• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Angka Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Derwati Tahun 2002.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Angka Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Derwati Tahun 2002."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI

TINGGINYA

ANGKA KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS DERW ATI

TAHUN 2002

Tessa Wiguna Salim

9610026

Pembimbing:

Felix Kasim, dr, M.Kes

Latar belakang penelitian ini adalah penyakit ISPA pada balita merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi pada tahun 2002 di Puskesmas Derwati. Tingginya angka kejadian ISPA ini disinyalir dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, penghasilan perkapita keiuarga, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan ISP A, dan kurangnya penyuluhan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian ISP A pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Derwati.

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik, rancangan cross sectional dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi 44 pertanyaan. Subyek penelitian adalah ibu atau pengganti ibu yang pada bulan Agustus 2003 mempunyai anak balita, yang bennukim di wilayah kerja Puskesmas Derwati. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling dengan jumlah responden 111 orang.

Hasil penelitian berupa gambaran karakteristik, pengetahuan, sikap, perilakl1, dan penyuluhan, diikuti oleh hasil analisis bivariat pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, penghasilan perkapita keluarga, pengetahuan, sikap, perilaku, dan penyuluhan.

Kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat pengaruh faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, perilaku dan penyuluhan terhadap tingginya angka kejadian ISP A pada balita di Puskesmas Derwati.

(2)

ABSTRACT

FACTORS THAT INFLUENCED A HIGH URTI OCCURRENCE

RA TE IN CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD

IN PUSKESMAS DERWATI WORKING AREA

YEAR 2002

Tessa Wiguna Salim 9610026

Tutor: Felix Kasim, dr, MKes

The background of this research is that upper respiratory tract infection (URTI) disease in children under five years old was o.lhighest occurrence rate in 2002 at Puskesmas Derwati. This high (URTI) occurrence rate was indicated as being influenced by the factors o.l mother's education, mother's occupation, amount o.l children, percapita income of household, knowledge, mother's attitude and behavior on URTI related matters, and the lack o.lextension.

The purpose of this research was to find out those factors that influenced the high URTI occurrence in Puskesmas Derwati 's working area.

The method used was analytical, with a cross sectional design, and a research instrument of a 44-question questionaire. The subjects were those mothers or substitude mothers who in August 2003 have chlild or children under five years old, domiciled in Puskesmas Derwati's working area. The sampling

technique was cluster sampling with 111 respondents.

The results were the description o.l characteristic, knowledge, attitude, behavior, and extension, followed by the result 0./ bivariate analysis on educational, occupation, amount o.l children, percapita income of household, knowledge, attitude, behavior, and extension factors.

The recommendation of the author in relation to this problem was that it needs' to promote the knowledge o.l mothers on URTI disease in balita hy extension.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PERSETUJUAN... ... ... ... ii

SURA T PERNY ATAAN iii

ABS TRAK iv

ABSTRACT ... ... v

PRAKA TA ... ... vi

DAFT AR ISI viii

DAFTAR TABEL

...

x

DAFT AR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 2

1.3. Makslld dan TlIjuan penelitian 4

1.4. Kegunaan Penelitian 5

1.5. Kerangka Konsep 6

1.6. Hipotesis (Ho) 6

1.7. Deflnisi Operasional 7

1.8. Metodologi Penelitian 9

1.9. Lokasi dan Waktu Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. PENGERTIAN ISPA 11

2.2. GAMBARAN KLINIS ISP A 12

2.3. KLASIFIKASI ISP A 12

2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ISPA.14

2.5. PENGOBATAN DAN PERAWATAN PENDERITA ISPA 15

2.6. PENCEGAHAN ISPA 16

2.7. TINJAUAN MENGENAI PERILAKU KESEHATAN 16

BAB III BAHAN DAN METODA PENELITIAN 22

3.1. Rancangan Penelitian 22

3.2. Metode Penelitian 22

3.3. Instrumen Penelitian 22

3.4. Pengumpllian Data 22

3.5. Teknik Analisis Data ... ... 25

3.6. Penyajian Data 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 29

4.2. Hasil Penelitian 30

(4)

IX

4.2. Hasil Penelitian ... 30

4.3. Keterbatasan penelitian 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56

5.1. Kesimpulan. 56

5.2. Saran 56

DAFT AR PUST AKA 57

LAMPIRAN 58

(5)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel I. 1 Oata sepuluh penyakit terbanyak sesuai dengan kelompok penyakit di Puskesmas Oerwati tahun 200 l

Tabel 1. 2 Data sepuluh penyakit terbanyak sesuai dengan kelompok penyakit di

Puskesmas Oerwati tahun 2002 ..,.)

Tabel4. 1. Proporsi penduduk Kelurahan Derwati menurut umur dan jenis kelamin pada tal1Un 2002

Tabel4. Tabel 4. Tabel 4. Tabel4. Tabel 4. Tabel 4.

2. Oistribusi usia responden

3. Oistribusi pekerjaan responden

4. Oistribusi pendidikan responden

5. Oistribusi jun!ah anak responden

6. Oistribusi penghasilan perkapita perbulan responden

7. Oistribusi pemah atau tidaknya batita rcsponden menderita ISf:>A dalam tiga bulan terakhir

30 30 31 32 33 34 35

Tabel4. 8. Distribusi sumber pengetahuan responden mengenai penyakit IS? A 36

Tabel4. 9. Oistribusi tingkat pengetahuan responden mengenai penyakit ISP A 37

Tabel4. 10. Distribusi sumber pengetahuan yang diillginkan responden. 38

Tabel4. II. Distribusi sikap responden dalam menghadapi penyakit ISP A 39

Tabel4. 12. Distribusi perilaku responden dalam menghadapi penyakit ISPA 40

Tabe14. 13. Distribusi pernah atau tidaknya responden mengikuti penyu!uhan

tentallg ISP A 42

Tabel4. 14. Distribusi kebutuhan responden akan penyuluhan tentang ISP A 42

Tabel4. 15. Oistribusi penyuluh kesehatall ISPA yang diharapkan responden 43

Tabel4. 16. Distribusi tempat penyuluhan kesehatan yang diharapkan responden 44

Tabel4. 17. Distribusi waktu penyuluhan kesehatan yang diharapkan responden

44

Tabel4.

Tabel 4.

Tabel4.

18. Oistribusi bentuk penyuluhan yang diharapkan responden 45

19. Oistribusi kuantitas penyuluhan yang pernah diterima responden 45

20. Tabel silang hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian ISPA

pada Balita 46

(6)

Xl

Tabel4. 2]. Tabel silang hubungan an tara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA

pada Balita 47

Tabel4. 22. Tabel silang hubungan antarajumlah anak dengan kejadian ISPA

pada Balita 48

Tabel 4. 23. Tabel silang hubungan antara penghasilan perkapita perbulan

responden dengan kejadian ISP A pada balita 49

Tabel4. 24. Tabe1 silang hubungan an tara pengetahuan ibu tentang ISPA dengan

kejadian ISP A pada Salita 49

Tabel 4. 25. Tabel silang hubungan antara sikap ibu dalam menghadapi penyakit

ISP A dengan kejadian ISP A pada Balita 50

Tabel 4. 26. Tabel silang hubungan antara perilaku ibu dalam menghadapi

penyakit ISP A dengan kejadian IS? A pada Salita 51

Tabel4. 27. Tabel silang hubungan an tara penyuluhan dengan kejadian [SPA

pada Balita 51

(7)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Tabe! Induk

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

58

67

(8)

BAR I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang telah dirumuskan dalam

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah tercapainya manusia Indonesia

seutuhnya yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, maka

dilaksanakanlah Pembangunan Nasional yang meliputi pembangunan seluruh segi

kehidupan

bangsa

dan

dilaksanakan

oleh

berbagai

sektor

secara

berkesinambungan, terarah, dan terpadu (DepKes Rl, 2001).

Salah satu sel1:or pemban!,runan nasional adalah pembangunan di bidang

kesehatan.

Adapun

tujuan

pembangunan

kesehatan

adalah

tercapainya

kemampuan untuk hidup sehat bagi sctiap penduduk sehingga dapat terwujud

derajat keschatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kcsejahteraan

umum dari tujuan nasional (DepKes RI, 2001).

Untuk mcncapai tujuan nasional tersebut perlu diselenggarakan upaya

kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata, seI1a dapat diterima dan dijangkau

oleh selumh lapisan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah telah menempatkan

Puskesmas sebagai ujung tombak penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat

yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehubungan dengan hal itu pula

kebijaksanaan pemerintah juga diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dan keadaan lingkungan hidup yang baik di masyarakat dalam rangka

peningkatan

kualitas

sumber

daya

manusia

seutuhnya.

Puskesmas

dapat

menjangkau hampir seluruh daerah di Indonesia, dan pelayanannya hampir dapat

dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, oleh karena itu perlu ditingkatkan

kualitas dan kuantitas

pelayanannya

secara terus menerus, sehingga dapat

memenuhi kebutuhan akan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat (DepKes

RI, 2001).

Angka kematian balita merupakan salah satu indikator yang paling peka

untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat, disamping angka kematian bayi

(9)

2

dan angka kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian bayi dan balita di

Indonesia adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), khususnya pneumonia

(Mardjanis Said., dkk., (993).

Di Indonesia, dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun

diperkirakan terdapat sekitar 150.000 kematian yang disebabkan oleh ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Data Surveilans, 2000). Sedangkan menurut

data dari dari Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2002 mengenai ISPA pada balita,

jumlah penderita pneumonia usia balita (1-4 tahun) adalah 94.104 dan jumlah

penderita pneumonia berat usia balita adalah 2.288 dan jumlah penderita bukan

pneumonia usia balita adalah 701.454, dengan angka kematian 30 orang (DepKes

RI, 2001).

Dalam melaksanakan pembangunan nasional di bidang kesehatan,

pemerintah kita antara lain berusaha menurunkan angka kematian bayi dan ba] ita

melalui upaya pemberantasan ISPA, sekaligus juga pneumonia. Pemberantasan

ISPA dan pneumonia ini tidak mungkin akan berhasil dengan baik tanpa peran

serta aktif seluruh masyarakat. Peran serta aktif masyarakat dalam pemberantasan

penyakit ISPA dan pneumonia dapat dikembangkan atau digerakkan jika

masyarakat telah memahami masalah-masalah dan cara penanggulangan ISP A

dan pneumonia (Mardjanis Said., dkk., 1993).

Mengingat besarnya masalah ISP A ini, maka penting sekali bahwa

upaya-upaya selanjutnya diperkuat, untuk bisa menanggulangi penyakit ini.Strategi

dalam penanggulangan ISPA adalah penemuan dini dan tata laksana yang tepat

terhadap penderita dengan mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari seluruh penyakit yang terdapat di Oi wilayah Kerja Puskesmas

Derwati, Kelurahan Oerwati, Kecamatan Rancasari, penyakit ISPA merupakan

penyakit dengan angka kejadian tertinggi pada tahun 2001 dan 2002 (lihat tabel

(10)

Urutan Kelompok Penyakit Jumlah Persentase

1

Penyakit infeksi salutannapas

bagian atas

5.776

47,0%

2

Penyakitpada otot danjaringan

1.582

12,0%

-IT

Penyakit

pada

lambung

1.345

11,0%

Penyakitpada kulit danjaringan

815

6,3%

~~--

-- Penyakit pada bagian usus 804 6,2%

Penyakitpada rongga mulut

552

4,1%

r

-7 Penyakit pada mata I

516

4,0%

I

I

~I

---

Penyakit kardiovaskuler

451

3,0%

-~

I

9

T

Penyakit infeksi salman napas

217

2,0%

I

bagian bawah

I

10

---Penyakit-penyakit lain 576 4,2%

U rutan , . . . .. 2 3 4 5 6 7 8 9 L 10

Tabell. 1

Data sepuluh penyakit terbanyak sesuai dengan kelompok penyakit di

Puskesmas Derwati tahun 2001

L

Tabell. 2

Data sepuluh penyakit terbanyak sesuai dengan kelompok penyakit di

Puskesmas Derwati tahun 2002

Kelompok Penyakit

"'.' ...E~nya.kitinfeksis~ttl!Gitltlapa.s .

'. .

.. "','

'.1Ja.~a.llatas..

... . '..

Penyakit pada otot dan jaringan

Penyakit pada lambung

Penyakit pada bagian usus

Penyakit kardiovaskuler

Penyakit pada kulit danjaringan

Penyakit infeksi telinga dan

mastoid

Penyakit infeksi salman napas

bagian bawah

Penyakit pada rongga mulut

Penyakit pada mata

(11)

4

Angka kejadian penyakit lSPA pada balita di wilayah ke~ja Puskesmas

Oerwati, selama tahun 200 1 adalah 673 dan tahun 2002 adalah sebanyak 732.

Tingginya angka kejadian ISPA di \v1layah kerja Puskesmas Oerwati ini,

disinyalir berhubungan dengan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak,

penghasilan perkapita keluarga, masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai

penyakit ISP A, masih kurangnya sikap ibu dalam menghadapai penyakit ISP A,

kurangnya perilaku ibu mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan ISP A,

dan kurangnya penyuluhan mengenai penyakit ISPA pada Balita terhadap ibu-ibu

yang mempunyai balita. Namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Oleh karena itu penulis memilih penelitian denganjudul

FAKTOR-F AKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINY A ANGKA

KEJADIAN ISPA PADA BALITA 01 WILA YAH KERJA PUSKESMAS

DER W ATI T Af-IUN 2002

1.3. Maksud dan Tujuan penelitian

1.3.1. Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang

mempengaruhi tingginya angka kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Derwati, dalam rangka menurunkan tingginya angka kejadian

penyakit ISP A pada balita.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan mempunyai tujuan untuk mengetahui:

(1) Bagaimana

pengaruh

faktor

pendidikan

ibu terhadap tingginya angka

kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

(2) Bagaimana pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Delwati.

(12)

5

(4) Bagaimana

pengaruh

faktor

penghasilan

perkapita

keluarga

terhadap

tingginya angka kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Derwati.

(5) Bagaimana pengaruh faktor pengetahuan ibu terhadap tingginya angka

kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

(6) Bagaimana pengaruh faktor sikap ibu terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA padabalita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

(7) Bagaimana pengaruh faktor perilaku ibu terhadap tingginya angka kejadian

penyakit [SPA pada balita di wi!ayah kelja Puskesmas Denvati.

(8) Bagaimana pengaruh faktor penyuluhan terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat:

(1) Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas Derwati mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian penyakit ISPA pada

balita di wilayah kerjanya.

(2) Memberikan Informasi kepada pihak Puskesmas Oerwati mengenai

kendala-kendala yang ada dalam menjalankan program P2M ISPA di wilayah

kerjanya.

(3) Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas Derwati mengenai

bahan-bahan pertimbangan dalam memilih jalan keluar yang akan ditempuh untuk

memecahkan masalah tingginya angka kejadian Penyakit ISPA pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas.

(13)

6

(5) Bagi penulis, penelitian ini merupakan perwujudan aplikasi ilmu kesehatan

masyarakat yang di peroleh selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran

(6) Bagi penelitian berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan

dan perbandingan.

1.5. Kerangka Konsep

PENDIDlKAN ISU

PEKERJAAN ISU

JUMLAH ANAK

PENGHASn~AN

PERKAPIT A

KELUARGA

TINGGINY A

ANGKA KEJADIAN

ISPA

PAD A BALITA

PENGETAHUAN ISU

SIKAP ISU

PERll.AKU ISU

PENYULUHAN

1.6.Hipotesis

<.1) Tidak ada pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap tingginya angka kejadian

(14)

7

(2) Tidak ada pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISP A pada bal ita di wi/ayah kerja Puskesmas Derwati.

(3) Tidak ada pengaruh faktor jumlah anak terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA pada balita di wi/ayah kerja Puskesmas Derwati.

(4) Tidak ada pengaruh faktor penghasilan perkapita keluarga terhadap tingginya

angka kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Derwati.

(5) Tidak ada pengaruh faktor pengetahuan ibu terhadap tingginya angka

kejadian penyakit ISP A pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

(6) Tidak ada pengaruh faktor sikap ibu terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

(7) Tidak ada pengaruh faktor peri/aku ibu terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

(8) Tidak ada pengaruh faktor penyuluhan terhadap tingginya angka kejadian

penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Derwati.

1.7. Definisi Operasional

(1) Usia ibu

Adalah ulang tahun terakhir ibu saat dilaksanakannya penelitian.

Skala: interval

Alat ukur: kuesioner

(2) Pendidikan ibu

Adalahjenjang pendidikan formal terakhir yang diikuti oleh ibu.

·

Pendidikan rendah, yaitu mereka yang tidak sekolah, tidak tamat SD,

dan tamat SD

« SLTP)

·

Pendidikan tinggi, yaitu mereka yang :::::SLTP.

Skala: ordinal

(15)

8

(3) Pekerjaan ibu

Adalah pekerjaan yang dilakukan ibu sehari-hari.

·

bekerja

·

tidak bekerja

Skala: nominal

Alat ukur: kuesioner

(4) J umlah anak:

Adalah jumlah anak yang hidup yang dimiliki oleh ibu saat penelitian

berlangsung

Skala: nominal

Alat ukur: kuesioner

(5) Penghasilan Perkapita

Adalah penghasilan perkapita perbulan responden.

·

Penghasilan kurang, yaitu <Rp 94.000,OO/kapitaibulan

·

Penghasilan cukup, yaitu :::::Rp94.000,OOlkapitaibulan Skala: ordinal

Alat ukur: kuesioner

(6) Pengetahuan ibu

Adalah pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA, yang dinilai melalui

penilaian jawaban

ibu atas pertanyaan-pertanyaan

kategori pengetahuan

dalam kuesioner.

·

Pengetahuan baik.

·

Pengetahuan kurang.

Skala: ordinal

Alat ukur: kuesioner

(7) Sikap ibu

(16)

9

·

Sikap baik.

·

Sikap kurang. Skala: nominal

Alat ukur: kuesioner

(8) Perilaku ibu

Adalah perilaku ibu dalam menghadapi penyakit ISPA, yang dinilai melalui

penilaian jawaban ibu atas pertanyaan-pertanyaan kategori perilaku dalam

kuesioner.

·

Perilaku baik.

·

Perilaku kurang. Skala: nominal

Alat ukur: kuesioner

(9) Penyuluhan

Adalah penyuluhan mengenai ISPA yang pemah diterima ibu, yang dinilai

melalui

penilaian

jawaban

ibu

atas

pertanyaan-pertanyaan

kategori

penyuluhan dalam kuesioner.

·

Penyuluhan baik.

·

Penyuluhan kurang.

Skala: nominal

Alat ukur: kuesioner

1.8. Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

·

Metode Penelitian : Analitik

·

Rancangan Penelitian : Cross Sectional.

(17)

10

·

Instrumen pokok peneiitian: Kuesioner.

·

Populasi:

Ibu atau pengganti ibu yang pada bulan Agustus 2003 tercatat

memiliki anak balita (Usia 13

- 59 bulan) yang bermukim di wilayah kerja

Puskesmas Derwati.

o lumlah Populasi: 438 orang

·

Teknik Sampling: Cluster sampling.

·

Jumlah sampeI: I II orang

·

Analisis data: Chi-square test

1.9. Lokasi dan Waktu Penelitian

(1) Puskesmas Derwati, KeIurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, pada bulan

April tahun 2003.

(2) Kampus Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Kedokteran, Bandung pada

(18)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan:

Faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilakll ibu mempengamhi

tingginya kejadian penyakit ISP A pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Derwati.

Faktor penyuluhan oleh petugas kesehatan mempengamhi tingginya

kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah keIja Puskesmas Derwati.

5.2. Saran

Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai masalah ISPA, dengan demikian

diharapkan peningkatan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan pula sikap dan

perilaku ibu dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ISP A pada Balita,

Walaupun hampir tidak selalu didapatkan peningkatan dalam hal tersebut.

Peningkatan pengetahllan tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas

dan kuantitas penyuluhan mengenai ISP A pada Balita.

Adapun untuk pelaksanaan penyuluhan tersebut, penulis menyarankan:

·

Penyuluhan dapat melalui kegiatan Posyandu, kelompok pengajian, dUo

·

Metode penyuluhan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat hingga diharapkan dapat dimengerti. Karena banyak ibu yang tingkat pendidikannya rendall, maka penyuluhan sebaiknya disampaikan dengan cara yang sederhana, banyak tanya jawab, dan dibantu dengan gambar-gambar atau peragaan, supaya lebih mudah dimengerti.

·

Waktu penyuluhan diatur hingga diharapkan akan banyak yang hadir. Misalnya penyuluhan dilakukan di Posyandu sebelum atau sesudah kegiatan mtin posyandu dilakukan, dengan sebelumnya diumumkan terlebih dalmlu sebelumnya.

·

Penyuluhan melibatkan tokoh masyarakat dan agama.
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Buku Bagan Manajemen Terpadu Ba/ita Sakit (MTBS) Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Eko Budiarto. 1984. Dasar-dasar Metoda Statistik Kedokteran. Bandung.. Almnni.

Felix Kasim. 2003. Metod%gi Pene/itian Kesehatan I/mu Pengetahuan dan Penelitian. Bandung.

Hadi M. Abednego. 1993. Bimbingan Keterampilan da/am Tata/aksana Penderita Infeksi Sa/uran Pernapasan Akut pada Anak. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.

Mardjanis Said. 1994. Pneumonia dan Bronkiolitis Manifestasi Infeksi SaIuran Pemapasan Akut Berat. Masa/ah Pu/mon%gi Anak Saat Ini. Jakarta. Universitas Indonesia.

pada Anak Sebagai Perkembangan dan Fakultas Kedokteran

Oma Rosmajudi., Cissy B. Kartasasmita. 1993. Infeksi Saluran Napas Akut Bagian Atas (ASPA-A). Sistem Respirasi. Pedoman Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bandung. Universitas Padjajaran.

Oma Rosmayudi., Cissy B. Kartasasmita., Adi Hutomo Suardi., Heda Melinda D. Nataprawira. 2000. Pulmonologi. Pedoman Diagnosis dan Terapi I/mu Kesehatan Anak. Edisi Kedua. Bandung. Universitas Padjajaran.

Puskesmas Derwati. 2002. Laporan Kegiatan Tahun 2002 dan Rencana Tahunan Kesehatan tahun 2004. Bandlll1g. Puskesmas Derwati.

Soekidjo Notoadmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan IImu Perilaleu Kesehatan. Yogyakarta. Andi Offset.

T. H. Rampengan., I. R. Laurentz. 1990. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta. EGC.

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM PENGENALAN UCAPAN HURUF VOKAL MENGGUNAKAN METODE LINEAR PREDICTIVE CODING (LPC) DAN JARINGAN. SARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

Diduga, kredit bank, kredit koperasi, modal, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha memiliki pengaruh positif terhadap omzet industri alas kaki dari kulit di Kecamatan Magetan,

a) Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen

(g) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan “Mengontrak pemain asing kenamaan adalah syarat perlu untuk Indonesia agar ikut Piala Dunia” atau “Jika Indonesia ikut Piala Dunia

Komunitas waria tu pada dasarnya begitu mereka menginjak atau merasakan diri menjadi waria dalam bergabung dengan temen2, mereka tu pasti ingin temen2nya pada dandan pada pake

akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?.. 2) Dapat menganalisis dan mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi. pemerintahberpengaruh terhadap kualitas

• Bilangan yang mengisi field type (lihat halaman 7) selalu lebih besar dari 1518 • Panjang maksimum frame Ethernet adalah 1518 bytesY.  Bila isi field type/length merupakan

Arahan peraturan zonasi untuk Zona L2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81. ayat (2) huruf a