SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SDN Sindangkarya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh:
Euis Karwati 1308113 Kerjasama P2TK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV”, ini beserta seluruh isinya adalahg benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
EUIS KARWATI
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SDN Sindangkarya Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur)
Oleh
Euis Karwati 1308113 Kerjasama P2TK
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Dosen Pembimbing Tesis
Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, MA., M.Pd. NIP. 19620702 198601 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Dasar
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
SIKAP ECOLITERACY SISWA KELAS IV (Penelitian tindakan kelas pada siswa SDN Sindangkarya
Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur)
Euis Karwati 1308113 Dosen pembimbing
Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, MA., M.Pd.
Abstrak
Terjadi kecenderungan kurangnya kesadaran generasi muda terhadap kelestarian lingkungan baik dari segi kebiasaan, gaya hidup maupun pengambilan keputusan. Untuk itu sangat penting membekali generasi muda khususnya siswa sekolah dasar dengan pemahaman dan kesadaran serta tanggung jawab terhadap kelestarian daan kelangsungan alam. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain model dari Elliott. Penelitian dilaksanakan di SDN Sindangkarya kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak tiga puluh orang. Pengumpulan data dengan menggunakan sekala sikap dari Goleman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy tiap siklusnya mengalami peningkatan. Rata-rata kelas yang diperoleh untuk pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa berada pada kategori “baik”. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa kelas IV di SDN Sindangkarya. Penelitian ini merekomendasikan agar para guru menggunakan model pembelajaran problem based learning agar menumbuhkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa khususnya dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.
IMPLEMENTING PROBLEM BASED LEARNING IN IMPROVING
FOURTH GRADE STUDENTS’ CONCEPT UNDERSTANDING AND
ECOLITERACY ATTITUDE
(Classroom Action Research toward the Fourth Grade Students of SDN1 SindangkaryaBojongpicung District, Cianjur Regency)
Euis Karwati 1308113 Supervised by
Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.A.,M.Pd.
Abstract
There has been a lack of awareness of environmental sustainability among the younger generations as observed both from their lifestyle and decision making. Therefore, it is very important to equip the younger generations, particularly primary school students, with understanding and awareness of as well as responsibility for environmental preservation and sustainability. The problem under research is whether problem based learning (PBL) model can improve
students’ concept understanding and ecoliteracy attitude. The research was classroom action research drawn upon Elliott’s design and model. It was
conducted in the fourth-grade class of SDN (State Primary School) of Sindangkarya, consisting of thirty students. Data were collected using Goleman’s attitude scale. Research results show that in each of the research cycles, concept understanding and ecoliteracy attitude underwent improvement. The mean gained
for the class’ concept understanding and ecoliteracy attitude was in the “good”
category. Hence, it can be concluded that the teaching and learning of social
studies using problem based learning could improve the fourth grade students’
concept understanding and ecoliteracy attitude in SDN Sindangkarya. Finally, the research recommends that teachers adopt problem based learning models in order
to cultivate students’ concept understanding and ecoliteracy attitude in social
studies teaching and learning in primary schools.
Keywords: Social studies teaching and learning, problem based learning model, and ecoliteracy
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Tesis ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A.Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 10
B.Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 11
1. Pengertian Model Problem Based Learning ... 12
2. Ciri-ciri Model Problem Based Learning ... 12
3. Tujuan Model Problem Based Learning ... 12
4. Tahapan Model Problem Based Learning ... 13
5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning ... 14
C.Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 15
1. Pemakhaman Konsep ... 15
2. Ecoliteracy ... 18
D.Sikap Ecoliteracy ... 20
E. Penelitian Terdahuluan yang Relevan ... 24
F. Hipotesis Tindakan ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 25
1. Lokasi Penelitian ... 25
2. Subjek Penelitian ... 25
B.Model dan Desain Penelitian ... 26
2. Desain Penelitian ... 26
C.Penjelasan Istilah ... 31
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 31
2. Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 32
3. Sikap Ecoliteracy ... 32
D.Instrumen Penelitian ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A.Temuan Penelitian ... 42
1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
a. Deskripsi Hasil Siklus 1 ... 43
b. Deskripsi Hasil Siklus 2 ... 63
c. Deskripsi Hasil Siklus 3 ... 80
2. Analisis Hasil Keseluruhan Siklus ... 98
a. Analisis Hasil Perencanaan Model PBL untuk Meningkatkan Ecoliteracy ... 99
b. Analisis Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 102
c. Analis Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 103
d. Analis Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy ... 104
B.Pembahasan Penelitian ... 106
1. Perencanaan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk pengembangan Ecoliteracy ... 107
2. Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Pengembangan Ecoliteracy ... 108
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siswa ... 110
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Sikap Ecoliteracy Siswa ... 111
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 115
A.Simpulan ... 115
B.Rekomendasi ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1. Tahapan Pembelajaran Model Problem Based Learning ... 13
3.1. Pedoman Observasi Kegiatan Guru ... 33
3.2. Pedoman Observasi Kegiatan Siswa ... 35
3.3. Lembar Wawancara Siswa ... 35
3.4. Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 1 ... 38
3.5. Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 2 ... 39
3.6. Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 3 ... 40
4.1. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 1 Siklus 1 ... 47
4.2. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 1 Siklus 1 ... 50
4.3. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 2 Siklus 1 ... 54
4.4. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 2 Siklus 1 ... 58
4.5. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 1 ... 59
4.6. Rekapitulasi Nilai Sikap Ecoliteracy Siklus 1 ... 60
4.7. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 1 Siklus 2 ... 66
4.8. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 1 Siklus 2 ... 69
4.9. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 2 Siklus 2 ... 73
4.10. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 2 Siklus 2 ... 76
4.11. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 2 ... 77
4.12. Rekapitulasi Nilai Sikap Ecoliteracy Siklus 2 ... 78
4.13. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 1 Siklus 3 ... 84
4.14. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 1 Siklus 3 ... 87
4.15. Pedoman Observasi Kegiatan Guru Tindakan 2 Siklus 3 ... 91
4.16. Pedoman Observasi Kegitan siswa Tindakan 2 Siklus 3 ... 93
4.17. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 3 ... 94
4.18. Rekapitlasi Nilai pengamatan sikap Ecoliteracy siklus 3 ... 96
4.19. Hasil Perencanaan Pembelajaran ... 99
4.20. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Guru ... 100
4.21. Hasil pelaksanaan Kegiatan Siswa ... 102
4.22. Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 103
DAFTAR GRAFIK
4.1. Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 1 ... 60
4.2. Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 1 ... 62
4.3. Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 2 ... 78
4.4. Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 2 ... 79
4.5. Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy Siklus 3 ... 95
4.6. Hasil Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 3 ... 97
4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Pemahaman Konsep Ecoliteracy ... 104
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia selain sebagai makhluk yang harus mengenal
dirinya, juga sebagai makhluk sosial, yang harus mampu hidup berinteraksi
dengan lingkungan tempat mereka tinggal yakni dalam kehidupan masyarakat.
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Kita
semua hidup dalam sebuah lingkungan, termasuk segala permasalahan yang ada di
dalamnya. Akhadi (2009, hlm. 59) menyebutkan bahwa “lingkungan tempat hidup
manusia sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Komponen lingkungan
yang sangat erat dengan kehidupan adalah udara yang dihirup melalui pernapasan
setiap detik, air yang diminum setiap hari, serta tanah yang menyediakan berbagai
kebutuhan bahan makanan setiap saat.” Segala kebutuhan makhluk hidup disediakan oleh alam. Mengingat vitalnya peran dan pengaruh lingkungan
terhadap keberadaan dan keberlangsungan mahluk hidup maka masyarakat
berkewajiban menjaga kelestrarian lingkungan, karena lingkungan merupakan
warisan yang akan dan harus dapat dinikmati bukan hanya oleh kita namun juga
oleh generasi-generasi mendatang. Apabila lingkungan kita tidak terjaga, terjadi
kerusakan maka dampaknya selain akan dirasakan oleh kita juga diwariskan
kepada mereka.
Realita di lapangan menunjukan semakin rendahnya kesadaran masyarakat
terhadap kelestarian lingkungan, sehingga tidak sedikit akhirnya dampak dari
ketidakpedulian itu berbuah musibah dan bencana. Kerusakan lingkungan yang
terjadi sekarang ini yang sering kita lihat melalui berita, baik di televisi, radio,
koran, sosial media dan lain sebagainya banyak diakibatkan oleh kegiatan
manusia sendiri sebagai pengguna lingkungan. Pembakaran hutan yang sekarang
terjadi di pulau Sumatera dan Kalimantan sangat menganggu kehidupan, baik bagi
penduduk sekitar maupun untuk penduduk di negara tetangga yang berbatasan.
Polusi udara yang disebabkan oleh asap pembakaran hutan tersebut sangat
menganggu pernafasan karena udaranya sudah tidak layak untuk dihirup, sehingga
Pengelolaan lingkungan yang baik sangat dibutuhkan agar kelangsungan hidup
seluruh makhluk hidup dapat terjaga. Menurut Soemarwoto pengelolaan
lingkungan dapat kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau
dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi
dengan sebaik-baiknya (1988, hlm. 73).
Siswa di sekolah sebagai generasi penerus harus memiliki tanggung jawab
terhadap lingkungan. Kenyataannya masih banyak siswa yang masih belum
memiliki kesadaran dan pengetahuan apalagi keterampilan dalam berinteraksi
dengan lingkungan sebagai tempat atau ruang berlangsungnya kehidupan. Siswa
masih perlu dipupuk dalam membangun kesadaran akan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan, dalam hal ini lingkungan sekolah dan lingkungan rumah
sebagai tempat terdekat mereka berinteraksi dengan sesamanya. Misalnya
membiasakan diri untuk berdisiplin membuang sampah pada tempat sampah,
menyayangi dan merawat tumbuhan dengan memandang bahwa tumbuhan
merupakan bagian dari makhluk hidup yang perlu dirawat dan di sayangi karena
kita sebagai makhluk hidup saling memiliki ketergantungan satu sama lain di
dalam kehidupan.
Semua masalah diatas perlu ditanamkan melalui pendidikan lingkungan
yang berkelanjutan (sustainable environment) dengan tujuan agar mempunyai
pemahaman dan sikap untuk menjaga, mencintai dan melestarikan lingkungan.
Memperkenalkan, mengajarkan dan menanamkan pemahaman dan sikap
berkelanjutan kepada siswa dalam menjaga lingkungan sekitar di bumi ini bisa di
mulai di sekolah dan menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga dunia.
Dengan ditanamkan pendidikan lingkungan, siswa diharapkan mempunyai
pemahaman tentang melek ekologi atau ecoliteracy.
Ecoliteracy, sebuah paradigma baru yang dipopulerkan oleh Fritjof Capra,
bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat. Ecoliteracy berupaya
memperkenalkan dan memperbaharui pemahaman masyarakat akan pentingnya
kesadaran ekologis global, guna menciptakan keseimbangan antara kebutuhan
masyarakat dan kesanggupan bumi untuk menopangnya. Pada awalnya
Dengan penggunaan kata ecoliteracy, berarti kita bukan sekedar
membangkitkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan, tapi juga memahami
bekerjanya prinsip-psinsip ekologi dalam kehidupan bersama yang berkelanjutan
di planet bumi ini. Kita memercayai bahwa prinsip-prinsip ekologi sejatinya
menjadi penunjuk arah bagi penciptaan komunitas belajar berbasis pembangunan
berkelanjutan. Dengan demikian, “melek ekologi” merupakan tahap pertama dari
pembangunan komunitas-komunitas yang berkelanjutan. Tahap kedua adalah apa
yang disebut dengan ecodesign, atau rancangan bercorak ekologi. Ecodesign dapat
diterapkan di hampir segala bidang. Tahap ketiga dari proses ini adalah
terbentuknya komunitas-komunitas berkelanjutan yang menyadarkan dirinya pada
prinsip ekologi.
Untuk menumbuhkan ecoliteracy siswa maka perlu ada penelitian yang
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan ecoliteracy siswa sekolah dasar
agar bisa berkembang menjadi sebuah kesadaran sehingga membentuk
individu-individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungannya. Guru dapat
membimbing dan mengajarkan serta menumbuhkan pemahaman akan lingkungan
melalui pembelajaran. Fritjof Capra sebagai pengagas ecoliteracy juga
mengungkapkan pentingnya integrasi paradigma ecoliteracy dalam kurikulum di
sekolah. Pendidikan perlu memastikan pemahaman peserta didik yang lebih baik
akan sistem kehidupan, siklus dan jaring kehidupan, ataupun daya dukung bumi di
masa depan.
Pemahaman dan sikap melek ekologi atau bersikap ecoliteracy perlu
diperkenalkan dan ditanamkan sejak usia dini mulai dari bangku sekolah dasar.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bisa berperan untuk mendidik dan
memberikan pemahaman tentang pentingnya memahami dan menjaga lingkungan
dengan pemahaman ecoliteracy. Siswa harus terbiasa hidup bersih dan
bertanggungjawab baik pada dirinya maupun lingkungan. Hal ini akan tercermin
dalam aktivitas keseharian siswa baik di rumah maupun di sekolah, misalnya
dalam kebersihan merawat tubuh dan menjaga penampilan, kebiasaan buang
sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah.
baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah
yang optimal (Soemarwoto, 1988, hlm. ix).
Pendidikan diharapkan dapat membangun pemahaman tentang kecerdasan
ekologi dan ikatan emosional dengan alam. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan Capra (Stone dan Barlow, 2005, hal xv) yang mengungkapkan
bahwa
education for sustainable living fosters both an intellectual understanding of ecology and emotional bonds with nature that make it more likely that our children will grow into responsible citizens who truly care about sustaining life, and develop a passion for applying their ecological understanding to the fundamental redesign of our technologies and social institutions, so as to bridge the current gap between human design and the ecologically sustainable systems of nature.
Proses pembelajaran untuk meningkatkan ecoliteracy membutuhkan
pendekatan pembelajaran yang memancing siswa untuk aktif terlibat langsung.
Untuk itu peneliti memilih model problem based learning, yang digunakan dalam
pembelajarn IPS untuk bisa menumbuhkan pemahaman konsep dan sikap
ecoliteracy siswa sehingga proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada
seluruh siswa agar siswa dapat mengembangkan potensi sehingga proses
pembelajaran akan mengarahkan siswa menjadi aktif dengan melibatkan
pengalaman siswa itu sendiri, sehingga siswa menjadi kreatif dalam berbagai
bidang kehidupan. Hal ini memerlukan kreatifitas guru dalam meramu
pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru
dituntut untuk satu langkah lebih menguasai materi pembelajaran atau bahkan
lebih paham dari siswa.
Pembelajaran untuk menanamkan sikap dan pemahaman ecoliteracy di
sekolah dapat ditumbuhkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
karena melalui IPS siswa biasa mempelajari interaksi baik interaksi dengan
manusia lain maupun dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang ecoliteracy,
diataranya Santa pada tahun 2013 dengan penelitiannya mengenai “Penerapan
Pendekatan SAVI (Somatik, Audio, Visual, dan Intelegensi) dalam Pembelajaran
IPS untuk Meningkatkan ecoliteracy siswa kelas IV”. Kemudian penelitian Fajar
Bertanam Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV”, dan penelitian Dadan Hermawan
(2014) “Pengaruh Metode Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Siswa Pada Lingkungan”
Guru harus bisa menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan dengan
menjaga kelestarian lingkungan. Lingkungan terdekat dengan siswa adalah rumah
dan sekolah. Kegiatan yang bisa dilakukan guru di sekolah misalnya dengan cara
mengadakan lomba kebersihan antar kelas, mengajak dan membimbing berkebun
di halaman sekolah, dan menanam pohon agar sekolah teduh dan rindang.
Dalam pembelajaran IPS guru berperan sebagai motivator dan fasilitator
dalam melaksanakan pembelajaran IPS. Guru juga harus mampu membimbing
dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di
sekitarnya. Guru sebagai pemberi bekal pengetahuan tentang manusia dan seluk
beluk kehidupannya hendaknya mengarahkan siswa untuk tampil memecahkan
masalah sosial di sekitarnya. Guru jangan hanya menekankan pada aspek
pengetahuan atau hapalan saja tetapi harus diimbangi dengan penanaman sikap
dan keterampilan dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar tempat siswa
berinteraksi.
Lickona (2012, hlm 438) dalam “Educating for Character” menyatakan
bahwa untuk mengembangkan tanggung jawab maka anak muda perlu diberi
tanggung jawab untuk belajar peduli, mereka perlu untuk menunjukan tindakan
kepedulian mereka. Dalam konteks peduli terhadap lingkungan dapat dimaknai
bahwa seseorang berperilaku baik terhadap lingkungan, seperti cepat tanggap dan
beretika terhadap lingkungan. Untuk menanamkan sikap peduli terhadap
lingkungannya, guru dapat menerapkan strategi yang bisa membangkitkan
motivasi siswa bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. Hal ini bisa
dilakukan melalui latihan oleh guru dengan menggunakan model problem based
learning (Hermawan, 2013, hlm. 4 ).
Dalam pembelajaran melalui model PBL siswa diarahkan untuk
menyajikan atau mencari masalah yang biasa mereka temui dan lihat dalam
kehidupan sehari-hari, baik itu di lingkungan mereka atau yang mereka lihat dari
media massa. Setelah ditentukan masalah yang akan dibahas, kemudian siswa
tersebut, mencari penyebab terjadinya, dan kemungkinan solusi penanganan yang
bisa dilakukan.
Melalui model problem based learning (PBL) penanaman sikap dan
pemahaman melek ekologi atau bersikap ecoliteracy bisa membiasakan siswa
menjawab permasalahan yang terjadi di lingkungan berdasarkan permasalahan
yang sering mereka lihat dan hadapi. Siswa dilatih memberikan solusi atau
mencari solisi berdasarkan permasalahan yang terjadi di lingkungan sehingga
dapat diselesaikan atau ditemukan solusi pemecahannya.
Pembelajaran memerlukan keseimbangan antara peran guru dan siswa.
Jika guru terlalu banyak mendominasi maka pembelajaran akan menjadi pasif.
Agar siswa menjadi aktif maka pembelajaran dapat menggunakan model problem
based learning yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan mendapat bimbingan dan
pengarahan dari guru. Hamalik (2003, hlm. 171) mengungkapkan bahwa:
Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan dikhawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan. Selain itu seorang guru dalam mengajar harus dapat memantu dan mengatasi kesulitan belajar agar siswa belajar dengan baik.
Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang dapat
menumbuhkan sikap positif terhadap lingkungan dengan melatih keberlangsungan
hidup yang berkelanjutan. Output yang diharapkan adalah siswa memiliki
pemahaman dan sikap yang bijak dan kritis untuk mampu menyelesaikan
permasalahan terutama tentang permasalahan sosial. Pada abad ini sebagaimana
dapat kita saksikan bersama, bahwa kerusakan lingkungan sudah merajalela, baik
itu udara, air, tanah dan kerusakan sumber daya lainnya di lingkungan sekitar kita.
Inti dari pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan sosial
siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan
berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa serta
menelaah kehidupan nyata yang dihadapinya. Dengan memperhatikan asumsi
Sikap Ecoliteracy Siswa Kelas IV”, melalui pembelajaran yang didasarkan pada
permasalahan yang terjadi di lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi
masalah-masalah yang muncul di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Siswa belum memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ecoliteracy demi
kelangsungaan kehidupan lingkungan alam.
2. Siswa masih banyak yang membuang sampah sembarangan, belum membuang
pada tempatnya.
3. Siswa belum menunjukan kecintaan terhadap lingkungan seperti menanam dan
merawat tumbuh-tumbuhan.
4. Pembelajaran IPS lebih cenderung menekankan aspek hapalan dan ingatan
belum mencerminkan pada pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan
yang terjadi di lingkungan.
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka masalah yang perlu
dijawab dalam penelitian ini adalah “apakah model problem based learning
(PBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa kelas
IV?”. Selanjutnya diajukan pertanyaan penelitian sebagai rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model
problem based learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap
ecoliteracy siswa?
2. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model
problem based learning?
3. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
pemahaman konsep ecoliteracy siswa?
4. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui bagaimana guru merencanakan dan melaksanakan model problem
based learning (PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap
ecoliteracy siswa.
2. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran IPS dengan menggunakan
problem based learning (PBL).
3. Mengkaji peningkatan pemahaman konsep ecoliteracy melalui model problem
based learning (PBL).
4. Memperoleh gambaran tentang peningkatan sikap ecoliteracy melalui model
problem based learning (PBL).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak terutama yang berkaitan dengan pendidikan, adapun manfaat
penelitian antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan
sosial khususnya tentang model problem based learning (PBL) dalam
meningkatkan ecoliteracy siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Menambah pengetahuan wawasan guru tentang metode problem based
learning (PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap
ecoliteracy dalam mengajar, bahwa mengajar harus dengan perencanaan
sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b. Bagi Siswa
Memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar, serta untuk memahami dan
meningkatkan sikap ecoliteracy terhadap pembelajaran IPS dengan model
problem based learning (PBL), dan para siswa tidak mengalami kejenuhan
terhadap pembelajaran yang diberikan guru serta materi pelajaran dapat
c. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah dapat memberikan ruang dan fasilitas serta memberikan
kesempatan dan mendorong pada guru agar lebih kreatif, inovatif dalam
melaksankan proses pembelajarannya terutama salah satunya dengan model
problem based learning (PBL) untuk meningkatkan ecoliteracy.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta pengalaman
penelitian untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy
dengan model problem based learning (PBL) pada materi pelajaran IPS di
Sekolah Dasar.
E. Struktur Organisasi Tesis
Dengan berdasarkan pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun
akademik 2014/2015 (2014, hal. 23), penulisan tesis ini disusun dengan
sistematika yang diawali dengan Bab I yaitu Pendahuluan, yang meliputi latar
belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, struktur organisasi tesis.
Bab II mengenai Kajian Pustaka atau Landasan Teoritis yang terdiri dari
enam sub bab yaitu: pertama, pembelajaran IPS di sekolah dasar, kedua,
pengertian model pembelajaran problem based learning, ciri-ciri problem based
learning, tujuan problem based learning, tahapan-tahapan problem based
learning, kelebihan dan kelemahan problem based learning, ketiga, pemahaman
konsep ecoliteracy, keempat, sikap ecoliteracy. Kelima, penelitian terdahulu yang
relevan, dan keenam hipotesis tindakan.
Bab III mengenai metode penelitian, meliputi: lokasi dan subjek
penelitian, model dan desain penelitian, penjelasan istilah, instrument penelitian
dan analisis data.
Bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, yang terdiri dari
analisis temuan hasil penelitian.
Bab V mengenai kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil
penelitianserta rekomendasi untuk peneliti selanjutnya, diakhiri oleh daftar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Sindangkarya, yang terletak di
Desa Jatisari, Pusat Pembinaan Pendidikan TK/SD Kecamatan Bojongpicung
Kabupaten Cianjur. Peneliti memilih SDN Sindangkarya berdasarkan beberapa
pertimbangan, diantaranya adalah SDN Sindangkarya merupakan tuan rumah
kegiatan gugus Jatisari, baik KKG maupun KKKS sehingga bisa menjadi
percontohan dalam upaya membangkitkan kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan baik dari pemahaman maupun sikap siswanya. Selain itu, dari segi
siswa SDN Sindangkarya memiliki jumlah siswa terbanyak di antara 8 Sekolah
yang terletak di kawasan Gugus Jatisari yang terdiri dari 209 siswa yang terdiri
dari 111 orang siswa laki-laki dan 98 orang siswa perempuan, sehingga
diharapkan manfaat pelaksanaan penelitian bisa berdampak secara umum untuk
seluruh warga SDN Sindangkarya. Dari segi Guru, SDN Sindangkarya memiliki
16 orang guru yang terdiri dari 8 orang PNS dan 8 orang tenaga honorer yang
semuanya memiliki kualifikasi ijasah S1, sehingga memungkinkan peneliti untuk
bisa sharing pendapat untuk kelancaran proses penelitian. Dan juga dari segi
lokasi, SDN Sindangkarya terletak di lingkungan Balai Desa Jatisari atau pusat
pemerintahan desa Jatisari sehingga mudah diakses dan teramati oleh seluruh
penduduk desa Jatisari.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sindangkarya. Jumlah siswa
kelas IV adalah 30 orang, siswa laki-laki 19 orang dan perempuan
berjumlah 11 orang.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Maret
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk
memperbaiki kinerja pendidik dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan cara melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah agar proses
pembelajaran menjadi lebih baik. Dalam hal ini Penelitian Tindakan Kelas akan
digunakan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model problem based
learning (PBL) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy
siswa kelas IV.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus. Adapun alur yang
digunakan adalah model Lewin yang dikembangkan oleh Elliott (Wiriaatmadja
2008: 64).
Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilakukan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat sejauh mana siswa mampu
memecahkan masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat dengan benar
sebagai bahan tindakan yang dilakukan berikutnya. Sedangkan observasi awal
dilakukan agar dapat mengetahui tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan
pemahaman konsep dan sikap ecolieracy siswa dengan menggunakan mosdel
PBL. Dari hasil evaluasi dan observasi awal yang telah dilakukan, maka dalam
refleksi ditetapkan tindakan yang tepat.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut maka dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan prosedur tindakan pertama, sebelum peneliti melakukan
tindakan, langkah awalnya adalah membuat rencana kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan pada tindakan pertama ini. Kedua setelah rencana disusun secara
matang, barulah tindakan itu dilakukan, Ketiga bersamaan dengan
dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu
sendiri dan mencatat akibat ditimbulkan tindakan melalui lembar obsevasi.
Keempat berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan
refleksi atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu
disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar
sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. Alur yang
digunakan mengacu pada model PTK yang dikembangkan oleh Elliott.
Gambar 3.1
Desain PTK Model John Elliott (Wiriaatmaja: 64)
Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya.
Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses pembelajaran, evaluasi dan refleksi yang
dilakukan pada akhir setiap siklus. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam tiga
siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari dua tindakan. Pada setiap
pelaksanaan tindakan dilakukan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan
oleh observer dengan panduan-panduan lembar observasi. Selain itu digunakan
catatan lapangan untuk mencatat temuan yang dianggap penting oleh peneliti
ketika pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan lalu
diadakan wawancara dengan siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai
pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Setelah itu peneliti melaksanakan diskusi
dengan observer untuk membahas hasil observasi dan tahap pembelajaran.
Kemudian hasil wawancara dan diskusi tersebut dijadikan bahan analisis dan
refleksi dan tindakan yang telah dilaksanakan serta dijadikan bahan untuk revisi
pada tindakan selanjutnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam pelaksanaan penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Identifikasi Masalah
Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti untuk melakukan
suatu penyelidikan atau penelitian terhadap situasi dan kondisi dari peserta didik
di dalam kelas ketika menghadapi suatu pembelajaran yang diberikan. Peneliti
melihat keadaan awal sekolah, baik itu keadaan fisik sekolah, kegiatan
pembelajaran di kelas, aktivitas siswa, aktivitas guru, respon sikap siswa
b. Memeriksa di Lapangan
Tahap ini merupakan tahap dari penemuan masalah-masalah yang terjadi
di dalam kelas mengenai situasi dan kondisi peserta didik yang mengalami
pembelajaran setelah diidentifikasi terlebih dahulu untuk mela Identifikasi
masalah dilakukan dengan cara merumuskan masalah yang muncul ketika
berlangsungnya proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi awal
mengenai kondisi kelas dalam pembelajaran di kelas IV sekolah dasar, telah
ditemukan masalah yang muncul yaitu keadaan kelas yang tidak teratur, sampah
berserakan, jendela yang kotor oleh debu, dinding yang banyak dicorat-coret,
keadaan sekolah yang gersang/panas juga mengenai keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam berpendapat pada pembelajaran IPS yang menurut pandangan
Berdasarkan identifikasi masalah yang mucul yaitu mengenai masalah
kebersihan dan lingkungan sekolah serta keaktifan dan keterlibatan siswa dalam
berpendapat pada pembelajaran IPS di sekolah dasar, maka dapat dirumuskan
alternatif pemecahan masalah pada penelitian yang akan dilaksanakan. Alternatif
pemecahan masalah yang diajukan pada penelitian ini yaitu dengan menerapkan
model Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran IPS di sekolah
dasar untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa.kukan
tindakan atau solusi alternatif dengan sebuah perbaikan-perbaikan.
c. Perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahap guru sebagai peneliti merencanakan
segala hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan dalam rangka
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta meminimalisir
masalah-masalah yang muncul pada penelitian yang akan dilaksanakan.
Adapun perencanaan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu
meliputi:
1) Melakukan kajian terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
2006, buku paket IPS kelas IV SD.
2) Merumuskan dan menyusun jenis metode, media dan bahan ajar yang akan
diajarkan yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa, serta yang sesuai
dengan karakteristik Model yang akan digunakan yaitu (PBL) dalam
rangka meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy siswa.
3) Menyusun tema masalah yang akan disajikan dalam pembelajaran selama
enam kali pertemuan diantaranya yaitu:
a) Siklus 1
- Tindakan 1 temanya tentang “Banyaknya didirikan pabrik di
kabupaten Cianjur”
- Tindakan 2 temanya tentang “Limbah-limbah yang didirikan olek
kegiatan rumah tangga”
b) Siklus 2
- Tindakan 1 temanya tentang “Sampah”
c) Siklus 3
- Tindakan 1 temanya tentang “ Pemanfaatan lahan pekarangan
sekolah”
- Tindakan 2 temanya tentang “Penanaman kebun sekolah”
4) Menyusun teknik pengamatan pada setiap tindakan penelitian, yaitu
berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar kerja siswa (LKS).
d. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap dimana terjadi proses
pembelajaran yang dilakukan oleh observer untuk melaksanakan tindakan yang
harus dilakukan dalam rangka perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
diinginkan. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan
pada penelitian ini yaitu dibagi menjadi tiga siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari dua tindakan.
Pelaksanaan setiap hari kamis tiap minggu siklus satu yaitu tanggal 19
Maret dan tanggal 26 Maret 2015, siklus dua pada tanggal 2 dan 9 April 2015, dan
terakhir siklus tiga pada tanggal 16 dan 23 April 2015. Pelaksanaan pembelajaran
dilakukan melalui lima tahapan PBL yaitu:
1) Mengorientasi siswa kepada masalah, guru melakukan tanya jawab tentang
keadaan/kejadian di sekitar lingkungan siswa yang telah direncanakan
sebelumnya untuk menyamakan persepsi sehingga mengarah pada masalah
yang akan dibahas.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, yaitu mengarahkan siswa agar siap
untuk belajar, membagi kelas menjadi lima kelompok
3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa dibimbing
untuk mengidentifikasi masalah yang dibahas, mengumpulkan informasi,
mencari solusi. Untuk pembuatan Bank Sampah dan Penanaman kebun
sekolah, siswa diberikan bimbingan dan tahap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran jadi siswa melakukan tahap-tahap yang telah ditetapkan
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dilatih untuk
mengemukan pendapat hasil diskusi kelompok dalam bentuk tanya jawab
dan presentasi di depan kelas mewakili kelompok masing-masing secara
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa melalui
bimbingan dan dorongan dari guru menyimpulkan materi pembelajaran
yang telah dilakukan, menganalisis kekurangan selama proses
pembelajaran
e. Observasi
Observasi penelitian dilakukan terhadap kelas yang akan dijadikan subyek
penelitian secara utuh. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai
keadaan proses belajar mengajar, kemampuan siswa dalam menerima dan
memahami bahan ajar suatu konsep, serta sikap dan perilaku siswa pada saat
mengikuti pembelajaran IPS di sekolah dasar.
Selain mengamati siswa kelas IV yang menjadi subyek penelitian,
observasi penelitian ini juga dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap
materi pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian. Berdasarkan
observasi tersebut, maka telah ditetapkan bahwa pokok bahasan yang akan
dijadikan sebagai bahan ajar dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
“Permasalahan Sosial” pada pembelajaran IPS di kelas IV sekolah dasar.
Tahap ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh yang terjadi dalam upaya
perbaikan pembelajaran yang diharapkan pada tahap perencanaan sesuai dengan
tujuan yang hendak peneliti capai baik dilihat dari sisi guru dalam melaksanakan
pembelajaran maupun dilihat dari sisi siswa yang mengalami atau menjalankan
proses pembelajaran
f. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melihat sejauh mana keefektifan model yang
diterapkan yaitu PBL dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan sikap
ecoliteracy siswa kelas empat dilihat dari semua aspek baik itu perencanaan,
pelaksanakan dan hasil observasi agar dapat memutuskan perbaikan atau bahan
pertimbangan yang harus dilakukan pada siklus selanjutnya sehinga tujuan utama
yang harus dicapai dapat terlaksana.
C. Penjelasan Istilah
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran problem based learning (PBL), diartikan sebagai
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Sanjaya (2010, hlm. 214) Model
ini bertujuan untuk melatih siswa cara menyelesaikan masalah dengan mengaitkan
antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga negara, dengan
tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
2. Pemahaman Konsep Ecoliteracy
Pemahaman konsep ecoliteracy adalah kemampuan siswa dalam
mengungkapkan, menerapkan dan mengaplikasikan, pengetahuan yang
dimilikinya tentang lingkungan baik itu kesadaran, kepedulian maupun tindakan
dalam menjaga dan melestarikan lingkungan agar berdampak lebih baik bagi
kelangsungan kehidupan makhluk hidup pada umumnya.
Ecoliteracy atau melek ekologi, menurut Stone dan Barlaw (2005, hlm.
xi):
An Ecologically literate person would have at least a basic comprehension of ecology, human ecology and the concepts of sustainability, as well as the wherewithal to solve problems
diartikan bahwa orang yang melek ekologi akan memiliki setidaknya
pemahaman dasar ekologi, ekologi manusia dan konsep keberlanjutan, serta
sarana untuk memecahkan masalah.
3. Sikap Ecoliteracy
Sikap ecoliteracy atau sikap kepedulian terhadap lingkungan. Ranah
afektif yang merupakan salah satu komponen dari sikap menurut Bloom
(Rosnenty, 2010, hlm. 54) pengembangan sikap dan nilai khususnya kepedulian
dapat dilakukan dalam lima tahap, yaitu: 1) memperhatikan mengenai kepekaan
siswa terhadap fenomena dan perangsang tertentu yaitu mencakup kesediaan
siswa untuk menerima atau memperhatikannya; 2) merespon terhadap fenomena,
siswa memiliki motivasi yang cukup sehingga bukan hanya memperhatikan
melainkan sudah memberikan respon terhadap rangsangan; 3) menghayati nilai,
perilaku siswa sudah cukup konsisten sehingga dapat dipandang sebagai pribadi
yang sudah menghayati nilai; 4) mengorganisasikan berbagai nilai menjadi suatu
system, siswa menghadapi situasi yang mengandung berbagai nilai sehingga
atau internalisasi nilai, ini merupakan tahapan tertinggi karena siswa sudah
terbiasa mempraktekan sehingga menjadi kebiasaan dan dapat digolongkan
sebagai orang yang memegang nilai.
Sikap ecoliteracy yang diharapkan muncul dan menjadi kebiasaan siswa
dalam setiap perilaku, diantaranya adalah bertanggung jawab terhadap kebersihan
diri, kelas dan lingkungan sekolah, membiasakan diri untuk membuang sampah
pada tempatnya dan memilah sampah organik dan anorganik, hemat energi,
pemanfaatan limbah rumah tangga, mengurangi dan meninggalkan kebiasaan
menggunakan barang sekali pakai, peduli dan bertanggung jawab terhadap
tanaman, pemanfaatan lingkungan untuk diberdayakan sehingga lebih bermanfaat.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam pengumpulan data dengan menggunakan
beberapa instrument yaitu: pedoman observasi, angket, tes dan non tes.
1. Pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru
dan siswa dalam penerapan metode problem based learning (PBL).
a. Pedoman observasi Kegiatan Guru
Tabel 3.1
Pedoman Observasi Kegiatan Guru
No Komponen Pembelajaran Hasil
Observasi I. Pra Pembelajaran
1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran
2. Memeriksa kesiapan peserta didik
II. Membuka Pembelajaran
1. Kesiapan kegiatan apersepsi dengan materi ajar
2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan
III. Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penguasaan Materi Pelajaran
1. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran
2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
3. Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar
4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
1. Mengorganisasi siswa kepada masalah 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahana masalah
6. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar
1. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan media
2. Menghasilkan pesan yang menarik 3. Menggunakan media secara efektif dan
efisien
4. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
D. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Peserta didik
1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran
2. Merespons positif partisipasi peserta didik 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru,
peserta didik dan sumber belajar
4. Menunjukan sikap terbuka terhadap respons peserta didik
5. Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif
6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik dalam belajar
E. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Memantau kemajuan belajar
2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
F.
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancer
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan peserta didik
b. Pedoman Observasi Kegiatan siswa
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Kegiatan Siswa
No Aspek yang Diamati Hasil Pengamatan
1. Motivasi belajar
2. Antusias siswa dalam melaksanakan pembelajaran
3. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
4. Aktivitas siswa dalam mengikuti alur yang diarahkan guru
5. Pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari
6.
Respon siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model
9. Kontribusi siswa dalam kelompok
10. Keberanian siswa dalam memberikan pendapat
3. Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang pendapat siswa dalam
penerapan metode problem based learning (PBL).
Tabel 3.3
Lembar Wawancara Siswa
No Pertanyaan Wawancara Ringkasan
Jawaban
1 Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan tadi?
2 Apakah kamu menyukai cara guru melaksanakan pembelajaran tadi?
3 Bagaimana pendapat kamu tentang cara belajar dengan cara diskusi kelompok?
4 Apakah kamu berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran yang sudah dilaksanakan tadi?
6 Apakah kamu menyukai hidup bersih? mengapa?
7 Bagaimana cara kamu merawat tanaman?
8
Apa yang kalian rasakan ketika
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas?
9 Apa yang kamu lakukan apabila melihat sampah berserakan?
10
Mengapa perlu dibuat:
Bank Sampah
Kebun Sekolah?
4. Tes pemahaman digunakan untuk memperoleh data tentang pemahaman
konsep ecoliteracy siswa pelajaran IPS kelas IV. Indikator pemahaman konsep
ecoliteracy dalam penelitian ini berdasarkan taksonomi Bloom ranah kognitif
tentang pemahaman, yaitu:
a. - menjelaskan pengertian limbah
- menjelaskan pengertian dari sampah
- menjelaskan pengertian warung hidup
- menjelaskan pengertian apotik hidup
- menjelaskan kegunaan bank sampah
b. - mencari ciri dampak positif dan negatif didirikannya pabrik,
c. - memberi contoh macam-macam limbah
- memberikan contoh sampah organic dan anorganik
- Memberi contoh tanaman kebutuhan sehari-hari
- Memberi contoh tanaman obat-obatan
d. - Membedakan antar sampah organic dan anorganik
e. - menyimpulkan cara pemanfaatan limbah rumah tangga
SOAL TES SIKLUS 1
Nama : ………..
Kelas : IV (Empat) SDN : Sindangkarya
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!
1. Bagaimana pendapatmu tentang banyaknya lahan pesawahan yang dijadikan pabrik?
2. Sebutkan dampak positif dan negatif dari dibangunnya pabrik industri!
Dampak positif: Dampak negatif:
- -
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan limbah!
4. Sebutkan macam-macam limbah yang kalian ketahui!
5. Sebutkan bagaimana cara pemanfaatan limbah agar tidak mencemari lingkungan!
SOAL TES SIKLUS 2
Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Nama : ………..
Kelas : IV (Empat) SDN : Sindangkarya
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sampah!
2. Sebutkan jenis-jenis sampah dan berikan contohnya!
3. Jelaskan dampak yang dapat terjadi yang disebabkan oleh sampah! 4. Bagaimana solusi agar sampah tidak mencemari lingkungan 5. Jelaskan kegunaan dari bank sampah!
SOAL TES SIKLUS 3
Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Nama : ………..
Kelas : IV (Empat) SDN : Sindangkarya
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!
1. Berilah contoh nama tanaman yang biasa di tanam di kebun atau pekarangan!
2. Sebutkan macam-macam tanaman yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan warung hidup!
Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 1
No Tindakan yang dilakukan Sikap
STS TS S SS
1 Tidak mengijinkan membangun pabrik di kawasan pesawahan yang bisa ditanami padi 3 kali dalam setahun (sawah produktif) 2 Mematikan lampu di malam hari pada
ruangan yang tidak dipakai
3 Penggunaan air irigasi untuk pertanian bukan untuk industri
4 Bekerjasama dalam menjaga kebersihan kelas melalui piket regu kerja
5
Pelaksanaan operasi semut (memungut sampah) di lingkungan sekolah secara bersama-sama sebelum masuk kelas
6
Bersama-sama untuk saling mengingatkan agar mengolah tanah dengan cara ramah lingkungan
7 Menutup kran air ketika bak penampungan telah penuh terisi
8 Mematikan televisi setelah selesai ditonton
9 Menggunakan sumber daya alam dengan hemat
10 Membuang limbah industri ke sungai dengan melalui pengolahan terlebih dahulu 11 Mengurangi penggunaan pestisida untuk
membunuh hama tanaman
12 Membangun pabrik dengan memperhatikan dampak bagi lingkungan
13 Mengolah limbah industri sehingga bisa untuk dimanfaatkan sebelum dibuang
14
Mensosialisasikan penggunaan pupuk organic untuk tanaman agar hasil pertanian lebih sehat untuk di konsumsi
Tabel 3.5
Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 2
No Tindakan yang dilakukan Sikap
STS TS S SS
1 Mencuci tangan sebelum makan dan setelah melakukan aktivitas
2 Membersihkan perlengkapan makan setelah selesai makan
3 Mencuci dengan menggunakan deterjen secukupnya
4 Bekerjasama dalam menjaga kebersihan kelas melalui piket regu kerja
5
Pelaksanaan operasi semut (memungut sampah) di lingkungan sekolah secara bersama-sama sebelum masuk kelas
6 Menjaga sirkulasi udara dalam kelas dengan membuka jendela yang dilakukan oleh piket regu kerja
7 Membuang sampah bekas jajanan pada tempat sampah
8 Memilah sampah organic dan an organic sebelum membuangnya
9 Membersihkan saluran air dari sampah agar tidak terjadi penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir
10 Menyiram tanaman dengan menggunakan air bekas mencuci baju
11 Mengumpulkan sampah organik dan
menimbunnya untuk dijadikan pupuk kompos 12 Mengumpulkan sampah an organik dalam bank
sampah agar memudahkan pengelompokannya
13 Membawa bekal makanan dan minuman ke sekolah dengan menggunakan wadah yang bisa dipakai kembali/diisi ulang
14 Mengolah kembali sampah menjadi barang kerajinan yang bisa digunakan untuk hiasan ruangan
15
Tidak membiarkan sampah menumpuk, untuk menghindari dari kuman-kuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
Tabel 3.6
Lembar Pengamatan Sikap Ecoliteracy Siklus 3
No Tindakan yang dilakukan Sikap
STS TS S SS
1 Secara rutin menyiram tanaman agar tetap hidup tidak mengandalkan air hujan
2 Menggunakan barang-barang bekas (kaleng dan plastik bekas) sebagai pot tanaman untuk menghiasi sekolah
3 Membersihkan area sekitar tanaman dari gulma/rumput yang bisa mengganggu kelangsungan hidup tanaman
4 Bekerjasama secara bergantian dalam menyiapkan keperluan tanaman (pupuk, air)
5 Membuat kebun sekolah dalam rangka
memanfaatkan pekarangan sekolah agar lebih indah
6 Menanami kebun sekolah dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari
7 Penanaman hutan yang gundul agar tidak terjadi erosi dan menyebabkan banyak kerugian
8 Merawat tanaman dengan sepenuh hati agar hasil tanamannya lebih baik
9 Mengolah sampah organik menjadi pupuk tanaman sebagai pemanfaatan daur ulang sampah
10 Memberikan pupuk secukupnya, agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik 11 Mengurangi penggunaan pestisida untuk
membunuh hama tanaman
12 Memagari tanaman agar tidak bisa dirusak oleh binatang dan orang yang tidak bertanggung jawab 13 Menebang hutan dengan cara tebang pilih, sehingga
tidak terjadi kekosongan lahan
14 Menangkap penjahat yang dengan sengaja membakar hutan
15 Menyuburkan tanah dengan cara menyelingi menanam padi dengan menanam kacang kedelai
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan instrument
1. Observasi yang terbagi dalam dua kegiatan sebelum dan sesudah pembelajaran
digunakan untuk menggali sikap ecoliteracy tentang kepedulian siswa terhadap
lingkungan dalam menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan yang
bersih, sehat dan indah.
2. Wawancara dilakukan pada guru dan siswa untuk merefleksikan pembelajaran
yang telah dilakukan.
3. Skala sikap untuk mengukur peningkatan sikap ecoliteracy.
4. Tes untuk mengukur dan mengetahui pemahaman konsep ecoliteracy yang
diajarkan baik dasar maupun lanjutan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini
dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan proses
interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung sesuai
dengan penerapan model pembelajaran problem based learning. Data kualitatif
diperoleh dari hasil wawancara siswa dan guru serta observasi yang dilakukan
pada pengamatan sikap ecoliteracy.
2. Analisis kuantitatif sederhana, digunakan pada tes pemahaman konsep
ecoliteracy siswa dengan statistika deskriptif.
a. Penyekoran hasil tes pemahaman konsep ecoliteracy, kategori nilai siswa
menggunakan rentang skor sebagai berikut:
1) Skor < 70 = Kurang
2) Skor 70 – 79 = Cukup
3) Skor 80 – 89 = Baik
4) Skor 90 - 100 = Sangat Baik
b. Penyekoran hasil pengamatan sikap ecoliteracy, menggunakan rentang
skor sebagai berikut:
1) Skor 15 – 24 = Rendah
2) Skor 25 – 34 = Cukup
3) Skor 35 – 45 = Baik
c. Menghitung persentase ketuntasan belajar
Ketuntasan Belajar = Jumlah siswa yg memperoleh skor ≤ 70 x 100
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Berdasarkan temuan-temuan dan analisis data hasil penelitian tindakan
kelas yang sudah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap
ecoliteracy siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning pada siswa kelas IV SDN Sindangkarya desa Jatisari kecamatan
Bojongpicung kabupaten Cianjur secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pemahaman konsep ecoliteracy maupun sikap ecoliteracy. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklusnya,
Secara khusus terdapat beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tindakan
kelas ini sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning disusun dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan 2006. Dalam menyusun RPP dengan model PBL hal yang
pertama dirumuskan adalah penetapan tema atau masalah lingkungan yang
akan diusung untuk setiap pertemuan. Selanjutnya adalah lembar kerja siswa
(LKS) yang bertujuan untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar. Tema
yang sajikan berhubungan dengan permasalahan tentang lingkungan yang
terjadi di sekitar siswa. Siswa dilatih untuk dapat menyelidikan tentang latar
belakang permasalahan tersebut muncul, cara penanganan agar masalah
tersebut tidak terlalu merugikan, serta mencari solusi penanganan agar masalah
bisa ditanggulangi. Kemudian guru melakukan evaluasi baik untuk pemahaman
konsep maupun untuk mengukur sikap ecoliteracy siswa.
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Problem Based
Learning diawali dengan penentuan tema atau masalah lingkungan yang akan
dibahas atau dipecahkan selama proses pembelajaran, karena model ini
bertujuan untuk melatih siswa dalam mengidentifikasi sebuah masalah untuk
bisa dipecahkan secara bersama-sama melalui sebuah pembelajaran. Selama
pelaksanaan pembelajaran selain disajikan masalah yang berhubungan dengan
lingkungan, siswa juga diberikan LKS yang bertujuan untuk melatih
Evaluasi diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa tentang
lingkungan.
3. Berdasarkan hasil analisis data tentang pemahaman konsep terjadi peningkatan
di tiap siklusnya. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan dalam menginterpretasi
dan menganalisis pengetahuan yang dimilikinya. Siswa bisa mengidentifikasi
dan menjabarkan sebuah konsep yang berhubungan dengan lingkungan serta
mengatasi masalah yang disajikan dan berusaha untuk memecahkan
permasalahan sosial yang dihadapi secara lebih bijak dan mendalam dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi akibat dari
keputusan yang mereka ambil baik terhadap lingkungan maupun
pertanggungjawaban terhadap diri mereka masing-masing. Pemahaman siswa
secara keseluruhan dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata kelas
sehingga berada pada kategori baik sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan
pemahaman konsep ecoliteracy siswa kelas IV SDN Sindangkarya.
4. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian sikap siswa
terhadap masalah lingkungan baik itu kebersihan kelas, penanganan sampah,
kepedulian terhadap makhluk hidup berangsur-angsur mengalami peningkatan.
Sebagai contoh bisa dilihat dalam sikap dan kebiasaan membuang sampah pada
tempatnya, siswa memiliki tanggung jawab untuk memisahkan sampah plastik
dengan sampah organik, mereka saling mengingatkan agar tidak membuang
sampah plastik pada sampah umum, melainkan di simpan pada bank sampah.
Pada saat membersihkan ruangan kelas, terjadi kompetisi antara bagian regu
kerja, masing-masing regu kerja ingin menjadi yang terbaik. Siswa
mengusulkan agar setiap minggunya diadakan juara regu kerja terbersih dan
terkompak. Kesadaran dan kecintaan terhadap tanamam semakin terlihat,
mereka memiliki tanggung jawab untuk kelangsungan hidup tanaman yang
mereka rawat. Alam merupakan penopang kehidupan, kita manusia bisa terus
hidup dan bertahan apabila selaras dengan alam sehingga apabila alam
mengalami kerusakan otomatis kelangsungan hidup kita juga terganggu.
Sejalan dengan itu hasil pengolahan dan pengamatan tentang sikap ecoliteracy
pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dapat
meningkatkan sikap ecoliteracy siswa kelas IV SDN Sindangkarya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan paparan
kesimpulan diatas maka penelitian ini direkomendasikan kepada:
1. Para guru perlu menggunakan model pembelajaran problem based learning
menjadi salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran
tidak berlangsung monoton, siswa antusian selam proses pembelajaran juga
dapat mengasah kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan mengeluarkan
pendapat atau ide-ide yang biasanya tidak terungkap dalam pembelajaran.
2. Semua warga sekolah agar bertanggung jawab untuk memupuk kepedulian
siswa terhadap lingkungan, baik pemahaman tentang konsep ecoliteracy
maupun sikap ecoliteracy seluruh siswa di sekolah agar menjadi bekal hidup
untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan.
3. Dinas pendidikan agar menggalakan program kepedulian sekolah-sekolah
terhadap lingkungan. Sekolah harus menjadi tempat terbaik untuk para siswa
dalam memupuk pengetahuan dan sikap menjaga kelestarian lingkungan alam
yang merupakan warisan bersama dalam menjalani kehidupan. Alam
merupakan penopang kehidupan, kita manusia bisa terus hidup dan bertahan
apabila selaras dengan alam sehingga apabila alam mengalami kerusakan
otomatis kelangsungan hidup kita juga terganggu.
4. Para peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model pembelajaran PBL
untuk mata pelajaran IPS agar lebih matang dalam membuat perencanan agar