• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada Karyawan Bagian Produksi PT "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada Karyawan Bagian Produksi PT "X" Bandung."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Abstract

This study was intended to description a profile of employee’s organizational commitment on the production diviksion in PT “X” Bandung. This study conducted becuse the researcher found some variations on the employee that attends on the PT “X” as they conducted their daily work.

The study was based on Organizational Theory of Meyer and Allen (1997), where the commitment can be seen as an aspect of Affective, Continuance, and Normative Commitment, that drives the employee. The Study conducted on 30 employee, that taken within 1 month in the PT “X”’s worksite.

Time measurement used on this study was translation and modification from Organizational Questionnaire (OCQ), first used by Meyer & Allen (1997). Within the tryout process, it was found that the validity of the items ranged between 0.070-0,934, so that from the original 24 item, 22 was used in the study. The reliability of the measurement was 0.944, that means the measurement was reliable enough for the data gathering phase.

Thus, researcher conduct data analysis that shows, that most of the employee have an Commitment Profile of High Affective, High Continuance, and High Normative Commitment. This commitment was influenced by the age, duration of work, and marital status of the respondent.

(2)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran mengenai profil komitmen karyawan bagian produksi di PT “X”, Bandung. Penelitian ini dilakukan, karena peneliti melihat adanya berbagai variasi yang muncul pada para karyawan di PT “X” pada lingkungan kerja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan metode pengambilan data dalam bentuk survey.

Penelitian ini didasarkan pada teori Komitmen Organisasi Meyer & Allen (1997), dimana komitmen dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu Komitmen Afektif, Komitmen Continuance, dan Komitmen Normatif. Penelitian ini dilakukan pada responden para karyawan yang bekerja di bagian produksi PT “X”, Bandung. Jumlah responden yang digunakan adalah 30 orang, dan dilakukan selama 1 bulan di lingkungan PT “X”

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan terjemahan dan modifikasi dari alat ukur Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) yang dibuat oleh Meyer dan Allen (1997). Dari hasil try out, didapat nilai validitas berkisar antara 0,070- 0,934. Dari 24 item yang ada, 22 item dapat digunakan untuk pengambilan data. Alat ukur ini memiliki reliabilitas sebesar 0.944, yang berarti alat ukur ini reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data.

Dari hasil pengolahan data, didapat bahwa sebagian besar karyawan yang ada di PT.”X” memiliki profil komitmen organisasi berupa Afektif tinggi, normatif tinggi, dan continuance tinggi. Komitmen ini dipengaruhi oleh usia, lama kerja, dan status pernikahan responden.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR BAGAN x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Identifikasi Masalah 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian 9

1.3.2 Tujuan Penelitian 9

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah 10

1.4.2 Kegunaan Praktis 10

1.5Kerangka Pemikiran 10

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komitmen

2.1.1 Definisi Komitmen 18

2.1.2 Tipologi Komitmen dari Meyer dan Allen 19

2.1.3 Anteseden dari Komponen Komitmen Organisasi 21

2.1.4 Faktor-faktor yang berpengaruh pada Komitmen Organisasi 24

2.1.5 Konsekuensi Komitmen terhadap Organisasi 27

2.1.6 Pengukuran Komitmen Kerja 28

2.2 Teori Perkembangan Masa Dewasa

2.2.1 Teori Perkembangan Dewasa Awal 30

2.2.2 Teori Perkembangan Dewasa Madya 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian 34

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian 35

(5)

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi Sasaran 35

3.3.2 Karakteristik Populasi 36

3.4 Alat Ukur 36

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

3.5.1 Uji Validitas 37

3.5.2 Uji Reliabilitas 39

3.6 Data Penunjang 40

3.7 Teknik Analisa Data 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

(6)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Profil Komitmen Organisasi Berdasarkan Komponen Affective,

Continuance dan Normative 44

4.3 Pembahasan 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 53

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN

SEJARAH SINGKAT

DATA PENUNJANG

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir 16

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bobot Nilai Kuesioner Organizational Commitment 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Organizational Commitment 36

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkatan Usia 41

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan 42

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jabatan 42

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja 43

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pernikahan 43

Tabel 4.6 Profil Komitmen Organisasi Berdasarkan Komponen Affective, Continuance

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 2 Tabel Frekuensi

Lampiran 3 Bentuk Komitmen

(10)

LAMPIRAN

Tabel 1 Validitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

Tabel 2 Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(11)

Tabel 1 Frequency Table

Tabel 1.1 Usia

Frequency Percent

Valid 19 - 35 11 36.7

36 - 45 11 36.7

46 - 55 8 26.6

Total 30 100

Tabel 1.2 Pendidikan

Frequency Percent

Valid SMP 3 10.0

SMU 11 36.7

SMK 3 10.0

Sarjana (S1) 13 43.3

Total 30 100.0

Tabel 1.3 Jabatan

Frequency Percent

Valid Operator 17 56.7

Staff Produksi 13 43.3

Total 30 100.0

Tabel 1.4 Lama_Kerja (Tahun)

Frequency Percent

Valid 1 – 5 12 40

6 – 10 4 13.3

11 -15 14 46.7

(12)

Tabel 1.5 Status_Pernikahan

Frequency Percent

Valid sudah menikah 22 73.3

belum menikah 8 26.7

Total 30 100.0

Tabel 1.6 Alasan_Kerja

Frequency Percent

Valid mencari nafkah 2 6.7

kewajiban untuk bekerja di tempat ini

8 26.7

tidak ada pilihan lain 10 33.3

senang dengan situasi kerja

6 20.0

banyak rekan kerja 4 13.3

Total 30 100.0

Tabel 1.7 Keinginan_Pindah

Frequency Percent

Valid ya 11 36.7

tidak 19 63.3

(13)

Table 1.8 Masalah_Dalam_Pekerjaan

Frequency Percent

Valid masalah kontrak kerja 8 26.7

sistem tender pekerjaan 9 30.0

gaji 6 20.0

fasilitas 7 23.3

Total 30 100.0

Tabel 1.9 Tunjangan_Memadai

Frequency Percent

Valid ya, sudah sesuai 18 60.0

masih belum sesuai 12 40.0

Total 30 100.0

Tabel 1.10 Kebijakan_Perusahaan

Frequency Percent

Valid ya, sudah baik 10 33.3

belum, belum baik 20 66.7

(14)

Tabel 1 KOMITMEN

Tabel 1.1 KOMITMEN_Afektif

Frequency Percent

Valid rendah 12 40.0

tinggi 18 60.0

Total 30 100.0

Tabel 1.2 KOMITMEN_Continuance

Frequency Percent

Valid rendah 12 40.0

tinggi 18 60.0

Total 30 100.0

Tabel 1.3 KOMITMEN_Normative

Frequency Percent

Valid rendah 15 50.0

tinggi 15 50.0

(15)

Tabel 2 Bentuk Komitmen

Bentuk Komitmen Frequency Percent

afektif rendah, continuance rendah, normatif rendah 12 40.0 afektif tinggi, continuance tinggi, normatif rendah 3 10.0 afektif tinggi, continuance tinggi, normatif tinggi 15 50.0

Total 30 100.0

Tabel 3 Tabel Profil Komitmen secara keseluruhan

No Profil Komponen Komitmen

Responden

Frekuensi Persentase

1 Afe (R) Con (R) Nor (R) 12 40

2 Afe (R) Con (R) Nor (T) 0 0

3 Afe (R) Con (T) Nor (R) 0 0

4 Afe (R) Con (T) Nor (T) 0 0

5 Afe (T) Con (R) Nor (R) 0 0

6 Afe (T) Con (R) Nor (T) 0 0

7 Afe (T) Con (T) Nor (R) 3 10

8 Afe (T) Con (T) Nor (T) 15 50

(16)

TABULASI SILANG

Tabel 1 Tabulasi Silang Usia

usia * bentuk_komitmen Crosstabulation

bentuk_komitmen

Total afektif rendah,

continuance rendah, normatif

rendah

afektif tinggi, continuance

tinggi, normatif

rendah

afektif tinggi, continuance

tinggi, normative

tinggi

usia 19-35 tahun Count 10 0 1 11

% within usia 90.9% .0% 9.1% 100.0%

36-45 tahun Count 2 3 6 11

% within usia 18.2% 27.3% 54.5% 100.0%

46-55 tahun Count 0 0 8 8

% within usia .0% .0% 100.0% 100.0%

Total Count 12 3 15 30

(17)

Tabel 2 Tabulasi Silang Pendidikan

Pendidikan * bentuk_komitmen Crosstabulation

(18)

Tabel 3 Tabulasi Silang Jabatan

Jabatan * bentuk_komitmen Crosstabulation

(19)

Tabel 4 Tabulasi Silang Lama Kerja

lama_kerja * bentuk_komitmen Crosstabulation

(20)

Tabel 5 Tabulasi Silang Status Pernikahan

status_pernikahan * bentuk_komitmen Crosstabulation

(21)

Tabel 6 Tabulasi Silang Alasan Kerja

Alasan_kerja * bentuk_komitmen Crosstabulation

(22)

Tabel 7 Tabulasi Silang Keinginan Pindah

keinginan_pindah * bentuk_komitmen Crosstabulation

(23)

Tabel 8 Tabulasi Silang Masalah dalam Pekerjaan

masalah_dalam_pekerjaan * bentuk_komitmen Crosstabulation

(24)

Tabel 9 Tabulasi Silang Tunjangan Memadai

tunjangan_memadai * bentuk_komitmen Crosstabulation

(25)

Tabel 10 Tabulasi Silang Kebijakan Perusahaan

kebijakan_perusahaan * bentuk_komitmen Crosstabulation

(26)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan

adalah mempertahankan kelangsungan hidup dan kemudian berkembang menjadi

perusahaan yang lebih besar. Pertumbuhan dunia usaha di tanah air memiliki

banyak kemajuan. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah perusahaan swasta

atau negara yang merupakan indikasi perekonomian bangsa.

Kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan mengelola perusahaan

merupakan salah satu daya saing perusahaan. Salah satu kunci sukses dalam

manajemen perubahan tersebut adalah komitmen yang tinggi pada karyawan.

Menurut Robbins (2003) komitmen kerja karyawan menentukan berhasil

tidaknya tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal ini berarti apabila

setiap anggota organisasi memiliki komitmen yang tinggi maka besar

kemungkinan keberhasilan atau kesuksesan dapat dicapai. Keberhasilan suatu

organisasi akan berdampak baik bagi kelangsungan hidup organisasi atau

(27)

2

Steers dan Porter (Sjabadhyni dkk, 2000) berpendapat beberapa alasan mengapa organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan derajat

komitmen kerja dalam diri karyawan.

Pertama, semakin tinggi komitmen kerja karyawan semakin tinggi pula usaha yang dikeluarkan karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya.

Kedua, semakin tinggi komitmen karyawan semakin lama ia ingin tetap berada dalam organisasi dan semakin tinggi pula produktivitasnya kepada organisasi.

Dengan demikian, jika organisasi memiliki karyawan yang mempunyai komitmen

organisasi yang tinggi, tingkat keluar masuknya karyawan akan semakin rendah.

Perusahaan akan mendapatkan dampak positif dari adanya karyawan yang

memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan karena karyawan tersebut

akan menunjukan keinginan yang kuat untuk tetap bekerja pada perusahaan dan

akan berusaha apa yang menjadi tujuan perusahaan. Komitmen yang tinggi akan

menunjukan kinerja dan produktivitas yang lebih tinggi, tingkat absensi dan

keterlambatan yang rendah.

Karyawan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi

perusahaan karena karyawan adalah subjek yang menjalankan seluruh sistem

dalam perusahaan, baik manajemen sumber daya manusia maupun sistem kerja

alat pendukung lainnya. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap

perusahaannya terwujud dari absensi yang rendah, turn over yang rendah dan

(28)

3

Karyawan bagian produksi adalah salah satu bagian penting dalam

perusahaan karena pada bagian ini proses produksi dijalankan untuk mencapai

hasil produksi yang sesuai jadwal, volume dan mutu yang sudah ditetapkan oleh

perusahaan, ini sesuai dengan pernyataan Stephen Robbin yaitu bahwa

perusahaan tidak hanya menghasilkan produk yang dapat diterima pasar saja tapi

juga perusahaan membutuhkan sumberdaya yang mendukung seperti bahan baku,

modal, teknologi, informasi dan sumber daya manusia yang menghasilkan produk

tersebut (Manajemen Sixth Edition, Stephen Robbin, 1999;18)

PT ‘X’ merupakan perseroan terbatas yang berkedudukan di Bandung

sebagai cabang dari perusahaan sejenis yang berada di ibukota Jakarta. Cabang

Bandung didirikan untuk memenuhi permintaan berupa alat-alat kesehatan dari

daerah timur Jakarta khususnya Bandung.

Tujuan pendirian cabang adalah untuk lebih mempermudah pemasaran produk

yang dihasilkan untuk daerah Bandung dan kota-kota lainnya. Sebelumnya PT ‘X’

Bandung hanya bertugas sebagai cabang pemasaran dan pelayanan perbaikan saja

apabila ada permintaan ataupun layanan purna jual dari konsumen yang berada

didaerah Bandung dan sekitarnya, tetapi karena permintaan semakin banyak maka

pada akhir tahun 1994 PT ‘X’ Bandung dimulai dan bergerak dalam bidang yang

sama seperti dilaksanakan oleh perusahaan pusat.

Bidang usaha yang dijalani oleh PT ‘X’ berdasarkan informasi yang

didapat dari General Manajer perusahaan yaitu sebagai berikut: Perdagangan

(29)

4

dihasilkan oleh perusahaan sendiri. Rekayasa, meliputi penelitian (mencari

inovasi baru) dibidang alat-alat kedokteran yang dihasilkan sendiri oleh

perusahaan. Servis dan pelayanan purna jual, perusahaan pun memberikan servis

dan pelayanan purna jual untuk setiap barang hasil produksi yang terjual ataupun

perbaikan non-produksi perusahaan.

Banyaknya perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama dengan

perusahaan ‘X’ membuat perusahaan harus bekerja ekstra ketat untuk

mempertahankan konsumennya agar tidak pindah atau berpaling pada perusahaan

lain yang menjadi saingan mereka sesuai dengan tujuan awal perusahaan. Tujuan

dari perusahaan yaitu ikut serta membangun dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi bidang peralatan kesehatan yang mengacu kepada

standar mutu Indonesia, ikut membangun dan mengembangkan sumber daya

manusia yang berpotensial, dan memiliki skill yang handal di bidang

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri peralatan kedokteran dan

kesehatan, sikap disiplin dan menghargai waktu dalam pelayanan purna jual

maintenance dan service berkala terhadap purna jual alat-alat kedokteran dan kesehatan yang di produksi oleh perusahaan. Mampu bersaing terhadap kualitas

industri baik dalam bentuk Perdagangan umum, rekayasa, service dan

maintenance alat-alat kedokteran dan kesehatan yang telah memiliki hak paten

dan terdaftar terhadap pembuatan peratan kedokteran dan kesehatan.

Keadaan ini berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan oleh pemilik

(30)

5

memiliki komitmen terhadap perusahaan terlihat dari prilaku yang ditampilkan

oleh karyawannya. Mereka kurang berinisiatif mencari pekerjaan yang bisa

dilakukan selama jam kerja masih ada, mereka cenderung menganggap remeh

dalam bekerja, terkadang karyawan lalai terhadap tugas yang diberikan, ketika

jam pulang kantor belum usai sering kali mereka meminta izin pulang lebih awal

dengan alasan yang kurang jelas, itu sangat mempengaruhi absensi kehadiran

secara penuh pada hari tersebut padahal menurut pemilik banyak pekerjaan yang

harus dikerjakan banyak alat-alat kesehatan yang harus di perbaiki.

Pemilik merasa semua ini tidak sesuai dengan visi dan misi perusahaan

yaitu ingin menjadikan perusahaan sebagai perusahaan industri yang penyedia alat

kesehatan di bidang jasa perdagangan umum, service dan maintenance alat-alat

kedokteran dan kesehatan yang terpercaya dan dapat diandalkan serta terpecaya

oleh pelanggan dalam bidang jasa layanan alat-alat kesehatan dan kedokteran.

Memberikan pelayanan pada bidang jasa sesuai harapan para pelanggan yang

tumbuh dan berkembang sesuai perkembangan jaman yang di dukung oleh iptek

dalam bidang pelayanan jasa dan purna jual alat – alat kesehatan dan kedokteran

sehingga menjadi mitra terpercaya dalam membangun pelayanan kesehatan

masyarakat madani. Tidak semua karyawan yang memiliki prilaku seperti itu, ada

beberapa karyawan yang memiliki inisiatif untuk mengerjakan tugas tanpa diberi

perintah. Pemilik sudah memberikan gaji yang memadai, mengajak karyawan

(31)

6

Pada waktu yang bersamaan pula peneliti menanyakan pada manager HRD

tentang kondisi perusahaan, manager HRD pun mengiyakan apa yang di katakan

pemilik perusahaan. HRD pun menambahkan ada beberapa karyawan yang

merasa kurang mendapatkan kepercayaan oleh pemilik, terkadang pemiliki

perusahaan memberikan tugas yang begitu berat dengan kerja yang sangat

memakan waktu apalagi kalau sedang banyak permintaan dari konsumen mereka

harus lembur agar bisa mencapai target yang di inginkan perusahaan makanya

ketika sedang tidak ada order mereka lebih memilih untuk pulang lebih awal.

Menurut HRD karyawan bagian produksi juga mendapatkan beban yang

cukup berat karena harus bersaing dengan perusahaan lain yang memilki mesin

yang baru sehingga produktifitas bisa menjadi lebih tinggi. Disamping itu ada

beberapa karyawan yang memiliki pendidikan yang cukup tinggi merasa tidak

diikut sertakan dalam rapat pimpinan untuk memberikan masukan bagi

perusahaan namun mereka pun menyadari jika mereka pindah ke perusahaan lain

yang mungkin dapat memberikan keleluasaan dalam memberikan masukan pada

perusahaan belum tentu cara kerjanya sesuai dengan kemampuan dirinya.

Karyawan pun merasa memilki tanggung jawab untuk meningkatkan keuntungan

perusahaan meskipun mereka harus bekerja ekstra.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan apa yang di ungkapkan oleh

Meyer & Allen bahwa dalam perilaku sehari-hari komitmen karyawan terhadap organisasi dapat dilihat dari perasaan bangga, betah dan tidak ingin meninggalkan

(32)

7

depan perusahaan sehingga siap berkorban demi organisasinya, dengan demikian

karyawan akan menampilkan perilaku yang aktif dalam berbagai aktifitas yang

akan diadakan oleh organisasinya. Seorang karyawan dapat mengalami kekuatan

derajat yang berbeda pada komitmennya. Allen & Meyer membedakan komitmen

organisasi atas 3 komponen, yaitu: afektif, normative, dan continuance.

Komponen afektif berkaitan dengan emosional identifikasi dan keterlibatan

pegawai didalam suatu organisasi, komponen normative merupakan

perasaan-perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi.

Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi pegawai tentang

kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.

Meyer & Allen berpendapat bahwa setiap komponen memiliki dasar yang

berbeda. Pegawai dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung dengan

organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi, sementara itu

pegawai dengan komponen continuance tinggi, tetap bergabung dengan organisasi

tersebut karena mereka membutuhkan organisasi. Pegawai yang memiliki

komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota karena mereka harus

melakukannya.

Setiap pegawai memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan

komitmen organisasi yang dimilikinya. Pegawai yang memiliki komitmen

organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan pegawai

yang berdasarkan continuance. Pegawai yang ingin menjadi anggota akan

(33)

8

organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari

kerugian financial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha

yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang

sesbagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan

kewajiban yang dimiliki pegawai komponen normatif menimbulkan perasaan

kewajiban pada pegawai untuk member balasan atas apa yang telah diterimanya

dari organisasi. Lebih lanjut, Mowday, Porter & Streers juga mengungkapkan

bahwa keyakinan (belief), kesadaran (willingness) dan keinginan (desire)

merupakan faktor-faktor yang membentuk komitmen dan faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen adalah usia, masa jabatan, job design, dan gaya

kepemimpinan atasan.

Berdasarkan survey awal terhadap 10 orang karyawan bagian produksi PT

“X” diperoleh informasi bahwa 20% karyawan menghabiskan waktu bekerja

diperusahaan dengan atau tanpa adanya permintaan dari konsumen, karyawan

juga melakukan servis untuk alat-alat yang memerlukan perbaikan, mereka juga

merasa diberikan keleluasaan untuk memberikan masukan pada perusahaan

mengenai ide - ide untuk mencari inovasi baru dalam mengembangkan alat-alat

kedokteran untuk perusahaannya. 60% merasa bahwa ia akan mendapatkan upah

yang lebih sedikit bila ia meninggalkan perusahaan dan sampai saat ini ia bertahan

diperusahaan karena belum tentu ada perusahaan lain yang akan menerimanya

bekerja dan mereka juga mengatakan bahwa ia mengerjakan pekerjaannya tidak

sepenuh hati karena menganggap pekerjaannya tidak sesuai dengan pendidikan

(34)

9

Sisanya yaitu 20 % lagi merasa bahwa tetap menjadi karyawan di

perusahaan tersebut adalah suatu bentuk tanggung jawabnya dan lebih baik jika

seseorang setia kepada perusahaannya, karena itu mereka jarang absen dari

pekerjaannya apabila tidak benar-benar dalam keadaan darurat dalam

mengerjakan pekerjaan mereka. Mereka mengerjakannya juga dengan

sungguh-sungguh karena mereka merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka.

Situasi atau gejala-gejala pada perusahaan ini yang membuat peneliti ingin

mengetahui profil komitmen yang dimiliki oleh karyawan bagian produksi PT ‘X’

di kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana profil komitmen kerja yang dimiliki oleh karyawan bagian

produksi PT ‘X’ di kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

- Untuk memperoleh gambaran mengenai komitmen organisasi

yang terdapat pada karyawan bagian produksi PT ‘X’ di kota

Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

- Memperoleh gambaran mengenai profil komitmen organisasi

(35)

10

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

1. Memberikan informasi kepada bidang psikologi khususnya

psikologi industri dan organisasi mengenai profil komitmen

yang dimiliki oleh karyawan bagian produksi perusahaan “X”

2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik

meneliti topik yang serupa dan mendorong di kembangkannya

penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada perusahaan dalam hal ini PT ‘X’

mengenai profil komitmen yang dimiliki oleh karyawan bagian

produksi.

2. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen pada karyawan produksi.

1.5 Kerangka Pemikiran

PT X merupakan cabang dari perusahaan sejenis yang berada di ibukota

Jakarta. PT X didirikan untuk memenuhi permintaan untuk daerah timur

khususnya Bandung. Bagian produksi memiliki 30 karyawan yang terdiri dari

supervisi dan operator mereka melakukan pekerjaan yang bergerak di bidang

(36)

11

menyediakan perlengkapan alat – alat kesehatan. Rekayasa, meliputi penelitian

(mencari inovasi baru) dibidang alat – alat kedokteran yang dihasilkan sendiri

oleh perusahaan. Banyaknya kompetitor yang menekuni bidang yang sama

dengan PT ’X’ membuat perusahaan harus bekerja ekstra ketat untuk

mempertahankan konsumennya agar tidak pindah pada perusahaan lain yang

menjadi kompetitor mereka.

SDM yang baik dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan awal perusahaan

yaitu mampu bersaing terhadap kualitas industri baik dalam bentuk Perdagangan

umum, rekayasa, service dan maintenance alat-alat kedokteran dan kesehatan

yang telah memiliki hak paten dan terdaftar terhadap pembuatan peratan

kedokteran dan kesehatan. Divisi HRD selalu berusaha mencari berbagai cara

untuk mengembangkan faktor-faktor yang mendukung dalam pencapaian kinerja

karyawannya menjadi lebih optimal. Secara umum faktor-faktor tersebut bisa

berasal dari dalam diri maupun dari dari luar diri seperti kepuasan kerja, motivasi

kerja, komunikasi saat bekerja, budaya organisasi, rekan kerja, dan kesesuaian

antara kepribadian dengan tipe pekerjaannya.

Komitmen diperlukan didalam perusahaan untuk membuat perusahan tetap

berkembang dan dapat berkompetisi dengan perusahaan lain secara sehat. Banyak

hal yang harus diperhatikan agar karyawan dapat bekerja dan merasa nyaman

berada di perusahaan tersebut sehingga tumbuh komitmen yang tinggi terhadap

(37)

12

Secara umum setiap karyawan memiliki komitmen. Komitmen yang

dimaksud disini adalah keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota

organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi

serta keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

Dalam berkomitmen karyawan bisa mengembangkan komitmen

organisasinya melalui berbagai komponen organisasi, antara lain affective

commitment. Karyawan bagian produksi dengan affective commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi karena mereka memang menginginkan hal

tersebut (want). Komponen ini dapat dikembangkan melalui karakteristik

organisasi, didalamnya termasuk sistem desentralisasi pabrik berupa adanya

kebijakan organisasi yang adil dan cara penyampaian kebijakan organisasi kepada

karyawan yang dapat diterima oleh para karyawan dengan baik.

Komponen lainnya adalah continuance commitment. karyawan bagian

produksi dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam

organisasinya karena mereka membutuhkannya (need). Komponen ini

berkembang karena karyawan memikirkan infestasi yang telah ia berikan kepada

perusahaan berupa waktu, usaha ataupun uang, yang harus individu lepaskan jika

meninggalkan organisasi dan kecilnya kesempatan karyawan untuk mendapatkan

alternatif perusahaan lain yang lebih baik. Kedua hal ini menjadi pertimbangan

dalam diri karyawan agar tetap bertahan dalam perusahaan.

Komponen terakhir adalah normative commitment. Karyawan bagian

(38)

13

organisasi karena merasa memang sudah seharusnya begitu (ought to).

Pengembangan komponen ini melalui sejumlah tekanan yang dirasakan individu

selama proses sosialisasi (dari keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat

individu baru masuk ke dalam organisasi sehingga karyawan merasa wajib tetap

mengerjakan pekerjaannya diperusahaan tersebut. Selain itu normative

commitment juga berkembang karena organisasi memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi individu yang tidak dapat dibalas kembali yang membuat karyawan

tetap bekerja diperusahaan tersebut sebagai tanda balas jasa.

Persepsi mengenai kompetensinya juga mempengaruhi komitmen hal ini

dapat terlihat pada saat buruh yang menilai bahwa dirinya memiliki kemampuan

yang rendah maka semangat untuk masuk kerja pun akan menjadi rendah

sehingga tingkat absensi menjadi meningkat. Hal ini yang mempengaruhi affective

commitment adalah pengalaman kerja. Biasanya pekerja yang sudah pernah bekerja diperusahaan lain akan lebih memperhatikan kepuasan kerja dan

motivasinya yang biasanya tercermin melalui tantangan dalam pekerjaan, tingkat

otonomi individu, dan variasi kemampuan yang digunakan individu. Selain itu

peran individu dalam organisasi tersebut dan hubungannya dengan atasan (Meyer

dan Allen 1997).

Selanjutnya Meyer dan Allen (1997) menambahkan bahwa affective,

continuance dan normative commitment dapat dipandang sebagai suatu komponen yang berbeda-beda. Seorang karyawan dapat saja menampilkan komitmen yang

(39)

14

benar-benar butuh sehingga mereka bertahan pada organisasi tetapi sebenarnya

mereka tidak memiliki keinginan yang kuat untuk terus bertahan. Namun ada juga

yang bertahan karena keinginannya sendiri bukan karena ia merasa itu sebagai

kebutuhan atau kewajiban. Hal ini biasa terjadi sebab pada dasarnya setiap orang

memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tingginya sebuah

komitmen tidak hanya ditentukan oleh suatu komponen saja melainkan gabungan

seluruh dari kegiatan ketiga komponen sesuai dengan aspek-aspek

pengembanganya.

Allen dan Meyer (1997) juga mengemukakan empat faktor yang berkaitan dengan konsekuensi dari tinggi atau rendahnya komitmen, yaitu:

pertama, tingkat absensi karyawan. Seorang karyawan dengan komitmen yang

tinggi terhadap organisasi akan lebih mungkin berpartisipasi aktif pada

aktifitas-aktifitas organisasi, sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk hadir bekerja,

tercermin dalam jumlah absensi yang rendah. Kemudian yang kedua kita juga

dapat melihat dari perpindahan karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain

dimana komitmen terhadap organisasi berbanding terbalik dengan turn over

karyawan karena kemauan kerja karyawan sendiri. Karyawan yang memiliki

komitmen yang tinggi terhadap organisasi umumnya memiliki keinginan yang

besar untuk tetap bertahan pada pekerjaannya dan memberikan sumbangan kepada

pencapaian tujuan organisasi. Ketiga adalah lamanya masa kerja. Seorang

karyawan dengan komitmen tinggi terhadap organisasi akan mendorong untuk

tetap bekerja karena mereka lebih terlibat dalam pekerjaan mereka dan dapat

(40)

15

kerja karyawan. Jika seorang karyawan memiliki komitmen yang tinggi terhadap

organisasi akan berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi yang

diwujudkan dalam unjuk kerja.

Karakteristik individu juga bisa mempengaruhi komitmen organisasi

antara lain usia pekerja, ketika usia seseorang bertambah mereka akan bertahan

untuk tetap bekerja di organisasi itu sebab kecil peluangnya untuk mendapatkan

pekerjaan di organisasi yang lain akibat persyaratan penerimaan karyawan yang

biasanya mencantumkan usia maksimal. Status pernikahan juga berpengaruh

dalam komitmen, sebagai gambarannya adalah seorang yang belum menikah

biasanya hanya menanggung hidupnya sendiri sehingga biaya yang dibutuhkan

tidak terlalu besar setiap bulannya, sedangkan bagi mereka yang sudah menikah,

orang tersebut harus mencari sejumlah uang yang lebih banyak untuk menghidupi

keluarga sehingga ia tidak mudah untuk mengambil keputusan yang nantinya

memberikan penghasilan yang tidak pasti (Meyer dan Allen 1997).

Kemudian karyawan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya

akan semakin menuntut upah yang setara dengan tingkat pendidikan sehingga tak

jarang juga seorang berani keluar dari organisasi akibat merasa upah tidak

sebanding dengan tingkat pendidikannya (Meyer dan Allen 1997).

Tidak beda jauh, kebutuhan berprestasi juga mempengaruhi sama seperti

tingkat pendidikan, bagi orang yang senang berprestasi, jika diberikan pekerjaan

yang terbatas dan tidak mendapatkan penghargaan, maka orang tesebut tidak akan

(41)

16

kepuasan kerja yang sesuai dengan keinginannya demikian juga dengan etos kerja

yang mempengaruhi komitmen tercermin melalui semangat yang tinggi untuk

bekerja sehingga meningkatkan unjuk kerja dan menurunkan tingkat turn over dan

absensi (Meyer dan Allen 1997).

Penelitian ini akan melihat profil komitmen organisasi yang dimiliki

karyawan bagian produksi PT ‘X’. untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam

skema berikut ini.

Bagan 1.1 Kerangka Pikir 1.6 Asumsi

1. Komitmen adalah keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota

organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan

organisasi serta keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan Karyawan

bagian produksi PT ‘X’

Komponen komitmen organisasi:

• Affective commitment

(42)

17

organisasi oleh sebab itu setiap karyawan bagian produksi memiliki profil

komitmen yang berbeda-beda

2. Profil komitmen organisasi dapat di ukur melalui tiga komponen yaitu,

affective commitment, continuance commitment dan normative commitment.

3. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan profil pada

karyawan bagian produksi, yaitu karakteristik organisasi, karakteristik

(43)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

dapat disimpulkan bahwa:

a. Profil komitmen organisasi yang memiliki persentase terbesar pada

karyawan PT “X” Bandung adalah Affective Tinggi, Continuance

Tinggi dan Nomative Tinggi yaitu sebesar 50%. Hal ini

menggambarkan bahwa karyawan memiliki kecintaan terhadap

organisasi dan memiliki keinginan untuk berkontribusi terhadap

perusahaan, mereka berfikir untuk bertahan dalam organisasi karena

mereka merasa memang sudah seharusnya begitu.

b. Profil komitmen organisasi yang memiliki persentase terbesar kedua

adalah Affective Rendah, Continuance Rendah dan Normative Rendah

yaitu sebesar 40% hal ini mengindikasikan bahwa 40% karyawan

kurang memiliki kecintaan terhadap perusahaannya dan kurang mau

terlibat dalan kegiatan perusahaan. Karyawan juga kurang memiliki

rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Selain itu juga

(44)

53

c. Profil yang memiliki persentase terkecil adalah Affective Tinggi,

Continuance Tinggi dan Normative Rendah yaitu sebesar 10% hal ini mengindikasikan bahwa karyawan bertahan lebih karena rasa

kecintaan terhadap perusahaan bukan karena rasa tanggung jawab

terhadap perusahaan dan tidak adanya pilihan lain untuk bekerja selain

diperusahaan tersebut situasi kerjanya pun sesuai dengan harapan

mereka serta mendukung mereka untuk tetap bertahan. Walaupun

mereka masih memikirkan untung atau rugi jika dikeluarkan dari

perusahaan.

5.2 Saran 5.2.1 Teoritis

1. Saran bagi peneliti

Agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan melalui tinjauan teoritis dan

pembahasan yang lebih mendalam, sehingga konstruk Profil Organization

Commitment dapat lebih dipahami secara mendalam. Juga, mengadakan berbagai penelitian lanjut yang membahas konstruk Profil Organization

Commitment dan hubungannya dengan faktor-faktor lain dalam diri individu dengan metode penelitian dan sempel yang lebih beragam. Selain

itu, peneliti juga diharapkan dapat mengadakan perbaikan dan pernormaan

kembali alat ukur OCQ, sehingga validitas dan reliabilitasnya tetap

(45)

54

2. Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian sejenis Agar dapat mengadakan penelitian-penelitian dengan desain penelitian

yang lebih bervaiasi. Juga memanfaatkan berbagai jenis data

penunjang yang berhubungan dengan hubungan karyawan dengan

perusahaan, sehingga dapat memperkaya pembahasan yang muncul

dari hasil penelitian.

5.2.2 Guna laksana

1. Bagi Managemen di PT “X”

Disarankan kepada Managemen PT “X” Bandung untuk memberikan

program-program pelatihan untuk para staff produksi maupun operator

yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap organisasi.

Tidak hanya memberi reward berupa materi saja itu namun diberi

kepercayaan dan tanggung jawab lebih untuk bisa mengembangkan

kemapuannya dalam bidang yang mereka geluti. Tidak hanya

membenahi karyawannya saja namun pimpinan perusahaan juga perlu

membenahi kebijakan-kebijakan yang terdapat didalam organisasinya

dan melaksanakan aturan-aturan yang sudah ditetapkan baik secara

tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini dapat mendorong para karyawan

untuk dapat bekerja dengan baik didalam perusahaan tersebut.

karyawan juga ikut dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan organisasi agar

(46)

55

2. Bagi Karyawan bagian produksi di PT “X”

Disarankan kepada karyawan-karyawan di PT “X” Bandung untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap organisasi dan mau ikut

serta dalam berbagai kegiatan yang di sediakan oleh organisasi

sehingga tidak hanya memikirkan untung atau rugi yang diberikan

organisasi saja melainkan memiliki keinginan untuk memajukan PT

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta ; Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogyakarta ; Penerbit Andi.

Meyer, J. P., Allen, N. J. 1997. Commitment In The Work Place : Theory, Research, and Application. California ; Sage Publication. Inc USA.

Mathis, Robert L – Jackson, John H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta ; Salemba Empat.

Robbins, Stephen P – Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12 Jakarta; Salemba Empat.

Santrock, John W. 2004. Life Span Development. 9th ed, New York : Mc Graw. Hills

(48)

DAFTAR RUJUKAN

www.google.com

www.rumahbelajarpsikologi.com

Http://www.maranatha.edu

Skripsi Yuliana (9830003): Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Komitmen

Terhadap Organisasi Kepala Regu (KARU) Bagian Produksi Perusahaan “X” di Kota

Bandung.

Skripsi Nining Ashrianingsih (0030061): Studi Deskriptif Mengenai Organizational

Commitment Pada Karyawan Bidang Sumber Daya Manusia dan Organisasi di PT

“X” Bandung.

Skripsi Meilasari (0751223): Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan

Kerja Akuntan Publik dengan Role Stress Sebagai Variabel Moderating (survey pada

Gambar

Tabel 1  Validitas
Tabel 1.1 Usia
Tabel 1.6 Alasan_Kerja
Tabel 1.9 Tunjangan_Memadai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya untuk memperoleh dividen pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajemen disarankan untuk tidak terpacu

a) Analisa perbandingan laporan keuangan, yaitu metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, sehingga akan

Agar penyelenggaraan karakter pada mata pelajaran AutoCAD Dasar siswa kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 3 Yogyakarta dapat berjalan dengan

[r]

Adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : merancang sistem pengelolaan obat pada Apotek Langgeng Waras sehingga akan

translator added it by using transfer strategy is because the source language. and the target language is translated literally without adding or

Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Desain penelitian manajemen

[r]