ABSTRAK
Penelitian dengan judul “SURVEI MENGENAI PERINGKAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KINERJA OPERATOR DI BAGIAN WINDING PT “X” KOTA BANDUNG. Bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja yang dapat diketahui melalui penyebaran kuesioner kepada operator bagian Winding PT “X” Bandung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan sampel yang diperoleh berukuran 57 operator. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja, alat ukur ini disusun oleh peneliti berdasarkkan teori dari Stephen P. Robbins (2001). Berdasarkan pengolahan hasil try out didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,8483 dan validitas antara 0,3107 sampai dengan 0,6371.
Melalui pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis faktor, didapatkan hasil bahwa operator dengan kinerja yang tinggi memilih peringkat pertama adalah faktor ability (83,87%) dan peringkat kedua faktor motivation (16,12%). Sedangkan operator dengan kinerja yang rendah, peringkat pertama adalah faktor opportunity (53,84%) dan peringkat kedua motivation (46,15%)
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1). Mayoritas operator bagian winding memilih peringkat pertama adalah faktor ability sebagai faktor yang paling berkaitan dengan kinerja. 2). Operator yang memiliki kinerja yang tinggi memilih peringkat pertama adalah faktor ability sebagai faktor yang paling dominan terhadap kinerja. 3). Operator yang memiliki kinerja yang rendah memilih peringkat pertama adalah faktor opportunity sebagai faktor yang paling dominan terhadap kinerja
Saran yang diajukan adalah : 1). Meneliti lebih dalam faktor-faktor lain yang juga berkaitan dengan kinerja. 2). Operator dapat menerima dan beradaptasi dengan situasi dan kebijakan-kebijakan yang ada di perusahaan dan lebih memotivasi dirinya dalam bekerja. 3). Supervisor memberikan bimbingan kepada operator sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan lebih memotivasi operator. 4). Pihak perusahaan memperbaiki situasi dan lingkungan yang ada di tempat mereka bekerja dan juga memberikan kesempatan kepada operator agar lebih berkembang lagi,
Daftar Isi
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
DAFTAR ISI ………... vii
DAFTAR BAGAN ……… x
DAFTAR TABEL ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……….…… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………. 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………. 11
1.4 Kegunaan Penelitian ………. 12
1.5 Kerangka pikir ……….. 13
1.6 Asumsi ……….. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ……….19
2.1.2 Aspek-aspek yang menentukan kinerja ……….22
2.1.3 Penilaian kinerja ………... 27
2.2 Jadwal Kerja 2.2.1 Pengertian Jadwal Kerja ………29
2.2.2 Jam kerja biasa ……….30
2.2.3 Permanent Part Time Employmet ………30
2.2.4 Compressed Workweek ………31
2.2.5 Flextime ………32
2.2.6 Shift work ……….33
2.3. Penngaruh sistem kerja shift terhadap kinerja ……….33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ………35
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………...36
3.3. Alat ukur 3.3.1. Jenis Alat Ukur ……….36
3.3.2. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur ………..37
3.4. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian 3.4.1. Populasi sasaran ………40
3.4.2. Prosedur Pemilihan Sampel ………..40
3.4.3. Karakteristik Sampel ……….40
3.5. Teknnik Analisis Data ………..41
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel ………42
4.2. Hasil Penelitian ………43
4.3. Pembahasan ………..45
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ………..52
5.2. Saran 5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan ………53
5.2.2. Saran Guna Laksana ………..53
DAFTAR PUSTAKA ………..55
DAFTAR RUJUKAN ……….56
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
BAGAN
Bagan 1.1 Skema Mekanisme Kerja Bagian Operation……….5
Bagan 1.2 Skema Kerangka Berpikir……….17
Bagan 3.1 Skema Penelitian………...35
TABEL
Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja dan nomor pertanyaan
yang akan diukur dalam kuesioner………...37
Tabel 4.1. Gambaran sampel secarau umum………...42
Tabel.4.2. Persentase dari faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja.……43
Tabel 4.3. Tabel tabulasi silang antara kinerja dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi Kinerja.………... 44
Tabel 4.4. Tabel tabulasi silang antara kelompok shift dengan persentase
Faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja ….……….44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Alat ukur penelitian
Lampiran B Data mentah kuesioner faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja
Lampiran C hasil perhitungan validitas dan reliabilitas kuesioner faktor-faktor
yang berkaitan dengan kinerja
Lampiran D Peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja
Lampiran E Data penunjang
Lampiran F Tabel data utama dari kinerja operator
Lampiran G Tabulasi silang antara kinerja dengan data penunjang
Lampiran H Tabulasi silang antara faktor ability, motivation, opportunity
dengan data penunjang
Lampiran I Tabel nilai rata-rata skor setiap kelompok operator berdasarkan
item, aspek dan faktor
Lampiran J Tabel nilai-nilai r Product Moment (Sugiono).
Lampiran A
Kata Pengantar Kuesioner
Dalam rangka mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha, penulis akan mengadakan penelitian sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan bantuan dan
kerjasama dari bapak/ibu untuk mengisi kuesioner yang diberikan.
Data-data yang akan diberikan akan sangat bermanfaat bagi penulis dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi Industri. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kesungguhan dan kejujuran bapak/ibu dalam mengisi
kuesioner ini. jawaban maupun identitas bapak/ibu akan kami jaga kerahasiannya.
Aatas kerjasama dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.
Nama (inisial) :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lama bekerja :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk pengisian kuesioner
Pada halaman berikut, teredapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan
kejadian sehari-hari di lingkungan kerja saudara. Pada setiap pernyataan terdapat tiga
pilihan jawaban, yaitu :
Sesuai, yang berarti saudara sering mengalami kejadian tersebut
Kurang Sesuai, yang berarti saudara kadang-kadang mengalami kejadian tersebut
Tidak Sesuai, yang berarti saudara tidak pernah mengalami kejadian tersebut.
Pada setiap pernyataan, saudara diminta untuk mengisi sesuai dengan keadaan
yang saudara alami. Caranya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada
pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara.
Jawaban saudara tidak ada yang salah dan setiap jawaban yang diberikan
hendaknya benar-benar mewakili keadaan saudara. Jawablah seetiap pertanyaan
dengan jujur. Setiap jawaban yang saudara berikan akan kami jaga kerahasiaannya.
Terima kasih atas kesediaan dan kerjasama saudara.
No Pertanyaan Sesuai Kurang sesuai
Tidak Sesuai 1 Saya dapat dengan mudah membedakan benang
dengan gulungan yang sempurna dengan yang tidak
2 Saya dapat membedakan dengan cepat jenis benang
halus dan benang kasar
3 Saya dapat melihat gulungan benang yang cacat
dengan kasat mata
4 Saya menambah bobin (gulungan benang yang kecil)
dengan cepat
5 Apabila ada 2 mesin yang bersebelahan kekurangan
bobin, maka saya menambahkannya secara
bersamaan
6 Saya mengisi 6 tempat bobin dan menyambungkan
benangnya ke cones secara cepat dan tepat
7 Apabila mesin mengalami kerusakan kecil
(tersumbat), maka saya dapat memperbaikinya
sendiri
8 Apabila mesin berjalan tidak seperti biasanya, saya
dapat mengetahui permasalahannya dengan tepat.
9 Saya mampu menghasilkan jumlah cones lebih
banyak dibandingkan sebelum jam istirahat
10 Apabila jumlah cones belum memenuhi jumlah dari
target, saya dapat mencapainya dengan sisa jam kerja
yang ada
11 Saya berusaha menghasilkan jumlah cones lebih
banyak dari target yang sudah ditentukan
13 Saya merasa cocok dengan pekerjaan saya saat
Ini
14 Saya bersemangat saat berangkat kerja
15 Saya bersemangat saat bekerja karena saya
menyenangi pekerjaan saya
16 Saya mampu mengatur energi saya saat bekerja
17 Dalam satu bulan saya terlambat masuk kerja paling
banyak 2 kali
18 Apabila berangkat kerja saya berusaha hadir sebelum
jam kerja saya dimulai
19 Saya bersedia menjadi pemimpin shift
20 Apabila ada gulungan benang yang cacat, maka saya
akan menggulung ulang
21 Saat bekerja saya merasa terganggu jika supervisor
mengawasi
22 Saya selalu dapat mencapai target tanpa perlu
diawasi atau ditegur oleh supervisor
23 Saya yakin mampu memenuhi target hasil kerja
apabila target yang ditetapkan naik
24 Saya tidak merasa kesulitan bekerja dengan
menggunakan jadwal kerja shift
25 Jadwal kerja shift dapat meningkatkan produktivitas
kerja
26 Jadwal kerja shift memiliki keuntungan yang lebih
besar dibandingkan sistem kerja biasa
27 Peraturan yang diberlakukan perusahaan dapat
mempengaruhi produktivitas karyawan
dapat memmbantu kelancaran saya dalam bekerja
29 Perusahaan sangat memperhatikan kesehatan dari
para karyawannya
30 Perusahaan memberikan upah yang sesuai dengan
pekerjaan saya
31 Supervisor saya memberikan bimbingan dalam
bekerja
32 Kehadiran supervisor membantu saya menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan target
33 Kehadiran supervisor membuat saya tidak efektif
dalam bekerja
34 Pengawasan dari supervisor memotivasi saya untuk
LAMPIRAN B
Data mentah kuesioner faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja
Lampiran D
Tabel Peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja
Operator Ability Motivation Opportunity
40 0.039 0.055 -0.025
41 0.029 0.026 -0.097
42 -0.017 0.068 -0.042
43 0.102 -0.006 0.041
44 -0.021 0.039 0.094
45 0.090 -0.088 -0.009
46 -0.038 -0.003 -0.008
47 0.038 0.014 0.108
48 0.001 0.053 -0.035
49 0.023 0.001 0.005
50 0.056 -0.033 -0.110
51 0.057 0.010 0.039
52 -0.020 0.029 0.039
53 -0.007 0.015 0.034
54 0.006 0.035 -0.109
55 0.062 0.015 -0.006
56 0.101 -0.032 0.025
42 R.I perempuan 47 28 SD
43 N perempuan 42 25 SMP
44 N.S perempuan 37 14 SMP
45 C perempuan 43 26 SD
46 G.L perempuan 43 27 SD
47 R laki-laki 33 9 SMP
48 T.K perempuan 41 22 SMP
49 J.H perempuan 41 24 SMP
50 M perempuan 42 21 SMP
51 A.T perempuan 42 23 SMP
52 M.H perempuan 34 14 SMP
53 L perempuan 46 28 SD
54 K laki-laki 42 25 SMP
55 S perempuan 41 19 SMP
56 D.L perempuan 43 25 SD
Lampiran F
Tabel F.1. Data utama dan kinerja operator
39 Motivation malam 298 siang 248 pagi 255 malam 347 siang 404
Minggu ke-6 minggu ke-7 minggu ke-8 minggu ke-9 Operator Faktor yang tertinggi
24 Motivation malam 324 siang 576 pagi 389 malam 419
tabel F.2. Tabel persentase kinerja dibandingkan dengan rata-rata cones
8 Ability 307 326 552 303 158 413 246 429 395
Rata-rata 282,105 325,47 549,5789 293,32 151,58 413,89474 244,32 432,368 394,31579
56 Ability 256 311 410 87,5% 250 417 415 87,5% 301 347 575 95,8% 39 Motivation 255 313 422 248 404 406 298 347 566
40 Motivation 250 309 413 249 401 403 301 345 569
42 Motivation 256 316 416 255 408 408 295 351 574
46 Motivation 253 312 411 247 406 407 287 345 568 48 Motivation 250 311 413 248 408 405 301 342 565 54 Motivation 252 309 416 249 406 407 299 342 567
57 Motivation 248 313 400 71,4% 248 405 406 61,9% 286 345 569 66,6% 44 Opportunity 253 309 409 243 405 385 297 341 563
47 Opportunity 246 313 401 258 402 407 291 340 554
52 Opportunity 245 305 411 245 402 399 286 343 564
53 Opportunity 254 310 409 33,3% 247 398 395 25% 283 335 569 16,6%
LAMPIRAN G
Tabel G.1. tabel jumlah operator berdasarkan kinerja tinggi atau rendah
Tabel G.2. tabulasi silang antara kinerja dengan faktor tertinggi
Kinerja
Tabel G.3. tabulasi silang antara kinerja dengan masa kerja
Kinerja
Kinerja Pendidikan
Tinggi Rendah SD 52,63% (10) 47,37% (9)
SMP 60% (18) 40% (12)
SMA 25% (2) 75% (6)
LAMPIRAN H
Tabel H.1. Tabulasi silang antara faktor yang berkaitan dengan masa kerja
Faktor
Tabel H.2. Tabulasi silang antara faktor yang berkaitan dengan usia
Faktor
LAMPIRAN I
Tabel I.1 nilai rata-rata skor setiap kelompok operator berdasarkan item, aspek
dan faktor
Operator 1-19 Operator 20-38 Operator 19-57 No.
Item Item aspek faktor item aspek faktor item aspek faktor
Tabel I.2. Rata-rata setiap kelompok oprator berdasarkan aspek dari setiap faktor
nilai rata-rata Faktor yang
berkaitan dengan kinerja
Aspek
Operator 1-19
Operator 20-38
operator 39-57
Perceptual Speed 2,46 2,40 2,54
Dynamic flexibility 2,63 2,47 2,46
Inductive Reasoning 2,29 2,00 2,13
Ability
Stamina 2,39 2,37 2,37
Sikap yang positif terhadap organisasi dan
pekerjaannya 2,36 2,49 2,47
Motivation
Bertanggungjawab tehadap pekerjaannya 2,48 2,33 2,32 Kondisi kerja yang kondusif 2,35 2,15 2,37 Kebijakan perusahaan 2,47 2,51 2,29 Opportunity
Lampiran J
Tabel Nilai-nilai r Product Moment
N Taraf Signifikan 5%
3 0.997 4 0.950 5 0.878 6 0.811 7 0.754 8 0.707 9 0.666 10 0.632 11 0.602 12 0.576 15 0.514 20 0.444 25 0.396 30 0.361 35 0.334 40 0.312 45 0.294 50 0.229 55 0.266
57 0.260
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk sebagai salah satu negara yang sedang berkembang di
kawasan Asia Tenggara, namun krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun
1997, membuat banyak kegiatan dari perusahaan yang terhambat dan mulai tidak
dapat menutupi pengeluaran operasionalnya. Salah satu dari bidang usaha itu
adalah bidang tekstil dan produk pertekstilan yang hingga sekarang nasibnya
makin memprihatinkan. Banyak pengusaha tekstil sedang ataupun yang besar
mengalami kemunduran dalam pemasaran dan pada gilirannya tentu berdampak
pada produksi (Sumber : www. Yahoo.com/cerita kami oleh Edi Cahyono).
Perusahaan tekstil saat ini sedang mengalami problem yang sangat serius.
Disatu sisi, perusahaan ditekan oleh biaya produksi yang terus menerus naik, baik
karena kenaikan tarif dasar listrik (TDL), BBM, maupun tuntutan kenaikan upah
yang terjadi setiap tahun. Selain itu pungutan liar dengan segala bentuknya masih
belum juga dapat dihilangkan, contohnya, tambahan biaya keamanan, pajak
rangkap yang dikenakan oleh oknum pemerintahan. (Sumber : Harian Umum
Suara Merdeka, 3 April 2003). Di sisi lain, saat ini negara kita sedang
berkompetisi dengan negara lain untuk mendapatkan pangsa pasar di negara kita
sendiri, hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari perdagangan bebas Asia
(AFTA) (Sumber: www. Yahoo.com/cerita kami oleh Edi Cahyono). Untuk itu
perusahaan dituntut menghasilkan jumlah produk yang lebih tinggi dengan
kualitas memadai. Hal ini tentu saja terkait dengan hasil kerja dari karyawan yang
bekerja pada perusahaan tersebut.
Perusahaan sebagai suatu organisasi, memiliki berbagai macam kegiatan
yang dilakukan oleh beberapa kelompok pekerja. Kegiatan-kegiatan tersebut satu
dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. Tercapainya
tujuan suatu perusahaan tersebut sangat tergantung pada sumber daya yang
dimilikinya. Untuk itu perusahaan harus menjaga kualitas dari sumber daya yang
dimilikinya, seperti, bahan baku, mesin untuk kegiatan produksi, dan manusia
(SDM).
Sumber Daya Manusia memegang peranan yang sangat penting dalam
suatu perusahaan. Sebaik-baikya sarana dan secanggih-canggihnya mesin, tetap
tidak akan ada artinya bila tidak ada manusia yang menjalankan atau
mengoperasikannya . Pada saat ini banyak perusahaan yang sadar betapa
pentingnya kepedulian terhadap potensi dan kompetesi sumber daya manusia
(Media Indonesia, 25 Maret 1999). Hal ini didukung oleh Louis A. Allen yang
mengungkapkan bahwa, rencana-rencana dalam organisasi dan pengawasan yang
sudah sempurna, apabila tidak dijalankan dengan baik maka perusahaan tidak
akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya dapat dicapainya (Psikologi
Industri, Drs, Moh. Af’ad.S.U.,Psi, Hal 103)
Dengan sulitnya bertahan dan ketatnya persaingan antar perusahaan
dewasa ini, maka untuk meningkatkan daya saing, setiap perusahaan harus
menjaga dan meningkatkan kualitas sumber dayanya. Salah satunya dengan
menggunakan mesin operasional selama 24 jam penuh. Namun sangat tidak
mungkin seorang karyawan dapat bekerja selama 24 jam, karena manusia
memiliki kemampuan yang terbatas dan butuh waktu untuk istirahat. Oleh karena
itu pemerintah mengeluarkan undang-undang mengenai waktu kerja. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia tentang ketenagakerjaan, pada Bab X
mengenai Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan, pasal 77 ayat 2
disebutkan bahwa waktu kerja yang diperkenankan adalah 7 jam/hari dan 42 jam/
minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu. Untuk mengatasi hal tersebut,banyak
perusahaan yang menerapkan sistem kerja shift bagi karyawannya. Pada
perusahaan-perusahaan besar yang bekerja selama 24 jam, sistem kerja shift ini
biasanya terbagi menjadi 3 bagian, yaitu, pagi (jam 07.00-15.00), siang (jam
15.00-23.00), dan malam (jam 23.00-07.00).
Dengan adanya sistem shift ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja
dari karyawannya. Menurut Stephen P. Robbins kinerja karyawan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, ability, motivation, and opportunity. Pada sistem kerja
shift faktor ability dan motivation akan lebih mudah berubah-rubah karena kedua
faktor ini berada dalam diri karyawan (internal), sehingga dapat terpengaruh oleh
kondisi kerja termasuk jam kerjanya . Berbeda dengan ability dan motivation,
faktor opportunity diberikan oleh perusahaan kepada seluruh karyawannya, seperti
mesin, peralatan, kebijakan perusahaan, dan kondisi kerja (eksternal).
Pada sistem shift, ability dan motivation karyawan akan dapat
dimaksimalkan khususnya pada shift pagi, dan shift siang, hal ini dikarenakan
fungsi tubuh manusia akan lebih aktif pada pagi atau siang hari, dan kurang aktif
pada malam hari. Sebaliknya ability dan motivation karyawan tidak dapat
maksimal pada malam hari, karena bertentangan dengan ritme harian manusia
(Wagimun S. Teks, Efisiensi dan Produktivitas, Pendidikan dan Latihan,
pengembangan industri tekstil,1990)
Perusahaan ‘X’ yang terletak di Bandung ini bergerak dalam bidang tekstil
dan memiliki ribuan pekerja. Perusahaan ‘X’ ini merupakan perusahaan
multinasional, 60 % produk diekspor ke berbagai macam mancanegara, seperti
Bangladesh, Filipina, Nicaragua, Afrika Selatan dan Pakistan. Sedangkan 40 %
sisanya dijual di dalam negeri, terutama ke perusahaan konveksi di Surabaya.
Perusahaan ‘X’ ini bekerja menggunakan sistem kerja shift , dimana shift pagi
(kelompok Shift A) mulai jam 06.00-14.00, shift siang (kelompok Shift B) mulai
jam 14.00-22.00, dan shift malam (kelompok Shift C) sejak jam 22.00-06.00.
Sistem kerja shift ini akan dirotasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, jadi
setiap karyawan yang bekerja secara shift akan dirotasi setiap 1 minggu, dengan
ketentuan, shift pagi akan berputar menjadi shift malam, shift malam akan
berputar menjadi shift siang, sedangkan shift siang akan berputar menjadi shift
pagi. Proses tersebut akan berotasi terus setiap satu minggu.
Setiap Departemen dari perusahaan “X” memiliki jumlah karyawan yang
berbeda-beda, pada Departemen Spinning/Pemintalan berjumlah 354 karyawan.
Dengan penempatan pada bagiannya masing-masing sesuai dengan keahliannya.
Posisi yang terdapat pada Departemen ini adalah bagian Operation, yaitu
karyawan yang mengoperasikan mesin, dan bagian Maintenance, yaitu karyawan
yang bertugas untuk mengatasi hal-hal yang umum, seperti administrasi,
kebersihan, listrik, perbaikan mesin, dll.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti pada bagian operation, khususnya
proses Winding dengan pertimbangan, pada bagian ini, hasil kerja yang diperoleh
setiap karyawan dapat dinilai setiap hari dan dapat dilihat jumlahnya. Pada bagian
operation terdiri dari beberapa tahap, yang mekanisme kerjanya sebagai berikut:
Carding Drawing
Open Ball Blowing
Ring Spinning Winding Packing
Roving
Bagan 1.1 Mekanisme Kerja Bagian Operation
Pada tahap pertama, yaitu Open Ball, semua bahan baku berupa kapas
dikategorikan berdasarkan jenis dan asalnya. Tahap selanjutnya, Blowing, pada
tahap ini bahan baku tersebut dicampur sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan, lalu diolah, hasil dari olahannya akan diukur berat dan kualitasnya di
laboratorium. Apabila sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan, maka akan
dikirim ke bagian Carding. Pada bagian Carding, bahan baku yang berupa kapas
tersebut, diolah menjadi bentuk gulungan kapas yang besar dan ditempatkan
dalam drum. Drum tersebut akan dikirim ke bagian Drawing, di bagian ini drum
tersebut dibuat dalam 2 barisan berdasarkan jenisnya, hal ini dilakukan untuk
mempermudah untuk proses selanjutnya, yaitu bagian Roving.
Pada bagian Roving, drum yang berasal dari bagian Drawing,
dikategorikan berdasarkan jenisnya, dan selanjutnya diolah menjadi gulungan
benang yang besar. Gulungan benang yang besar ini ditempatkan dalan satu
tempat gulungan benang yang disebut bobin. Tahap selanjutnya, yaitu Ring
Spinning, di tahap ini semua bobin hasil dari bagian Roving dikategorikan lagi,
dalam bentuk benang kasar atau benang halus. Lalu diolah dari bentuk benang
yang besar menjadi benang yang kecil, dan ditempatkan kembali dalam bobin.
Tahap selanjutnya adalah bagian Winding, pada tahap ini bobin yang
berasal dari bagian Ring Spining dipisahkan lagi berdasarkan warnanya, lalu
gulungan benang yang terdapat di bobin, akan disambung menjadi satu gulungan
yang lebih besar, gulungan yang besar ini disebut Cones. Cones tersebut akan
diperiksa berat dan mutunya, apabila sudah sesuai dengan standart dari
perusahaan, maka akan dikirim ke bagian Packing. Gulungan benang yang besar
ini akan dipasarkan ke konsumen, oleh karena itu pada bagian ini, tingkat
ketelitian harus lebih ketat lagi, agar gulungan benang yang dihasilkan dapat
sesuai dengan standard dari perusahaan, baik dari segi kualitas dan
kuantitasnya.Tahap terakhir, yaitu Packing, di bagian ini cones yang berasal dari
bagian Winding akan dibungkus dalam satu tempat yang disebut bale. satu bale
terdiri dari 15 cones.
Di bagian Winding, para operator dituntut untuk lebih teliti dan terampil
dalam bekerja. Pada bagian ini terdapat 74 karyawan. Tugas dari karyawan bagian
Winding ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap yang pertama, mereka harus
memisahkan gulungan-gulungan benang yang kecil berdasarkan warna bobin, ada
9 macam warna bobin, hal ini diharuskan agar hasil akhir benang pada gulungan
besar tidak terjadi kerusakan. Setelah itu, mereka harus memasukan
gulungan-gulungan benang yang kecil tersebut dalam suatu mesin, dan mesin tersebut akan
menggulung benang tersebut menjadi gulungan yang lebih besar. Namun bila ada
benang yang putus, maka mereka harus menyambungnya kembali.
Dalam satu mesin, terdapat 50 alat penyambung dan setiap alatnya
membutuhkan lima gulungan benang kecil. Apabila gulungan benang yang kecil
tersebut habis, maka karyawan mengisinya kembali. Agar proses penyambungan
dapat berjalan terus, hal ini membutuhkan ketrampilan yang tinggi, apabila
karyawan lalai, maka akan mengakibatkan jumlah produksinya akan berkurang.
Pada tahap akhir, operator harus memeriksa hasil pada gulungan benang yang
besar. Apakah benang cacat atau tidak, apabila mengalami cacat, benang harus
ditandai dan digulung ulang.
Di perusahaan ‘X’, kinerja operator secara shift masih termasuk dalam
standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Meskipun demikian ada juga hasil
produksi yang kurang memenuhi standar. Menurut seorang supervisor, hal seperti
ini, dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu bahan baku dan faktor operatornya. Namun,
jarang terjadi kekeliruan dalam pengolahan bahan baku, karena perusahaan sudah
memiliki catatan untuk mencampur bahan baku, agar menghasilkan produk yang
diinginkan. Selain itu, hasil dari satu bagian akan diambil sampelnya terlebih
dahulu untuk diperiksa di laboratorium Sedangkan dari faktor operatornya sering
ditemukan operator yang kurang konsentrasi dan kurang disiplin ketika bekerja
,seperti mengobrol saat menyambung benang atau menambah gulungan benang
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan proses tersebut.
Dari hasil wawancara terhadap 12 operator bagian Winding, 75%
mengatakan tidak memiliki kendala yang berarti saat bekerja, mereka hanya
mengeluhkan tentang kebijakan perusahaan yang menghilangkan sistem kompetisi
antar operator. Menurut mereka dengan adanya sistem kompetisi, mereka lebih
termotivasi lagi untuk bekerja. 83% operator menyatakan bahwa bekerja pada
shift malam lebih nyaman dibandingkan dengan shift pagi atau shift siang. Hal ini
cukup mengherankan, karena kita tahu bahwa ritme harian manusia adalah bekerja
pada pagi atau siang hari dan istirahat pada malam hari. 75% mengatakatan bahwa
kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya lebih baik jika bekerja
pada pada shift pagi atau siang hari, karena pada malam hari mereka sering
mengantuk dan kemampuan mereka dalam menyambung benang kurang dapat
dimaksimalkan. 25% dari mereka mengatakan kemampuan mereka akan sama
saja baik bekerja pada shift pagi, shift siang, atau shift malam.
Dari 12 operator yang diwawancarai, 91,6% mengatakan bahwa mereka
lebih termotivasi dan bersemangat jika bekerja pada shift siang atau shift malam,
sedangkan 8,4% mengatakan lebih semangat bila bekerja pada shift pagi. 100%
dari jumlah operator yang diwawancarai mengatakan bahwa kondisi kerja dan
kebijakaan yang diberikan oleh perusahaan banyak membantu mereka dalam
bekerja, terutama dalam hal lingkungan kerja mereka yang cukup nyaman.
Dengan hasil yang diperoleh dari wawancara, maka dapat dilihat ciri khas
dari aetiap shift yang ada di bagian Winding. Pada shift pagi kemampuan dari
operator dapat dimaksimalkan karena kondisi tubuh masih segar dan mereka
bekerja sesuai dengan ritme harian manusia, namun mereka kurang termotivasi
dalam bekerja karena mereka merasa pengawasan yang terlalu ketat dari
supervisor saat bekerja, dan juga seringnya kepala produksi dari departemen
menggontrol mereka, hal tersebut membuat operator menjadi tegang saat bekerja,
dan kurang konsentrasi saat bekerja.
Untuk shift siang, kemampuan operator juga dapat dimaksimalkan, dan
mereka lebih termotivasi untuk bekerja karena pada saat memasuki shift siang
biasanya pengawasan dari supervisor tidak terlalu ketat. Pada shift malam,
operator kurang dapat memaksimalkan kemampuannya, namun mereka memliki
motivasi yang cukup tinggi dalam bekerja, disamping pengawasan yang tidak
terlalu ketat, pada shift malam sering mendapat insentif yang lebih besar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang supervisor, pengawasan
yang ketat di pagi hari perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran produksi pada
hari tersebut. Pengawasan yang dilakukan selain terhadap operator mesin, juga
terhadap ketersediaan bahan baku, kelayakan mesin, perbaikan hal-hal yang dapat
menggangu kinerja operator, seperti perbaikan penerangan, ventilasi, alat
pembersih. Untuk keperluan itulah pada pagi hari jumlah supervisor yang
mengawasi lebih banyak dan lebih sering dilakukan. Apabila telah dilakukan
pengawasan dan kontrol pada pagi hari maka diharapkan seluruh kegiatan selama
satu hari itu dapat berjalan lancar dan membantu meningkatkan kinerja dari
operator. Untuk shift siang dan shift malam, pengawasan tidak terlalu ketat,
meskipun demikian masih ada karyawan yang selalu siap untuk mengatasi
masalah-masalah teknis.
Perbedaan pengerahan kemampuan, perbedaan tingkat motivasi, serta
adanya pengaruh ritme harian manusia tentunya mempengaruhi kinerja dari
operator sendiri. Hal ini ditunjukkan dari data perkembangan grafik produksi
selama bulan Mei-Juni 2005, maka didapatkan hasil bahwa jumlah produksi shift
pagi dan siang tidak selalu menunjukkan hasil yang lebih banyak dari shift
malam. Selama bulan Mei-Juni 2005 jumlah produksi pada shift pagi sebanyak
52244 cones, shift siang 54547 cones, dan shift malam 55092 cones.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil kerja secara keseluruhan
bulan Mei dan Juni 2005, shift malam lebih tinggi dibandingkan dengan shift
siang dan shift pagi. Hasil kerja antara shift pagi dan shift malam memiliki selisih
yang tinggi sekali, yaitu sebanyak 3018 cones. Sedangkan antara shift siang dan
shift malam selisih sebanyak 597 cones.
Situasi yang terjadi di bagian Winding ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh P.E. Mott (dalam Ernest J. McCormick,1979), yang mengatakan
bahwa ada kesalahan yang lebih tinggi dan produktivitas yang lebih rendah terjadi
pada jadwal kerja shift, terutama jadwal kerja shift malam. Hal ini didukung juga
oleh penelitian yang dilakukan di Amerika dan Eropa, penelitian tersebut
menyatakan bahwa produktivitas karyawan yang berkerja pada shift malam lebih
rendah dibandingkan karyawan pada shift siang, selain itu karyawan yang bekerja
pada shift malam akan lebih mudah untuk melakukan kesalahan dan mengalami
kecelakan (VidaČek, Kaliterna, dan Rado
ŝ
ević-Vidaĉek, 1986, dalam DuaneP. Schultz,1994)
Situasi di PT ‘X’ tidak selalu sesuai dengan penelitian yang pernah
dilakukan di atas atau dengan teori-teori yang ada. P.E. Mott mengatakan bahwa
tingkat produktvitas pada jadwal kerja shift malam akan lebih rendah
dibandingkan shift pagi dan siang. Hal ini berbeda dengan kondisi di PT ‘X’,
dimana produktivitas pada shift malam secara umum lebih tinggi dibandingkan
dengan shift pagi dan siang, hal ini diakibatkan adanya faktor-faktor lain yang
berkaitan dengan kinerja dari operator di PT ‘X’ ini. Dengan adanya kondisi ini,
peneliti tertarik untuk melihat dan menjabarkan lebih lanjut mengennai peringkat
faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja operator di Bagian Winding PT “X”
Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana peringkat faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja
pada operator Bagian Winding PT “X” Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian :
Maksud dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai
peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja pada operator
Bagian Winding.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan dan mendeskripsikan
peringkat faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja pada operator
bagian Winding.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Ilmiah
Kegunaan ilmiah yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat memberi masukan informasi tambahan dan
memperkarya ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi,
serta menjadi bahan masukan yang berguna bagi ilmu psikologi yang
membahas mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja.
2. Memberikan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu:
1. Sebagai bahan informasi mengenai peringkat faktor-faktor apa saja yang
berkaitan dengan kinerja operator khususnya bagian Winding.
2. Bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha meningkatkan kinerja
dari operator.
1.5 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan tentu memiliki suatu tujuan tertentu, antara lain jumlah
hasil kerja. Perusahaan akan berusaha menggunakan seluruh sumber daya dengan
maksimal untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu sumber daya yang terpenting
adalah manusia atau karyawannya, dikarenakan seluruh kecanggihan teknologi
mesin tidak ada artinya bila tidak ada yang mengoperasikannya. Apabila
karyawan telah berhasil mencapai target kerja yang telah ditetapkan, maka
diharapkan kinerja dari karyawan-karyawan tersebut mampu meningkatkan
produktivitas dari suatu perusahaan. (Sumber :Media Indonesia,25 Maret 1999)
Menurut Stephen P. Robbins (2001), produktivitas adalah pengukuran
dari hasil kerja, termasuk efektivitas dan efisiensi kerja. Kinerja karyawan
merupakan fungsi dari beberapa faktor, yaitu : Ability (kemampuan), Motivation
(motivasi), dan Opportunity to Perform (peluang). Apabila salah satu dari faktor
tersebut kurang berfungsi, maka akan berdampak negatif terhadap hasil kerja
karyawan, sehingga hasil kerja yang ditampilkan oleh karyawan akan rendah.
Sebaliknya, jika ketiga faktor tersebut berfungsi dan saling mendukung, maka
hasil kerja yang ditampilkan akan tinggi.
Faktor ability dan motivation akan lebih mudah berubah-rubah karena
kedua faktor ini berada dalam diri karyawan (internal), sehingga dapat
terpengaruh oleh kondisi kerja termasuk jam kerjanya . Berbeda dengan ability
dan motivation, faktor opportunity diberikan oleh perusahaan kepada seluruh
karyawannya, seperti mesin, peralatan, kebijakan perusahaan, dan kondisi kerja
(eksternal).
Ability merupakan kemampuan seorang karyawan untuk melaksanakan tugas
yang bervariasi dalam suatu pekerjaan. Ability dalam seorang individu memiliki
dua faktor yang saling berkaitan, yaitu: Intellectual Abilities and Physical
Abilities. Yang dimaksud dengan intellectual abilities adalah kapasitas intelegensi
yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan mental seseorang. Intellectual
abilities dapat dilihat melalui berbagai macam tes intelegensi. Jenis pekerjaan
yang berbeda, menuntut karyawan menggunakan kemampuan intelegensi yang
berbeda pula. Karyawan yang bekerja dalam kegiatan yang sama dalam
kesehariannya, tidak dituntut memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi,
contohnya adalah seorang operator mesin.
Physical abilities adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang bergantung pada stamina, ketrampilan, kekuatan dan keahlian
yang serupa dari setiap karyawannya. Physical abilities diperlukan dalam setiap
pekerjaan, dengan demikian karyawan dituntut memiliki physical abilities yang
baik. Untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu physical abilities ini lebih dominan
dibandingkan dengan kemampuan intelegensi. Contoh : karyawan bagian gudang.
Selain Ability, faktor lain yang mempengaruhi hasil kerja adalah Motivation.
Motivation adalah keinginan untuk mengerahkan seluruh usahanya untuk
mencapai tujuan organisasi dan untuk memenuhi kebutuhan individual. Hasil
kerja yang tinggi dapat dicapai jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi.
Motivation yang dianggap tinggi, apabila karyawan bekerja secara alami dan
kreatif; karyawan mampu mengarahkan dan mengontrol kemampuannya sesuai
dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan; selain itu karyawan juga mempunyai
rasa tanggungjawab terhadap pekerjaannya.
Sedangkan motivation yang dianggap rendah, apabila karyawan tidak
menyukai pekerjaannya bahkan menghindari pekerjaan tersebut, dan tampak
malas ketika bekerja; selain itu, mereka harus selalu dikontrol atau diberikan
hukuman untuk mencapai target hasil kerja; karyawan akan menolak
tanggungjawab pekerjaan yang diberikan, dan tidak memiliki ambisi untuk
berkembang.
Menurut Stephen P. Robbins (2001) seseorang akan lebih termotivasi dan
menunjukkan kinerja yang tinggi, apabila memiliki tugas yang spesifik dan
memiliki tingkat kesulitan, selain itu juga ditunjang oleh konsistennya ability dan
kemampuan karyawan dalam menerima target kerja. Motivasi yang tinggi juga
ditunjukkan apabila perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
ikut serta dalam menetapkan target kerja yang akan dicapai. Dengan ikut serta
dalam menetapkan target kerja, maka para karyawan akan menerima lebih baik
target kerja tersebut, dan akan lebih termotivasi untuk bekerja walaupun target
tersebut memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
Apabila seorang karyawan memiliki ability yang baik dan Motivation yang
tinggi dalam bekerja, tetapi tidak memiliki opportunity untuk mengembangkan
ability yang dimilikinya, maka hal tersebut menjadi rintangan dalam mencapai
hasil kerja yang maksimal. Kinerja yang tinggi, akan dapat tercipta, jika seorang
karyawan memiliki ability sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. Dalam penelitian
ini, karyawan dituntut untuk terampil dalam menyambung benang dengan cepat,
membedakan jenis benang, dan mampu memperbaiki gulungan benang yang tidak
sempurna. Selain ability, karyawan juga dituntut memiliki Motivation yang tinggi
dalam bekerja. Dalam bekerja karyawan diharapkan memiliki Motivation untuk
dapat memenuhi target hasil kerja perorangan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Untuk mendukung ability dan motivation yang telah dimiliki oleh karyawan,
maka perusahaan harus memberikan opportunity untuk dapat memaksimalkan
seluruh kemampuan dan motivasinya. Untuk mendukung hal tersebut, seluruh
karyawan mendapat opportunity yang sama berupa diberi peralatan yang lengkap,
mesin yang digunakan dapat berfungsi dengan baik, supervisor dari karyawan
bekerja dengan baik, peraturan dan kebijakan dari perusahaan disesuaikan.
Apabila seorang karyawan menunjukkan hasil kerja yang rendah atau kurang
baik, sedangkan sebenarnya ia dapat mencapai hasil kerja yang lebih baik, maka
sebaiknya dilihat ability dari karyawan, motivation dari karyawan untuk bekerja,
dan tersedianya opportunity bagi karyawan untuk menghasilkan hasil kerja yang
lebih baik lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ini akan berkaitan dengan jadwal
kerja dari operator dan ritme harian dari manusia, dan pada akhirnya
mempengaruhi hasil kerja dari karyawan bagian Winding. Ada kemungkinan pada
saat bekerja pada pagi akan lebih banyak memperoleh hasil kerja yang lebih
banyak dibandingkan saat bekerja pada siang dan malam, hal tersebut dikarenakan
jam biologis manusia aktif pada pagi hari, dan pada malam hari adalah waktunya
untuk beristirahat (Wagimun S.Teks, Efisiensi dan Produktivitas, Pendidikan
dan Latihan, pengembangan industri tekstil,1990), sehingga pada saat pagi
hari ability operator dapat dimaksimalkan, dan mereka lebih konsentrasi dalam
bekerja Sedangkan operator yang bekerja pada shift siang masih dapat
memaksimalkan ability yang dimilikinya, namun menjelang akhir jam kerja,
ability yang dimilikinya mulai menurun. Berbeda dengan kedua shift sebelumnya,
operator yang bekerja shift malam, ritme hariannya akan terganggu, hal ini dapat
mengganggu keadaan psikologis operator seperti kurang dapat memaksimalkan
ability yang dimilikinya, menurunnya motivation operator saat bekerja, kurang
cepat dan kurang teliti dalam bekerja, hal ini tentunya berpengaruh terhadap hasil
kerja, terutama pada malam hari.
Dengan adanya faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja tersebut, maka
setiap operator akan memiliki kombinasi peringkat yang berbeda antara ability,
motivation, and opportunity, sehingga akan berdampak pada kinerja dari operator.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di halaman selanjutnya.
Faktor Internal :
Ability
Motivation
Faktor Eksternal :
Opportunity
Hasil Kerja operator bagian Winding
(dalam cones)
Jadwal kerja Shift
Operator bagian
Winding
Bagan 1.2 Kerangka Berpikir
1.6. Asumsi
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik asumsi sebagai berikut, setiap operator
akan memiliki kombinasi peringkat yang berbeda antara ability, motivation, and
opportunity. Hasil kerja masing-masing operator. bagian Winding dapat dilihat
dari keadaan ability, motivation, yang ada di dalam diri setiap operator dan
opportunnity yang diberikan perusahaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja sebagai berikut:
1. Mayoritas operator bagian winding menganggap faktor ability sebagai
peringkat pertama dari faktor yang paling berkaitan dengan kinerja
2. Sebagian besar operator bagian Winding memiliki kinerja yang tinggi.
3. Operator yang memiliki kinerja yang tinggi memilih faktor ability sebagai
peringkat pertama untuk faktor yang paling berkaitan terhadap kinerja.
4. Operator yang memiliki kinerja yang rendah memilih faktor opportunity
sebagai peringkat pertama untuk faktor yang paling berkaitan terhadap kinerja
5. Sebagian besar operator yang memilih faktor motivation sebagai peringkat
pertama untuk faktor yang paling berkaitan dengan kinerja memiliki kinerja
yang rendah.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan dengan
menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, maka peneliti
merasa perlu mengajukan beberapa saran.
5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan
Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menganjurkan untuk melakukan
penelitian pada bidang pekerjaan yang lain dan level pekerja yang berbeda, dan
juga meneliti lebih dalam faktor-faktor lain yang berkaitan juga dengan kinerja.
5.2.2. Saran Guna Laksana
− Untuk operator, peneliti menyarankan agar para operator dapat menerima dan
beradaptasi dengan situasi dan kebijakan-kebijakan yang ada di perusahaan.
Selain itu, operator disarankan lebih memotivasi dirinya dalam bekerja, salah
satunya dengan cara menetapkan target yang lebih tinggi oleh perusahaan.
Untuk kelompok operator A, peneliti menyarankan agar kelompok tersebut
menjaga kestabilan kinerja, baik saat bekerja pada shift pagi, shift siang,
ataupun shift malam, dan juga lebih memotivasi diri, terutama saat bekerja
pada shift malam.
Untuk kelompok operator B, peneliti menyarankan agar lebih bertanggung
jawab lagi terhadap kinerja yang telah dihasilkan, selain itu lebih
meningkatkan inductive reasoning ability. Kelompok operator ini disarankan
juga lebih beradaptasi lagi dengan sistem kerja shift yang ada di perusahaan
“X”.
Untuk kelompok operator C, peneliti menyarankan agar lebih bertanggung
jawab lagi terhadap kinerja yang telah dihasilkan, dan tidak memerlukan
pengawasan yang intensif untuk mencapai target kinerja. Selain itu juga
disarankan untuk meningkatkan stamina, sehingga saat kinerja yang dihasilkan
dapat stabil baik saat bekerja pada shift pagi, shift siang, ataupun shift malam.
− Untuk supervisor, peneliti menyarankan agar para supervisor dapat
memberikan bimbingan kepada operator sesuai dengan apa yang dibutuhkan
tergantung dari faktor apa yang dinilai kurang oleh supervisor dan lebih
memotivasi operator untuk bekerja dengan motivasi yang tinggi. Selain itu
juga disarankan agar lebih efektif lagi dalam melakukann pengawasan,
sehingga pengawasan yang dilakukan dapat membantu operator bekerja
dengan maksimal.
− Untuk perusahaan, memperbaiki situasi dan lingkungan yang ada di tempat
mereka bekerja, dan juga memberikan kesempatan kepada operator agar lebih
berkembang lagi, salah satunya dengan cara meninjau ulang serta melibatkan
operator dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang selama ini ada atau yang
telah dihapus. Hal ini diperlukan agar kebijakan yang disepakati dapat
diterima oleh kedua belah pihak, sehingga operator merasa dihargai dan lebih
termotivasi lagi untuk bekerja dan menghasilkan kinerja yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Af’ad.S.U, Moh. 1998. Psikologi Industri, Yogyakarta : Lyberty
Christensen, larry B. 1988. Experimental Methodology: 4th edition. USA. Allyn & Bacon Inc.
Davis, Keith & John W. 2002. “Perilaku Dalam Organisasi” jilid 2 edisi –7
Prentice Hall International, Inc.
Mc. Cormick, Ernest J. & Tiffinn, Joseph,. 1979, Industrial Psychology, sixth edition, New Delhi :Prentice Hall of India
Robbins, Stephen. P. 2001. Organizational behavior : Concepts, Conntroversies, Applications, Prentice Hall International, Inc.
Schultz, Duane P. & Sydney Ellen. 1994. Psychology and Work Today : An Introduction to Industrial ad Organizational psychology. Florida : Macmillan
Publishing Company
Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non-Parametrik untuk ilmu-ilmu sosial, Jakarta :
PT.Gramedia
Sugiono. 1997. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta
DAFTAR RUJUKAN
Cahyono, Edi. Cerita kami. http://www.yahoo.com
Harian Umum Media Indonesia, 25 Maret 1999
Harian Umum Suara Merdeka. 3 April 2003
Theofilus, Yansens. 2003. Pengaruh Jadwal Kerja Shift Terhadap Hasil Kerja.
Skripsi: program Sarjana Fakultas Psikologi Univeritas Kristen Maranatha
Wagimun, S.Teks. 1990. Efisiensi dan Produktivitas, Pendidikan dan Latihan,
Pengembangan Industri Tekstil.