i
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULITPersea americanaMill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN GALUR
WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Gemah Restuti Pendongane
118114031
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa jangka panjang kulit alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulitPersea americanaMill. terhadap peningkatan kadar albumin serum.
Jenis penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak dalam 6 kelompok yang sama banyak. Kelompok I (Kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB yang dilarutkan dalamolive oilsecara intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dengan dosis 2ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III kontrol sediaan infusa) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari. Kelompok IV, V, dan VI (perlakuan) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dengan seri dosis 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari secara berturut-turut pada jam yang sama, kemudian setelah pemberian infusa dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Pada jam ke-24 pasca induksi karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk pengukuran kadar albumin. Data pada penelitian ini dianalisis statistik dengan menggunakan metode ANOVA satu arah.
Berdasarkan hasil penelitian, infusa kulit Persea americana Mill. memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar albumin serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.
Kata kunci :Persea americanaMill., infusa, karbon tetraklorida, albumin.
Yogyakarta , 22 Oktober 2014 Pembimbing
ii ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of long term
infusion of avocado’s peels fruit (Persea americana Mill.) to the male rats strain Wistar induced with carbon tetrachloride (CCl4) by observing the increase of
albumine serum level, also to determine whether the relationship between increasing doses of Persea americana Mill. peels fruit to an increase of serum albumine level or not.
This study is a pure experimental with randomized design complete with its unidirectional pattern. The subjects of this study were male rats of Wistar strain, aged 2-3 months, and ± 150-250 gram for its weight. The rats were divided into six groups randomly, each group consist of five rats. Group I (hepatotoxin control) was given with carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p. Group II (negative control) was given with olive oil 2 mL/kgBB i.p. Group III (infusa control) was given with infusionPersea americanaMill. peels fruit with the highest dose 1600 mg/kgBB continuously for six days. Group IV, V, and VI were given with infusa of Persea americana Mill. peels fruit orally, the dose were 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB per day for six days continuously at the same time, then all of these groups were induced with carbon tetrachloride 2 ml/kgBB i.p. Twenty four hours after induced carbon tetrachloride, all the groups’blood was collected from sinus orbitalis to measure the albumine serum level. The data from this research was analyzed statistically using ANOVA one way method.
Based on the result of this research, infusion of Persea americana Mill. peels fruit 362,81 mg/kgBB gave effect for increasing albumine serum level of rats induced with carbon tetrachloride. There is no relationship between increasing dose with the increasing of serum albumine level of rat induced carbon tetrachloride.
i
MBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA K aMill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIK WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,
kamu akan menerimanya ..” (Matius21:22)
EVERY DAY GOD THINK OF YOU (Psalm 68:19)
EVERY HOUR GOD LOOKS AFTER YOU (Thessalonians 3:3)
EVERY MINUTES GOD CARES FOR YOU (1 Peter 5:7)
BECAUSE EVERY SECOND HE LOVES YOU (Jeremiah 31:3)
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kasih dan kekuatanku
Papah & Mamah ku tercinta
Ciciku Novita Yonatan
Kokohku Golda Esa Putra
Dan ..
vii PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa atas berkat, kasih,
anugerah, dan kuasanya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULIT BUAH
Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN
GALUR WISTAR TERINDUSKI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Papah dan mamah yang telah senantiasa mendukung, memotivasi, dan
mendoakan selalu atas pengerjaan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing dan
Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi
dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi
tersebut.
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini
yang telah memberikan saran dan dukungannya kepada penulis.
5. Ibu Dr. Erna Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini,
viii
6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam
penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi,
Biofarmasetika-Farmakokinetika, Farmakognosi-Fitokimia, Farmasi
Fisika, Imunologi, dan Kimia Organik demi kepentingan penelitian ini.
7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., atas bantuannya dalam determinasi
tanamanPersea americanaMill.
8. Ciciku Novita Yonatan dan kokohku Golda Esa Putra serta keluarga yang
telah memberi dukungan dari awal sampai akhir penelitian ini, terima
kasih atas doa dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini.
9. Pak Parjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Pak
Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak
Kayat selaku laboran Laboratorium Biokimia, Pak Wagiran selaku laboran
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Pak Agung selaku laboran
Laboratorium Farmasi Fisika, Pak Parlan selaku laboran Laboratorium
Kimia Organik, atas segala kerjasama serta bantuannya di laboratorium.
10. Teman-teman penelitian tim kulit alpukat Angeline Syahputri, Vivo
Puspitasari, Maria Desita, Lusia Drikti, Brigita Wina, Jolina, M.M Risa,
Bernadet Birgita, Fransiska Andriani, Ester, Theresia Eviani, Margareta
Tri Nova, Paramitha Liong, Asih Putri atas bantuan, kerjasama dan
dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman seperjuangan Vania Stefi Yuliani, Yovica Sagina, Deby
ix
Ardanareswari, Elisabeth Indah, Yoanna Kristia, Carolina Dea, Dara
Prabandari, Okie Ramadhani, niken serta semua teman-teman FST A
2011, terimakasih atas kekeluargaannya.
12. Difa Family Kezia Candra M, Lenny Aftaliana, Suhartati Mentari, Septi
Pertiwi, Diah Pramita, dan Anindita terimakasih atas doa, motivasi yang
kalian berikan.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik materi maupun
teknik penulisan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membnagun. Penulis juga berharap semoga skripsi tersebut bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang farmasi, maupun masyarakat.
Yogyakarta, Oktober 2014
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
PRAKATA... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xvi
INTISARI... xvii
ABSTRACT... xviii
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang... 1
1. Rumusan masalah... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian... 5
xi
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Taksonomi dan morfologi Alpukat (Persea americanaMill.)
1. Sinonim ... 7
2. Nama daerah... 7
3. Nama asing... 7
4. Taksonomi ... 7
5. Kandungan kulit buahPersea americanaMill. ... 8
6. Khasiat dan kegunaan ... 9
B. Anatomi dan Fisiologi Hepar ... 9
C. Kerusakan Hati... 10 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 20
1. Variabel utama... 20
2. Variabel pengacau ... 20
xii
C. Bahan Penelitian... 22
1. Bahan utama... 22
2. Bahan kimia ... 22
D. Alat Penelitian... 23
E. Tata cara penelitian ... 24
1. Determinasi serbuk kulit buahPersea americanaMill. ... 24
2. Pengumpulan bahan uji ... 24
3. Pembuatan serbuk kulit buahPersea americanaMill. ... 24
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit buah Persea americanaMill... 24
5. Pembuatan Infusa kulit buahPersea americanaMill... 25
6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida ... 25
7. Uji pendahuluan ... 25
8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji... 28
9. Pengukuran kadar Albumin... 28
F. Tata Cara Analisi Hasil ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Kulit buahPersea americanaMill. ... 30
B. Penetapan Kadar Air ... 31
C. Pembuatan Infusa Kulit buahPersea americanaMill... 31
D. Penentuan Dosis Infusa Kulit buahPersea americanaMill... 32
E. Penentuan Dosis Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB).. 32
xiii
G. Penetapan Lama Pemejanan Infusa KulitPersea americanaMill. .. 35
H. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Infusa Kulit buahPersea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 35
I. Kontrol Negatif (Olive Oil)... 37
J. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB)... 38
K. Kontrol Perlakuan (Infusa Kulit buahPersea americanaMill. dosis 1600 mg/kgBB)... 39
L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buahPersea americanaMill dosis 362,81; 761,90 dan 1600 mg/kgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB ... 39
M. Rangkuman Pembahasan ... 43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46
B. Saran... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT ...23
Tabel II. Purata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida
dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24,
dan 48 jam (n=3) ... 33
Tabel III. Hasil ujiScheffeaktivitas ALT tikus terinduksi karbon
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah
jam ke-0, 24, dan 48 ... 35
Tabel IV. Purata±SE kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa
kulit buahPersea americanaMill. yang terinduksi karbon tetraklorida
dosis 2 mL/kgBB (n=5) ... 36
Tabel V. Hasil uji Scheffe kadar albumin serum tikus antar
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati ... 10
Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida ... 13
Gambar 3. Mekanisme pembentukan radikal lipid oleh radikal CCl3... 14
Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi
karbon tetraklorida... 15
Gambar 5. Diagram batang purata kadar Albumin serum tikus
praperlakuan infusa kulit buahPersea americanaMill. 1x sehari
selama 6 hari terinduksi karbon tetraklorida 2 Ml/kgBB ... 34
Gambar 6. Diagram batang purata kadar albumin serum tikus
praperlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill.
1x sehari selama 6 hari terinduksi karbon tetraklorida
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto kulit dan bijiPersea americanaMill. ... 52
Lampiran 2. Foto serbuk kulit buahPersea americanaMill ... 52
Lampiran 3. Foto pembuatan infusa kulit buahPersea americanaMill ... 53
Lampiran 4. Foto infusa kulit buahPersea americanaMill ... 53
Lampiran 5. Surat pengesahan determinasi kulitPersea americanaMill .... 54
Lampiran 6. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee ... 55
Lampiran 7. Hasil pengujian kadar air serbuk simplisia kulit buahPersea americanaMill. ... 56
Lampiran 8. Analisis statistik aktivitas serum ALT pada uji pendahuluan Penentuan waktu pencuplikan darah ... 57
Lampiran 9. Analisis statistik kadar serum albumin perlakuan infusa kulit buahP. americana Mill. setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kg BB ...60
xvii INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa jangka panjang kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin serum.
Jenis penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak dalam 6 kelompok yang sama banyak. Kelompok I (Kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB yang dilarutkan dalamolive oilsecara intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dengan dosis 2ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III kontrol sediaan infusa) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari. Kelompok IV, V, dan VI (perlakuan) diberi infusa kulit buahPersea americana Mill. dengan seri dosis 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari secara berturut-turut pada jam yang sama, kemudian setelah pemberian infusa dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Pada jam ke-24 pasca induksi karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk pengukuran kadar albumin. Data pada penelitian ini dianalisis statistik dengan menggunakan metode ANOVA satu arah dilanjutkan analisis dengan dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan ujiScheffe.
Berdasarkan hasil penelitian, infusa kulit buah Persea americana Mill. 362,81 mg/kgBB memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar albumin serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.
xviii ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of long term infusionof avocado’s peels (Persea americanaMill.) to the male rats strain Wistar induced with carbon tetrachloride (CCl4) by observing the increase of albumine
serum level, also to determine whether the relationship between increasing doses ofPersea americanaMill. peels to an increase of serum albumine level or not.
This study is a pure experimental with randomized design complete with its unidirectional pattern. The subjects of this study were male rats of Wistar strain, aged 2-3 months, and ± 150-250 gram for its weight. The rats were divided into six groups randomly, each group consist of five rats. Group I (hepatotoxin control) was given with carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p. Group II (negative control) was given with olive oil 2 mL/kgBB i.p. Group III (infusa control) was given with infusion Persea americana Mill. peels with the highest dose 1600 mg/kgBB continuously for six days. Group IV, V, and VI were given with infusa of Persea americana Mill. peels orally, the dose were 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB per day for six days continuously at the same time, then all of these groups were induced with carbon tetrachloride 2 ml/kgBB i.p. Twenty four hours after induced carbon tetrachloride, all the groups’blood was collected from sinus orbitalis to measure the albumine serum level. The data from this research was analyzed statistically using ANOVA one way method.
Based on the result of this research, infusion of Persea americana Mill. peels 362,81 mg/kgBB gave effect for increasing albumine serum level of rats induced with carbon tetrachloride. There is no relationship between increasing dose with the increasing of serum albumine level of rat induced carbon tetrachloride.
1
BAB I
PENGANTAR A. Latar Belakang
Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di tubuh yang membentuk
2% dari berat tubuh total. Hati menerima 1500 mL darah per menit atau sekitar
28% dari curah jantung, agar dapat melaksanakan fungsinya. Hati melakukan
berbagai proses metabolik. Hati mempunyai peranan besar serta memiliki lebih
dari 500 fungsi antara lain menampung darah, membersihkan darah untuk
melawan infeksi, memproduksi dan mensekresikan empedu, membantu menjaga
keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat), membantu metabolisme
lemak, membantu metabolisme protein, metabolisme vitamin dan mineral,
menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi), mempertahankan suhu
tubuh (Wijayakusuma, 2008). Berdasarkan fungsinya yang sangat penting,
kesehatan dari hati haruslah terjaga dengan baik.
Penyakit hati telah menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan
kematian di seluruh dunia. Menurut Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009),
prevelensi perlemakan hati di Indonesia sebesar 30,6%. Kerusakan hati telah
banyak diderita di dunia. WHO (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2004
kanker hati mengakibatkan kematian pada 610.000 orang. Kanker dapat
diakibatkan karena senyawa karsinogen kimia ataupun karsinogen biologis
seperti infeksi bakteri, virus, maupun parasit. Menurut WHO (2013), 500 juta
membunuh 1,5 juta manusia. Dari angka ini, dapat disimpulkan bahwa prevalensi
penyakit hati mengancam masyarakat tinggi.
Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model dalam
kerusakan hati adalah karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida dapat
menyebabkan perlemakan hati (Hodgson, 2010). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Ahmed, Alam, Varshney, dan Khan, 2001) melaporkan bahwa
pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatnya purata
aktivitas ALT serum serta terjadinya penurunan purata kadar albumin serum
sebesar 25,87% dari kontrol.
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor).
Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal.
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat senyawa yang
dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul
yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Cara yang mudah
untuk mencegah atau mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas radikal
bebas yaitu dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung
antioksidan (Winarsi, 2007).
Umumnya, bahan alam berasal dari tanaman. Persea americana Mill. atau
dikenal dengan sebutan alpukat merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur
didaerah tropis seperti di Indonesia. Namun, sebagian besar mayarakat
memanfaatkan alpukat pada buahnya saja sedangkan bagian lain seperti biji dan
Moreira, dan Barreira (2013) menunjukkan bahwa kulit Persea americanaMill.
mengandung flavonoid, asam askorbat (vitamin C), vitamin E, karotenoid.
Pada penelitan Yoseph (2013), sudah dibuktikan bahwa biji Persea
americana Mill. memiliki efek nefroprotektif yaitu sebagai pelindung organ
ginjal dari senyawa toksik. Telah dibuktikan juga oleh Putri (2013) bahwa
pemberian infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif
(pelindung organ hati) terhadap kadar ALT-AST serum tikus terinduksi karbon
tetraklorida. Dengan kemampuan antioksidan yang dimiliki biji Persea
americana Mill. ini dimungkinkan juga kulit buah Persea americana Mill.
memiliki kandungan antioksidan yang dapat berperan sebagai pelindung organ
hati dari senyawa toksik. Salah satu penanda serum disfungsi hati yaitu albumin.
Adanya hepatotoksisitas dapat menyebabkan penurunan produksi albumin dihati.
Uji albumin dapat mengukur kemampuan hati dalam sintesis protein (Singh,
Bhat, Sharma, 2011).
Penelitian terkait alpukat hanya sebatas daun dan buahnya saja, padahal
kulit alpukat juga mempunyai kandungan antioksidan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian jangka panjang infusa
kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan
galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pada penelitian ini juga ingin
mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit
buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin serum tikus terinduksi
Pada penelitian dilakukan pemberian kulit buah Persea americana Mill.
dalam bentuk sediaan infusa, yaitu dibuat dengan cara menyeduh serbuk kulit
buahPersea americanaMill. menggunakan air panas.
1. Rumusan masalah
a. Apakah pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americanaMill.
memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan
galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida?
b. Apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea
americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus galur
Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida?
2. Keaslian penelitian
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian yang berhubungan
denganPersea americana Mill. diantaranya :
1. Anggraeni (2006) melaporkan pemberian infusa biji alpukat (Persea
americanaMill.) 0,315 g/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Carpena, Morcuende, Andrade, Kylli, dan
Everest (2011). Penelitian ini melakukan uji secara in vitro mengenai
aktivitas antioksidan, anti mikroba bijiPersea americanaMill.
3. Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea
americana Mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal
4. Putri (2013) melaporkan pemberian jangka panjang infusa biji Persea
americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif terhadap aktivitas
ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait
dengan pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill.
terhadap kadar albumin serum tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon
tetraklorida belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai pengaruh
pemberian jangka panjang infusa kulit buahPersea americanaMill. terhadap
kadar albumin.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
terutama penderita gangguan hati tentang penggunaan infusa kulit buah
Persea americanaMill. untuk meningkatkan kadar albumin.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah
Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea
americanaMill. jangka panjang terhadap peningkatan kadar albumin pada
tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.
b. Mengetahui apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit
buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin pada
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Taksonomi dan Morfologi Alpukat (Persea americanaMill.) 1. Sinonim
Laurus persea. L, Persea drymifolia Schlecht.&cham, Persea gratissima
Gaertn.f, Persea nubigenaL.O.Williams, Persea persea (L.) Cockerel (Yasir,
Das dan Kharya, 2010).
2. Nama Daerah
alpokat (Jawa Tengah), alpuket, jambu wolanda (Jawa Barat),advokat, jamboo
mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung), boah pokat, jamboo pokat
(Batak) (Rukmana, 1997).
3. Nama Asing
advocat, avocatier, alligator pear, avocado pear (Inggris), poire d’avocat
(Prancis), abacate (Portugal), aguacate palta (Spanyol) (Rukmana, 1997).
4. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus :PerseaMill.
Persea americana Mill. merupakan pohon berkayu yang tumbuh
menahun (perennial). Ketinggian tanaman antara 3-10 meter, batang
berlekuk-lekuk dan bercabang banyak, ranting berambut halus, serta berdaun rimbun.
Daunnya tumbuh tunggal dan berbentuk bulat panjang dengan tepi rata atau
berombak, letak daun agak tegak, dan permukaannya licin sampai agak kasar.
Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting. Struktur
bunga kelamin dua (hermaphrodite) dan persariannya dibantu oleh lebah madu
karena bunganya mempunyai nektar dan staminod yang berfungsi sebagai alat
pemikat serangga (Rukmana, 1997).
5. Kandungan kulitPersea americanaMill.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mokodompit, Edy, dan Wijoyo
(2013), kulit buahpersea americana Mill. memiliki kandungan, flavonoid, tannin
yang berkhasiat sebagai antioksidan dalam penelitian ekstrak kulit Persea
americana Mill. dalam krim tabir surya. Kulit Persea americana Mill. juga
mengandung karotenoid, asam askorbat (vitamin C), dan vitamin E, senyawa
fenolik serta kulit buah Persea americana Mill. memiliki kadar air, kadar abu
yang lebih tinggi dari pada biji dengan kandungan karotenoid, dan vitamin C yang
lebih tinggi dari biji (Vinha, dkk., 2013).
6. Khasiat dan kegunaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vinha, dkk., (2013).
dilaporkan bahwa kandungan kulit buah Persea americana Mill. yaitu flavonoid
dan fenolat dapat mengurangi pembentukan radikal bebas. Kulit Persea
Bagi tubuh, Persea americana Mill. dapat menurunkan tekanan darah
pada keadaan hipertensi dan mereduksi kadar kolesterol, glukosa, urea dan
sodium (Kate and Lucky, 2009).
B. Anatomi dan Fisiologi Hepar
Hepar atau hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat
sekitar 1300-1500 gram. Fungsi utama organ hati adalah metabolisme (Wibowo
dan Paryana, 2009). Sel-sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati
dapat terganggu akibat beberapa penyakit serta paparan senyawa. Hepar
merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksin, adanya
pengaruh negatif paparan senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel dan
jaringan hepar (Price and Wilson, 2006). Sel-sel yang membawa darah menuju
hati ini sering bersifat toksik dan tidak membawa oksigen yang memperbesar
kemungkinan terjadinya kerusakan hati (Wibowo dan Paryana, 2009).
Hepar terdiri dari unit-unit fungsional (Gambar 1.) yang biasa disebut
lobules yang berupa susunan jaringan berbentuk heksagonal yang mengelilingi
vena sentral. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari
perifer lobules menuju sinusoid. Hepar menerima darah dari dua sumber yaitu
darah arteri yang menyediakan O2 bagi hati dan mangandung metabolit darah
untuk diproses oleh hati, disalurkan oleh arteri hepatika; dan darah vena yang
berasal dari saluran cerna yang dibawa oleh vena porta hepatika untuk pemrosesan
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)
Hepar memiliki kerja yang sangat penting seperti pengambilan
komponen makanan yamg diantarkan dari saluran cerna melalui pembuluh porta
ke dalam hepar, tempat biosintesis senyawa-senyawa dalam tubuh, penyimpanan,
perubahan dan pemecahan menjadi molekul yang dapat dieksresikan,
menyediakan secara tetap metabolit dan bahan-bahan pembentuk yang kaya
energi bagi organisme (metabolisme), detoksifikasi senyawa-senyawa toksik
melalui biotransformasi, dan ekskresi bahan-bahan bersama-sama dengan
empedu, dan pembentukan serta pemecahan dari banyak komponen plasma darah.
C. Kerusakan Hati
Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kimia
(hepatotoksin) dan ditandai atau dicirikan dalam dua cara yaitu akumulasi lemak
atau kematian sel-sel hati. Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan
tanda-tanda umum toksisitas hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang
sejumlah zat kimia. Pada kasus sirosis, suatu kondisi hati yang cukup dikenal,
sejumlah besar sel hati hancur akibat penyalahgunaan alkohol secara kronis
hepatitis viral atau akibat agen kimia yang dapat menyerang sel-sel hati.
Banyaknya jumlah hepatosit yang mati memungkinkan hati tidak akan mampu
menggantinya. Hal ini tentunya akan menyebabkan gagal hati dan pada akhirnya
menyebabkan kematian ( Ester, 2005).
Adapun macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi
akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain :
1. Perlemakan hati (Steatosis)
Ditandai dengan adanya lipid pada hati membentuk lesi seperti
yang ditimbulkan oleh etionin, fosfor, atau tetrasiklin. Karbon tetraklorida
dapat menyebabkan perlemakan hati melalui penghambatan sintesis satuan
protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserid dengan
lipoprotein (Hodgson, 2010).
2. Nekrosis hati
Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk
dalam kerusakan jangka pendek. Kematian sel ini ditandai dengan edema
sitoplasma, dilatasi reticulum endoplasma, dan disagregasi polisom. Didaerah
terjadinya nekrosis terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan juga
neutrofil di daerah terjadinya kerusakan tersebut (Hodgson, 2010).
3. Kolestatis
Kolestatis merupakan jenis kerusakan hati jangka pendek yang
merupakan penekanan atau penghentian aliran empedu yang disebabkan oleh
faktor dalam atau luar dari hepar. Adanya peradangan tersebut menyebabkan
akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin (Hodgson, 2010).
4. Sirosis
Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya
kolagen diseluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Hal
ini terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang
menyebabkan terjadi akumulasi yang menghambat aliran darah, metabolisme
hepar dan detoksifikasi (Hodgson, 2010).
D. Hepatotoksin
Ada dua macam tipe kerusakan hati oleh obat dan senyawa, yaitu :
1. Hepatotoksin teramalkan (tipe A)
Obat atau senyawa dalam jumlah yang cukup dapat menimbulkan
efek toksik pada sebagian besar orang yang menelan obat atau senyawa
tersebut. Hepatotoksin teramalkan bergantung pada dosis pemberian. Contoh
dari hepatotoksin teramalkan adalah parasetamol dan karbon tetraklorida
(Forrest, 2006).
2. Hepatotoksin tak teramalkan (tipe B)
Obat atau senyawa tidak bersifat toksik pada hati tetapi
pemberiannya pada beberapa orang tertentu dapat menimbulkan efek toksik.
Karenanya hepatotoksin ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh
E. Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air selama 15 menit suhu 90oC (Badan pengawas
Obat dan Makanan, 2013). Pembuatan infusa dengan cara mencampur
simplisia dengan derajat halus sesuai dalam panci dengan air secukupnya,
kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai
dari suhu mencapai 90oC sambil diaduk berkali-kali. Saring dalam keadaan
masih panas dengan menggunakan kain flannel, kemudian tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang
dikehendaki (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 1995).
F. Karbon tetraklorida
Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
Karbon tetraklorida (Gambar 2.) merupakan senyawa model yang dapat
mengakibatkan perlemakan dan nekrosis pada hepar Akibat pemejanan karbon
tetraklorida (CCl4) dalam jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya
sirosis dan tumor hati (Timbrell, 2009). Karbon tetraklorida jika dikonversikan
triklorometilperoksi (CC3O2•) yang sifatnya lebih reaktif (Gambar3.). Nekrosis
yang terjadi karena karbon tetraklorida yang paling parah pada centrilobularsel
hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi
bertanggung jawab mengaktifkan CCl4(Hodgson, 2010).
Keterangan :
LH = Lipid tidak jenuh
●L = Radikal lipid
Gambar 3. Mekanisme Pembentukan Radikal Lipid oleh Radikal CCl3 (Donatus, 2001)
Setelah terpapar oleh tubuh, karbon tetraklorida akan mengalami
metabolisme (Gambar 4) dan menyebabkan metabolit radikalnya akan berikatan
kovalen dengan jaringan sekitar seperti protein dan lemak. Senyawa radikal
tersebut akan mengakibatkan peroksidasi lipid dan mengawali terjadinya
steatosis. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya produksi lipoprotein dan
Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)
G. Albumin
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan menyusun
sekitar 60% dari total plasma. Sekitar 40% dari albumin terdapat dalam plasma,
dan 60% lainnya ditemukan di ekstravaskuler. Albumin diproduksi oleh hati yang
mewakili 50% dari produksi protein hepatik. Konsentrasi serum albumin normal
yaitu berkisar antara 3,5-5 g/dL (Belfort, Soade Foley, Phelan and Dildy, 2010).
Albumin didistribusikan antara intravaskular (40%) dan ekstravaskular
(60%). Albumin mengikat sejumlah zat endogen dan eksogen termasuk bilirubin,
kalsium, edotoksin dan obat-obatan tertentu seperti digoxin, warfarin, beberapa
antibiotik. Albumin melarutkan dan menghantarkan banyak molekul-molekul
kecil dalam darah, merupakan tempat penyimpanan protein, dan merupakan
secara bebas melintas antara ruang intravaskular dan ekstravaskular (Belfort, et
al.,2010).
Albumin juga memiliki peran dalam modulasi koagulasi, dengan
mekanisme mengikat asam arakidonat sehingga menghambat sintesis tromboksan
A2. Kadar albumin darah merupakan hasil kecepatan sintesis hati dikurangi
kecepatan degradasi dan distribusi albumin kedalam ruang intra dan ekstravakular.
Albumin membantu dalam pengangkutan obat dan ligan (Liumbruno,
Bennardello, Lattanzio, Piccoli, dan Rossetti, 2009).
H. Sintesis Albumin
Sintesa albumin terutama dihati yaitu sebanyak 9-12 g/hari pada orang
dewasa normal dan merupakan 25% dari total protein setiap hari. Katabolisme
albumin terjadi di sel hati, di mana sebanyak ± 15% albumin yang telah tua
usianya akan diurai kembali menjadi bebagai komponen asam amino yang
kemudian siap digunakan untuk berbagai sintesis protein yang dibutuhkan tubuh.
sisanya sebanyak 40 disel otot dan kulit. Distribusi albumin terjadi di dalam
pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah (cairan interstitial). Pada sirosis
hati akan dijumpai rendahnya produksi albumin (Liumbrunoet al., 2009).
Sintesis albumin membutuhkan mRNA untuk proses translasi, suplai
yang cukup asam amino yang diaktivasi dengan berikatan dengan tRNA, ribosom
untuk pembentukan, dan energi dalam membentuk ATP. Sintesa albumin dimulai
di dalam nukleus, di mana gen ditranskripsikan ke dalam messenger ribonucleid
berikatan dengan ribosom, membentukpolysomesyang mensintesa preproalbumin
(Liumbrunoet al., 2009).
Penurunan konsentrasi albumin serum dapat terjadi melalui dua cara
yaitu albumin hilang dari tubuh dalam jumlah besar (perdarahan, renal,
gastrointestinal, eksudasi kulit yang berat) atau terjadi penurunan produksi
albumin (hepatic insufficiency, malnutrisi). Penyebab lain rendahnya albumin
adalah karena adanya paparan senyawa toksin yang masuk ke dalam tubuh
(Liumbrunoet al., 2009).
Berdasarkan penelitian Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani,
Zakiah, dan Manalu (2007) menyatakan bahwa kadar protein total secara
keseluruhan menurun dibanding kontrol. Terkait dengan fungsi hati dalam
mensintesis protein, jika sel-sel hati mengalami kerusakan maka kemampuan hati
dalam mensintesis protein juga akan turun.
I. Landasan Teori
Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar
1300-1500 gram. Sel-sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati
dapat terganggu akibat beberapa penyakit serta paparan senyawa. Hepar
merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksin, adanya
pengaruh negatif paparan senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel dan
jaringan hepar (Price and Wilson, 2006).
Karbon tetraklorida merupakan senyawa model untuk kerusakan di hepar.
Perlemakan hati dapat terjadi karena adanya induksi senyawa toksik tertetu,
enzim sitokrom P-450 akan menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3•)
kemudian akan membentuk radikal triklorometilperoksi (OOCCl3•) yang lebih
reaktif (Timbrell, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et
al., 2001 diketahui bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan
meningkatkan rata-rata aktivitas ALT serum dan penurunan rata-rata kadar
albumin serum sebesar 25,87% dari rata-rata kadar albumin kontrol. Pada
penelitian ini dilakukan pengukuran kadar albumin dalam darah. Albumin
merupakan serum yang sering digunakan untuk melihat kerusakan sel hati (Singh
et al.,2011). Adanya hepatotoksisitas dapat menyebabkan terjadinya penurunan
produksi albumin dhati (Singhet al.,2011).
Pernah dilakukan penelitian terkaitPersea americanaMill. yang diketahui
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas (Malangngi et al.,2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Vinha et al.,2013) menunjukkan
bahwa kulit alpukat atau Persea americana Mill. mengandung flavonoid, asam
askorbat (vitamin C), vitamin E, karotenoid. Telah dibuktikan bahwa pemberian
jangka panjang infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek nefroprotektif
yaitu sebagai pelindung organ ginjal dari senyawa toksik (Yoseph, 2013).
Pemberian jangka panjang infusa bijiPersea americanaMill. juga memiliki efek
hepatoprotektif (pelindung organ hati) terhadap aktivitas ALT-AST serum pada
tikus terinduksi karbon tetraklorida (Putri, 2013).
Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian infusa kulit buah
Persea americana Mill dapat memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar
kekerabatan antara peningkatan dosis kulit buah Persea americana Mill. dengan
peningkatan kadar albumin.
J. Hipotesis
Infusa kulit buah Persea americana Mill. dalam penggunaan jangka
panjang dapat memberikan pengaruh terhadap kadar albumin pada tikus jantan
galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Adanya kekerabatan antara
peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel–variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Variabel utama
a. Variabel bebas
Variasi dosis pemberian infusa kulit buah Persea americana
Mill. pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon
tetraklorida.
b. Variabel tergantung
Peningkatan kadar albumin tikus jantan galur Wistar yang
terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian jangka panjang
infusa kulit buahPersea americanaMill.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
Kondisi hewan uji yaitu tikus jantan galur Wistar, berat
badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan, frekuensi waktu
pemberian infusa kulit buahPersea americanaMill. selama 6 hari dan
cara pemberian infusa yaitu secara peroral serta bahan kulit buah
b. Variabel pengacau tak terkendali
Kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar yang
digunakan sebagai hewan uji.
3. Definisi operasional
a. Infusa kulitPersea americanaMill.
Infusa serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.
didapatkan dengan cara menginfundasi 8 gram serbuk kering kulit
buah Persea americana Mill. dalam 100,0 mL air pada suhu
90oC selama 15 menit.
b. Pemberian jangka panjang
Didefinisikan sebagai pemberian infusa kulit buah Persea
americana Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut
dalam waktu pemberian yang sama.
c. Peningkatan kadar albumin pada serum tikus
Peningkatan kadar albumin pada serum tikus merupakan
kemampuan infusa kulit buah Persea americana Mill. pada dosis
tertentu untuk menaikkan kadar albumin pada serum tikus jantan
galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
d. Dosis efektif infusa kulitPersea americanaMill.
Dosis efektif merupakan sejumlah gram per kilogram berat
badan (g/kgBB) infusa kulit buah Persea americana Mill. yang
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan
galur Wistar dengan berat badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3
bulan yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah Persea americana yang
diperoleh dari depot es Teller 77 di Ambarukmo Plaza Yogyakarta
pada bulan Juni 2014.
2. Bahan kimia
a. Senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang
diperoleh dari laboratorium kimia organik Fakultas Farmasi Sanata
Dharma Yogyakarta.
b. Pelarut senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah Olive Oil merk
Bertolli®.
c. Kontrol negatif yang digunakan adalahOlive Oil merk Bertolli®.
d. Pelarut untuk infusa digunakan aquadest yang diperoleh dari
Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
e. Blanko pengukuran aktivitas ALT yang digunakan pada orientasi
waktu pencuplikan darah adalah aqua bidestilata yang diperoleh dari
Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental Fakultas Farmasi
f. Reagen serum ALT
Reagen serum yang digunakan dalam orientasi waktu pencuplikan
darah hewan uji adalah reagen ALT DiaSys, yang di peroleh dari Alfa Kimia
Yogyakarta.
Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain oven,
mesin penyerbuk, ayakan, panci enamel, termometer, stopwatch, beaker
glass, gelas ukur, cawan porselen, penangas air, kain flannel, tabung reaksi,
labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk, timbangan analitik Mettler
Toledo®, sentrifuge, vortex, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc
Terumo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, Microlab 200 Merck®, dan
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi serbuk kulitPersea americanaMill.
Determinasi dilakukan dengan mencocokkan serbuk kulit Persea
americanaMill. yang diperoleh dari depot es Teller 77 di AMbarukmo Plaza
Yogyakarta dengan serbuk kulit Persea americana Mill. pembanding yang
dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah kulit buahPersea americana Mill.
berwarna hijau, masih segar dan tidak busuk serta telah di pisahkan dari
sisa-sisa daging buahnya.
3. Pembuatan serbuk kulitPersea americanaMill.
Kulit buah Persea americana Mill. dicuci bersih dan dipisahkan dari
sisa daging buahnya. Setelah itu, kulit dirajang tipis lalu diangin – anginkan
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 500C selama 24 jam. Setelah
kulit benar-benar kering, kulit dihaluskan dan diayak dengan ayakan nomor
40.
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.
Serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang sudah diayak,
dimasukkan sebanyak ± 5 gram ke dalam alat moisture balance kemudian
sebelum pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 1050C.
Serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang sudah dipanaskan
ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B).
Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B
yang merupakan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill. Proses
penetapan kadar air dilakukan oleh Laboratorium Penelitian dan Pegujian
Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).
5. Pembuatan infusa kulit buahPersea americanaMill.
Infusa kulit buah Persea americana Mill. dibuat dengan
konsentrasi 8 %. Sebanyak 8 g serbuk kering kulit buah Persea americana
Mill. dibasahi terlebih dahulu dengan 16 ml aquadest kemudian
ditambahkan dengan 100,0 ml aquadest. Campuran ini kemudian dipanaskan
diatas heater selama 15 menit dengan suhu 90oC. Waktu 15 menit
terhitung saat campuran mencapai suhu 90oC.Setelah 15 menit, campuran
tersebut diambil dan disaring menggunakan kain flannel kemudian
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
infusa kulit buahPersea americanaMill yang dikehendaki.
6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan perbandingan karbon
tetraklorida : pelarut adalah 1:1, sehingga konsentrasi larutan karbon
tetraklorida yang digunakan adalah 50% (Janakat dan Al-Merie, 2002).
7. Uji Pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida
Penetapan dosis karbon tetraklorida digunakan sebagai
hepatotoksin mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002),
Dosis karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi
kerusakan hati pada tikus galur Wistar adalah 2 mL/kgBB diberikan
secara intraperitonial. Dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus
jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT namun
tidak menimbulkan kematian pada hewan uji (Wijayanti, 2013).
b. Penetapan dosis infusa kulit buah Persea americanaMill.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Putri, 2013),
dosis infusa biji Persea americana Mill. dengan dosis 362,81; 761,90;
1600 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif terhadap kadar ALT-AST
serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Peringkat dosis
didasarkan pada pengobatan yang biasa digunakan pada masyarakat
yaitu ± 2 sendok makan (4 g) serbuk biji Persea americanaMill. yang
direbus dengan 250 ml air. Maka dosis perlakuan yang digunakan
adalah 4 g/70 kgBB manusia. Konversi dosis tikus (manusia 70 kg ke
tikus 200g) = 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 4g = 0,72 g/200
g BB = 360 mg/kgBB sebagai dosis rendah.Konsentrasi maksimal
infusa biji Persea americana Mill. yang dapat dibuat adalah 8 g/ 100
volume maksimal pemberian infusa secara p.o = 4 ml. Berdasarkan
perhitungan :
D x 200 g = 8 g/ 100ml x 4 ml
D = 1600 mg/kgBB, dosis ini disebut dosis tinggi perlakuan.
Untuk mendapatkan dosis tengah perlakuan, terlebih dahulu dihitung
faktor kelipatan dari dosis rendah dan dosis tinggi yang sudah
diperoleh.
Perhitungan faktor kelipatan adalah sebagai berikut :
N = Jumlah peringkat dosis yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan 3 peringkat dosis maka n = 3, sehingga perhitungannya
sebagai berikut :
Berdasarkan faktor kelipatan yang diperoleh maka dosis tengah dan
dosis rendah perlakuan ditentukan sebagai berikut,
D = 1600 mg/ kgBB : 2,1 = 761,90 mg/ kgBB (dosis tengah)
Oleh karena itu peneliti menggunakan dosis yang sama untuk
pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill.
yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap kadar albumin tikus
jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
c. Penetapan waktu pencuplikan darah
Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi
dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke–0, 24, dan
48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap kelompok perlakuan
terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui
pembuluh sinus orbitalis mata kemudian diukur aktivitas ALT.
8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur
Wistar yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak.
Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida
dosis 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial.
Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil sebanyak 2
mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol infusa)
diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis tinggi 1600
mg/kgBB secara per oral setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari,
kemudian diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok
perlakuan) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan seri
dosis 1600; 761,90; dan 326,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari
pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan pemberian
karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian
karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus
orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin.
9. Pengukuran kadar albumin
Pengukuran kadar albumin serum dilakukan di Laboratorium
Parahita, Yogyakarta. Kadar albumin dinyatakan dalam satuan mg/dL.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Kadar albumin pada perlakuan diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi
data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way
ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan
masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat
perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka
panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar
albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pada
penelitian ini juga akan dilihat apakah ada atau tidaknya kekerabatan antara
peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan peningkatan
kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.
Hasil penelitian yang akan dibahas adalah sebagai berikut determinasi
kulit Persea americana Mill., penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea
americanaMill., pemeriksaan kadar albumin serum.
A. Determinasi Kulit BuahPersea americanaMill.
Tahap awal penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan terhadap kulit
buah Persea americana Mill. yang diperoleh dari depot es Teller 77 di
Ambarukmo Plaza Yogyakarta pada bulan juni 2014 melalui determinasi.
Determinasi ditujukan untuk memastikan bahwa serbuk Persea americana Mill.
yang digunakan pada penelitian ini adalah benar Persea americana Mill.
Determinasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis dan
mikroskopis serbuk uji pembandingnya yang dibuat mandiri di laboratorium
Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Hasil
determinasi ini diperoleh bukti bahwa serbuk Persea americana Mill. yang
B. Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang
terkandung dalam serbuk simplisia kulit buah Persea americana Mill. yang
selanjutnya akan dinyatakan dalam satuan persen. Salah satu persyaratan kadar air
serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, 1995).
Pengujian penetapan kadar air memperoleh hasil kadar air rata-rata dari
serbuk kulit buah P. americana 7,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa serbuk kulit buah P.americana telah memenuhi syarat serbuk yang baik
yang telah ditetapkan.
C. Pembuatan Infusa Kulit buahPersea americanaMill.
Metode infusa dipilih peneliti sebagai cara ekstraksi serbuk kulit buah
Persea americana Mill. karena proses pembuatan infusa memiliki prinsip yang
sama dengan cara penggunaan serbuk biji Persea americana Mill. yang lazim
digunakan masyarakat. Pada penelitian ini digunakan aquadest sebagai pelarut
pada pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. Hal ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Avista (2013) membuktikan bahwa penggunaan
aquadest sebagai pelarut infusa daun S. mahagoni tidak memberikan pengaruh
terhadap aktivitas serum ALT dan AST.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoseph (2013) dan juga
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) diperoleh konsentrasi maksimal
serbuk biji Persea americanaMill. yang mampu menghasilkan infusa adalah 8 g
dalam 100 mL aquadest adalah sejumlah ±80 mL infusa serbuk biji Persea
americana Mill. yang selanjutnya ditambahkan sejumlah aquadest panas melalui
ampas proses infundasi sehingga diperoleh hasil volume total infusa sebesar 100
mL.
D. Penentuan Dosis Infusa Kulit buahPersea americanaMill.
Tujuan penetapan dosis infusa adalah untuk menetapkan banyaknya
pemejanan infusa sebagai bahan yang hendak dilihat pengaruhnya pada kelompok
perlakuan. Penetapan dosis yang digunakan peneliti mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2013) yang menetapkan dosis rendah adalah dosis
penggunaan serbuk biji Persea americana Mill. dimasyarakat 2 sendok makan
(4g) bijiPersea americanaMill. yang direbus dengan 250 mL air, maka dianggap
dosis penggunaan pada manusia adalah 4 g/70 kgBB sehingga dosis
dikonversikan penggunaannya pada tikus dan diperoleh konversi dosis pada tikus
yaitu 362,81 mg/kgBB. Penelitian ini menggunakan tiga peringkat dosis dengan
faktor pengali sebesar 2,1. Hasil perhitungan dosis diperoleh tiga peringkat dosis
secara berturut-turut yaitu 362,81; 761,90; dan 1600 mg/kgBB. Oleh karena itu
peneliti menggunakan dosis yang sama untuk melihat pengaruh pemberian jangka
panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin tikus
jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
E. Penentuan Dosis Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB)
Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida adalah untuk
menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat mengakibatkan kerusakan hepar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al., (2001) dilaporkan
bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatkan purata
aktivitas ALT serum serta terjadinya penurunan purata kadar albumin serum
sebesar 25,87% dari kontrol.
Pemejanan terhadap karbon tetraklorida dapat mengakibatkan perlemakan
(steatosis) pada hepar (Timbrell, 2009). Dosis hepatotoksin yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Janakat dan
Al-Merie (2002), yang membuktikan bahwa dosis karbon tetraklorida yang
menyebabkan hepatotoksik yaitu dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial.
F. Penentuan Waktu Pencuplikan Darah
Penentuan waktu pencuplikan darah ini dilakukan untuk mengetahui
waktu dimana karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB mampu memberikan efek
kerusakan hati (hepatotoksik) yang maksimal berdasarkan peningkatan aktivitas
ALT tertinggi pada hewan uji pada waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2
mL/kgBB diinduksikan pada tikus jantan galur Wistar, dan dilakukan pencuplikan
darah pada sinus orbitalis hewan uji pada jam ke-0, 24, dan 48. Berdasarkan uji
diatas, diperoleh data aktivitas ALT masing-masing tertera pada Tabel. II dan
Gambar 5.
Tabel. II. Purata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)
Gambar 5. Diagram batang purata kadar ALT tikus setelah diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0, 24, dan 48
Berdasarkan tabel II dan gambar 5, hasil analisis variansi satu arah data
aktivitas ALT tikus menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang artinya
ketiga kelompok tersebut memliliki perbedaan. Dilakukan juga uji menggunakan
Scheffeuntuk melihat kebermaknaan antar kelompok yang ditunjukkan pada tabel.
III.
Tabel. III. Hasil ujiScheffeaktivitas ALT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48
Waktu pencuplikan (jam
ke-) 0 24 48
0 BB TB
24 BB BB
48 TB BB
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05); TB = Berbeda tidak bermakna
(p>0,05)
Pada Tabel III dan gambar 5, hasil uji Scheffe menunjukkan peningkatan
aktivitas ALT serum yang terjadi pada selang waktu pencuplikan jam ke 24 yang
terjadi adalah signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan dengan data
memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap jam ke-48. Artinya, aktivitas
ALT pada jam ke-24 memberikan kenaikan yang maksimal, selanjutnya pada jam
ke-48 telah kembali normal seperti pada jam ke-0. Berdasarkan analisa tersebut
ditetapkan aktivitas puncak ALT setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2
mL/kgBB pada jam ke 24 dan dijadikan sebagai waktu pencuplikan darah.
Penurunan kadar albumin sebesar 24, 398% dari nilai normal kontrol olive oil.
G. Penetapan Lama Pemejanan Infusa Kulit BuahPersea americanaMill.
Penetapan lama pemejanan infusa kulit buah Persea americana Mill.
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Windrawati (2012) efek proteksi
ekstrak air daun Macaranga tanarius L. pada tikus yang terinduksi karbon
tetraklorida, diberikan praperlakuan pemejanan ekstrak air daun Macaranga
tanarius L. selama enam hari berturut-turut dan pada hari ke tujuh diinduksikan
senyawa toksin karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB untuk
mengkondisikan kerusakan hepar.
H. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Infusa Kulit BuahPersea americanaMill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meninjau peningkatan kadar
albumin serum tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2
mL/kgBB yang sebelumnya telah dipejankan infusa kulit buahPersea americana
Mill. satu kali sehari selama enam hari beturut-turut untuk melihat pengaruh
infusa jangka panjang kulit buahPersea americana Mill. terhadap kadar albumin.
Berdasarkan data kadar albumin serum yang dianalisis dengan analisis data
bahwa antar kelompok memiliki perbedaan dengan signifikansi 0,000 (p≤0,05).
Kebermaknaan perbedaan antar kelompok ini dibuktikan dengan uji Scheffe
(Tabel IV). Data kadar albumin serum tersaji dalam bentuk purata ±SE dalam
diagram batang serta gambar 6 berikut.
Tabel. IV. Purata ±SE kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa kulit buahPersea americanaMill. yang terinduksi karbon
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5)
III Kontrol Infusa 1600 mg/kgBB 3,58±0,05
IV Infusa 362,81 mg/kgBB +
Gambar 6. Diagram batang purata kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa kulit buahPersea americanaMill. 1x sehari
Tabel V. Hasil ujiScheffekadar albumin serum tikus antar kelompok perlakuan
Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
I. Kontrol Negatif (Olive Oil)
Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada kelompok negatif (Olive
Oil). Kelompok olive oil merupakan kontrol keadaan normal serum hewan uji.
oil sebagai pelarut karbon tetraklorida secara statistik memberikan pengaruh
terhadap aktivitas serum ALT dan AST, namun aktivitas serum pada kelompok
tersebut masih termasuk ke dalam range normal serum ALT-AST tikus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Sivaraj, Elumalai, Kumar
(2009) dilaporkan bahwa pemberian olive oil tidak menyebabkan peningkatan
aktivitas ALT , yang berarti tidak menyebabkan kerusakan pada hati. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini kontrol olive oil dapat dijadikan dasar nilai aktivitas
serum ALT dan digunakan sebagai kontrol keadaan normal kadar albumin.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil purata kadar albumin serum sebesar
3,62 ± 0,06 mg/dL.
J. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB)
Tujuan dilakukan kontrol hepatotoksin adalah untuk mengetahui
pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB terhadap hewan uji. Karbon
tetraklorida diberikan secara intraperitonial pada hewan uji, kemudian dilakukan
pencuplikan darah pada jam ke-24 yang selanjutnya dilakukan pengukuran kadar
albumin dan dibandingkan dengan kelompok kontrololive oil.
Kadar albumin serum tikus kelompok kontrol hepatotoksin adalah sebesar
2,91±0,07 mg/dL, bila dibandingkan dengan kontrol olive oil (3,62±0,06 mg/dL)
menunjukkan kebermaknaan secara statistik (Tabel IV). Sebagai parameter
terjadinya kerusakan hepar yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan nilai
kadar albumin pada kelompok kontrol karbon tetraklorida dengan dosis 2
2002). Hal ini menunjukkan bahwa karbon tetraklorida menginduksi terjadinya
kerusakan hepar (hepatotoksik).
K. Kontrol Perlakuan (Infusa Kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB)
Kontrol perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui bahwa apakah pemberian infusa kulit buah
Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB memberikan pengaruh terhadap
penurunan kadar albumin pada hewan uji. Uji ini dilakukan dengan pemberian
infusa kulit buahPersea americanaMill. pada hewan uji secara per oral. Pada jam
ke-24 dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis kemudian pengukuran
kadar albumin. Berdasarkan pengukuran kadar albumin secara statistik diperoleh
purata kadar albumin sebesar 3,58 ± 0,59 mg/dL yang memiliki perbedaan yang
tidak bermakna (p<0,05) bila dibandingkan dengan kontrol olive oil,dengan nilai
purata kadar albumin kontrol infusa yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
kontrol olive oil. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian
jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB
tidak mengubah nilai kadar albumin serum hewan uji.
L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buah Persea americanaMill. Dosis 362,81; 761,90 dan 1600 mg/kgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB
Pemberian perlakuan infusa kulit buah Persea americanaMill. Dilakukan
secara jangka panjang yaitu satu kali sehari selama enam hari berturut-turut