• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi pada Karyawan Bagian Operator Produksi di PT. "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi pada Karyawan Bagian Operator Produksi di PT. "X" Kota Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil komitmen organisasi pada karyawan bagian operator produksi di PT “X” Kota Bandung dilihat melalui derajat komponen-komponen komitmen organisasi, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik survey yang dilakukan pada 40 orang karyawan.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur komitmen organisasi yang dimodifikasi dari Organizational Commitment Questionare (OCQ) oleh Meyer & Allen (1997). Uji valdiitas dilakukan dengan korelasi Rank Spearmen, dengan 36 item diterima dan rentang validitas antara 0,301 sampai 0,654. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Split Half, yaitu sebesar 0,875.

Hasil pengukuran data menunjukkan 32,5% responden memiliki profil komitmen organisasi dengan affective commitment kuat, continuance commitment kuat, dan 32,5 % responden memiliki profil komitmen organisasi dengan normative commitment kuat dan affective commitment lemah, continuance commitment lemah, dan normative commitment lemah.

(2)

ABSTRACT

This research is conducted to determine the organizational commitment profile on employees division of the production operator PT “X” Bandung. Organizational commitment consists of affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. This research used a descriptive methods with a survey methods. Data collection was conducted on 40 respondens.

This research used the organizational commitment theory of Meyer and Allen (1997). Measuring instruments used in this research is a modification of Organizational Commitment Questionare (OCQ) that was constructed by Meyer and Allen (1997). Validity test processed with Spearman’s Rank Correlation obtained 36 acceptable items with range 0,301 to 0,652. Reliability test processed with Split Halff technique scored 0,875.

Data processing results showed that 32,5% respondens have an organizational commitment profile with strong affective commitment, strong continuance commitment, and 32,5 % respondens have an organizational commitment profile with normative commitment, and weak affective commitment, weak continuance commitment, and weak normative commitment.

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I – PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 11

1.3Maksud dan Tujuan Masalah ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Kerangka Pemikiran ... 13

(4)

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

2.1Komitmen Organisasi ... 26

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi ... 26

2.1.2 Komponen Komitmen Organisasi ... 26

2.1.3 Indikator Komitmen Organisasi ... 28

2.1.4 Antecendent Komitmen Organisasi ... 34

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Komitmen Organisasi ... 35

2.1.6 Konsekuensi Komitmen Organisasi ... 40

2.17 Pengukuran Komitmen Organisasi ... 43

2.2 Teori Perkembangan ... 44

2.2.1 Perkembangan Dewasa Awal ... 44

2.2.2 Perkembangan Dewasa Madya ... 46

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN 3.1Rancangan Penelitian ... 48

3.2Bagan Rancangan Penelitian ... 48

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 49

3.3.1 Variabel Penelitian ... 49

3.3.2 Definisi Operasional ... 49

3.4 Alat Ukur ... 50

3.4.1 Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 50

3.4.2 Prosedur Pengisian ... 51

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 53

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 53

3.4.5.1 Validitas Alat Ukur ... 53

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 54

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 55

3.5.1 Populasi Sasaran ... 55

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.6 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Responden ... 58

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 59

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 59

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 60

4.2Hasil Penelitian ... 60

4.3Pembahasan ... 62

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 67

5.2Saran ... 68

(6)

5.2 Saran Praktis ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR RUJUKAN ... 71

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

1.1Bagan Kerangka Pikir ... 22

(8)

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 51

3.2 Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 52

4.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.2 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.3 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 59

4.4 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 59

4.5 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 60

(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur

Lampiran 2 Kata Pengantar Kuesioner

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 Kuesioner Komitmen Organisasi

Lampiran 5 Data Pribadi dan Data Penunjang

Lampiran 6 Data MentahValiditas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 7 Data Mentah Responden

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.I Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, jumlah perusahaan

semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

Kondisi itu berakibat semakin ketatnya tingkat persaingan yang ada di antara

perusahaan. Menghadapi itu semua, agar perusahaan dapat mempertahankan

usahanya, perusahaan harus meningkatkan hasil produksi, baik secara kuantitas

maupun secara kualitas. Salah satu faktor yang menentukan tercapainya hasil

produksi yang diinginkan adalah sumber daya manusia. Sebagai salah satu sumber

daya dalam perusahaan, kualitas sumber daya manusia menempati posisi sentral. Hal

ini mengingat manusialah yang mendayagunakan semua sumber daya yang ada.

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM adalah potensi yang

terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial

yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh

potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam

tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM

lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu

organisasi.

Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

meningkatkan kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan

akan tercapai. Salah satu cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam meningkatkan

kinerja karyawannya, misalnya dengan melalui pendidikan, pelatihan, pemberian

kompensasi yang layak, pemberian motivasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif.

Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002: 12) pengertian perusahaan

adalah suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir

sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara menguntungkan.

Jenis-jenis perusahaan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang,

dan perusahaan manufaktur. Perusahaan jasa adalah perusahaan yang didirikan

seseorang atau sekelompok orang yang kegiatan utama/pokok bergerak dalam bidang

pelayanan jasa atau menjual jasa, perusahaan dagang adalah perusahaan yang

kegiatan utama / pokok yang melakukan pembelian suatu barang untuk dijual kembali

tanpa mengubah bentuk maupun fungsi dari barang tersebut, perusahaan manufaktur

adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi (suatu kegiatan yang

dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru

sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan) atau mengubah bahan baku

menjadi produk jadi dan siap untuk dijual.

PT “X” merupakan perusahaan bergerak di bidang manufaktur, yang terletak

di Bandung Tengah. PT “X” memproduksi barang-barang yang terbuat dari plastik,

seperti peralatan rumah tangga (piring plastik, gelas plastik, sisir, dan peralatan

(12)

3

dudukan lampu mobil, tongkat sapu, sparerpart senjata misalnya handle pistol dan

peralatan lainnya yang terbuat dari plastik. Sistem penjualan pada PT “X” adalah

menerima pesanan sesuai dengan pesanan konsumen atau make to order dan

penjualan sistem eceran / retail, namun untuk sistem eceran hanya untuk botol

plastik, hanger dan klip baju.

PT “X” memiliki visi dan misi, yaitu visi pada PT “X “ adalah menjadi

perusahaan yang mampu saing dalam berbagai aspek dengan tujuan utama kepuasan

pelanggan terpenuhi dan misinya adalah memberikan yang terbaik untuk pemenuhan

kepuasan pelanggan dengan cara menghasilkan produk-produk yang berkualitas,

memberikan pelayanan yang terbaik untuk costumer dan menciptakan lingkungan

kerja yang nyaman dan harmonis. PT “X” memiliki 222 orang karyawan yang terbagi

dalam 6 bagian, yaitu bagian staff, bagian mekanik, bagian material, bagian

ekspedisi, bagian bengkel dan bagian produksi. Bagian produksi terbagi menjadi 4

bagian, yaitu bagian operator produksi, bagian printing, bagian finishing, bagian

packing,. Pada bagian operator produksi terdapat 40 orang karyawan .

Menurut peraturan perusahaan PT “X” tugas dari bagian operator produksi

adalah mengatur panasnya mesin atau mengatur mesin temperatur awal, menjaga

mesin, memasukkan bahan plastik ke dalam mesin, memeriksa barang yang sudah

keluar dari mesin, dan memisahkan barang-barang yang bagus dan yang tidak bagus

sehingga tidak tercampur. Kesulitan yang dialami karyawan operator produksi saat

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

bahan ke dalam mesin, maka hasilnya akan tidak sesuai dengan pesanan sehingga

karyawan bagian operator produksi tidak mencapai target.

PT “X” menetapkan jam kerja pada hari Senin-Sabtu dan beroperasi selama

24 jam. PT “X” membagi jam kerjanya menjadi 3 shift, yaitu shift pertama pukul

07.00-15.00 WIB, shift kedua pukul 15.00-23.00 WIB, dan shift ketiga pukul

23.00-07.00 WIB. Karyawan bekerja selama 8 jam per harinya dan 1 jam untuk istirahat.

Untuk karyawan yang bekerja di shift malam mendapat tambahan upah harian sebesar

Rp.10.000/hari. Menurut Undang-undang ketenagakerjaan mengatakan bahwa waktu

kerja 8 jam dalam 1 hari adalah untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu (Undang-Undang

No 13 Tahun 2003, Pasal 77 ayat 2). Selain itu, tidak seperti pabrik plastik lainnya

yang ada disekitar wilayahnya. PT “X” tetap mengadakan kegiatan produksi pada

hari Sabtu untuk para karyawan bagian operator produksi.

Sistem kerja yang berlaku di PT “X” Kota Bandung terbagi menjadi dua,

yaitu tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan. Tenaga kerja harian/lepas

adalah karyawan yang hanya menerima penghasilan apabila karyawan yang

bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan

yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi

kerja. Sedangan tenaga kerja borongan adalah karyawan bekerja berdasarkan kerja

borongan lepas dengan pembagian hasil menurut upah atas satuan hasil kerja atau

upah yang diterima berdasarkan barang yang dapat diselesaikannya. Pekerjaan

borongan hanya dikerjakan oleh karyawan bagian operator produksi pada shift malam

(14)

5

Sistem upah yang diterima oleh karyawan bagian operator produksi terbagi

menjadi dua, yaitu upah harian dan upah borongan. Upah harian adalah upah atau

imbalan yang diterima karyawan yang dihitung secara harian namun dibayar atau

diterima oleh karyawan secara mingguan/per-minggu sebesar Rp. 50.000/hari

sedangkan upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima oleh karyawan

yang dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu sesuai target

produksi yang telah ditentukan oleh PT “X” sebesar Rp 35.000-Rp.50.000 (sumber

PT”X”). Walaupun upah yang diterima karyawan secara harian namun PT “X”

mengikat karyawannya secara kontrak.

PT “X” memberikan toleransi keterlambatan selama 15 menit, dan apabila

lebih dari 15 menit mendapat teguran. Bagi karyawan yang tidak ada keterangan

masuk jam kerja, karyawan mendapat potongan gaji Rp. 25.000,00/hari. Saat PT “X”

mendapatkan banyak pesanan, maka karyawan bekerja lembur dan mendapat uang

lemburnya sesuai dengan jam lemburnya dengan perhitungan, jika karyawan lembur

1-2 jam dikali Rp.10.000, namun jika karyawan lembur 3 jam maka karyawan

mendapat uang lembur 2x upah.

PT “X” tidak memberikan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

yang merupakan asuransi kesehatan kepada semua karyawannya. PT “X” hanya

memberikan layanan JAMSOSTEK kepada karyawannya yang bekerja di bagian

staff. Karyawan bagian operator produksi juga tidak mendapatkan keselamatan kerja

yang menunjang pada pekerjannya, seperti sarung tangan. Hal ini berbeda jika

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

wawancara dengan karyawan di pabrik plastik lainnya yang tempatnya dibelakang PT

“X”, pabrik mereka memberikan jaminan sosial dan fasilitas yang menunjang

pekerjaannya, seperti sarung tangan kepada karyawan bagian operator produksi.

Berdasarkan Undang-UndangNo. 13 Tahun 2003, Pasal 99 ayat 1 mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa setiap pekerja/buruh dan

keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

Menurut Supervisor bagian operator produksi PT “X”, kurangnya fasilitas

yang diberikan oleh PT “X”, seperti gaji dibawah UMR, tidak adanya jamsostek yang

diberikan kepada karyawan bagian operator produksi, ternyata hal tersebut tidak

menimbulkan permasalahan pada hasil kerja karyawannya. Jika dilihat dari hasil

produksi karyawan bagian operator produksi dapat mencapai target perusahaan, yaitu

karyawan bagian operator produksi dapat mencapai 500 pcs hingga 1.200 pcs perhari.

Jika dilihat dari tingkat absensi di PT “X”, karyawan bagian operator produksi

tingkat absensinya rendah, yaitu tingkat absensi atau jumlah kehadiran karyawan

bagian operator produksi di PT “X” sekitar 20% yaitu dari 45 orang karyawan bagian

operator produksi hanya 10-11 karyawan yang melakukan absensi per-bulannya

dalam kurun waktu 1 tahun yang lalu. Selain itu juga turn over dari karyawan bagian

operator produksi dikatakan rendah sekitar 10%, yaitu sekitar 4-5 orang karyawan

bagian operator produksi yang melakukan turn over setiap tahunnya.

PT “X” berusaha untuk mengatur proses produksi dengan menyediakan

alat-alat produksi dengan baik agar pesanan barang konsumen dapat dikirim dengan tepat

(16)

7

konsumen. Karyawan bagian operator produksi di PT “X” dituntut perusahaan agar

karyawan bagian operator produksi dapat mengatur dan mengoperasikan mesin-mesin

produksi agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan rencana.

PT “X” sebagai sebuah perusahaan yang sedang berkembang, mengalami

permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam hal kesejahteraan karyawan, perusahaan

belum mampu memberikan upah sesuai dengan UMR, dan fasilitas yang dapat

menunjuang pada pekerjaan karyawan. Cara konsumen memesan barang dirasakan

sebagai masalah oleh karyawan karena konsumen memesan barang secara mendadak

dan memberikan deadline, dengan konsumen menginginkan kualitas barang yang

bagus. Hal ini membuat pekerjaan karyawan sangat banyak yang membuat karyawan

lembur hampir setiap hari. Karyawan juga merasa upah yang selama ini karyawan

dapatkan tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

Salah satu variabel yang dapat menentukan kinerja karyawan adalah

komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen akan mendorong pilihan

kebiasaan karyawan yang mendukung perusahaan untuk bekerja lebih efektif.

Perusahaan mengharapkan karyawan yang memiliki komitmen organisasi dapat

mengabdikan dirinya untuk bekerja sebaik mungkin di dalam organisasi tersebut dan

dapat membuat karyawan merasa memiliki kepedulian yang besar terhadap

perusahaan dan dapat menampilkan keaktifan yang besar dalam bekerja. Karyawan

PT “X” juga menampilkan kinerja yang baik yang dapat dilihat dari kuantitas dan

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha

Komitmen organisasi adalah unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik

relasi antara anggota dengan organisasi dan implikasi anggota untuk mempertahankan

keanggotannya dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997). Karyawan yang memiliki

komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat bertahan lama sebagai bagian dari

organisasi tersebut dibandingkan dengan karyawan yang tidak memiliki komitmen

organisasi (Meyer & Allen, 1997). Menurut Meyer & Allen, (1997) komponen

terbentuknya komitmen terhadap organisasi pada karyawan suatu perusahaan dapat

dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: affective commitment adalah adanya ikatan

yang berasal dari keterikatan emosional anggota pada organisasinya, continuance

commitment adalah kesadaran karyawan akan adanya kerugian jika meninggalkan

organisasi, dan normative commitment adalah kesadaran karyawan untuk bertanggung

jawab dan merasa wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi.

Setiap karyawan pasti memiliki bentuk komitmen yang berbeda-beda. Hal

tersebut ditunjukkan dalam profil komitmen yang mereka miliki. Dalam profil

tersebut dapat digambarkan beberapa pola yang berbeda dari komitmen yang berasal

dari sejumlah subjek yang ada di dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997). Melalui

profil tersebut dapat kita lihat dimensi komitmen apakah yang paling dominan

muncul pada karyawan bagian operator produksi di PT “X”, sehingga memengaruhi

perilaku maupun keputusan untuk tetap berada pada perusahaan.

Dalam proses terbentuknya komitmen seseorang akan mempertimbangkan

segala sesuatunya terlebih dahulu, termasuk pengalaman dan juga apa yang mereka

(18)

9

cocok, merasa nyaman bekerja pada suatu perusahaan, maka ia akan berkomitmen

pada perusahaan tersebut untuk menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya

dan memberikan kontribusi yang berarti bagi perusahaan

(htpp//rumahbelajarpsikologi.com).

Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang karyawan bagian operator

produksi di PT “X” Kota Bandung, sebanyak 30% karyawan mempunyai masa kerja

antara 3-7 tahun, dan sebanyak 70 % karyawan mempunyai masa kerja sebanyak 7-15

tahun. Dari wawancara tersebut diperoleh data sebagai berikut 40% mengatakan

bahwa mereka bertahan bekerja di perusahaan tersebut karena karyawan merasakan

kenyamanan ketika bekerja. Hal yang membuat nyaman adalah adanya nilai

kekeluargaan yang ditanamkan perusahaan yang membuat suasana kerja dan teman

kerja yang sudah seperti keluarga sendiri, sehingga karyawan menganggap PT “X”

adalah rumah kedua mereka. Karyawan merasa khawatir jika mereka meninggalkan

PT “X”, mereka akan mengalami kerugian sehingga tidak ada pemasukan untuk

mencukupi kebutuhannya dan mereka merasa takut jika tidak ada perusahaan yang

menerima mereka untuk bekerja. Karyawan bagian operator produksi merasa

memiliki kewajiban untuk terus bekerja dengan melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan bekerja secara disiplin sehingga target perusahaan tercapai. Hal ini

termasuk ke dalam komitmen organisasi profil 1, yaitu affective commitment kuat,

continuance commitment kuat dan normative commitment kuat.

Sebanyak 30% karyawan bagian operator produksi mengatakan bahwa alasan

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

dengan adanya karyawan merasa nyaman bekerja di PT “X” dan juga memiliki

kewajiban untuk terus bekerja di PT “X” dengan melaksanakan tugasnya dan

tanggungjawabnya sehingga mencapai target perusahaan dan dapat berkontribusi bagi

PT “X”, namun karyawan akan memilih untuk keluar dari PT “X” jika mendapat

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik dari PT

“X”. Hal ini termasuk ke dalam komitmen organisasi profil 3, yaitu affective

commitment kuat, continuance commitment lemah dan normative commitment kuat.

Sebanyak 30% karyawan bagian operator produksi mengatakan bahwa alasan

mereka bertahan di perusahaan tersebut adalah karyawan bagian operator produksi

merasa ada kewajiban untuk tetap bertahan dengan mengerjakan tugas secara disiplin

dan tanggungjawabnya di PT “X”. Karyawan menyadari bahwa jika mereka

meninggalkan PT “X”, mereka akan kehilangan penghasilan dan merasa takut tidak

ada alternatif pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhannya sehingga karyawan

memilih untuk tetap bertahan di PT “X”, walaupun sebenarnya karyawan tidak

merasa nyaman dengan pekerjaannya dan kurang menyenangi suasana pekerjaannya.

Hal ini termasuk ke dalam komitmen organisasi profil 5, yaitu affective commitment

lemah, continuance commitment kuat dan normative commitment lemah.

Tetap bertahannya para karyawan bagian operator produksi untuk bekerja di

perusahaan ini menunjukkan bahwa para karyawan bagian operator produksi

memiliki komitmen terhadap organisasinya. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “studi deskriptif mengenai

(20)

11

Bandung, karena peneliti dapat mengetahui profil komitmen organisasi yang

menonjol pada karyawan bagian operator produksi di PT “X” Kota Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dari

penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran mengenai profil komitmen

organisasi pada karyawan bagian operator produksi di PT “X” Kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

komponen-komponen komitmen organisasi, yaitu affective commitment, continuance

commitment, dan normative commitment pada karyawan bagian operator produksi di PT “X” Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran

profil komitmen mengenai organisasi dan faktor-faktor yang memengaruhi pada

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Sebagai bahan referensi bagi bidang psikologi, khususnya dalam bidang

Psikologi Industri dan Organisasi mengenai komitmen organisasi pada

karyawan bagian operator produksi di PT “X” kota Bandung berdasarkan

komponen affective commitment, continuance commitment, dan normative

commitment.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian

lanjutan mengenai komitmen organisasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan gambaran mengenai profil komitmen organisasi kepada kepala

bagian produksi PT “X” mengenai komitmen organisasi pada karyawan

bagian operator produksi dengan tujuan agar kepala pabrik PT “X” dapat

mengetahui komitmen yang harus dipertahankan oleh karyawan dan juga

mendorong karyawan mempertahankanya, serta meningkatkan komitmen

karyawan yang tergolong lemah dan kepada karyawan dapat mengerti

mengenai pentingnya komitmen terhadap perusahaan dan dapat

menumbuhkan keterikatan terhadap perusahaan.

2. Memberikan informasi kepada kepala bagian PT “X” mengenai sejauh mana

komitmen organisasi pada karyawan bagian operator produksi di PT ‘X” kota

Bandung agar dapat mempertahankan atau meningkatkan komitmen

(22)

13

1.5Kerangka Pikir

Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, salah satu faktor

yang memengaruhi tujuan perusahaan adalah faktor tenaga kerja yang

bertanggungjawab, mempunyai keterampilan, sikap dan tingkah laku yang baik.

Menurut Meyer dan Allen (1997), karyawan yang memiliki komitmen adalah

seseorang yang tetap tinggal dengan organisasi, melakukan pekerjaan dengan teratur,

bekerja dengan penuh waktu atau mungkin lebih menjaga aset perusahaan, berbagi

dalam mencapai tujuan perusahaan”.

PT “X” berusaha untuk mengatur proses produksi dengan menyediakan alat

-alat produksi dengan baik agar pesanan barang konsumen dapat dikirim dengan tepat

waktu dan menghasilkan barang produksi yang berkualitas dengan sesuai pesanan

konsumen. Karyawan bagian operator produksi di PT “X” dituntut perusahaan agar

karyawan bagian operator produksi dapat mengatur dan mengoperasikan mesin-mesin

produksi agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan rencana.

PT “X” sebagai sebuah perusahaan yang sedang berkembang, mengalami

permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam hal kesejahteraan karyawan, perusahaan

belum mampu memberikan gaji sesuai dengan UMR, dan fasilitas yang dapat

menunjuang pada pekerjaan karyawan. Cara konsumen memesan barang dirasakan

sebagai masalah oleh karyawan karena konsumen memesan barang secara mendadak

dan memberikan deadline, dengan konsumen menginginkan kualitas barang yang

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

lembur hampir setiap hari. Karyawan juga merasa gaji yang selama ini karyawan

dapatkan tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

Salah satu faktor dalam diri karyawan yang ikut menentukan perilakunya

dalam bekerja adalah komitmen organisasi. Menurut Meyer dan Allen, (1997)

komitmen organisasi merupakan unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik

relasi antara anggota dengan organisasi dan implikasi anggota untuk mempertahankan

keanggotannya dalam organisasi. Meyer dan Allen, (1997) membagi komitmen

organisasi menjadi tiga komponen yaitu affective commitment, continuance

commitment, dan normative commitment.

Affective commitment adalah adanya ikatan emosional yang terjadi pada karyawan bagian operator produksi terhadap PT “X”. Nilai kekeluargaan yang

ditanamkan perusahaan membuat karyawan nyaman ketika bekerja di perusahaan.

Karyawan menganggap perusahaan adalah rumah kedua bagi karyawan, karena

suasana kerja dan teman kerja yang sudah seperti keluarga sendiri. Semua karyawan

bagian operator produksi merasakan kedekatan satu sama lain. Kedekatan itu terlihat

dari saling mengingatkan untuk ibadah, cerita masalah pribadi atau keluarga, makan

bersama, saling membantu ketika ada karyawan lain yang pekerjaannya belum

selesai, adanya kebijakan peraturan perusahaan yang dapat membantu karyawan,

misalnya keluarga karyawan sakit dan karyawan membutuhkan dana lebih maka

perusahaan membantunya. Hal ini membuat karyawan berpikir bahwa sulit untuk

(24)

15

Continuance commitment adalah persepsi karyawan bagian operator produksi

mengenai adanya kerugian apabila meninggalkan PT “X”. Continuance commitment

terlihat dari gaji yang masih dibawah UMR dan banyaknya pekerjaan, karyawan

melakukan lembur hampir setiap harinya karena jika karyawan tidak lembur,

karyawan takut target kerjanya tidak tercapai sehingga karyawan tidak mendapat

uang tambahan dari honor lembur, padahal karyawan membutuhkannya karena

kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Sedangkan jika karyawan mencoba keluar

dari perusahaan dan kerja pada perusahaan lain, karyawan merasa akan membutuhkan

banyak waktu, tenaga, biaya, karena belum tentu karyawan akan diterima di

perusahaan lain.

Normative commitment adalah adanya kesadaran pada karyawan bagian operator produksi di PT “X” akan tanggung jawab dan merasa wajib untuk tetap

bertahan di PT “X”. Karyawan melakukannya dengan bekerja sebaik-baiknya dan

bekerja secara disiplin dengan datang tepat waktu, agar target kerja dan pekerjaan lain

tercapai. Karyawan yakin perusahaan akan lebih maju lagi dan dapat memberikan

gaji sesuai dengan apa yang karyawan kerjakan. Maka saat ini karyawan memberikan

kontribusi terbaik untuk perusahaan dengan melakukan performance kerja yang baik,

inovatif dalam bekerja, bekerja secara disiplin, efektif dan efesien agar karyawan PT

“X” menjadi perusahaan yang maju.

Selanjutnya Meyer dan Allen (1997) menambahkan bahwa affective,

continuance dan normative commitment dapat dipandang sebagai suatu komponen

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha

berbeda-beda pada organisasinya. Misalnya karyawan PT “X” yang berkewajiban dan

benar-benar butuh sehingga mereka bertahan pada organisasi tetapi sebenarnya

mereka tidak memiliki keinginan yang kuat untuk terus bertahan, namun ada juga

yang bertahan karena keinginannya sendiri bukan karena ia merasa itu sebagai

kebutuhan atau kewajiban. Hal ini biasa terjadi sebab pada dasarnya setiap orang

memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu kuatnya sebuah

komitmen tidak hanya ditentukan oleh suatu komponen saja melainkan gabungan

seluruh dari kegiatan ketiga komponen sesuai dengan aspek-aspek

pengembangannya.

Dari ketiga komponen komitmen tersebut, yaitu affective, continuance dan

normative commitment dapat dihasilkan delapan profil komitmen yang merupakan

hasil dari perbedaan derajat dari setiap komponen komitmen. Dari hal-hal yang telah

disebutkan di atas, profil komitmen organisasi pada karyawan bagian operator

produksi PT “X” di Bandung akan diukur. Profil komitmen organisasi akan diukur

berdasarkan komponen-komponennya, yaitu affective, continuance, dan normative

commitment. Dari ketiga komponen tersebut maka didapatkan 8 profil komitmen

yang merupakan hasil dari perbedaan derajat dari setiap komponen komitmen.

Profil komitmen yang pertama adalah komitmen dengan affective commitment

kuat, continuance commitment kuat, dan normative commitment kuat. Karyawan

bagian operator produksi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap PT “X”

yaitu karyawan merasa nyaman dalam bekerja dan menyenangi suasananya pada

(26)

17

perusahaan karena tidak adanya pilihan pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan

serta karyawan merasa akan mengalami kerugian jika meninggalkan PT “X”.

Karyawan bagian operator produksi memiliki keyakinan untuk terus berada di PT

“X” dengan melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya dan karyawan

memberikan kontribusi terbaik untuk perusahaan dengan melakukan performance

kerja yang baik, inovatif dalam bekerja, bekerja secara disiplin, efektif dan efesien

agar karyawan PT “X” menjadi perusahaan yang maju dan dapat mencapai target

perusahaan.

Profil komitmen yang kedua adalah komitmen dengan affective commitment

kuat continuance commitment kuat, dan normative commitment rendah. Pada

karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu karyawan

bagian operator produksi merasa nyaman dan menyenangi lingkungan pekerjaannya

di PT ‘X”. Karyawan bagian operator produksi merasa rugi jika meninggalkan PT

“X” karena karyawan takut tidak mendapat pekerjaan lain untuk mencukupi

kebutuhan sehingga karyawan bagian operator produksi tetap bertahan bekerja di PT

“X”. Karyawan cenderung tidak disiplin dalam mengerjakan tanggung jawab dan

kewajibannya, karyawan tidak berusaha untuk bekerja lebih baik dan tidak berusaha

mencapai target yang ditetapkan oleh PT “X”.

Profil komitmen yang ketiga adalah komitmen affective commitment yang

kuat, continuance commitment yang lemah dan normative commitment yang kuat.

Pada karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha PT “X” sehingga merasa nyaman dan mengikuti kegiatan jika PT “X” mengadakan

kegiatan. Karyawan juga merasa memilki kewajiban untuk tetap tinggal di PT “X”

dengan melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memajukan perusahaan,

namun apabila karyawan mendapat kesempatan untuk bekerja dan berkembang di

perusahaan lain, karyawan akan memilih untuk meninggalkan organisasi karena

karyawan berpikir akan mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih baik dari

PT “X”.

Profil komitmen yang keempat adalah komitmen dengan affective

commitment kuat continuance commitment lemah dan normative commitment yang

lemah. Pada karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu

karyawan merasa nyaman bekerja di PT “X” dan menyukai lingkungan di PT “X.

Karyawan tidak memperdulikan adanya kerugian yang didapat jika mereka

meninggalkan PT “X”, dan mereka juga menyadari adanya pilihan pekerjaan lain jika

mereka meninggalkan PT “X”, sehingga mereka cenderung mengabaikan kewajiban

dan tanggung jawab mereka terhadap PT “X” dan tidak ada keyakinan untuk tetap

bertahan bekerja di PT “X”.

Profil komitmen yang kelima adalah komitmen dengan affective commitment

lemah, continuance commitment kuat dan normative commitment kuat. Pada

karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu karyawan

bagian operator produksi ini bertahan bekerja karena merasa adanya kewajiban untuk

tetap bekerja di PT “X. Karyawan merasa bahwa mereka harus dapat memenuhi

(28)

19

meninggalkan PT “X, karyawan akan kehilangan penghasilan, serta menyadari bahwa

jika karyawan meninggalkan PT “X, mereka belum tentu mendapat pekerjaan lain

yang lebih baik. Karyawan bagian operator produksi berusaha bekerja sebaik

mungkin, agar mereka dapat terus bekerja di PT “X”, namun karyawan tidak

memiliki ikatan emosional dengan pekerjannya, karyawan merasa tidak nyaman

bekerja di PT “X”.

Profil komitmen yang keenam adalah komitmen dengan affective commitment

lemah, continuance commitment kuat dan normative commitment lemah. Pada

karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu karyawan

bekerja karena adanya keharusan dan menyadari bahwa jika meninggalkan

perusahaan akan mengalami kerugian dan juga tidak adanya kesempatan untuk

bekerja di tempat lain sehingga memutuskan untuk tetap bertahan bekerja di PT “X”

untuk mencukupi kebutuhannya. Karyawan kurang memiliki kedekatan secara

emosional dengan PT “X”, karyawan merasa tidak nyaman bekerja di PT “X”

sehingga karyawan cenderung melalaikan tugas dan kewajibannya.

Profil komitmen yang ketujuh adalah profil dengan affective commitment

lemah, continuance commitment lemah, dan normative commitment kuat. Pada

karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu karyawan

memiliki suatu keyakinan dan keharusan untuk terus bekerja di perusahaan.

Karyawan tidak memiliki kedekatan secara emosional dengan perusahaan, karyawan

merasa tidak nyaman dan juga tidak memikirkan mengenai kerugian yang mereka

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha

pekerjannya maka karyawan lebih memilih untuk berhenti bekerja di PT “X”, namun

karena rasa tanggung jawab dan kewajibannya akan tugasnya, karyawan bagian

operator produksi ini memutuskan untuk tetap bertahan bekerja di PT “X”.

Profil komitmen yang kedelapan adalah profil komitmen dengan affective

commitment, lemah, continuance commitment lemah, dan normative commitment

lemah. Pada karyawan bagian operator produksi akan tercermin dalam perilaku, yaitu

karyawan kurang menyukai pekerjannya dan suasana pekerjannya di PT “X”, kurang

memiliki rasa tanggung jawab dan kewajibannya dalam mengerjakan tugasnya

terhadap PT “X”. Karyawan menganggap bahwa keterlambatan dalam mencapai

target adalah hal yang wajar sehingga mereka cenderung merasa bahwa tidak ada

kerugian yang akan diterimanya jika meninggalkan PT “X” dan mereka menyadari

bahwa masih ada pilihan pekerjaan lain jika mereka meninggalkan PT “X’, sehingga

mereka tidak berusaha untuk bekerja lebih baik dan tidak berusaha mencapai target

yang ditetapkan PT “X”.

Perbedaan derajat komitmen tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

karakteristik pribadi, karakteristik organisasi dan pengalaman organisasi (Meyer &

Allen, 1997). Karakteristik pribadi adalah usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis

kelamin, status marital. Beberapa penelitian melaporkan bahwa tidak ada kaitannya

perbedaan jenis kelamin dengan komitmen organsasi. Usia memiliki hubungan positif

dengan affective commitment, semakin tua usia karyawan di PT “X”, semakin kuat

komitmen afektifnya (Mathieu dan Zajac, dalam Meyer dan Allen, 1997). Biasanya

(30)

21

karena mereka merasa masa kerjanya semakin singkat sehingga mereka cenderung

akan menghabiskan masa kerjanya di perusahaan tersebut dengan memberikan yang

terbaik pada perusahaan. Selain itu, kesempatan kerja untuk usia lanjut akan membuat

karyawan menjadi lebih bertanggungjawab dan lebih berkomitmen dalam melakukan

pekerjaan. Hal tersebut dipengaruhi juga oleh pengalaman-pengalaman mereka yang

beragam. Lama bekerja juga dapat mempengaruhi komitmen organisasi pada

seseorang.

Status marital juga berpengaruh dalam komitmen, sebagai gambarannya

adalah seorang yang belum menikah biasanya hanya menanggung hidupnya sendiri

sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar setiap bulannya, sedangkan

mereka yang sudah menikah orang tersebut harus mencari sejumlah uang yang lebih

banyak untuk menghidupi keluarga sehingga ia tidak mudah untuk mengambil

keputusan yang nantinya memberikan penghasilan yang tidak pasti dan karyawan

dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan semakin menuntut upah

yang setara dengan tingkat pendidikan sehingga tidak jarang juga seorang berani

keluar dari organisasi akibat merasa upah tidak sebanding dengan tingkat

pendidikannya.

Karakteristik organisasi meliputi kebijaksanaan dalam organisasi dan

bagaimana kebijakan tersebut disosialisasikan. Kedua hal tersebut berhubungan

positif dengan komitmen afektif. Karyawan bagian operator produksi yang merasa

puas dengan kebijakan yang ditetapkan akan merasa nyaman bekerja di perusahaan

(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

karyawan bagian operator produksi yang merasa kurang puas dengan kebijakan yang

ditetapkan PT “X” cenderung tidak akan bertahan lama untuk bekerja di PT “X”.

Cara mengkomunikasikan kebijakan tersebut juga mempengaruhi komitmen afektif

karyawan. Jika kebijakan yang berlaku di perusahaan dikomunikasikan secara jelas

dan lengkap, maka dapat meningkatkan komitmen afektif karyawan.

Faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi selanjutnya adalah

pengalaman organisasi. Pengalaman organisasi mencakup kepuasaan dan motivasi

anggota organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi

tersebut dan hubungan antara anggota organisasi dengan pemimpinnya (Meyer &

Allen, 1997). Hal-hal tersebut memiliki pengaruh yang positif terhadap

perkembangan afektif karyawan. Imbalan dan fasilitas yang sesuai yang diberikan PT

“X” kepada karyawan bagian operator produksi dalam bekerja adalah sebagai

pendorong karyawan untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi dan

fasilitas yang lengkap akan memudahkan karyawan bagian operator produksi dalam

mengerjakan pekerjannya. Karyawan bagian operator produksi di PT “X” yang

merasa terlibat dan memiliki peran dalam PT “X” pada umumnya lebih merasa

menjadi bagian dari perusahaan. Selain itu, karyawan yang mengetahui dengan jelas

perannya dalam bekerja serta mengetahui apa yang diharapkan oleh perusahaan dari

dirinya akan lebih tinggi komitmen afektifnya. Hubungan yang baik dengan atasan

juga dapat meningkatkan komitmen afektif karyawan. Semakin baik hubungan

(32)

23

produksi PT “X” akan semakin merasa nyaman dan terlibat dalam bekerja, sehingga

semakin meningkat komitmen afektif karyawan tersebut.

Melalui aspek dan faktor tersebut kita dapat mengetahui profil komitmen

organisasi seorang karyawan bagian operator produksi di PT “X”. Untuk lebih

(33)

24

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi

1. Komitmen organisasi bagian operator produksi di Kota Bandung meliputi

komponen affective commitment, continuance commitment, dan normative

commitment yang nantinya akan menentukan profile komitmen organisasi dari

karyawan tersebut

2. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan profil komitmen

organisasi pada karyawan bagian operator PT “X” Kota Bandung, yaitu

karakteristik individu, karakteristik organisasi dan pengalaman kerja

3. Komponen komitmen organisasi karyawan bagian operator produksi PT “X” di

Kota Bandung memiliki profil komitmen organisasi yang berbeda-beda.

4. Karakteristik individu karyawan bagian operator produksi dan pengalaman kerja

yang dimiliki karyawan bagian operator produksi memunculkan profile

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil analisis dan

pengolahan data terhadap 40 karyawan bagian operator produksi di PT “X” Kota Bandung,

beserta saran yang bernilai teoritis dan praktis yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1Kesimpulan

1. Profil komitmen organisasi yang paling menonjol pada karyawan bagian operator produksi

di PT “X” Kota Bandung adalah profil komitmen organisasi tipe 1, yaitu affective

commitment kuat, continuance commitment kuat dan normative commitment kuat. Hal ini

menggambarkan sebagian karyawan bagian operator produksi bertahan dikarenakan adanya

ikatan emosional terhadap perusahaan, adanya rasa tanggung jawab karyawan bagian

operator produksi terhadap PT “X” Kota Bandung.

2. Profil komitmen organisasi yang menonjol kedua pada karyawan bagian operator produksi

di PT “X” Kota Bandung adalah profil komitmen organisasi tipe 8, yaitu affective

commitment lemah, continuance commitment lemah dan normative commitment lemah. Hal

ini menggambarkan sebagian karyawan bagian operator produksi kurang adanya

ketertarikan karyawan bagian operator produksi terhadap perusahaan dan tidak ada ikatan

secara emosional terhadap perusahaan, tidak ada rasa tanggung jawab terhadap perusahaan,

dan tidak memikirkan kerugian apabila karyawan bagian operator produksi keluar dari

perusahaan serta tidak tertarik untuk bekerja selamanya atau bertahan di PT “X” Kota

Bandung.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada komitmen organisasi pada karyawan bagian operator

(35)

61

Universitas Kristen Maranatha

& Allen (1997) dikatakan semakin lama masa kerja seseorang semakin tinggi continuance

commitment. 5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menjaring data komitmen organisasi secara

komponen serta faktor-faktor yang memengaruhinya komponen komitmen organisasi terhadap

munculnya suatu profil komitmen organisasi pada seseorang.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada pihak PT “X” Kota Bandung, baik direktur maupun kepala bagian untuk

memberikan pelatihan kepada karyawan bagian operator produksi yang masih memiliki

komitmen organisasi yang lemah dengan memberikan pengalaman di organisasi yang lebih

menyenangkan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan di luar rutinitas untuk bisa

mempererat hubungan diantara karyawan bagian operator produksi sehingga karyawan

bagian operator produksi juga tidak merasa monoton pada pekerjaannya sebagai operator

produksi dan dapat meningkatkan kebersamaan antara karyawan bagian operator produksi

dengan rekan kerja maupun dengan atasan dan dapat membuat program kerja secara ketat

untuk karyawan bagian operator produksi dalam mengejar target perusahaan dengan tepat

waktu.

2. Disarankan kepada pihak PT “X” Kota Bandung menetapkan target yang jelas dan

(36)

62

memicu dalam meningkatkan semangat kerja dan tanggung jawab karyawan kepada

(37)

lxix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Meyer, John P & Natalie J. Allen. 1997. Commitment in the Workplace : Theory,

research, and Application, London : Sage Publications

Santrock, John W. 2002. Life - Span Development Fifth edition Jakarta : Erlangga

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo

Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Keduabelas, Alfabeta,

Bandung

Nazir, Ph. D, Moh. Metodologi Penelitian 2009, Jakarta : Ghalia Indonesia

Kaplan, Robert M. Dan Dennis P Saccuzzo. 2005. Psychological Testing :

Principles, Application, and Issues (Sixth Edition). Belmont: Thomson

Wadsworth.

Kerlinger, F . N. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : Gadjah

(38)

DAFTAR RUJUKAN

(htpp://rumah-belajar-psikologi.com).

http://lisusombolinggi.blogspot.com/2012/10/pengertian-perusahaan.html

Sebastian, Alyssa. 2013. Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Tetap

Bagian Produksi Divisi Sewing Pabrik Dua Di PT “X” Kota Bandung.

Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Elizabeth, Putri. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi

Pada Karyawan di PT “X” Cimahi. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Fakultas Psikologi. 2009. Pedoman Penelitian Skripsi Sarjana Edisi Revisi III.

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pemikiran analisis joint-space adalah proses untuk menemukan koordinat posisi dari tiap stimulus serta atribut-atribut yang telah ditentukan sehingga jarak antara stimulus

: Pada awalnya suami saya, pak pr, tidak tahu tapi kemudian ia mengetahuinya, dan marah sekali, sampai hubungan kami menjadi tidak baik, ia sering keluar rumah, bahkan dengan

Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya untuk memperoleh dividen pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajemen disarankan untuk tidak terpacu

a) Analisa perbandingan laporan keuangan, yaitu metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, sehingga akan

[r]

Kebijakan legislatif (formulatif) merupakan tahap yang paling strategis dari keseluruhan proses operasionalisasi atau fungsionalisasi dan konkretisasi (hukum) pidana, sehingga

Siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki apakah kalor mempengaruhi penguapan dengan cara dua wadah diisi air yang sama volumenya kemudian dipanaskan, wadah A dipanaskan

This study aims at identifying and describing the politeness strategies employed by the host of popular-based talk show to mitigate FTAs. This study is significant to provide