• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Perkerasan Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perancangan Perkerasan Jalan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Perkerasan Jalan

• Direncanakan sesuai kebutuhan Lalu Lintas (Jenis/volume)

• Sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan

• Sesuai waktu, tenaga, mutu dan dana tersedia

• Memperhatikan amdal daerah sekitarnya

(2)

Muatan Sumbu Terberat, Volume lalu lintas,

Kapasitas

(3)

• Volume Lalu Lintas

• Jumlah kendaraan yang melewati satu titik

pengamatan selama satu satuan waktu (hari, jam, menit, detik).

• Volume lalu lintas dinyatakan dalam -- kendaraan/hari/2arah (untuk 2 arah yg tidak terpisah)

- kendaraan/hari/1arah (untuk 1 arah dan 2 arah yg terpisah)

(4)

Volume lalu lintas rencana dibedakan :

• untuk perencanaan geometrik jalan dan

• Untuk perencanaan perkerasan jalan.

(5)

Volume lalu lintas rencana untuk

perencanaan geometrik jalan meliputi:

a. volume lalu lintas harian rata-rata tahunan rencana yang dihitung

berdasarkan lalu lintas harian rata- rata saat ini yang diproyeksikan ke masa yang akan datang sesuai dengan usia

rencana dan faktor pertumbuhan lalu lintas; dan

(6)

b. volume lalu lintas jam perencanaan

yang dihitung berdasarkan volume lalu lintas harian

rata- rata tahunan rencana dikalikan dengan faktor jam sibuk (faktor K).

(7)

• Faktor K dan faktor pertumbuhan lalu lintas ditetapkan oleh penyelenggara jalan berdasarkan kondisi

pertumbuhan lalu lintas.

(8)

Volume lalu lintas rencana untuk perencanaan perkerasan jalan meliputi:

a. Jumlah Kumulatif lalu lintas

kendaraan yang dalam satuan lintasan ekuivalen sumbu as tunggal 8,16 ton (18Kip Single Axle Load) yang diperkirakan

akan menggunakan Jalan tersebut selama usia perencanaannya;

(9)

• b. jumlah Kumulatif lalu lintas kendaraan dinyatakan dalam

jumlah kumulatif satuan perusakan perkerasan oleh berat beban

kendaraan yang melalui Jalan tersebut;

(10)

c. satuan perusakan perkerasan oleh kendaraan (vehicle damaging factor) ditetapkan berdasarkan kondisi lalu lintas aktual yang diukur langsung dan dinyatakan dalam satuan

lintasan ekuivalen sumbu as tunggal 8,16 ton (18Kip Single Axle Load);

dan

(11)

d. Jika vehicle damaging factor tidak ditetapkan berdasarkan lalu lintas

aktual, satuan perusakan perkerasan oleh berat beban kendaraan

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disetujui oleh

penyelenggara jalan.

(12)

(1) Kapasitas jalan sebagaimana

dimaksud adalah kemampuan Jalan untuk melayani lalu lintas selama usia pelayanan dengan tingkat

pelayanan yang tidak melampaui batas RVK pada akhir usia

pelayanannya.

(13)

(2) Pada saat RVK suatu ruas jalan sudah mencapai batas tingkat pelayanan sampai dengan

100 (seratus) jam dalam setahun (1,14%, satu koma empat belas

persen dari waktu pelayanan) atau rata-rata 16 (enam belas) menit dalam satu hari, maka kapasitas ruas jalan tersebut harus

ditingkatkan.

(14)

(3) Usia rencana tingkat pelayanan ditentukan:

• a. paling sedikit 10 (sepuluh) tahun untuk jalan arteri dan kolektor;

• b. paling sedikit 5 (lima) tahun untuk Jalan lokal dan jalan lingkungan.

(15)

• (4) Pelaksanaan konstruksi jalan untuk

pencapaian tingkat pelayanan dapat dilakukan secara bertahap.

• (5) Tingkat pelayanan dievaluasi paling lama setiap 5 (lima) tahun.

• (6) Tata cara perhitungan tingkat pelayanan jalan rencana mengacu kepada manual

mengenai kapasitas jalan.

(16)

Perkembangan Lalu Lintas

• Jumlah penduduk

• Sosial

• Ekonomi

(17)

Kapasitas dan Tingkat Pelayanan Jalan

• Kapasitas Jalan

Jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati suatu jalan dalam jangka waktu tertentu

• Tingkat Pelayanan Jalan

kondisi lalu lintas yang mungkin timbul terhadap suatu jalur atau sepotong jalan akibat berbagai volume lalu lintas

(18)

• Kapasitas Jalan sebagaimana dimaksud untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh tingkat

pelayanan yang merupakan rasio antara volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan (selanjutnya disebut RVK) dan ditetapkan sebagai berikut:

(19)

• a. RVK untuk jalan arteri dan kolektor paling tinggi 0,85 (nol koma delapan lima);dan b.

RVK untuk jalan lokal dan lingkungan ≤ 0,9 (nol koma Sembilan).

• (2) Nilai kapasitas jalan ditetapkan

berdasarkan manual tentang kapasitas jalan yang berlaku untuk Indonesia.

(20)

• (3) Penetapan tingkat pelayanan perlu dikoordinasikan dengan pembina

penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan sesuai status jalannya.

(21)

6 Tingkat Pelayanan Jalan (Higway Capacity Manual)

Tingkat Pelayanan A, dengan ciri ciri:

a) arus lalu lintas bebas tanpa hambatan b) Volume dan kepadatan lalu lintas

c) Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi

(22)

Tingkat Pelayanan B, dengan ciri ciri:

a) arus lalu lintas stabil

b) Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi dapat dipilih

sesuai dengan kehendak pengemudi

(23)

Tingkat Pelayanan C, dengan ciri ciri:

a) arus lalu lintas masih stabil

b) Kecepatan dan kebebasan bergerak sudah

dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan yang diinginkan

(24)

Tingkat Pelayanan D, dengan ciri ciri:

a) Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil b) Perubahan volume lalu lintas sangat

mempengaruhi besarnya kecepatan dipilih Tingkat Pelayanan E, dengan ciri ciri:

a) Arus lalu lintas sudah tidak stabil

b) Volume kira-kira sama dengan kapasitas c) Sering terjadi kemacetan

(25)

Tingkat Pelayanan F, dengan ciri ciri:

a) Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah

b) Sering terjadi kemacetan

(26)

PENGARUH BEBAN SUMBU KENDARAAN YANG BERLEBIHTERHADAP MASA PELAYANAN JALAN

• Perkerasan jalan untuk transportasi darat dirancang dengan umur rencana tertentu.

• Pada akhir umur rencana tersebut, suatu perkerasan jalan perlu direncanakan

untukdiperbaiki.

(27)

Akan tetapi umur aktual dari suatu perkerasan jalan tidak selalu sesuai dengan umur rencana yang

ditetapkan saat perancangannya,

dapat lebih lama tercapai atau lebih

cepat tercapai dari umur rencananya

(28)

• Umur rencana dari perkerasan jalan dinyatakan dengan jumlah pengulangan beban sumbu

tertentu yang direncanakan

mampu dipikul oleh perkerasan jalan hingga akhir umur

rencananya

(29)

• Jika umur aktual dari suatu perkerasan jalan tercapai jauh lebih cepat dari

umur rencananya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah

pengulangan beban sumbu desain yang dipikul oleh perkerasan jalan

tersebut jauh lebih banyak dari yang

direncanakan

(30)

Hal itu dapat mengindikasikan banyaknya pengulangan beban sumbu yang lebih besar dari

beban sumbu desain pada

perkerasan jalan tersebut.

(31)

• Fenomena banyaknya kendaraan berat yang

membawa muatan melebihi izin saat melewati suatu

jalan tertentu sudah menjadi suatu hal yang lazim akhir-

akhir ini.

(32)

Konfigurasi beban sumbu

• Angka ekivalen sumbu kendaraan merupakan faktor konversi dari konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda dan perkerasan, berat total kendaraan, kecapatan kendaraan, terhadap

beban standar.

(33)

• Rumus angka Ekivalen

• E = k Beban sumbu (kg) 8160 (kg)

• Keterangan

E = angka ekivalen sumbu kendaraan

K = 1 ; untuk sumbu tunggal = 0.086 ; Ganda

= 0,021 ; Triple

(34)

• Angka Ekivalen kendaraan adalah

: Angka yang menunjukkan jumlah

lintasan dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton yang akan mengakibatkan

kerusakan yang sama atau penurunan indeks permukaan yang sama apabila

kendaraan itu lewat 1 kali

(35)

• Faktor Regional (FR)

• Faktor setempat sehubungan dengan iklim, hujan, kondisi lapangan yg berpengaruh thdp daya dukung tanah dasar dan perkerasan.

• Faktor regional ditentukan berdasarkan

perkiraan kadar air dan jalan sepanjang satu bagian jalan yang ditinjau dengan batasan harga

(36)

• Kelandaian

Berdasarkan keperluan lalu lintas kelandaian ideal adalah datar (0 % )

• Ditinjau dari drainase

• Landai datar diatas tanah timbun yg tdk punya kreb, lereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air diatas badan jalan dan kelandaian lereng jalan.

(37)

• Landai 0.3-0.5 % dianjurkan untuk jalan jalan didaerah galian mempunyai kreb lereng

melintang hanya cukup untuk mengalirkan air hujan yang jatuh diatas badan jalan dan

kelandaian lereng jalan diperlukan untuk

membuat kemiringan dasar saluran samping

(38)

Iklim dan Curah hujan

• Merupakan faktor yang berpengaruh pada perhitungan tebal perkerasan jalan (data dari BMKG)

Data yang berhubungan dengan curah hujan

• Durasi yaitu lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis

(39)

• Curah hujan yaitu jumlah hujan yang

dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume setiap satuan waktu.

• Lengkung intensitas yaitu grafik yg menyatakan hubungan antara hujan dengan durasi hujan.

• Waktu konsentrasi yaitu waktu yg didapatkan untuk mengalirkan air dr titik yg paling jauh ke titik kontrol (hulu sungai).

(40)

Umur Rencana

• Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun pada saat jalan dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukannya suatu

perbaikan yang bersifat struktural

(41)

Pedoman desain perkerasan perlu penajaman pada aspek – aspek sebagai berikut:

a) Penentuan umur rencana;

b) Penerapan minimalisasi lifecycle cost;

c) Pertimbangan kepraktisan pelaksanaan konstruksi;

d) Penggunaan material yang efisien.

(42)

Penajaman pendekatan desain melengkapi pedoman desain perkerasan, adalah pada hal – hal berikut:

a) umur rencana optimum yang

ditentukan dari analisis life cycle cost;

b) koreksi terhadap faktor iklim yang mempengaruhi masa pelayanan perkerasan;

(43)

c) analisis beban sumbu secara menyeluruh;

d) pengaruh temperatur;

f) pengenalan prosedur rinci untuk desain pondasi jalan;

g) desain drainase;

Referensi

Dokumen terkait

Sintesis Senyawa Natrium Silikat dari Silika Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi pada Lingkungan Asam Dan Garam...

Rencana Strategis (Renstra) Lembaga Penelitian Universitas Universitas Negeri Medan tahun 2015-2020 merupakan upaya lembaga penelitian untuk melanjutkan berbagai

Menurut pengamatan peneliti pada siswa kelas IV SD Negeri No.31 Lau permasalahan yang sering dijumpai dalam kelas terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial

Hal ini menggambarkan bahwa dari keempat faktor tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap potensi mogok kerja karyawan (Y) adalah faktor sosial, merupakan faktor

SURAT KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH DENGAN NOMOR PENETAPAN 49 TAHUN 2017 TANGGAL : 2 MARET 2017. TELAH DISAHKAN DENGAN REGISTER NOMOR

Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja, Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja, Rasio Efisiensi Belanja, Rasio Belanja terhadap PDRB, Rasio Belanja Pegawai

Pembelajaran aktif berdasarkan kajian terhadap amalan GCPI sebagaimana yang ditunjukkan dalam Jadual 1 menyentuh enam perkara, iaitu peranan guru, peranan pelajar,

sejarah melalui modul antara lain; dapat digunakan untuk belajar secara mandiri ( stand alone ) dan tidak terikat oleh guru, sehingga pembelajaran menggunakan