• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH SEMINAR. Kata kunci : beton ringan,batu apung, ukuram gradasi agregat kasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NASKAH SEMINAR. Kata kunci : beton ringan,batu apung, ukuram gradasi agregat kasar."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH SEMINAR

PENGARUH UKURAN GRADASI AGREGAT LOLOS SARINGAN 9,5MM, 16MM,19MM DAN 25MM TERHADAP KUAT TEKAN BETON

DENGAN MENGGUNAKAN BATU APUNG SEBAGAI AGREGAT KASAR 1

Anggriani Giezela2,As’at Pujianto 3, Restu Faizah4

INTISARI

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang memiliki perkembangan dimana penggunaanya semakin meningkat, selain baja dan kayu.

Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, agregat halus dan agregat kasar dengan perbandingan tertentu. Campuran adukan beton atau perancangan campuran beton dalam penelitian ini menggunakan metode beton normal dimana untuk berat agregat kasarnya diganti dengan volume karena agregat kasar batu apung yang berasal dari Lombok,Mataram memiliki berat jenis yang ringan dan akan menghasilkan kuat tekan beton yang berbeda dengan kuat tekan beton normal.

Dalam penelitian ini menggunakan variasi ukuran gradasi agregat lolos saringan 9,5 mm, 16 mm, 19 mm dan 25 mm menggunakan agregat kasar batu apung. Benda uji yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 12 sampel, terdiri dari 4 variasi ukuran agregat dan masing-masing variasi 3 sampel (3 sampel untuk uji tekan).

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hasil kuat tekan beton dengan agregat kasar batu apung (pumice) didapat persamaan y = 0,0514x2 – 1,9974x + 26,271 pada umur 28 hari dengan variasi ukuran agregat 9,5 mm, 16 mm, 19 mm dan 25 mm dengan fas tetap 0,50 berturut-turut yaitu sebesar 11,935 Mpa ; 7,471 Mpa ; 6,876 Mpa ; 8,461 Mpa sedangkan hasil nilai kuat tekan optimum beton yaitu 10,219 Mpa dengan ukurang agregat 9,5 mm. diketahui pula hasil berat jenis dengan persamaan y = 1,7172x2 – 59,16x + 2085,7 pada variasi ukuran agregat 9,5 mm, 16 mm, 19 mm dan 25 mm berturut-turut yaitu 1678,657 Kg/m3, 1578,657 Kg/m3, 1581,569 Kg/m3 dan 1679,950 Kg/m3 sedangkan hasil berat jenis tertinggi 1678,657 Kg/m3 dengan ukuran agregat 9,5 mm dan untuk hubungan nilai slump dengan ukuran gradasi agregat didapat persamaan y = 0,0082x2 – 0,3559x + 27,216 pada variasi 9,5mm, 16mm, 19mm dan 25mm berturut-turut yaitu 24,57cm, 23,62cm, 23,41cm dan 23,44cm.

Kata kunci : beton ringan,batu apung, ukuram gradasi agregat kasar.

1 Disampaikan pada seminar tugas akhir

2 20120110056 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UMY

3 Dosen Pembimbing I

4 Dosen Pembimbing II

(2)

1. PENDAHULUAN

Beton ringan memiliki kemampuan struktural bila memiliki kuat tekan minimal 17 MPa dan berat isi kurang dari 1840 kg/m3 (Nevile and brooks, 1993 dalam jurnal akmaludin,2009), biasanya diperoleh bila menggunakan agregat kasar yang berasal dari material dengan berat yang ringan.Batu apung itu sendiri memiliki berat jenis yang kurang dari 1840 kg/m3 (Nevile and brooks, 1993 dalam jurnal akmaludin,2009), untuk penelitian ini yang akan dilakukan yaitu pengujian kuat tekan beton ringan yang menggunakan agregat kasar batu apung dan dipecah sesuai ukuran gradasi lolos saringan 9,5mm,16mm,19mm dan 25mm, untuk agregat kasar batu apung mempunyai sifat yang dapat dikelompokkan menjadi gradasi rapat (well graded) atau disebut gradasi standard dan dimana terkadang hanya dijumpai gradasi sela (gap graded) atau gradasi seragam (uniform graded).

Batu apung adalah salah satu material ringan yang memiliki berat isi antara 500 sampai 900 kg/m3 dan bergradasi relative besar. Didaerah Lombok atau daerah lainya batu apung merupakan hasil limbah dari sisa vulkanik tetapi untuk batu apung yang memiliki ukuran lebih besar dari 40mm masih digunakan sedangkan yang berukuran 10- 20mm dibuang atau menjadi limbah, oleh karena itu material ini sering dijadikan agregat kasar dalam suatu komposisi campuran beton ringan.

Dalam penelitian ini akan ditinjau pengaruh ukuran gradasi agregat terhadap kuat tekan beton menggunakan gradasi rapat (well graded) yang dimana agregat batu apung dipecah kemudian di saring dengan ukuran saringan dari yang kecil minimal 9,5mm dan saringan yang besar maksimal 25mm atau yang lolos pada saringan tersebut

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perbandingan kuat

tekan beton dengan variasi ukuran agregat yang berbeda ?

2. Bagaimana berat jenis pada batu apung tersebut dengan variasi ukuran agregat yang berbeda ? 3. Bagaimana hubungan nilai slump

terhadap variasi ukuran agregat ? Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Meneliti kuat tekan beton dengan campuran variasi gradasi agregat kasar batu apung.

2. Meneliti berat jenis beton dengan campuran variasi gradasi agregat kasar batu apung.

3. Meneliti grafik gradasi agregat kasar menggunakan batu apung dengan nilai slump.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

a. Widi Asmono, Andreas Hendra (2014), melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Komposisi Batu Apung dan Batu Pecah sebagai Agregat Kasar Terhadap Sifat Mekanis Beton Ringan”.

Hasil penelitian pada pengujian ini diperoleh nilai kuat tekan rata-rata pada umur 28 hari dengan substitusi batu apung 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% berturut-turut adalah 41,457 MPa, 18,498 MPa, 10,346 MPa, 14,808 MPa, 14,150 MPa.

b. Hidayat, Ahmat Nurul (2012), melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Komposisi Agregat Kasar (Breksi Batu Apung dan Batu Pecah) Terhadap Berat Jenis dan Kuat Tekan”,Beton ringan dengan batu apung 100% pada umur 56 hari dapat mencapai kuat tekan sebesar 18,42 Mpa, sedangkan beton ringan dengan variasi kerikil 25% mencapai kuat tekan sebesar 22,41 Mpa,50%

mencapai kuat tekan sebesar 26,83 Mpa,75% mencapai kuat tekan sebesar 36,60 Mpa dan 100%

mencapai kuat tekan sebesar 46,37 Mpa,hal ini disebabkan karena

(3)

pengaruh dari efek penambahan kerikil (batu split) yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari kerikil (batu apung).

c. Hermansyah (2013), melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Ukuran Gradasi Batu Apung Terhadap Kuat Tekan Dengan Ukuran Agregat Seragam 10mm,15mm,20mm dan 25mm”, Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat hasil yaitu sesuai ukuran gradasi secara berturut- turut yaitu 14,2815 Mpa, 9,9610 Mpa, 8,3232 Mpa, 6,9182 Mpa.

Dapat dilihat bahwa kuat tekan maksimum beton dengan agregat kasar batu apung didapat pada ukuran gradasi maksimum 10 mm yaitu sebesar 14,2815 Mpa,Menunjukan bahwa kuat tekan pada beton dengan menggunakan campuran agregat kasar 10 mm lebih besar bila dibandingkan dengan beton dengan menggunakan agregat kasar 15 mm, 20 mm, dan 25 mm.

d. Akmaluddin, Akmal (2009), melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Ukuran Butir Batu Apung Terhadap Sifat Mekanik Beton Ringan“.Hasil yang diperoleh untuk tiga macam variasi ukuran butir yaitu kurang dari 5mm, antara 5-10 mm dan diameter 10-20 mm. Dengan demikian hasil pengujian beton ringan dengan agregat 5-10 mm lebih kokoh secara individu dibandingkan dengan agregat kasar 10-20 mm, sehingga pada gilirannya nilai FD 5-10 mm > FD 10-20 mm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agregat dengan ukuran butir 5-10 mm memberikan nilai kuat tekan optimum sebesar 16,8 MPa. Nilai tersebut diperoleh menggunakan konsep dividing strength yang menghasilkan fas 0,60 yang setara

dengan jumlah semen yang dibutuhkan sebanyak 339 kg/m3.

Kelompok agregat ini juga menghasilkan sifat mekanik lain yang sebanding dengan kuat tekannya.

2.2 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian, dari penelitian yang sudah dijelaskan diatas baik dari penelitian pertama sampai penelitian keenam disana terdapat banyak perbedaan, baik perbedaan tersebut dari jenis semen yang dipakai, pasir yang dipakai setiap penelitian berbeda dan agregat kasar batu apung yang dipakai juga berbeda asalnya.

Untuk penelitian ini merupakan penelitian menggenai variasi ukuran gradasi agregat kasar batu apung lolos saringan 9,5mm, 16mm, 19mm dan 25mm menggunakan metode beton normal sebagai mix design. Penelitian ini menggunakan bahan campuran beton berupa agregat kasar batu apung yang berasal dari Lombok,Mataram, agregat halus berupa pasir dari Muntilan,Kabupaten Sleman, semen yang digunakan yaitu semen Portland merk Holcim dan air yang dipakai dari laboraturium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat pembuatan benda uji di laboraturium menggunakan mesin mixer atau molen setelah itu dicetak kedalam silinder berukuran diameter 15cm dan tinggi 30cm sebanyak 12 buah silinder, untuk perawatan benda uji tersebut hanya direndam dalam bak perendam beton selama 28 hari, sesudah 28 hari benda uji tersebut diangkat kemudian dilakukan uji kuat tekan tekan menggunakan mesin uji tekan beton merk Hung Ta 8391 PC dengan kapasitas 2000 kN. Dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak terdapat kesamaan terhadap judul maupun ukuran variasi dari penelitian 1 sampai 6 yang sudah dijelaskan diatas sehingga penelitian ini dapat

(4)

dibuat dan dilanjutkan hingga selesai serta mendapatkan kuat tekan yang diharapkan.

3. LANDASAN TEORI

3.1 Definisi Beton

Pada dasarnya beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi, namun kuat tariknya sangat rendah maka hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan kekuatan dan keawetan yang bagus yaitu pemilihan material, nilai perbandingan bahan-bahannya, proses pelaksanaan campuran, pemadatan dan perawatan (Tjokrodimulyo, 2007).

3.2 Material Penyusun Beton a. Semen Portland

Semen Portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Semen portland adalah bahan kontruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut (spesifikasi bahan bangunan bagian A, SK-SNI-S- 04-1989-F).

Fungsi utama semen adalah untuk bereaksi dengan air menjadi pasta semen serta mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat (Tjokrodimuljo,2007).

b. Pasir

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu (Tjokrodimuljo,2007).

c. Air

Penggunaan air digunakan untuk mereaksikan semen sehingga menghasilkan pasta semen yang berfungsi untuk mengikat agregat.

Selain itu, fungsi air untuk membasahi agregat dan memberi kemudahan dalam pengerjaan.Penggunaan fas yang terlalu tinggi mengakibatkan bertambahnya

kebutuhan air sehingga mengakibatkan pada saat kering beton mengandung banyak pori yang nantinya berdampak pada kuat tekan beton yang rendah.

d. Agregat Kasar Batu Apung

Batu apung merupakan agregat alamiah yang ringan serta umum penggunaanya. Asalkan bebas dari debu vulkanik yang halus dan bahan yang bukan volkanik asalnya, seperti lempung, batu apung menghasilkan beton ringan yang memuaskan dengan berat jenis antara 720 kg/ dan 1440 kg/ . Batu apung dapat memberikan isolasi panas yang lebih baik dari pada beton ringan lainya sedangkan mineral- mineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit (Murdock dan Brook,1986).

e. Gradasi Ukuran Agregat

Agregat merupakan bahan terbanyak didalam beton, maka semakin banyak persen agregat dalam campuran beton maka semakin murah harga beton. Gradasi merupakan ukuran atau standar agregat untuk beton dan biasanya yang dipakai adalah agregat normal, gradasi dibagi 3 yaitu :

1) Gradasi seragam (uniform graded) Gradasi ukuran butir yang hampir sama dan hanya mengandung sedikit agregat halus.

2) Gradasi rapat (dense graded) Agregat yang memiliki butiran dari agregat kasar sampai halus.

3) Gradasi senjang (gap graded) Agregat yang tidak lengkap atau yang jumlahnya sedikit sekali 3.3 Kuat Tekan Beton

Cara pengujian tekan beton menurut SNI 03-1974-1990 Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Ambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain.

(5)

2. Tentukan berat dan ukuran benda uji.

3. Lapislah (capping) permukaan atas beton apabila permukaan beton tidak rata menggunakan mortar belerang.

4. Letakkan benda uji pada mesin secara sentris. Sesuai dengan tempat yang tepat pada mesin tes kuat tekan.

5. Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/m3 per detik.

6. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemariksaan benda uji.

7. Pengujian kuat tekan beton batu apung ini dilakukan pada saat beton berumur 28 hari.

Pengujian kuat tekan beton menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm. Besarnya P dapat diketahui dengan pembacaan jarum yang ditunjukan oleh mesin kuat tekan yaitu angka tertinggi yang ditunjukan sebelum sampel yang berbentuk silinder pecah atau hancur.Besar kuat tekan beton data dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

P = beban tekan (KN) A = Luas bidang tekan (cm2) 4. METODE PENELITIAN

4.1 Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Air yang diambil dari Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Agregat halus berupa pasir Merapi yang berasal dari Muntilan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta c. Agregat kasar berupa batu apung dengan diameter maksimum 25mm yang berasal dari Lombok,Mataram.

d. Semen yang digunakan adalah semen kelas I merk Holcim.

4.2 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini dari mulai pemeriksaan bahan sampai dengan pengujian benda uji, antara lain:

a. Timbangan merk Ohaus dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan pangan merk Sentisinal dengan kekuatan menimbang 150kg , untuk mengetahui berat dari bahan-bahan penyusun beton.

b. Oven dengan merk Binder, untuk pengujian atau pemeriksaan bahan- bahan yang akan digunakan dalam campuran beton.

c. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC , untuk menakar volume air.

d. Erlenmeyer dengan merk Pyrex, untuk pemeriksaan berat jenis.

e. Mesin saringan agregat kasar dan agregat halus (electric sieve shaker) dengan merk Tatonas

f. Buku atau kertas serta bulpoin, untuk mencatat hasil berat benda uji sebelum dan sesudah direndam di bak.

g. Cetakan beton berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

h. Wajan, sekop dan nampan besi untuk mencampur dan mengaduk campuran benda uji.

i. Palu dan penumbuk kayu, untuk memecahkan batu apung sesuai ukuran yang di tentukan dalam penelitian

j. Mistar dan kaliper, untuk mengukur dimensi dari alat-alat benda uji yang digunakan.

k. Corong baja yang berbentuk kerucut (abrahams).

l. Sekop, cetok dan talam, untuk menampung dan menuang adukan beton ke dalam cetakan.

m. Mesin molen, untuk mencampur bahan membuat beton.

(6)

n. Penumbuk besi untuk menumbuk campuran beton yang sudah dimasukkan kedalam cetakan.

o. Mesin uji tekan beton merk Hung Ta 8391 PC dengan kapasitas 2000 kN.

4.3 Bagan Alir Penelitian

Adapun bagan alir tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian 4.4 Pembuatan Benda Uji

Metode pembuatan beton yaitu sebagai berikut:

a. Agregat halus, semen dan agregat kasar batu apung dicampur ke dalam wajan atau mixer pengaduk beton segar.

b. Setelah itu tambahkan air perlahan lahan.

c. Kemudian campuran beton segar dicetak kedalam cetakan silinder

dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 12 buah dengan dilakukan penumbukan setiap sepertiga selama 25 kali dari tinggi cetakan.

4.5 Perawatan Benda Uji

Perawatan benda uji dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Beton segar diletakkan atau didiamkan dalam bak perendam untuk beton yang berisi air penuh tanpa terkena panas matahari secara langsung selama 28 hari.

b. Beton segar diberi nama dengan kertas label sesuai dengan variasinya.

c. Setelah 28 hari, beton diangkat dari bak perendam dan siap untuk diuji kuat tekan.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Kebutuhan bahan susun untuk 3 sampel

Variasi FAS Air Ps Pc Ukuran ( gr) ( gr ) ( gr ) 9,5 mm 0,50 4344 10082 8688 16 mm 0,50 4344 10082 8688 19 mm 0,50 4344 10082 8688 25 mm 0,50 4344 10082 8688

5.1 Kuat Tekan Beton

Tabel 2. Hasil uji kuat tekan beton umur 28 hari

Ukuran Gradasi (mm)

Benda Uji

Kuat tekan (MPa)

Kuat tekan

rata- rata (Mpa) 9,5 B 11,430 11,827

C 12,223

16 A 8,093 8,076

C 8,059

19 B 6,159 6,267

C 6,375

25 A 8,939 8,599

B 8,258

(7)

Gambar 1 Grafik Hasil Kuat Tekan Beton Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa kuat tekan maksimum beton dengan agregat kasar batu apung didapat pada ukuran gradasi maksimum 9,5 mm yaitu sebesar 11,935 MPa dengan persamaan y =0,0514x2 – 1,9974x + 26,271 dengan nilai R2 yaitu 0,9358, fungsi dari nilai R2 yaitu untuk mengetahui keakuratan data yang telah kita regres.

Pada gambar 1 menunjukan bahwa kuat tekan pada beton dengan menggunakan campuran agregat kasar 9,5 mm lebih besar bila dibandingkan dengan beton dengan menggunakan agregat kasar 16 mm, 19 mm dan 25 mm, itu dikarenakan ukuran rongga pada batu apung yang berdiameter besar tentu lebih banyak dan bila rongga-rongga ini tidak terisi dengan sempurna akan mengakibatkan secara individu butiran batu apung menjadi rapuh. Jelas bahwa ukuran butiran batu apung sangat mempengaruhi sifat mekanis beton ringan secara signifikan.

5.2 Berat Jenis Beton

Pada penelitian ini juga membuat hubungan antara berat jenis dengan variasi ukuran agregat berikut data dan hasil grafik:

Hubungan Berat Jenis Dengan Ukuran

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Gambar 2 Grafik Hasil Berat Jenis Berdasrkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin kecil atau rapat ukuran agregat batu apung maka semakin besar pula berat jenis yang dihasilkan oleh beton itu sendiri, ini semua dikarenakan bentuk dari agregat yang bervariasi yang mempengaruhi berat volume dari beton yang dihasilkan. Pada tabel didapatkan berat jenis beton dengan variasi campuran agregat kasar batu apung berdiameter 9,5 mm, 16 mm, 19 mm dan 25 mm dengan menggunakan persamaan y = 1,7172x2 – 59,16x + 2085,7 adalah 1678,657 Kg/m3, 1578,743 Kg/m3, 1581,569 Kg/m3 dan 1679,950 Kg/m3 dengan nilai R2 yaitu 0,8387.

5.3 Nilai Slump Beton

Pada penelitian ini juga membuat hubungan antara nilai slump dengan

Ukuran Gradasi (mm)

Benda Uji

Berat jenis (Kg/m3)

Berat jenis rata-rata (Kg/m3) 9,5 B 1698,11 1679,24

C 1660,38

16 A 1584,91 1575,47 C 1566,04

19 B 1584,88 1584,89 C 1584,91

25 A 1716,98 1679,25 B 1641,51

(8)

variasi ukuran agregat berikut data dan hasil grafik:

Hubungan Slump dengan Ukuran Gradasi

Sumber : Hasil Penelitian,2016

Gambar 3 Grafik Nilai Slump Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa ukuran untuk slump beton dengan agregat kasar batu apung dari ukuran agregat 9,5 mm, 16mm, 19mm dan 25mm terlihat jarak ukuran slump yang tidak terlalu jauh dan tidak mempengaruhi ukuran agregat tersebut. Untuk ukuran agregat 9,5 mm slumpnya hanya beda 1 cm dari ukuran agregat yang 16 mm nilai slump sebesar lain maka dalam hubungan slump dengan ukuran gradasi tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat mekanis baton ringan secara signifikan.Untuk grafik hubungan slump dengan ukuran gradasi agregat didapat persamaan y = 0,0082x2 – 0,3559x + 27,216.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan:

a. Hasil kuat tekan menggunakan 2 data benda uji yang bervariasi sesuai dengan ukuran gradasi agregat, untuk

agregat ukuran 9,5 mm didapat kuat tekan sebesar 11,935 Mpa, 16 mm didapat kuat tekan sebesar 7,471 Mpa, 19 mm didapat kuat tekan sebesar 6,876 Mpa dan untuk ukuran 25 mm sebesar 8,461 Mpa, pada umur 28 hari dan faktor air semen tetap 0,50 setiap variasi ukuran agregat.

b. Hasil hubungan berat jenis dengan ukuran gradasi agregart tersebut yaitu untuk ukuran agregat 9,5 mm sebesar 1678,657 Kg/m3, 16 mm sebesar 1578,743 Kg/m3, 19 mm sebesar 1581,569 Kg/m3 dan 25 mm sebesar 1679,950 Kg/m3 dengan nilai R2 yaitu 0,8387, fungsi nilai R2 tersebeut untuk memastikan keakuratan data yang telah diregres.

c. Hasil nilai slump dari ukuran 9,5 mm sebesar 24,57 cm, 16 mm sebesar 23,62 cm, 19 mm sebesar 23,41 cm dan 25 mm sebesar 23,44 cm. Untuk ukuran agregat 9,5 mm slumpnya hanya beda 1 cm dari ukuran agregat yang berukuran 16 mm, 19 mm dan 25 mm maka dalam hubungan nilai slump dengan ukuran gradasi agregat tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat mekanis beton ringan secara signifikan.

7. SARAN

Ada beberapa saran terkait dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sehingga penelitian ini dapat benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Diusahakan untuk penelitian selanjutnya mengenai batu apung menggunakan variasi ukuran gradasi agregat yang lebih bagus dan lebih rapat lagi, serta menggunakan FAS (faktor air semen ) yang kecil agar dapat nilai slump yang sesuai standar.

b. Untuk penelitian yang selanjutnya dalam perawatan benda uji dilakukan selama umur beton 56 hari atau 90 hari supaya dapat hasil kuat tekan yang bagus dan tidak terlalu kecil.

Ukuran Gradasi (mm)

Slump (cm)

9,5 24,5

16 24

19 23,5

25 23

(9)

c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan batu apung (pumice) yaitu dengan menggunakan bahan tambahan kimia (zat additif) yang berfungsi sebagai memperkuat mutu beton.

d. Perlu dilakukan perbandingan antara beton batu apung(pumice) normal dengan beton batu apung (pumice) menggunakan bahan tambahan, seperti sika,alumunium pasta,superplaticizer dll, fungsi dari perbandingan ini untuk melihat perbandingan nilai kuat tekan beton tersebut dan nilai slump.

8. DAFTAR PUSTAKA

Akmaluddin, Akmal., 2009, “Pengaruh Ukuran Butir Batu Apung Terhadap Sifat Mekanik Beton Ringan“, Universitas Mataram.

ASTM C-330, Persyaratan gradasi agregat berbobot ringan untuk beton struktural

Hermansyah., 2013,“Pengaruh Ukuran Gradasi Batu Apung Terhadap Kuat Tekan Dengan Ukuran

Agregat Seragam

10mm,15mm,20mm dan 25mm”, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hidayat, Ahmat Nurul.,2012,“Pengaruh Komposisi Agregat Kasar (Breksi Batu Apung dan Batu Pecah) Terhadap Berat Jenis dan Kuat Tekan”,Universitas Negeri Yogyakarta.

Murdock dan Brook., 1986, Bahan dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.

Nawy., 1985 dalam jurnal Hermansyah.,2013, “Pengaruh Ukuran Gradasi Batu Apung Terhadap Kuat Tekan Dengan Ukuran Agregat Seragam 10mm, 15mm, 20mm dan 25mm”, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Neville,1977 dalam Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, KMTS FT UGM, Yogyakarta.

Mulyono, T., 2004, Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.

Nugroho, Bayu Prio.,2013, “ Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Balok Tanpa Tulangan Beton Ringan Menggunakan Batu Apung Sebagai Agregat Kasar Dengan Bahan Tambah Kapur dan Alumunium Pasta”

Situs/Web.,2005 “Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan BatuBara”, didesain dan peliharaan

SK SNI : 03-1970-2008:”Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus”.

SK SNI 03-1968-1990:” Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar”.

SK SNI 03-1974-1990 :”Metode Pengujian Kuat Tekan Beton”.

SK SNI S-04-1989-F:” Specifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam)”.

SNI 03-1970-1990 : “Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus”.

SNI 03-1971-1990 : “Metode Pengujian Kadar Air Agregat”.

Soleh, Muhammad.,2002,“Pengaruh Gradasi Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan,Tarik dan Lentur”,Universitas Gajah Mada.

Tjokrodimuljo, K., 1992, Teknologi Beton, KMTS FT UGM, Yogyakarta.

Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, KMTS FT UGM, Yogyakarta.

Widi Asmono, Andreas

Hendra.,2014,“Pengaruh

Komposisi Batu Apung dan Batu Pecah sebagai Agregat Kasar Terhadap Sifat Mekanis Beton Ringan”, Universitas Atma Jaya.

Gambar

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian  4.4 Pembuatan Benda Uji
Gambar 1 Grafik Hasil Kuat Tekan Beton  Berdasarkan  tabel  2  dapat  dilihat  bahwa  kuat  tekan  maksimum  beton  dengan  agregat  kasar  batu  apung  didapat  pada  ukuran  gradasi  maksimum  9,5  mm  yaitu  sebesar  11,935  MPa  dengan  persamaan  y  =
Gambar 3 Grafik Nilai Slump  Berdasarkan  gambar  3  dapat  dilihat  bahwa  ukuran  untuk  slump  beton  dengan  agregat  kasar  batu  apung  dari  ukuran  agregat 9,5 mm, 16mm, 19mm dan 25mm  terlihat  jarak  ukuran  slump  yang  tidak  terlalu  jauh  dan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang pertama adalah harga hewan ternak di pasar yang berlaku pada saat transaksi terjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari harga jual yang ditetapkan MT Farm,

Panti asuhan yatim mardhatillah Kartasura merupakan tempat untuk mengatasi berbagai kendala sosial, salah satu diantaranya adalah masalah pendidikan bagi anak

Berdasarkan evaluasi sel kosong masih terdapat nilai indeks perbaikan yang lebih kecil dari nol atau bernilai negatif (-), maka pedistribusian Raskin oleh perusahaan belum

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “ FAKTOR YANG PENGARUHI PEMILIHAN KARIR SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK BAGI MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN

Puji syukur selalu dicurahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran USU Medan, Direktur RSUP H Adam Malik Medan, Kepala Instalasi

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran think pair share berbantuan modul praktikum dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sistem pernapasan

Alat pemijat pada infra bag ini membutuhkan daya yang diperoleh dari baterai dimana baterai memerlukan pengisian daya yang diperoleh dari listrik PLN atau energi