku laboran

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Pak Agung selaku laboran

Laboratorium Farmasi Fisika, Pak Parlan selaku laboran Laboratorium

Kimia Organik, atas segala kerjasama serta bantuannya di laboratorium.

10. Teman-teman penelitian tim kulit alpukat Angeline Syahputri, Vivo

Puspitasari, Maria Desita, Lusia Drikti, Brigita Wina, Jolina, M.M Risa,

Bernadet Birgita, Fransiska Andriani, Ester, Theresia Eviani, Margareta

Tri Nova, Paramitha Liong, Asih Putri atas bantuan, kerjasama dan

dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan Vania Stefi Yuliani, Yovica Sagina, Deby

(11)

ix

Ardanareswari, Elisabeth Indah, Yoanna Kristia, Carolina Dea, Dara

Prabandari, Okie Ramadhani, niken serta semua teman-teman FST A

2011, terimakasih atas kekeluargaannya.

12. Difa Family Kezia Candra M, Lenny Aftaliana, Suhartati Mentari, Septi

Pertiwi, Diah Pramita, dan Anindita terimakasih atas doa, motivasi yang

kalian berikan.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik materi maupun

teknik penulisan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membnagun. Penulis juga berharap semoga skripsi tersebut bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang farmasi, maupun masyarakat.

Yogyakarta, Oktober 2014

(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xvi

INTISARI... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang... 1

1. Rumusan masalah... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 5

(13)

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan morfologi Alpukat (Persea americanaMill.)

1. Sinonim ... 7

2. Nama daerah... 7

3. Nama asing... 7

4. Taksonomi ... 7

5. Kandungan kulit buahPersea americanaMill. ... 8

6. Khasiat dan kegunaan ... 9

B. Anatomi dan Fisiologi Hepar ... 9

C. Kerusakan Hati... 10 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 20

1. Variabel utama... 20

2. Variabel pengacau ... 20

(14)

xii

C. Bahan Penelitian... 22

1. Bahan utama... 22

2. Bahan kimia ... 22

D. Alat Penelitian... 23

E. Tata cara penelitian ... 24

1. Determinasi serbuk kulit buahPersea americanaMill. ... 24

2. Pengumpulan bahan uji ... 24

3. Pembuatan serbuk kulit buahPersea americanaMill. ... 24

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit buah Persea americanaMill... 24

5. Pembuatan Infusa kulit buahPersea americanaMill... 25

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida ... 25

7. Uji pendahuluan ... 25

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji... 28

9. Pengukuran kadar Albumin... 28

F. Tata Cara Analisi Hasil ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Kulit buahPersea americanaMill. ... 30

B. Penetapan Kadar Air ... 31

C. Pembuatan Infusa Kulit buahPersea americanaMill... 31

D. Penentuan Dosis Infusa Kulit buahPersea americanaMill... 32

E. Penentuan Dosis Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB).. 32

(15)

xiii

G. Penetapan Lama Pemejanan Infusa KulitPersea americanaMill. .. 35

H. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Infusa Kulit buahPersea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 35

I. Kontrol Negatif (Olive Oil)... 37

J. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB)... 38

K. Kontrol Perlakuan (Infusa Kulit buahPersea americanaMill. dosis 1600 mg/kgBB)... 39

L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buahPersea americanaMill dosis 362,81; 761,90 dan 1600 mg/kgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB ... 39

M. Rangkuman Pembahasan ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT ...23

Tabel II. Purata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24,

dan 48 jam (n=3) ... 33

Tabel III. Hasil ujiScheffeaktivitas ALT tikus terinduksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah

jam ke-0, 24, dan 48 ... 35

Tabel IV. Purata±SE kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa

kulit buahPersea americanaMill. yang terinduksi karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB (n=5) ... 36

Tabel V. Hasil uji Scheffe kadar albumin serum tikus antar

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang mikroskopik hati ... 10

Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida ... 13

Gambar 3. Mekanisme pembentukan radikal lipid oleh radikal CCl3... 14

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi

karbon tetraklorida... 15

Gambar 5. Diagram batang purata kadar Albumin serum tikus

praperlakuan infusa kulit buahPersea americanaMill. 1x sehari

selama 6 hari terinduksi karbon tetraklorida 2 Ml/kgBB ... 34

Gambar 6. Diagram batang purata kadar albumin serum tikus

praperlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill.

1x sehari selama 6 hari terinduksi karbon tetraklorida

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto kulit dan bijiPersea americanaMill. ... 52

Lampiran 2. Foto serbuk kulit buahPersea americanaMill ... 52

Lampiran 3. Foto pembuatan infusa kulit buahPersea americanaMill ... 53

Lampiran 4. Foto infusa kulit buahPersea americanaMill ... 53

Lampiran 5. Surat pengesahan determinasi kulitPersea americanaMill .... 54

Lampiran 6. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee ... 55

Lampiran 7. Hasil pengujian kadar air serbuk simplisia kulit buahPersea americanaMill. ... 56

Lampiran 8. Analisis statistik aktivitas serum ALT pada uji pendahuluan Penentuan waktu pencuplikan darah ... 57

Lampiran 9. Analisis statistik kadar serum albumin perlakuan infusa kulit buahP. americana Mill. setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kg BB ...60

(19)

xvii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa jangka panjang kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin serum.

Jenis penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak dalam 6 kelompok yang sama banyak. Kelompok I (Kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB yang dilarutkan dalamolive oilsecara intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dengan dosis 2ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III kontrol sediaan infusa) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari. Kelompok IV, V, dan VI (perlakuan) diberi infusa kulit buahPersea americana Mill. dengan seri dosis 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari secara berturut-turut pada jam yang sama, kemudian setelah pemberian infusa dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Pada jam ke-24 pasca induksi karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk pengukuran kadar albumin. Data pada penelitian ini dianalisis statistik dengan menggunakan metode ANOVA satu arah dilanjutkan analisis dengan dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan ujiScheffe.

Berdasarkan hasil penelitian, infusa kulit buah Persea americana Mill. 362,81 mg/kgBB memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar albumin serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.

(20)

xviii ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the effect of long term infusionof avocado’s peels (Persea americanaMill.) to the male rats strain Wistar induced with carbon tetrachloride (CCl4) by observing the increase of albumine

serum level, also to determine whether the relationship between increasing doses ofPersea americanaMill. peels to an increase of serum albumine level or not.

This study is a pure experimental with randomized design complete with its unidirectional pattern. The subjects of this study were male rats of Wistar strain, aged 2-3 months, and ± 150-250 gram for its weight. The rats were divided into six groups randomly, each group consist of five rats. Group I (hepatotoxin control) was given with carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p. Group II (negative control) was given with olive oil 2 mL/kgBB i.p. Group III (infusa control) was given with infusion Persea americana Mill. peels with the highest dose 1600 mg/kgBB continuously for six days. Group IV, V, and VI were given with infusa of Persea americana Mill. peels orally, the dose were 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB per day for six days continuously at the same time, then all of these groups were induced with carbon tetrachloride 2 ml/kgBB i.p. Twenty four hours after induced carbon tetrachloride, all the groups’blood was collected from sinus orbitalis to measure the albumine serum level. The data from this research was analyzed statistically using ANOVA one way method.

Based on the result of this research, infusion of Persea americana Mill. peels 362,81 mg/kgBB gave effect for increasing albumine serum level of rats induced with carbon tetrachloride. There is no relationship between increasing dose with the increasing of serum albumine level of rat induced carbon tetrachloride.

(21)

1

BAB I

PENGANTAR A. Latar Belakang

Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di tubuh yang membentuk

2% dari berat tubuh total. Hati menerima 1500 mL darah per menit atau sekitar

28% dari curah jantung, agar dapat melaksanakan fungsinya. Hati melakukan

berbagai proses metabolik. Hati mempunyai peranan besar serta memiliki lebih

dari 500 fungsi antara lain menampung darah, membersihkan darah untuk

melawan infeksi, memproduksi dan mensekresikan empedu, membantu menjaga

keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat), membantu metabolisme

lemak, membantu metabolisme protein, metabolisme vitamin dan mineral,

menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi), mempertahankan suhu

tubuh (Wijayakusuma, 2008). Berdasarkan fungsinya yang sangat penting,

kesehatan dari hati haruslah terjaga dengan baik.

Penyakit hati telah menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan

kematian di seluruh dunia. Menurut Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009),

prevelensi perlemakan hati di Indonesia sebesar 30,6%. Kerusakan hati telah

banyak diderita di dunia. WHO (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2004

kanker hati mengakibatkan kematian pada 610.000 orang. Kanker dapat

diakibatkan karena senyawa karsinogen kimia ataupun karsinogen biologis

seperti infeksi bakteri, virus, maupun parasit. Menurut WHO (2013), 500 juta

(22)

membunuh 1,5 juta manusia. Dari angka ini, dapat disimpulkan bahwa prevalensi

penyakit hati mengancam masyarakat tinggi.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model dalam

kerusakan hati adalah karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida dapat

menyebabkan perlemakan hati (Hodgson, 2010). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh (Ahmed, Alam, Varshney, dan Khan, 2001) melaporkan bahwa

pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatnya purata

aktivitas ALT serum serta terjadinya penurunan purata kadar albumin serum

sebesar 25,87% dari kontrol.

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor).

Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat senyawa yang

dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul

yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Cara yang mudah

untuk mencegah atau mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas radikal

bebas yaitu dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung

antioksidan (Winarsi, 2007).

Umumnya, bahan alam berasal dari tanaman. Persea americana Mill. atau

dikenal dengan sebutan alpukat merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur

didaerah tropis seperti di Indonesia. Namun, sebagian besar mayarakat

memanfaatkan alpukat pada buahnya saja sedangkan bagian lain seperti biji dan

(23)

Moreira, dan Barreira (2013) menunjukkan bahwa kulit Persea americanaMill.

mengandung flavonoid, asam askorbat (vitamin C), vitamin E, karotenoid.

Pada penelitan Yoseph (2013), sudah dibuktikan bahwa biji Persea

americana Mill. memiliki efek nefroprotektif yaitu sebagai pelindung organ

ginjal dari senyawa toksik. Telah dibuktikan juga oleh Putri (2013) bahwa

pemberian infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif

(pelindung organ hati) terhadap kadar ALT-AST serum tikus terinduksi karbon

tetraklorida. Dengan kemampuan antioksidan yang dimiliki biji Persea

americana Mill. ini dimungkinkan juga kulit buah Persea americana Mill.

memiliki kandungan antioksidan yang dapat berperan sebagai pelindung organ

hati dari senyawa toksik. Salah satu penanda serum disfungsi hati yaitu albumin.

Adanya hepatotoksisitas dapat menyebabkan penurunan produksi albumin dihati.

Uji albumin dapat mengukur kemampuan hati dalam sintesis protein (Singh,

Bhat, Sharma, 2011).

Penelitian terkait alpukat hanya sebatas daun dan buahnya saja, padahal

kulit alpukat juga mempunyai kandungan antioksidan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian jangka panjang infusa

kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan

galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pada penelitian ini juga ingin

mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit

buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin serum tikus terinduksi

(24)

Pada penelitian dilakukan pemberian kulit buah Persea americana Mill.

dalam bentuk sediaan infusa, yaitu dibuat dengan cara menyeduh serbuk kulit

buahPersea americanaMill. menggunakan air panas.

1. Rumusan masalah

a. Apakah pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americanaMill.

memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida?

b. Apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea

americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus galur

Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida?

2. Keaslian penelitian

Sebelumnya pernah dilakukan penelitian yang berhubungan

denganPersea americana Mill. diantaranya :

1. Anggraeni (2006) melaporkan pemberian infusa biji alpukat (Persea

americanaMill.) 0,315 g/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Carpena, Morcuende, Andrade, Kylli, dan

Everest (2011). Penelitian ini melakukan uji secara in vitro mengenai

aktivitas antioksidan, anti mikroba bijiPersea americanaMill.

3. Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea

americana Mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal

(25)

4. Putri (2013) melaporkan pemberian jangka panjang infusa biji Persea

americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif terhadap aktivitas

ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait

dengan pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill.

terhadap kadar albumin serum tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon

tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai pengaruh

pemberian jangka panjang infusa kulit buahPersea americanaMill. terhadap

kadar albumin.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

terutama penderita gangguan hati tentang penggunaan infusa kulit buah

Persea americanaMill. untuk meningkatkan kadar albumin.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah

Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur

(26)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea

americanaMill. jangka panjang terhadap peningkatan kadar albumin pada

tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

b. Mengetahui apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit

buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin pada

(27)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Alpukat (Persea americanaMill.) 1. Sinonim

Laurus persea. L, Persea drymifolia Schlecht.&cham, Persea gratissima

Gaertn.f, Persea nubigenaL.O.Williams, Persea persea (L.) Cockerel (Yasir,

Das dan Kharya, 2010).

2. Nama Daerah

alpokat (Jawa Tengah), alpuket, jambu wolanda (Jawa Barat),advokat, jamboo

mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung), boah pokat, jamboo pokat

(Batak) (Rukmana, 1997).

3. Nama Asing

advocat, avocatier, alligator pear, avocado pear (Inggris), poire d’avocat

(Prancis), abacate (Portugal), aguacate palta (Spanyol) (Rukmana, 1997).

4. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliopsida

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus :PerseaMill.

(28)

Persea americana Mill. merupakan pohon berkayu yang tumbuh

menahun (perennial). Ketinggian tanaman antara 3-10 meter, batang

berlekuk-lekuk dan bercabang banyak, ranting berambut halus, serta berdaun rimbun.

Daunnya tumbuh tunggal dan berbentuk bulat panjang dengan tepi rata atau

berombak, letak daun agak tegak, dan permukaannya licin sampai agak kasar.

Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting. Struktur

bunga kelamin dua (hermaphrodite) dan persariannya dibantu oleh lebah madu

karena bunganya mempunyai nektar dan staminod yang berfungsi sebagai alat

pemikat serangga (Rukmana, 1997).

5. Kandungan kulitPersea americanaMill.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mokodompit, Edy, dan Wijoyo

(2013), kulit buahpersea americana Mill. memiliki kandungan, flavonoid, tannin

yang berkhasiat sebagai antioksidan dalam penelitian ekstrak kulit Persea

americana Mill. dalam krim tabir surya. Kulit Persea americana Mill. juga

mengandung karotenoid, asam askorbat (vitamin C), dan vitamin E, senyawa

fenolik serta kulit buah Persea americana Mill. memiliki kadar air, kadar abu

yang lebih tinggi dari pada biji dengan kandungan karotenoid, dan vitamin C yang

lebih tinggi dari biji (Vinha, dkk., 2013).

6. Khasiat dan kegunaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vinha, dkk., (2013).

dilaporkan bahwa kandungan kulit buah Persea americana Mill. yaitu flavonoid

dan fenolat dapat mengurangi pembentukan radikal bebas. Kulit Persea

(29)

Bagi tubuh, Persea americana Mill. dapat menurunkan tekanan darah

pada keadaan hipertensi dan mereduksi kadar kolesterol, glukosa, urea dan

sodium (Kate and Lucky, 2009).

B. Anatomi dan Fisiologi Hepar

Hepar atau hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat

sekitar 1300-1500 gram. Fungsi utama organ hati adalah metabolisme (Wibowo

dan Paryana, 2009). Sel-sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati

dapat terganggu akibat beberapa penyakit serta paparan senyawa. Hepar

merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksin, adanya

pengaruh negatif paparan senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel dan

jaringan hepar (Price and Wilson, 2006). Sel-sel yang membawa darah menuju

hati ini sering bersifat toksik dan tidak membawa oksigen yang memperbesar

kemungkinan terjadinya kerusakan hati (Wibowo dan Paryana, 2009).

Hepar terdiri dari unit-unit fungsional (Gambar 1.) yang biasa disebut

lobules yang berupa susunan jaringan berbentuk heksagonal yang mengelilingi

vena sentral. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari

perifer lobules menuju sinusoid. Hepar menerima darah dari dua sumber yaitu

darah arteri yang menyediakan O2 bagi hati dan mangandung metabolit darah

untuk diproses oleh hati, disalurkan oleh arteri hepatika; dan darah vena yang

berasal dari saluran cerna yang dibawa oleh vena porta hepatika untuk pemrosesan

(30)

Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)

Hepar memiliki kerja yang sangat penting seperti pengambilan

komponen makanan yamg diantarkan dari saluran cerna melalui pembuluh porta

ke dalam hepar, tempat biosintesis senyawa-senyawa dalam tubuh, penyimpanan,

perubahan dan pemecahan menjadi molekul yang dapat dieksresikan,

menyediakan secara tetap metabolit dan bahan-bahan pembentuk yang kaya

energi bagi organisme (metabolisme), detoksifikasi senyawa-senyawa toksik

melalui biotransformasi, dan ekskresi bahan-bahan bersama-sama dengan

empedu, dan pembentukan serta pemecahan dari banyak komponen plasma darah.

C. Kerusakan Hati

Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kimia

(hepatotoksin) dan ditandai atau dicirikan dalam dua cara yaitu akumulasi lemak

atau kematian sel-sel hati. Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan

tanda-tanda umum toksisitas hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang

(31)

sejumlah zat kimia. Pada kasus sirosis, suatu kondisi hati yang cukup dikenal,

sejumlah besar sel hati hancur akibat penyalahgunaan alkohol secara kronis

hepatitis viral atau akibat agen kimia yang dapat menyerang sel-sel hati.

Banyaknya jumlah hepatosit yang mati memungkinkan hati tidak akan mampu

menggantinya. Hal ini tentunya akan menyebabkan gagal hati dan pada akhirnya

menyebabkan kematian ( Ester, 2005).

Adapun macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi

akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain :

1. Perlemakan hati (Steatosis)

Ditandai dengan adanya lipid pada hati membentuk lesi seperti

yang ditimbulkan oleh etionin, fosfor, atau tetrasiklin. Karbon tetraklorida

dapat menyebabkan perlemakan hati melalui penghambatan sintesis satuan

protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserid dengan

lipoprotein (Hodgson, 2010).

2. Nekrosis hati

Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk

dalam kerusakan jangka pendek. Kematian sel ini ditandai dengan edema

sitoplasma, dilatasi reticulum endoplasma, dan disagregasi polisom. Didaerah

terjadinya nekrosis terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan juga

neutrofil di daerah terjadinya kerusakan tersebut (Hodgson, 2010).

3. Kolestatis

Kolestatis merupakan jenis kerusakan hati jangka pendek yang

(32)

merupakan penekanan atau penghentian aliran empedu yang disebabkan oleh

faktor dalam atau luar dari hepar. Adanya peradangan tersebut menyebabkan

akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin (Hodgson, 2010).

4. Sirosis

Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya

kolagen diseluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Hal

ini terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang

menyebabkan terjadi akumulasi yang menghambat aliran darah, metabolisme

hepar dan detoksifikasi (Hodgson, 2010).

D. Hepatotoksin

Ada dua macam tipe kerusakan hati oleh obat dan senyawa, yaitu :

1. Hepatotoksin teramalkan (tipe A)

Obat atau senyawa dalam jumlah yang cukup dapat menimbulkan

efek toksik pada sebagian besar orang yang menelan obat atau senyawa

tersebut. Hepatotoksin teramalkan bergantung pada dosis pemberian. Contoh

dari hepatotoksin teramalkan adalah parasetamol dan karbon tetraklorida

(Forrest, 2006).

2. Hepatotoksin tak teramalkan (tipe B)

Obat atau senyawa tidak bersifat toksik pada hati tetapi

pemberiannya pada beberapa orang tertentu dapat menimbulkan efek toksik.

Karenanya hepatotoksin ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh

(33)

E. Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi

simplisia nabati dengan air selama 15 menit suhu 90oC (Badan pengawas

Obat dan Makanan, 2013). Pembuatan infusa dengan cara mencampur

simplisia dengan derajat halus sesuai dalam panci dengan air secukupnya,

kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai

dari suhu mencapai 90oC sambil diaduk berkali-kali. Saring dalam keadaan

masih panas dengan menggunakan kain flannel, kemudian tambahkan air

panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang

dikehendaki (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia, 1995).

F. Karbon tetraklorida

Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Karbon tetraklorida (Gambar 2.) merupakan senyawa model yang dapat

mengakibatkan perlemakan dan nekrosis pada hepar Akibat pemejanan karbon

tetraklorida (CCl4) dalam jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya

sirosis dan tumor hati (Timbrell, 2009). Karbon tetraklorida jika dikonversikan

(34)

triklorometilperoksi (CC3O2•) yang sifatnya lebih reaktif (Gambar3.). Nekrosis

yang terjadi karena karbon tetraklorida yang paling parah pada centrilobularsel

hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi

bertanggung jawab mengaktifkan CCl4(Hodgson, 2010).

Keterangan :

LH = Lipid tidak jenuh

●L = Radikal lipid

Gambar 3. Mekanisme Pembentukan Radikal Lipid oleh Radikal CCl3 (Donatus, 2001)

Setelah terpapar oleh tubuh, karbon tetraklorida akan mengalami

metabolisme (Gambar 4) dan menyebabkan metabolit radikalnya akan berikatan

kovalen dengan jaringan sekitar seperti protein dan lemak. Senyawa radikal

tersebut akan mengakibatkan peroksidasi lipid dan mengawali terjadinya

steatosis. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya produksi lipoprotein dan

(35)

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)

G. Albumin

Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan menyusun

sekitar 60% dari total plasma. Sekitar 40% dari albumin terdapat dalam plasma,

dan 60% lainnya ditemukan di ekstravaskuler. Albumin diproduksi oleh hati yang

mewakili 50% dari produksi protein hepatik. Konsentrasi serum albumin normal

yaitu berkisar antara 3,5-5 g/dL (Belfort, Soade Foley, Phelan and Dildy, 2010).

Albumin didistribusikan antara intravaskular (40%) dan ekstravaskular

(60%). Albumin mengikat sejumlah zat endogen dan eksogen termasuk bilirubin,

kalsium, edotoksin dan obat-obatan tertentu seperti digoxin, warfarin, beberapa

antibiotik. Albumin melarutkan dan menghantarkan banyak molekul-molekul

kecil dalam darah, merupakan tempat penyimpanan protein, dan merupakan

(36)

secara bebas melintas antara ruang intravaskular dan ekstravaskular (Belfort, et

al.,2010).

Albumin juga memiliki peran dalam modulasi koagulasi, dengan

mekanisme mengikat asam arakidonat sehingga menghambat sintesis tromboksan

A2. Kadar albumin darah merupakan hasil kecepatan sintesis hati dikurangi

kecepatan degradasi dan distribusi albumin kedalam ruang intra dan ekstravakular.

Albumin membantu dalam pengangkutan obat dan ligan (Liumbruno,

Bennardello, Lattanzio, Piccoli, dan Rossetti, 2009).

H. Sintesis Albumin

Sintesa albumin terutama dihati yaitu sebanyak 9-12 g/hari pada orang

dewasa normal dan merupakan 25% dari total protein setiap hari. Katabolisme

albumin terjadi di sel hati, di mana sebanyak ± 15% albumin yang telah tua

usianya akan diurai kembali menjadi bebagai komponen asam amino yang

kemudian siap digunakan untuk berbagai sintesis protein yang dibutuhkan tubuh.

sisanya sebanyak 40 disel otot dan kulit. Distribusi albumin terjadi di dalam

pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah (cairan interstitial). Pada sirosis

hati akan dijumpai rendahnya produksi albumin (Liumbrunoet al., 2009).

Sintesis albumin membutuhkan mRNA untuk proses translasi, suplai

yang cukup asam amino yang diaktivasi dengan berikatan dengan tRNA, ribosom

untuk pembentukan, dan energi dalam membentuk ATP. Sintesa albumin dimulai

di dalam nukleus, di mana gen ditranskripsikan ke dalam messenger ribonucleid

(37)

berikatan dengan ribosom, membentukpolysomesyang mensintesa preproalbumin

(Liumbrunoet al., 2009).

Penurunan konsentrasi albumin serum dapat terjadi melalui dua cara

yaitu albumin hilang dari tubuh dalam jumlah besar (perdarahan, renal,

gastrointestinal, eksudasi kulit yang berat) atau terjadi penurunan produksi

albumin (hepatic insufficiency, malnutrisi). Penyebab lain rendahnya albumin

adalah karena adanya paparan senyawa toksin yang masuk ke dalam tubuh

(Liumbrunoet al., 2009).

Berdasarkan penelitian Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani,

Zakiah, dan Manalu (2007) menyatakan bahwa kadar protein total secara

keseluruhan menurun dibanding kontrol. Terkait dengan fungsi hati dalam

mensintesis protein, jika sel-sel hati mengalami kerusakan maka kemampuan hati

dalam mensintesis protein juga akan turun.

I. Landasan Teori

Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar

1300-1500 gram. Sel-sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati

dapat terganggu akibat beberapa penyakit serta paparan senyawa. Hepar

merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksin, adanya

pengaruh negatif paparan senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel dan

jaringan hepar (Price and Wilson, 2006).

Karbon tetraklorida merupakan senyawa model untuk kerusakan di hepar.

Perlemakan hati dapat terjadi karena adanya induksi senyawa toksik tertetu,

(38)

enzim sitokrom P-450 akan menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3•)

kemudian akan membentuk radikal triklorometilperoksi (OOCCl3•) yang lebih

reaktif (Timbrell, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et

al., 2001 diketahui bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan

meningkatkan rata-rata aktivitas ALT serum dan penurunan rata-rata kadar

albumin serum sebesar 25,87% dari rata-rata kadar albumin kontrol. Pada

penelitian ini dilakukan pengukuran kadar albumin dalam darah. Albumin

merupakan serum yang sering digunakan untuk melihat kerusakan sel hati (Singh

et al.,2011). Adanya hepatotoksisitas dapat menyebabkan terjadinya penurunan

produksi albumin dhati (Singhet al.,2011).

Pernah dilakukan penelitian terkaitPersea americanaMill. yang diketahui

memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas (Malangngi et al.,2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Vinha et al.,2013) menunjukkan

bahwa kulit alpukat atau Persea americana Mill. mengandung flavonoid, asam

askorbat (vitamin C), vitamin E, karotenoid. Telah dibuktikan bahwa pemberian

jangka panjang infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek nefroprotektif

yaitu sebagai pelindung organ ginjal dari senyawa toksik (Yoseph, 2013).

Pemberian jangka panjang infusa bijiPersea americanaMill. juga memiliki efek

hepatoprotektif (pelindung organ hati) terhadap aktivitas ALT-AST serum pada

tikus terinduksi karbon tetraklorida (Putri, 2013).

Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian infusa kulit buah

Persea americana Mill dapat memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar

(39)

kekerabatan antara peningkatan dosis kulit buah Persea americana Mill. dengan

peningkatan kadar albumin.

J. Hipotesis

Infusa kulit buah Persea americana Mill. dalam penggunaan jangka

panjang dapat memberikan pengaruh terhadap kadar albumin pada tikus jantan

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Adanya kekerabatan antara

peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar

(40)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan

acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabelvariabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variasi dosis pemberian infusa kulit buah Persea americana

Mill. pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon

tetraklorida.

b. Variabel tergantung

Peningkatan kadar albumin tikus jantan galur Wistar yang

terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian jangka panjang

infusa kulit buahPersea americanaMill.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

Kondisi hewan uji yaitu tikus jantan galur Wistar, berat

badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan, frekuensi waktu

pemberian infusa kulit buahPersea americanaMill. selama 6 hari dan

cara pemberian infusa yaitu secara peroral serta bahan kulit buah

(41)

b. Variabel pengacau tak terkendali

Kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar yang

digunakan sebagai hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Infusa kulitPersea americanaMill.

Infusa serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

didapatkan dengan cara menginfundasi 8 gram serbuk kering kulit

buah Persea americana Mill. dalam 100,0 mL air pada suhu

90oC selama 15 menit.

b. Pemberian jangka panjang

Didefinisikan sebagai pemberian infusa kulit buah Persea

americana Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut

dalam waktu pemberian yang sama.

c. Peningkatan kadar albumin pada serum tikus

Peningkatan kadar albumin pada serum tikus merupakan

kemampuan infusa kulit buah Persea americana Mill. pada dosis

tertentu untuk menaikkan kadar albumin pada serum tikus jantan

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

d. Dosis efektif infusa kulitPersea americanaMill.

Dosis efektif merupakan sejumlah gram per kilogram berat

badan (g/kgBB) infusa kulit buah Persea americana Mill. yang

(42)

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan

galur Wistar dengan berat badan 150 250 gram dan berumur 2 3

bulan yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah Persea americana yang

diperoleh dari depot es Teller 77 di Ambarukmo Plaza Yogyakarta

pada bulan Juni 2014.

2. Bahan kimia

a. Senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang

diperoleh dari laboratorium kimia organik Fakultas Farmasi Sanata

Dharma Yogyakarta.

b. Pelarut senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah Olive Oil merk

Bertolli®.

c. Kontrol negatif yang digunakan adalahOlive Oil merk Bertolli®.

d. Pelarut untuk infusa digunakan aquadest yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Blanko pengukuran aktivitas ALT yang digunakan pada orientasi

waktu pencuplikan darah adalah aqua bidestilata yang diperoleh dari

Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental Fakultas Farmasi

(43)

f. Reagen serum ALT

Reagen serum yang digunakan dalam orientasi waktu pencuplikan

darah hewan uji adalah reagen ALT DiaSys, yang di peroleh dari Alfa Kimia

Yogyakarta.

Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain oven,

mesin penyerbuk, ayakan, panci enamel, termometer, stopwatch, beaker

glass, gelas ukur, cawan porselen, penangas air, kain flannel, tabung reaksi,

labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk, timbangan analitik Mettler

Toledo®, sentrifuge, vortex, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc

Terumo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, Microlab 200 Merck®, dan

(44)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi serbuk kulitPersea americanaMill.

Determinasi dilakukan dengan mencocokkan serbuk kulit Persea

americanaMill. yang diperoleh dari depot es Teller 77 di AMbarukmo Plaza

Yogyakarta dengan serbuk kulit Persea americana Mill. pembanding yang

dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah kulit buahPersea americana Mill.

berwarna hijau, masih segar dan tidak busuk serta telah di pisahkan dari

sisa-sisa daging buahnya.

3. Pembuatan serbuk kulitPersea americanaMill.

Kulit buah Persea americana Mill. dicuci bersih dan dipisahkan dari

sisa daging buahnya. Setelah itu, kulit dirajang tipis lalu diangin – anginkan

kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 500C selama 24 jam. Setelah

kulit benar-benar kering, kulit dihaluskan dan diayak dengan ayakan nomor

40.

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

Serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang sudah diayak,

dimasukkan sebanyak ± 5 gram ke dalam alat moisture balance kemudian

(45)

sebelum pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 1050C.

Serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang sudah dipanaskan

ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B).

Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B

yang merupakan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill. Proses

penetapan kadar air dilakukan oleh Laboratorium Penelitian dan Pegujian

Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

5. Pembuatan infusa kulit buahPersea americanaMill.

Infusa kulit buah Persea americana Mill. dibuat dengan

konsentrasi 8 %. Sebanyak 8 g serbuk kering kulit buah Persea americana

Mill. dibasahi terlebih dahulu dengan 16 ml aquadest kemudian

ditambahkan dengan 100,0 ml aquadest. Campuran ini kemudian dipanaskan

diatas heater selama 15 menit dengan suhu 90oC. Waktu 15 menit

terhitung saat campuran mencapai suhu 90oC.Setelah 15 menit, campuran

tersebut diambil dan disaring menggunakan kain flannel kemudian

tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume

infusa kulit buahPersea americanaMill yang dikehendaki.

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida

Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan perbandingan karbon

tetraklorida : pelarut adalah 1:1, sehingga konsentrasi larutan karbon

tetraklorida yang digunakan adalah 50% (Janakat dan Al-Merie, 2002).

(46)

7. Uji Pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Penetapan dosis karbon tetraklorida digunakan sebagai

hepatotoksin mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002),

Dosis karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi

kerusakan hati pada tikus galur Wistar adalah 2 mL/kgBB diberikan

secara intraperitonial. Dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus

jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT namun

tidak menimbulkan kematian pada hewan uji (Wijayanti, 2013).

b. Penetapan dosis infusa kulit buah Persea americanaMill.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Putri, 2013),

dosis infusa biji Persea americana Mill. dengan dosis 362,81; 761,90;

1600 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif terhadap kadar ALT-AST

serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Peringkat dosis

didasarkan pada pengobatan yang biasa digunakan pada masyarakat

yaitu ± 2 sendok makan (4 g) serbuk biji Persea americanaMill. yang

direbus dengan 250 ml air. Maka dosis perlakuan yang digunakan

adalah 4 g/70 kgBB manusia. Konversi dosis tikus (manusia 70 kg ke

tikus 200g) = 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 4g = 0,72 g/200

g BB = 360 mg/kgBB sebagai dosis rendah.Konsentrasi maksimal

infusa biji Persea americana Mill. yang dapat dibuat adalah 8 g/ 100

(47)

volume maksimal pemberian infusa secara p.o = 4 ml. Berdasarkan

perhitungan :

D x 200 g = 8 g/ 100ml x 4 ml

D = 1600 mg/kgBB, dosis ini disebut dosis tinggi perlakuan.

Untuk mendapatkan dosis tengah perlakuan, terlebih dahulu dihitung

faktor kelipatan dari dosis rendah dan dosis tinggi yang sudah

diperoleh.

Perhitungan faktor kelipatan adalah sebagai berikut :

N = Jumlah peringkat dosis yang digunakan. Penelitian ini

menggunakan 3 peringkat dosis maka n = 3, sehingga perhitungannya

sebagai berikut :

Berdasarkan faktor kelipatan yang diperoleh maka dosis tengah dan

dosis rendah perlakuan ditentukan sebagai berikut,

D = 1600 mg/ kgBB : 2,1 = 761,90 mg/ kgBB (dosis tengah)

(48)

Oleh karena itu peneliti menggunakan dosis yang sama untuk

pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill.

yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap kadar albumin tikus

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

c. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi

dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke0, 24, dan

48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap kelompok perlakuan

terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui

pembuluh sinus orbitalis mata kemudian diukur aktivitas ALT.

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur

Wistar yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak.

Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial.

Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil sebanyak 2

mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol infusa)

diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis tinggi 1600

mg/kgBB secara per oral setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari,

kemudian diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok

perlakuan) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan seri

dosis 1600; 761,90; dan 326,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari

(49)

pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan pemberian

karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian

karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus

orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin.

9. Pengukuran kadar albumin

Pengukuran kadar albumin serum dilakukan di Laboratorium

Parahita, Yogyakarta. Kadar albumin dinyatakan dalam satuan mg/dL.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Kadar albumin pada perlakuan diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk

mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi

data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way

ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan

masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat

perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau

(50)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka

panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar

albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pada

penelitian ini juga akan dilihat apakah ada atau tidaknya kekerabatan antara

peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan peningkatan

kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

Hasil penelitian yang akan dibahas adalah sebagai berikut determinasi

kulit Persea americana Mill., penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea

americanaMill., pemeriksaan kadar albumin serum.

A. Determinasi Kulit BuahPersea americanaMill.

Tahap awal penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan terhadap kulit

buah Persea americana Mill. yang diperoleh dari depot es Teller 77 di

Ambarukmo Plaza Yogyakarta pada bulan juni 2014 melalui determinasi.

Determinasi ditujukan untuk memastikan bahwa serbuk Persea americana Mill.

yang digunakan pada penelitian ini adalah benar Persea americana Mill.

Determinasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis dan

mikroskopis serbuk uji pembandingnya yang dibuat mandiri di laboratorium

Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Hasil

determinasi ini diperoleh bukti bahwa serbuk Persea americana Mill. yang

(51)

B. Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang

terkandung dalam serbuk simplisia kulit buah Persea americana Mill. yang

selanjutnya akan dinyatakan dalam satuan persen. Salah satu persyaratan kadar air

serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan, 1995).

Pengujian penetapan kadar air memperoleh hasil kadar air rata-rata dari

serbuk kulit buah P. americana 7,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa serbuk kulit buah P.americana telah memenuhi syarat serbuk yang baik

yang telah ditetapkan.

C. Pembuatan Infusa Kulit buahPersea americanaMill.

Metode infusa dipilih peneliti sebagai cara ekstraksi serbuk kulit buah

Persea americana Mill. karena proses pembuatan infusa memiliki prinsip yang

sama dengan cara penggunaan serbuk biji Persea americana Mill. yang lazim

digunakan masyarakat. Pada penelitian ini digunakan aquadest sebagai pelarut

pada pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. Hal ini mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh Avista (2013) membuktikan bahwa penggunaan

aquadest sebagai pelarut infusa daun S. mahagoni tidak memberikan pengaruh

terhadap aktivitas serum ALT dan AST.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoseph (2013) dan juga

penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) diperoleh konsentrasi maksimal

serbuk biji Persea americanaMill. yang mampu menghasilkan infusa adalah 8 g

(52)

dalam 100 mL aquadest adalah sejumlah ±80 mL infusa serbuk biji Persea

americana Mill. yang selanjutnya ditambahkan sejumlah aquadest panas melalui

ampas proses infundasi sehingga diperoleh hasil volume total infusa sebesar 100

mL.

D. Penentuan Dosis Infusa Kulit buahPersea americanaMill.

Tujuan penetapan dosis infusa adalah untuk menetapkan banyaknya

pemejanan infusa sebagai bahan yang hendak dilihat pengaruhnya pada kelompok

perlakuan. Penetapan dosis yang digunakan peneliti mengacu pada penelitian

yang dilakukan oleh Putri (2013) yang menetapkan dosis rendah adalah dosis

penggunaan serbuk biji Persea americana Mill. dimasyarakat 2 sendok makan

(4g) bijiPersea americanaMill. yang direbus dengan 250 mL air, maka dianggap

dosis penggunaan pada manusia adalah 4 g/70 kgBB sehingga dosis

dikonversikan penggunaannya pada tikus dan diperoleh konversi dosis pada tikus

yaitu 362,81 mg/kgBB. Penelitian ini menggunakan tiga peringkat dosis dengan

faktor pengali sebesar 2,1. Hasil perhitungan dosis diperoleh tiga peringkat dosis

secara berturut-turut yaitu 362,81; 761,90; dan 1600 mg/kgBB. Oleh karena itu

peneliti menggunakan dosis yang sama untuk melihat pengaruh pemberian jangka

panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin tikus

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

E. Penentuan Dosis Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB)

Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida adalah untuk

menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat mengakibatkan kerusakan hepar

(53)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al., (2001) dilaporkan

bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatkan purata

aktivitas ALT serum serta terjadinya penurunan purata kadar albumin serum

sebesar 25,87% dari kontrol.

Pemejanan terhadap karbon tetraklorida dapat mengakibatkan perlemakan

(steatosis) pada hepar (Timbrell, 2009). Dosis hepatotoksin yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Janakat dan

Al-Merie (2002), yang membuktikan bahwa dosis karbon tetraklorida yang

menyebabkan hepatotoksik yaitu dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial.

F. Penentuan Waktu Pencuplikan Darah

Penentuan waktu pencuplikan darah ini dilakukan untuk mengetahui

waktu dimana karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB mampu memberikan efek

kerusakan hati (hepatotoksik) yang maksimal berdasarkan peningkatan aktivitas

ALT tertinggi pada hewan uji pada waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2

mL/kgBB diinduksikan pada tikus jantan galur Wistar, dan dilakukan pencuplikan

darah pada sinus orbitalis hewan uji pada jam ke-0, 24, dan 48. Berdasarkan uji

diatas, diperoleh data aktivitas ALT masing-masing tertera pada Tabel. II dan

Gambar 5.

Tabel. II. Purata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)

(54)

Gambar 5. Diagram batang purata kadar ALT tikus setelah diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0, 24, dan 48

Berdasarkan tabel II dan gambar 5, hasil analisis variansi satu arah data

aktivitas ALT tikus menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang artinya

ketiga kelompok tersebut memliliki perbedaan. Dilakukan juga uji menggunakan

Scheffeuntuk melihat kebermaknaan antar kelompok yang ditunjukkan pada tabel.

III.

Tabel. III. Hasil ujiScheffeaktivitas ALT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Waktu pencuplikan (jam

ke-) 0 24 48

0 BB TB

24 BB BB

48 TB BB

Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05); TB = Berbeda tidak bermakna

(p>0,05)

Pada Tabel III dan gambar 5, hasil uji Scheffe menunjukkan peningkatan

aktivitas ALT serum yang terjadi pada selang waktu pencuplikan jam ke 24 yang

terjadi adalah signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan dengan data

(55)

memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap jam ke-48. Artinya, aktivitas

ALT pada jam ke-24 memberikan kenaikan yang maksimal, selanjutnya pada jam

ke-48 telah kembali normal seperti pada jam ke-0. Berdasarkan analisa tersebut

ditetapkan aktivitas puncak ALT setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2

mL/kgBB pada jam ke 24 dan dijadikan sebagai waktu pencuplikan darah.

Penurunan kadar albumin sebesar 24, 398% dari nilai normal kontrol olive oil.

G. Penetapan Lama Pemejanan Infusa Kulit BuahPersea americanaMill.

Penetapan lama pemejanan infusa kulit buah Persea americana Mill.

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Windrawati (2012) efek proteksi

ekstrak air daun Macaranga tanarius L. pada tikus yang terinduksi karbon

tetraklorida, diberikan praperlakuan pemejanan ekstrak air daun Macaranga

tanarius L. selama enam hari berturut-turut dan pada hari ke tujuh diinduksikan

senyawa toksin karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB untuk

mengkondisikan kerusakan hepar.

H. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Infusa Kulit BuahPersea americanaMill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meninjau peningkatan kadar

albumin serum tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2

mL/kgBB yang sebelumnya telah dipejankan infusa kulit buahPersea americana

Mill. satu kali sehari selama enam hari beturut-turut untuk melihat pengaruh

infusa jangka panjang kulit buahPersea americana Mill. terhadap kadar albumin.

Berdasarkan data kadar albumin serum yang dianalisis dengan analisis data

(56)

bahwa antar kelompok memiliki perbedaan dengan signifikansi 0,000 (p≤0,05).

Kebermaknaan perbedaan antar kelompok ini dibuktikan dengan uji Scheffe

(Tabel IV). Data kadar albumin serum tersaji dalam bentuk purata ±SE dalam

diagram batang serta gambar 6 berikut.

Tabel. IV. Purata ±SE kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa kulit buahPersea americanaMill. yang terinduksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5)

III Kontrol Infusa 1600 mg/kgBB 3,58±0,05

IV Infusa 362,81 mg/kgBB +

Gambar 6. Diagram batang purata kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa kulit buahPersea americanaMill. 1x sehari

(57)

Tabel V. Hasil ujiScheffekadar albumin serum tikus antar kelompok perlakuan

Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

I. Kontrol Negatif (Olive Oil)

Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada kelompok negatif (Olive

Oil). Kelompok olive oil merupakan kontrol keadaan normal serum hewan uji.

(58)

oil sebagai pelarut karbon tetraklorida secara statistik memberikan pengaruh

terhadap aktivitas serum ALT dan AST, namun aktivitas serum pada kelompok

tersebut masih termasuk ke dalam range normal serum ALT-AST tikus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Sivaraj, Elumalai, Kumar

(2009) dilaporkan bahwa pemberian olive oil tidak menyebabkan peningkatan

aktivitas ALT , yang berarti tidak menyebabkan kerusakan pada hati. Oleh karena

itu, dalam penelitian ini kontrol olive oil dapat dijadikan dasar nilai aktivitas

serum ALT dan digunakan sebagai kontrol keadaan normal kadar albumin.

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil purata kadar albumin serum sebesar

3,62 ± 0,06 mg/dL.

J. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB)

Tujuan dilakukan kontrol hepatotoksin adalah untuk mengetahui

pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB terhadap hewan uji. Karbon

tetraklorida diberikan secara intraperitonial pada hewan uji, kemudian dilakukan

pencuplikan darah pada jam ke-24 yang selanjutnya dilakukan pengukuran kadar

albumin dan dibandingkan dengan kelompok kontrololive oil.

Kadar albumin serum tikus kelompok kontrol hepatotoksin adalah sebesar

2,91±0,07 mg/dL, bila dibandingkan dengan kontrol olive oil (3,62±0,06 mg/dL)

menunjukkan kebermaknaan secara statistik (Tabel IV). Sebagai parameter

terjadinya kerusakan hepar yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan nilai

kadar albumin pada kelompok kontrol karbon tetraklorida dengan dosis 2

(59)

2002). Hal ini menunjukkan bahwa karbon tetraklorida menginduksi terjadinya

kerusakan hepar (hepatotoksik).

K. Kontrol Perlakuan (Infusa Kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB)

Kontrol perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui bahwa apakah pemberian infusa kulit buah

Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB memberikan pengaruh terhadap

penurunan kadar albumin pada hewan uji. Uji ini dilakukan dengan pemberian

infusa kulit buahPersea americanaMill. pada hewan uji secara per oral. Pada jam

ke-24 dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis kemudian pengukuran

kadar albumin. Berdasarkan pengukuran kadar albumin secara statistik diperoleh

purata kadar albumin sebesar 3,58 ± 0,59 mg/dL yang memiliki perbedaan yang

tidak bermakna (p<0,05) bila dibandingkan dengan kontrol olive oil,dengan nilai

purata kadar albumin kontrol infusa yang lebih kecil jika dibandingkan dengan

kontrol olive oil. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian

jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB

tidak mengubah nilai kadar albumin serum hewan uji.

L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buah Persea americanaMill. Dosis 362,81; 761,90 dan 1600 mg/kgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB

Pemberian perlakuan infusa kulit buah Persea americanaMill. Dilakukan

secara jangka panjang yaitu satu kali sehari selama enam hari berturut-turut

Gambar

Tabel III.Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus terinduksi karbontetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah
Gambar 1.Penampang mikroskopik hati ................................................ 10
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)
Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (DirektoratJenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Stastistik Terdakwa yang mengunakan dan Terdakwa yang menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013. Data

Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah. mendidik dan membekali ilmu pengetahuan dan para Staf Tata Usaha

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa return keenam indeks bursa saham global secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan tetapi secara individual hanya return indeks

Terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi setelah dilakukan observasi pembelajaran di SMP Negeri 4 Kota Magelang yang dirasa perlu adanya pemecahan,

• Untuk mengerjakan boneka memerlukan waktu 1jam pekerjaan tukang kayu dan 2 jam tukang poles sedang untuk kereta api diperlukan 1jam pekerjaan tukang kayu dan 1 jam

dioFij 6 Pedu &amp;pd nqopt l..

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika pembebasan tanah dalam proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar dan

sebagai pedoman kerja yang telah dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia telah tersedia,