• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU MENGAJAR GURU DI SMA NEGERI KOTA KOTAMOBAGU. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU MENGAJAR GURU DI SMA NEGERI KOTA KOTAMOBAGU. Oleh :"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU MENGAJAR GURU DI SMA NEGERI KOTA KOTAMOBAGU

Oleh :

Indah Sri Wahyuni Ridjal, Arwildayanto*, Besse Marhawati**

Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Indah Sri Wahyuni Ridjal, 2013. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Mengajar Guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu. Skripsi, Strata I. Jurusan Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo.

Pembimbing I, Dr. Arwidayanto, M.Pd, Pembimbing II, Besse Marhawati, S.Pd, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku mengajar guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu. Penelitian ini dirancang sebagai jenis penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu : angket. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Kecerdasan emosional guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu sangat berpengaruh terhadap perilaku mengajar. 2) Perilaku mengajar guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu telah dipengaruh oleh kecerdasan emosional akan tetapi terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku mengajar dan tidak terdesain dalam penelitian ini . 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku mengajar guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu. Untuk itu disarankan kepada : 1) Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada guru sehingga meningkatkan perilaku mengajar. 2) Guru mampu meningkatkan perilaku mengajar yang professional serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswa. 3) Pemerintah yang terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional agar lebih memperhatikan kinerja guru serta melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan perilaku mengajar guru.

Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Perilaku Mengajar Guru.

(2)

2 PENDAHULUAN

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia senantiasa dikembangkan dan diarahkan agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Berbicara mengenai sumber daya manusia sebenarnya dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Aspek kuantitas mencakup jumlah sumber daya manusia yang tersedia, sedangkan aspek kualitas mencakup kemampuan sumber daya manusia baik secara fisik maupun non fisik, mental, dan kecerdasan dalam melaksanakan pembangunan.

Perwujudan visi dan misi organisasi, dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki secara optimal, agar dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi tersebut. Untuk mewujudkannya diperlukan sumber daya manusia yang terampil di bidangnya, berdedikasi tinggi, dan professional sehingga mampu memberikan manfaat yang berarti bagi organisasi.

Salah satunya adalah perilaku mengajar guru. Setiap guru memiliki kelebihan dan kelemahan serta kebutuhan yang berbeda, sehingga memerlukan teknik atau pendekatan yang berbeda-beda pula.

Menurut Goleman (2002 : 513), khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan emosionalnya dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-

(3)

3

orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun teraf kecerasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

KAJIAN TEORETIS

Menurut Gibson (1996 : 125) perilaku adalah semua yang dilakukan manusia.

Berbicara, mendengarkan, dan observasi pergerakan adalh perilaku. Perilaku yang ditunjukkan dalam kerja adalah unik bagi setiap individu, tetapi ini adalah proses dasar bagi semua orang. Sedangkan Indrawijaya (2002 : 42) menyimpulkan bahwa perilaku berkaitan dengan interaksi seseorang dengan orang lain.

Menurut Indarawijaya (2002 : 43), perilaku berkaitan dengan pola tingkah laku dalam cara yang kompleks. Mereka teratur, dan mereka menyediakan dasar- dasar emosional untuk kebanyakan hubungan antar pribadi. Perubahan tingkah laku sangatlah sulit dan pada akhirnya membutuhkan kepercayaan dalam diri komunikator dan kekuatan dari pesan.

Perilaku mengajar guru merupakan tindakan nyata yang dilakukan guru pada saat melakukan proses pembelajaran.

(4)

4

Kecerdasan emosional guru diartikan sebagai kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber informasi sangat penting untuk memahami diri sendiri dan siswanya demi mencapai tujuan, Agustian (dalam Masaong. 2012 : 207).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kota Kotamobagu. Adapun waktu penelitian direncanakan berlangsung selama 3 (tiga) bulan sejak dilaksanakan seminar proposal penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi, yakni metode yang menggambarkan lebih spesifik dan jelas mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku mengajar guru. Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi definsi operasional dalam penelitian ini adalah :

Perilaku mengajar guru dapat diartikan sebagai tindakan nyata yang dilakukan guru pada saat melakukan pembelajaran. Sedangkan Cooper & Sawaf (dalam Masaong, 2011 : 255), kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, dan pengaruh manusiawi. Dalam penulisan skripsi ini ada 2 variabel yaitu : Perilaku Mengajar Guru dan Kecerdasan Emosional. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, maka perlu ditetapkan terlebih dahulu

X Y

(5)

5

definisi operasional dari masing-masing variabel yang diteliti. a) Perilaku Mengajar Guru merupakan tindakan nyata yang dilakukan guru pada saat proses pembelajaran dengan indikator : 1) membuka pelajaran, 2) melaksanakan kegiatan ini pembelajaran, dan 3) melaksanakan evaluasi pembelajaran. b) Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, dan pengaruh manusiawi dengan indikator : 1) kesadaran diri, 2) pengelolaan diri, 3) kesadaran sosial, dan 4) pengelolaan social, Cooper & Sawaf (dalam Masaong, 2011 : 255).

Populasi dalam penelitian ini 206. Penentuan sampel dapat di klasifikasikan populasi menurut kategori : 1) Jenis Kelamin, 2) Umur, dan 3) Masa Kerja. Berdasarkan jenis kelamin dapat di bedakan laki-laki 89 orang dan perempuan = 117. Klasifikasi umur dapat diperoleh guru yang berumur> 30 tahun = 124 orang dan guru yang berumur <

30 tahun = 82 orang. Pegklasifikasian berdasarkan masa kerja diperoleh guru > 10 tahun = 122 orang dan < 10 tahun = 84 orang. Dalam menentukan ukuran sampel digunakan rumus Cohran (1977). Proporsi masing-masing karakteristik populasi, sebagai berikut : proporsi karakteristik dari jenis kelamin adalah p1 = 89 orang = 0,43 dan q1 = 117 orang = 0,57 ; karakteristik umur p2 = 124 orang = 0,60 dan q2 = 82 orang = 0,40 ; sedangkan karakteristik masa kerja p3 = 122 orang = 0,59 dan q3 = 84 orang = 0,41. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa sampel yang besar adalah pada karakteristik jenis kelamin yakni : 64 orang. Dengan demikian untuk menentukan sampel pada masing-masing kelompok (kluster), diperlukan angka perbandingan antara jumlah sampel dengan jumlah populasi (n/N x 100%), yaitu

(6)

6

64/206 x 100%. Angka ini merupakan dasar penentuan sampel secara proporsional.

Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan karekteristik diatas maka ditentukan jumlah sampel adalah 60. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, skala pengukuran menggunakan skala Likert. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni : a) analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2012 : 207) Analisis Deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada analisis deskriptif dilakukan perhitungan nilai rata-rata atau Mean (M), Median (Me), Modus (Mo), Standar Deviasi (St. Dev) dan Varians (S2) serta penyajiannya melalui tabel dan grafik. b) Pengujian Normalitas Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal. Pada penelitian ini, pengujian normalitas data dilakukan untuk data variabel X dan variabel Y. dengan menggunakan ujia Liliefors pada tarar nyata α = 0,05. Pengujian normalitas data untuk variabel X dan variabel Y yang digunakan teknik uji non parametik (Sudjana 2002 : 466). Untuk menentukan persamaan regresi digunakan persamaan = a + bx, dimana a adalah konstanta dan koefisien regresi. Nilai a dan b dihitung dengan menggunakan rumus :

a =

(Sugiyono, 2012 :266 )

(7)

7

2 2 ( X) X

n

Y) ( X) ( XY n b

(Sugiyono, 2012 :267)

Sebelum pengambilan beberapa kesimpulan, persamaan regresi masih diuji kelinearan. Peninjauannya ini untuk meninjau linear tidaknya regresi yang diperoleh.

Berarti tidaknya persamaan regresi akan digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai pertautan antara kedua variabel yang dipelajari. Uji kelinearan dan keberartian regresi ini dilakukan dengan bantuan analisis varians (ANAVA) yang untuk mengisi sel-selnya terlebih dahulu dihitung jumlah kuadrat-kuadrat dari berbagai sumber variansnya.

a) Kelinearan regresi Y atas X dilakukan dengan uji tuna cocok regresi dengan rumus :

Fhitung =

Kriteria : terima hipotesis persamaan regresi linear, jika Fhitung ≤ F(1-α) (k-2, n-k)

denngan taraf nyata α = 0,05.

b) Keberatian regresi Y atas X dilakukan dengan uji idenpendent dengan rumus : Fhitung =

Kriteria : terima hipotesis persamaan regresi linear signifikan, jika Fhitung ≤ F(1-α)

(1, n-2) pada taraf nyata α = 0,05.

(8)

8

Menghitung koefisien korelasi atau besarnya distribusi variabel X dengan variabel Y yang ditafsir melalui koefisien (r). Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus :

} ) Y ( Y n }{

) X ( X n {

Y X XY

( r n

2 2

2 2

hitum g 2

r 1

2 r n t

(Sugiyono, 2012 : 257)

Dimana : t = nilai hitung statistik r = koefisiens korelasi Dengan kriteria :

Tolak Ho jika thitung ttabel dan pada keadaan lain Ho diterima, pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Dengan Hipotesis Statistik Ho : = 0 (berarti ada buhungan), Ha : 0 (berarti tidak ada hubungan).

Keterangan : Hipotesi Nol :Terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y, Hipotesis alternative : Tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil penelitian statistik deskriptif untuk variabel X yakni kecerdasan emosional diperoleh skor maximum 92 dan skor minimum 51, sedangkan skor rata- rata 80,3, Modus 80,5, Median 81,132, Standar Deviasi 7,77 dan Varians 60, 366.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(9)

9

Tabel 1.1 Daftar Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional Guru

No. Kelas Interval fi fkum frelatif xi fi.xi xi2

fi.xi2 (%)

1. 51-56 1 1 1,666667 53,5 53,5 2862,25 2862,25

2. 57-62 1 2 1,666667 59,5 59,5 3540,25 3540,25

3. 63-68 3 5 5 65,5 196,5 4290,25 12870,75

4. 69-74 4 9 6,666667 71,5 286 5112,25 20449

5. 75-80 19 28 31,66667 77,5 1472,5 6006,25 114118,8 6. 81-86 19 47 31,66667 83,5 1586,5 6972,25 132472,8 7. 87-92 13 60 21,66667 89,5 1163,5 8010,25 104133,3

Jumlah 60 4818 390447

Untuk variabel Y yakni perilaku mengajar guru di peroleh skor maximum 100 dan skor minimum 69, sedangkan skor rata-rata 89,67, Median 89,3, Modus 93,5, Standar Deviasi 7,858, dan Varians 61,751. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2. Daftar Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa

No. Kelas Interval fi fkum frelatif (%) xi fi.xi xi2

fi.xi2

1. 69-73 3 3 5 71 213 5041 15123

2. 74-78 1 4 1,666667 76 76 5776 5776

3. 79-83 8 12 13,33333 81 648 6561 52488

4. 84-88 14 26 23,33333 86 1204 7396 103544

5. 89-93 14 40 23,33333 91 1274 8281 115934

6 94-98 11 51 18,33333 96 1056 9216 101376

99-103 9 60 15 101 909 10201 91809

Jumlah 60 5380 486050

(10)

10

Untuk pengujian normalitas data digunakan uji Liliefors pada taraf nyata α = 0,05 dengan hipotesis bahwa skala Kecerdasan Emosional sebagai variabel bebas dan Perilaku Mengajar Guru sebagai variabel terikat. Berdasarkan data hasil skala Kecerdasan Emosional (Variabel X) pada lampiran 4 diperoleh nilai rata-rata (X ) = 80, 3833 dan simpangan baku (S) = 4,5733 (lampiran 5). Dan berdasarkan perhitungan diperoleh harga Lhitung = 0,0523 untuk n = 60 dan tarif nyata sebesar α = 0,05 di peroleh Ldaftar sebesar 0,114382. Dari data hasil skala Kecerdasan Emosional (Variabel X) diperoleh nilai rata-rata (Y) = 89,45 dan simpangan baku (S) = 4,5733.

Kemudian untuk pengujian normalitas data untuk variabel Y memberikan Lhitung = 0,0523.

Ltabel =L(0,05;60)= 60 886 ,

0 = 0,114382

Karena L0 = 0,0523 < Ltabel = 0,114382 maka H0 diterima yang menyatakan populasi galat taksiran berdistribusi normal.

Untuk menghitung pengujian hipotesis terlebih dahulu mencari persamaan bX

a Y

= Jadi Model regresi Y atas X adalah Y

= 26,5072+0,78303x. Untuk

mengetahui kesimpulan mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku mengajar guru terlebih dahulu dihitung uji signifikasi. Hipotesis statistik yanga diuji:

(11)

11 H0 : model regresi signifikan H1 : Model regresi tidak signifikan

Kriteria pengujian :

Tolak H0 jika F0 = Fhitung ≥ Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05 yang dipilih dengan derajat bebas (db) pembilang = 1 dan db penyebut n = 1, pada keadaan lain terima H0.

Jumlah Kuadrat yg diperlukan dalam menghitung nilai F0

Dari perhitungan di atas diperoleh

X=4823; Y=5367; X2 =391337; Y2 = 483549; XY=434274 a. Total: JK(T) = Y2 = 483549

b. Regresi a: JK(a) = ( Y)2/n =(5367)2/60 = 480078,2

c. Total direduksi: JK(R) = JK(T) – JK(a) =483549-480078,2 = 3470,85

d. Regresi b: JK(b) = JK(reg) =

n

) Y ( ) x (

b XY

60

) 5367 )(

4823 ( 434274 78303

, 0

843 , 2236

e. Sisa: JK(S) = JK(R) - JK(reg) = 3470,85-2236,843 = 1234,007

Ftabel = F (0,05;1/26) = 4,00. Karena nilai Fhitung =105,135 > Ftabel = 4,00 maka H0 diterima yang menyatakan model regresi signifikan. Kemudian untuk mengetahui adanya

(12)

12

hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku mengajar guru, akan diuji linearitas regresi.

Tabel 1.3 Daftar Hasil Analisa Varians

Sumber Varians Dk JK RJK F

Total 60 483549 483549 -

Regresi (a) Regresi (b/)

Residu

1 1 58

480078,2 2236,84 1234,007

480078,2 2236,84

21,28

105,15

Tuna Cocok Varians Galat

21 37

496,107 737,9

23,63 19,9432

1,18457

Dari tabel ANAVA diperoleh Fhitung 1,1846 Ftabel 1,87 maka H0diterima yang menyatakan model regresi berbentuk linear. Setelah data hasil penelitian berdistribusi normal dan telah memperoleh persamaan regresi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku mengajar guru, maka dapat ditentukan sejauh mana derajat keterhubungan antara kecerdasan emosional (Variabel X) dengan perilaku mengajar guru (Variabel Y) melalui koefisien korelasi (r).

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh:

X=4823; Y=5367; X2 =391337; Y2 = 483549; XY=434274

(13)

13 maka:

} ) Y ( Y n }{

) X ( X n {

Y X XY

( r n

2 2

2 2

8027878 ,

0

)}

) 5367 ( ) 483549 (

60 ))(

) 4823 ( 391337 (

60 {(

)) 5367 )(

4823 ( 434274 (

60

2 2

Menghitung koefisien determinasi (r2atau R2) dimaksudkan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara variabel kecerdasan emosional (X) dengan perilaku mengajar guru (Y). Rumus yang digunakan adalah.

Koefisien Determinasi = r2 100% = (0,8027878)2 x 100% = 64,4468%

Kemudian dilakukan uji signifikan koefisien korelasi Y atas X.

Rumus: hitum g 2 r 1

2 r n t

Hipotesis statistik yanga diuji:

H0 : koefisien korelasi tidak signifikan H1 : koefisien korelasi signifikan Kriteria pengujian:

Tolak Ho jika thitung ttabel dan pada keadaan lain Ho diterima, pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2

25358 , 0,8027878) 10 (

1

2 0,8027878 60

r 1

2 r n

thitumg 2 2

(14)

14

Karena thitung 10,25358 ttabel 1,67maka tolak H1, dan H0 diterima. Artinya koefisien korelasi signifikan, sehingga terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku guru.

Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis, yang dihubungkan dengan criteria pengujian statistik t bahwa thitung lebih besar dari ttabel atau harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan H1, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Oleh karena itu, hipotesis penelitian yakni : “Ada hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku mengajar guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu”, dinyatakan diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, makan dapat ditarik beberapa simpulan, sebagai berikut :

1) Kecerdasan emosional guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu sangat berpengaruh terhadap perilaku mengajar.

2) Perilaku mengajar guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu telah dipengaruh oleh kecerdasan emosional akan tetapi terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku mengajar dan tidak terdesain dalam penelitian ini .

3) Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku mengajar guru di SMA Negeri Kota Kotamobagu.

Dari hasil penelitian dan simpulan tersebut, maka penulis mengemukakan beberapa saran, sebagai berikut :

(15)

15

1) Bagi kepala sekolah diharapkan mampu memberikan motivasi kepada guru sehingga meningkatkan perilaku mengajar.

2) Kepada guru diharapkan mampu meningkatkan perilaku mengajar yang professional serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswa.

3) Bagi pemerintah yang terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional agar lebih memperhatikan kinerja para guru dan melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan perilaku mengajar guru.

4) Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai referensi untuk menambah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L. Dkk. 1998. Organisasi; Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta : Binarupa Aksara

Masaong, Abdul Kadim. 2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung : Alfabeta

Masaong & Tilomi. 2011. Kepemimpinan Berbasis Inteligensi. Bandung : Alfabeta Thoha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, 2009. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional Guru
Tabel 1.3 Daftar Hasil Analisa Varians

Referensi

Dokumen terkait

Pengelola program Surabaya Heritage Track juga memastikan informasi- informasi yang diberikan terkait masing- masing objek adalah benar dan telah dikonfirmasikan

Untuk mengimbangi hal-hal tersebut di atas maka dalam pengajaran matematika, diusahakan mencari metode yang sesuai dengan kondisi yang diperlukan yaitu metode pengajaran yang

Kesimpulan utama yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa pencampuran metanol ke dalam bahan bakar bensin, pada mesin dengan sistem injeksi bahan bakar, tidak menurunkan

Fungsi LP2M STKIP PGRI Bangkalan dalam eksistensi tridarma perguruan tinggi. Pada kegiatan LP2M STKIP PGRI Bangkalan belum sepenuhnya

- Pasar uang diwakili oleh pasar valuta asing, sampel valuta asing diambil dari mata uang asing utama ( major currency ) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan

The combination of the three skills is well known as Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). By implementing TPACK in classroom lecturers are expected

[r]

g. Perkembangan diri yaitu: keterlibatan dalam aktivitas untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman seseorang sebagai keuntungan bagi organisasi. Altruism, yaitu: membantu