BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stroke
2.1.1 Definisi Stroke
Menurut WHO (2006), Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vaskular. Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas) berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses
berpikir daya ingat, dan bentuk cacat lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak.15
Secara Umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vaskular Disease (CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau
kematian.2
2.1.2 Anatomi Dasar Otak 16,17
Otak merupakan organ yang paling unik di dalam tubuh. Segala hal seperti angan-angan, keinginan dan nafsu, perencanaan dan ingatan adalah aktivitas akhir dari otak. Otak berisi 98% jaringan syaraf tubuh dan sekitar 10 miliar neuron. Berat otak berkisar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200 cc. Otak lebih kompleks dari pada batang otak, kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung, membutuhkan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kkal energi setiap hari.
Struktur otak secara umum terbagi menjadi 4 bagian. yaitu:
a. Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar, serebrum memiliki dua hemifer yang dihubungkan oleh korpus kallosum. Setiap hemifer terbagi atas empat lobus yaitu:
a.1 Lobus frontal, berfungsi sebagai aktivitas motorik, intelektual, emosi dan
fisik.
a.2 Lobus parietal, berfungsi proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekanan dan perubahan suhu ringan.
a.3 Lobus temporal, berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap,
fungsi penciuman dan memori.
a.4 Lobus oksipital, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna dan refleksi visual
b. Diecephalon
Terletak di atas batang otak dan terdiri atas:
b.1 Thalamus, berfungsi untuk menghubungkan dan integrasi dari medulla spinalis ke korteks serebri dan bagian lain dari otak
b.2 Hypothalamus, berfungsi dalam mempertahankan haemostatis seperti pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar dan kontrol terhadap sekresi hormon.
c. Batang otak
Berfungsi dalam pengaturan refleks untuk fungsi vital tubuh yang terdiri atas:
c.1 Otak tengah, berfungsi sebagai penghubung stimulus pergerakan otak dari dan ke otak.
c.2 Pons, berfungsi sebgai pusat refleks pernafasan dan mempengaruhi tingkat
karbondioksida (CO2).
c.3 Medula oblongata¸ berfungsi dalam pusat refleks pernafasan, bersin, menelan, batuk, muntah, dan sekresi saliva.
d. Serebellum
Serebellum besarnya kira-kira seperempat dari serebrum. Berfungsi sebagai koordinasi aktivitas muskular, kontrol tonus otot, mempertahankan postus tubuh dan keseimbangan.
.
Gambar 2.1 Anatomi dasar otak
Jaringan otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang, serta tiga lapis jaringan penyambung yaitu:
d.1 Piameter : Lapisan vaskular, tempat pembuluh-pembuluh darah berjalan menuju struktur dalam sistem saraf pusat untuk memberi nutrisi pada jaringan otak.
d.2 Araknoid : Suatu membran fibrosa yang tipis, halus dan avaskular.
Daerah antara piameter dan araknoid disebut subaraknoid.
d.3 Durameter : Jaringan liat, tidak elastis, dan mirip kulit sapi yang terdiri
dari dua lapisan bagian luar (dura endosteal) dan bagian dalam (dura meningeal)
2.1.3 Klasifikasi Stroke 2,15
Secara umum stroke diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu: a. Stroke non haemoragik/iskemik (cerebral infection)
a.1 Berdasarkan manifestasi klinis :
i. Serangan iskemik sepintas (Transient Ischemic Attack-TIA)
ii. Defisit neurologik iskemik sepintas (Reversible Ischemic Neurological
Deficit-RIND)
iii. Stroke progresif (Progessive stroke/stroke in evolution)
iv. Stroke komplit (Completed stroke/Permanent stroke)
a.2 Berdasarkan kausal i. Stroke trombotik
ii. Stroke emboli/non emboli
b. Stroke haemoragik, berdasarkan bagian perdarahan: b.1 Perdarahan intraserebral (PIS)
b.3 Perdarahan subdural (PSD)
Gambar 2.2 Perbedaan Stroke Haemoragik dan Iskemik
2.2 Stroke Iskemik18,19 2.2.1 Defenisi Stroke Iskemik
Stroke non Haemoragik atau stroke Iskemik adalah didefenisikan sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat. Sedangkan secara klinis stroke non haemoragik didefenisikan sebagai defisit neurologis fokal yang timbul akut dan berlangsung lebih dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh perdarahan.
Gambar 2.3. Stroke Iskemik Pada Otak 2.2.2 Klasifikasi Stroke Iskemik19
1. Berdasarkan Manifestasi Klinis
a. Serangan Iskemia Sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA).
Ini adalah stroke yang paling ringan disebabkan oleh dinding pembuluh darah yang berubah karena terjadi endapan/ plaque dan bila istirahat maka aliran melambat dan terhalang. Dimana gejala-gejalanya seperti hemiparesis monoparesis, dan disfasia, menghilang dalam 24 jam.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit) / Defisit Neurologik Iskemik Sepintas
Pada bentuk ini, defisit neurologis yang berkaitan dengan iskemika serebri fokal menetap lebih dari 24 jam kemudian mengalami kepulihan sempurna.
Dalam hal ini, gejala neurologis juga akan menghilang tetapi dalam waktu lebih lama dari 24 jam dan sembuh dalam waktu 21 hari.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Suatu stroke yang semakin bertambah gawat keadaannya yang memperlihatkan kelumpuhan yang sedang berkembang menjadi hemiparalisis total.
d. Stroke komplit (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi. Defisit neurologis itu dapat merupakan hemiplegi,monoplegi atau afasia penyumbatan yang terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh embolus ataupun trombus.
2. Berdasarkan proses patologik (kausal) a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
2.3 Epidemiologi Stroke
2.3.1 Distribusi Frekuensi Stroke Menurut Orang
Berdasarkan data penderita stroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukit tinggi pada tahun 2002, terdapat 501 pasien, yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebesar 3,59%, usia 30-50 tahun sebesar 20,76%, usia 51-70 tahun sebesar 52,69% dan usia 71-90 tahun sebesar
22,95%.20
Hasil penelitian Syarif. R di Rumah Sakit PTP Nusantara II Medan tahun 1999-2003 menunjukkan bahwa dari 220 sampel yang diteliti, berdasarkan suku penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar bersuku Jawa sebanyak 120 orang (54,5%) dan yang terendah suku Minang sebanyak 3 orang (1,4%), berdasarkan status perkawinan penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar berstatus kawin sebanyak 217 orang (98,6%) dan yang berstatus tidak kawin sebanyak 3 orang
(1,4%).21
2.3.2 Distribusi Frekuensi Stroke Menurut Tempat
Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Angka
Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan stroke, yang mengalami cacat ringan atau berat dengan proporsi 75% (375.000 orang)
dan 125.000 orang meninggal dunia dengan CFR 25%.22
2.3.3 Distribusi Frekuensi Stroke Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030.23
Di Indonesia, terdapat kecendrungan meningkat, berdasarkan laporan dari rumah sakit di 27 provinsi dimana ditemukan pada tahun 1984 sebesar 720/100.000,
tahun 1985 sebesar 890/100.000, dan di tahun 1989 sebesar 950/100.000 penduduk.2
2.3.4 Determinan Stroke
Faktor risiko stroke terdiri dari dua kategori, yaitu:
a. Faktor Yang Tidak Dapat Dikontrol
a.1 Umur
Setiap manusia akan bertambah umurnya, dengan demikian kemungkinan terjadinya stroke semakin besar. Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan pembangunan nasional dan berkembangnya modernisasi serta globalisasi di Indonesia akan cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit
vaskular (penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer) kemungkinan
disebabkan penurunan fungsi organ tubuh yang salah satunya elastisitas pembuluh
darah sehingga mudah terjadi aterosklerosis. Dari data profil 28 rumah sakit di
diatas 65 tahun sebesar 33,5% dan umur terendah terdapat pada kelompok umur
dibawah 45 tahun sebesar 11.8%.24
a.2 Jenis Kelamin
Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum pascamenopause dapat melindungi
dirinya dari risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%.25Menurut laporan
American Heart Association Statistics Subcommitte (2007) menyebutkan bahwa pada
tahun 2004, sekitar 61% kematian akibat stroke di Amerika menyerang wanita. Penelitian Zia E dkk tahun 2009 di Swedia dengan desain case control, pada umur <75 tahun kemungkinan perempuan meninggal dunia akibat stroke 1,7 kali
dibandingkan laki-laki (OR 1,77; 95% CI, 1,3 – 2,3)26
a.3 Ras/ Suku Bangsa
Ras kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit putih. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi garam yang tinggi pada ras kulit hitam. Insidensi stroke di daerah Tenggara Timur lebih tinggi dibandingkan Tenggara Barat Amerika. Hal ini disebabkan tingginya kadar
garam pada masyarakat di daerah Tenggara Timur Amerika.25 Menurut penelitian
Grude HF dkk tahun 2000-2001 di Amerika Serikat dengan desain case control, kemungkinan orang berkulit hitam meninggal dunia akibat stroke 1,5 kali
a.4 Riwayat Stroke/ TIA sebelumnya
Serangan ini harus dianggap sebagai suatu ancaman stroke dan menunjukkan adanya risiko bagi permasalahan peredaran darah dimasa mendatang. Seseorang yang pernah mengalami serangan iskemik sepintas tanpa memperoleh pengobatan mempunyai kemungkinan kurang lebih sebesar 7% untuk mengalami gangguan peredaran darah yang serius setiap tahunnya. Dalam waktu 5 tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35-42%.Para medis sepakat bahwa serangan
TIA merupakan suatu ancaman serius yang mengacu terjadinya serangan stroke.4
b. Faktor yang Dapat Dikontrol
b.1 Hipertensi
Faktor ini merupakan faktor resiko utama terjadinya stroke iskemik dan perdarahan. Sering disebut sebagai silent killer karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam kali. Makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh
darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan/ perdarahan otak.4
b.2 Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang berisiko besar menyebabkan penderita stroke meninggal antara lain aritmia jantung seperti fibrasi atrium, infark miokard, gagal jantung Terbentuknya embolus akibat fibrasi atrium, infark miokard, gagal jantung yang terlepas akan mengalir ke otak dan ke bagian tubuh yang lain, dan embolus ini akan
menyumbat arteri dan menyebabkan infark otak (kematian jaringan otak).28
Berdasarkan penelitian Mandip S. dkk tahun 2007 di Amerika dengan desain kohort, penderita fibrasi atrium memiliki risiko 1,7 kali untuk menderita stroke dan
meninggal dunia dibandingkan dengan bukan penderita fibrasi atrium (RR 1,76; 95 %
CI ;1,05-2,94).29
b.3 Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir 2 kali lipat. Adapun perokok pasif berisiko terkena 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan karbondioksida yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, disamping itu juga mempengaruhi komposisi darah sehingga mempermudah terjadinya proses
gumpalan darah (stroke iskemik).4
b.4 Diabetes Mellitus
Diabetes melitus menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung). Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih
berat, lebih tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebihbesar.28
Berdasarkan penelitian Marini C dkk tahun 2005 di Amerika dengan desain case
control, kemungkinan orang yang menderita diabetes melitus meninggal dunia akibat
stroke 1,4 kali dibandingkan bukan penderita diabetes melitus (OR 1,48; 95% CI,
1,29 – 1,72).30
b.5 Alkohol
Konsumsi alkohol berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes mellitus, mempengaruhi berat badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-lain. Peminum
alkohol berat dapat meningkatkan resiko terkena stroke 1-3 kali lebih besar.31
Kondisi ini dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan jantung koroner. Kolesterol yang tinggi akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar
kolesterol total >220 mg/dl meningkatkan resiko stroke 1,31-2,9 kali.4,26
2.4 Patofisiologi22
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan keadaan hipoksi. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak, Iskemik yang terjadi dalam waktu kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral
tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak.
2.5 Gejala Stroke Iskemik15
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Gejala-Gejala dapat muncul untuk sementara, lalu menghilang atau lalu memberat atau menetap. Gejala ini muncul akibat daerah otak tertentu yang tidak berfungsi disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala yang muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.
2.5.1 Gangguan Pada Pembuluh Darah Karotis
a. Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (arteri serebri media) dapat terjadi gejala-gejala sebagai berikut:
a.1 Gangguan rasa di daerah muka/ wajah pada satu sisi atau disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai atas.
a.2 Dapat terjadi gangguan gerak/ kelumpuhan dari tingkat ringan sampai kelumpuhan total pada lengan dan tungkai pada satu sisi (Hemiparesis/ Hemiplegi).
a.3 Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit untuk mengeluarkan kata-kata atau sulit mengerti pembicaraan orang lain (afasia).
a.4 Gangguan penglihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh lapangan pandangan (hemianopsia).
a.5 Mata selalu melirik kearah satu sisi (deviation conjugae). a.6 Kesadaran menurun
a.7 Tidak mengenal orang-orang yang sebelumnya dikenalnya (prosopagnosia) a.8 Mulut perot
a.9 Tidak mampu menghasilkan kata-kata atau bunyi secara baik dan benar, karena otot-otot yang membuat suara dan membentuknya kedalam kata-kata mengalami kerusakan (pelo/ disartria).
a.10 Merasa anggota badan pada satu sisi tidak ada
a.11 Sudah tidak tampak tanda-tanda kelainan namun tidak sadar kalau dirinya mengalami kelainan (misalnya, jalan sudah menabrak-nabrak tapi mengatakan tidak apa-apa).
a.12 Kehilangan kemampuan musik yang dahulu dipunyainya (amusia) b. Pada cabangnya yang menuju otak bagian depan (arteri serebri anterior) dapat terjadi gejala-gejala sebagai berikut:
b.1 Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa b.2 Ngompol
b.3 Tidak sadar
b.4 Gangguan mengungkapkan maksud b.5 Menirukan omongan orang lain (ekholali)
c. Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang (arteri serebri posterior) Akan memberikan gejala-gejala sebagai berikut:
c.1 Kebutaan seluruh lapangan pandangan satu sisi atau separuh lapang pandang pada kedua mata, bila bilateral disebut cortical blindness
c.2 Rasa nyeri spontan atau hilangnya rasa nyeri dan rasa getar pada separuh satu sisi tubuh
c.3 Kesulitan memahami barang yang di lihat, namun dapat mengerti jika meraba atau mendengar suaranya
c.4 Kehilangan kemampuan mengenal warna.
2.5.2 Gangguan Pada Pembuluh Darah Vertebrobasilaris
a. Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia jalan menjadi sempoyongan
b. Kehilangan keseimbangan
c. Kedua kaki lemah/ hipotoni, tidak dapat berdiri (paraparesis inferior) d. Vertigo atau dizziness (gangguan keseimbangan
e. Nistagmus (penglihatan ganda) f. Muntah
h. Tuli mendadak
2.6 Diagnosis Stroke Iskemik 17,32 2.6.1. Anamnesis
Anamnesis atau sering juga disebut dengan wawancara merupakan hal yang utama dilakukan untuk dapat mengerti penyakit yang diderita oleh pasien. Anamnesis secara umum yang dilakukan kepada pasien meliputi pengumpulan informasi tentang status kesehatan pasien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial-budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup penderita. Melalui anamnesis yang dilakukan dapat dilihat dan ditentukan proses alamiah terjadinya penyakit.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara umun dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan umum (suhu tubuh, gizi, tekanan darah, anemia, paru, jantung, denyut nadi) dan pemeriksaan fungsi saraf/mayor (tingkat kesadaran, fungsi serebri, saraf kranial, sistem motorik, respons refleks, sistem sensorik).
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan tujuan untuk mencari penyebab dan mencegah rekurensi dan pada pasien yang berat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan fungsi SSP. Pemeriksaan penunjang
yang biasa dilakukan antara lain darah lengkap dan LED, Ureum, glukosa, elektrolit, lipid, rontgen dada dan EKG, dan CT Scan kepala.
Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan jumlah sel eritrosit, leukosit, dan trombosit. Melalui pemeriksaan darah rutin dapat diketahui beberapa penyakit atau kelainan darah seperti leukositosis, tromsosistosis dan penyakit anemia. Pemeriksaan gula darah juga sangat diperlukan untuk menilai ada atau tidaknya penyakit DM yang menjadi faktor resiko stroke. Pemeriksaan ini juga diperlukan untuk melihat penurunan kesadaran apakah diakibatkan karena stroke atau penyakit lain seperti DM. Demikian juga pemeriksaan lipid bertujuan untuk melihat faktor resiko penyakit stroke.
Pemeriksaan EKG merupakan pemeriksaan rutin , murah dan mudah dilakukan terhadap penderita stroke. Pemerikasaan ini dilakukan bertujuan untuk menilai adanya kelainan aritma jantung diidap sebelumnya, seperti miokardium (kematian sel-sel otot jantung). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menjadi dampak pisitif seperti penemuan alat CT Scan.
CT Scan (Computerized Tomograph Scanning) merupakan pengembangan dari alat rontgen konvensional, secara sederhana pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sinar-X yang berputar mengelilingi tubuh yang hendak diperiksa, kemudian hasilnya akan nampak dilayar komputer yang telah tersedia. Tumor dan perdarahan dalam otak dapat terlihat dengan gambar yang ditunjukkan seperti bayangan-bayanagan dalam film, menunjukkan ukuran dan lokasi luka.
2.7 Lokasi Infark 2.7.1 Bangsal Ganglia
Basal Ganglia merupakan bagian dari sistem ekstrapiramidal, yang mempunyai fungsi dasar yang berhubungan dengan gerakan yang terasosiasi,
penyesuaian bentuk tubuh dan integrasi autonomik.33 Kerusakan pada bagian ini
dapat mengakibatkan hemiplegi spastik pada sisi kontralateral.34
2.7.2 Occipital
Kerusakan pada bagian ini dapat mengakibatkan pasien kehilangan lapangan pandang misalnya kehilangan pandang sebelah kiri. Kerusakan pada bagian ini juga
dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan dalam berkomunikasi.35
2.7.3 Parietal35
Kerusakan pada parietal kiri mempengaruhi kemampuan berhitung seseorang yang bisa dilihat pada perhitungan sederhana. Gangguan pada fungsi ini disebut acalculia. Selain itu juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berkreasi yang dapat diketahui dengan menyeruh pasien menggambar.
Parietal kanan menrupakan bagian yang berhubungan dengan persepsi. Kerusakan pada bagian ini dapat mengakibatkan penderita kurang memperhatikan sisi kiri, baik tangan maupun kaki, sehingga penderita tidak mampu mengidentifikasi kerusakan pada sisi kiri. Kerusakan pada parietal juga dapat mengakibatkan disorientasi terhadap sisi kiri,disorientasi spasial misalnya ketika menentukan arah jarum kompas, membaca peta, atau melihat figur tiga dimensi.
2.7.4 Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan area kontrol motorik terhadap pergerakan yang di sadari termasuk yang berkaitan dengan bicara. Selain control motorik lobus frontalis juga berperan dalam kontrol ekspresi emosi dan perilaku, moral.
2.8 Letak Kelumpuhan
2.8.1 Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparesis Sinistra)
Kerusakan pada sebelah kanan otak (Hemispere kanan otak) yang
menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tubuh bagian kiri.31 Pasien dengan
kelumpuhan sebelah kiri sering memperhatikan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi sebelah kiri. Penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapangan pandang
yang dilihatnya.15
2.8.2 Kelumpuhan Sebelah kanan (Hemiparesis Dextra)
Kerusakan pada sebelah kiri otak (Hemispere kiri otak) yang menyebabkan
kelemahan atau kelumpuhan pada tubuh bagian kanan.31 Penderita ini biasanya
mempunyai kekurangan dalam komunikasi verbal. Namun persepsinya dan memori visuomotornya sangat baik, sehingga dalam melatih perilaku tertentu harus dengan cermat diperhatikan tahap demi tahap secara visual. Dalam berkomunikasi kita harus
lebih banyak menggunakan bahasa tubuh.15
2.8.3 Kelumpuhan Kedua sisi (Paraparesis)
Merupakan kelumpuhan yang terjadi pada kedua sisi tubuh baik kiri maupun bagian kanan. Hal ini mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan
mengalami hiperaduksi. Tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada
keseimbangan jika sensasi normal.34
2.9 Pencegahan Faktor Risiko Stroke Iskemik19,28 2.9.1 Pencegahan Primer
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke, yaitu:
a. Menghindari rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain, dan sejenisnya.
b. Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan
c. Mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan jantung vaskuler aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi seimbang dan olah raga teratur.
2.9.2 Pencegahan Sekunder
a. Modifikasi gaya hidup berisiko stroke dan faktor risiko lainnya, seperti:
a.1 Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai
a.2 Diabetes Mellitus : diet, obat hipoglikemik oral/ insulin a.3 Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral) a.4 Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia a.5 Berhenti merokok
a.6 Hindari alkohol
b. Obat-obatan yang digunakan, seperti : Asetosal, Antikoagulan oral, Tiklopidin, Clopidogrel, dan lain-lain.
2.9.3 Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan salah satu tindakan pencegahan tersier yang bertujuan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan fisik,ekonomi dan kemampuan untuk bekerja seoptimal mungkin.
Hal-hal yang dilakukan diantaranya: a. Terapi Fisik/ Fisioterapi
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kekakuan (konfraktur) dan mengoptimalkan pengobatan medis. Terapi awanya adalah pasien dilatih untuk mengangkat kepala, duduk dan berdiri, kemudian latihan ditingkatkan dengan memberikan rangsangan yang maksimal pada sisi yang lumpuh.
b. Terapi Bicara
Penderita dianjurkan memulihkan kemampuan bicaranya dengan cara
mengemukakan segala hal yang ia ingin katakan walaupun timbul berbagai kesulitan dalam mengemukakan kepada orang lain.Dalam hal ini, peran keluarga sangat besar untuk tetap aktif mengajak penderita berbicara layaknya seperti orang sehat. Hal ini dilakukan untuk penderita stroke yang mengalami gangguan pada pusat bicara (lesi brokat).
c. Psikoterapi
Ada beberapa hal yang dirasakan oleh penderita yang selamat dari stroke beberapa tahun kemudian, diantaranya perasaan capai berlebihan,jadi pemarah, depresi dan stres. Hal ini dapat diatasi dengan menjalani kehidupan yang santai dan rileks dan bagi keluarga dianjurkan untuk terapi mengikutkan penderita dalam diskusi dan pengambilan Keputusan agar penderita merasa bahwa dia masih dihargai dalam keluarga.
2.10 Kerangka Konsep
Karakteristik Penderita Stroke Iskemik dengan Infark yang Rawat Inap
1. Sosiodemografi a. Umur b. Agama c. Jenis kelamin d. Status perkawinan e. Suku f. Pendidikan terakhir g. Pekerjaan h. Daerah asal 2. Status rawatan a. Keluhan utama b. Faktor risiko c. Letak kelumpuhan d. Lama rawatan rata-rata e. Lokasi infark
f. Sumber biaya