i
ISBN 978 -602-294- 380-8
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BAHASA DAN BUDAYA IV KONTESTASI DAN NEGOSIASI
DALAM HUBUNGAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
Penyunting Ahli
Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S.
Penyunting Pelaksana Drs. I Wayan Teguh, M. Hum.
DENPASAR, 16 - 17 OKTOBER 2019
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2019
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
SAMBUTAN ... iii
DAFTAR ISI ... v
PEMAKALAH UTAMA KONTESTASI ELIT DAN MARGINALISASI PENDUDUK LOKAL DI LOKASI GALIAN C DESA SEBUDI-KARANGASEM I Wayan Tagel Eddy ... 1
PEMAKALAH PENDAMPING TINJAUAN GRAFOLOGI PADA JARAK ANTAR SUKU KATA DALAM PRASASTI BWAHAN A Aditya Iqbal Pratama, I Kadek Agus Juniantara ... 12
PERKEMBANGAN SENI PATUNG GARUDA DI DUSUN PAKUDUI GIANYAR Anak Agung Inten Asmariati ... 18
TOLERANSI BERAGAMA PADA MASA MATARAM KUNA Andry Hikari Damai ... 24
PRAKTIK KUASA OTORITAS MEDIS RUMAH SAKIT JIWA TERHADAP PASIEN PSIKIATRIK DENGAN STIGMA Bambang Dharwiyanto Putro ... 29
POLA ASUH ANAK KELUARGA MUSLIM MELAYU DALAM BALUTAN KEARIFAN LOKAL DI KELURAHAN LOLOAN TIMUR, KABUPATEN JEMBRANA Bambang Dharwiyanto Putro, I Ketut Kaler ... 34
EKSPLIKASI VERBA-VERBA BAHASA JEPANG BERNOSI PERGI I Gede Oeinada ... 40
BURUNG GARUDA DALAM MITOLOGI HINDU I Gusti Ayu Gde Sosiowati ... 47
PENGGUNAAN TEKNIK MENYANYI PADA PELATIHAN BAHASA INGGRISSISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR I Gst Ayu P. Jesika Sita Devi N, Ni Putu Mas Lita, Saraswati, Ni Made Ayu Widiastuti ... 54
POLA ASUH ANAK KELUARGA MUSLIM MELAYU DALAM BALUTAN KEARIFAN LOKAL
DI KELURAHAN LOLOAN TIMUR, KABUPATEN JEMBRANA
Bambang Dharwiyanto Putro1, I Ketut Kaler2 Program Studi Antropologi FIB Unud
[email protected] ABSTRAK
Pola asuh merupakan pemberian dan warisan pertama dan utama dari orang tua terhadap anak-anaknya. Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Pola asuh orang tua merupakan salah satu bentuk didikan dan bimbingan orang tua yang termasuk di dalamnya terdapat sikap dan cara orang tua bagaimana mengajarkan perilaku anaknya dalam proses perkembangan kepribadian anaknya. Kepribadian anak akan terbentuk melalui proses sosialisasi, enkulturasi (pembudayaan), dan internalisasi. Proses-proses tersebut akan membentuk kepribadiannya kelak di masyarakat. Pentingnya pembentukan karakter yang diberikan oleh orang tua yang berbasis pada kearifan lokal dapat menumbuhkembangkan anak menjadi cerdas secara intelektual, spiritual, dan emosional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk pola asuh anak keluarga muslim Melayu dalam pembentukan karakter kepribadian anak dan bagaimana implikasi pola asuh anak keluarga muslim Melayu dalam pembentukan karakter kepribadian anak dalam balutan kearifan lokal kelurahan Loloan Timur. Penelitian mengggunakan metode pendekatan etnografi sebagai salah satu varian pendekatan kualitatif.
Temuan penelitian menunjukkan bentuk pola asuh keluarga muslim Melayu menganut pola asuh demokratis, pola asuh appeasers, pola asuh permisif, dan pola asuh otoriter. Implikasi pola asuh dalam pembentukan karakter anatara lain pengaruh pola pengasuhan terhadap kecerdasan emosional, aspek bidang religiusitas dan keagamaan, aspek bidang kemandirian anak, aspek bidang pendidikan, dan aspek bidang perilaku sosial dan solidaritas sosial anak
Kata kunci: pola asuh, kepribadian anak, kearifan lokal
PENDAHULUAN
Terkait dengan pola asuh, tujuan pengasuhan adalah untuk mendidik anak agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan dapat diterima oleh masyarakat. Baumrind (dalam Casmini, 2007:47) mengemukakan bahwa pada prinsipnya pola asuh merupakan parental control atau pengawasan oleh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh yang diterapkan di setiap keluarga adalah unik dan berbeda dengan pola asuh yang diterapkan di keluarga lain.
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 35 Denpasar, 16 - 17 Oktober 2019
Pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya (Noviatun, 2014:8). Secara teoretis, pola asuh yang dilakukan orang tua memiliki tiga jenis yang terdiri atas pola asuh otoriter, permisif, dan otoritattif.
Ketiga pola asuh ini memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan karakter anak.
Pola asuh orang tua sangat menentukan watak, sikap, dan perilaku (Anisah, 2011:71). Di sinilah pentingnya pendidikan dan pola asuh dalam sebuah keluarga setidaknya dibutuhkan aturan yang sesuai dan benar dalam keluarga untuk dapat dilaksanakan dari penjelasan tersebut terlihat begitu pentingnya penyaluran budaya melalui proses bentuk pola asuh orang tua terhadap anaknya.
Di Kabupaten Jembrana, agama Islam menempati posisi kedua dari segi jumlah penduduk setelah agama Hindu. Masyarakat Hindu sebagai kelompok mayoritas sangat menghargai kelompok minoritas lain seperti Islam. Salah satu wujud toleransi tersebut diantaranya adalah keberadaan perkampungan Islam di Jembrana, yakni salah satunya adalah kampung Loloan Timur, di Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana yang merupakan kampung Islam pertama di Kabupaten Jembrana.
Sehubungan dengan hal tersebut, identitas muslim khususnya di Loloan Timur dapat dilihat dari segi kebudayaan Islam. Dalam hal ini masih dipertahankan nilai-nilai Islam sejak dini dalam proses praktik pola asuh orang tua terhadap anaknya diantaranya dalam bentuk norma-norma, aturan-aturan, tata kelakuan, simbol-simbol agama, serta tradisi/upacara keagamaan yang semuanya termanifestasi dalam karakteristik praktik hubungan sosialnya.
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada deskripsi yang bersifat emik, etik, holistik, dan mendalam (thick description). Menurut Moleong (2014), penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh informan penelitian, seperti perilaku, persepsi, dan motivasi secara holistik. Penelitian dilakukan secara mendalam terkait dengan praktik pola asuh
36 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
orang tua dalam bingkai kearifan local. Penelitian ini dikaji atau dianalisis dari perspektif/pendekatan etnosains.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam kehidupan agama, keluarga muslim Melayu Loloan Timur sangat lekat dengan ajaran agama mereka, yakni Islam. Segala aspek bidang kehidupan mereka bersumber dari ajaran agama yang dianut. Salah satu di antaranya dalam pendidikan keluarga (pendidikan informal) dalam mendidik dan mengasuh anak orang tua perlu memperhatikan perkembangan anak-anaknya sejak dini. Masa kanak-kanak masa yang paling baik untuk memupuk dasar-dasar hidup beragama.
Anak-anak sudah sejak dini dibiasakan ikut serta ke mesjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan ceramah keagamaan. Kegiatan seperti ini berpengaruh besar terhadap kepribadian anak. Terkait dengan hal tersebut, anak- anak di Loloan Timur sudah dibiasakan oleh orang tuanya untuk mengaji sejak usia dini (usia sekitar mulai umur 4--5 tahun), dan itu diteruskan sampai jenjang usia remaja.
Dalam keluarga terjadi proses enkulturasi (pembudayaan) dari orang tua kepada anak tentang pengenalan secara dini untuk mengenal sesama anggota dalam lingkungan yang diikuti tentang pembinaan nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Menurut Daradjat (2010: 90), di antara unsur-unsur penting yang akan menentukan corak kepribadian seseorang di kemudian hari adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama keluarga.
Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral, dan sosial. Bentuk pola asuh keluarga muslim Melayu dapat disebutkan, antara lain seperti berikut.
Pertama, pola asuh demokratis. Orang tua sudah membiasakan anaknya untuk membuka dan menumbuhkan komunikasi yang baik dalam keluarga sehingga anak secara psikologis merasa aman dan nyaman dan merasa dihargai.
Hubungan yang dibangun pun hubungan yang bersifat lekat dan dekat. Anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk tanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya (Yusuf, 2008: 121).
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 37 Denpasar, 16 - 17 Oktober 2019
Kedua, pola asuh appeasers. Orang tua sangat khawatir akan anaknya, takut terjadi hal yang tidak baik pada anaknya. Jelas terlihat bagaimana bentuk ketakutan orang tua yang sebenarnya belum tentu terjadi sehingga membuat orang tua selalu berprasangka buruk pada anaknya. Jika hal demikian terus dikembangkan, anak akan merasa tertekan secara psikologis dan bagi orang tua juga akan membawa pengaruh yang tidak baik karena akan terus menaruh rasa curiga kepada anak secara terus menerus.
Ketiga, pola asuh permisif. Cenderung memberikan kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja yang tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak.
Anak diberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Pola asuh permisif atau pemanja biasanya orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar. Artinya, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa melakukan pengawasan yang cukup. Mereka cenderung tidak menegur atau meperingatkan anak dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun, orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Pola asuh permisif mempunyai ciri dominasi terhadap anak, sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, tidak ada bimbingan, kontrol, dan pengarahan dari orang tua.
Anak-anak yang dimanja akan tumbuh menjadi generasi yang kurang percaya diri, cengeng, dan tidak survive dalam menghadapi masalah. Selain itu, juga lambat untuk dewasa, mudah dibujuk, serta ditipu dan kurang dapat menghargai orang lain, dan kurang memiliki kepedulian sosial.
Keempat, pola asuh otoriter. Cenderung memaksa, memerintah, menghukum apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini akan memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Pola asuh otoriter akan meghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menantang, suka melanggar norma, berkepribaian lemah, cemas dan menarik diri.
Pola asuh otoriter bersifat sebaliknya, yaitu cenderung menetapkan standard yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, tidak akan diajak bicara. Pola asuh otoriter mempunyai
38 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
ciri, di antaranya kekuasaan orang tua dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi, kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua tidak segan-segan menghukum anak jika tidak patuh, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Pola asuh otoriter cenderung membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan, dan kelakatan emosi antara orang tua dan anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang memisahkan si ―otoriter‖
(orang tua) dengan ―si patuh‖ (anak).
Implikasi pola asuh keluarga muslim Melayu dalam pembentukan karakter kepribadian anak dalam balutan kearifan lokal dapat disebutkan, antara lain pengaruh pola pengasuhan terhadap kecerdasan emosional, aspek bidang religiusitas dan keagamaan, aspek bidang kemandirian anak, aspek bidang pendidikan, dan aspek bidang perilaku sosial dan solidaritas sosial anak.
SIMPULAN
Gambaran pola asuh keluarga muslim Melayu terjadi proses enkulturasi (pembudayaan) dari orang tua kepada anak tentang pengenalan secara dini, untuk mengenal sesama anggota dalam lingkungan yang diikuti tentang pembinaan nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Nilai- nilai yang dimaksud nilai-nilai agama, moral, dan sosial secara Islami. Suasana demokratis terbentuk dalam hubungan orang tua dan anak, yaitu dimana orang tua menjadi contoh dan teladan anak. Sementara yang lainnya lebih mengarah ke pola asuh yang permisif, yaitu dimana orang tua mendiamkan tindakan anak serta tidak memberikan contoh kepada anak-anaknya sehingga secara otomatis peluang untuk menjadi teladan bagi anak akan berkurang. Bentuk pola asuh keluarga muslim Melayu dapat disebutkan, antara lain (1) pola asuh demokratis, (2) pola asuh appeasers, (3) pola asuh permisif, dan (4) pola asuh otoriter.
Implikasi pola asuh dalam pembentukan karakter, antara lain pengaruh pola pengasuhan terhadap kecerdasan emosional, aspek bidang religiusitas dan keagamaan, aspek bidang kemandirian anak, aspek bidang pendidikan, dan aspek bidang perilaku sosial dan solidaritas sosial anak.
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 39 Denpasar, 16 - 17 Oktober 2019
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan SIMPULAN, peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1. Hendaknya orang tua menghindari penerapan pola asuh otoriter dan pola asuh permisif. Penerapan kedua pola pengasuhan tersebut akan menghambat terbentuknya kemandirian belajar yang ada di dalam diri anak.
2. Diharapkan setiap orang tua dalam keluarga muslim Melayu dapat menerapkan pola asuh yang baik kepada anak-anaknya, yaitu khususnya pada pola asuh demokratis.
3. Anak-anak dalam keluarga muslim Melayu diharapkan dapat lebih mengerti, memahami, dan dapat melihat keadaan kedua orang tuanya karena menjadi orang tua tidak mudah.
4. Diharapkan hal ini dapat diteliti lebih dalam lagi oleh peneliti yang lain berkaitan dengan pola asuh dalam rangka memperoleh data dalam aspek sosial budaya, khususnya dalam pembentukan karakter anak.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, Kurniati. 2016. ―Kontribusi Pola Asuh Orang Tua (Studi Kasus di Dusun Tempurau, Desa Batu, Buil Kecamatan Belimbing)‖. Kalimantan Barat.
Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa. Volume 02.
Anisah, Siti. 2011. ―Pola Asuh Orang Tua dan Implikasi terhadap Pendidikan Karakter Anak‖. Garut. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Volume. 05, No. 01.
Casmini. 2007. Emotional Parenting: Dasar-Dasar Pengasuhan Kecerdasan Emosi Anak. Yogyakarta: Pilar Media.
Daradjat, Z. 2010. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Monografi Kelurahan Loloan Timur, 2016
Noviatun, Choeriyah. 2014. ―Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Menanamkan Kemandirian Belajar Anak. Skripsi Progam Sarjana (S1)‖. Progam Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto.
Perda 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Jembrana 2012-2032 dan Buku Putih Sanitasi (BPS) Jembrana Profil Pemerintah Kelurahan Loloan Timur Tahun 2017
Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung:
Remaja Rosdakarya.
412 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019