Dr. Sri Walny Rahayu, S.H. M. Hum
Akademisi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Email. ayoe_armans@unsyiah.ac.id
WEBINAR PERSAINGAN USAHA
KERJASAMA KPPU DENGAN FAKULTAS HUKUM UNSYIAH
16 OKTOBER 2020
1 TEORETIS DAN
KONSEP
PERSAINGAN USAHA : TELAAH
KONDISI MASA
PANDEMI COVID 19
HISTORIS
Monopoli telah dipraktikkan oleh VOC di Hindia Timur/Hindia Belanda, sejak 20 Maret 1602
Staten general memberikan hak ( octroo i) berdagang sendiri (monopoli)
Kurun waktu kolonial (VOC-Belanda Jepang)--- praktik monopoli dalam perdagangan terus
dilakukan
Ukuran dan batasan terhadap persaingan usaha tidak sehat memiliki makna kabur dan tidak jelas
2
PERSAINGAN USAHA
MASA RASUL NABI BESAR MUHAMMAD SAW
Istilah Persaingan Usaha
Ihtikar, Talaq ar-rukban, Tadlis, Ta’alluq Hukum Islam melarang tegas
praktik monopoli, menimbun barang yang menyebabkan harga menjadi naik dan barang langka pasaran—orang yang melakukan perbuatan tersebut
melakukan perbuatan berdosa.
Rasulullah menegaskan akibat perbuatan orang yang melakukan monopoli adalah kebangkrutan dan penyakit judzam (sejenis lepra).
”Barang Siapa menimbun barang yang dibutuhkan dengan niat membuatnya mahal (paceklik), maka dia orang yang bersalah (pendosa). (HR. Ahmad)
Larangan lainya, barrier to entry, jual rugi, diskriminasi harga, menimbun harta
3
LANDASAN UU LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut:
• ayat (1) ; Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan,
• ayat (2); Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara,
• ayat (3) ; Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat,
• ayat (4), Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional dan ayat (5); Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
4
BAGAIMANA INTERVENSI NEGARA..
• Negara sosialis menganut pandangan terlibat aktif dalam kegiatan Ekonomi di negaranya
• Negara Liberal menyerahkan kekuatan ekonomi pada kekuatan pasar disebut Pasar Bebas
• Indonesia Menganut Konteks Ekonomi Campuran Mixed Economy
• Sri Redjeki Hartono Menyebutkan Asas campur tangan
negaraterhadap kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari tiga asas yang penting dalam rangka pembinaan cita hukum nasional dalam perspektif hukum dagang dan ekonomi. publik. Dua asas lainnya yaitu Asas Kesimbangan dan Asas Pengawasan Publik
5
EKSISTENSI MONOPOLI DAN JENIS
Monopoli dikehendaki oleh UU (Monopoly by Law)- --Pasal 33 UUD 1945, contohnya perlindungan hukum dengan jangka waktu
tertentu atas jasil rset dan inovasi (Rezim HKI)
Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena didukung oleh iklim dan lingkungan usaha yang sehat (Monopoly by nature).
diperoleh berdaarkan kemampuan SDM profesional, kerjakeras, strategi bisnis, kinerja perusahaan yang unggu (Superior skill)
Monopoly berdasarkan lisensi menggunakan mekanisme kekuasaan (Monopoly by License). Kelompok Usaha yang dekat dengan pusat kekuasaan dalam pemerintahan merusak unfair competition
Monopoli Karena terbentuknya Struktur Pasar Akibat Perilaku
Materi dari UU No. 5/1999 6
Secara umum, UU No. 5/1999 ini mengandung 6 (enam) bagian pengaturan yang terdiri dari :
1. Perjanjian yang dilarang 2. Kegiatan yang dilarang 3. Posisi dominan
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 5. Penegakan hukum
6. Ketentuan lain-lain
13
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
PENGERTIAN
penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha.
7
Monopoli
Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran
atas barang/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.
Praktik Monopoli
persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha Persaingan Usaha
Tidak Sehat PENGERTIAN
ASAS
Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum
TUJUAN
Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
Mewujudkan iklim usaha yang kondusif
mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbul oleh pelaku usaha
terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
Asas dan Tujuan UU No. 5 Tahun 1999
8
ASAS DAN TUJUAN
HISTORIS
Prinsip Rule Of Reason Dan Per Se Illegal
Diterapkan Dalam Bidang Hukum Persaingan Usaha
• digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan
maupun perjanjian yang dilakukan oleh pelaku usaha telah atau berpotensi melanggar Undang-Undang
Persaingan Usaha.
• Prinsip rule of reason dan per se illegal merupakan adopsi dari hukum Amerika Serikat.
• Dalam Sherman Act 1980 – Antitrust Law pertama kali mengimplementasikan prinsip rule of reason (tahun 1911) dan perse illegal (tahun 1899) dalam putusan Mahkamah Agung di AS
9
Sifat Pelanggaran UU ANTI MONOPOLI
Dalam pelanggaran yang ditetapkan pengaturan persaingan memiliki dua sifat yang pasti berkaitan (salah 1 atau ke 2 nya) dalam pengaturan
undang-undang, yaitu larangan yang bersifat :
Per Se Rule/Per Se Illegal (UU No. 5 Tahun 1999)
Bentuk larangan yang diatur secara tegas dan jelas dilarang dilakukan. BAB III tentang Perjanjian yang dilarang
BAB IV mengatur kegiatan yang dilarang (Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 15, Pasal 24, 25, 26 UU No., 5 Tahun 1999
10
Larangan Rule of Reason
• Kegiatan dilarang dengan melihat efek negatif yang telah dilakukan dengan dua ciri
• Ciri I Persyaratan tertentu yang harus dipenuhi sehingga memenuhi unsur dan persaingan usaha tidak sehat dan merugikan
kepentingan umum ( Pasal 4, Pasal 9, Psal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 26 dan Pasal 28 UU No.
5 Tahun 1999)
• Ciri II ”jika norma dalm UU No. 5 Tahun 1999 memuat “kalimat patut diduga atau dianggap” (Pasal 4 ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), Pasal 18 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999)
11
Perjanjian yang dilarang
1. Oligopoli
2. Penetapan harga (price fixing) 3. Pembagian wilayah
4. Pemboikotan 5. Kartel
6. Trust
7. Oligopsoni
8. Integrasi vertikal (vertical integration) 9. Perjanjian tertutup (exclusive dealing) 10. Perjanjian dengan luar negeri
12
Definisi
• Oligopoli
Perjanjian untuk menguasai produksi dan/atau pemasaran barang atau menguasai penggunaan jasa oleh 2 s.d. 3 pelaku atau kelompok usaha tertentu (menguasai >75% pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu)
• Penetapan harga (price fixing)
Perjanjian di antara pelaku usaha yang seharusnya bersaing, tetapi melakukan koordinasi (kolusi) untuk mengatur harga
• Pembagian wilayah
Perjanjian di antara pelaku usaha yang seharusnya bersaing, tetapi justru berbagi wilayah untuk pemasaran masing-masing
13
Definisi
• Pemboikotan
Perjanjian di antara beberapa pelaku usaha untuk :
a) Menghalangi masuknya pelaku usaha baru (entry barrier) b) Membatasi ruang gerak pelaku usaha lain untuk menjual
atau membeli suatu produk
• Kartel
Perjanjian di antara pelaku usaha yang seharusnya bersaing, sehingga terjadi koordinasi (kolusi) untuk mengatur kuota produksi, dan/atau alokasi pasar. Kartel juga bisa dilakukan untuk penetapan harga (menjadi price fixing)
14
Definisi
• Trust
Perjanjian kerja sama di antara pelaku usaha dengan cara menggabungkan diri menjadi perseroan lebih besar, tetapi eksistensi perusahaan masing-masing tetap ada
• Oligopsoni
Perjanjian untuk menguasai penerimaan pasokan barang/jasa dalam suatu pasar oleh 2 s.d. 3 pelaku atau kelompok usaha tertentu
15
Definisi
• Integrasi vertikal (vertical integration)
Perjanjian di antara perusahaan-perusahaan yang berada dalam satu
rangkaian jenjang produksi barang tertentu, namun semuanya berada dalam kontrol satu tangan (satu afiliasi), untuk secara bersama-sama memenangkan persaingan secara tidak sehat
• Perjanjian tertutup (exclusive dealing)
Perjanjian di antara pemasok dan penjual produk untuk memastikan pelaku usaha lainnya tidak diberi akses memperoleh pasokan yang sama atau barang itu tidak dijual ke pihak tertentu
• Perjanjian dengan luar negeri
Semua bentuk perjanjian yang dilarang tidak hanya dilakukan antarsesama pelaku usaha dalam negeri, tetapi juga dengan pelaku usaha dari luar negeri karena dapat mengakibatkan praktek monopoli
16
Kegiatan yang dilarang
1. Monopoli 2. Monopsoni
3. Penguasaan pasar
4. Persekongkolan/konspirasi
17
Kekecualian dari UU No. 5 Tahun 1999
Pasal 50 Pasal 51
18
Alasan Filosofis Dan Sosiologis Dari Pembentukan KPPU
• dalam mengawasi pelaksanaan dari suatu aturan hukum diperlukan suatu lembaga yang mendapat kewenangan dari negara (pemerintah dan rakyat).
• Dengan kewenangan yang diberikan oleh negara, diharapkan lembaga pengawas ini dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik baiknya, serta sedapat mungkin mampu bertindak independen.
• Alasan sosiologis pembentukan KPPU adalah menurunnya citra
pengadilan dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara, serta beban perkara pengadilan yang sudah menumpuk.
• Alasan lain bahwa dunia usaha membutuhkan penyelesaian yang cepat dan proses pemeriksaan yang bersifat rahasia.
• diperlukan lembaga khusus yang beranggotakan orang-orang yang ahli dalam bidang ekonomi dan hukum
19
KPPU
Tugas KPPU
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenangnya 5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap
komisi kebijakan pemerintah
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat.
20
1. Menerima laporan dari masyarakat /pelaku usaha 2. Melakukan penelitian
3. Melakukan penyelidikan
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan 5. Memanggil pelaku usaha
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini
7. Meminta bantuan penyidik
8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan
10.Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian pihak pelaku usaha lain atau masyarakat
11.Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha 12.Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
Wewenang KPPU
21
KPPU
Alat-alat bukti pemeriksaan KPPU berupa:
Keterangan saksi Keterangan ahli
Surat dan atau dokumen
Petunjuk
Keterangan pelaku usaha.
22
Sanksi
UU No. 5 Tahun 1999 mengatur 3 (tiga) jenis sanksi 1. Tindakan administratif (Kewenangan KPPU)
2. Pidana pokok
3. Pidana tambahan
Catt: Yang berwenang dalam memberikan sanksi tindakan administratif hanya lembaga KPPU.
Sementara pidana pokok dan pidana tambahan dijatuhkan oleh lembaga lain, dalam hal ini
peradilan
23
Pidana pokok
Pidana pokok dibagi menjadi Tiga, yaitu :
• Pidana pokok 1:
Denda Rp 25 milyar s.d. Rp 100 milyar atau kurungan pengganti denda selama 6 bulan.
• Pidana pokok 2:
Denda Rp 5 milyar s.d. Rp 25 milyar atau kurungan pengganti denda selama 5 bulan.
• Pidana pokok 3:
Denda Rp 1 milyar s.d. Rp 5 milyar atau kurungan pengganti denda selama 3 bulan.
24
Pidana tambahan
Yang termasuk pidana tambahan, yaitu : 1. Pencabutan izin usaha
2. Larangan menduduki jabatan direksi/komisaris dari 2 tahun s.d.
5 tahun
3. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pihak lain
25
KPPU merupakan suatu organ khusus yang mempunyai tugas ganda
• menciptakan ketertiban dalam persaingan usaha juga berperan untuk menciptakan dan memelihara iklim persaingan usaha yang kondusif.
• Penegakan hukum persaingan usaha dapat saja dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.
• Dalam hal ini, pengadilan merupakan tempat penyelesaian perkara yang resmi dibentuk oleh negara, namun untuk hukum persaingan usaha,
penyelesaian sengketa pada tingkat pertama tidak diselesaikan oleh pengadilan.
• KPPU mempunyai fungsi penegakan hukum khususnya, namun KPPU bukanlah lembaga peradilan khusus persaingan usaha.
• Dengan demikian KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi baik pidana maupun perdata.
• Kedudukan KPPU lebih merupakan lembaga administrative karena
kewenangan yang melekat padanya adalah kewenangan administratif, sehingga sanksi yang dijatuhkan merupakan sanksi administratif.
26
terjadinya pandemi Covid-19
• Terjadi pelaku usaha dari segala ukuran baik besar, menengah, kecil bahkan mikro di hampir semua sektor sangat terpengaruh oleh pandemi global ini.
• Pemerintah bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional turun dari target 5 persen ke angka 2,5 persen atau bahkan kurang dari angka tersebut di tahun 2020.
27
Lanjut...
• wewenang KPPU dalam pelaksanaan memutus kasus persaingan usaha tidak sehat terkait wabah covid-19 ini dapat dilihat pada Pasal 36 UU No. 5 Th. 1999.
• Pasal 36 ayat (1) UU No. 5 Th. 1999 disebutkan salah satu wewenang KPPU adalah menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau