• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DALAM BENTUK SOAL CERITA DI KELAS X SMA SWASTA INDONESIA MEMBANGUN (YAPIM) MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DALAM BENTUK SOAL CERITA DI KELAS X SMA SWASTA INDONESIA MEMBANGUN (YAPIM) MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DALAM BENTUK SOAL CERITA DI KELAS X SMA

SWASTA INDONESIA MEMBANGUN (YAPIM) MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh :

GABE R. I. PANJAITAN NIM. 408111053

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat

dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Dalam Bentuk Soal Cerita Di Kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan

Tahun Ajaran 2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Edy Surya,

M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc.,

Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan

saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd., Bapak Drs. Sahat Siahaan,

M.Pd., dan Bapak Drs. Togi, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam

penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,

M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D.

selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. selaku Ketua Jurusan

Matematika FMIPA UNIMED, dan Bapak Drs. Syafari, M.Pd. selaku Ketua Prodi

Pendidikan Matematika yang telah membantu penulis dalam menyiapkan berkas-berkas

sebagai syarat untuk meja hijau dan wisuda. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada Bapak Drs. Antoni Simbolon selaku Kepala Sekolah dan Ibu Finny Simbolon, S.Pd.

selaku guru mata pelajaran matematika di SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM)

Medan yang telah banyak membantu selama penelitian ini.

Teristimewa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta, D. J.

Panjaitan dan Ibunda tersayang, T. Hutagaol yang telah banyak memberikan dukungan, doa,

bantuan, dan penguatan selama perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Abang dan Kakak saya tercinta, Henry P.

Siahaan, Roeskana I. L. Panjaitan, dan Evi M. Panjaitan, dan Adik-adik saya tersayang,

Jumanto S. Panjaitan, Nia G. Panjaitan, dan David R. M. Panjaitan beserta seluruh sanak

keluarga yang telah memberikan doa dan dorongan semangat kepada penulis dalam

(4)

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terkasih di kelas A 2008

Reguler, Irma, Elia, Riny, Wenny, Basaria, Novita, Mehrisna, Julina, Yosie, Rahmi, Amos,

Immanuel, dan semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang selalu

memberikan doa dan dukungan serta menemani penulis dalam suka maupun duka. Begitu

juga kepada Helviana Turnip, Bang Jonris Simanjuntak, dan seluruh pihak yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu karena kalian semua memiliki andil yang sangat besar

dalam hidupku. Terima kasih juga kepada Monang S. Turnip, S.Pd. yang selalu setia

menemani penulis baik dalam suka maupun duka serta memberikan dukungan dan semangat

selama penyusunan skripsi ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,

namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari

segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Maret 2013

Penulis,

(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DALAM BENTUK SOAL CERITA DI KELAS X SMA

SWASTA INDONESIA MEMBANGUN (YAPIM) MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Gabe R. I. Panjaitan (NIM. 408111053)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengetahui

bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan. Jenis penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan yang berjumlah 33 orang dan objek penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi sistem persamaan linear dua variable Tahun Ajaran 2012/2013.

Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Instrumen penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Sebelum memberikan tindakan, siswa diberikan tes diagnostik dan setiap akhir dari siklus diberikan tes hasil belajar. Dari tes diagnostik diperoleh rata–rata kelas 54,24 dan siswa yang tuntas hanya 6 siswa (18,18%) sedangkan 27 siswa (81,82%) lainnya tidak tuntas. Setelah diberikan tindakan, terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 18,18% dengan peningkatan rata-rata sebesar 6,82. Pada tes hasil belajar I dari 33 siswa sebanyak 23 siswa (69,70%) telah mencapai ketuntasan belajar dengan rata–rata kelas 68,48 sedangkan 10 siswa lainnya (30,30%) belum tuntas. Pada tes hasil belajar II, sebanyak 29 siswa (87,88% ) telah mencapai ketuntasan belajar dengan rata–rata 75,30 dan 4 siswa lainnya (12,12%) tidak tuntas. Hasil observasi proses pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi di siklus I mencapai 2,48 dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 3,18 dengan kategori baik. Karena kriteria ketuntasan belajar klasikal siswa telah tercapai dan terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar sehingga pelaksanaan tindakan berhenti.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi sistem

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Belajar 11

2.1.2. Belajar Matematika 13

2.1.3. Soal Cerita Matematika 14

2.1.4. Prestasi Belajar 16

2.1.5. Model Pembelajaran Problem Based Learning 17

2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran 17

2.1.5.2. Pengertian Problem Based Learning 18

2.1.5.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Problem Based Learning 21

2.1.6. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pada Mata Pelajaran Matematika 22

2.1.9. Ringkasan Materi 26

2.2. Kerangka Konseptual 34

(7)

BAB III METODE PENELITIAN 36

3.1. Jenis Penelitian 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 36

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 36

3.3.1. Subjek Penelitian 36

3.3.2. Objek Penelitian 36

3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian 36

3.4.1. Siklus I 37

3.4.1.1. Permasalahan I 37

3.4.1.2. Perencanaan Tindakan I 38

3.4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 38

3.4.1.4. Observasi I 40

3.4.1.5. Analisis Data I 40

3.4.1.6. Tahap Refleksi I 41

3.4.2. Siklus II 41

3.4.2.1. Permasalahan II 41

3.4.2.2. Perencanaan Tindakan II 42

3.4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 42

3.4.2.4. Observasi II 43

3.4.2.5. Tahap Refleksi II 43

3.5. Alat Pengumpul Data 44

3.5.1. Tes Hasil Belajar 44

3.5.2. Observasi 45

3.6. Teknik Analisis Data 45

3.6.1. Reduksi Data 45

3.6.2. Paparan Data 48

3.6.3. Simpulan Data 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 50

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 50

4.1.1.1. Permasalahan I 50

4.1.1.2. Perencanaan Tindakan I 52

(8)

4.1.1.4. Observasi I 57

4.1.1.5. Analisis Data I 58

A. Analisis Hasil Observasi I 58

B. Analisis Data Tes Hasil Belajar I 63

4.1.1.6. Kesimpulan 65

4.1.1.7. Refleksi I 65

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 67

4.1.2.1. Permasalahan II 67

4.1.2.2. Perencanaan Tindakan II 68

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 69

4.1.2.4. Observasi II 73

4.1.2.5. Analisis Data II 73

A. Analisis Hasil Observasi II 73

B. Analisis Data Tes Hasil Belajar II 79

4.1.2.6. Kesimpulan 80

4.1.2.7. Refleksi II 81

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 82

4.3. Diskusi Penelitian 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86

5.1. Kesimpulan 86

5.2. Saran 87

(9)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning 21

Tabel 2.2. Tahap-Tahap Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika 23

Tabel 3.1. Tingkat Penguasaan Siswa 46

Tabel 3.2. Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi 48

Tabel 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Diagnostik 51

Tabel 4.2. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Diagnostik 51

Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk

Guru Siklus I 58

Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk

Siswa Siklus I 62

Tabel 4.5. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Rata-Rata Siswa

Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar I 64

Tabel 4.6. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 64

Tabel 4.7. Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 64

Tabel 4.8. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk

Guru Siklus II 73

Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk

Siswa Siklus II 77

Tabel 4.10. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Rata-Rata Siswa

Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar II 79

Tabel 4.11. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 79

Tabel 4.12. Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 80

Tabel 4.13. Deskripsi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dari

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 43

Gambar 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65

Gambar 4.2. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 80

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus I 90

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus I 98

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus II 106

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus II 114

Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I (LKS I) Siklus I 121

Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa II (LKS II) Siklus I 123

Lampiran 7 Lembar Kegiatan Siswa III (LKS III) Siklus II 125

Lampiran 8 Lembar Kegiatan Siswa IV (LKS IV) Siklus II 127

Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Diagnostik 129

Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I dan Tes Hasil Belajar II 130

Lampiran 11 Lembar Validasi Tes Diagnostik 132

Lampiran 12 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 141

Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 150

Lampiran 14 Tes Diagnostik 159

Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 160

Lampiran 16 Tes Hasil Belajar I 165

Lampiran 17 Tes Hasil Belajar II 167

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 169

Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 177

Lampiran 20 Pedoman Penskoran Tes 184

Lampiran 21 Kisi-Kisi Lembar Kegiatan Observasi Untuk Guru 185

Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru

Pertemuan I Siklus I 187

Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru

Pertemuan II Siklus I 193

Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa

Pertemuan I Siklus I 199

Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa

Pertemuan II Siklus I 203

Lampiran 26 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru

(12)

Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru

Pertemuan II Siklus II 213

Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa

Pertemuan I Siklus II 219

Lampiran 29 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa

Pertemuan I Siklus II 223

Lampiran 30 Daftar Nama Siswa Kelas X-3 SMA Swasta Indonesia

Membangun (YAPIM) Medan 227

Lampiran 31 Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas X-3 Siklus I 228

Lampiran 32 Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas X-3 Siklus II 229

Lampiran 33 Data Hasil Tes Diagnostik 230

Lampiran 34 Data Hasil Tes Hasil Belajar I 232

Lampiran 35 Data Hasil Tes Hasil belajar II 234

Lampiran 36 Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran 236

Lampiran 37 Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran 238

Lampiran 38 Daftar Nama Validator 240

Lampiran 39 Jadwal Kegiatan Penelitian 241

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam

mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

membawa perubahan pada semua aspek kehidupan.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat

diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis,

mengkomunikasikan gagasan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta dapat

menumbuhkan penalaran siswa yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang paling diutamakan di sekolah

karena pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian

Nasional.

Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan saat ini masih rendah dan

memprihatinkan. Salah satunya dapat kita lihat dalam pembelajaran matematika. Masalah dalam

pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar dan prestasi belajar siswa.

Sejalan dengan itu, Syaban (http://educare.e-fkipunla.net) menyatakan bahwa :

“Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMA dan yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum tercapai jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh di bawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal, Singapura berada pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat kesepuluh.”

Tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar matematika siswa dalam suatu proses

pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya karena banyaknya siswa yang

menganggap bahwa pelajaran matematika sulit dipelajari. Seperti yang diungkapkan

(14)

merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang tidak berkesulitan

belajar dan lebih-lebih yang berkesulitan belajar”.

Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika

serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat

matematika. Abdurrahman (2009:257) mengemukakan bahwa:

“Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”.

Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Siswa

cenderung menghapalkan konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajar siswa dalam

matematika rendah.

Selain kesulitan belajar yang yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya prestasi

belajar matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan kurang

relevan dengan pembelajaran matematika. Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai

siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena sebagian besar metode

dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru tampaknya lebih banyak

menghambat daripada memotivasi otak. Misalnya, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika,

metode pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru.

Akibatnya seorang siswa hanya disiapkan sebagai seorang anak yang mau mendengarkan, mau

menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Hal tersebut akan

berdampak buruk bagi kemajuan siswa selanjutnya yaitu siswa menjadi tidak mampu

mengaktivasi kemampuan otaknya sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan

pendapat, lemah penalaran, dan tergantung pada orang lain.

Seperti yang dikemukakan Suherman (http://educare.e-fkipunla.net) :

“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif, (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Demikian juga dalam latihan dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan mambaca bahan yang akan dipelajari siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.”

(15)

”Metode mengajar guru yng kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.”

Sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu materi dalam pelajaran

matematika dan menyelesaikan soal-soal cerita merupakan salah satu topik yang harus dipelajari

dalam materi ini. Menyelesaikan soal cerita memerlukan pemahaman tersendiri. Kegagalan

siswa dalam menyelesaikan soal akan mempengaruhi dalam menggunakan matematika dalam

ilmu-ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mempengaruhi dalam

keberhasilan terhadap pelajaran matematika. Banyak siswa menyatakan bahwa pelajaran

matematika dalam bentuk soal cerita sulit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas X SMA Swasta Indonesia

Membangun (YAPIM) Medan, Ibu Finny F. Simbolon, S.Pd. mengatakan :

”Dalam proses pembelajaran matematika sebagian besar siswa tidak aktif, jarang di antara mereka yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan. Jika diberikan soal cerita terkait pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. Kesulitan itu dikarenakan siswa belum paham pada konsep yang mendasari soal cerita tersebut sehingga menyulitkan siswa mengikuti langkah-langkah penyelesaian soal cerita. Sebagai contoh bila diberikan soal sistem persamaan linear dua variabel sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang diberikan atau mengubah soal cerita ke dalam bentuk/ model matematika. Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Mereka tidak memahami dan memikirkan apa yang diketahui dan diminta dalam soal.”

Selain itu, dari hasil wawancara yang diberikan kepada Ibu Finny bahwa prestasi siswa

pada pelajaran matematika masih rendah yaitu masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal). Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes diagnostik siswa kelas X SMA Swasta Indonesia

Membangun (YAPIM) Medan yaitu dari 33 orang siswa hanya 6 orang siswa (18,18%) yang

mendapat nilai di atas 65 dan sisanya sebanyak 81,82% masih mendapat nilai di bawah 65.

Dari hasil tes diagnostik tersebut, ada beberapa masalah yang dialami oleh siswa dalam

menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel yaitu:

(16)

 siswa mengalami kesulitan dalam membuat model matematika dan menyelesaikan soal dengan menggunakan model matematika yang telah ditentukan (81,25%),

 siswa tidak dapat atau masih bingung untuk menunjukkan hubungan-hubungan misalnya tidak tahu harus memulai pekerjaan darimana dan tidak tahu mengaitkan antara yang diketahui dan

ditanya dari soal (43,75%),

 siswa mengalami kesulitan dalam penggunaan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah Sistem persamaan linear dua variabel (62,5%), dan siswa

kurang teliti sehingga salah dalam melakukan perhitungan (46,88%).

Untuk menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa terhadap konsep matematika yang sejalan juga dalam peningkatan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang bisa meningkatkan kualitas proses pembelajaran

adalah yang berpusat pada pembelajar, yaitu pengelolaan pembelajaran yang membuat siswa

belajar dengan gaya dan karakteristik yang dimilikinya, lalu belajar dengan melakukan, yaitu

pembelajaran yang diupayakan bisa memberikan pengalaman nyata kepada siswa untuk

menerapkan konsep, kaidah, rumus, hukum atau dalil ke dalam kehidupan nyata. Dan untuk

mencapai prinsip pembelajaran tersebut guru atau pendidik memiliki peranan yang sangat

penting. Guru harus memiliki berbagai macam kemampuan di antaranya membekali diri dengan

berbagai macam ilmu pengetahuan, keterampilan mengelola program belajar mengajar,

mengelola kelas, penggunaan media, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi

belajar mengajar serta memilih metode belajar mengajar yang tepat.

Seorang pendidik harus bisa membimbing, mengarahkan, dan menciptakan kondisi

belajar siswa. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus berusaha mengurangi metode ceramah

dan mulai mengembangkan metode lain yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Kegiatan

belajar akan aktif apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri. Siswa menggunakan otak

mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan

apa yang mereka pelajari.

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika.

(17)

“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain”.

Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan

membiasakan siswa melakukan bentuk pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya.

Seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah

guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu

masalah.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing peserta didik

adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang kurang

tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang diajarkan, dan

akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar. Untuk menanggulangi

permasalahan yang ada hendaknya guru mampu memberikan inovasi dan pembaharuan dalam

proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan mengubah pola-pola mengajarnya. Ada

banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk dapat mengoptimalkan

pengajarannya. Salah satu model yang diperkenalkan pada dunia pendidikan adalah model

pembelajaran Problem Based Learning (model pembelajaran berbasis masalah). Model

pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sistem persamaan linear dua

variabel merupakan salah satu contoh materi yang menerapkan masalah kehidupan nyata di

dalamnya sehingga model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika.

Hal ini didukung oleh Duch (dalam Riyanto, 2010:285) menyatakan bahwa :

”Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan ’belajar untuk belajar’. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan memecahkannya. Model

Problem Based Learning dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis,

(18)

Dalam pembelajaran ini, peran guru adalah mengajukan permasalahan nyata,

memberikan dorongan, memotivasi, dan menyediakan bahan ajar, serta menyediakan fasilitas

yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, guru juga memberikan

dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intelektual peserta didik.

Pada pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk melakukan pemecahan

masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya.

Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola

pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Pada

intinya pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut

diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut.

Pemecahan masalah matematika merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang

individu atau kelomok untuk menentukan penyelesaian dari suatu masalah dengan pengetahuan,

pemahaman dan keterampilan yang dimiliki oleh orang tersebut. John Dewey (dalam Sujono,

1988:215) memberikan lima langkah utama dalam pemecahan masalah antara lain sebagai

berikut :

1) Tahu bahwa ada masalah - kesadaran tentang adanya kesukaran, rasa putus asa, keheranan, atau keraguan; 2) mengenali masalah - klasifikasi dan defenisi termasuk pemberian tanda pada tujuan yang dicari; 3) menggunakan pengalaman yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal yang dulu, atau gagasan untuk merumuskan hipotesa dan proposisi pemecahan masalah; 4) menguji secara berturut-turut hipotesa akan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian. Bila perlu, masalahnya dapat dirumuskan kembali; 5) mengevaluasi penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Hal ini meliputi mempersatukan penyelesaian yang benar dengan pengertian yang telah ada dan menerapkannya pada contoh lain dari masalah yang sama.

Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model

pembelajaran Problem Based Learning dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa

memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka

perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang

dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga

dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerja sama dan

interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan

(19)

mengumpulkan data, mengintrepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan,

berdiskusi, dan membuat laporan.

Berkaitan dengan pembelajaran matematika, pelajaran matematika yang beracuan pada

pembelajaran yang melibatkan siswa aktif belajar memahami dan mampu memecahkan masalah

matematika berdasarkan pengalaman sendiri. Melalui model pembelajaran Problem Based

Learning maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika

khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita dan siswa

dapat secara aktif menemukan sendiri permasalahan dari suatu materi. Sehingga siswa akan

termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide-ide atau gagasan mereka

dalam memecahkan masalah matematika.

Berdasarkan masalah yang dikemukan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem persamaan linear dua variabel Dalam Bentuk Soal Cerita Di Kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang berupa suatu

pemecahan masalah.

2. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah matematika pada

materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita masih rendah.

3. Prestasi belajar matematika siswa masih rendah.

4. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

5. Metode mengajar yang digunakan masih berpusat pada guru (kurang relevan dengan

pembelajaran matematika).

1.3. Batasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah maka penulis membuat batasan dari

(20)

prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita

di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

Pengukuran prestasi belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah melalui metode problem solving yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan

masalah, melaksanakan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali prosedur dan hasil

penyelesaian yang dilihat dari nilai tes hasil belajarsiswa setiap siklusnya.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan

maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal

cerita di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan?

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Sistem persamaan linear

dua variabel dalam bentuk soal cerita melalui penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua

variabel dalam bentuk soal cerita di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun

(YAPIM) Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada materi sistem

persamaan linear dua variabel dalam bentuk soal cerita setelah menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning di kelas X SMA Swasta Indonesia Membangun

(YAPIM) Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

(21)

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika mengenai model

pembelajaran Problem Based Learning yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi siswa, dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat

membantu siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti sebagai calon guru dalam rangka menciptakan

kondisi pembelajaran yang lebih baik.

4. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam pembinaan

dan peningkatan mutu pendidikan.

1.7. Definisi Operasional

Adapun definisi-defenisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran.

b. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Dalam bidang

pendidikan prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang

meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X

SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan dimana peningkatan diperoleh setelah

siklus II dilaksanakan.

2. Prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X SMA

Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan setelah diajar dengan model pembelajaran

Problem Based Learning meningkat secara klasikal dan berada pada kategori tinggi. Hal ini

dilihat dari hasil observasi yaitu berdasarkan hasil observasi, pengelolaan pembelajaran

semakin meningkat pada siklus II. Artinya, peneliti telah dapat meningkatkan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning. Hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam

menemukan konsep dan menyelesaikan soal/ masalah yang diberikan semakin meningkat,

hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah siswa dalam menyelesaikan soal dengan

menerapkan langkah-langkah metode pemecahan masalah, kekompakan antar anggota

kelompok sudah mengalami peningkatan yang dilihat dari antusias siswa dalam mengerjakan

LKS sudah baik, dan kegiatan diskusi kelompok dan presentasi juga sudah berjalan dengan

baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning pada siklus II ini berjalan dengan baik. Hal ini

menunjukkan keberhasilan pemberian tindakan pada siklus II telah mencapai kriteria

peningkatan hasil belajar dalam penelitian, sehingga penelitian tidak diteruskan ke siklus

berikutnya.

5.2. Saran

(23)

1) Kepada guru matematika khususnya guru bidang studi matematika SMA Swasta Indonesia

Membangun (YAPIM) Medan hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada

siswa, salah satunya penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan

variasi media untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

2) Kepada siswa SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan disarankan lebih berani

dan aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan

hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu. Siswa juga harus

sering melatih kemampuan pemecahan masalahnya dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning dalam mengerjakan soal/ masalah matematika apapun.

3) Kepada Kepala SMA Swasta Indonesia Membangun (YAPIM) Medan, agar dapat

mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan inovatif untuk

meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa, salah satunya

model pembelajaran Problem Based Learning.

4) Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan

untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Sistem

persamaan linear dua variabel ataupun pada materi lain yang dapat dikembangkan untuk

(24)

RIWAYAT HIDUP

Gabe R. I. Panjaitan lahir di Balige, 22 Oktober 1989. Ayah bernama D. J. Panjaitan dan Ibu bernama T. Hutagaol dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Pada tahun

1996 penulis masuk SD Katolik San Francesco Balige dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun

2002 penulis diterima di SMP Swasta Budhi Dharma Balige dan lulus pada tahun 2005.

Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 2 Balige dan selesai pada tahun 2008. Pada

tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan melalui jalur

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Judul Ratusan Warga Banjarnegara Masih Mengungsi Tanggal Senin, 28 Maret 2016 Media Koran – Tempo (Halaman 21). Resume Jalan yang menguhubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang,

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Dalam hal ini suasana belajar mahasiswa DIV bidan pendidik mata kuliah metodologi penelitian klinik adalah cukup mendukung, suasana belajar di kelas merupakan faktor yang

Kemudian berdasarkan faktor pengembangan dan zonasi pengembangan wisata, maka dapat dirumuskan arahan pengembangan wisata pantai Bengkung yaitu meningkatkan daya tarik yang

memang harus ada di dalam jual beli lada agar harga yang akan diberikan. waktu transaksi tidak berbeda mungkin yang tidak boleh itu kalau

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATERI KELISTRIKAN OTOMOTIF BAGI SISWA KELAS XI1. SMK YP

Perzinaan adalah sebuah tindakan hubungan intim selayaknya pasangan suami istri yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum menikah atau sudah menikah