• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 DAN FLY ASH TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON RINGAN DENGAN AGREGAT KASAR BATU APUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 DAN FLY ASH TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON RINGAN DENGAN AGREGAT KASAR BATU APUNG."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

67 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari data hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 7 hari dengan variasi kadar

Glenium ACE 8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

berturut-turut sebesar 5,21 MPa, 5,58 MPa, 6,03 MPa, 6,19 MPa. Nilai

kuat tekan tertinggi pada umur 7 hari terjadi pada kadar Glenium ACE

8590 sebesar 1,5%, terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 15,83% dari

beton tanpa Glenium.

2. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 14 hari dengan variasi kadar

Glenium ACE 8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

berturut-turut sebesar 7,63 MPa, 7,79 MPa, 8,55 MPa, 8,65 MPa. Nilai

kuat tekan tertinggi pada umur 14 hari terjadi pada kadar Glenium ACE

8590 sebesar 1,5%, terjadi pengingkatan kuat tekan sebesar 11,79% dari

beton tanpa Glenium.

3. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi kadar

Glenium ACE 8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

berturut-turut sebesar 9,06 MPa, 9,23 MPa, 10,52 MPa, 11,07 MPa. Nilai

kuat tekan tertinggi pada umur 28 hari terjadi pada kadar Glenium ACE

8590 sebesar 1,5%, terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 18,16% dari

(2)

68

4. Nilai modulus elastisitas beton rerata pada umur benda uji 28 hari dengan

variasi kadar Glenium ACE 8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan

fly ash 20%, berturut-turut sebesar 9397,79 MPa, 15877,62 MPa,

16000,65 MPa, dan 16579,29 MPa. Nilai modulus elastisitas tertinggi

pada umur 28 hari terjadi pada kadar Glenium ACE 8590 sebesar 1,5%,

terjadi peningkatan modulus elastisitas beton sebesar 30,67% dari beton

tanpa Glenium.

5. Nilai kuat lentur beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi kadar

Glenium ACE 8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

berturut-turut sebesar 2,29 MPa, 2,61 MPa, 3,32 MPa, 4,08 MPa. Nilai

kuat lentur tertinggi pada umur 28 hari terjadi pada penambahan kadar

Glenium ACE 8590 sebesar 1,5%, terjadi peningkatan kuat lentur sebesar

43,87% dari beton tanpa Glenium.

6. Berat jenis beton umur 7 hari dengan penambahan kadar Glenium ACE

8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20% berturut-turut

sebesar 1500,80 kg/m3, 1515,60 kg/m3, 1547,35 kg/m3, 1551,95 kg/m3

termasuk kedalam kategori beton ringan dengan berat jenis < 1850 kg/m3.

7. Berat jenis beton umur 14 hari dengan penambahan kadar Glenium ACE

8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20% berturut-turut

sebesar 1547,02 kg/m3, 1519,88 kg/m3, 1566,37 kg/m3, 1568,36 kg/m3

(3)

69

8. Berat jenis beton umur 28 hari dengan penambahan kadar Glenium ACE

8590 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20% berturut-turut

sebesar 1578,17 kg/m3, 1579,01 kg/m3, 1601,28 kg/m3, 1610,57 kg/m3

termasuk kedalam kategori beton ringan dengan berat jenis < 1850 kg/m3.

9. Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa beton termasuk dalam jenis

beton ringan non struktural, karena beton dengan campuran agregat kasar

batu apung dan penambahan Glenium ACE 8590 serta penambahan fly ash

pada umur 28 hari sebesar 11,07 MPa.

10.Hasil komposisi Glenium ACE 8590 belum mencapai kondisi optimum,

karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan peningkatan kuat tekan,

kuat lentur dan modulus elastisitas dari kadar 0% hingga 1,5%, sehingga

masih ada kemungkinan terjadi peningkatan kuat tekan, kuat lentur dan

modulus elastisitas beton jika kadar Glenium ACE 8590 lebih dari 1,5%,

maka penambahan kadar Glenium ACE 8590 sampai sebesar 1,5% belum

dapat dikatakan sebagai komposisi optimum.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis yang melakukan

penelitian selanjutnya berkaitan dengan penelitian ini, antara lain adalah sebagai

berikut.

1. Perlunya memahami dahulu sifat masing-masing bahan yang diuji

(4)

70

2. Pengadukan campuran beton dengan menggunakan Glenium ACE

8590 baik dalam jumlah sedikit maupun banyak, diperlukan alat bantu

molen untuk mempermudah pekerjaan dan lebih efisien dibanding

pengadukan secara manual, dikarenakan Glenium ACE 8590 sangat

cepat bereaksi terhadap campuran beton sehingga memperkeras

campuran beton dalam waktu singkat pada saat pengadukan. Namun

perlu diperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk pengadukan

campuran beton dengan Glenium ACE 8590 menggunakan alat bantu

molen, bertujuan untuk menghindari campuran beton mengeras

didalam molen.

3. Pada variasi yang sama dilakukan dalam satu kali pengadukan dan

tidak terburu-buru dalam pengerjaan sehingga campuran benar-benar

homogen.

4. Lingkup dari penelitian yang dilakukan hanya mencakup sifat mekanik

beton saja, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kuat

tarik belak, stabilitas, keawetan dll.

5. Dengan menggunakan batu apung sebagai agregat ringan, diharapkan

mempersiapkan kondisi batu apung benar-benar dalam keadaan SSD.

6. Usahakan proses rodding atau pemadatan setiap sampel campuran

benda uji dilakukan secara konsisten agar didapatkan pemadatan yang

sama disetiap benda uji sehingga dapat memperoleh hasil yang

(5)

71

DAFTAR PUSTAKA

Asmono. A.H.W., 2015, Pengaruh Komposisi Batu Apung dan Batu Pecah

Sebagai Agregat Kasar Terhadap Sifat Mekanis Beton Ringan, Laporan

Peneltian Proyek Akhir Universitas Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta.

Badan Standarisasi nasional. (1990). Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SNI 03-1974-1990. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi nasional. (1997). Metode Pengujian Kuat Lentur Beton

Dengan Balok Uji Sederhana. SNI 03-4431-1997. Jakarta: Departemen

Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

SNI 03-2491. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). Persyaratan Beton Struktural untuk

Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002. Jakarta: Departemen Pekerjaan

Umum.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara Pencampuran Beton Ringan

Dengan Agregat Ringan. SNI 03-3449-2002. Jakarta: Departemen

Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi Nasional. (2004). Semen Portland. SNI 15-2049-2004. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Dipohusodo, Istimawan, 1994, Struktur Beton Bertulang, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Efendi, B.H., 2014, Pengaruh Komposisi Solid Material Abu Terbang dan Abu Sekam Padi Pada Beton Geopplimer dengan Alkaline Activator Sodium

Silikat dan Sodium Hidroksida, Fakultas Teknik UAJY, Yogyakarta.

Hidayat. A. N., 2013, Pengaruh Komposisi Agregat Kasar (Breksi Batu Apung

Dan Batu Pecah) Terhadap Berat Jenis Dan Kuat Tekan, Jurnal Teknik

Sipil Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Maryoto, Agus. 2008, Pengaruh Penggunaan High Volume Fly Ash Pada Kuat

Tekan Mortar, Jurnal Teknik Sipil dan Perancangan Universitas Jenderal

Soederman, Purwokerto.

Mulyono, Tri, 2004, Teknologi Beton, penerbit Andi, Yogyakarta.

(6)

72

PBI 1971. “Peraturan Beton Bertulang Indonesia”. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Prasetyo. S., 2013, Efek Penambahan Serat Campuran Polypropylene Dan Serat Baja Terhadap Kuat Lentur Dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan Dengan

Agregat Breksi Batu Apung, Laporan Peneltian Proyek Akhir Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Prawito, E., 2010, Analisa Perbandingan Berat Jenis dan Kuat Tekan antara

Beton Ringan dan Beton Normal Dengan Mutu Beton K-200, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Samekto, Wuryati dan Rahmadiyanto, Candra., 2001, Teknologi Beton, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Setiawan. Y. A., 2015, Pengaruh Komposisi Glenium ACE 8590 Dengan Fly Ash dan Filler Pasir Kuarsa Terhadap Sifat Mekanik Beton Mutu Tinggi,

Laporan Peneltian Proyek Akhir Universitas Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta.

Sutrisno dan Widodo, 2013, Analisis Variasi Kandungan Semen Terhadap Kuat

Tekan Beton Ringan Struktural Agregat Pumice, Jurnal Teknik Sipil

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tripriyo, Raka dan Tavio, 2010, Beton Agregat Ringan Dengan Substitusi Parsial

Batu Apung Sebagai Agregat Kasar, Konferensi Nasional Teknik Sipil 4

(KoNTekS 4), Bali.

Wang, C. K., Salmon, C. G., dan Binsar, H., 1986, Disain Beton Bertulang, Edisi Keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Yolanda, Mungok dan Samsurizal, 2015, Studi Eksperimen Kuat Tekan Beton

Menggunakan Semen PPC Dengan Tambahan Glenium, Jurnal Teknik

(7)

73

A. PENGUJIAN BAHAN

A.1 PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PASIR

Bahan : Pasir

Asal : Kali Progo

Diperiksa : 19 Oktober 2015

No Keterangan Hasil

A Berat Contoh Jenuh kering Permukaan (SSD) ( V ) 500 gram

B Berat Contoh kering ( A ) 490 gram

C Berat labu + Air ( W ) 656 gram

D Berat labu + Contoh SSD + Air 948 gram

E Berat Jenis Bulk =

2,404

F Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (SSD) =

2,356

G Berat Jenis Semu =

2,475

H Penyerapan ( Absortion ) =

2,041

(8)

74

A.2 PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR

I. Waktu Pemeriksaan: 21 Oktober 2015

II. Bahan

a. Pasir kering tungku, Asal : Kali Progo, Berat: 100 gram

b. Air jernih asal : LSBB Prodi TS FT-UAJY

III. Alat

a. Gelas ukur, ukuran: 250 cc

b. Timbangan

c. Tungku (oven), suhu dibuat antara 105-110oC

d. Air tetap jernih setelah 5 kali pengocokan

e. Pasir+piring masuk tungku tanggal 21 Oktober jam 10.15 WIB

IV. Sketsa

V. Hasil

Setelah pasir keluar tungku tanggal 22 Oktober jam 10.30 WIB

a. Berat piring+pasir = 223,1 gram

b. Berat piring kosong = 123,46 gram

c. Berat pasir = 99,64 gram

Air 12 cm

Pasir 100 gram

Kandungan Lumpur = 100%

(9)

75

A.3 PEMERIKSAAN KANDUNGAN ZAT ORGANIK DALAM PASIR

I. Waktu Pemeriksaan: 23 Oktober 2015

II. Bahan

a. Pasir kering tungku, Asal: Kali Progo, Volume: 120 gram

b. Larutan NaOH 3%

III. Alat

Gelas ukur, ukuran: 250cc

IV. Sketsa

V. Hasil

Setelah didiamkan selama 24 jam, warna larutan di atas pasir berwarna

kuning muda sehingga sesuai dengan warna Gardner Standard Color No. 8. 200 cc

120 gr

NaOH 3%

(10)

76

A.4 PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR BATU APUNG

Bahan : Batu Apung

Asal : Bantul

Diperiksa : 24 Oktober 2015

Nama Pemeriksaan I II

Berat Sample Batu Apung ( W ) 14,81 gr 5,63 gr

Berat Cawan ( A ) 13,49 gr 100,73 gr

Berat Cawan + Raksa ( B ) 363,11 gr 230,73 gr

Berat Air Raksa ( B – A ) 0,3496 kg 0,130 kg

Volume Batu Apung =

( V )

2,57 x 10-5

m3

9,57 x 10-6

m3

Berat Jenis Batu Apung = 576,099 kg/m3

587,789

kg/m3

(11)

77

A.5 PEMERIKSAAN LOS ANGELES ABRASION TEST

Bahan : Batu Apung

Asal : Bantul

Diperiksa : 25 Oktober 2015

Nomor Contoh I

Berat sebelumnya (A) 5000 gram Berat sesudah diayak saringan No. 12 (B) 3566,5 gram

Berat sesudah (A)-(B) 1433,5 gram

Keausan = 100%

(A) (B) -(A)

X 28,6%

(12)

78

B.PERENCANAAN PROPORSI ADUKAN BETON RINGAN GLENIUM A. Data Bahan

1. Bahan Agregat Halus (Pasir) : Kali Progo, Yogyakarta

2. Bahan Agregat Kasar (Batu Apung) : Bantul, Yogyakarta

3. Glenium : Surabaya

4. Jenis Semen : Portland Composite Cement,

Merk Holcim

5. Fly ash : Yogyakarta

B. Data Specific Gravity

1. Specific Gravity Agregat Halus (Pasir) : 2470 kg/m3

2. Specific Gravity Agregat Kasar (Batu Apung) : 570 kg/m3

3. Specific Gravity Glenium : - kg/m3

4. Specific Gravity Semen : 3150 kg/m3

5. Specific Gravity Air : 1000 kg/m3

6. Specific Gravity Fly ash : 2301 kg/m3

C. Hitungan (Kebutuhan Bahan Susun per m3)

 Berbagai singkatan yang digunakan :

c = Cement (semen) g = Pumice (batu apung)

s = Sand (pasir) W = Water (air)

(13)

79 Fas (W/c) = 0,4

(s+g)/c = 2 (s/g) = 1,2

C =

=

= 491,82 kg/m3

Kebutuhan masing-masing bahan penyusun per m3 :

- Fas (W/c) = 0,4

- Water = 0,4 x 491,82 kg = 196,73 kg

- S+g = 2 x 491,82 = 983,65 kg

- s/(s/g) = (s/g)/(s/g+1)

= (1,2)(1,2+1)

= 0,5454

- Pasir = 0,5454 x 983,65 = 536,53 kg

- Pumice = 983,65 – 536,53 = 447,11 kg

- Glenium = 0,5 %

= 0,005 x 491,82 = 2,4591 kg

= 1%

= 0,01 x 491,82 = 4,9182 kg

= 1,5%

(14)

80 - Fly ash = 20%

= 0,2 x 491,82 = 98,364 kg

Proporsi bahan material setiap beton ringan per m3 :

Glenium

Variation Code Cement Water Sand Pumice Glenium Fly ash

0% BGRF 0% 491,82 196,73 536,53 447,11 0 98,364

0,5% BGRF 0,5% 491,82 196,73 536,53 447,11 2,4591 98,364

1% BGRF 1% 491,82 196,73 536,53 447,11 4,9182 98,364

1,5% BGRF 1,5% 491,82 196,73 536,53 447,11 7,3773 98,364

D. Hitungan (kebutuhan bahan susun per cetakan silinder dan balok)

- Menghitung Volume Silinder

Diameter : 0,15 m

Tinggi 0,3 m

Volume silinder : x π x d2 x h = x π x 0,152 x 0,3 = 0,0053 m3

- Menghitung Volume Balok

Panjang : 0,5 m

Tinggi : 0,1 m

Lebar : 0,1 m

(15)

81

Proporsi bahan material setiap beton per silinder :

Glenium

Variation Code Cement Water Sand Pumice Glenium Fly ash

0% BGRF 0% 2,86 kg 1,82 kg 3.62 kg 3,15 kg 0 kg 0,88 kg

0,5% BGRF 0,5% 2,86 kg 1,82 kg 3,62 kg 3,15 kg 0,79 kg 0,88 kg 1% BGRF 1% 2,86 kg 1,82 kg 3,62 kg 3,15 kg 0,80 kg 0,88 kg 1,5% BGRF 1,5% 2,86 kg 1,82 kg 3,62 kg 3,15 kg 0,82 kg 0,88 kg

Proporsi bahan material setiap beton per balok :

Glenium

Variation Code Cement Water Sand Pumice Glenium Fly ash

0% BGRF 0% 2,74 kg 1,76 kg 3,46 kg 3,01 kg 0 kg 0,87 kg

(16)

82

C. BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN BETON RINGAN GLENIUM C.1 BENDA UJI SILINDER UMUR 7 HARI

DATA PENGUJIAN BENDA UJI SILINDER UMUR 7 HARI

Glenium 0%

Rata-rata 17899,26 1500,80 5,25

Glenium 0,5%

1 BGRF 0,5 A7 18153,14 1514,66 5,39

2 BGRF 0,5 B7 18368,75 1509,13 5,57

3 BGRF 0,5 C7 18105,40 1523,02 5,76

Rata-rata 18209,09 1515,60 5,58

Glenium 1%

1 BGRF 1 A7 18129,27 1507,48 5,89

2 BGRF 1 B7 17986,33 1554,90 6,18

3 BGRF 1 C7 18200,95 1579,68 6,00

Rata-rata 18105,51 1547,35 6,03

Glenium 1,5%

1 BGRF 1,5 A7 18177,04 1553,97 5,93

2 BGRF 1,5 B7 18513,20 1527,71 6,25

3 BGRF 1,5 C7 18105,40 1574,16 6,41

(17)

83 C.2 BENDA UJI SILINDER UMUR 14 HARI

DATA PENGUJIAN BENDA UJI SILINDER UMUR 14 HARI

Glenium 0%

Rata-rata 17836,26 1547,02 7,63

Glenium 0,5%

1 BGRF 0,5 A14 18634 1481,93 7,78

2 BGRF 0,5 B14 18416,84 1519,35 7,77

3 BGRF 0,5 C14 18153,14 1558,34 7,83

Rata-rata 18401,33 1519,88 7,79

Glenium 1%

1 BGRF 1 A14 17867,65 1586,41 8,53

2 BGRF 1 B14 17915,07 1575,61 8,64

3 BGRF 1 C14 18344,73 1537,09 8,49

Rata-rata 18042,48 1566,37 8,55

Glenium 1,5%

1 BGRF 1,5 A14 18153,14 1580,36 8,72

2 BGRF 1,5 B14 18081,56 1562,19 8,67

3 BGRF 1,5 C14 18344,73 1562,53 8,57

(18)

84 C.3 BENDA UJI SILINDER UMUR 28 HARI

DATA PENGUJIAN BENDA UJI SILINDER UMUR 28 HARI

Glenium 0%

Rata-rata 17868,42 1578,17 9,06

Glenium 0,5%

1 BGRF 0,5 A28 18153,14 1583,37 9,34

2 BGRF 0,5 B28 18585,63 1578,33 9,23

3 BGRF 0,5 C28 18248,81 1589,18 9,21

Rata-rata 18329,19 1583,62 9,26

Glenium 1%

1 BGRF 1 A28 18105,40 1624,47 12,56

2 BGRF 1 B28 18392,79 1562,98 9,80

3 BGRF 1 C28 18344,73 1591,71 9,08

Rata-rata 18280,97 1593,05 10,48

Glenium 1,5%

1 BGRF 1,5 A28 17725,75 1649,84 11,49

2 BGRF 1,5 B28 17678,57 1604,56 10,89

3 BGRF 1,5 C28 17772,98 1598,32 10,97

(19)

85

D. KUAT LENTUR BETON RINGAN GLENIUM D.1 BENDA UJI BALOK UMUR 28 HARI

DATA PENGUJIAN BENDA UJI BALOK UMUR 28 HARI

(20)

86

E. MODULUS ELASTISITAS BETON RINGAN GLENIUM E.1 BETON RINGAN GLENIUM 0%

Benda Uji Silinder 28 Hari Glenium

0% Satuan P ( BEBAN MAKS ) 9,09 MPa

Po 201,5 mm

LA rata - rata 17868,42 mm2 KUAT TEKAN 9,06 MPa ANGKA KOREKSI 0,92

(21)
(22)

88 E.2 BETON RINGAN GLENIUM 0,5%

Benda Uji Silinder 28 Hari Glenium

0,5% Satuan P ( BEBAN MAKS ) 9,34 MPa

Po 201,5 mm

LA rata - rata 18329,2 mm2 KUAT TEKAN 9,26 MPa ANGKA KOREKSI 0,92

(23)
(24)

90 E.3 BETON RINGAN GLENIUM 1%

Benda Uji Silinder 28 Hari Glenium

1% Satuan P ( BEBAN MAKS ) 12,56 MPa

Po 201,5 mm

LA rata - rata 18280,97 mm2 KUAT TEKAN 10,48 MPa ANGKA KOREKSI 0,92

(25)
(26)

92 E.4 BETON RINGAN GLENIUM 1,5%

Benda Uji Silinder 28 Hari Glenium

1,5% Satuan P ( BEBAN MAKS ) 11,49 MPa

Po 201,5 mm

LA rata - rata 17725,77 mm2 KUAT TEKAN 11,12 MPa ANGKA KOREKSI 0,92

(27)
(28)

94

F. GAMBAR-GAMBAR SELAMA PENELITIAN

Tahap Pembuatan Beton Tahap Pengujian Kuat Tekan

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem persamaan linear dua variabel

Buck Island Reef National Monument (BIRNM) includes one of the most important nesting areas for federally endangered hawksbill turtles ( Eretmochelys imbricata ) in the U.S.

penyusunan menu (menu endneering atau ME), sebagai salah satu cara yang dgunakan oleh pihak pengelola hotel untuk menganalisis penjualan menu makanan yang ditawarkan d

[r]

Oleh karena itu untuk memajukan suatu bangsa diperlukan manajemen yang baik dan untuk itu sumber daya manusia perlu ditingkatkan mutunya karena sumber daya

[r]

[r]

Yazid Iqomuddiin, A.410.090.230. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Tujuan penelitian ini