• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

30

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden

Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan 75 wanita (74,25 %) merupakan mahasiswa jurusan psikologi pada Universitas Bina Nusantara. Persebaran rentang usia responden antara 18 sampai 25 tahun (dijabarkan pada tabel 4.1 di bawah) dan semuanya belum menikah. Informasi responden tentang usia, semester kuliah, status pekerjaan part time/shift, dan status hubungan romantis dipaparkan pada tabel di bawah.

4.1.1 Profil Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1 Usia

Usia n %

18 11 10,89

19 26 25,74

20 21 20,79

21 29 28,71

22 9 8,91 23 5 4,95 Sumber: Hasil Olah Data

Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rentang usia responden berkisar dari 18 sampai 23 tahun. Sebanyak 11 orang (10,89 %) berusia 18 tahun, 26 orang (25,74 %) berusia 19 tahun, 21 orang (20,79 %) berusia 20 tahun, 29 orang (28,71

(2)

31

%) berusia 21 tahun, 9 (8,91 %) orang berusia 22 tahun, dan 5 orang (4,95 %) berusia 23 tahun.

4.1.2 Profil Responden Berdasarkan Semester Kuliah Tabel 4.2 Semester Kuliah

Semester n %

2 24 23,7

4 33 32,6

6 28 27,7

8 16 15,8

Sumber: Hasil Olah Data

Dari data di tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 24 orang (23,7

%) responden sedang menjalani kuliah semester 2. Kemudian jumlah paling banyak adalah responden yang menjalani kuliah semester 4 berjumlah 33 orang (32,6 %).

Sebanyak 28 orang (27,7 %) kuliah semester 6, dan 16 orang (15,8 %) kuliah semester 8.

4.1.3 Profil Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Part Time/Shift Tabel 4.3 Kerja Part Time

Kerja Part Time n %

YA 22 21,8

TIDAK 79 78,2 Sumber: Hasil Olah Data

(3)

32

Dari data tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 22 orang (21,8

%) responden sedang menjalani kerja part time/shift, dan 79 orang (78,2 %) tidak sedang menjalani kerja part time/shift.

4.1.4 Profil Responden Berdasarkan Status Hubungan Romantis Tabel 4.4 Status Hubungan Romantis

Pacaran/Tunangan n %

YA 49 48,5 TIDAK 52 51,5 Sumber: Hasil Olah Data

Data pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa 49 responden (48,5 %) sedang menjalani hubungan romantis (pacaran/tunangan). Sedangkan, 52 responden (51,5 %) tidak sedang menjalani hubungan romantis.

4.2 Gambaran Kualitas Pertemanan Pada Subjek

Tabel 4.5 Kualitas Pertemanan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KP 101 113.00 202.00 157,88 16.97603

Valid N (listwise) 101

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

(4)

33

Pada tabel 4.5 di atas terdapat data perhitungan SPSS terhadap nilai Kualitas Pertemanan pada subjek. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai KP paling rendah adalah 113, sementara nilai tertinggi 202. Rata-rata nilai KP subjek adalah 157,88. Dari data pada lampiran ,diketahui bahwa 47 subjek (46,5 %) memiliki nilai KP berada di bawah rata-rata. Sementara itu, 54 subjek (53,5 %) memiliki nilai KP di atas rata-rata. Walaupun lebih banyak subjek yang memiliki nilai KP di atas rata-rata, namun persentasenya hanya berbeda sedikit (46,5% dan 53,5%). Dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki nilai kualitas pertemanan di atas rata-rata hampir berimbang jumlahnya dengan subjek yang memiliki nilai kualitas pertemanan di bawah rata-rata.

4.3 Gambaran Satisfaction With Life Pada Subjek Tabel 4.6 SWL

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SWL 101 9.00 35.00 22.9010 5.75240

Valid N (listwise) 101

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

Nilai SWL yang didapat dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 di atas akan diartikan dengan interpretasi menurut Diener (2006), yaitu:

a. 30-35 : Sangat Tinggi b. 25-29 : Tinggi

c. 20-24 : Rata-rata

d. 15-18 : Agak di bawah rata-rata

(5)

34

e. 10-14 :Tidak Puas

f. 5-9 : Sangat tidak puas

Penjelasan lebih lanjut mengenai rentang skor di atas dapat dilihat pada bab 3.3.

Dari data pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai SWL paling rendah adalah 9, sementara nilai tertinggi 35. Rata-rata nilai SWL subjek adalah 22,9. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai SWL subjek berada pada rentang skor rata-rata.

Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata subjek secara umum merasa puas, namun ada beberapa aspek kehidupan subjek yang masih ingin ditingkatkan.

Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa 17 subjek (16,8%) memiliki kepuasan yang sangat tinggi, 23 (22,7%) memiliki kepuasan yang tinggi, 36 (35,6%) memiliki kepuasan rata-rata, 15 (14,9%) memiliki kepuasan agak di bawah rata-rata, 8 orang subjek (7,9%) merasa tidak puas, dan 2 (1,9%) orang subjek sangat tidak puas. Menurut persebarannya, subjek yang memiliki kepuasan yang tinggi dengan subjek yang rendah cukup berimbang.

4.4 Gambaran SPANE Pada Subjek

Tabel 4.7 SPANE

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SPANEP 101 13.00 30.00 22.0792 3.12948

SPANEN 101 8.00 26.00 17.2970 3.54555

SPANEB 101 -10.00 21.00 4.7822 5.85082

Valid N (listwise) 101

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

Dari data pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai SPANE P paling rendah adalah 13, sementara nilai tertinggi 30. Rata-rata nilai SPANE P subjek adalah

(6)

35

22,07. Untuk nilai SPANE N, rentang berada antara 8 sampai 26 dengan rata-rata 17,29. Nilai SPANE B subjek berada pada rentang -10 sampai 21.

4.5 Gambaran Subjective Well Being Pada Subjek

Kebahagiaan atau subjective well being (SWB) ditandai dengan tingginya kepuasan hidup dan kadar emosi positif, serta rendahnya kadar emosi negatif (Carr, 2004). Kepuasan hidup diukur dengan menggunakan SWLS, sedangkan kadar afek positif dan afek negatif diukur dengan menggunakan SPANE P dan SPANE N. Skor dari SPANE P dikurangi skor SPANE N akan menghasilkan skor total untuk keseimbangan afek yang disebut Affect Balance atau SPANE B (Diener, 2010).

Dengan demikian, untuk mengetahui skor SWB, dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor dari SWLS dan SPANE B.

Namun, untuk menjumlahkan skor total SWLS dan SPANE B, harus diketahui rata-rata nilai baku dari kedua variabel tersebut. Nilai baku digunakan karena kedua variabel yang akan dijumlahkan didapat dari skala pengukuran yang berbeda. Nilai baku dapat diketahui dengan menghitung skor Z. Pada penelitian ini, skor Z dihitung dengan software SPSS,dan didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 4.8 Skor Z

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum

Zscore(SWL) 101 -2.42 2.10

Zscore(SPANEB) 101 -2.53 2.77

Valid N (listwise) 101

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

(7)

36

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rentang skor Z untuk SWL adalah dari yang terendah -2,42 sampai yang tertinggi 2,10. Sedangkan rentang skor Z untuk SPANE B berkisar dari -2,53 (terendah) sampai -2,77 (tertinggi). Data lengkap untuk nilai seluruh responden terdapat pada lampiran 1.

Tabel 4.9 SWB

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

Dari penjumlahan skor Z SWL dan skor Z SPANE B, maka didapatkan nilai SWB. Pada tabel 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa rentang skor SWB berkisar dari yang terendah -3,73 sampai yang tertinggi 4,18. Rata-rata skor SWB responden adalah -1,98 dengan standar deviasi 1,72. Data lengkap untuk nilai SWB responden ada pada lampiran 2.

Dari data yang didapatkan pada lampiran 2, 80 responden (79,2 %) memiliki nilai SWB di atas rata-rata dan 21 responden (20,8 %) memiliki nilai SWB di bawah rata-rata. Artinya, sebagian besar (79,2%) responden memiliki tingkat kebahagiaan di atas rata-rata, dan sebagian lain (20,8 %) memiliki tingkat kebahagiaan di bawah rata-rata.

4.6 Analisis Hasil

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hubungan antara variabel penelitian.

Analisis hubungan dilakukan dengan metode Pearson atau sering disebut Pearson Product Moment yang dihitung menggunakan software SPSS. Metode Pearson

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SWB 101 -3.73 4.18 -1.98 1.72

Valid N (listwise) 101

(8)

37

digunakan karena pada penelitian ini, alat ukur menggunakan skala interval. Nilai korelasi berkisar dari -1 sampai 1, dimana nilai semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan semakin kuat, dan jika semakin mendekati 0 maka hubungan semakin lemah (Priyatno, 2010). Bila nilai korelasi (r) positif, artinya jika X naik maka Y ikut naik. Bila nilai r negatif, artinya jika X naik, maka Y turun dan sebaliknya (Nisfiannoor, 2009)

4.6.1 Hubungan Antara Kualitas Pertemanan Dengan Subjective Well Being

Pada bagian ini akan dilakukan analisa hubungan Kualitas Pertemanan dengan subjective well being. Analisa hubungan juga dilakukan terhadap komponen dari subjective well being yaitu SWL, SPANE P, SPANE N dan SPANE B. Berikut ini adalah hasil perhitungan hubungan Kualitas Pertemanan (KP) dengan subjective well being (SWB) dan komponen-komponennya dengan menggunakan rumus

korelasi Pearson yang dihitung dengan software SPSS.

Tingkat hubungan akan semakin kuat bila semakin mendekati angka 1.

Untuk menginterpretasi besarnya tingkat hubungan, nilai hitung dari metode Pearson akan dibandingkan dengan koefisien korelasi pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Koefisien Korelasi

Koefisien Tingkat hubungan

0,0 - 0,19 Sangat Rendah

0,2 – 0,39 Rendah

0,4 – 0,59 Sedang

(9)

38

0,6 – 0, 79 Tinggi

0,8 – 1,00 Sangat Tinggi

Sumber: (Nisfiannoor, 2009)

Tabel 4.11 Korelasi

Correlations

KP SWL SPANEP SPANEN SPANEB SWB

KP Pearson Correlation 1 .451** .337** -.135 .262** .415**

Sig. (1-tailed) .000 .000 .089 .004 .000

N 101 101 101 101 101 101

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Tabel 4.12 Statistik Skor

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KP 101 113.00 202.00 157.88E2 16.97603

SWL 101 9.00 35.00 22.9010 5.75240

SPANEP 101 13.00 30.00 22.0792 3.12948

SPANEN 101 8.00 26.00 17.2970 3.54555

SPANEB 101 -10.00 21.00 4.7822 5.85082

SWB 101 -3.734959E0 4.179825 -1.98019785E-11 1.719656976 Valid N (listwise) 101

Dari Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai korelasi antara KP dengan SWB adalah 0,415 pada tingkat signifikansi 0,01. Nilai korelasi berada pada rentang

(10)

39

0,4 – 0,59, maka berdasarkan tabel 4.10, KP dan SWB memiliki kekuatan hubungan dengan tingkat yang sedang. Karena nilai korelasi positif, maka artinya KP berhubungan secara positif dengan SWB. Dengan demikian, Ho yang menyatakan

“tidak ada hubungan positif antara kualitas pertemanan dengan subjective well being pada mahasiswa Jurusan Psikologi Bina Nusantara” ditolak. Artinya, semakin tinggi Kualitas Pertemanan, maka akan semakin tinggi juga tingkat subjective well being.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas pertemanan, maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan pada mahasiswa jurusan psikologi Bina Nusantara.

Berikutnya, akan dilakukan analisa hubungan KP terhadap komponen- komponen SWB. Nilai korelasi antara KP dengan SWL adalah 0,251 pada tingkat signifikansi 0,01. Nilai korelasi berada pada rentang 0,4 – 0,59, maka berdasarkan tabel 4.10, KP dan SWL memiliki kekuatan hubungan dengan tingkat yang sedang.

Karena nilai korelasi positif, maka artinya KP berhubungan secara positif dengan SWL. Artinya, semakin tinggi kualitas pertemanan, akan semakin tinggi juga tingkat kepuasan hidup.

Nilai korelasi antara KP dengan SPANE P adalah 0,337 pada tingkat signifikansi 0,01. Nilai korelasi berada pada rentang 0,2 – 0,39, maka berdasarkan tabel 4.10, KP dan SPANE P memiliki kekuatan hubungan dengan tingkat yang rendah. Namun, karena nilai korelasi positif, maka artinya KP berhubungan secara positif dengan SPANE P, dengan tingkat hubungan yang rendah. Dengan kata lain, kualitas pertemanan berhubungan secara negatif dengan afek positif, dengan tingkat hubungan yang rendah.

Nilai korelasi antara KP dengan SPANE N adalah -0,135. Nilai korelasi berada pada rentang 0,0 – 0,19, namun dengan nilai negatif, maka berdasarkan tabel 4.10, KP dan SPANE N memiliki kekuatan hubungan dengan tingkat yang rendah. Karena nilai korelasi negatif, maka artinya KP berhubungan secara negatif dengan SPANE N, dengan tingkat hubungan yang rendah. Dengan kata lain, kualitas pertemanan berhubungan secara negatif dengan afek negatif, dengan tingkat hubungan yang rendah.

Nilai korelasi antara KP dengan SPANE B adalah 0,262 pada tingkat signifikansi 0,01. Nilai korelasi berada pada rentang 0,2 – 0,39, maka berdasarkan

(11)

40

tabel 4.10, KP dan SPANE B memiliki kekuatan hubungan dengan tingkat yang rendah. Karena nilai korelasi positif, maka artinya KP berhubungan secara positif dengan SPANE B, namun dengan kekuatan hubungan yang rendah. Dengan kata lain, kualitas pertemanan berhubungan secara positif dengan afek balance, dengan tingkat hubungan yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pertemanan berhubungan secara positif dengan selisih antara afek positif dan afek negatif, dengan tingkat hubungan yang rendah.

4.6.2 Analisis tambahan

4.6.2.1 Korelasi dimensi KP dengan SWB

Pada bab ini akan dibahas korelasi masing-masing dimensi KP terhadap SWB.

Tabel 4.13 Korelasi dimensi KP dengan SWB

Correlations

SWB

STCOMPA

NIONSHIP HELP INTIMACY

RELIABLEAL LIANCE

SELFVALID ATION

EMOSTA BILITY

SWB Pearson

Correlation 1 .305** .352** .344** .252** .428** .294**

Sig. (1-tailed) .001 .000 .000 .005 .000 .001

N 101 101 101 101 101 101 101

STCOMPANIONSHIP Pearson

Correlation .305** 1 .580** .524** .291** .353** .396**

Sig. (1-tailed) .001 .000 .000 .002 .000 .000

N 101 101 101 101 101 101 101

HELP Pearson

Correlation .352** .580** 1 .692** .509** .670** .670**

Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 101 101 101 101 101 101 101

INTIMACY Pearson

Correlation .344** .524** .692** 1 .418** .599** .696**

(12)

41

Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 101 101 101 101 101 101 101

RELIABLEALLIANCE Pearson

Correlation .252** .291** .509** .418** 1 .538** .553**

Sig. (1-tailed) .005 .002 .000 .000 .000 .000

N 101 101 101 101 101 101 101

SELFVALIDATION Pearson

Correlation .428** .353** .670** .599** .538** 1 .787**

Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 101 101 101 101 101 101 101

EMOSTABILITY Pearson

Correlation .294** .396** .670** .696** .553** .787** 1

Sig. (1-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000

N 101 101 101 101 101 101 101

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

Dari tabel 4.13 di atas, dapat diketahui bahwa dimensi KP yang paling baik korelasinya dengan SWB adalah self validation (0,428). Setelah itu nilai tertinggi diikuti oleh help (0,352). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dimensi kualitas pertemanan yang paling berhubungan dengan kebahagiaan adalah self validation, diikuti oleh dan help.

Hasil perhitungan di atas sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Pada penelitian yang dilakukan Demir dan Weitekamp (2007) yang mengukur hubungan kualitas pertemanan dengan kebahagiaan, dimensi kualitas pertemanan yang paling berkorelasi dengan kebahagiaan adalah stimulating companionship , setelah itu diikuti self validation. Peneliti menduga hal ini karena faktor perbedaan budaya. Parlee (dalam Demir dan Weitekamp, 2007) mengatakan bahwa orang

(13)

42

Amerika menilai companionship sebagai aspek pertemanan yang paling penting.

Pernyataan tersebut bisa jadi menjelaskan kesimpulan dari penelitian Demir dan Weitekamp yang memang dilakukan di Amerika.

Dari hasil kesimpulan penelitian ini, timbul dugaan bahwa self validation dan merupakan unsur yang paling penting dalam pertemanan di kalangan mahasiswa psikologi Universitas Bina Nusantara. Dalam pertemanan, self validation adalah mendukung dan membantu teman untuk membentuk citra diri yang positif (Mendelson dan Aboud, 1999). Pada penelitian ini, dimensi ini diukur dengan butir seperti ”teman saya mendukung saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik”, ”teman saya memuji kelebihan yang saya miliki”. Peneliti menduga bahwa hal ini karena karakteristik subjek yang memiliki pola pertemanan dengan melibatkan banyak unsur self validation dan help dalam interaksinya. Hal ini bisa jadi karena status subjek sebagai mahasiswa psikologi yang diduga memiliki kesadaran yang baik untuk mendukung citra positif temannya. Sedangkan untuk dimensi help, diukur dengan butir seperti ”saya dan teman saling membantu dalam mengerjakan suatu tugas/pekerjaan”, ”saya dan teman suka saling meminjamkan barang (misal: buku, DVD, alat tulis)”. Help mencerminkan budaya gotong royong dalam masyarakat Indonesia. Hal ini bisa menjelaskan mengapa aspek help, menjadi aspek yang paling berhubungan dengan kebahagiaan. Tampaknya budaya gotong royong, dipandang sangat penting dalam kehidupan sosial, sehingga –seperti hasil penelitian ini—menjadi salah satu aspek pertemanan yang paling mempengaruhi kebahagiaan.

(14)

43

4.6.2.2 Perbedaan Tingkat Kebahagiaan pada Subjek yang Berpacaran dan yang Tidak Berpacaran

Pada bab ini akan dibahas mengenai perbedaan kepuasan hidup pada subjek yang berpacaran dan yang tidak berpacaran. Hal ini dapat didapatkan dari hasil perhitungan SWL pada dua kelompok tersebut. Berikut ini adalah hasilnya.

Tabel 4.14 SWB Subjek yang Berpacaran

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sbjk pacaran 49 -3.73 4.18 .1630 1.61225

Valid N (listwise) 49

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa rentang nilai SWB subjek yang berpacaran adalah antara -3,73 sampai 4,18. Nilai rata-rata SWB pada subjek yang berpacaran adalah 0,1630.

Tabel 4.15 SWB Subjek yang tidak Berpacaran

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sbjk tdk pacaran 52 -3.73 3.85 -.1536 1.81725

Valid N (listwise) 52

Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa rentang nilai SWB subjek yang tidak berpacaran adalah antara -3,73 sampai 3,85. Nilai rata-rata SWB pada subjek yang tidak berpacaran adalah -0,1536.

Dari dua kelompok di atas, terdapat perbedaan nilai yang cukup mencolok, dimana rata-rata nilai SWB pada subjek yang berpacaran (0,163) berada

(15)

44

di atas rata-rata nilai SWB pada subjek yang tidak berpacaran (-0,1536). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kebahagiaan pada subjek yang berpacaran lebih tinggi daripada subjek yang tidak berpacaran.

4.7 Uji Hipotesis

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho yang menyatakan ”tidak ada hubungan positif antara kualitas pertemanan dengan subjective well being pada mahasiswa jurusan psikologi Universitas Bina Nusantara” ditolak. Dengan demikian, Ha yang menyatakan ”ada hubungan positif antara kualitas pertemanan dengan subjective well being pada mahasiswa jurusan psikologi Universitas Bina Nusantara” diterima.

Gambar

Tabel 4.8 Skor Z                              Descriptive Statistics  N  Minimum  Maximum  Zscore(SWL)  101 -2.42 2.10 Zscore(SPANEB)  101 -2.53 2.77 Valid N (listwise)  101
Tabel 4.9 SWB
Tabel 4.13 Korelasi dimensi KP dengan SWB

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan dan interaksi dengan responden saat wawancara dilakukan, terdapat Sehubungan dengan ketidakstabilan harga minyak dunia yang berdampak pada harga bahan

Dengan adanya permasalahan yang diuraikan tersebut, khususnya terkait kinerja karyawan yang kurang baik dalam memanfaatkan sistem informasi akuntansi pada BPR

hal ini menunjukkan bahwa hubungan erat pengaruh variabel independen (kualitas layanan, kepuasan pelanggan dan lokasi) terhadap loyalitas pelanggan Toko Kopma

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat

Pengertian Banjar kaitannya dengan desa adat di Bali adalah kelompok masyarakat yang lebih kecil dari desa adat serta merupakan persekutuan hidup sosial, dalam keadaan

Jika digabungkan dengan hasil uji statistika paired-t untuk utilitas maka diperoleh kesimpulan bahwa sistem alternatif kedua yang terbaik dikarenakan sistem alternatif pertama

Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian demi mengetahui dan menelaah lebih jauh mengapa saat ini banyak perusahaan tidak lagi memandang