• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN SPLDV DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEI RAMPAH T.A 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN SPLDV DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEI RAMPAH T.A 2012/2013."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN SPLDV DI KELAS

VIII SMP NEGERI 1 SEI RAMPAH T.A 2012/2013

Oleh:

Fera Edenita Siagian NIM 408111051

Progam Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya

. Skripsi ini berjudul “

Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada

Pokok Bahasan SPLDV di Kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun Ajaran

2012/2013

”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan berbagai pengarahan

dan bimbingan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dengan

segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam

teruntuk Ayahanda (Alm) yang telah memberikan pelajaran hidup bagi penulis,

Ibunda yang telah melahirkan, menjaga, dan merawat penulis dengan segenap

cinta dan kasih sayangnya serta doa yang luar biasa demi keberhasilan penulisan

menyelesaikan skripsi ini, Nenek, serta Saudara-saudaraku tercinta yang telah

banyak memberikan semangat dan dukungan serta doanya sejak awal hingga kini

tiada henti.

Berkenaan atas segala bantuan dan dukungan, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr.

Ibnu Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,

Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta

Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan FMIPA UNIMED, Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd

selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si

selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih kembali kepada

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dan waktu istirahatnya untuk

(3)
(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN SPLDV DI KELAS

VIII SMP NEGERI 1 SEI RAMPAH T.A 2012/2013

FERA EDENITA SIAGIAN (408111051) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah T.A 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan SPLDV.

Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas VIII-9 SMPN 1 Sei Rampah yang berjumlah 34 orang dan objek dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada pokok bahasan SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum diberikan tindakan, pada tes awal diperoleh skor rata-rata siswa dalam pemecahan masalah adalah 53,3 dengan 8 siswa atau 23,52% dari seluruh siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh skor rata-rata siswa dalam pemecahan masalah sebesar 72,3 dengan 24 siswa atau 70,6% dari seluruh siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh skor rata-rata siswa dalam pemecahan masalah matematika sebesar 80,9 dengan 30 siswa atau 88,2% dari seluruh siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah tuntas belajar, terdapat ≥ 85% siswa yang memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah sedang.

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xii

Daftar Gambar xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Hasil Belajar 12

2.1.3. Pembelajaran Matematika 13 2.1.4. Masalah Dalam Matematika 15 2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 16

2.1.6. Model Pembelajaran 18

(6)

vii

2.1.8.1. Pengertian Model Pembelajaran Team Assisted

Individualization 26

2.1.8.2. Ciri Khas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI 28 2.1.8.3. Langkah-langkah Pembelajaran TAI Pada Materi

SPLDV 28

2.1.8.4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization 29 2.1.9. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 30

2.1.9.1. Definisi SPLDV 30

2.1.9.2. Bentuk Umum Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 30 2.1.9.3. Menyelesaikan SPLDV 30 2.1.9.3.1. Metode Grafik 31 2.1.9.3.2. Metode Substitusi 33 2.1.9.3.3. Metode Eliminasi 34 2.1.9.3.4. Metode Campuran (Eliminasi dan Substitusi) 35

2.2. Penelitian Yang Relevan 36

2.3. Kerangka Konseptual 37

2.4. Hipotesis Tindakan 38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.2. Subjek Dan Objek Penelitian 39

3.2.1. Subjek Penelitian 39

3.2.2. Objek Penelitian 39

3.3. Jenis Penelitian 39

3.4. Prosedur Penelitian 40

3.5. Alat Pengumpul Data 45

3.5.1. Tes 45

3.5.2. Observasi 47

3.6. Teknik Analisis Data 47

(7)

viii

3.6.2. Penarikan Kesimpulan 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 52

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 52 4.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I) 56

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 56

4.1.4. Observasi I 59

4.1.5. Analisis Data I 61

4.1.5.1. Paparan data 61

4.1.5.1.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah I 61

4.1.5.1.2. Deskripsi Hasil Observasi I 64

4.1.6. Refleksi I 66

4.1.7. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 67

4.1.7.1. Permasalahan II 67

4.1.7.2. Tahap Perencanaan Tindakan II

(Alternatif Pemecahan II) 68 4.1.7.3. Pelaksanaan Tindakan II 69

4.1.7.4. Observasi II 72

4.1.7.5. Analisis Data II 72

4.1.7.5.1. Paparan data 72

4.1.7.5.1.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 72

4.1.7.5.1.2. Deskripsi Hasil Observasi II 76

4.1.7.6. Refleksi II 78

4.2. Temuan Penelitian 79

(8)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 84

5.2. Saran 84

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Konvensional 22

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 25 Tabel 3.1. Teknik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 45 Tabel 3.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 49 Tabel 4.1. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek memahami

masalah pada tes awal 53

Tabel 4.2. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek

merencanakan pemecahan masalah pada tes awal 53 Tabel 4.3. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek melaksanakan

pemecahan masalah pada tes awal 53 Tabel 4.4. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek memeriksa

kembali pemecahan masalah pada tes awal 53 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Tes Awal 54

Tabel 4.6. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Aspek Memahami

Masalah pada Tes Siklus I 61

Tabel 4.7. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek

merencanakan pemecahan masalah pada tes siklus I 62 Tabel 4.8. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek melaksanakan

pemecahan masalah pada tes siklus I 62 Tabel 4.9. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek memeriksa

kembali pemecahan masalah pada tes siklus I 62 Tabel 4.10. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Tes

kemampuan Pemecahan Masalah I 63 Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan

Pembelajaran Pada Siklus I 64

(10)

xi

memahami masalah pada tes siklus II 73 Tabel 4.13. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek

merencanakan pemecahan masalah pada tes siklus II 73 Tabel 4.14. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek

melaksanakan pemecahan masalah pada tes siklus II 73 Tabel 4.15. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek

memeriksa kembali pada tes siklus II 74 Tabel 4.16. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada

tes siklus II 75

Tabel 4.17. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

(11)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (siklus I) 88 Lampiran 2. Rencana pelaksanaan Pembelajaran II (siklus I) 92 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (siklus II) 96 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (siklus II) 100 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 104 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 107 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 112 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 116

Lampiran 9. Kisi-kisi Tes Awal 119

Lampiran 10. Lembar Validasi Tes Awal 120

Lampiran 11. Tes Awal 123

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 125 Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 131 Lampiran 14. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 132 Lampiran 15. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 135 Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan I 137 Lampiran 17. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 143 Lampiran 18. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 144 Lampiran 19. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 147 Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan II 149 Lampiran 21. Teknik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 155 Lampiran 22. Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Setiap Siklus 157

Lampiran 23. Analisis Hasil Evaluasi Tes Awal 158 Lampiran 24. Analisis Hasil Evaluasi Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 160

Lampiran 25. Analisis Hasil Evaluasi Tes Kemampuan Pemecahan

(13)

xiii

Lampiran 26. Daftar Nama Siswa Kelas VIII-9 SMP Negeri 1

Sei Rampah 164

Lampiran 27. Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas VIII-9

Siklus I 165

Lampiran 28. Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas VIII-9

Siklus II 166

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting disetiap pendidikan baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Hal ini disebabkan matematika dapat melatih seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian baik dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan bahwa:

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Namun kenyataannya, matematika merupakan pelajaran yang diangggap sulit bagi kebanyakan siswa dan merupakan pelajaran yang membosankan karena berbagai kendala yang dihadapi seperti ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan soal. Hal ini menimbulkan persepsi buruk terhadap pelajaran matematika bagi siswa bahwa “Matematika adalah pelajaran yang sulit”. Seperti yang diungkapkan Nurhalimah (2009) (http://etd.eprints.ums.ac.id/2003/1/A4100 40120. pdf) menyatakan bahwa :

(15)

2

Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunla.net) menyatakan bahwa :

”Masalah klasik dalam pembelajaran Matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMP dan SMA yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh dibawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh”.

Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, model pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Hal yang sama seperti dikemukakan oleh Erman Suherman (http://educare.e-fkipunla.net):

“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, …., dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong”.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Dan siswa selalu bermalas-malasan saja tidak mau mencari sendiri ide-idenya hanya guru saja yang selalu berperan aktif dalam proses balajar-mengajar. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti

(http://newspaper.pikiran-rakyat.com):

(16)

3

definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang”.

Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya. Strategi konvensional yang dipelajari tidak mampu menolongnya keluar dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah tersebut.

Menurut Abbas (dalam http://depdiknas.go.id) menyatakan bahwa : “Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru”.

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa :

“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain”.

Menurut Slameto (2003:36) menyatakan bahwa:

(17)

4

Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik”.

Berdasarkan hal di atas, diperlukan suatu strategi dan metode yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajarnya juga meningkat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan motivasi belajar dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah khususnya pada mata pelajaran matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Sesuai dengan yang dikatakan Nur (2006:55):

”Model TAI dirancang dan digunakan untuk pembelajaran terprogram, misalnya pengajaran matematika”.

Steve Parsons ( dalam Slavin, 2008 : 191 ) mengatakan bahwa:

“Matematika TAI memberikan kesempatan kapada para siswa untuk berkembang pada taraf pengajaran yang sesuai individual atau kelompok kecil. Taraf pengajaran tersebut dapat bervariasi, memberikan kesempatan kepada seorang guru untuk menggunakan cara cerdik atau mengulang pelajaran sampai beberapa kali atau sekedar memberikan pengulangan singkat dari materi selama presentasi langsung yang dilakukan oleh guru”.

Berdasarkan pernyataan di atas, metode pembelajaran tipe TAI ini diperuntukkan dalam pengajaran matematika. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI, guru dapat menggunakan waktu lebih efisien dalam pengajaran matematika.

Lynne Mainzer ( dalam Slavin, 2008:194) menyatakan:

”Para siswa yang bekerja dalam TAI memahami bahwa cara terbaik untuk meningkatkan skor tim adalah dengan menyelesaikan tes. Sebagai konsekuensinya, para siswa saling mendorong satu sama lain untuk bekerja dengan cepat supaya dapat menyelesaikan seluruh tugas dan tes kelas”.

(18)

5

menggunakan TAI dalam pengajaran matematika siswa yang bersangkutan jadi mampu bekerja pada tingkat kemampuan mereka sendiri dan meraih sukses. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat pada siswa.

Sejalan dengan hal tersebut, Holly Beers ( dalam Slavin, 2008:192) menyatakan:

”Tanggung jawab individual sebagaimana penghargaan kelompok sangat penting dalam meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Pembelajaran kooperatif menggunakan strategi dengan sangat baik. Dalam TAI, ini sangat terlihat, khususnya pada siswa yang tadinya tidak suka matematika. Sering kali para siswa menjadi sangat frustasi karena mereka tidak bisa memahami, dan sebagai akibatnya mereka gagal dalam ujian dan kuis. Dengan menggunakan TAI dalam pengajaran matematika siswa yang bersangkutan jadi mampu bekerja pada tingkat kemampuan mereka sendiri dan meraih sukses. Anak-anak ingin melakukan yang terbaik untuk melakukan yang terbaik karena mereka bekerja dalam taraf kemampuan mereka sendiri. Sebagai akibatnya, kelompok tersebut menerima penghargaan dan anak-anak merasakan kepuasan pribadi karena bisa melakukan dengan baik dan menerima dukungan positif dari guru dan juga dari tim mereka”.

Dari fakta di atas, terlihat manfaat TAI dalam pengajaran matematika. Dengan penerapan metode TAI, siswa lebih termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Di dalam kelompok, bagi siswa yang kesulitan dalam belajar dapat terbantu dengan adanya teman-teman yang berkemampuan lebih dalam belajar. Dan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa diharapkan dapat menemukan banyak hal yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematikanya.

(19)

6

mengerjakan soal penerapan seperti berikut : Harga 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah Rp 90.000 sedangkan harga 3 pasang sepatu dan 4 pasang sandal adalah Rp 130.000. Berapakah harga sepasang sepatu dan 2 pasang sandal?.

Dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes awal pemecahan masalah kepada siswa SMP Negeri 1 Sei Rampah di kelas IX-1, pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Dari 34 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor rata-rata siswa 62,2. Diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: terdapat 51,76 % siswa yang sudah mampu memahami masalah, 10,6% yang sudah mampu merencanakan pemecahan masalah, 23,4% yang sudah mampu melaksanakan pemecahan masalah, dan hanya 5,9% yang sudah mampu memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh tersebut. Sedangkan secara penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah pada tingkat kemampuan sangat tinggi terdapat 0 orang (0%) siswa, 3 orang (8,82%) siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 10 orang (29,41%) siswa yang memiliki kemampuan sedang, 9 orang (26,5%) siswa yang memiliki kemampuan rendah, dan 12 orang (35,3%) siswa yang memiliki kemampuan sangat rendah.

(20)

7

Bapak Israel juga mengatakan bahwa bukan hanya dari faktor siswanya saja, tetapi dari faktor gurunya juga terlibat dalam perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada materi SPLDV yaitu sebagian guru hanya menerangkan penjelasan materi serta memberikan contoh-contoh sesuai yang ada dibuku (tidak berkembang). Jadi, ketika siswa diberikan soal yang sedikit saja berbeda dari contoh yang diberikan, siswa langsung mengalami kesulitan. Selama ini metode yang digunakan oleh kebanyakan guru tidak mengalamni perubahan selalu sama sehingga kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari SPLDV tetap ada. Dengan kata lain kurang efektif. Berdasarkan pernyataan Bapak Israel, guru matematika belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada pokok bahasan SPLDV.

Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan gabungan dari pembelajaran secara individu dan kelompok. Pembelajaran tipe TAI ini dapat diterapkan pada pokok bahasan SPLDV, karena dengan menggabungkan siswa yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda terhadap SPLDV dalam satu kelompok kecil yang heterogen diharapkan dapat memudahakan siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan SPLDV. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI ini, guru juga dapat melakukan pengajaran individual terhadap siswa yang memerlukannya.

(21)

8

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

1. Siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan.

2. Pestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Sei Rampah masih rendah.

3. Dalam pembelajaran matematika, kelas masih didominasi oleh guru. 4. Kemampuan siswa SMP Negeri 1 Sei Rampah dalam memecahkan

masalah matematika sangat kurang.

5. Penerapan model pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan suatu pokok bahasan matematika masih kurang tepat.

6. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan belum diterapkannya model pembelajaran Team Assisted Individualization dalam pengajaran matematika khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua variabel.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan SPLDV di kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah.

1.4. Rumusan Masalah

(22)

9

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel di

kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun Ajaran 2012/2013.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika disekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

(23)

84 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada tes awal yaitu 53,3 (53,3%) sebanyak 8 orang siswa atau 23,52% dari 34 siswa yang telah mampu mencapai ketuntasan belajar, dengan tingkat kemampuan memecahkan masalah sangat rendah. Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 72,3 (72,3%) sebanyak 24 orang siswa atau 70,6% dari 34 siswa yang telah mampu mencapai ketuntasan belajar. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 80,9 (80,9%) sebanyak 30 orang siswa atau 88,2% dari 34 siswa yang telah mampu mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan analisis penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Rampah.

5.2. Saran

Adapun Saran dalam penelitian ini adalah:

1) Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada siswa, salah satunya penggunaan model Team Assisted Individualization untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi

(24)

85

keberhasilan pembelajaran baik yang dialami oleh guru maupun siswa pada pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin.

3) Kepada siswa SMP Negeri 1 Sei Rampah disarankan lebih berani dan aktif dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide dalam diskusi dan berani untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru dalam pembelajaran matematika.

(25)

86

DAFTAR PUSTAKA

Abbas,(2008), Rendahnya Hasil Belajar Matematika, http://depdiknas.go.id (diakses pada tanggal 06 Oktober 2012).

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Adinawan, M., Cholik, (2007), Matematika untuk SMP Kelas VIII. Erlangga, Jakarta.

Amustofa, (2009), Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika, http://amustofa70.wordpress.com (diakses pada tanggal 06 Oktober 2012).

Arikunto, S., dkk., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Asma, N., (2006), Model Pembelajaran Kooperatif, Bumi Aksara, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hudojo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek pengembangan Lembaga Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Iman, Abdullah, (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Hasil dan Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar di Kelas VIII MTs.N Lohsari T.P 2008/2009, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.

Ishjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Jakarta.

Purwadarminta, W.J.S., (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Reyt, El, (2009), Pembelajaran Matematika Sekolah, http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html. (diakses pada tanggal 09 Oktober 2012)

(26)

87

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Soejono, (1998), Pengajaran Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suherman, Erman, (2009), Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika, http;//educare.e-fkipunla.net.

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sutrisno, (2009), Peran Guru dalam Belajar Mengajar, www.erlangga.co.id.

Syaban, Mumun, (2009), Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa, http://educare.e.fkipunia.net

Syah, Muhibin, (2008), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tim MKPBM, (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta.

Trianto, (2007), Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan, Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Surabaya.

Upu, Hamzah, (2008), Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah Matematika, http://injured.education.com/

Yuli, Tatag Eko Siswono, (2007). Matematika SMP dan MTs untuk Kelas VIII, PT.Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.13. Persentase kemampuan pemecahan masalah aspek
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor

Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama.. kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai

Pakan mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki potensi sebagai antioksidan yang dapat mencegah reaksi oksidasi untuk menghambat radikal bebas

[r]

Selanjutnya penelitian yang juga berperan terhadap efektivitas penaganan gangguan stress yaitu peranan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa kelas unggulan

[r]

Prototipe Media Pembelajaran tematik kelas IV SD berbasis ICT dan multiple intelligences untuk Kurikulum 2013 merupakan suatu perangkat pembelajaran berupa media

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan dan uraian mengenai Pemisahan biaya menurut fungsinya, Pemisahan biaya menjadi biaya tetap, biaya