ABSTRAK
Salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bersaing adalah kualitas. Hal ini berarti bahwa untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu melaksanakan program pengendalian kualitas dengan membentuk departemen pengendalian kualitas. Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan pengendalian kualitas ini merupakan biaya kualitas. Biaya kualitas dibagi menjadi empat kategori yaitu biaya pencegahan (prevention costs), biaya penilaian (appraisal costs), biaya kegagalan internal (internal failure costs), dan biaya kegagalan eksternal (external failure costs).
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data yang berhubungan dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta menarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Unit penelitian dilakukan pada perusahaan farmasi, PT. “X”, yang berlokasi di Jl. Setiabudhi. Data penelitian dikumpulkan dari bulan Januari-Mei 2007. Data penelitian diperoleh dari data primer dan data sekunder.
Evaluasi peranan analisis biaya kualitas dalam kegiatan pengendalian kualitas untuk menekan biaya produksi dilakukan dengan membuat terlebih dahulu struktur biaya kualitas yang sebelumnya tidak dilakukan perusahaan, kemudian melakukan analisis biaya kualitas. Diagram pareto dan sebab akibat menjadi alat bantu untuk mengetahui penyebab kegagalan produksi yang sering dialami perusahaan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan telah melakukan kegiatan pengendalian kualitas, mulai dari perencanaan kualitas, evaluasi pemasok, pemeliharaan mesin, hingga inspeksi dan pengujian ulang. Hanya saja perusahaan belum mengkategorikan biaya kualitas dan menganalisis biaya kualitas. Berdasar hasil struktur laporan biaya kualitas dan analisis biaya kualitas, sejauh ini perusahaan melakukan kegiatan pengendalian dengan baik. Hal ini terlihat dari persentase total biaya kualitas terhadap total penjualan, hanya sebesar 1,12%. Perbaikan yang coba penulis lakukan berkaitan dengan program pelatihan karyawan. Program ini dilakukan karena pihak perusahaan mengatakan jarangnya melakukan pelatihan karyawan. Hasil perbaikan menunjukkan perubahan positif terhadap penurunan biaya kualitas, yang secara langsung menekan biaya produksi, namun nilainya tidak materialitas, turun sebesar 0,5%. Analisis biaya kualitas memberikan peranan yang baik dalam kegiatan pengendalian kualitas, jika dilakukan dengan baik, kegagalan internal dan eksternal dapat turun terus menerus.
DAFTAR ISI
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas ... 18
2.3.3.1 Ukuran Finansial atas Kualitas ... 21
2.3.3.2 Ukuran Nonfinansial atas Kualitas ... 22
2.4 Pengendalian Kualitas ... 22
2.4.1 Pengertian Pengendalian Kualitas ... 23
2.4.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 24
2.4.3 Teknik dan Alat Pengendalian Kualitas ... 25
2.4.3.1 Teknik Pengendalian Kualitas ... 25
2.4.3.2 Alat Pengendalian Kualitas ... 26
2.4.3.2.7 Scatter Diagram ... 32
2.5 Biaya Kualitas ... 33
2.5.1 Pengertian Biaya Kualitas ... 33
2.5.2 Unsur Biaya Kualitas ... 34
2.5.3 Pengukuran Biaya Kualitas ... 36
2.5.4 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas ... 39
2.5.5 Analisis Biaya Kualitas ... 41
2.5.6 Teknik Analisis Biaya Kualitas ... 42 2.5.6.1 Analisis Trend ... 42
2.5.6.2 Analisis Pareto ... 43
2.5.7 Manfaat Analisis Biaya Kualitas ... 43
2.5.8 Hubungan Antara Analisis Biaya Kualitas dengan Biaya Produksi ... 43
BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN
3.2.4 Produk yang Dihasilkan dan Pasar dari Produk ... 60
3.2.5 Proses Produksi ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 64
4.1.1 Pengendalian Kualitas di. PT. Otto ... 64
4.1.1.1 Kegiatan Pengendalian Kualitas di PT. ”X” ... 64
4.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Kualitas .... 66
4.1.1.3 Penetapan Spesifikasi Kualitas ... 68
4.1.1.4 Jenis-jenis Produk Cacat dan Penyebabnya ... 70
4.1.1.5 Inspeksi dan Laporan Hasil Inspeksi ... 72
4.2 Pengumpulan Data dan Pembahasan ... 73
4.2.1 Biaya yang Berhubungan dengan Pengendalian Kualitas ... 76
4.2.1.1 Unsur Biaya Kualitas ... 77
4.2.1.2 Penggolongan Biaya Kualitas ... 80
4.2.2 Ukuran Nonfinansial Kualitas ... 81
4.2.3 Pengendalian Proses Produksi ... 82
4.2.3.1 Diagram Pareto ... 83
4.2.3.2 Diagram Sebab-Akibat ... 84
4.2.4 Perhitungan dan Analisis Biaya Kualitas ... 88
4.2.4.1 Perhitungan Biaya Kualitas ... 88
4.2.4.3 Analisis Perkiraan Biaya Kualitas Setelah Perbaikan .. 90
4.2.5 Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Produksi ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... RIWAYAT HIDUP PENULIS ...
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Check Sheet ... 31
Tabel 2.2 Bentuk Umum Laporan Biaya Kualitas ... 40
Tabel 4.1 Hasil Inspeksi Bulan Januari-Mei 2007 ... 74
Tabel 4.2 Ranking Jenis Kecacatan dan Persentase Tiap Produk ... 75
Tabel 4.3 Ranking Jenis Kecacatan dan Persentase Keseluruhan ... 75
Tabel 4.4 Perhitungan Biaya Kualitas Perusahaan ... 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Run chart ... 30
Gambar 2.2 Process Control Chart ... 31
Gambar 2.3 Diagram Pareto ... 32
Gambar 2.4 Cause and Effect Diagram ... 33
Gambar 2.5 Scatter Diagram ... 34
Gambar 2.6 Fungsi Rugi Mutu Taguchi ... 36
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 52
Gambar 3.2 Alur Proses Produksi ... 63
Gambar 4.1 Diagram Pareto ... 83
Bab I Pendahuluan 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Tumbuhnya kembali perekonomian di Indonesia saat ini disebabkan
banyaknya bidang usaha yang mulai bangkit kembali. Keadaan ini menimbulkan
persaingan yang cukup ketat di antara para pengusaha untuk merebut pangsa
pasar, sehingga mengharuskan mereka mencari cara untuk tetap bertahan di
tengah persaingan. Untuk mencapai hal tersebut, para pengusaha harus cermat
dalam menilai harapan konsumen atas suatu produk.
Untuk memenuhi harapan konsumen, para pengusaha perlu
memperhatikan setiap detail produk yang dihasilkan. Secara umum, harapan
konsumen atas suatu produk adalah harga yang bersaing tanpa melupakan kualitas
dari produk itu sendiri. Kualitas yang baik, tidak akan dapat dicapai tanpa adanya
pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan di dalam menjaga kualitas
produknya.
Pada saat ini, peningkatan kualitas merupakan hal paling penting yang
dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya, yang harus disertai
dengan tindakan-tindakan yang mengarah pada peningkatan efisiensi. Peningkatan
kualitas dapat menghasilkan peningkatan dalam profitabilitas dan efisiensi
perusahaan secara keseluruhan. Namun, peningkatan efisiensi yang dilakukan
perusahaan tidak dapat lepas dari mutu yang tetap harus dijaga. Salah satu aspek
Bab I Pendahuluan 2
menyebabkan konsumen kecewa pada kinerja perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu menetapkan adanya standar yang tepat untuk produk yang
dihasilkan. Peningkatan efisiensi dengan disertai standar mutu bertujuan untuk
menghemat biaya, sehingga harga dapat terjangkau dan mampu bersaing. Selain
itu dengan adanya standar yang baik, maka diharapkan dapat mengurangi produk
cacat atau rusak, sehingga tidak menimbulkan pemborosan atau inefisiensi. Biaya
yang dikorbankan agar produk yang dihasilkan berkualitas, disebut dengan biaya
kualitas. Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah
terdapat produk yang buruk kualitasnya. (Hansen and Mowen, 2005:7). Definisi
tersebut mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua
subkategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas: kegiatan
pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Semua biaya yang berkaitan dengan
kualitas kemudian akan dikategorikan ke dalam empat kategori biaya kualitas,
yaitu biaya: pencegahan, penilaian, kegagalan internal, dan kegagalan eksternal.
Biaya dari tiap kategori tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah
biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan efektif dan efisien dalam upaya
mencapai kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan memperhatikan
biaya kualitas, maka perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi, karena
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk memperbaiki
atau memproduksi ulang produk yang tidak berkualitas baik. Adanya analisis
biaya kualitas dapat menghasilkan penghematan biaya dan meningkatkan
penjualan. Penjualan dapat meningkat bila perusahaan dapat menghasilkan produk
Bab I Pendahuluan 3
dilakukan dengan baik maka dapat tercapai optimalisasi biaya dan peningkatan
penjualan yang berdampak pada meningkatnya laba. Setelah analisis biaya
kualitas dilakukan maka dapat diperoleh informasi yang penting mengenai
aktivitas pengendalian yang telah dilakukan. Informasi ini dapat menjadi umpan
balik bagi perusahaan untuk melihat kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan
menekan biaya dengan cara melakukan alokasi biaya kualitas yang lebih bijaksana
pada keempat kategori biaya kualitas, sehingga biaya produksi perusahaan dapat
mencapai titik optimum. Jika perusahaan dapat mencapai hal itu, dengan
sendirinya akan berdampak pada kepercayaan konsumen atas produk yang
dihasilkan.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai biaya kualitas,
maka penulis mencoba memaparkannya melalui sebuah penelitian yang dilakukan
pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi. Perusahaan farmasi
merupakan salah satu perusahaan yang perlu menerapkan analisis biaya kualitas.
Perusahaan farmasi dituntut untuk menghasilkan obat yang sesuai dengan standar,
agar aman dan layak untuk dikonsumsi, sehingga obat dapat bekerja dengan baik.
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu melakukan
pengendalian mutu yang tentu memerlukan biaya. Biaya-biaya inilah yang kita
kategorikan sebagai biaya kualitas. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan
analisis biaya kualitas agar perusahaan dapat meminimalisasi biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang
Bab I Pendahuluan 4
1.2 Identifikasi Masalah
Agar masalah yang diteliti memperoleh kejelasan dan penelitian yang
terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang
ada sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kriteria kualitas produk yang baik menurut perusahaan
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh
perusahaan
3. Apakah perusahaan telah menerapkan biaya kualitas dan biaya-biaya apa saja
yang timbul sehubungan dengan dilakukannya kegiatan pengendalian kualitas
4. Apakah perusahaan telah melakukan analisis biaya kualitas.
5. Apakah analisis biaya kualitas pada aktivitas pengendalian kualitas dapat
membantu menurunkan biaya produksi.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memperoleh jawaban
atas masalah-masalah yang diuraikan di atas. Sedangkan tujuan penelitian adalah,
untuk:
1. Mengetahui kriteria kualitas produk yang baik menurut perusahaan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan
oleh perusahaan.
3. Mengetahui kegiatan-kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan
perusahaan dan biaya-biaya apa saja yang timbul sehubungan dengan
Bab I Pendahuluan 5
4. Mengetahui apakah perusahaan telah melakukan analisis biaya kualitas.
5. Mengetahui peranan analisis biaya kualitas pada aktivitas pengendalian dalam
membantu menurunkan biaya produksi.
1.4Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
a. Bagi perusahaan
Menjadi masukan yang berguna mengenai pentingnya melakukan analisis
biaya kualitas dalam menetapkan kebijakan pada aktivitas pengendalian
kualitas.
b. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan mengenai teori yang diperoleh selama studi serta
penerapannya dalam praktek dalam suatu perusahaan. Selain itu untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.
c. Bagi pihak lain
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, serta menjadi
referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis biaya
Bab I Pendahuluan 6
1.5Rerangka Pemikiran
Era globalisasi sekarang ini mengarahkan perusahaan pada persaingan
yang semakin ketat. Sasaran utama untuk menang di dalam persaingan adalah
pelanggan. Setiap perusahaan harus dapat membuat produk yang bisa diterima
oleh masyarakat dan mampu bersaing. Kualitas dapat menjadi kata kunci yang
perlu diperhatikan bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan dan menjadi pesaing
yang tangguh di tengah pasar yang ada.
Konsumen menginginkan suatu barang yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut (Gaspersz, 2001:37):
1. Lebih cepat (faster)
Biasanya berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau kenyamanan memperoleh produk tersebut.
2. Lebih murah (cheaper)
Biasanya berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga jual yang harus dibayar oleh konsumen.
3. Lebih baik (better)
Berkaitan dengan dimensi kualitas produk yang dalam hal ini paling sulit untuk digambarkan secara tepat.
Berdasar kriteria tersebut, perusahaan harus melakukan pengendalian
biaya kualitas. Dengan adanya biaya kualitas, diharapkan produk cacat dapat
ditekan seminimal mungkin dan sumber daya dapat digunakan sebaik mungkin.
Penggunaan sumber daya yang baik dalam memproduksi suatu produk akan
menghasilkan produk yang berkualitas baik, sehingga biaya produksi menjadi
lebih efisien.
Melihat begitu pentingnya kualitas produk, banyak perusahaan mulai
Bab I Pendahuluan 7
seperti yang dikemukakan oleh Horngren, Foster, dan Datar: ”In many cases,
growing competition in the global market place has forced manager to focus on improving quality” (Horngren, Foster, and Datar, 1997:652). Perusahaan yang mempunyai fokus terhadap pengendalian kualitaslah yang akan menang di dalam
persaingan memperebutkan pangsa pasar.
Upaya untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar memerlukan
usaha yang tidak mudah serta biaya yang tidak murah. Dalam hal ini terdapat
hubungan yang kuat antara biaya dan kualitas. Dalam melakukan program
pengendalian kualitas, perusahaan perlu memperhatikan berapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan kualitas tersebut. Biaya
kualitas yang dimaksud adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
kegiatan pengendalian kualitas dalam menjaga dan meningkatkan kualitas, serta
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan terjadinya kegagalan dan cacat pada
produk yang dihasilkan. Apabila terjadi kegagalan dan cacat pada produk, biaya
yang dikeluarkan untuk mengerjakan kembali produk yang gagal yang disebabkan
karena pengendalian kualitas dari produk yang tidak baik akan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kegagalan produk tersebut.
Seperti dikatakan Garvin: ”failure are much more expensive to fix after a unit has
been assembled than before. The cost of extra hours spent pretesting a design is cheap compare with the cost of product recall, similiarly, field service cost are much higher than those incoming inspection” (Garvin, 1991:4).
Tujuan utama atau sasaran akhir perusahaan adalah untuk meningkatkan
Bab I Pendahuluan 8
profitabilitas. Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua
cara, yaitu dengan meningkatkan permintaan pelanggan (peningkatan atas
penjualan) dan mengurangi biaya. Jika kegiatan pengendalian kualitas berjalan
dengan baik, seiring dengan menurunnya biaya kualitas, maka dapat dikatakan
perusahaan berhasil memenuhi harapan konsumen atas suatu produk. Dan secara
tidak langsung perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya. Peningkatan ini
dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi biaya dan segi pendapatan. Dari segi biaya,
dengan dilakukannya pengendalian kualitas secara baik, produk cacat atau rusak
dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga berdampak pada biaya produksi yang
menjadi semakin rendah. Sedangkan dari segi pendapatan, jika produk yang
dihasilkan mempunyai kualitas baik dan harga yang terjangkau, maka secara
otomatis permintaan konsumen akan meningkat, yang berarti penjualan naik.
Biaya kualitas biasanya dimasukkan ke dalam kelompok biaya produksi
dan menjadi bagian dari harga pokok produk. Oleh karena itu, harus diperhatikan
agar biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas
tersebut berada pada tingkat seminimum mungkin. Namun perlu diperhatikan agar
pengurangan biaya kualitas tersebut tidak menurunkan kualitas dari produk itu
sendiri.
Diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk memenuhi standar kualitas yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis biaya kualitas agar
biaya kualitas yang optimum dapat dicapai. Dari informasi analisis biaya kualitas
tersebut, perusahaan dapat mengetahui dimana letak kesalahan atau kekurangan
yang terdapat dalam proses pengendalian kualitas dan perusahaan dapat dengan
segera mengambil langkah perbaikan yang berarti untuk kelangsungan
Bab I Pendahuluan 9
kualitas dalam kegiatan pengendalian kualitas adalah hal yang hendak diteliti oleh
penulis. Berdasar uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “PERANAN ANALISIS BIAYA KUALITAS DALAM
KEGIATAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENEKAN BIAYA
PRODUKSI (Studi Kasus Pada Perusahaan Farmasi PT. ”X”) ”.
1.6Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis dengan pendekatan studi kasus. Metode ini merupakan suatu metode yang
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran, atau
kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk memberikan gambaran
yang sistematis serta akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antara hal-hal yang diselidiki. Sementara itu studi kasus adalah penelitian
deskripsi yang berusaha mencermati individu atau suatu unit tertentu serta
mencoba menen-tukan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbul dan
berkembangnya variabel tersebut.
Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan pengumpulan
data dengan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara meneliti dan
mengamati secara langsung pada sumber data yang akan diteliti. Yang di
dalamnya juga diperoleh data dengan cara mencatat atau menyalin
dokumen perusahaan terutama yang berkaitan dengan data-data yang
Bab I Pendahuluan 10
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung
secara lisan dengan karyawan pada bagian yang terlibat dalam penelitian
ini
2. Penelitian Kepustakaan
Yaitu penelitian untuk memperoleh data dengan mempelajari literatur-literatur
atau sumber-sumber bacaan lainnya yang mempunyai kaitan dengan akuntansi
biaya yang dapat digunakan sebagai landasan teori yang ada kaitannya dengan
objek penelitian. Objek penelitian adalah variable-variabel penelitian, yang
dalam penelitian ini terdiri dari: biaya kualitas, pengendalian kualitas, dan
biaya produksi.
Data ini digunakan sebagai pembanding yang akan mendukung dalam
pembahasan hasil penelitian, sehingga penulis dapat menarik kesimpulan yang
logis dari hasil penelitian pada perusahaan yang bersangkutan.
Dalam penelitian yang berjudul “Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam
Kegiatan Pengendalian Kualitas Untuk Menekan Biaya Produksi” terdapat dua
variabel, yaitu :
Bab I Pendahuluan 11
Yaitu variabel yang berdiri sendiri dan tidak bergantung pada variabel lain,
yang berfungsi sebagai variabel bebas pada penelitian ini adalah biaya
kualitas.
2. Dependent variable (variabel terikat)
Yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas, yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian ini adalah biaya produksi.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dalam upaya pengumpulan data sekaligus sebagai unit
penelitian yaitu perusahaan farmasi, PT. “X” yang berlokasi di Jl. Setiabudhi Km
Bab V Kesimpulan dan Saran 94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT.
“X”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria kualitas produk yang dihasilkan
adalah ketepatan komposisi, kesesuaian berat, kepadatan, kebersihan, dan
fungsi yang tepat guna. Jika kriteria tersebut telah dipenuhi, maka produk
akhir yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Selama ini PT. ”X” telah menyadari pentingnya upaya untuk
menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini terbukti dengan adanya
aktivitas-aktivitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan
perusahaan, yaitu sebagai berikut :
• Perusahaan telah menetapkan spesifikasi atau standar bahan baku yang
baik untuk digunakan dalam proses produksi.
• Perusahaan sudah melaksanakan inspeksi baik itu di awal maupun di akhir
proses produksi. Tujuan diadakannya inspeksi ini adalah untuk
menghindari diterimanya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi ke
tangan konsumen..
• Hasil inspeksi dicatat oleh perusahaan, sehingga tingkat kecacatan produk
Bab V Kesimpulan dan Saran 95
Ada lima faktor utama yang mempengaruhi produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Kelima faktor tersebut adalah: faktor manusia, bahan baku,
proses produksi, mesin, dan faktor kegiatan pengendalian kualitas yang
dilakukan perusahaan. Penetapan kebijakan dan pelaksanaan yang baik
dari setiap faktor akan menghasilkan produk yang berkualitas baik dan
sesuai dengan harapan konsumen.
3. PT. ”X” telah mengeluarkan biaya untuk pengendalian kualitas, namun
belum mengkategorikan semua biaya yang dikeluarkan ke dalam
kategori-kategori biaya kualitas. Berikut biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT.
“X” yang berkaitan dengan kualitas:
• Perencanaan kualitas
• Evaluasi kualitas pemasok
• Pemrosesan
• Pemeliharaan mesin
• Pelatihan
• Evaluasi stok
• Inspeksi dan pengujian produk
• Material terbuang (scrap)
• Perbaikan dan pengerjaan ulang (rework)
4. selama ini, PT. ”X” belum menerapkan analisis biaya kualitas. Dari hasil
penerapan biaya kualitas yang dicoba dilakukan penulis, persentase total
Bab V Kesimpulan dan Saran 96
yang baik, yaitu hanya sebesar 1,12% atau Rp. 1.715.944.301 dari total
penjualan periode Januari-Mei 2007 sebesar Rp. 152.608.926.900,18.
5. Dari cara pengendalian kualitas yang digunakan penulis yaitu dengan
menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat dapat diketahui
jenis-jenis kecacatan produk yang paling banyak terjadi di Perusahaan X.
Dengan menggunakan diagram pareto dapat dilihat bahwa jumlah
kecacatan produk yang paling banyak adalah produk yang berpori (tablet,
kapsul) dan granul yang kurang halus (dapat terjadi pada hampir sebagian
produk yang dihasilkan). Sedangkan dengan menggunakan diagram sebab
akibat dapat dilihat penyebab-penyebab terjadinya kecacatan produk
tersebut, diantaranya pekerja yang kurang terampil, penggunaan mesin
yang kurang optimal, kesalahan instruksi pada proses produksi dan kurang
baiknya kualitas bahan baku yang digunakan pada proses produksi.
6. Dengan menganalisis biaya kualitas, perusahaan memperoleh informasi
penting yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan pengendalian yang
telah dilakukan. Informasi tersebut dapat memberikan kesempatan bagi
perusahaan untuk melaksanakan program peningkatan kualitas sekaligus
menekan biaya, yang pada akhirnya dapat menekan biaya produksi. Lebih
baik memindahkan biaya dari kategori internal dan external failure costs
kepada kategori prevention dan appraisal. Hal ini dikarenakan apabila
biaya dari kedua kategori prevention dan appraisal dioptimalkan maka
biaya dari internal dan external failure costs akan menurun dan
Bab V Kesimpulan dan Saran 97
kategori prevention dan appraisal sehingga perusahaan dapat menekan
biayanya. Penurunan biaya kualitas berdamapak langsung pada penurunan
biaya produksi. Penurunan biaya produksi tentu berkaitan dengan
peningkatan laba, dengan asumsi tingkat penjualan tidak berubah.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis memberikan saran-saran
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang,
yaitu:
1. Perusahaan perlu menerapkan biaya kualitas dan analisis biaya kualitas.
Pelaporan biaya kualitas dan analisis terhadap biaya kualitas dapat
membantu perusahaan dalam mempermudah perencanaan, pengendalian,
dan keputusan manajerial. Dengan menganalisis biaya kualitas, perusahaan
dapat mengetahui proporsi dari masing-masing kategori biaya kualitas.
Dengan begitu, perusahaan dapat memikirkan tindakan yang tepat jika
terdapat ketidaksesuaian dalam pengalokasian biaya kualitas, yang
menyebabkan biaya kegagalan baik internal maupun eksternal memiliki
proporsi yang besar.
2. Perusahaan harus dapat mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan
kepada para pekerja sehingga pekerja tahu pentingnya menghasilkan
produk yang berkualitas karena perusahaan dibangun atas dasar
Bab V Kesimpulan dan Saran 98
3. Memberikan reward atau punishment kepada pekerja untuk memotivasi
pekerja sesuai dengan kinerja yang ditunjukkan oleh tiap pekerja dalam
usaha mengurangi kecacatan produk
4. Melakukan alternatif program perbaikan, seperti yang telah dicoba
dilakukan oleh penulis pada bab IV. Pelatihan ini dikhususkan kepada
pekerja dari bagian produksi sebagai penyebab kegagalan yang utama
yaitu 60 orang bagian produksi, 12 orang bagian umum, 3 orang bagian
inspeksi. Bagian-bagian produksi akan dilatih selama 1 bulan, bagian
umum selama 3 hari, dan bagian inspeksi selama 1 minggu. Besar biaya
investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk mengikuti pelatihan ini
adalah sebesar Rp. 9.030.000,00. Namun, seperti yang telah dilakukan
oleh penulis, dengan dilakukannya program ini, dapat menekan total biaya
kualitas terhadap total penjualan, dimana jumlah persentase total biaya
kualitas menurun sebesar 0,01% dari jumlah awal 1,12%. Jumlah
penurunan memang tidak terlalu signifikan, namun penurunan total biaya
kualitas tentu saja berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi.
5. Menambah aktivitas inspeksi. Hal ini untuk mengatasi adanya produk
menyimpang agar tidak masuk ke proses produksi selanjutnya. Hal ini
untuk menjaga apabila ada produk cacat tetapi tetap dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Besterfield, D.H. 2003. Quality Control, 5th Edition. Singapore: Prentice Hall, Inc.
Carter, William K., Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya, Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat.
Fryman, Mark A. 2002. Quality and Process Improvement. New York:
Delmar-Thomson Learning.
Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Management, Cetakan keempat. Jakarta:
Gramedia.
Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi 7,
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Horngren, Foster, Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 11th
Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan
Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: Andi.
Gryna, Frank M. 2001. Edisi 4. Quality Planning and Analysis: From Product
Development Through Use. McGraw-Hill.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Edisi 11. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Wadsworth, Harrison M. 2002. Edisi 2. Modern Methods for Quality Control and