• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Organizational Commitment Pada Karyawan Bagian Produksi di Perusahaan "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Organizational Commitment Pada Karyawan Bagian Produksi di Perusahaan "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai komitmen organisasi pada karyawan bagian produksi di perusahaan "X" . Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai komitmen organisasi melalui komponen-komponen pembentuknya pada karyawan bagian produksi yang bekerja di perusahaan "X".

Sampel penelitian ini adalah karyawan bagian produksi yang bekerja di perusahaan "X", yaitu sebanyak 40 responden. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui komitmen organisasi adalah alat ukur modifikasi peneliti atas Organizational Commitment Questioner (OCQ) yang dibuat oleh Meyer & Allen tahun 1997. Validitas alat ukur tersebut diolah dengan menggunakan rumus korelasi rank Spearman pada program SPSS 20.0. sedangkan reliabilitasnya menggunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 20.0.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa profil komitmen organisasi pada karyawan yang bekerja di perusahaan "X" terdapat dua profil dominan yaitu affective kuat, continuance kuat, normative kuat dan affective lemah, continuance lemah, normative lemah.

(2)

ABSTRACT

This research is entitled a descriptive study of commitment organizational on employees in production of company "X". This research is conducted with the purpose of exploring a detailed description of organizational commitment of company “X” employees.

The sample of this research is 40 employees that works in company “X”. The scale items that are used to acquire degrees of organizational commitment questioner (OCQ) is the researcher’s modification of Meyer & Allen scale items which is made in 1997. Validation of the scale items is acquired with Spearman’s correlation formula using SPSS 20.0 software, whereas the reliability using Alpha Cronbach methods on SPSS 20.0 software.

Based on the results of this research, there are two dominant profiles of organizational commitment on employees in production of company "X" are strong affective commitment, strong continuance commitment, strong normative commitment and weak affective commitment, weak continuance commitment, weak normative commitment.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

(4)

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pikir ... 11

1.6 Asumsi Penelitian ... 22

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasi... 24

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi... 24

2.1.2 Komponen Komitmen Organisasi...26

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada Komitmen Organisasi... 29

2.1.4 Konsekuensi Komitmen Terhadap Organisasi... 33

(5)

2.1.6 Pengukuran Komitmen...36

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 39

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

3.2.1 Variabel Penelitian ... 40

3.2.2 Definisi Operasional ... 40

3.3 Alat Ukur ... 41

3.3.1 Alat Ukut Komitmen Organisasi ... 41

3.3.2 Sistem Penilaian ... 42

3.3.3 Uji Coba alat Ukur ... 44

3.3.3.1 Validitas Alat Ukur ... 44

3.3.3.2 Realibilitas Alat Ukur ... 45

3.3.4 Data Penunjang ... 47

3.4 Populasi Penelitian ... 47

(6)

3.4.2 Karakteristik Sampel ... 47

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.4.4 Teknik Pengolahan Data ... 48

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian...50

4.1.1 Tabel jenis kelamin...50

4.1.2 Tabel status pernikahan...51

4.1.3 Tabel pendidikan terakhir...51

4.1.4 Tabel profil komitmen organisasi...52

4.2 Pembahasan...53

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...64

5.2.1 Saran penelitian...64

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 67

DAFTAR RUJUKAN ... 68

(8)

DAFTAR BAGAN

1.1.Bagan Kerangka Pemikiran... 19

3.1.Bagan Desain Penelitian... 36

3.2. Tabel jenis kelamin...50

3.3.Tabel status pernikahan...51

3.4.Tabel pendidikan terakhir...51

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada

perkembangan industri untuk semakin maju dan siap melayani kebutuhan dan

perubahan yang ada dalam masyarakat. Seiring berkembangnya jaman

perusahaan dituntut untuk semakin meningkatkan kualitas, baik produk

maupun jasa, dalam rangka menyiasati persaingan yang terjadi. Oleh karena

itu perusahaan harus mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada.

Perusahaan harus lebih peduli pada karyawannya karena proses produksi tidak

akan berjalan dengan lancar dan baik tanpa adanya karyawan, namun di sisi

lain karyawan juga membutuhkan perusahaan itu sebagai mata pencaharian,

oleh karena itu perusahaan mencoba untuk mendapatkan karyawan yang

memiliki kompetensi yang akan berguna untuk perusahaan tersebut.

Kota Bandung adalah salah satu kota yang menjadi pusat tekstil dan

garment di Indonesia. Hal ini membuat persaingan bisnis tekstil dan garment

di Bandung menjadi semakin ketat. Dengan kondisi ini, setiap perusahaan

berupaya mengembangkan diri dalam berbagai aspek agar tetap

mempertahankan atau bahkan meningkatkan jumlah konsumen. Salah satu

(10)

kualitas sumber daya manusia yang merupakan ujung tombak produksi dalam

perusahaan.

Perusahaan harus mengoptimalkan sumber daya manusia yang

dimiliki untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu agar proses produksi

berjalan lancar yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada

perusahaan tersebut. Disisi lain, karyawan juga memiliki kebutuhan dan

keinginan yang berharap dapat dipenuhi oleh perusahaan. Untuk meraih hal

ini diperlukan kerjasama antara pihak perusahaan dan karyawannya, namun

pada kenyataannya untuk mendapatkan hubungan timbal balik yang

diinginkan oleh kedua pihak yaitu antara pihak karyawan dan pihak

perusahaan tidaklah semudah yang diharapkan.

Untuk mencapai hal ini pihak perusahaan dan seluruh karyawan

perusahaan harus dapat saling mendukung. Dalam hal ini perusahaan

memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh karyawan sebaliknya perusahaan

mengharapkan para karyawan dapat menyelesaikan semua tugasnya hingga

tuntas dengan hasil yang memuaskan dan dapat menunjukkan sikap kerja

terbaiknya. Karyawan mengharapkan perusahaan dapat memberikan imbalan

yang sesuai dengan kinerja yang telah mereka berikan pada perusahaan,

melalui tindakan pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan karyawan. Akan

tetapi, tidak semua orang dapat mewujudkannya, adakalanya terjadi

ketidakselarasan dan ketidakseimbangan antara tujuan yang dimiliki oleh

karyawan dengan tujuan yang dimiliki oleh perusahaan, seperti adanya

(11)

dan harapan perusahaan. Dengan adanya hal tersebut, dikhawatirkan akan

memunculkan perilaku-perilaku seperti menunda pekerjaan, ketidakhadiran

karyawan, turn over yang pada akhirnya mempengaruhi penyelesaian tugas

yang diberikan.

Perusahaan "X" berdiri pada tahun 1989. Saat itu pendiri melihat

adanya kesempatan pada industri celup yaitu proses mewarnai kain yang

semula putih menjadi warna yang diinginkan masih kurang terpenuhi di

Indonesia. Permintaan yang banyak namun masih sedikitnya perusahaan yang

bergerak di bidang tersebut membuat permintaan masyarakat kurang

terpenuhi. Sehingga sejak saat ini perusahaan ini telah beroperasi selama 23

tahun dan hingga kini perusahaan ini masih terus berkembang dapat dilihat

melalui semakin besarnya permintaan pasar yang mengakibatkan perusahaan

harus meningkatkan jumlah karyawan agar dapat memenuhi permintaan pasar,

karena jika tenaga kerja yang dimiliki tidak mencukupi maka akan membuat

perusahaan kesulitan dalam memenuhi permintaan pasar. Perusahaan ini

memiliki beberapa divisi dari langkah hingga produk yang diinginkan

dihasilkan seperti ada divisi yang bertugas untuk mengambil kain, divisi

produksi yang akan memulai pengerjaan kain tersebut menjadi warna yang

diinginkan, divisi quality controlyang bertugas untuk melihat kelayakan kain

apakah sudah sesuai prosedur perusahaan dan permintaan, divisi distribusi

yang akan mengirimkan kembali kain tersebut pada pembeli, divisi

pemotongan kain sesuai keinginan dengan pembeli, dan divisi kimia yang

(12)

Perusahaan ini juga memberlakukan bonus sebagai rewardyang akan

diberikan karyawan yang telah bekerja dengan baik dan surat peringatan

sebagai punishment jika karyawan melakukan kesalahan yang sama setelah

diberikan teguran. Surat peringatan ini akan diberikan maksimal sebanyak 3

kali setelah itu karyawan akan dikeluarkan. Hal ini diberikan oleh perusahaan

dengan tujuan untuk memotivasi para karyawannya untuk dapat bekerja

dengan maksimal karena dengan begitu bonus akan mereka dapatkan dan

punishment sebagai kontrol agar karyawan tidak mengulangi kesalahannya dan mencegah terjadi kesalahan yang akan memberikan kerugian pada pihak

perusahaan. Bonus yang diberikan oleh perusahaan terdapat beberapa jenis

ada bonus tahunan, bonus pencapaian target khusus yaitu saat berhasilnya

pencapaian target yang ditentukan oleh perusahaan biasanya dalam kondisi

tertentu seperti target yang menurut perusahaan cukup tinggi atau tenggang

waktu yang cukup mendesak, bonus lembur yaitu jika ada karyawan yang

bersedia untuk lembur pada shift berikutnya

Semakin besarnya perusahaan juga menuntut perusahaan untuk

membuat divisi produksi menjadi 2 shift yaitu shift pagi dan shift malam.

Divisi produksi di perusahaan "X" yang memiliki jumlah karyawan 223 orang

ini memiliki tugas memastikan jalannya proses produksi berjalan dengan

lancar setiap harinya.Divisi produksi memiliki peran yang penting karena pada

divisi ini produk dihasilkan, jika pada divisi ini terdapat masalah maka akan

menghambat perusahaan seperti dalam pencapaian target yang telah

(13)

yang akan diwarna hingga proses akhir yaitu pemotongan kain sesuai ukuran

semula dan memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan terhadap proses

produksi tersebut. Proses pewarnaan kain ini dimulai dengan kain putih awal

yang masih berupa gulungan dibuka kemudian disatukan dari sejumlah

gulungan yang diinginkan kemudian dilakukan pencucian lalu dilakukana

proses pewarnaan seusai dengan warna yang diinginkan, setelah itu dilakukan

proses pengeringan baru setelah itu kain tersebut kembali dipotong sesuai

panjang semula dan barang siap untuk diantar.

Permasalahan yang ada dalam perusahaan "X" yang diperoleh melalui

wawancara awal dengan kepala HRD perusahaan " X" adalah seperti

mengenai target yang tidak dapat tercapai sehingga menyebabkan produk

terlambat untuk dikirimkan. Hal lain yang seringkali muncul adalah masalah

turn over pada karyawan bagian produksi yang sebagian besar merupakan karyawan laki-laki, tingkat turn over yang ada pada perusahaan membuat

perusahaan harus selalu mencari penggantinya, hal ini jelas menghambat

perusahaan karena perusahaan harus kembali mengajarkan karyawan baru

tersebut dalam pengoperasian mesin. Satu hingga tiga karyawan

mengundurkan diri setiap dua bulannya, beberapa alasan mereka keluar antara

lain akan membuka usaha dengan keluarganya atau masalah ketidakpuasan

akan gaji yang diterima namun belum pernah mengeluarkan karyawan sejak 4

bulan yang lalu. Absensi pada perusahaan juga mengakibatkan perusahaan

terkadang mengalami kekurangan tenaga kerja dikarenakan karyawannya yang

(14)

tiga hingga lima karyawan yang absen atau setidaknya menggunakan jatah

cutinya disertai alasan yang berbeda dari karyawannya seperti karena sakit

namun tidak memeriksakan ke dokter sehingga tidak mendapatkan surat

dokter, ada keperluan mendadak yang berhubungan dengan keluarga, hingga

sekedar untuk beristirahat atau menyegarkan diri dengan bermain bersama

temannya, padahal perusahaan telah memberikan jatah untuk ijin dari setiap

bulannya satu kali.

Selain itu juga, masih ada permasalahan ini yang akan mempengaruhi

aktivitas dari perusahaan sehingga mengganggu kegiatan produksi di

antaranya yaitu kurangnya tanggung jawab, adanya pekerja yang absen di hari

kerja mereka dan juga hasil produksi yang kurang maksimal dikarenakan tidak

konsistennya karyawan pada bagian produksi. Untuk mengatasi permasalahan

ini pihak perusahaan akan memberikan teguran secara langsung kepada para

karyawan yang melanggar dan menanyakan alasannya, namun apabila teguran

tersebut diabaikan maka pihak perusahaan akan mengeluarkan surat

peringatan terhadap para karyawan yang telah melanggar tersebut dan apabila

karyawan telah mendapatkan surat peringatan ketiga maka karyawan tersebut

akan terkena PHK. Hal ini dilakukan oleh perusahaan "X" dengan maksud

agar pelemparan tanggung jawab ini tidak terus menerus terjadi,dengan

adanya absensi dan turn over karyawan yang terjadi di perusahaan ini jelas

akan mengganggu kelancaran proses produksi karena berkurangnya orang

sehingga akan mempengaruhi pencapaian target yang telah ditentukan oleh

(15)

Dengan permasalahan yang terjadi pada perusahaan "X" maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai organizational commitment

pada karyawan bagian produksi di perusahaan "X" karena melalui

permasalahan yang ada pada karyawan bagian produksi di perusahaan

"X"dimungkinkan disebabkan karena tidak adanya komitmen pada perusahaan

"X" karena dengan memiliki komitmen pada perusahaan akan memberikan

keuntungan pada perusahaan karena karyawan itu akan mampu bekerja

dengan baik sehingga akan memberikan keuntungan pada perusahaan, begitu

pula pada karyawannya jika mampu bekerja dengan baik maka akan

mendapatkan timbal balik dari perusahaan seperti mendapatkan bonus.

Meninjau keberadaan karyawan dalam mendukung tercapainya tujuan

perusahaan merupakan salah satu bentuk organizational commitment.

Organizational commitment didefinisikan sebagai suatu keadaan psikologis

yang mengkarakteristikan hubungan antara karyawan dan organisasi serta

memiliki implikasi dalam keputusan untuk melanjutkan keanggotaan dalam

organisasi (Meyer & Allen, 1997). Dapat diuraikan bahwa karyawan yang

memiliki komitmen mempunyai keterikatan emosional dengan perusahaan

dimana ia bekerja. Tidak hanya keterikatan emosional namun berhubungan

pula dengan performance karyawan dalam mendukung tercapainya tujuan

organisasi.

Meyer & Allen membagi komitmen menjadi tiga komponen, yaitu

(16)

akan memunculkan perilaku untuk meningkatkan performance organisasinya

seperti karyawan akan selalu berusaha untuk selalu hadir dalam bekerja,

menampilkan unjuk kerja yang baik dan juga mau bertahan dalam organisasi

walaupun banyak tantangan yang dihadapi sedangkan bila karyawan memiliki

komitmen yang rendah pada organisasinya maka karyawan tidak optimal

dalam menjalankan tugasnya dalam bekerja, tidak produktif dalam

menghasilkan barang produksi dan juga tidak betah dalam organisasi.

Dengan memiliki karyawan yang berkomitmen terhadap

perusahaannya maka akan memberi keuntungan bagi perusahaan tersebut,

karena dengan begitu karyawan akan bekerja dengan kesungguhan hati dan

akan mengerjakan kewajibannya sebagai karyawan dengan penuh tanggung

jawab. Di sisi lain dengan mengetahui bagaimana komitmen para

karyawannya akan membuat perusahaan tahu apa yang harus dilakukan untuk

memaksimalkan para karyawannya, karena komitmen seseorang akan

memberi dampak pada perilaku yang akan ditunjukkan dalam melakukan

pekerjaannya. Komitmen juga terkait dengan absensi, turn over, lama bekerja,

unjuk kerja diharapkan dengan adanya komitmen kerja yang sesuai masalah

tersebut dapat dihindari. Perusahaan juga mengharapkan adanya rasa

kedekatan dan ketertarikan dengan perusahan sehingga timbul keinginan

untuk terus bekerja di perusahaan, mau berkorban serta peduli pada

perusahaan. Hal inilah yang dinamakan organizational commitment.

Bila karyawan memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasi maka

(17)

performanceorganisasinya seperti karyawan akan selalu berusaha untuk selalu hadir dalam bekerja, menampilkan unjuk kerja yang baik dan juga mau

bertahan dalam organisasi walaupun banyak tantangan yang dihadapi

sedangkan bila karyawan memiliki komitmen yang rendah pada organisasinya

maka karyawan tidak optimal dalam menjalankan tugasnya dalam bekerja,

tidak produktif dalam menghasilkan barang produksi dan juga tidak betah

dalam organisasi.

Berdasarkan wawancara dengan 8 orang karyawan, sebanyak 6 dari 8

orang karyawan tersebut telah bekerja selama 2 - 5 tahun, sedangkan 2 orang

lainnya bekerja kurang dari 2 tahun. Dari 8 orang tersebut, 3 orang karyawan

bertahan bekerja di perusahaan ini dengan alasan telah nyaman berada di

perusahaan ini, sedangkan sisanya mengaku karena membutuhkan pekerjaan

untuk mencari nafkah. Masalah lainnya yang timbul menurut kepala HRD

yang diperoleh melalui wawancara adalah kurangnya tanggung jawab

sehingga sering terjadi pelemparan kesalahan pada bagian lainnya seperti jika

pada kasus tidak tercapainya target yang telah ditentukan maka atasan akan

memanggil dan menanyakan alasan tidak tercapainya target tersebut dan orang

yang berwenang pada bagian produksi akan melemparkan kesalahan tersebut

karena telatnya barang yang diterimanya pada pekerjaan sebelumnya. Target

yang tidak tercapai membuat perusahaan merugi karena akan mengakibatkan

perusahaan telat untuk mengirimkan barangnya kembali.

Hasil wawancara pada kepala HRDpermasalahan yang sering terjadi

(18)

dan juga absensi yang tinggi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat

bagaimana komitmen yang dimiliki karyawan bagian produksi. Sehingga

berdampak pada turn over, absensi, dan unjuk kerja yang tidak memuaskan

pada perusahaan ini.

1.2Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui bagaimana organizational commitment pada

karyawan bagian produksi di perusahaan “X” Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran profil

organizational commitment yang terdapat pada karyawan bagian produksi di

perusahaan “X“.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang

lebih rinci mengenai profil organizational commitment pada karyawan di

perusahaan “X” serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memperoleh informasi tambahan bagi bidang Psikologi Industri dan

(19)

2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk

meneliti derajat organizational commitment dan mendorong

dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada Pimpinan Personaliaperusahaan “X“

mengenai organizational commitment yang dimiliki oleh para karyawan

bagian produksi di perusahaan “X“.

2. Menjadi acuan bagi para karyawan diperusahaan “X“ sebagai tambahan

informasi mengenai organizational commitment yang dimiliki para

karyawan bagian produksi diperusahaan ”X”.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Perusahaan merupakan suatu organisasi atau badan usaha profit yang

mencakup aktivitas ekonomi yang bersifat komersial yang bertujuan untuk

memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan juga merupakan suatu

organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh

minimal satu orang. Bila kita berbicara mengenai suatu perusahaan, maka

kita tidak akan bisa lepas dari kehidupan dalam berorganisasi. Dalam suatu

perusahaan terdapat struktur organisasi yang menjalankan pengelolaan suatu

divisi atau bidang keahlian dalam perusahaan. Organisasi di suatu

(20)

mengembangkan kemampuan berorganisasinya (www.organisasi.org).

Organisasi adalah wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama

secara rasional dansistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan

terkendali, dalam memanfaatkansumber daya(uang, material, mesin, metode,

lingkungan), sarana-prasarana, data, danlain sebagainya yang digunakan

secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuanorganisasi

(http://www.scribd.com/doc/37397973/DEFINISI-ORGANISASI).

Pada perusahaan "X" karyawan bagian produksi berjumlah 223

orang. Karyawan yang bekerja di bagian produksi memiliki pendidikan

sebagian besar SMA, hanya beberapa karyawan yang memiliki latar

belakang pendidikan SMP. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kebijakan

dari perusahaan yang menetapkan syarat pendidikan minimal SMA sehingga

yang memiliki latar belakang pendidikan SMP merupakan yang telah

bekerja sejak sebelum peraturan baru tersebut ditetapkan. Terjadinya

kebijakan ini dikarenakan menurut kepala HRD karyawan dengan latar

belakang pendidikan SMA lebih mudah untuk diajarkan cara pengoperasian

mesin dan juga ada beberapa mesin yang cukup tinggi sehingga diperlukan

karyawan yang memiliki tinggi badan yang sesuai. Dari 223 jumlah

karyawan bagian produksi di perusahaan "X" terdapat 16 karyawan wanita

dan 207 karyawan pria.

Organizational commitment merupakan suatu keadaan psikologis

(21)

atau terus menjadi anggota organisasi tersebut (Meyer & Allen

1991).Komitmen adalahsuatu keadaan individu yang menjadi terikat dalam

tindakannya dan dengan meyakini tindakan ini akan mempertahankan

keterlibatannya(Steers & Porters, 1983 : 442). Organizational commitment

menurut Meyer & Allen (1997) terdapat tiga yaitu affective commitmentmengacu pada identifikasi karyawan terhadap perusahaan, rasa sayang pada perusahaan, dan keterlibatan pada perusahaan.

continuancecommitmentmengacu pada kesadaran akan biaya yang diasosiasikan jika meninggalkan perusahaan. normative commitmentmencerminkan perasaan untuk tetap pada perusahaan karena suatu kewajiban.

Meyer & Allen (1997) menambahkan, bahwa setiap individu

memiliki derajat komponen komitmen yang bervariasi sehingga akan

menghasilkan profil yang berbeda-beda pula antara karyawan. Setiap

komponen komitmen yang dimiliki seseorang, berkembang sebagai hasil

dari pengalaman-pengalaman yang berbeda serta memiliki implikasi berbeda

pada tingkah laku dalam bekerja. Sebagai contoh, karyawan yang memiliki

komitmen yang kuat maka ia akan merasa bahwa dirinya memiliki kelekatan

perasaan yang kuat terhadap organisasinya (affective) sehingga karyawan

tersebut merasa memiliki kewajiban untuk mengembangkan dirinya sebagai

bentuk rasa tanggung jawab dirinya terhadap perusahaan (normative) dan

akhirnya karyawan tersebut menyadari bahwa dirinya tersebut harus

(22)

bisa saja dipengaruhi oleh lamanya ia bekerja ataupun karyawan tersebut

merasa bahwa hubungan dirinya baik dengan organisasi maupun rekan

kerjanya sangat baik dan nyaman. Di samping itu pula, karyawan lain bisa

saja memiliki komitmen yang lemah. Karyawan bisa saja kurang senang

terhadap pekerjaannya di dalam organisasi (affective) sehingga dirinya

merasa tidak perlu mengerjakan kewajiban-kewajiban yang lebih bagi

organisasinya (normative) dan pada akhirnya keinginan untuk tetap bertahan

dalam organisasi pun sedikit berkurang dan berusaha untuk mencari

organisasi lain (continuance), hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh

tantangan pekerjaan yang menurutnya kurang menantang ataupun kurang

bervariasinya jenis pekerjaan yang dilakukan.

Ada pula, karyawan di perusahaan ”X” yang memiliki kemauan

(affective), kebutuhan (continuance) dan kewajiban (normative) untuk

bertahan dalam organisasi, namun memiliki ukuran yang berbeda-beda.

Dengan adanya variasi ukuran dalam komponen komitmen ini, maka dapat

diketahui derajat komitmen organsisasi yang dimiliki seorang karyawan

terhadap organisasinya.Setiap karyawan akan menampilkan sikap dan

perilaku yang berbeda-beda terhadap organisasi. Komitmen terhadap

organisasi ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor (Meyer & Allen, 1991)

di antaranya adalah karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status perkawinan), karakteristik pekerjaan (variasi,

(23)

Adapun yang termasuk dalam karakteristik pribadi adalah usia, masa

kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status marital. Usia menunjukkan

catatan biografis lamanya masa hidup seseorang yang digolongkan dalam

dua dimensi yakni tua dan muda.Karyawan dengan usia yang tidak lagi

muda akan memilih bertahan pada perusahaan "X" karena merasa akan lebih

sulit untuk mencari tempat kerja yang baru.Lama kerja merupakan lamanya

seseorang bekerja atau menjabat suatu posisi di dalam organisasi. Umumnya

orang –orang yang berusia lebih tua dan telah lama bekerja memiliki

organizational commitment yang kuat dibandingkan dengan mereka yang

berusia muda. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa masa hidup

mereka baik kehidupan biologis maupun usia kerja di organisasi hanya

tinggal sesaat, sehingga tetap berkomitmen dengan organisasi.Berkaitan

dengan jenis kelamin, wanita lebih banyak bekerja sebagai karyawan level

rendah dengan status dan gaji yang rendah dibandingkan laki-laki, sehingga

wanita cenderung menunjukkan komitmen yang lebih lemah. Status marital

berkaitan dengan tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan hidup

pasangan dan anak-anaknya, sehingga karyawan di perusahaan ”X” yang

telah menikah menunjukkan komitmen yang lebih kuat. Tingkat pendidikan

yang tinggi memberi peluang yang lebih besar untuk mencari pekerjaan

yang lebih baik, sehingga karyawan di perusahaan ”X” yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi cenderung menunjukkan komitmen yang lemah

(24)

Data penunjang ini akan mempengaruhi seseorang dalam

pembentukan profil yang akan terbentuk pada diri karyawan tersebut, karena

akan mempengaruhi penilaian karyawan terhadap perusahaan itu sendiri.

Karyawan akan memberikan timbal balik yang berbeda dengan ada atau

tidak adanya hal-hal yang ada pada data penunjang.

Terdapat hubungan yang lemah antara usia, lama kerja, status

perkawinan dengan affective commitment (Mathieu dan zajac, dalam Meyer

& Allen, 1997). March & Simon (1958) menyatakan bahwa dengan

meningkatnya usia dan masa kerja, kesempatan individu untuk mendapatkan

pekerjaan lain menjadi lebih terbatas. Sedangkan dengan faktor yang lain

yaitu pengalaman kerja, berdasarkan penelitian Mathieu dan Zajac (Meyer &

Allen, 1997) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

pengalaman kerja dengan affective commitment karena menurut (Meyer &

Allen, 1997)pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan

motivasi anggota organisasi selama berada dalam organisasi, perannya

dalam organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan

pemimpinnya.

Tingkat pendidikan (Lee, dalam Meyer & Allen, 1997), usia dan

lama kerja (Ferris & Aranya, dalam Meyer & Allen, 1997) berpengaruh

terhadap continuance commitment. Semakin tinggi pendidikan maka akan

semakin tinggi continuance commitment, dan semakin tua usia dan lama

(25)

kecil hal ini karena perbedaan usia seseorang akan menimbulkan pula

perbedaan dalam menanggapi dan menghayati pekerjaannya. Mereka yang

masih tergolong muda usia, masih mempunyai harapan untuk

mengembangkan kemampuannya, sebaliknya bagi golongan usia yang lebih

tua masa-masa pengembangan diri telah mereka lalui. Sedangkan untuk

lama kerja semakin lama seseorang bekerja maka semakin meningkat

kemungkinan karyawan menerima tugas-tugas yang lebih menantang,

memperoleh otonomi dan keleluasaan bekerja lebih besar, dan tingkat

imbalan ekstrinsik juga lebih tinggi, serta posisi/jabatan yang lebih

diinginkan. Hal-hal positif tersebut mendukung sikap komitmen pada

organisasi dan makin meningkatkan keterlibatan sosial individu dalam

organisasi dan masyarakat. Bagi individu pada umumnya, kerja di suatu

organisasi memungkinkan hubungan sosial yang dianggapnya penting,

sehingga segan untuk meninggalkan organisasi.

Selain itu ditemukan pula bahwa pengalaman kerja yang

menyenangkan dan kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan

normative commitment. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang karyawan maka akan semakin tinggi pula normative commitment karyawan tersebut.

Pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi anggota

organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi

tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan pemimpinnya

(Meyer & Allen, 1997). Sehingga dengan adanya pengalaman kerja yang

(26)

organisasi tersebut. Karakteristik pekerjaan adalah tantangan dalam bekerja,

yaitu sejauh mana pekerjaannya menunjukkan kreatifitas, membutuhkan

tanggung jawab (Dorstein & Matalon, 1989, Meyer & Allen, 1997).

Individu yang lebih tertantang dan menganggap pekerjaannya menarik akan

memiliki komitmen yang lebih kuat. Ketidakjelasan peran atau kurangnya

pengertian akan hak dan kewajibannya juga dapat mengurangi komitmen

seseorang (Meyer & Allen, 1997). Selain itu, adanya konflik peran,

perbedaan antara tuntutan pekerjaan dengan tuntutan fisik, harapan dan

nilai-nilai pribadi juga dapat mengurangi komitmen seseorang pada

organisasinya.

Sedangkan yang termasuk dalam pengalaman kerja adalah sejauh

mana individu merasa dihargai dan dibutuhkan. Semakin seseorang merasa

dihargai atau dibutuhkan maka komitmennya juga akan semakin kuat.

Bagaimana persepsinya mengenai gaji atau imbalan ekstrinsik yang

diterimanya selain gaji pokok seperti tunjangan-tunjangan, bonus, dan

pensiun. Imbalan ekstrinsik ini dapat menjadi rangsangan bagi individu

untuk mempertahankan keanggotaannya (Meyer & Allen, 1997). Tentunya

karyawan-karyawan di perusahaan “X” ini memiliki beberapa macam

karakteristik seperti usia, lama bekerja, tingkat pendidikan, persepsi

mengenai tugas dan pekerjaannya, tingkat otonomi, tantangan tugas,

kejelasan peran dan hubungan dengan atasan maupun rekan kerja. Hal ini

tentunya akan mempengaruhi derajat organizational commitment para

(27)

Meyer & Allen (1997) melakukan penggabungan konsep membentuk

tiga komponen komitmen, yaitu affective commitment, continuancecommitment dan normative commitment. Affective commitment (Meyer &Allen 1991) mengarah pada keterikatan emosional karyawan,

identifikasi dan keterlibatan karyawan pada organisasinya. Karyawan

dengan affective commitment yang kuat akan bertahan dalam organisasi

karena mereka memang menginginkan hal tersebut (want). Karyawan itu

akan memberikan kontribusi bagi perusahaan serta karyawan tersebut akan

merasa nyaman berada dalamperusahaan"X" karena merasa menjadi bagian.

Sedangkan karyawan dengan affective commitment yang lemah akan

menunjukkan perilaku kurangnya kepedulian karyawan tersebut akan

kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh perusahaan seperti kegiatan 17

agustus, sehingga karyawan itu akan lebih memilih untuk mengisi waktunya

dengan kegiatannya sendiri dibandingkan mengisi waktu dengan kegiatan di

perusahaan.

Karyawan dengan continuance commitment yang kuat akan bertahan

dalam organisasi karena mereka membutuhkannya (need). Karyawan itu

akan bertahan pada perusahaan"X" namun tidak akan memberikan

kontribusi bagi perusahaan bahkan memungkinkan terciptanya perasaan

frustrasi yang akan berujung perilaku kerja yang tidak sesuai. Sedangkan

karyawan dengan continuance commitment yang lemah maka membuat

(28)

pendapatnya namun akan tetap berusaha untuk mencapai target yang telah

ditentukan oleh perusahaan tersebut.

Karyawan dengan normative commitment yang kuat akan bertahan

dalam organisasi karena merasa memang sudah seharusnya begitu (ought

to).Karyawan dengan normative commitment yang kuat akan membuat karyawan termotivasi dalam berperilaku sesuai keinginan perusahaan "X".

Karyawan dengan normative commitment yang lemah akan menunjukkan

absensi yang sering dilakukan dan unjuk kerja yang buruk pada perusahaan

"X", sehingga akan terjadi karyawan yang melakukan absen diluar jatah

yang telah diberikan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen

yang kuat menunjukkan perilaku seperti keinginan untuk bertahan di dalam

organisasi, turut serta dalam kegiatan organisasi, tanggung jawab yang besar

dalam melaksanakan pekerjaan di organisasi. Karyawan yang memiliki

komitmen lemah akan menunjukkan perilaku yang sebaliknya seperti

memiliki alasan untuk keluar bila organisasi tidak memberikan keuntungan,

memiliki semangat kerja yang rendah, dan memiliki tanggung jawab yang

(29)

1.1Bagan kerangka pikir Faktor – faktor yang mempengaruhi :

- Karakteristik pribadi (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status marital)

- Karakteristik pekerjaan (variasi, tantangan tugas)

- Pengalaman kerja (fasilitas, imbalan)

- afektif - normatif - continuance

Affective ↑ normative ↑ continuance ↑

Affective ↑ normative ↑ continuance ↓

Affective ↓ normative ↓continuance ↓ Affective ↑ normative ↓ continuance ↑

Affective ↑ normative ↓ continuance ↓

(30)

1.6. Asumsi Penelitian

1. Komitmen karyawan di perusahaan “X” terhadap organisasi merupakan

keterikatan karyawan di perusahaan “X” terhadap organisasi mereka.

2. Seorang karyawan di perusahaan “X” dikatakan memiliki komitmen yang

kuat terhadap organisasi apabila mereka memiliki keinginan yang kuat

untuk menetap dalam organisasinya dan memiliki keinginan untuk selalu

berkembang dalam organisasinya(affectivecommitment) sehingga mereka

merasa akan mengalami kerugian jika meninggalkan

organisasinya(continuance commitment) dan pada akhirnya karyawan akan

merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan wajib bertahan pada

organisasinya(normative commitment).

3. Seorang karyawan di perusahaan “X” dikatakan memiliki komitmen yang

rendah terhadap organisasi apabila mereka tidak memiliki keinginan untuk

menetap dalam organisasinya dan juga tidak memiliki keinginan untuk

berkembang dalam organisasinya(affectivecommitment) sehingga mereka

tidak akan merasa mengalami kerugian jika meninggalkan

(31)

mereka merasa tidak wajib untuk bertahan pada organisasinya (normative

commitment).

4. Faktor-faktor seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan serta

pengalaman kerja memiliki pengaruh terhadap organizational commitment

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Karyawan bagian produksi di perusahaan "X" memiliki 7

profil organizational commitment dengan 2 profil yang

paling dominan, yaitu : affective kuat, continuance kuat,

normative kuat, karyawan dengan profil ini akan menunjukkan perilaku terus berusaha untuk selalu

mengembangkan perusahaan "X" menjadi lebih baik dan

menanggapi target yang tidak tercapai sebagai tantangan

untuk lebih serius dalam bekerja, mereka juga akan

memberikan masukan pada perusahaan "X" yang dapat

memajukan perusahaan. Profil affective lemah, continuance

lemah, normative lemah, karyawan dengan profil ini akan

menunjukkan perilaku lebih menyukai menghabiskan

waktunya tanpa melibatkan perusahaan karena mereka

tidak merasa ada ikatan dengan perusahaan "X". Mereka

tidak berinisiatif melakukan perbaikan jika ada kerusakan

(33)

mendapat perintah pekerjaan yang harus dilakukannya

tanpa inisiatif sendiri.

2. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya komitmen

affective yang kuat di perusahaan "X" merupakan : jenis kelamin perempuan, status pernikahan belum menikah,

pendidikan terakhir SMP, puas dengan fasilitas, imbalan

atau gaji sudah memenuhi harapan, belum pernah bekerja

di perusahaan lain, pekerjaan memberi tantangan dan

memiliki tugas lain jika tugas utama sudah selesai.

5.2 Saran

5.2.1. Saran Penelitian

Bagi peneliti selanjutnya mengenai organizational

commitment dapat disarankan untuk :

1. Meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh faktor penunjang

seperti variasi pekerjaan terhadap organizational commitment

yang akan terbentuk.

2. Meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh organizational

commitment terhadap kinerja karyawan atau variabel lain

dalam bidang Psikologi Industri. Sehingga dapat diperoleh

(34)

commitment dengan teori lainnya dalam bidang Psikologi

Industri.

3. Perlu diperhatikan apakah kriteria lama bekerja sample tidak

hanya minimal 5 tahun.

5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti mengajukan

beberapa saran praktis, yaitu :

1. Untuk meningkatkan komitmen affective terhadap karyawan

disarankan kepada pemilik perusahaan "X" untuk melakukan

rolling dalam pekerjaan para karyawannya sehingga karyawannya tidak akan mengalami kejenuhan dalam bekerja

dikarenakan hanya mengerjakan tugas utamanya saja.

2. Untuk meningkatkan komitmen affective terhadap karyawan

disarankan kepada pemilik perusahaan "X" untuk

menyesuaikan kebutuhan karyawan dengan ketersediaan

fasilitas dalam perusahaan seperti angkutan antar jemput

karyawan, kantin yang memadai, tempat ibadah dengan ini

diharapkan karyawan senang berada dalam lingkungan

perusahaan dan dapat memberikan kemampuan terbaiknya

dalam bekerja.

3. Untuk meningkatkan komitmen affective disarankan untuk

(35)

kegiatan-kegiatan yang diadakan di perusahaan "X". Dengan

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W.2003.Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo

Meyer J.P & Allen.1997.Commitment In The Workplace : Theory, research, and

application. California : Sage Publications Inc

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :

PT Gramedia

(37)

DAFTAR RUJUKAN

Stephen, Josua. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship

Behavior Pada Pengurus Komisi Pemuda Gereja “X” di Kota Bandung. Skripsi.

Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://id.simapages.com/sarana-makin-mulia-pt-33091.html

http://www.easytextileprocess.com/?p=202&lang=id

http://foursquare.com/v/pt-sarana-makin-mulia/4f4adba7e4b011fb7811cdb0

Referensi

Dokumen terkait

Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya untuk memperoleh dividen pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajemen disarankan untuk tidak terpacu

a) Analisa perbandingan laporan keuangan, yaitu metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, sehingga akan

Agar penyelenggaraan karakter pada mata pelajaran AutoCAD Dasar siswa kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 3 Yogyakarta dapat berjalan dengan

[r]

[r]

2a Siswa tidak memahami hal yang diketahui dalam soal 2b Siswa tidak diketahui apa yang ditanyakan dalam soal TK 3 Tipe kesalahan transformasi yaitu.. Siswa gagal mengubah ke

Psdiria diddo Fda joiDe sm s0 kv 3i*uir

This study aims at identifying and describing the politeness strategies employed by the host of popular-based talk show to mitigate FTAs. This study is significant to provide