BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan lereng Gunungapi Merapi merupakan daerah yang dipenuhi oleh berbagai aktivitas manusia meskipun daerah ini rawan terhadap bencana. Wilayah permukiman, pertanian, pertambangan, dan pariwisata berkembang di daerah ini karena adanya daya dukung kondisi sumber daya alam. Kawasan lereng Gunungapi Merapi didominasi oleh penggunaan lahan pertanian (mencakup sawah irigasi, kebun, dan tegal). Kondisi alam yang didominasi oleh penggunaan lahan pertanian ini dapat menyebabkan besarnya kerugian baik lahan maupun hasil panen yang diderita sebagai implikasi dari kerusakan dan kehilangan setelah terjadinya bencana di daerah kawasan ini. Kerugian sumberdaya, antara lain lahan, air, tanaman dan ternak juga cukup besar, sementara khusus di sektor pertanian kerugian akibat erupsi Merapi ini diperkirakan mencapai Rp 5,821 triliun (KOMPAS, 2010). Bencana yang diakibatkan oleh aliran piroklastik dan lahar, merupakan beberapa risiko tinggi yang mengancam setidaknya 440.000 dari sejumlah lebih dari satu juta penduduk yang bertempat tinggal wilayah lereng gunungapi (Thouret et al., 2000). Sebagai akibat dari erupsi Gunungapi Merapi, wilayah di sekitar gunung tersebut sebagian besar tertutup abu pada berbagai ketebalan, kawasan yang paling banyak tertutup bahan abu adalah lahan-lahan pertanian, termasuk kebun hijauan pakan ternak.
Lahan-lahan ini mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan sangat berat sampai kerusakan ringan (Priyanti dkk, 2011).
Dampak dari kejadian katastrofik dalam beberapa tahun terakhir ini telah
menyebabkan kerugian secara ekonomis (Chen et al., 2004). Beberapa desa di
antaranya Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Argomulyo, dan Wukirsari pada
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, serta Desa Balerante, Kecamatan
Kemalang, Kabupaten Klaten rusak akibat terkena dampak dari letusan
Gunungapi Merapi 2010 dan juga mengakibatkan korban jiwa (Sayudi dkk,
2010). Hingga saat ini belum diketahui jumlah dan jenis aset-aset fisik yang terkena dampak, nilai kerusakan dan kehilangan yang diderita akibat bencana, serta distribusi spasial terkait kerusakan dan kehilangan yang diderita pascabencana erupsi tersebut. Secara keseluruhan sektor pertanian budi daya dan tanaman pangan tetap menjadi sektor yang paling terkena dampak dengan nilai total Rp 1,326 triliun yang merupakan 31,4 persen dari nilai total kerusakan dan kerugian. Secara kewilayahan, Kabupaten Sleman merupakan daerah yang paling terkena dampak bencana di mana diperkirakan sekitar 65 persen dari kerusakan dan kerugian dialami oleh Kabupaten Sleman disusul oleh Kabupaten Magelang yang menerima sekitar 15 persen dampak bencana. Diperkirakan nilai kerugian adalah sebesar biaya sewa lahan atau nilai pemanfaatan lahan yang tidak dapat dinikmati oleh desa (Republika, 2011). Untuk itu diperlukan adanya pemahaman dan penilaian terhadap dampak bencana (baik secara ekonomi dan finansial) untuk mengurangi kerentanan lingkungan terhadap suatu bencana (GFDRR, 2010).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai dan memahami dampak dari suatu bencana adalah DaLA (Damage and Loss Assessment) (GFDRR, 2010). Kajian penilaian kerusakan dan kerugian dilakukan dengan menggunakan metoda ECLAC, yaitu metode penilaian akibat bencana yang dikembangkan oleh "The Economic Commission for Latin America and the Caribbean" (ECLAC) .
Penilaian dampak bencana menggunakan metode DaLA dapat dibedakan
menjadi penilaian kerusakan (damage) yang menekankan pada penilaian
kerusakan aset fisik pascabencana, serta penilaian kehilangan (loss) yang
mempertimbangkan perubahan kondisi ekonomi pascabencana (BAPPENAS,
2006; GFDRR, 2010). Kerusakan yang diakibatkan oleh erupsi Gunungapi
Merapi berdampak pada sektor permukiman, infrastruktur, telekomunikasi, listrik
dan energi, serta air bersih. Di sektor permukiman, akibat erupsi Gunungapi
Merapi telah mengubur sejumlah dusun di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
mengakibatkan ribuan rumah penduduk mengalami kerusakan (BAPPENAS,
2011).
Metode penilaian kerusakan dan kerugian tersebut akan digunakan untuk menilai tingkat kerusakan lahan kopi di daerah studi, yakni wilayah Kecamatan Cangkringan yang terkena dampak erupsi vulkanik Gunungapi Merapi pada tahun 2010 yang lalu. Wilayah ini dipilih sebagai daerah penelitian karena merupakan wilayah ini memiliki luas lahan kopi paling luas terkena dampak erupsi vulkanik.
Total wilayah lahan kopi di Sleman seluas + 313 hektar. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian penilaian tingkat kerusakan dan kehilangan, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Bagaimana karakteristik lahan kopi pada daerah terdampak pascaerupsi 2010 pada daerah penelitian?
b. Bagaimana kondisi area tanam/budidaya lahan kopi pascaerupsi 2010 pada daerah penelitian?
c. Bagaimana tingkat kerusakan dan kehilangan lahan kopi pascaerupsi 2010 pada daerah penelitian?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kerusakan lahan kopi yang terjadi pasacaerupsi Gunungapi Merapi 2010.
Beberapa tujuan spesifik yang harus tercapai untuk memenuhi tujuan umum tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui karakteristik lahan kopi pada daerah terdampak pascaerupsi 2010 pada daerah penelitian
b. Mengetahui kondisi tanaman kopi pascaerupsi Merapi 2010 pada daerah penelitian
c. Mengetahui karakteristik tingkat kerusakan tanaman kopi pascaerupsi Merapi
2010 pada daerah penelitian berdasarkan penilaian kerusakan dan kehilangan
1. 3 Manfaat Penelitian
a. Manfaat penelitan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis dalam penjelasannya dengan distribusi spasial kaitannya dengan kerusakan dan kehilangan pada bencana erupsi Merapi 2010 khususnya berkaitan dengan lahan kopi di daerah penelitian.
b. Manfaat penelitian untuk institusi pemerintah
Informasi yang diberikan pada penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pemerintah dalam melakukan antisipasi terhadap bencana serupa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan institusi pemerintah mampu memberikan proses edukasi berupa mitigasi bencana dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kerugian, kerusakan maupun kehilangan terutama berkaitan dengan produk-produk unggulan pada daerah bencana.
1.4 Keaslian Penelitian
Dalam penelitian ini, tidak erlepas dari keterkaitan hasil Penelitian sebelumnya berkaitan dengan permasalahan bencana dan juga Penilaian Kerusakan dan kehilangan. Adapun penelitian terkait tema serupa dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 Penelitian-penelitian terkait tema penilaian kerusakan lahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sidiq pada tahun 2012, penilaian
kerusakan lahan pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 difokuskan pada lahan
pertanian di sekitar DAS Gendol. Dalam penelitian ini kerusakan lahan pertanian
dilakukan penilaian secara menyeluruh dan tidak spesifik meneliti salah satu
komoditas pertanian. Adapun temuan penting yang dapat dijadikan referensi pada
penelitian ini, adalah penjabaran detail mengenai pengklasifikasian tingkat
kerusakan dan kehilangan lahan pertanian, sehingga peneliti melakukan penilaian
kerusakan lahan spesifik pada komoditas kopi di tiga dusun yaitu Dusun Petung,
Jambu, dan Gading dengan mengacu pada klasifikasi tingkat kerusakan dan kehilangan pertanian.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh BAPPENAS tahun 2006, kegiatan dalam penelitian itu mengestimasi kerusakan lahan dengan metode DaLA (Damage and Loss Assessment) dengan mengacu pada erupsi Gunungapi Merapi tahun 2006. Penelitian ini tidak mengestimasi secara detail mengenai dampak erupsi terhadap lahan kopi di wilayah Gunungapi Merapi.
Referensi penting yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah metode penghitungan kerusakan dan kehilangan dalam komoditas pertanian.
Judul Penelitian, Tahun, Daerah
Penelitian, Peneliti
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Teknik Analisis
dan Sumber Penelitian
Hasil dalam Penelitian
Penilaian Tingkat Kerusakan Lahan Pertanian
Pascaerupsi Merapi 2010, 2011, Iqbal Putut
1.Mengetahui area terdampak pascaerupsi
2.Mengetahui kondisi lahan pertanian pascaerupsi 3.Mengatahui karakteristik
tingkat kerusakan lahan pertanian berdasarkan penilaian kerusakan dan kehilangan
• Penilaian kerusakan dan kehilangan (Damage and Loss
Assessment)
Analisis kerusakan dan kehilangan
Hasil yang diharapkan:
• Gambaran daerah terdampak pasca erupsi 2010
• Gambaran kondisi lahan pertanian pascaerupsi 2010
• Gambaran tingkat kerusakan lahan pascaerupsi 2010
Preliminary Damage and Loss Assessment, Yogyakarta and Central Java Natural Disaster, 2006,
BAPPENAS
Menilai kerusakan dan kerugian yang diderita pascabencana gempabumi dan erupsi Gunungapi Merapi 2006
• Penilaian kerusakan dan kehilangan (Damage and Loss
Assessment)
Analisis kerusakan dan kehilangan
Deskripsi nilai kerusakan dan kehilangan yang diderita pascabencana Tabel 1.1 Penelitian – penelitian terkait tema penilaian kerusakan lahan
Berlanjut ke halaman berikutnya
Judul Penelitian, Tahun, Daerah
Penelitian, Peneliti
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Teknik Analisis
dan Sumber Penelitian
Hasil dalam Penelitian
Impact of the 2006 Eruption of Merapi Volcano, Indonesia, on Agriculture and Infrastructure, 2007, Wilson et al.
Mengetahui dampak erupsi Gunungapi Merapi 2006 terhadap aktivitas pertanian dan infrastruktur
• Survei lapang dan
pengamatan
• Wawancara kepada petani dan
penduduk lokal
• Wawancara dengan ahli pertanian dan tanah
Analisis deskriptif terkait dampak letusan terhadap pertanian dan infra- struktur
Gambaran dampak erupsi terhadap sektor pertanian dan
infrastruktur
Volcanic Activity and
Environment:
Impact on Agriculture and Use of
Geological Data to Improve Recovery
Processes, 2009, Sylviane L.G, Lebon
1.Memahami interaksi antara produk-produk vulkanik dengan lingkungan
2.Mengevaluasi penggunaan informasi geologis untuk penilaian tahap awal dari pengaruh aktivitas vulkanik terhadap tanah dan air 3.Menentukan informasi-
informasi umum yang dibutuhkan untuk perencanaan tahap awal 4.Mempertimbangkan
integrasi kerja interdispliner, untuk rencana mitigasi dan pencegahan yang sesuai
• Pengumpulan informasi dampak produk- produk vulkanik terhadap aktivitas pertanian
• Mengkombin asikan tinjauan dari bukti-bukti lapangan
Analisis interdisiplin
• Penjabaran jenis produk-produk vulkanik yang mempengaruhi aktivitas pertanian
• Kegunaan informasi geologi dalam usaha rehabilitasi
Identifikasi Sifat Kimia Abu Volkan, Tanah dan Air di Lokasi Dampak Letusan Gunung Merapi, 2010, Kasno, dkk.
Mengidentifikasi dampak letusan Gunungapi Merapi 2010 terhadap sifat kimia, fisika, dan biologi tanah dan air pertanian
• Survei dan pengambilan sampel abu, tanah, dan air
• Uji
laboratorium terhadap sampel
Analisis sifat kimia tanah dan air, seperti pH, kation, dan anion
Penilaian kandungan kimia abu vulkanik, tanah, dan air pada daerah terdampak erupsi
Lanjutan Tabel 1.1