i Universitas Kristen Maranatha Program MATIUS Bandung.
Penelitian menggunakan teori Meyer & Allen (1997) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah suatu keadaan psikologis yang merupakan karakteristik hubungan antara anggota dengan organisasinya, dan mempunyai implikasinya berupa keputusan untuk berhenti atau terus menjadi anggota organisasi tersebut. Komitmen organisasi didasari oleh tiga aspek yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Dilihat dari tinggi rendahnya tiga aspek tersebut akan membentuk 8 tipe profil komitmen organisasi.
Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi alat ukur yang dibuat oleh Meyer & Allen yaitu Organizational Commitment Questioner (OCQ). Berdasarkan hasil uji vaiditas diperoleh nilai 0,303 sampai 0,887 dan reliabilitas alat ukur untuk affective commitment 0,85; continuance commitment 0,841; dan normative commitment 0,764 (reliabilitas tinggi).
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil 39,1% guru di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung memiliki profil komitmen organisasi affective tinggi, continuance rendah, normative tinggi. Dengan demikian sebagian besar guru bertahan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung dikarenakan kecintaan guru terhadap organisasi dan rasa tanggung jawab terhadap organisasi, dan bukan karena kerugian yang diperoleh apabila meninggalkan organisasi.
vi Universitas Kristen Maranatha LEMBAR PENGESAHAN...
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR BAGAN...ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah...1
1.2Identifikasi Masalah...10
1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian...10
1.3.1 Maksud Penelitian...10
1.3.2 Tujuan Penelitian...11
1.4Kegunaan Penelitian...11
1.4.1 Kegunaan Teoritis...11
1.4.2 Kegunaan Praktis...11
1.5Kerangka Pikir...11
1.6Asumsi Penelitian...21
vii Universitas Kristen Maranatha
2.1.3 Antesenden dari Komitmen Organisasi...25
2.1.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Komitmen Organisasi...27
2.1.5 Konsekuensi Komitmen Terhadap Organisasi...30
2.1.6 Pengukuran Komitmen...30
2.2Teori Perkembangan Masa Dewasa...32
2.2.1 Teori Perkembangan Dewasa Awal...32
2.2.2 Teori Perkembangan Dewasa Madya...33
2.3Guru...35
2.3.1 Pengertian Guru...35
2.3.2 Tugas dan Kewajiban Guru...36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian...39
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...40
3.2.1 Variabel Penelitian...40
3.2.2 Definisi Operasional...40
3.3 Alat Ukur...40
3.3.1 Alat Ukur Komitmen Organisasi...40
3.3.2 Sistem Penilaian...42
viii Universitas Kristen Maranatha
3.5 Populasi Penelitian dan Tehnik Sampling...48
3.5.1 Populasi Penelitian...48
3.5.2 Karakteristik Populasi...48
3.6 Tehnik Analisis Data...48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...51
4.1.1 Gambaran Responden Penelitian...51
4.1.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………51 4.1.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………...52 4.1.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan………….52 4.1.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir………..53 4.1.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja………...53 4.1.2 Hasil Penelitian...54
4.2 Pembahasan...55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...64
5.2 Saran...65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN
xi Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1. Kuesioner Profil Komitmen Organisasi
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Profil Komitmen Organisasi Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Profil Komitmen Organisasi Lampiran 4. Hasil Penelitian
Lampiran 5. Tabulasi Silang Profil Komitmen Organisasi Dengan Data Penunjang
Lampiran 6. Tabel Persentase Data Penunjang Profil Komitmen Organisasi Lampiran 7. Tipe Profil Komitmen Organisasi Semua Responden Dan Data
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, bermaksud mengumpulkan data kepada guru-guru di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung dalam rangka penelitian untuk penyusunan skripsi.
Sehubungan dengan itu, saya memohon bantuan dan kerjasama Bapak / Ibu untuk meluangkan waktunya dalam mengisi angket ini. Data yang Bapak / Ibu berikan akan sangat bermanfaat sehingga saya mengharapkan kesungguhan Bapak / Ibu dalam mengisi angket sesuai dengan kenyataan yang ada dan menggambarkan diri Bapak / Ibu yang sebenarnya.
Data dan identitas Bapak / Ibu akan saya jamin kerahasiannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan dalam penelitian ini.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Hormat saya,
Peneliti
================================================================ Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Menyatakan bersedia mengisi angket yang dipergunakan dalam rangka penelitian untuk penyusunan skripsi dan bersedia apabila data dan identitas saya dalam angket ini dipergunakan untuk keperluan dalam penelitian.
Dimohon untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan diri Bapak /Ibu :
1. Jenis kelamin : L / P*
2. Usia : ...tahun
3. Status pernikahan : menikah / belum menikah* 4. Jumlah anak : ...orang
5. Jumlah yang ditanggung sampai saat ini : ...orang 6. Pendidikan terakhir : SMA / S1 / S2* 7. Fakultas / Jurusan : ...
8. Lama kerja : ...tahun
9. Mengajar bidang studi : ... (* coret yang tidak perlu)
Bapak / Ibu diminta untuk memilih jawaban atau mengisi pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan bapak / ibu.
1. Menurut Bapak / Ibu, pekerjan Bapak / Ibu sebagai guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung... (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Bervariasi b. Monoton c. Menantang d. Berat
pada prilaku Bapak / Ibu saat bekerja di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung? a. Ada, contohnya ___________________________________________ b. Tidak ada, alasannya _______________________________________ 3. Apakah Bapak / Ibu mengetahui peran dan tanggung jawab Bapak / Ibu di SDK 2
“X” Program MATIUS Bandung?
a. Tidak tahu, alasan ________________________________________ b. Tahu, sebutkan ___________________________________________ c. Bingung, alasan ___________________________________________ 4. Bagaimana pandangan Bapak / Ibu terhadap tugas dan tanggung jawab Bapak / Ibu
sebagai guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung?
a. Tugas dan tanggung jawab jelas dan dapat dilakukan dengan baik. b. Tugas dan tanggung jawab tidak jelas tetapi dapat dilakukan dengan
baik.
c. Tugas dan tanggung jawab tidak jelas dan tidak dapat dilakukan dengan baik.
d. _______________________________________________________ 5. Bagaimana perasaan Bapak / Ibu terhadap kebijakan yang diberikan oleh yayasan
dan kepala sekolah SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai guru tetap?
a. Tidak puas dengan kebijakan yayasan dan kepala sekolah. b. Puas dengan kebijakan yayasan dan kepala sekolah. c. Bingung dengan kebijakan yayasan dan kepala sekolah.
Bapak / Ibu harapkan? 8. Saat fasilitas (lab, perpustakaan, lapangan, laptop, alat peraga, internet, komputer,
dll) tidak dapat menunjang proses belajar mengajar, Bapak / Ibu akan ... a. Tetap mengajar hanya dengan fasilitas yang ada.
b. Mengajukan permohonan kepada pihak sekolah untuk menyediakan fasilitas tersebut.
c. Memodifikasi fasilitas yang ada agar sesuai dengan apa yang bapak / ibu innginkan
d. ______________________________________________________ 9. Bapak / Ibu diminta mempersiapkan bahan – bahan untuk menunjang
pembelajaran. Menurut Bapak / Ibu hal tersebut...(jawaban boleh lebih dari satu) a. Mengasah kreatifitas
b. Menjadi beban tersendiri c. Membuang waktu
d. Menambah semangat mengajar
KUESIONER
Pada kuesioner ini, Bapak / Ibu diminta untuk memilih satu diantara empat pilihan jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak / Ibu . Berikan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan jawaban Bapak / Ibu.
SS = Sangat Sesuai dengan diri Bapak / Ibu. S = Sesuai dengan diri Bapak / Ibu.
TS = Tidak sesuai dengan diri Bapak / Ibu.
STS = Sangat Tidak sesuai dengan diri Bapak / Ibu.
Terima kasih,
Peneliti
Aspek No. Pernyataan SS S TS STS Program MATIUS Bandung dengan orang lain. 3. Masalah yang ada di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung adalah masalah saya juga. 4. Saya merasa SDK 2 “X” Program MATIUS
Bandung sudah menyatu dengan kehidupan saya.
8. Saya lebih suka menghindari pembicaraan tentang SDK 2 “X” Program MATIUS
commitment Program MATIUS Bandung, karena belum mendapatkan kesempatan kerja lain yang lebih menguntungkan.
10. Saat ini saya akan mendapatkan banyak kerugian secara finansial apabila saya meninggalkan SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
11. Untuk sekarang ini, saya tetap bertahan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung karena saya
membutuhkan penghasilan dan fasilitas yang sekolah berikan.
12. Saya merasa beban kerja di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung tidak sesuai dengan keuntungan yang saya dapatkan.
13. Salah satu alasan utama saya tetap bertahan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung,
adalah karena di sekolah lain mungkin saya tidak akan mendapatkan segala keuntungan seperti yang saya dapatkan disini.
MATIUS Bandung saya akan mudah mendapat pekerjaan lain.
16. Jika saya harus meninggalkan SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung dalam waktu dekat saya tidak merasakan adanya kerugian finansial yang berarti.
Normative commitment
17. Berpindah-pindah pekerjaan itu tidak baik, maka saya tetap bertahan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
18. Alasan utama saya bertahan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, karena saya merasakan adanya tanggung jawab secara moral terhadap sekolah.
19. Saya merasa telah berkhianat apabila saya meninggalkan SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
20. Bagi saya loyalitas adalah suatu hal yang penting, sehingga saya harus loyal terhadap SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
terhadap SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, oleh karenanya saya tetap bertahan di sekolah ini.
23. Saya merasa hal-hal yang berhubungan dengan SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung
bukanlah merupakan tanggung jawab saya sebagai guru.
TABEL UJI VALIDITAS
KUESIONER PROFIL KOMITMEN ORGANISASI
PER KOMPONEN
Kriteria yang digunakan :
< 0,300 : tidak valid atau tidak dapat digunakan
> 0,300 : valid atau dapat digunakan
AFFECTIVE COMMITMENT
NORMATIVE COMMITMENT
Item valid : 6
Item tidak valid : 1 No.
Item
Jumlah Keterangan
18 0,630 valid
19 0,303 valid
20 0,887 valid
21 0,514 valid
22 0,288 tidak valid
23 0,483 valid
TABEL UJI RELIABILITAS
KUESIONER PROFIL KOMITMEN ORGANISASI PER KOMPONEN
Komponen
Cronbach’s Alpha
Affective commitment
0,857
Continuance Commitment
0,841
Normative Commitment
0,764
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan
koefisien Cronbach’s Alpha terhadap komponen Affective Commitment,
Continuance Commitment, dan Normative Commitment. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara keseluruhan, berdasarkan kriteria dari guiltford (1991;
Metoda Statistika; Prof. Dr. Sudjana) bahwa alat ukur Profil Komitmen
HASIL PENELITIAN
Tipe Profil Frekuensi Persentase
GAMBARAN RESPONDEN
Data Pribadi
o Jenis Kelamin
o Usia
o Status Pernikahan
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Perempuan
Usia Frekuensi Persentase
20-34 tahun
Status Pernikahan Frekuensi Persentase
o Jumlah Anak
o Jumlah Tanggungan
o Pendidikan Terakhir
Jumlah Anak Frekuensi Persentase
0
Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase
0
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
o Fakultas / Jurusan
o Lama Kerja
Lama Kerja Frekuensi Persentase
< 10 tahun
Fakultas/Jurusan Frekuensi Persentase
o Bidang Studi
Jumlah Bidang Studi Frekuensi Persentase
1 bidang studi
o Pandangan Terhadap Gaji
o Pandangan Terhadap Fasilitas
Gaji Frekuensi Persentase
Kurang Sesuai
Fasilitas Frekuensi Persentase
o Respon Terhadap Fasilitas untuk KBM
o Peran dan Tanggung jawab
o Pandangan Terhadap Job Desk
Fasilitas KBM Frekuensi Persentase
Memodifikasi fasilitas
Tetap mengajar apa adanya
Mengajukan permohonan pada sekolah
15
Peran & Tanggung Jawab Frekuensi Persentase
Tahu
Job Desk Frekuensi Persentase
Jelas & Baik
Tidak Jelas & Baik
Tidak Jelas & Tidak Baik
Jelas & Tidak Baik
o Pandangan Terhadap Kebijakan Organisasi
o Pandangan Terhadap Variasi Kerja
Pandangan terhadap pekerjaan frekuensi persentase bervariasi / menantang
Kebijakan Organisasi Frekuensi Persentase
TABEL PERSENTASE DATA PENUNJANG 1. TIPE 6 : Afe(T) - Con(R) - Nor(T)
Tabel 6.1 Usia
20-34 tahun 35-45 tahun
5 (55,6%) 4 (44,4%)
Tabel 6.2 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
0 0 9(100%)
Tabel 6.3 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
7(77,8%) 2(22,2%)
Tabel 6.4 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
3(33,3%) 6(66,7%)
Tabel 6.5 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
Tabel 6.6 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
1(11,1%) 7(77,8%) 1(11,1%)
Tabel 6.7 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
3(33,3%) 0 6(66,7%)
Tabel 6.8 Variasi Kerja
Beban Mengasah
20-34 tahun 35-45 tahun
4 (66,7%) 3 (33,3%)
Tabel 6.10 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
Tabel 6.11 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
5(83,3%) 1(16,7%)
Tabel 6.12 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
4(66,7%) 2(33,3%)
Tabel 6.13 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
4 (66,7%) 2 (33,3%)
Tabel 6.14 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
1(16,7%) 4(66,7%) 1(16,7%)
Tabel 6.15 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
Tabel 6.16 Variasi Kerja
20-34 tahun 35-45 tahun
1 (50,0%) 1 (50,0%)
Tabel 6.18 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
0 0 2(100%)
Tabel 6.19 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
2(100%) 0
Tabel 6.20Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
Tabel 6.21 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
2 (100%) 0
Tabel 6.22 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 2(100%) 0
Tabel 6.23 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 0 2(100%)
Tabel 6.24 Variasi Kerja
Beban Mengasah
20-34 tahun 35-45 tahun
Tabel 6.26 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
1(50,0%) 0 1(50,0%)
Tabel 6.27 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
2(100%) 0
Tabel 6.28 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
1(50,0%) 1(50,0%)
Tabel 6.29 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
1 (50,0%) 1 (50,0%)
Tabel 6.30 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
Tabel 6.31 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
1(50,0%) 1(50,0%) 0
Tabel 6.32 Variasi Kerja
Beban Mengasah
20-34 tahun 35-45 tahun
0 2 (100%)
Tabel 6.34 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
1(50,0%) 0 1(50,0%)
Tabel 6.35 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
Tabel 6.36 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
2(100%) 0
Tabel 6.37 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
0 2 (100%)
Tabel 6.38 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 2(100%) 0
Tabel 6.39 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 0 2(100%)
Tabel 6.40 Variasi Kerja
4. TIPE 5 : Afe(T) - Con(R) - Nor(R) Tabel 6.41 Usia
20-34 tahun 35-45 tahun
1 (100%) 0
Tabel 6.42 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
0 1(100%) 0
Tabel 6.43 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
0 1(100%)
Tabel 6.44 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
1(100%) 0
Tabel 6.45 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
Tabel 6.46 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 1(100%) 0
Tabel 6.47 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 0 1(100%)
Tabel 6.48 Variasi Kerja
Beban Mengasah
20-34 tahun 35-45 tahun
1 (100%) 0
Tabel 6.50 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
Tabel 6.51 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
1(100%) 0
Tabel 6.52 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
1(100%) 0
Tabel 6.53 Lama Kerja
< 10 tahun ≥ 10 tahun
1 (100%) 0
Tabel 6.54 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 1(100%) 0
Tabel 6.55 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 1(100%) 0
Tabel 6.56 Variasi Kerja
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE RENDAH, CONTINUANCE RENDAH, NORMATIVE RENDAH Tipe 1 – N: 2
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 11 Perempuan 37 Menikah 2 2 Sarjana (S1) Ekonomi (Manajemen/Akuntansi) 9 1
20 Perempuan 25 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Lainnya 4 2
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi
11 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Puas
20 Ya Ada Tahu Tidak Jelas & Tidak Baik Bingung
No. Resp. Pandangan Tentang Gaji Pandangan Tentang Fasilitas Jika Fasilitas Tidak Menunjang KBM Pandangan Tentang Variasi Kerja 11 Kurang Sesuai Kurang Memodifikasi fasilitas Menjadi beban tersendiri
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE RENDAH, CONTINUANCE RENDAH, NORMATIVE TINGGI Tipe 2 – N: 2
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 3 Perempuan 23 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Ekonomi (Manajemen/Akuntansi) 1 1
5 Perempuan 45 Menikah 3 3 SMA - 20 3
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi 3 Ya Tidak Tidak Tahu Tidak Jelas & Tidak Baik Bingung
5 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Tidak Puas
No. Resp. Pandangan Tentang Gaji Pandangan Tentang Fasilitas Jika Fasilitas Tidak Menunjang KBM Pandangan Tentang Variasi Kerja 3 Kurang Sesuai Cukup Mengajukan permohonan kepada sekolah Mengasah kreativitas
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE RENDAH, CONTINUANCE TINGGI, NORMATIVE RENDAH Tipe 3 – N: 2
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi 21 Ya Ada Tahu Tidak Jelas & Tidak Baik Bingung
22 Ya Ada Tahu Tidak Jelas & Tidak Baik Bingung
No. Resp. Pandangan Tentang Gaji Pandangan Tentang Fasilitas Jika Fasilitas Tidak Menunjang KBM Pandangan Tentang Variasi Kerja 21 Kurang Sesuai Cukup Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas & menjadi beban tersendiri 22 Kurang Sesuai Cukup Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas & menjadi beban tersendiri
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 21 Perempuan 40 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) PGSD 19 2
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE TINGGI, CONTINUANCE RENDAH, NORMATIVE RENDAH Tipe 5 – N: 1
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 14 Laki-Laki 29 Belum Menikah 0 0 Diploma (D2/D3) Sastra (Inggris/Jepang) 4 1
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi
14 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Tidak Puas
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE TINGGI, CONTINUANCE RENDAH, NORMATIVE TINGGI Tipe 6 – N: 9
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 4 Perempuan 31 Menikah 1 1 Sarjana (S1) Ekonomi (Manajemen/Akuntansi) 8 1
6 Perempuan 25 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Lainnya 4 2 8 Perempuan 43 Menikah 2 2 Sarjana (S1) Lainnya 10 1 12 Laki-Laki 32 Menikah 1 3 Sarjana (S1) Ekonomi (Manajemen/Akuntansi) 12 1 13 Perempuan 35 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Lainnya 7 1 16 Laki-Laki 27 Menikah 0 1 Sarjana (S1) Lainnya 2 2 17 Perempuan 43 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) PGSD 21 2
18 Perempuan 44 Menikah 2 2 Sarjana (S1) PGSD 20 1
23 Perempuan 33 Menikah 0 0 Sarjana (S1) Sastra (Inggris/Jepang) 8 1
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi
4 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Bingung
6 Ya Tidak Tahu Tidak Jelas & Baik Bingung
8 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Bingung
12 Ya Ada Tahu Tidak Jelas & Baik Bingung
13 Tidak Tidak Tahu Jelas & Baik Puas
16 Ya Ada Tahu Jelas & Tidak Baik Bingung
17 Tidak Ada Tahu Jelas & Baik Puas
18 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Puas
23 Tidak Tahu Tidak Jelas & Baik Bingung
No. Resp. Pandangan Tentang Gaji Pandangan Tentang Fasilitas Jika Fasilitas Tidak Menunjang KBM Pandangan Tentang Variasi Kerja 4 Kurang Sesuai Kurang Tetap mengajar apa adanya Mengasah kreativitas
6 Kurang Sesuai Kurang Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas & menjadi beban tersendiri 8 Kurang Sesuai Baik Tetap mengajar apa adanya Mengasah kreativitas
12 Tidak Sesuai Kurang Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas & menambah semangat mengajar 13 Sesuai Cukup Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas & menambah semangat mengajar 16 Kurang Sesuai Kurang Tetap mengajar apa adanya Mengasah kreativitas & menjadi beban tersendiri
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE TINGGI, CONTINUANCE TINGGI, NORMATIVE RENDAH Tipe 7 – N: 1
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 10 Perempuan 24 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Psikologi 2 2
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi
10 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Puas
PROFILE KOMITMEN AFFECTIVE TINGGI, CONTINUANCE TINGGI, NORMATIVE TINGGI Tipe 8 – N: 6
No. Resp. Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Anak Jumlah Yang Ditanggung Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Lama Kerja Mengajar Bidang Studi 1 Perempuan 26 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Psikologi 2 4
2 Perempuan 44 Menikah 2 3 Sarjana (S1) PGSD 15 3
7 Perempuan 45 Menikah 1 1 Diploma (D2/D3) - 11 1
9 Perempuan 26 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Sastra (Inggris/Jepang) 3 1 15 Perempuan 24 Belum Menikah 0 0 Diploma (D2/D3) Sastra (Inggris/Jepang) 3 3 19 Laki-Laki 24 Belum Menikah 0 0 Sarjana (S1) Lainnya 2 1
No. Resp. Variasi & Tantangan kerja Dampak Tantangan Kerja Peran & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Tugas & Tanggung Jawab Pandangan Tentang Kebijakan Organisasi 1 Tidak Ada Tahu Tidak Jelas & Baik Tidak Puas
2 Ya Ada Tahu Tidak Jelas & Baik Puas
7 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Puas
9 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Bingung
15 Ya Ada Tahu Jelas & Baik Bingung
19 Ya Tidak Tahu Jelas & Baik Tidak Puas
No. Resp. Pandangan Tentang Gaji Pandangan Tentang Fasilitas Jika Fasilitas Tidak Menunjang KBM Pandangan Tentang Variasi Kerja 1 Kurang Sesuai Kurang Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas
2 Tidak Sesuai Baik Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas 7 Sesuai Cukup Tetap mengajar apa adanya Mengasah kreativitas 9 Kurang Sesuai Kurang Memodifikasi fasilitas Mengasah kreativitas
TABEL PERSENTASE DATA PENUNJANG 1. TIPE 6 : Afe(T) - Con(R) - Nor(T)
Tabel 7.1 Usia
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
0 2(33,33%) 3(100%) 1(50,0%) 3(37,5%)
Tabel 7.2 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
0 0 9(50,0%)
Tabel 7.3 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
7(36,8%) 2(50,0%)
Tabel 7.4 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
3(23,1%) 6(60,0%)
Tabel 7.5 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
Tabel 7.6 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
1(50%) 7(36,8%) 1(50,0%)
Tabel 7.7 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
3(50%) 0 6(40,0%)
Tabel 7.8 Variasi Kerja
Beban Mengasah
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
2(50,0%) 2(33,3%) 0 0 2(25,0%)
Tabel 7.10 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
Tabel 7.11 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
5(26,3%) 1(25,0%)
Tabel 7.12 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
4(30,8%) 2(20,0%)
Tabel 7.13 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
4(40,0%) 0 1(33,3%) 1(50,0%) 0
Tabel 7.14 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
1(50%) 4(21,1%) 1(50,0%)
Tabel 7.15 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
Tabel 7.16 Variasi Kerja
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
0 1(16,7%) 0 1(50,0%) 0
Tabel 7.18 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
0 0 2(11,1%)
Tabel 7.19 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
2(10,5%) 0
Tabel 7.20Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
Tabel 7.21 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
1(10,0%) 1(25,0%) 0 0 0
Tabel 7.22 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 2(10,5%) 0
Tabel 7.23 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 0 2(13,3%)
Tabel 7.24 Variasi Kerja
Beban Mengasah
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
Tabel 7.26 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
1(50,0%) 0 1(5,6%)
Tabel 7.27 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
2(10,5%) 0
Tabel 7.28 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
1(7,7%) 1(10,0%)
Tabel 7.29 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
1(10,0%) 0 0 0 1(25,0%)
Tabel 7.30 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
Tabel 7.31 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
1(16,7%) 1(50,0%) 0
Tabel 7.32 Variasi Kerja
Beban Mengasah
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
0 0 0 0 2(25,0%)
Tabel 7.34 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
1(50,0%) 0 1(5,6%)
Tabel 7.35 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
Tabel 7.36 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
2(15,4%) 0
Tabel 7.37 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
0 0 0 1(50,0%) 1(25,0%)
Tabel 7.38 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 2(10,5%) 0
Tabel 7.39 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 0 2(13,3%)
Tabel 7.40 Variasi Kerja
4. TIPE 5 : Afe(T) - Con(R) - Nor(R) Tabel 7.41 Usia
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
0 1(16,7%) 0 0 0
Tabel 7.42 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
0 1(33,3%) 0
Tabel 7.43 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
0 1(25,0%)
Tabel 7.44 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
1(7,7%) 0
Tabel 7.45 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
Tabel 7.46 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 1(5,3%) 0
Tabel 7.47 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 0 1(6,7%)
Tabel 7.48 Variasi Kerja
Beban Mengasah
<=24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun >=40 tahun
1(25,0%) 0 0 0 0
Tabel 7.50 Pendidikan Terakhir
SMA Diploma (D2/D3) Sarjana (S1)
Tabel 7.51 Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
1(5,3%) 0
Tabel 7.52 Status Pernikahan
Belum Menikah Menikah
1(7,7%) 0
Tabel 7.53 Lama Kerja
<=4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >=20 tahun
1(10,0%) 0 0 0 0
Tabel 7.54 Kesesuaian Gaji
Tidak Sesuai Kurang Sesuai Sesuai
0 1(5,3%) 0
Tabel 7.55 Fasilitas KBM
Apa Adanya Meminta Pada Sekolah Memodifikasi
0 1(50,0%) 0
Tabel 7.56 Variasi Kerja
1 Universitas Kristen Maranatha 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek
kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan
kepribadian manusia. Di samping itu pendidikan adalah pengembangan
kemampuan dan jati diri peserta didik sebagai wujud kepribadian yang utuh,
melalui program pengajaran yang diarahkan melalui kurikulum program studi.
(Keputusan Mentri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor : 38/KEP/MK.WASPAN/9/1999).
Pendidikan di Indonesia mempunyai dua jalur, yaitu jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan
pendidikan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan. Jenjang pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan
sekolah adalah pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, sedangkan
jalur pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan belajar mengajar yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan, misalnya kursus penyegaran, penataran,
seminar, lokakarya dan konferensi ilmiah (Fuad Hasan,1995).
Pada Jalur pendidikan sekolah terdapat jenjang Sekolah Dasar (SD). Di
Jenjang SD ini siswa sebagai calon Sumber Daya Manusia masa depan harus
dipersiapkan sebaik mungkin dan itulah yang menjadi tujuan dari YPK “X” maka
Universitas Kristen Maranatha didirikan SDK “X” Bandung. Sejalan dengan waktu SDK “X” Bandung
dimekarkan menjadi SDK 1 “X” dan SDK 2 “X”, dan untuk menghadapi era
globalisasi dan segala tantangannya, SDK 2 “X” membuka program MATIUS.
Dengan Visi yaitu “Menjadi lembaga penyedia layanan pendidikan yang
memperhatikan perkembangan berbagai aspek kepribadian peserta didik secara
seimbang, baik fisikal, intelektual, emosional, social, maupun spiritual”. Dan
Misinya adalah “Me-MATIUS-kan peserta didik”.
Program MATIUS adalah program sekolah yang menekankan pada
pembinaan karakter setiap siswanya. Kepanjangan dari MATIUS adalah
karakter-karakter yang ingin dikembangkan pada anak didik yaitu Mandiri, Aktif, Taat,
Inovatif, Ulet, dan Sopan. Di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, program
sekolahnya adalah program full day school, sekolah mulai pukul 07.30 sampai
dengan 15.30. Selain itu SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung ini menekankan
penggunaan Bahasa Inggris dan Mandarin dalam penyampaian materi setiap hari
di dalam kelas, tetapi kurikulum yang dipakai tetap kurikulum nasional.
Penekanan karakter MATIUS ditunjang dengan fasilitas dan gaya
pembelajaran yang sesuai untuk mengasah karakter MATIUS setiap siswa. Di
sekolah setiap siswa mempunyai loker masing-masing yang harus selalu dijaga
kerapian, kelengkapan, dan kebersihannya, disini siswa diajarkan untuk mandiri.
Karakter taat ditekankan pada saat siswa harus mengikuti schedule dan mematuhi
peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Penekanan karakter aktif dilakukan pada
jam pelajaran, siswa berpartisipasi di setiap kegiatan belajar dan kegiatan tersebut
Universitas Kristen Maranatha didorong melalui sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada
penemuan-penemuan baru yang bisa dilakukan oleh siswa.
Karakter ulet dapat dibentuk pada saat siswa belajar di kelas mereka
diharapkan mau mencoba hal-hal baru dan berusaha menyelesaikan semua tugas
yang mereka anggap sulit tanpa mengeluh. Terakhir mendukung pembentukan
karakter sopan maka setiap siswa diberikan ‘Phrase of the day” kalimat-kaliamat
dalam Bahasa Inggris atau Mandarin untuk digunakan saat mereka memberi
salam, meminta ijin, meminta tolong, dan berkomunikasi dengan guru dan murid
lainnya. Pemantauan perkembangan karakter siswa setiap hari diadakan jam BP
(Bimbingan Prilaku), yaitu jam pelajaran yang berupa pengarahan dan pembinaan
karakter dari wali kelasnya. Perkembangan karakter di rumah dipantau dengan
buku karakter yang harus diisi oleh orang tua, kemudian dilaporkan kepada guru
kelas setiap minggunya.
Jumlah guru di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung yaitu 23 guru
tetap yang mempunyai jabatan tertentu seperti ketua kelas (menjadi ketua guru
untuk satu angkatan), wali kelas (menjadi wali di satu kelas di satu angkatan), dan
guru bidang studi (mengajar bidang studi tertentu saja), sedangkan guru honorer
kurang lebih 15 guru memiliki jabatan sebagai guru bidang studi. Setiap guru
tetap memiliki tugas dasar mengajar dan membimbing siswanya memahami
materi dan juga memotivasi siswa dalam belajar. Kewajiban guru tetap adalah
membuat program pengajaran di awal tahun, membuat silabus, membuat
persiapan bahan pengajaran, dan mempersiapkan alat peraga, bekerja sama
Universitas Kristen Maranatha Guru MATIUS mempunyai tugas khusus yang berbeda dari guru sekolah
lainnya yaitu menonjolkan karakter MATIUS secara langsung, dengan cara
memberikan contoh bagaimana berlaku mandiri, aktif, taat, inovatif, ulet, dan
sopan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, guru tetap di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung dituntut lebih memperlihatkan karakter-karakter yang ada
dalam program MATIUS dalam kehidupannya sehari-harinya. Setiap guru tetap
menangani 20 sampai 25 siswa di tiap kelasnya, tetapi para guru tetap diharapkan
memantau perkembangan karakter semua anak di SDK 2 “X” Program MATIUS
Bandung. Setiap guru tetap juga dituntut untuk memiliki keahlian yang baik
dalam mengajar, walaupun sebagian besar guru tetap berasal dari latar belakang
pendidikan bukan guru. Setiap guru tetap juga dituntut untuk dapat menguasai
Bahasa Inggris untuk menunjang proses pembelajaran.
Tuntutan bagi guru tetap di Program MATIUS berbeda dari sekolah lain.
Oleh karena itu, guru tetap menjadi salah satu sumbar daya yang paling
berpengaruh dalam proses belajar mengajar dan kelancaran jalannya program
MATIUS. Setiap guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung
membutuhkan suatu profil komitmen tertentu untuk dapat bertahan dan
melakukan semua kewajibannya dengan baik sebagai guru tetap di SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung.
Menurut teori dari Meyer & Allen komitmen organisasi terdiri dari tiga
komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative
commitment. Aspek ini lebih merupakan suatu komponen daripada suatu aspek,
Universitas Kristen Maranatha komitmen organisasi. Setiap komponen dilihat tinggi rendahnya dan itu yang
membentuk profil komitmen setiap guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS
Bandung. Misalnya, guru dengan affective commitment dan normative
commitment yang tinggi, tetapi continuance commitment rendah akan melakukan
pekerjaannya sebaik mungkin, karena mereka merasa adanya keterikatan
emosional dengan anak didik dan juga merasakan tanggung jawab yang besar
untuk menjaga reputasi SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung. Berbeda dengan
guru dengan yang memiliki affective commitment dan continuance commitment
yang tinggi, tetapi normative commitment rendah guru tersebut akan merasa
senang bekerja di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung karena ia merasa
nyaman bekerja di lingkungan SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung Bandung
dan juga mendapatkan keuntungan secara finansial, atau mendapatkan fasilitas
yang membuatnya bertahan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
Guru dengan continuance commitment dan normative commitment yang
tinggi, tetapi affective commitment rendah akan merasa mendapatkan keuntungan
lebih apabila dia bekerja di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, dan ia juga
merasakan adanya tanggung jawab untuk membantu SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung agar lebih maju. Perbedaan-perbedaan profil komitmen itulah
yang nantinya dapat menyebabnya perbedaan motif yang akan tampak dalam
prilaku setiap guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung. Profil
komitmen organisasi juga memiliki indikator yang dapat dinilai, salah satu
Universitas Kristen Maranatha Bandung, dan juga indikator lain seperti tingkat absensi, turn over, dan masa kerja
(Meyer dan Allen, 1997).
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SDK2 “X” Program
MATIUS Bandung diketahui bahwa performance yang diharapkan dari setiap
guru di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung ini adalah guru-guru diharapkan
memiliki hati yang mau melayani untuk mengubahkan anak-anak dari yang tidak
MATIUS menjadi MATIUS. Setiap guru diharapkan dapat berbahasa Inggris dan
atau Mandarin karena bahasa asing adalah salah satu keunggulan dari SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung, dan beragama Kristen, karena dengan iman Kristen
karakter MATIUS juga bisa diterapkan.
Menurut kepala sekolah belum semua guru tetap memiliki performance
yang diharapkan. Untuk mengatasi hal tersebut sekolah mengadakan pembinaan
seperti conversation class, pembinaan karakter untuk guru, retreat guru, dan
acara-acara kebersamaan lainnya. Kepala sekolah mengharapkan semua guru
merasa menjadi bagian keluarga besar di sekolah tersebut. Sedangkan untuk
beberapa alasan guru yang tidak bertahan di sekolah tersebut dikarenakan ada
beberapa guru yang memutuskan untuk bersekolah kembali, melahirkan, menikah,
tetapi ada juga yang dikarenakan ada konflik intern dengan sesama guru maupun
dengan kepala sekolah.
Fenomena yang terjadi di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, dilihat
dari turn over yang terjadi pada setiap tahunnya yaitu kurang lebih sebanyak 8,3%
pada awal tahun ajaran. Berdasarkan wawancara dengan 5 orang mantan guru
Universitas Kristen Maranatha permintaan dari guru-guru yang bersangkutan untuk berhenti dari sekolah, bukan
diberhentikan oleh sekolah, dengan alasan yang beragam antara lain, pindah kerja,
menikah, meneruskan sekolah, mempunyai anak, merasa kurang berkembang,
masalah keuangan, dan merasa tidak betah dengan lingkungan kerja. Sekolah
dalam hal ini juga berusaha mempertahankan guru-guru tersebut dengan cara
membujuk secara langsung guru yang bersangkutan.
Fenomena lainnya didapat dari hasil observasi dan wawancara dengan 10
orang guru tetap. Hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan dan absensi
yang cukup bermasalah karena seringkali dibahas pada rapat yang diadakan setiap
minggunya. Ada kebijakan sekolah tentang gaji ke-13, yang menyatakan setiap
guru tidak berhak mendapatkan gaji ke-13 apabila jumlah keterlambatan, izin, dan
cuti melebihi 30 hari kerja dalam satu tahun ajaran. Sedangkan absensi di SDK 2
“X” Program MATIUS Bandung ini masih memakai sistem absen tertulis yang
sangat mengandalkan kejujuran dari guru-guru. Hal ini merupakan indikator dari
affective commitment yang rendah, karena terdapat korelasi positif antara
kehadiran kerja dengan affective commitmen seseorang (Mathieu dan Zajac, dalam
Meyer & Allen, 1997).
Mengenai masa kerja, guru tetap di SDK 2 ”X” Bandung ini terbagi
menjadi 2 kelompok, guru senior yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun,
dan guru junior yang memiliki masa kerja kurang dari 10 tahun. Berdasarkan
wawancara, dengan 9 orang guru tetap, mereka mengatakan suasana kerja di SDK
2 “X” Program MATIUS Bandung cukup nyaman dikarenakan kebersamaan yang
Universitas Kristen Maranatha junior tetap terasa, dan menyebabkan perasaan canggung diantara kedua
kelompok tersebut. Kejadian yang menyebabkan terjadinya perasaan tersebut,
salah satunya adalah menegur dengan cara yang kurang bisa diterima antara guru
senior dan guru junior. Perbedaan akses ke fasilitas sekolah, seperti akses ke
perlengkapan mengajar, guru senior dapat lebih mudah meminta perlengkapan
mengajar dibandingkan guru junior. Semua ini dapat menyebabkan iklim kerja
terasa kurang nyaman. Mereka pun mengeluhkan pembagian kerja untuk setiap
kegiatan dibebankan secara tidak merata dan tidak jelas.
Berdasarkan hasil survey awal pada 10 orang guru tetap di SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung untuk mengetahui profil komitmen para guru tetap
terhadap SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, didapatkan informasi bahwa
10% guru tetap memiliki profile Afe (T) Con (T) Nor (R), karena ia merasakan
adanya ikatan emisional dengan anak didik dan dengan SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung. Ia merasa bahwa di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung,
ia mendapat keuntungan secara finansial dibandingkan di tempat kerjanya dahulu.
Tetapi ia tidak merasa harus bertanggung jawab dengan kemajuan SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung.
10% guru tetap merasa sudah cocok dengan lingkungan di SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung dan merasakan ikatan emosional dengan anak didik
dan rekan kerja di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung. Mengenai
penghasilan ia merasa cukup, karena Tuhan pasti mencukupkan, dan ia juga tidak
Universitas Kristen Maranatha Program MATIUS Bandung. Hal itu menggambarkan profil Afe (T) Con (R) Nor
(R) pada guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
20% guru tetap mengatakan menyukai lingkungan dan relasi dengan rekan
kerja di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung yang terasa kekeluargaan
walaupun mereka kadang merasa ada ketidak cocokkan dengan atasan. Mereka
juga menganggap pendapatan dan fasilitas yang diberikan oleh sekolah sudah
cukup baik, walaupun mereka tetap mengharapkan ditambahnya fasilitas yang
tanpa syarat bagi guru-guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
Tetapi mengenai perkembangan SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung mereka
merasa itu bukan tanggung jawab mereka. Hal itu menggambarkan profil Afe (T)
Con (T) Nor (R) pada guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
20% guru tetap merasa nyaman bekerja di SDK 2 “X” Program MATIUS
Bandung karena suasana kerja yang nyaman dan hubungan dengan rekan kerja
yang baik. Mereka mengatakan pendapatan yang mereka dapatkan masih kurang
sesuai karena job desk mereka kurang jelas dan membuat pekerjaan mereka
menjadi terlalu banyak, sehingga harus mencari pekerjaan tambahan di luar
sekolah. Hal itu menggambarkan profile Afe (T) Con (T) Nor (T) pada guru tetap
di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
40% guru tetap mengatakan merasa senang bekerja di SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung karena hubungan atara rekan kerja yang baik, dan
lingkungan kerja yang nyaman, meskipun ada yang mengeluhkan tentang
hubungan dengan atasan mereka yang kurang baik. Mereka mengatakan
Universitas Kristen Maranatha pekerjaan mereka jadi pendapatan tidak menjadi masalah. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mencari cara atau metode mengajar yang lebih baik
lagi agar kualitas SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung terus bertambah. Hal
itu menggambarkan profile Afe (T) Con (R) Nor (T) pada guru tetap di SDK 2
“X” Program MATIUS Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui bagaimana profil komitmen organisasi pada guru tetap
di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
profil komitmen organisasi yang terdapat pada guru tetap di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih
rinci mengenai profil komitmen organisasi pada guru tetap di SDK 2 “X” Program
Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang Psikologi Industri dan
Organisasi mengenai profil komitmen organisasi pada guru.
2. Memberikan informasi tambahan pada peneliti lain yang tertarik untuk
meneliti profil komitmen organisasi dan mendorong dikembangkannya
penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung mengenai sejauh mana profil komitmen organisasi
yang dimiliki oleh para guru tetep di SDK 2 “X” Program MATIUS
Bandung sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
untuk dapat lebih memahami mengenai profil komitmen organisasi dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Menjadi acuan bagi pengurus yayasan di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung sebagai informasi mengenai gambaran profil
komitmen organisasi yang dimiliki guru tetap di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung sehingga dapat memberikan kebijakan-kebijakan
yang dapat meningkatkan kinerjanya di dalam organisasi.
1.5Kerangka Pikir
Sekolah Dasar Swasta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
Universitas Kristen Maranatha mencapai keberhasilan dan tujuan pendidikan banyak sekali faktor yang turut
menentukan terutama instrumen input (tenaga pengarar, fasilitas,dan lain-lain),
organisasi, dan pengelolaannya. Kualitas sekolah dasar pun harus ditingkatkan,
yaitu dengan mengetahui profil komitmen yang dimiliki oleh setiap guru agar
setiap guru dapat lebih bertanggungjawabnya terhadap tugas dan kewajibannya.
Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan psikologis tertentu yang
merupakan karakteristik hubungan antara anggota dengan organisasinya, dan
mempunyai implikasi berupa keputusan untuk berhenti atau terus menjadi anggota
organisasi tersebut (Meyer&Allen,1991). Meyer & Allen (1997) melakukan
penggabungan konsep pembentuk tiga aspek komitmen, yaitu Affective
Commitment, Continuance Commitment, dan Normative Commitment. Affective
Commitment dari Meyer & Allen (1991) mengarah pada keterikatan emosional
guru, identifikasi, dan keterlibatan guru pada organisasinya. Ketiga aspek ini yang
nantinya akan membentuk delapan profil komitmen yang akan diteliti.
Guru yang memiliki affective commitment akan tetap berada di organisasi
karena mereka menginginkan hal itu (want to). Guru yang memiliki affective
commitment yang tinggi akan memiliki keinginan yang kuat untuk menetap dalam
organisasinya, merasa bangga menjadi anggota dari organisasi tersebut mereka
memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap
organisasinya, misalnya dengan mengikuti rapat-rapat mingguan, mengikuti
acara-acara untuk bertahan dalam organisasinya karena mereka merasa bahwa
Universitas Kristen Maranatha Guru yang memiliki continuance commitment akan bertahan dalam
organisasinya apabila mereka mendapatkan imbalan yang sesuai dengan tugas dan
kewajiban yang mereka berikan. Dalam hal ini, guru-guru di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung yang menunjukan continuance commitment yang tinggi akan
bertahan dalam organisasi apabila mendapatkan gaji yang sesuai, diberikan
penghargaan secara materi dan fasilitas yang dapat menunjang kehidupan guru
tersebut.
Guru dengan normative commitment akan merasa memiliki kewajiban
untuk terlibat dalam aktivitas organisasinya dan mengembangkan dirinya sebagai
bentuk rasa tanggung jawab atau rasa moral yang dimilikinya, karena mereka
merasa sudah mendapatkan banyak hal dari organisasi tersebut yang mewajibkan
mereka untuk membalas budi dengan tetap bertahan dan terus meningkatkan diri
guna kepentingan organisasi. Dalam hal ini, guru-guru di SDK 2 “X” Program
MATIUS Bandung yang menunjukan normative commitment yang tinggi akan
bertanggungjawab sebagai seorang guru dan juga aktif dalam kegiatan organisasi
yang dilakukan di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung, karena mereka
merasa memiliki tanggung jawab dan menunjukan loyalitas mereka kepada
organisasi tempat mereka bekerja.
Meyer & Allen (1997) menambahkan, bahwa setiap individu memiliki
derajat aspek komitmen yang bervariasi. Setiap aspek komitmen yang dimiliki
seseorang, berkembang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman yang berbeda
serta memiliki implikasi berbeda pula pada tingkah laku dalam bekerja. Sebagai
Universitas Kristen Maranatha (affective), juga memiliki kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (normative).
Di samping itu pula, individu lain mungkin kurang senang pada pekerjaannya
dalam organisasi (affective), namun menyadari bahwa jika meninggalkan
organisasi akan emberikan kerugian finansial dan kerugian lain (continuance).
Individu lainnya memiliki kemauan, kebutuhan, dan kewajiban untuk
bertahan dalam organisasi, namun memiliki derajat berbeda-beda, dengan adanya
derajat aspek komitmen yang bervariasi ini, maka dapat diketahui profil komitmen
organisasi yang dimiliki oleh individu terhadap organisasinya, melihat dari derajat
yang didapat setiap individu untuk setiap aspek komitmennya. Setiap guru akan
menampilkan sikap dan perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan profil
komitmen yang mereka miliki terhadap organisasi. Terdapat delapan profil
komitmen berdasarkan perpaduan derajat setiap aspek dalam komitmen
organisasi. Guru dengan affective commitment, continuance commitment, dan
normative commitment yang tinggi akan dapat bertahan di organisasi karena
merasakan ikatan emosional dengan organisasi, merasa mendapatkan keuntungan
dari organisasi, dan juga merasa bertanggung jawab atas kemajuan organisasi.
Guru dengan affective commitment dan continuance commitment yang tinggi,
tetapi normative commitment rendah akan bertahan di organisasi apabila ada
ikatan emosional dengan organisasi dan ia mendapatkan timbal balik yang sesuai
dari organisasinya, walaupun ia tidak merasa bertanggung jawab dengan
kemajuan organisasi. Guru dengan affective commitment dan normative
commitment yang tinggi, tetapi continuance commitment rendah akan bertahan di
Universitas Kristen Maranatha bertanggung jawab atas kemajuan organisasi, walaupun ia tidak mendapatkan
keuntungan secara finansial dari organisasi. Guru dengan continuance
commitment dan normative commitment yang tinggi, tetapi affective commitment
rendah akan bertahan di organisasi apabila ia mendapatkan timbal balik yang
sesuai dari organisasi dan ia juga bertahan karena merasakan tanggung jawab atas
kemajuan organisasi, walaupun ia merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja
dan relasi dengan rekan kerja kurang baik. Guru dengan affective commitment
yang tinggi, tetapi continuance commitment dan normative commitment rendah
akan bertahan di organisasi karena merasakan ikatan emosional yang erat dengan
lingkungan kerjanya, walaupun ia tidak banyak ikut bertanggung jawab dengan
kemajuan perusahaan, dan ia juga tidak mendapatkan keuntungan secara finansial.
Guru dengan continuance commitment yang tinggi, tetapi affective commitment
dan normative commitment rendah akan bertahan di organisasi apabila guru
tersebut merasakan mendapatkan keuntungan lebih dibandingkan dengan di
tempat lain, walaupun ia merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya dan merasa
tidak memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan dari organisasinya. Guru
dengan normative commitment yang tinggi, tetapi continuance commitment dan
affective commitment rendah akan bertahan di organisasi apabila guru tersebut
merasakan adanya tanggung jawab untuk bertahan dan memajukan sekolah tempat
ia bekerja, tanpa melihat keuntungan finansial yang dia dapat dan tidak
mementingkan ikatan emosional antara rekan kerja di dalam organisasinya. Guru
Universitas Kristen Maranatha commitment yang rendah akan sulit bertahan di suatu organisasi, dan akan sering
berpindah-pindah kerja.
Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat dari setiap aspek
dalam komitmen organisasi (Meyer&Allen,1997) diantaranya adalah karakteristik
individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status
perkawinan), karakteristik pekerjaan (job design, variasi, tantangan tugas), dan
pengalaman kerja (fasilitas, imbalan). Karakteristik individu adalah usia, masa
kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan. Usia menunjukan
catatan biografis lamanya masa hidup seseorang.
Guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung terbagi kedalam
dua tahap perkembangan yaitu, tahap perkembangan dewasa awal dan tahap
perkembangan dewasa madya. Semakin dewasa usia seorang guru maka
pertimbangan secara kognitif dalam memutuskan untuk bekerja di suatu
organisasi akan berbeda dibandingkan guru yang usianya lebih muda. Guru yang
berada pada tahap perkembangan dewasa madya akan memutuskan bekerja di
bidang yang mereka kuasai karena masa pengembangan diri telah mereka lalui.
Sedangkan guru yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal lebih
menginginkan tantangan dalam pekerjaannya. Karena usia dan affective
commitment memiliki hubungan positif Makin tua usia seorang guru mereka
semakin banyak mendapatkan pengalaman positif di tempat kerjanya sehingga
membuat hal ini mempengaruhi affective commitment menjadi lebih tinggi
dibandingkan guru-guru dengan usia lebih muda (Mathieu dan Zajac, dalam
Universitas Kristen Maranatha Lama kerja merupakan lamanya seseorang bekerja atau menjabat suatu
posisi di dalam organisasi. Di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung Guru tetap
terbagi dalam dua masa kerja, yaitu masa kerja diatas 10 tahun dan masa kerja
dibawah 10 tahun. Umumnya orang-orang berusia lebih tua dan telah lama
bekerja memiliki affective commitment yang tinggi dibandingkan dengan mereka
yang berusia muda, hal ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa masa hidup mereka
baik kehidupan biologis maupun usia kerja di organisasi hanya tinggal sesaat
(Meyer & Allen, 1997). March & Simon (1958) mengatakan bahwa dengan
meningkatnya usia dan masa kerja, kesempatan individu untuk mendapatkan
pekerjaan lain menjadi lebih terbatas. Kesempatan kerja yang semakin sedikit ini
juga memiliki hubungan positif dengan affective commitment seseorang. Maka
dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara usia, lama kerja, status
perkawinan, dengan affective commitment (Mathieu dan Zajac, dalam Meyer &
Allen, 1997), sedangkan dengan faktor yang lain yaitu pengalaman kerja,
berdasarkan penelitian Mathieu dan Zajac (Meyer & Allen, 1997) ditemukan juga
bahwa terdapat hubungan positif antara pengalaman kerja dengan affective
commitment, karena semakin banyak pengalaman positif seseorang di pekerjaan
dapat meningkatkan affective commitment seseorang.
Berkaitan dengan jenis kelamin, wanita lebih banyak bekerja sebagai
karyawan level rendah dengan status dan gaji yang rendah dibandingkan laki-laki,
sehingga wanita cenderung menunjukan continuance commitment lebih lemah
(Aven, Parker, & McEvoy; Meyer & Allen, 1997). Status perkawinan berkaitan
anak-Universitas Kristen Maranatha anak, sehingga guru yang telah menikah menunjukan continuance commitment
yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi memberikan peluang yang lebih
besar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, sehingga guru yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi cenderung menunjukan continuance commitment
yang rendah terhadap organisasi (Meyer & Allen, 1997). Tingkat pendidikan (Lee,
dalam Meyer & Allen, 1997), usia dan lama kerja (Ferris & Aranya, dalam Meyer
& Allen, 1997) berpengaruh terhadap continuance commitment. Semakin tinggi
pendidikan maka akan semakin tinggi continuance commitment, dan semakin tua
usia dan lama kerja seorang guru, maka continuance commitment semakin rendah
karena kesempatan seorang guru untuk berpindah organisasi makin kecil.
Meyer & Allen (1997), juga menemukan bahwa kepuasan kerja
berhubungan negatif dengan continuance commitment, semakin tinggi kepuasan
kerja, maka continuance commitment akan semakin randah. Karena kepuasan
kerja didapat dari kesenangan seseorang terhadap pekerjaannya, walaupun
keuntungan secara finansial yang didapat kurang memuaskan. Pengalaman kerja
yang menyenangkan dan kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan
normative commitment. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang guru dalam
pekerjaannya maka akan semakin tinggi pula normative commitment orang
tersebut.
Karakteristik pekerjaan adalah bagaimana tantangan yang ada dalam
pekerjaan tersebut yaitu sejauh mana pekerjaannya membutuhkan kreatifitas,
membutuhkan tanggung jawab (Dorstein & Matalon, dalam Meyer Allen, 1997).
Universitas Kristen Maranatha memiliki normative commitment yang lebih tinggi. Sama halnya dengan semakin
seorang guru merasa dihargai atau dibutuhkan oleh sekolah maka normative
commitment seseorang akan semakin tinggi Ketidak jelasan peran atau kurangnya
pengertian akan hak dan kewajiban juga dapat mengurangi normative commitment
(Meyer & Allen, 1997). Selain itu, ada konflik peran bagi guru yang telah
menikah, antara peran sebagai guru dan peran sebagai orang tua dari anak-anak
mereka. Perbedaan antara tuntutan pekerjaan dengan tuntutan fisik, bagi guru
yang sudah senior dengan segala keterbatasan fisik. Perbedaan harapan terhadap
sekolah dan nilai-nilai pribadi juga dapat mengurangi normative commitment
seseorang pada organisasinya (Meyer & Allen, 1997).
Tentunya guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung memiliki
beberapa macam karakteristik seperti usia, lama kerja, tingkat pendidikan,
persepsi mengenai tugas dan pekerjaan, tingkat otonomi, tantangan tugas,
kejelasan peran, dan hubungan dengan atasan maupun rekan kerja yang berbeda.
Hal itulah yang nantinya dapat mempengaruhi komitmen organisasi guru tetap di
20 Universitas Kristen Maranatha
Bagan 1. Bagan Kerangka Pikir
Afe (R) Con (T) Nor (T) Faktor-faktor yang berpengaruh pada komitman organisasi :
1. Karakteristik individu (usia, lama bekerja, jenis
kelamin,tingkat pendidikan, status perkawinan)
2. Karakteristik pekerjaan (job design, variasi, tantangan
21 Universitas Kristen Maranatha terhadap organisasi merupakan keterikatan guru tetap di SDK 2 “X”
Program MATIUS Bandung terhadap organisasi .
2. Guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung dikatakan memiliki
affective commitment terhadap organisasi apabila mereka memiliki
keinginan yang kuat untuk menetap dalam organisasinya dan memiliki
keinginan untuk selalu berkembang dalam organisasinya.
3. Guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung dikatakan memiliki
continuance commitment terhadap organisasi apabila mereka merasa akan
mengalami kerugian jika meninggalkan organisasinya.
4. Guru tetap di SDK 2 “X” Program MATIUS Bandung dikatakan memiliki
normative commitment terhadap organisasi apabila mereka merasa
bertanggung jawab dan wajib bertahan pada organisasinya.
5. Ke-3 komponen tersebut ada dalam diri setiap individu sehingga
kolaborasi ke-3 aspek tersebut akan membentuk profil komitmen