PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DALAM BENTUK SOAL CERITA DI KELAS X SMA
SWASTA INDONESIA MEMBANGUN (YAPIM) MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh :
GABE R. I. PANJAITAN NIM. 408111053
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Dalam Bentuk Soal Cerita Di Kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan
Tahun Ajaran 2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Edy Surya,
M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc.,
Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan
saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd., Bapak Drs. Sahat Siahaan,
M.Pd., dan Bapak Drs. Togi, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,
M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D.
selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. selaku Ketua Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED, dan Bapak Drs. Syafari, M.Pd. selaku Ketua Prodi
Pendidikan Matematika yang telah membantu penulis dalam menyiapkan berkas-berkas
sebagai syarat untuk meja hijau dan wisuda. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Bapak Drs. Antoni Simbolon selaku Kepala Sekolah dan Ibu Finny Simbolon, S.Pd.
selaku guru mata pelajaran matematika di SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM)
Medan yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
Teristimewa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta, D. J.
Panjaitan dan Ibunda tersayang, T. Hutagaol yang telah banyak memberikan dukungan, doa,
bantuan, dan penguatan selama perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Abang dan Kakak saya tercinta, Henry P.
Siahaan, Roeskana I. L. Panjaitan, dan Evi M. Panjaitan, dan Adik-adik saya tersayang,
Jumanto S. Panjaitan, Nia G. Panjaitan, dan David R. M. Panjaitan beserta seluruh sanak
keluarga yang telah memberikan doa dan dorongan semangat kepada penulis dalam
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terkasih di kelas A 2008
Reguler, Irma, Elia, Riny, Wenny, Basaria, Novita, Mehrisna, Julina, Yosie, Rahmi, Amos,
Immanuel, dan semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang selalu
memberikan doa dan dukungan serta menemani penulis dalam suka maupun duka. Begitu
juga kepada Helviana Turnip, Bang Jonris Simanjuntak, dan seluruh pihak yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu karena kalian semua memiliki andil yang sangat besar
dalam hidupku. Terima kasih juga kepada Monang S. Turnip, S.Pd. yang selalu setia
menemani penulis baik dalam suka maupun duka serta memberikan dukungan dan semangat
selama penyusunan skripsi ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
Medan, Maret 2013
Penulis,
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DALAM BENTUK SOAL CERITA DI KELAS X SMA
SWASTA INDONESIA MEMBANGUN (YAPIM) MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Gabe R. I. Panjaitan (NIM. 408111053)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengetahui
bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan yang berjumlah 33 orang dan objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi sistem persamaan linear dua variable Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Instrumen penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Sebelum memberikan tindakan, siswa diberikan tes diagnostik dan setiap akhir dari siklus diberikan tes hasil belajar. Dari tes diagnostik diperoleh rata–rata kelas 54,24 dan siswa yang tuntas hanya 6 siswa (18,18%) sedangkan 27 siswa (81,82%) lainnya tidak tuntas. Setelah diberikan tindakan, terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 18,18% dengan peningkatan rata-rata sebesar 6,82. Pada tes hasil belajar I dari 33 siswa sebanyak 23 siswa (69,70%) telah mencapai ketuntasan belajar dengan rata–rata kelas 68,48 sedangkan 10 siswa lainnya (30,30%) belum tuntas. Pada tes hasil belajar II, sebanyak 29 siswa (87,88% ) telah mencapai ketuntasan belajar dengan rata–rata 75,30 dan 4 siswa lainnya (12,12%) tidak tuntas. Hasil observasi proses pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi di siklus I mencapai 2,48 dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 3,18 dengan kategori baik. Karena kriteria ketuntasan belajar klasikal siswa telah tercapai dan terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar sehingga pelaksanaan tindakan berhenti.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi sistem
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 8
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 9
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 10
1.7. Defenisi Operasional 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Kerangka Teoritis 11
2.1.1. Belajar 11
2.1.2. Belajar Matematika 13
2.1.3. Soal Cerita Matematika 14
2.1.4. Prestasi Belajar 16
2.1.5. Model Pembelajaran Problem Based Learning 17
2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran 17
2.1.5.2. Pengertian Problem Based Learning 18
2.1.5.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Problem Based Learning 21
2.1.6. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran Matematika 22
2.1.9. Ringkasan Materi 26
2.2. Kerangka Konseptual 34
BAB III METODE PENELITIAN 36
3.1. Jenis Penelitian 36
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 36
3.3. Subjek dan Objek Penelitian 36
3.3.1. Subjek Penelitian 36
3.3.2. Objek Penelitian 36
3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian 36
3.4.1. Siklus I 37
3.4.1.1. Permasalahan I 37
3.4.1.2. Perencanaan Tindakan I 38
3.4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 38
3.4.1.4. Observasi I 40
3.4.1.5. Analisis Data I 40
3.4.1.6. Tahap Refleksi I 41
3.4.2. Siklus II 41
3.4.2.1. Permasalahan II 41
3.4.2.2. Perencanaan Tindakan II 42
3.4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 42
3.4.2.4. Observasi II 43
3.4.2.5. Tahap Refleksi II 43
3.5. Alat Pengumpul Data 44
3.5.1. Tes Hasil Belajar 44
3.5.2. Observasi 45
3.6. Teknik Analisis Data 45
3.6.1. Reduksi Data 45
3.6.2. Paparan Data 48
3.6.3. Simpulan Data 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 50
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 50
4.1.1.1. Permasalahan I 50
4.1.1.2. Perencanaan Tindakan I 52
4.1.1.4. Observasi I 57
4.1.1.5. Analisis Data I 58
A. Analisis Hasil Observasi I 58
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar I 63
4.1.1.6. Kesimpulan 65
4.1.1.7. Refleksi I 65
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 67
4.1.2.1. Permasalahan II 67
4.1.2.2. Perencanaan Tindakan II 68
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 69
4.1.2.4. Observasi II 73
4.1.2.5. Analisis Data II 73
A. Analisis Hasil Observasi II 73
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar II 79
4.1.2.6. Kesimpulan 80
4.1.2.7. Refleksi II 81
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 82
4.3. Diskusi Penelitian 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86
5.1. Kesimpulan 86
5.2. Saran 87
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning 21
Tabel 2.2. Tahap-Tahap Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika 23
Tabel 3.1. Tingkat Penguasaan Siswa 46
Tabel 3.2. Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi 48
Tabel 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Diagnostik 51
Tabel 4.2. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Diagnostik 51
Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk
Guru Siklus I 58
Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk
Siswa Siklus I 62
Tabel 4.5. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Rata-Rata Siswa
Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar I 64
Tabel 4.6. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 64
Tabel 4.7. Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 64
Tabel 4.8. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk
Guru Siklus II 73
Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk
Siswa Siklus II 77
Tabel 4.10. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Rata-Rata Siswa
Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar II 79
Tabel 4.11. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 79
Tabel 4.12. Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 80
Tabel 4.13. Deskripsi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dari
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 43
Gambar 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65
Gambar 4.2. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus I 90
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus I 98
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus II 106
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus II 114
Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I (LKS I) Siklus I 121
Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa II (LKS II) Siklus I 123
Lampiran 7 Lembar Kegiatan Siswa III (LKS III) Siklus II 125
Lampiran 8 Lembar Kegiatan Siswa IV (LKS IV) Siklus II 127
Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Diagnostik 129
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I dan Tes Hasil Belajar II 130
Lampiran 11 Lembar Validasi Tes Diagnostik 132
Lampiran 12 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 141
Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 150
Lampiran 14 Tes Diagnostik 159
Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 160
Lampiran 16 Tes Hasil Belajar I 165
Lampiran 17 Tes Hasil Belajar II 167
Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 169
Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 177
Lampiran 20 Pedoman Penskoran Tes 184
Lampiran 21 Kisi-Kisi Lembar Kegiatan Observasi Untuk Guru 185
Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru
Pertemuan I Siklus I 187
Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru
Pertemuan II Siklus I 193
Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa
Pertemuan I Siklus I 199
Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa
Pertemuan II Siklus I 203
Lampiran 26 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru
Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru
Pertemuan II Siklus II 213
Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa
Pertemuan I Siklus II 219
Lampiran 29 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa
Pertemuan I Siklus II 223
Lampiran 30 Daftar Nama Siswa Kelas X-3 SMA Swasta Indonesia
Membangun (YAPIM) Medan 227
Lampiran 31 Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas X-3 Siklus I 228
Lampiran 32 Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas X-3 Siklus II 229
Lampiran 33 Data Hasil Tes Diagnostik 230
Lampiran 34 Data Hasil Tes Hasil Belajar I 232
Lampiran 35 Data Hasil Tes Hasil belajar II 234
Lampiran 36 Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran 236
Lampiran 37 Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran 238
Lampiran 38 Daftar Nama Validator 240
Lampiran 39 Jadwal Kegiatan Penelitian 241
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan pada semua aspek kehidupan.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat
diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis,
mengkomunikasikan gagasan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta dapat
menumbuhkan penalaran siswa yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang paling diutamakan di sekolah
karena pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian
Nasional.
Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan saat ini masih rendah dan
memprihatinkan. Salah satunya dapat kita lihat dalam pembelajaran matematika. Masalah dalam
pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar dan prestasi belajar siswa.
Sejalan dengan itu, Syaban (http://educare.e-fkipunla.net) menyatakan bahwa :
“Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMA dan yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum tercapai jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh di bawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal, Singapura berada pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat kesepuluh.”
Tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar matematika siswa dalam suatu proses
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya karena banyaknya siswa yang
menganggap bahwa pelajaran matematika sulit dipelajari. Seperti yang diungkapkan
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih-lebih yang berkesulitan belajar”.
Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika
serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat
matematika. Abdurrahman (2009:257) mengemukakan bahwa:
“Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”.
Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Siswa
cenderung menghapalkan konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajar siswa dalam
matematika rendah.
Selain kesulitan belajar yang yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya prestasi
belajar matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan kurang
relevan dengan pembelajaran matematika. Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai
siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena sebagian besar metode
dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru tampaknya lebih banyak
menghambat daripada memotivasi otak. Misalnya, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika,
metode pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru.
Akibatnya seorang siswa hanya disiapkan sebagai seorang anak yang mau mendengarkan, mau
menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Hal tersebut akan
berdampak buruk bagi kemajuan siswa selanjutnya yaitu siswa menjadi tidak mampu
mengaktivasi kemampuan otaknya sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan
pendapat, lemah penalaran, dan tergantung pada orang lain.
Seperti yang dikemukakan Suherman (http://educare.e-fkipunla.net) :
“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif, (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Demikian juga dalam latihan dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan mambaca bahan yang akan dipelajari siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.”
”Metode mengajar guru yng kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.”
Sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu materi dalam pelajaran
matematika dan menyelesaikan soal-soal cerita merupakan salah satu topik yang harus dipelajari
dalam materi ini. Menyelesaikan soal cerita memerlukan pemahaman tersendiri. Kegagalan
siswa dalam menyelesaikan soal akan mempengaruhi dalam menggunakan matematika dalam
ilmu-ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mempengaruhi dalam
keberhasilan terhadap pelajaran matematika. Banyak siswa menyatakan bahwa pelajaran
matematika dalam bentuk soal cerita sulit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas X SMA Swasta Indonesia
Membangun (YAPIM) Medan, Ibu Finny F. Simbolon, S.Pd. mengatakan :
”Dalam proses pembelajaran matematika sebagian besar siswa tidak aktif, jarang di antara mereka yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan. Jika diberikan soal cerita terkait pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. Kesulitan itu dikarenakan siswa belum paham pada konsep yang mendasari soal cerita tersebut sehingga menyulitkan siswa mengikuti langkah-langkah penyelesaian soal cerita. Sebagai contoh bila diberikan soal sistem persamaan linear dua variabel sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang diberikan atau mengubah soal cerita ke dalam bentuk/ model matematika. Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka tidak memahami dan memikirkan apa yang diketahui dan diminta dalam soal.”
Selain itu, dari hasil wawancara yang diberikan kepada Ibu Finny bahwa prestasi siswa
pada pelajaran matematika masih rendah yaitu masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes diagnostik siswa kelas X SMA Swasta Indonesia
Membangun (YAPIM) Medan yaitu dari 33 orang siswa hanya 6 orang siswa (18,18%) yang
mendapat nilai di atas 65 dan sisanya sebanyak 81,82% masih mendapat nilai di bawah 65.
Dari hasil tes diagnostik tersebut, ada beberapa masalah yang dialami oleh siswa dalam
menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel yaitu:
siswa mengalami kesulitan dalam membuat model matematika dan menyelesaikan soal dengan menggunakan model matematika yang telah ditentukan (81,25%),
siswa tidak dapat atau masih bingung untuk menunjukkan hubungan-hubungan misalnya tidak tahu harus memulai pekerjaan darimana dan tidak tahu mengaitkan antara yang diketahui dan
ditanya dari soal (43,75%),
siswa mengalami kesulitan dalam penggunaan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah Sistem persamaan linear dua variabel (62,5%), dan siswa
kurang teliti sehingga salah dalam melakukan perhitungan (46,88%).
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa terhadap konsep matematika yang sejalan juga dalam peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang bisa meningkatkan kualitas proses pembelajaran
adalah yang berpusat pada pembelajar, yaitu pengelolaan pembelajaran yang membuat siswa
belajar dengan gaya dan karakteristik yang dimilikinya, lalu belajar dengan melakukan, yaitu
pembelajaran yang diupayakan bisa memberikan pengalaman nyata kepada siswa untuk
menerapkan konsep, kaidah, rumus, hukum atau dalil ke dalam kehidupan nyata. Dan untuk
mencapai prinsip pembelajaran tersebut guru atau pendidik memiliki peranan yang sangat
penting. Guru harus memiliki berbagai macam kemampuan di antaranya membekali diri dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan, keterampilan mengelola program belajar mengajar,
mengelola kelas, penggunaan media, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi
belajar mengajar serta memilih metode belajar mengajar yang tepat.
Seorang pendidik harus bisa membimbing, mengarahkan, dan menciptakan kondisi
belajar siswa. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus berusaha mengurangi metode ceramah
dan mulai mengembangkan metode lain yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Kegiatan
belajar akan aktif apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri. Siswa menggunakan otak
mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan
apa yang mereka pelajari.
Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika.
“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain”.
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan
membiasakan siswa melakukan bentuk pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya.
Seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah
guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu
masalah.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing peserta didik
adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang kurang
tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang diajarkan, dan
akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar. Untuk menanggulangi
permasalahan yang ada hendaknya guru mampu memberikan inovasi dan pembaharuan dalam
proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan mengubah pola-pola mengajarnya. Ada
banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk dapat mengoptimalkan
pengajarannya. Salah satu model yang diperkenalkan pada dunia pendidikan adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (model pembelajaran berbasis masalah). Model
pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sistem persamaan linear dua
variabel merupakan salah satu contoh materi yang menerapkan masalah kehidupan nyata di
dalamnya sehingga model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
Hal ini didukung oleh Duch (dalam Riyanto, 2010:285) menyatakan bahwa :
”Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan ’belajar untuk belajar’. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan memecahkannya. Model
Problem Based Learning dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis,
Dalam pembelajaran ini, peran guru adalah mengajukan permasalahan nyata,
memberikan dorongan, memotivasi, dan menyediakan bahan ajar, serta menyediakan fasilitas
yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, guru juga memberikan
dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intelektual peserta didik.
Pada pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk melakukan pemecahan
masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya.
Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola
pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Pada
intinya pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut
diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut.
Pemecahan masalah matematika merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang
individu atau kelomok untuk menentukan penyelesaian dari suatu masalah dengan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan yang dimiliki oleh orang tersebut. John Dewey (dalam Sujono,
1988:215) memberikan lima langkah utama dalam pemecahan masalah antara lain sebagai
berikut :
1) Tahu bahwa ada masalah - kesadaran tentang adanya kesukaran, rasa putus asa, keheranan, atau keraguan; 2) mengenali masalah - klasifikasi dan defenisi termasuk pemberian tanda pada tujuan yang dicari; 3) menggunakan pengalaman yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal yang dulu, atau gagasan untuk merumuskan hipotesa dan proposisi pemecahan masalah; 4) menguji secara berturut-turut hipotesa akan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian. Bila perlu, masalahnya dapat dirumuskan kembali; 5) mengevaluasi penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Hal ini meliputi mempersatukan penyelesaian yang benar dengan pengertian yang telah ada dan menerapkannya pada contoh lain dari masalah yang sama.
Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa
memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang
dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga
dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerja sama dan
interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan
mengumpulkan data, mengintrepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan,
berdiskusi, dan membuat laporan.
Berkaitan dengan pembelajaran matematika, pelajaran matematika yang beracuan pada
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif belajar memahami dan mampu memecahkan masalah
matematika berdasarkan pengalaman sendiri. Melalui model pembelajaran Problem Based
Learning maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika
khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita dan siswa
dapat secara aktif menemukan sendiri permasalahan dari suatu materi. Sehingga siswa akan
termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide-ide atau gagasan mereka
dalam memecahkan masalah matematika.
Berdasarkan masalah yang dikemukan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem persamaan linear dua variabel Dalam Bentuk Soal Cerita Di Kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang berupa suatu
pemecahan masalah.
2. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah matematika pada
materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita masih rendah.
3. Prestasi belajar matematika siswa masih rendah.
4. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
5. Metode mengajar yang digunakan masih berpusat pada guru (kurang relevan dengan
pembelajaran matematika).
1.3. Batasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah maka penulis membuat batasan dari
prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita
di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
Pengukuran prestasi belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah melalui metode problem solving yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan
masalah, melaksanakan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali prosedur dan hasil
penyelesaian yang dilihat dari nilai tes hasil belajarsiswa setiap siklusnya.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan
maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal
cerita di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Sistem persamaan linear
dua variabel dalam bentuk soal cerita melalui penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua
variabel dalam bentuk soal cerita di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun
(YAPIM) Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada materi sistem
persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita setelah menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun
(YAPIM) Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
1. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika mengenai model
pembelajaran Problem Based Learning yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa, dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
membantu siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti sebagai calon guru dalam rangka menciptakan
kondisi pembelajaran yang lebih baik.
4. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam pembinaan
dan peningkatan mutu pendidikan.
1.7. Definisi Operasional
Adapun definisi-defenisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran.
b. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Dalam bidang
pendidikan prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X
SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan dimana peningkatan diperoleh setelah
siklus II dilaksanakan.
2. Prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X SMA
Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan setelah diajar dengan model pembelajaran
Problem Based Learning meningkat secara klasikal dan berada pada kategori tinggi. Hal ini
dilihat dari hasil observasi yaitu berdasarkan hasil observasi, pengelolaan pembelajaran
semakin meningkat pada siklus II. Artinya, peneliti telah dapat meningkatkan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning. Hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
menemukan konsep dan menyelesaikan soal/ masalah yang diberikan semakin meningkat,
hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah siswa dalam menyelesaikan soal dengan
menerapkan langkah-langkah metode pemecahan masalah, kekompakan antar anggota
kelompok sudah mengalami peningkatan yang dilihat dari antusias siswa dalam mengerjakan
LKS sudah baik, dan kegiatan diskusi kelompok dan presentasi juga sudah berjalan dengan
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada siklus II ini berjalan dengan baik. Hal ini
menunjukkan keberhasilan pemberian tindakan pada siklus II telah mencapai kriteria
peningkatan hasil belajar dalam penelitian, sehingga penelitian tidak diteruskan ke siklus
berikutnya.
5.2. Saran
1) Kepada guru matematika khususnya guru bidang studi matematika SMA Swasta Indonesia
Membangun (YAPIM) Medan hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada
siswa, salah satunya penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan
variasi media untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2) Kepada siswa SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan disarankan lebih berani
dan aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan
hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu. Siswa juga harus
sering melatih kemampuan pemecahan masalahnya dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning dalam mengerjakan soal/ masalah matematika apapun.
3) Kepada Kepala SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan inovatif untuk
meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa, salah satunya
model pembelajaran Problem Based Learning.
4) Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Sistem
persamaan linear dua variabel ataupun pada materi lain yang dapat dikembangkan untuk
RIWAYAT HIDUP
Gabe R. I. Panjaitan lahir di Balige, 22 Oktober 1989. Ayah bernama D. J. Panjaitan dan Ibu bernama T. Hutagaol dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Pada tahun
1996 penulis masuk SD Katolik San Francesco Balige dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun
2002 penulis diterima di SMP Swasta Budhi Dharma Balige dan lulus pada tahun 2005.
Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 2 Balige dan selesai pada tahun 2008. Pada
tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan melalui jalur