• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. Metodologi menurut Semiawan (2010) adalah sebuah cara untuk memperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI. Metodologi menurut Semiawan (2010) adalah sebuah cara untuk memperoleh"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB III METODOLOGI

3.1. Metodologi Pengumpulan Data

Metodologi menurut Semiawan (2010) adalah sebuah cara untuk memperoleh data dengan pemikiran secara sepenuhnya dan bersifat teoritis guna untuk penelitian (hlm 1). Pada perancangan media informasi ini, penulis menggunakan metode gabungan antara kualitatitaf dan kuantitatif.

Sukidin dan Basrowi (2002) mengatakan metode kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang mendapatkan hasil dari data deskriptif berupa ucapan atau kalimat dan tingkah laku orang-orang yang menjadi narasumber. Melalui metode ini diharapkan dapat menghasilkan data yang akurat dari ucapan, kalimat, dan perilaku objek yang telah diamati dalam topik tertentu (hlm 1-2). Penulis pada perancangan ini akan mengumpulkan data melalui wawancara dengan beberapa narasumber yang tepat pada bidang UMKM dan Hak Desain Industri.

Berbeda dengan metode kualitatif, metode kuantitatif menurut Kasiram (2008) merupakan proses penelitian yang alat analisisnya menggunakan data berupa angka untuk mendapatkan informasi yang diinginkan (hlm 149). Penulis akan menggunakan kuesioner melalui Google Form untuk mendapat data secara kuantitatif.

(2)

31 3.2. Wawancara

Mita Rosaliza (2015) menyatakan wawancara adalah salah satu metode mengumpulan data yang mengharuskan peneliti dan narasumber bertatap muka, berinteraksi tanya jawab secara langsung untuk mendapatkan informasi, data, dan tujuan yang baik dan akurat (hlm 71). Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dan data yang berhubungan erat dengan fakta dan keinginan demi memenuhi tujuan penelitian. Perancangan kampanye sosial ini penulis melakukan wawancara dengan 3 narasumber sebagai berikut :

3.2.1. Wawancara dengan Andy Mardani

Andy Mardani adalah seorang dosen Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara dan juga seorang Industrial Design Examiner Directorate General of Intellectual Property Rights Ministry of Law and Human Rights. Pada wawancara yang dilakukan secara online pada tanggal 21 September 2020, beliau menjelaskan UMKM sebaiknya dilindungi secara hukum baik itu untuk melindungi merek dagang, produk, maupaun desian industrinya. Karena dengan melindungi secara hukum, UMKM sebagai pemegang Hak Eksklusifnya akan mendapatkan hak moral dan hak ekonomi. Tujuan utama UMKM mendaftarkan perlindungannya untuk memberikan keamanan hukum dari itikad tidak baik dikemudian harinya, kasus yang sering terjadi adalah plagiarism.

Pak Andy mengatakan secara umum perusahaan-perusahaan besar pasti sudah sangat paham tentang HKI. UMKM sendiri dapat dikatakan masih kurang mengerti apa itu HKI dan hak-hak lainnya yang terkait. Namun untuk

(3)

32 perlindungan Hak Merek, UMKM dianggap sudah paham karena sebelum mereka memberikan usaha mereka dengan sebuah nama, calon pelaku UMKM wajib mengakses website Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual untuk memeriksa apakah nama atau merek yang akan mereka gunakan sudah ada sebelumnya atau tidak. Berbeda dengan Hak Merek yang pada umumnya pelaku UMKM sudah mengetahuinya, pelaku UMKM dapat dikatakan tidak mengetahui tentang Hak Desain Industri yang dapat mereka daftarkan.

Desain Industri yang dapat dilindungi merupakan kemasan terluar dari produk yang diperjual-belikan. Desain industri yang dihasilkan sebuah UMKM tidak kalah penting dengan merek, karena desain industri juga dapat menjadi identitas bagi UMKM. Pak Andy menyatakan pesatnya jumlah UMKM yang berdiri saat ini di Jakarta tidak sebanding dengan jumlah pendaftaran Hak Desain Industrinya. Padahal dengan mendaftarkan Hak Desain Industrinya, UMKM akan mendapatkan keuntungan ekonomi dan loyalty. Namun ketika sebuah UMKM sudah mengetahui pentingnya dan untungnya mendaftarkan Hak Desain Industri, mereka mendapatkan kendala karena kemasan yang mereka akan mendaftarkan sudah banyak ditiru oleh perusahaan lainnya. Beliau mengatakan sebaiknya sebelum dipublikasikan, didaftarkan dahulu desain industrinya.

Pada wawancara yang dilakukan Pak Andy menjelaskan beberapa alasan UMKM yang sudah mengetahui pentingnya perlindungan secara hukum namun tetap tidak melakukan pendaftaran. Pertama, pendaftaran HKI yang bersinggungan langsung dengan pemerintahan dianggap rumit oleh pelaku UMKM. Kedua, biaya pendaftaran yang telah ditetapkan peraturan sangat

(4)

33 memberatkan UMKM. Lalu yang terakhir UMKM menunda pendaftaran HKInya karena proses pendaftaraan yang memakan waktu yang cukup lama.

Untuk alasan pertama, pada tanggal 17 Agustus 2019 pelayanan HKI sudah dapat dilakukan dengan cara online. Hal tersebut akan mempermudah setiap UMKM yang berpikir bahwa mendaftaran HKI hanya dapat dilakukan di Jakarta saja. Dengan melayani secara online, proses pendaftaraan HKI tidak serumit yang dibayangkan dan akan mempersingkat semua prosenya. Lalu UMKM juga mendapatkan subsidi 75% sesuai PP yang telah berlaku sejak 2019 untuk pendaftaran HKInya. Sehingga biaya tidak akan memberatkan UMKM lagi.

Begitulah penjelasan Pak Andy Mardani untuk masalah-masalah tidak maunya UMKM mendaftarkan UMKMnya.

Pak Andy sangat menghimbau untuk semua pelaku UMKM agar mendaftarkan UMKMnya secara hukum karena akan dengan mendaftarkan UMKM secara HKI, pelaku UMKM tidak akan mendapatkan kerugian, keuntunganlah yang akan dirasakan UMKM tersebut. Beliau juga menganjurkan UMKM untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang Hak Desain Industri yang dapat melindungi kemasan produk mereka.

3.2.2. Wawancara dengan Putri Indahsari Tanjung

Tahun 2019, Putri Indahsari Tanjung diangkat menjadi staff khusus kepresidenan dengan jejak karirnya yang banyak berkecimpung dibidang kewirausahaan. Putri Indahsari Tanjung juga merupakan penggagas Pahlawan Digital UMKM. Putri mengatakan bahwa di era serba digital saat ini sangat mempengaruhi

(5)

34 perkembangan UMKM. Semua orang dapat membangun sebuah bisnis kecilnya sehingga perkembangan UMKM sangat berkembang pesat.

Di masa pandemic seperti sekarang ini membuat setiap orang meningkatkan angka produktifitasnya. Melihat perkembangan UMKM, menurut Putri desain dan experience menjadi pondasi pelaku UMKM untuk terus berinovasi dalam membangun UMKM mereka. Pelaku UMKM mendesain setiap detail agar tampil paling beda dan menjadi daya tarik bagi para pembeli. Begitu juga dengan experience yang ditawarkan dan disampaikan setiap pelaku UMKM memiliki keunikannya masing-masing.

Putri Tanjung memberikan tips kepada orang-orang bagaimana cara membangun UMKM. Calon pelaku UMKM harus memiliki ide awal yang menarik. Mulai dari merek UMKM yang dibangun harus dapat membuat orang lain penasaran. Lalu produk yang hasilkan pun wajib memiliki orisinalitias dan karakterisiknya sendiri. Produk yang telah dihasilkan sebaiknya dikemas oleh kemasan atau packaging yang sangat unik dan apik. Tips lainnya yang disampaikan Putri Tanjung tidak kalah penting, pelaku UMKM harus dapat memberikan setiap orang yang membeli produknya memiliki experience yang unik karena hal tersebut menjadi faktor utama mereka akan membeli lagi produk UMKM.

Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan Putri Tanjung pada 28 September 2020, Putri Tanjung mengatakan bahwa pelaku UMKM masih sangat sedikit yang paham pentingnya perlindungan terhadap UMKM mereka. Pelaku UMKM mengerti adanya perlindungan hukum tersebut, tetapi mereka seperti acuh

(6)

35 akan keuntungan yang didapatkan apabila UMKM yang mereka bangun sudah dilindungi secara hukum. Hal tersebut membuat banyak kesamaan atau kemiripan dari desain-desain yang ada pada UMKM. Yang paling menonjol adalah desain kemasan atau packaging, pelaku UMKM seolah latah mengikuti trend yang sedang ramai dipakai oleh orang lain.

Gambar 3.1 Wawancara dengan Putri Tanjung

(7)

36 3.2.3. Wawancara dengan Denisa Nuragusti

Denisa merupakan salah satu pelaku UMKM yang telah membangunnya sejak 2018. UMKM yang dibangun Denisa bergerak dibidang kuliner yaitu ayam geprek yang memiliki ciri khas tersendiri. Pada tahun 2018, usaha ayam geprek sedang booming-boomingnya di Indonesia, melihat peluang usaha yang cukup memberi keuntungan, Denisa bersama abang dan temannya memberanikan diri mendirikan sebuah UMKM. Selain untuk mendapatkan keuntungan dibidang ekonomi alasan Denisa membangun UMKM untuk memberdaya segala hal yang dapat membangun usaha baik itu resep, tempat berjualan yang telah dimiliki, dan tenaga kerjanya.

Selama 2 tahun membangun UMKM, saingan terberat Denisa adalah UMKM yang memiliki bidang yang sama seperti ricebowl ayam geprek lainnya hal tersebut dirasakannya sebelum masa pandemic seperti saat ini. Dimasa pandemic ini, persaingan yang dirasakan semakin berat karena banyak pembeli- pembeli yang mulai ragu untuk membeli makanan dari luar oleh karena ini omset Denisa menurun selama masa pandemic ini. Cara Denisa dan kawan-kawannya mengatasi penurunan omset adalah dengan membuat sosial media UMKMnya semakin menarik dan membuat orang lain tetap penasaran. Tidak hanya itu, Denisa juga mengatakan selama pandemic ini membuatnya mengeluarkan ide-ide kreatif lainnya. Alhasil dimasa sulit seperti sekarang ini, UMKM mampu mengeluarkan varian baru yang akan membuat pembeli mencobanya.

Denisa mengatakan bahwa desain industry yakni kemasan atau packaging yang menarik sangat penting untuk UMKM. Kemasan atau packaging dapat

(8)

37 menggambarkan branding sebuah UMKM dan memberikan perbedaan dengan UMKM lainnya yang menjual hal yang sama. Selain itu packaging atau kemasan yang menarik dapat menambah pemasukan UMKM itu tersendiri.

Ketika penulis menanyakan apakah UMKMnya telah didaftarkan HKI atau belum, Denisa menjelaskan bahwa UMKMnya belum didaftarkan secara HKI baik itu Hak Merek ataupun Hak Desain Industri. Pada dasarnya Denisa mengetahui dan paham tentang pendaftaran HKI, namun dia tidak mengetahui bahwa sebuah UMKM dapat didaftarkan dan dilindungi secara HKI.

Pengetahuannya terhadap HKI memberi nilai minus karena dia merasa proses pendaftaran HKI ribet dan memakan banyak waktu. Dan Denisa merasa karena mereka masih membangun usaha kecil jadi mendaftaran HKI tidak begitu diperlukan. Tetapi Denisa akan merasa kesel apabila packaging dari UMKMnya ditiru oleh orang lain. Itulah hasil wawancara penulis dengan Denisa melalui voicenote.

Gambar 3.2 bukti voicenote dan instagram UMKM

(9)

38 3.2.4. Wawancara dengan Budi Adiputro

Budi Adiputro saat ini menjabat sebagai Asisten Staff Khusus Presiden yang tugas utamanya mengurus UMKM dengan beberapa program yang ada. Salah satunya program Pahlawan Digital UMKM merupakan program untuk membantu UMKM go digital atau membantu startup-strartup yang membantu UMKM untuk go digital. Penulis melakukan wawancara secara langsung pada 5 Oktober 2020.

Beliau menyatakan UMKM memiliki skala-skala omsetnya mulai dari 5 juta hingga ratusan juta. 90% UMKM yang ada di Indonesia berbasis UMKM Mikro namun mereka merupakan tulang punggung UMKM Indonesia. Terkait dengan desain, Budi Adiputro menjelaskan desain produk adalah hal wajib yang harus diperhatikan oleh pelaku UMKM, kreatifitas dan inovasi adalah kunci terpentingnya. Pembeli sangat memperhatikan tampilan visual terlebih dahulu, UMKM harus memiliki keunikan tersendiri sehingga pembeli tertarik untuk membelinya. Foto produk yang bagus, namun desain produk dan kemasan kurang menarik akan menghasilkan visual yang tidak memikat. Riset mengatakan bahwa 60% pembeli melihat visual terdahulu, baru mencoba rasa atau kualitas sebuah produk.

Budi Adiputro mengatakan, UMKM di Indonesia dapat dikatakan masih tradisional, kurang lebih terdapat 64 juta total keseluruhan UMKM yang tersebar diseluruh Indonesia, tahun ini pemerintah Indonesia menargetkan minimal 10 juta UMKM terdigitalisasi., seperti masuk ke market place, web based, atau platform digital lainnya. Program UMKM masuk digital dapat dikatakan hal basic, sehingga dapat dikatakan pengetahuan UMKM terhadap HKI dengan spesifikasi

(10)

39 Hak Desain Industri masih sangat minim. Jadi masih sangat sedikit UMKM yang mendaftarkan Hak Desain Industri. Selain terproteksi, apabila UMKM telah mendaftarkannya mereka akan mendapat banyak keuntungan dan dapat menambah skala bisnis UMKM mereka.

Pada tahun 2015, Kemenkop UMKM telah memfasilitasi 10.500 UMKM untuk mendaftkan UMKM ke HKI. Budi Adiputro melakukan penelitian setelah UMKM mendaftarkan UMKMnya secara HKI, kenaikan omset UMKM tersebut naik kurang lebih 30%. Saat ini pemerintah sangat gencar melakukan sosialiasi HKI melalui dinas-dinas koperasi daerah. Pemerintah juga bekerja sama dengan lembaga bantuan hukum digital, hukum online, dan justika untuk melakukan sosialisasi HKI karena sangat membantu dalam digitalisasi UMKM. Pendaftaran UMKM secara HKI termasuk dalam bagian digitalisasi UMKM. Selain melakukan sosialisasi platform tersebut juga menjadi wadah untuk pelaku UMKM dapat berkonsultasi dalam hal apapun tersebut tentang HKI.

Budi Adiputro menyimpulkan, pemerintah saat ini sedang melakukan 3 hal penting untuk membantu UMKM naik kelas. Pertama, membantu UMKM untuk go digital, lalu kedua memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk dari UMKM yang harus di maintance agar UMKM dapat bertahan. Terakhir, pengetahuan UMKM terhadap HKI.

(11)

40

Gambar 3.3 Penulis dan Budi Adiputro

3.3. Kuesioner

Sutinah (2011) kuesioner adalah daftar pertanyaan bersifat sistematis yang dituju kepada sejumlah orang sebagai responden, untuk dijawab dalam bentuk keadaan, aspirasi, kebiasaan, atau pendapat pribadi. Kuesioner terdiri dari dua jenis, jenis pertama adalah pertanyaan terbuka seperti pertanyaan essay, kesempatan narasumber diberikan kebebasan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

Sedangkan jenis yang kedua ada jenis tertutup, jenis ini narasumber hanya dapat menjawab pertanyaan dari pilihan-pilihan yang telah diajukan oleh penanya saja (hlm 64-65).

(12)

41 3.3.1. Teknik Kuesioner

Penulis menggunakan teknik campuran antara terbuka dan tertutup. Penulis membagi kuesioner melalui internet yang akan diakses melalui Google Form.

Yang menjadi objek untuk memberikan data pada kuesioner ini adalah pelaku UMKM yang akan membangun ataupun yang sedang membangun UMKM dengan usia kisaran 22 tahun hinggan 28 tahun. Jumlah sample sebesar 100 responden yang telah di tentukan. Pertanyaan pokoknya apakah mereka telah mengetahui tentang Hak Desain Industri.

3.3.2. Hasil Analisis Kuesioner

Setelah melakukan penyebaran kuesioner dengan 100 responden maka penulis mendapat hasil sebagai berikut :

1. Usai rata-rata Pelaku UMKM go digital

Tabel 3.1 Usai Pelaku UMKM

Jawaban Jumlah Responden

22 – 24 tahun 27 Orang

25 – 26 tahun 43 Orang

27 – 28 tahun 30 Orang

Dari data yang ada pada tabel dapat disimpulkan bahwa pelaku UMKM yang telah go digital dominan pada umur 25-26 tahun.

(13)

42 2. Awal mula memulai UMKM go digital

Tabel 3.2 Platform digital pertama para pelaku UMKM

Saat memulai membangun UMKM dan masuk ke digital, platform digital pertama apa yang kamu manfaatkan?

Jawaban Jumlah Responden

Instagram 48 orang

Website 3 orang

Facebook 28 orang

Lainnya 21 orang

3. Pengetahuan pelaku UMKM go digital tentang HKI

Tabel 3.3 Pelaku UMKM yang mengetahui Hak Desain Industri

Apakah kamu sudah mengetahui apa itu Hak Desain Industri?

Jawaban Jumlah Responden

Sudah 23 orang

Belum 77 orang

Hanya 23 orang pelaku UMKM dari 100 responden yang mengetahui apa itu Hak Desain Industri, data tersebut dapat kita lihat dari tabel.

(14)

43 4. Alasan belum mengetahui tentang Hak Desain Industri

Tabel 3.4 Alasan Pelaku UMKM yang tidak mengetahui Hak Desain Industri

Jika belum, kenapa kamu belum mengetahui apa itu Hak Desain Industri?

Jawaban Jumlah Responden

Informasi tidak menarik 16 orang

Informasi kurang jelas 27 orang

Tidak adanya informasi 30 orang

Alasan pelaku UMKM tidak mengetahui tentang Hak Desain Industri, tidak adanya informasi yang didapat mereka.

5. Pengetahuan UMKM tentang website resmi HKI

Tabel 3.5 Pengetahuan UMKM tentang Website HK

Apakah anda mengetahui website resmi HKI, jika sudah bagaimana pendapat anda tentang website tersebut?

Jawaban Jumlah Responden

Sudah, informasi jelas 18 orang

Sudah, tetapi informasi tidak begitu jelas

47 orang

Belum 35 orang

(15)

44 Sebanyak 47 pelaku UMKM sudah mengetahui website resmi HKI namun menurut mereka informasi yang ada di dalamnya tidak begitu jelas.

6. Pengetahuan UMKM tentang media informasi Hak Desain Industri

Tabel 3.6 Pengetahuan UMKM tentang media informasi Hak Desain Industri

Apakah kamu pernah melihat media informasi tentang Hak Desain Industri?

Jawaban Jumlah Responden

Sudah 23 Orang

Belum 77 orang

Mayoritas pelaku UMKM tidak pernah melihat kampanye sosial tentang Hak Desain Industri.

7. UMKM yang telah mendaftarkan Hak Desain Industri

Tabel 3.7 UMKM yang mendaftarkan Hak Desain Industrinya

Apakah kamu sudah mendaftarkan Hak Desain Industri UMKMmu?

Jawaban Jumlah Responden

Sudah 2 orang

Belum 98 orang

Sesuai dengan data sebelumnya, hanya 2 pelaku UMKM saja yang telah mendaftarkan Hak Desain Industrinya, sisanya sebanyak 98 orang belum mendaftarkannya.

(16)

45 8. Alasan UMKM belum mendaftarkan Hak Desain Industri

Tabel 3.8 Alasan UMKM belum mendaftarkan Hak Desain Industrinya

Apakah alasan kamu belum mendaftarkan UMKM mu?

Jawaban Jumlah Responden

Tidak mengetahui Hak Desain Industri 77 orang

Pendaftarannya yang susah 8 orang

Biaya yang cukup mahal 6 orang

Pendaftarannya memakan waktu yang lama 8 orang

Dapat dilihat dari data tabel di atas, ketidaktahuan mengenai Hak Desain Industrilah yang menjadi alasan utama UMKM belum mendaftarkannya.

9. Media Informasi untuk mencari tahu tentang Hak Desain Industri

Tabel 3.8 Media Informasi untuk mencari tahu tentang Hak Desain Industri

Media apa yang sering kamu gunakan untuk mencari tahu tentang informasi UMKM dan HKI?

Jawaban Jumlah Responden

Instagram 42 orang

Website 30 orang

Twitter 10 orang

Tiktok 18 orang

(17)

46 3.3.3. Kesimpulan Kuesioner

Dari kuesioner yang telah disebar dapat disimpulkan bahwa pelaku UMKM yang telah go digital pada umumnya berusia 25 – 26 tahun. Mereka memulai UMKMnya dengan cara memasarkan secara digital di instagram dan platform onlinenya. Para pelaku UMKM go digital sebagian telah mengetahui dan berkunjung ke website resmi HKI namun mereka berpendapat bahwa informasi yang disampaikan tidak begitu jelas. Hal tersebut menyebabkan pengetahuan mereka terhadap Hak Desain Industri dapat dikatakan tidak ada. Sehingga terkadang mereka mengalami kerugian yang bahkan para pelaku UMKM tidak tahu bahwa hal tersebut mereka bisa mendapat keuntangan lainnya. Media informasi yang favorit digunakan para UMKM untuk mencari informasi adalah instagram dan website menjadi media alternatif mereka saat informasi yang dicari tidak ditemukan.

3.4. FGD (Forum Group Discussion)

Forum Group Discussion atau yang lebih dikenal FGD secara sederhana dapat diartikan sebagai diskusi yang dilakukan dengan sistem yang telah disusun.

Irwarnto, 2006 mengatakan bahwa FGD adalah sebuah metode untuk mengumpulkan data dan informasi terhadap isu atau masalah tertentu yang sangat spesifik dengan struktur yang telah disusun secara sistematis (hal 1-2). FGD biasanya dilakukan oleh sebuah kelompok dan terdapat seorang medorator untuk menjalan FGD tersebut.

(18)

47 Focus Group Discussion dilakukan dengan 10 UMKM yang telah go digital berusia antaa 22-28 tahun. FGD dilakukan untuk mengetahui apakah UMKM yang telah go digital mengetahui dan menyadari pentingnya perlindungan Hak Desain Industri. Para Pelaku UMKM memulai usahanya dengan langsung terjun ke dunia digital, mereka melihat peluang yang besar apabila usaha mereka langsung dipasarkan memulai online. Media digital atau online juga memudahkan dan menghemat biaya pemasaran bagi pelaku UMKM yang baru memulai usahanya.

Pertanyaan yang diajukan saat FGD kepada pelaku UMKM mengenai hal- hal yang berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang Hak Desain Industri.

Berikut ini adalah hasil dari FGD yang telah dilakukan penulis bersama 10 para pelaku UMKM :

1. Masa pandemi saat ini membuat pelaku UMKM harus memikirkan bagaimana cara mempertahankan usaha yang telah mereka bangun sebelumnya. Karena itu mereka saat ini sangat memperkuat promosi atau pemasaran mereka dengan cara digital atau online.

2. Awal mula mereka membangun usaha UMKMnya para pelaku juga telah melakukan promosi secara digital dengan cara mengunggah foto produk dan packagingnya ke sosial media sehingga produk mereka dapat dilihat orang masyakarat umum.

3. 7 dari 10 peserta FGD sudah pernah berkunjung ke website resmi HKI atau sosial media lainnya untuk mencari informasi tentang HKI.

(19)

48 4. Informasi yang ada pada website ataupun sosial media lainnya yang

diakses oleh peserta masih dianggap kurang informatif.

5. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar peserta FGD tidak mengetahui pentingnya perlindungan HKI terutama Hak Desain Industri terhadap UMKM mereka.

6. Informasi yang terdapat dalam website resmi HKI hanya seputar isi Undang-Undang saja, tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai HKI terutama Hak Desain Industri itu sendiri.

7. Namun ada beberapa peserta yang telah mencoba mendaftarkan Hak Desain Industrinya, tetapi mereka tidak melanjutkannya karena merasa terbebani dengan prosedur yang rumit dan biaya yang cukup mahal.

3.4.1. Kesimpulan FGD

Berdasarkan hasil FGD yang telah dijelaskan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa pelaku UMKM yang telah go digital masih banyak tidak mengetahui pentingnya perlindungan Hak Desain Industri. Pelaku UMKM masih merasa kesulitan mencari informasi yang mudah dicerna mengenai Hak Desain Industri. Alasan mereka tidak mengetahuinya karena kurangnya informasi tentang pentingnya perlindungan Hak Desain Industri.

(20)

49 3.5. Studi Eksisting

Setelah pengumpulan data yang dilakukan, penulis juga melakukan studi eksisting untuk menjadi bahan analisas dalam perancangan media informasi tentang Hak Desain Industri karena karya sebelumnya tentu memiliki kesamaan topik dan tema yakni tentang Hak Kekayaan Intelektual. Studi eksisting yang dilakukan penulis bertujuan untuk mendapatkan input baik dari media informasi yang telah ada sebelumnya.

1. Kampanye Anti Pembajakan

Di era saat ini membuat setiap orang dapat berkarya dengan berbagai cara mulai dari karya nyata secara fisik maupun karya berbentuk digital.

Karya cipta yang dihasilkan tidak cukup hanya untuk disimpan saja, banyak Pencipta sebuah karya menggunggah karyanya pada laman atau sosial media yang tujuannya mendapat penilaian dari orang yang melihat unggahannya.

Kemajuan teknologi inilah yang sering menyebabkan Pencipta mengalami kerugian, karena hasil karya yang diunggahnya ke laman online banyak ditiru bahkan dicuri oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Melihat fakta ini, Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) melalui Deputi Fasilitas HKI dan Regulasi Pembajakan membuat Kampanye Anti Pembajakan pada tahun 2019.

Kampanye ini ditujukan untuk semua masyarakat umum agar lebih meningkatkan kesadaran dalam hal perlindungan Hak Kekayaan Intelektual terhadap karya-karya yang mereka ciptakan. Menurut Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Bekraf Ari Juliano Gema Kampanye Anti Pembajakan ini sangat

(21)

50 penting dilaksanakan karena aksi ini membutuhkan kesadaran langsung dan peran aktif dari pelaku ekonomi kreatif dan masyarakat itu sendiri.

Gambar 3.4 Kampanye Anti Pembajakan – BeKraf (www.picuki.com)

Event kampanye yang diadakan oleh Bekraf ini dilaksanakan selama 2 hari pada sebuah pusat perbelanjaan kota Bandung. Hal yang membuat audiens tertarik pada kampanye ini karena tidak hanya sebuah acara seminar namun juga diselipkan acara hiburan yang membuat audiens yang hadir merasa enjoy dengan acara yang mereka datangi.

Tabel 3.9 Analisis SWOT Kampanye Anti Pembajakan

Strength Kampanye diadakan tidak membosankan dengan cara menghadirkan musisi yang juga merupakan industry kreatif Weakness Tidak semua orang bisa datang dan mengetahui kampanye Anti

Pembajakan

Opportunities Bisa menjadi sarana untuk bertanya langsung ke ahlinya Theart Kurang kondusif membuat orang terganggu dengan adanya

event lain dalam mall

(22)

51 2. Instagram dan aplikasi biima.bekraf

Sebelum menyelenggarakan Kampanye Anti Pembajakan, Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) sudah lebih dulu membuat sebuah akun media sosial instragam. Akun @biima.bekraf dihadirkan BeKraf agar masyakarat dapat mengakses informasi mengenai Hak Kekayaan Intelektual kapan saja dan dimana saja. Tidak hanya sebuah akun instragram BeKraf dengan fokusnya mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya perlindungan HKI ini juga membuat sebuah aplikasi bernama “BIIMA”. Di aplikasi yang diciptakan BeKraf ini masyarakat dapat mempelajari apa itu HKI, tanya jawab seputar HKI, bahkan mencari data mengenai HKI.

Gambar 3.5 Instagram BIIMA (instagram : biima.bekraf)

(23)

52 Gambar 3.6 Aplikasi BIIMA

(instagram : biima.bekraf)

Sama halnya dengan event kampanye yang diselenggarakan BeKraf tujuan utama BeKraf membuat akun instagram dan aplikasi agar masyarakat umum lebih mengetahui betapa pentingnya untuk melakukan perlindungan HKI terhadap sebuah karya cipta.

Tabel 3.10 Analisis SWOT Konten Instagram dan Aplikasi BIIMA

Strength Bisa di akses dimana saja dan kapan saja

Weakness Kurang maintenance dan Instagram berbeda dengan DJKI Opportunities Menjadi salah satu Apps dan Social media yang menyajikan

informasi dan pendaftaran Hak Desain Industri

Theart Kurang sadarnya orang bahwa ini apps dan ig official HKI

(24)

53 3. Website Resmi Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual

Dibuat resmi oleh Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual website www.dgip.go.id berisikan tentang informasi tentang HKI dan lapisan yang ada pada HKI itu sendiri termasuk Hak Desain Industri. Website ini merupakan salah satu cara untuk masyarakat agar bisa mengakses informasi yang akurat seputar Hak Cipta. Hal ini disebabkan karena Undang-undang secara jelas dan lengkap tertulis di dalam website ini.

Gambar 3.7 Pengenalan Desain Industri (www.dgip.go.id)

Melalui website ini kita juga bisa mengakses informasi lengkap mengenai pendaftaran bahkan pengaduan pelanggaran HKI termasuk Hak Desain Industri.

(25)

54

Tabel 3.11 Analisis SWOT Website Resmi DJKI

Strength Informasi dan data yang disajikan dapa di percaya atau akurat Weakness Hanya ada di website dan harus buka PC atau laptop

Opportunities Menjadi website official untuk mendaftarkan Hak Desai Industri

Theart Kurangnya informasi dan edukasi akan website

3.6. Metode Perancangan

Dalam perancangan media informasi ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan Landa (2010) untuk penyampaian visual dan informasi yang harus melewati 6 tahapan proses yang terdiri dari (hlm 33-40) :

1. Overview

Pada tahap pertama ini, penulis mengumpulkan data penelitian melalui wawancara dengan narasumber yang ahli dalam pengetahuan Hak Desain Industri, tentang UMKM, dan pelaku UMKM. Penulis juga menyebarkan form kuesioner secara online melalui Google Form dengan target pelaku UMKM yang berusia 22-28 tahun di area Jakarta.

2. Strategy

Tahap selanjutnya setelah mendapat data dari hasil wawancara dan kuesioner, penulis kemudia membuat brainstorming dan mindmapping untuk merancang desain kampanye sosial Hak Desain Industri. Pada tahap ini juga penulis sudah mulai menggembangkan solusi yang harus

(26)

55 disampaikan pada hasil akhir perancangan. Lalu juga penulis sudah mulai menentukan media yang menjadi wadah kampanye nantinya.

3. Ideas

Tahap ideas, melalui hasil brainstorming dan mindmapping penulis akan membuat moodboard sebagai patokan desain kedepannya. Moodboard yang dibuat oleh penulis mencakup penentuan warna, font, dan elemen- elemen visual lainnya.

4. Design

Setelah menyelesaikan moodboard, penulis akan mengembangkan ide kreatif dengan membuat sketsa dan dari sketsa akan dikembangkan lagi menjadi beberapa pilihan desain. Dari beberapa pilihan desain, penulis akan meminta saran dari dosen pembimbing apakah dan desain manakah yang digunakan untuk kampanye.

5. Production

Penulis mulai memproduksi desain yang telah disetujui dan dianggap baik untuk ditampilkan pada kampanye Hak Desain Industri. Setelah desain selesai, penulis juga akan menginput desain ke media yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Implementation

Tahap terakhir ini, kampanye yang telah diselesaikan melalaui tahap-tahap di atas akan evaluasi oleh penulis apakah tujuan utama dari kampanye Hak Desain Industri berjalan dengan baik atau malah sebaliknya.

Gambar

Gambar 3.1 Wawancara dengan Putri Tanjung
Gambar 3.2 bukti voicenote dan instagram UMKM
Gambar 3.3 Penulis dan Budi Adiputro
Tabel 3.1 Usai Pelaku UMKM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Air Batu Asahan; (2) Untuk mengetahui pengetahuan

Penerapan Cost Reduction Program pada usaha kecil menengah bertujuan untukmengurangi biaya perusahaan dengan meminimalisir biaya yang akan timbul pada proses

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Puji syukur yang mendalam penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya, maka Tugas Akhir berjudul “Perancangan Visual Website Untuk

Bagi pelaku UMKM, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi pelaku UMKM untuk dapat menyusun laporan keuangannya berdasarkan Standar

Pada tahap ini, petugas kesehatan mengamati apakah tangan klien benar-benar lemas, jika klien masih dapat menggerakkan tangannya dengan mudah, maka segera ulangi bagian sript

Berdasarkan hasil penelitian, umur simpan fish snack dengan metode kadar air kritis melalui pendekatan kurva sorpsi isotermis berkisar 2,9-4,3 bulan untuk snack TF

Patogen yang didapat dicocokkan dengan kunci identifikasi penyakit Barnet (1960) dan identifikasi bakteri dilakukan dengan panduan Williams dan Walkins