• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP Perawatan Bayi Baru Lahir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP Perawatan Bayi Baru Lahir"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian bayi baru lahir: 24 jam pertama, normal tidak ad kompli, umur khamilan lahir spontan bb normal, bermasalah bayi bugar 5 tanda

2. Yang normal : Ada pelayanan segera (tidak bisa ditunda ) jept ptong tali pusat , keringkan, ganti, susukan

3. Lanjut stlah plasenta lahir :lakukan pemfis, antropo, mandikan stlh 6 jam, kalo suhu normal, rawat tali psat, bungkus dg kasa steril;, baju lengkap, susu kan, hbo, vit kan, salep mata , identitas

4. Bermasalah :

5. Masalah : salah satu tanda kebugaran tidak ada(5) , obat nya asfiksia - > langkah2 resutitasi ; langkah awal,

Hang at bungkus

Pos sisikan ekstensi ganjal punggung Jal an nafas dibersihkan hidung dan mulut,

Rang sangan taktil punggung ditepuk, sentil telapak kaki 2 kali, tlpak tangan Nafas krg 100 kasi oksgen, lebih lanjutkan

Ident : mekonium, partus lama, djj lemah : krg 120 lbh 160 petal distres Baca buku merah jambu ! asuhan persalinan normal

Obat pd bayi bru lahir normal, pada bbl bermasalah , asfiksia SOP Penanganan Bayi Baru Lahir

A. PENGERTIAN : langkah langkah yang dilakukan prosedur B. TUJUAN : tehnik pelayanan pada bayi baru lahir C. PERSIAPAN :

a) Delee b) Klem 2 buah c) Penjepit tali pusat d) Gelas steril e) Handuk kering f) Salep mata g) Metelin h) Penimbangan bayi i) Kartu bayi

j) Pakaian bayi 1 set

D. PROSEDUR :

1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih

2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih dan kering untuk bayi

(2)

4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih

5. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak menangis, cepat bersihkan jalan nafas dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia pada bayi baru lahir

Mucus extractor general care | penghisap lendir dee lee

a. Tujuan

Mucus extractor general care banyak digunakan oleh tenaga kesehatan menghisap lendir pada bayi baru lahir.

b. Fungsi

Mucus extractor atau penghisap lendir dee lee berfungsi untuk menghisap lendir di jalan nafas. c. Cara penggunaan

Penghisapan lendir pada bayi baru lahir dilakukan ke daerah hidung dan mulut, penghisapan jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut dan jangan lebih dari 3 cm ke dalam hidung. Cara penggunaan penghisap lendir yaitu dengan masukkan selang yang tidak ada tonjolannya ke dalam hidung atau mulut, kemudian ditarik sambil dihisap.

(3)

Alat yang digunakan untuk membersihkan hidung dan mulut bayi baru lahir dari lendi adalah delee suction atau bola karet penghisap lender. Penghisapan lender merupakan langkah awal penolong persalinan dalam membebaskan jalan nafas bayi dari sesuatu yang menghalanginya, agar bayi tersebut menangis. Delee suction atau bola karet penghisap lender ini termasuk ke dalam alat yang penting dan wajib dimiliki oleh penolong persalinan seperti bidan karena fungsinya yang amat penting yaitu untuk mnegeluarkan lender dari mulut dan hidung bayi baru lahir sehingga bayi dapat menangis dengan normal.

Delee suction terbuat dari karet dengan bentuk seperti balon. Cara menggunakannya dengan menekan atau memijat bagian yang menggelembung seperti balon, setelah itu tahan tekanan tersebut jangan dilepaskan, masukkanlah delee suction tersebut ke dalam mulut bayi terlebih dahulu. Setelah delee masuk ke dalam mulut bayi lepaskan tekanan atau pijatan anda pada delee suction tersebut agar terjadi tekanan udara sehingga lender dalam mulut dapat tersedot ke dalam delee suction. Setelah lender pada mulut bayi bersih maka, giliran bagian hidung yang dibersihkan dengan cara yang sama. Memasukkan delee tidak boleh terlalu dalam karena itu dapat menyebabkan nafas bai menjadi sesak. Tahapan selengkapnya sebagai berikut :

1. Isap ledir di dalam mulut, kemudian isap lender di dalam hidung.

2. Hisap lender sambil menarik keluar deelee (bukan pada saat memasukkan)

3. Bila menggunakan penghisap deelee, jangan memasukkan ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.

Delee dapat dipakai ulang dengan proses sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) terlebih dahulu yaitu setelah menggunakan delee petugass medis diharapkan segera merendam alat tersebut di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Tahapan terakhir anda bisa mensterilkannya adengan menggunakan otoklaf atau melakukan DTT dengan cara merebusnya selama 20-30 menit terhitung dari air mendidih. Simpanlah delee yang sudah disterilkan atau

(4)

DTT di dalam bak instrument yang tertutup dan berikan tanda bahwa alat tersebut telah disterilkan dan siap digunakan.

Alat resusitasi

a. Pengertian Resusitasi

Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).

b. Tujuan Resusitasi

1. Memberikan ventilasi yang adekuat

2. Membatasi kerusakan serebi

3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya

4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

c. Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan 1. Pernafasan

Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.

2. Denyut jantung – frekuensi

Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:

(5)

1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.

2. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).

3. Warna Kulit

Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.

3. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi

1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.

2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya

3. Kerusakan neurologis.

4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.

5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

4. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:

a) Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi b) Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi

c) Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi d) Alat penghisap DeLee atau bola karet

(6)

e) Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup f) Kota Alat resusitasi

g) Sarung Tangan

h) Jam atau pencatat waktu

5. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik:

Sambil memulai langkah awal:

a. Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.

b. Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

TAHAP 1: LANGKAH AWAL

Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:

1. Jaga bayi tetap hangat

a. Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.

b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.

c. Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.

d. Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas. 2. Atur posisi bayi

a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong

b. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.

3. Isap lender

Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;

(7)

b. Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.

c. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;

a. Tekan bola di luar mulut.

b. Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap). c. Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.

4. Keringkan dan rangsang bayi

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.

b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:

a) Menepuk/menyentil telapak kaki atau

b) Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan 5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi

a. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.

b. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias memantau pernapasan bayi.

c. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. Lakukan penilaian bayi.

 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.

a) Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.

b) Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi. TAHAP II: VENTILASI

(8)

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bias bernapas spontan dan teratur. Langkah-langkah:

1. Pemasangan sungkup

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung. 2. Ventilasi 2 kali

a. Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air

membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk bayi terbuka.

b. Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang

a) Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor. b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.

c) Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.

d) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

a. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan 20cm air sampai bayi mulai menangis dan bernapas spontan.

b. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.

a) Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah b) Hitung frekuensi napas per menit

Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

(9)

b) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL c) Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan

d) Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membalik jangan tinggalkan bayi sendiri

e) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi. 4. Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas

a. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)

b. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:

Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.

a. Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa

b. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan c. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan

d. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan 6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak

(10)

terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan Bayi yang mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI

Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang merupaan perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberian sesuai dengan hasil resusitasi yaitu:

a. Jika Resusitasi berhasil

b. Jika Perlu Rujukan

c. Jika Resusitasi Tidak BerhasiL

6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan hangat. Kemudian pakaikan kain kering yang hangat,berikan bayi kepada ibunya untuk didekap di dadanya serta diberi ASI karena akan membantu pelepasan placenta

a. INISIASI MENYUSU DINI

suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan

menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran. b. PRINSIP MENYUSU DINI

Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan terlebih dahulu, bayi

diletakkan di dada ibunya dan secara naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu (Rosita, 2008).

KESIMPULAN

cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

c. MANFAAT IMD a) Ibu

(11)

Sentuhan dan hisapan pd payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan Lancar.

b) Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga nafas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

7. LANGKAH-LANGKAH IMD

a) Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu

b) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang menyelimuti kulit bayi.

c) Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.

d) Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya.

e) Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi dalam posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu.

f) Ibu yang melahirkan dengan secio caesar juga harus segera bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih.

g) Kegiatan - kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi seperti menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi bisa melakukan inisiasi menyusu dini.

h) Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali ada indikasi medis. 8. FAKTOR YG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD

a) FAKTOR PENDUKUNG Faktor Internal

Pengetahuan, sikap, pengalaman dan persepsi ibu b) Faktor Eksternal

fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang terdekat serta lingkungan

c) FAKTOR PENGHAMBAT

Roesli (2008), menyatakan faktor-faktor penghambat Inisiasi Menyusu Dini adalah adanya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang salah.

7. Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh

(12)

Penjepit tali pusat

Klem tali pusat atau umbilical cord clamp adalah alat yang digunakan untuk menjepit tali pusat pada bayi baru lahir yang baru saja di potong ari ari atau plasenta nya untuk mencegah pendarahan pada tali pusat. Klem memiliki mekanisme yang sekali di pasang tidak dapat di lepas lagi, jadi dia akan menempel terus sampai tali pusat terlepas sendirinya.Langkah-langkah penjepitan tali pusat menurut Bari Syaifuddin,Abdul : 2002

a. Klemlah tali pusat dengan buah klem, pada titik kira-kira 2 cm dan 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm diantara klem-klem tersebut).

b. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri anda.

c. Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat, ganti sarung tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan pisau atau gunting yang steril dan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).

d. Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi pendarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat.

Gunting tali pusat

Gunting tali pusat adalah instrument yang digunakan untuk memotong tali pusat bayiyang baru lahir. Gunting ini juga disebut gunting umbilical.tajam pada kedua bilahnya dengan bentuk melengkung ke atas. Gunting tali pusat digunakan oleh petugas kesehatan seperti dokter dan bidan pada saat menolong persalinan.

9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan tadak ada perdarahan 10. Menutup tali pusat dengan gaas kering

11. Melengkapi surat keterngan lahir bayi

(13)

13. Melakukan pemeriksaan fisik bayi 14. Mengukur BB / PB

Alat Pengukur Panjang Bayi

adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.

Timbangan bayi

Timbangan bayi digunakan di rumah sakit dan dunia kedokteran untuk mengukur pertumbuhan bayi secara teratur.

Cara pengukuran berat badan anak adalah :

a. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.

b. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi.

c. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.

d. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang

e. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :

BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu

(14)

g. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.

15. Megukur tanda vital bayi, ukur dulu dengan termometer yang diletakkan di ketiak atau lipat paha

Termometer

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.

Ada bermacam-macam termometer menurut cara kerjanya: a. Termometer raksa

b. Termokopel

c. Termometer inframerah d. Termometer Galileo e. Termistor

f. Termometer bimetal mekanik g. Sensor suhu bandgap silikon h. merkuri termo

i. Termometer alkohol j. Termometer badan k. termometer laboratorium

16. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi 17. Memberikan salep mata

(15)

salep mata atau dalam istilah farmasi disebut oculenta adalah salep yang digunakan pada mata. Salep ini harus sterildan disimpan di dalam tube salep mata yang steril. Pemberian obat ini bertujuan untuk mengobati gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktural internal mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata, untuk mencegah kekeringan pada mata. Dalam dunia kesehatan salep atau obat mata sering digunakan untuk pengobatan pada mata. Obat mata tersebut digunakan dari mulai orang dewasa hingga bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir biasanya obat mata digunakan untuk membersihkan mata bayi dari air ketuban yang menempel pada bagian mata bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban jika ia lahir dengan ketuban keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau ke jadian lain serupa yang dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara jernih.

18. Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir paling lambat 2 jam pertama

19. Pastikan bayi tetap terbungkus/mengenakan pakaian hangat dan tutup kepala 20. Membantu ibu untuk menyusui bayi

Teknik menyusui a. Posisi Dekapan

Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya (Saryono ,2008; h. 34).

b. Posisi Football hold

Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu (Saryono, 2008; h; 35).

c. Posisi Berbaring

Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).

Fungsi menyusui yang benar

1. Puting susu tidak lecet

2. Perlekatan menyusu pada bayi kuat

3. Bayi menjadi tenang

4. Tidak terjadi gumoh

Akibat tidak menyusui dengan benar 1. Puting susu menjadi lecet

2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI 3. Bayi enggan menyus

(16)

Tanda bayi menyusu dengan benar 1. Bayi tampak tenang

2. Badan bayi menempel pada perut ibu 3. Mulut bayi terbuka lebar

4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak 6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan

7. Puting susu tidak terasa nyeri

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9. Kepala bayi agak menengadah

Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup 1. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu

2. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu 3. pertama (100-200 gr setiap minggu)

4. Puting dan payudara tidak luka atau nyeri

5. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari

6. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.

Langkah-langkah menyusui yang benar 1. Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes

2. Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu

3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).

4. Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas

5. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu).

6. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu

7. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara

8. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

9. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya

10. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi

(17)

11. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi) 12. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau menyangga

payudara lagi

13. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui

14. Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

15. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk. antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. (Mulyani, 2013).

21. Mencuci tangan

22. Memperhatikan pengeluaran urine dan meconium

23. Melakukan pencatatan semua yang ditemukan di kartu ibu dan bayi serta lakukan kolaborasi bila ada kelainan

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Aspek yang di nilai Nilai

1 2 3 4

1.

A. Persiapan alat

Baki dan alasnya, thermometer, stetoskop, tensimeter, centimeter/meteran/pita ukur, timbangan bayi, tongue spatel, opthalmoscope, jam tangan, alat tulis, lembar pengkajian.

B. Tahap pre interaksi

2. Cek catatan perawatan dan catatan medis klien 3. Cuci tangan

4. Siapkan/dekatkan alat-alat C. Tahap orientasi

5 Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya 6. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga

D. Tahap kerja

7. Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai

8 Melakukan observasi keseluruhan tubuh bayi: postur, ekstremitas termasuk kondisi kulit, warna kulit, adanya kelainan pada kulit, pergerakan bayi, tanda lahir, verniks.

(18)

10 Kaji kepala: bentuk, adanya benjolan, mengukur lingkar kepala dengan pita ukur

11 Kaji muka : simetris/proporsional wajah 12 Kaji telinga: bentuk, lokasi, pengeluaran (k/p)

13 Kaji mata : simetris, kebersihan kelopak mata, strabismus, pupil, reflek terhadap cahaya (kornea, pupil), mata boneka

14 Kaji hidung: simetris, lubang hidung, keadaan cuping hidung, adanya milia, Reflek (glabella, bersin)

15 Kaji mulut: kebersihan, pergerakan lidah, variasi normal, adanya kelainan pada bibir/ palatum (labioplatoskizis), reflek (rooting, isap, gawn, ekstrution, swaling)

16 Kaji leher dan dada: panjang leher, clavicula, lingkar dada, gerakan dada, kesimetrisan putting susu, pengeluaran puting susu, bunyi napas, bunyi jantung (apeks jantung), refleks tonic neck

17 Kaji abdomen: peristaltik usus, kondisi tali pusat, gerakan pernapasan abnormal,lingkar abdomen, perdarahan tali pusat, Refleks abdomen 18 Kaji genetalia: perempuan, labia mayora, labia minora, klistoris,

pengeluaran, variasi normal.

Laki-laki: turunnya testis, jumlah testis, kondisi penis, scrotum, variasi normal, dua testis dalam skrotum

Anus: suhu tubuh, adanya kelainan (atresia ani)

19. Kaji ekstremitas atas dan bawah : pergerakan normal, simetris/tidak, jumlah jari,refleks babinsky, genggam, melangkah, refleks peres

20 Menimbang BB dan mengukur TB E. Tahap terminasi

17 Simpulkan hasil kegiatan

18 Berikan reinforcement positif pada keluarga 19 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 20 Akhiri kegiatan

21 Cuci tangan F. Dokumentasi

22. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%) Nilai 2 : Dilakukan salah (50%)

Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%) Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)

PERAWATAN TALI PUSAT STANDAR

(19)

OPERASIONAL PROSEDUR

PENGERTIAN Memberikan perawatan tali pusat pada bayi dimulai hari 1 kelahiran sampai dengan tali pusat lepas (puput)

TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi

KEBIJAKAN Mulai dilakukan pada bayi baru lahir sampai dengan tali pusat lepas (puput)

PETUGAS Perawat

PERALATAN  Kassa steril dalam tempatnya

 Alkohol 70% pada tempatnya

 Bengkok 1 buah

 Perlak dan pengalas PROSEDUR

PELAKSANAAN

Tahap Pra Interaksi

1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat Tahap Orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga

3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Tahap Kerja

1. Pasang perlak dan pengalas disamping kanan bayi 2. Bersihkan tali pusat dengan kassa Alkohol 70%

3. Bila tali pusat masih basah, bersihkan dari arah ujung ke pangkal 4. Bila tali pusat sudah kering, bersihkan dari arah pangkal ke ujung

5. Setelah selesai, pakaian bayi dikenakan kembali. Sebaiknya bayi tidak boleh dipakaikan gurita karena akan membuat lembab daerah tali pusat sehingga kuman/bakteri tumbuh subur dan akhirnya menghambat penyembuhan. Tetapi juga harus dilihat kebiasaan orang tua/ibu (personal hygiene)

Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan 2. Berpamitan dengan pasien

3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar

Alat- alat lain jika terjadi komplikasi pada bayi baru lahir : 1. Inkubator

(20)

Incubator adalah tempat penyimpanan bayi yang baru lahir, Suhu didalam bayi incubator disesuaikan dengan suhu tubuh ibunya yaitu sekitar 36,5-37C, perlengkapan sebuah baby incubator pada umumnya terdiri dari sensor suhu, heater, dan sistem alarm (buzzer). Setting suhu dilakukan dengan menekan tombol pemilihan (keypad) dan ditampilkan pada LCD, sehingga sensor suhu digunakan IC LM35 yang mendeteksi suhu didalam incubator.

Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengatur serta menstabilkan suhu dalam ruangan incubator agar sesuai dengan suhu yang dibutuhkan oleh bayi premature. Pesawat ini menggunakan pemanasan elemen ( heater ) yang dikotrol oleh suatu rangkaian kontrol suhui agar suhu tetap stabil. Heater akan bekerja pada saat sensor suhu kurang dari setting suhu yang telah ditentukan, dan sebaliknya apabila sensor heater akan mati.

A. Tujuan Pemberian Inkubator

1. Penghangatan berkelanjutan bayi

2. Dengan berat badan < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan kangaroo mothercare/KMC Untuk bayi sakit berat : sepsis, gangguan nafas berat

b. Cara Menggunakan

1. Bersihkan inkubator dg desinfektan stp hari, & bersihkan scr keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan.

2. Tutup matras dg kain bersih

3. Kosongkan air reservoir, dpt tumbuh bakte-ria yg berbahaya dlm air & meyerang bayi 4. Atur suhu sesuai dg umur & BB bayi (lihat tabel)

5. Hangatkan inkubator sebelum digunakan

6. Bila diperluksan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi a/ terapi sinar, lepas semua pakaian bayi & segera diberikan pakaian kembali stlh selesai

(21)

8. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi c. Jenis jenis bayi di inkubator:

Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1. Prematuritas murni.

Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKBSMK).

2. Dismaturitas.

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK).

2. Blue light

Blue light adalah alat yang digunakan untuk penyinaran bagi bayi baru lahir yang mengalami kondisi kuning.

Terapi sinar diberikan bila kadar bilirrubin darah indirek lebih dari 10 mg% terapi sinar sebenarnya berdasarkan dari pengalaman seorang perawat di Inggris. Dimana bayi yang ruangnya mendapatkan sinar matahari keadaan ikterus cepat menghilang. Kemudian dikembangkan hingga didapatkan alat untuk terapi sinar disebut blue light.

Terapi sinar dapat menimbulkan dekomposisi bilirrubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirrubin menurun. Disamping itu pada terapi sinar ditemukan peninggian konsentrasi bilirrubin indirek dalam cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirrubin akan keluar bersama feces.

a. tujuan dan kegunaan

Bayi yang dinyatakan kuning akan diberikan terapi sinar( blue light terapi) kurang lebih 100 jam. Atau sedikitnya 3X24 jam. Terapi ini bisa memecahkan bilurubin menjadi isomir terikat yang tidak berbahaya, mudah larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. b. Cara penggunaan

(22)

Pemberian terapi sinar biasanya selama 100 jam

Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam (maksimal sampai 500 jam)

1. Baringkan bayi telanjang, hanya genetalia yang ditutup (pakaikan popok mini saja. Maksudnya agar sinar dapat merata ke seluruh tubuh)

2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat dengan kain kasa yang dilipat-lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan dahulu kelopak matanya (untuk mencegah kerusakan retina)

3. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah, terlentang, tengkurap setiap 6 jam (Bila mungkin), agar sinar merata.

4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36.5 - 37 C dan  observasi setiap 4-6 jam sekali, jika terjadi kenaikan suhu matikan sementara lampunya dan bayi diberikan banyak minum, setelah 1 jam control kembali suhunya, jika tetap tinggi hubungi dokter.

5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan suhu tubuh bayi. 6. Pada waktu memberi minum bayi dikeluarkan, dipangku, penutup mata buka. Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.

7. Kadar bilirrubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam.

8. Bila kadar bilirrubin telah turun menjadi 7,5 mg% atau kurang terapi dihentikan walaupun belum 100 jam.

9. Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirrubin tetap tinggi/kadar bilirrubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam digunakan. Selanjutnya hubungi dokter, mungkin perlu transfusi tukar.

10. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa setiap hari.

Blue light mempunyai panjang gelombang cahaya 400-500 nm yang dapat berpotensi terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan fotokimia pada retina mata anak. Lensa mata anak masih peka dan belum dapat menyaring bahaya blue light. Pada mata bayi yang baru lahir, lensa mata yang jernih dan bening belum bisa menghambat datangnya paparan sinar biru., karena secara alami lensa mata akan berubah dengan sendirinya menjadi kuning, dan perubahan warna ini dapat menghambat sinat biru yang melalui lensa mata. Pada bayi usia 0-2 tahun persentase masuknya sinar biru sampai pada retina mata sekitar 70-80%, sedang pada usia 2-10 tahun, bisa mencapai 60-70%. Ini merupakan resiko terbesar kerusakan mata akibat sinar biru yang sering dialami anak-anak usia dini. Ketika usia lanjut dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan istilah AMD (Age-related Macular Degeneration), degenerasi makula yang terkait usia. AMD adalah penyakit makula,daerah di tengah retina. Makula berisi kepadatan sangat tinggi dari reseptor cahaya,

(23)

terutama reseptor kerucut. Reseptor kerucut merupakan reseptor yang dapat mendeteksi warna. Sehingga makula sangat penting untuk melihat detail halus pada suatu objek yang berhadapan langsung. Makula memainkan peran penting dalam melakukan tugas-tugas yang ada hubungannya dengan penggunaan mata. AMD dapat menyebabkan hilangnya penglihatan sentral.

Cara mencegah efek blue light sangatlah mudah, yaitu dengan memenuhi kebutuhan gizi dengan teratur. Salah satunya banyak mengkonsumsi sayuran yang mengandung Lutein.

Lutein adalah zat penting yang bisa menjaga kesehatan dan ketajaman fungsi mata. Lutein berfungsi menjaga retina dari kerusakan akibat oksidasi oleh cahaya yang berlebihan, salah satunya blue light tadi. Zat Lutein banyak terkandung dalam bayam,kangkung dan sayuran yang berwarna hijau.

c. Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.

1. Ikterus fisiologis

Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL . Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

2. Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga

(24)

meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.

Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.

B.Obat dan vaksin 1. Imunisasi a. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu (Theophilus,2007), sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantumencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untukmenghasilkan antibodi. Antibodiini berfungsi melindungi terhadappenyakit (Theophilus,2007).

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadappenyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indiarti,2008). Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi-antibodi, yang dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atauracun (toxin disebut sebagai antigen) (Riyadi, 2009).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk. antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. (Mulyani, 2013).

Imunisasi merupakan pencegahan yang telah berhasil menurunkan mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak (Anik, 2010). Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, Sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak menjadi sakit. (Hadinegoro,2011).

(25)

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian (Vivian Nanny,2013).

c.Manfaat

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat di cegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah di imunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya (Vivian Nanny,2013).

d.Sasaran

Program imunisasi di Indonesia merupakan program unggulan untuk mencegah angka kematian pada bayi, anak bawah tiga tahun, anak bawah lima tahun, program ini akan mencakup beberapa jenis imunisasi, sementara sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup : bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia subur (calon mempelai wanita), anak usia sekolah dasar (kelas I-VI). (Vivian Nanny,2013).

e. Jenis-jenis imunisasi

Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi (Vivian Nanny,2013) : 1) Imunisasi pasif (passive immunization)

Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah campak (measles pada anak-anak)

2) Imunisasi aktif (active immunization)

Imunisasi yang diberikan pada anak adalah : BCG untuk mencegah penyakit TBC, DPT untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Polio untuk mencegah penyakit poliomilitis.

9. Cara kerja vaksin dalam tubuh

Vaksin memberi tubuh semacam “bocoran” karakteristik bakteri, virus, atau racun tertentu sehingga memungkinkan tubuh untuk belajar bagaimana cara mempertahankan diri. Jika tubuh pada

(26)

akhirnya diserang oleh patogen tertentu setelah vaksin diberikan, maka sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk melawan serangan tersebut. Kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk suntikan atau cairan yang dikonsumsi melalui mulut.

Namun, beberapa vaksin diberikan dengan cara dihirup dalam bentuk aerosol atau bubuk. Mayoritas vaksin mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau dibunuh. Sedangkan vaksin jenis lain mengandung racun yang dilemahkan. Meskipun merupakan agen penyebab penyakit, vaksin bersifat aman bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit.

Ketika patogen lemah atau yang telah mati diperkenalkan ke dalam aliran darah, sel B tubuh akan langsung bekerja. Sel B adalah sel-sel yang bertanggung jawab memerangi patogen penyebab penyakit. Setelah sel B dirangsang untuk bertindak, antibodi kemudian terbentuk sehingga tubuh mengembangkan kekebalan terhadap patogen tertentu. Setelah seseorang menerima vaksin dan memiliki kekebalan, dia biasanya akan terlindungi seumur hidup.

Namun, terkadang vaksin tidak memberikan kekebalan seumur hidup. Sebagai contoh, beberapa vaksin, seperti tetanus dan pertusis, hanya efektif untuk waktu terbatas. Dalam kasus tersebut, pengulangan pemberian vaksin diperlukan untuk mempertahankan perlindungan. Dosis vaksin penguat diberikan pada interval tertentu setelah vaksinasi awal. Dilain pihak, ada vaksin yang harus diberikan secara teratur. Sebagai contoh, vaksin flu harus diberikan setiap tahun akibat banyaknya strain flu.

Vaksin yang diberikan pada tahun tertentu umumnya hanya memberikan perlindungan terhadap strain tertentu dari virus flu, tapi ketika terjadi lagi musim flu tahun depan, vaksinasi terhadap strain baru mungkin diperlukan. Selain itu, vaksin flu tidak memberikan perlindungan seumur hidup. Setelah satu tahun, efektivitas perlindungan mungkin telah jauh berkurang.

(27)

Umur Jenis Imunisasi 0-7 Hari HB 0 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 3 Bulan DPT/HB 2 , Polio 3 4 bulan DPT/HB 3 , Polio 4 9 bulan Campak h.Jadwal imunisasi

Imunisasi Manfaat Cara Pemberian Dosis

Hepatitis B Mencegah Penyakit Hepatitis B (kerusakan Hati) Injeksi IM dipaha kanan bagian anterolatera l 0,5 mL BCG Mencegah Penyakit TB/ Tuberkulosis (sakit paru-paru) Injeksi IC di Lengan atas 0,05mL Polio / OPV(Oral Poliomielitis Vaksin) Mencegah Polio (lumpuh layuh pada tungkai Melalui oral / Langsung ke mulut 2 tetes (0,1 mL)

(28)

kaki & Lengan tangan) anak DPT (Difteri,Pertusis ,Tetanus) Mencegah : -Difteri (penyumbatan jalan napas) -Pertusis/Batuk Rejan (batuk 100 hari) -Tetanus Injeksi SC/ IM pada Lengan atau paha 0,5mL

Campak Mencegah campak

(radang paru,radang otak, & kebutaan) Injeksi SC di lengan kiri atas 0,5 mL Keterangan :

1. Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir

A.Imunisasi Hepatitis B a)Pengertian

Imunisasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin tersebut bagian dari virus hepatitis B yang dinamakan HBs Ag, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan penyakit. HBs Ag ini dapat diperoleh dari serum manusia atau dengan rekayasa genetik dengan bantuan sel ragi .

b) Manfaat

Imunisasi hepatitis B merupakan salah satu imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sehingga sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.

Pentingnya imunisasi Hepatitis B perlu di ketahui sebab penyakit hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan bisa merusak hati. Jika dibiarkan, penyakit ini akan semakin berat dan bisa menjadi kanker hati. Untuk penyakit hati, virus penyebab Hepatitis B adalah yang paling berbahaya. Biasanya bayi yang baru lahir akan diberikan imunisasi Hepatitis B. Ini

(29)

sangat penting untuk mencegah bayi tertular penyakit tersebut. Manfaat Imunisasi Hepatitis B akan meningkat jika diberikan sejak dini, biasanya pada usia bayi 0 sampai 7 hari.

Jika bayi terjangkit virus ini biasanya hanya menunjukkan gejala ringan, dan bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Akan tetapi biasanya bayi akan terus menyimpan virus tersebut di dalam darah selama bertahun-tahun dan bisa menularkannya pada orang lain. Untuk itulah sangat penting melakukan imunisasi Hepatitis B sesegera mungkin untuk memastikan imunisasi tersebut bekerja seefektif mungkin. Dengan imunisasi ini bayi Anda akan terlindungi dari penyakit Hepatitis B pada masa pertumbuhannya.

c) Waktu pemberian

Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.

d) Dosis pemberian

Vaksin hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali, yaitu:

 Dosis pertama: diberikan dalam 12 jam setelah lahir pada semua bayi

baru lahir.

 Dosis kedua: diberikan pada bayi usia 1 bulan.

 Dosis ketiga: diberikan pada bayi usia 6 bulan

Dosis vaksin hepatitis B adalah 0,5 cc setiap kali pemberian, disuntikkan ke dalam otot (intramuskular) pada paha bayi bagian luar.

e) Cara pemberian

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

(30)

Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang aman dan sebagian besar orang tidak mengalami efek samping yang berarti. Vaksiin ini tidak dapat menyebabkan infeksi hepatitis B. Efek samping yang umumnya timbul adalah demam dan nyeri pada tempat penyuntikan. Efek samping lain yang sangat jarang adalah reaksi alergi berat, diare, konstipasi, nyeri kepala, nyeri sendi, rasa lemas, dan gatal pada kulit.

2.Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Polio diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk 1, 2, polio-3 dapat diberikan vaksin

B.Polio

a) Pengertian

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.

b) Terdapat 2 macam vaksin polio:

(1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

(2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

c) Usia pemberian imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0 – 11 bulan atau saat lahir (0 bulan) dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu di barengi dengan vaksin DPT.

d) Cara pemberian imunisasi

Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral Polio-myelitis Vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (disebut Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV).

e) Kekebalan

Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 95 – 100%. f) Efek samping imunisasi

Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot. Kasus nya pun sangat jarang.

(31)

g) Kontra Indikasi

Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan demikian pula pada anak yang menderita gangguan kekebalan (defisiensi imun) tidak diberikan. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi polio bisa diberikan seperti biasanya.

3.Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).

C.Imunisasi BCG

a) Pengertian

Vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. BCG berasal dari strain bovinum Micobakcterium Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/ dosis. Imunisasi BCG mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi sudah dilemahkan.

b) Tujuan

Tujuan atau manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau anak masih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya kontak dengan penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua, keluarga, pengasuh, dan lain sebagainya.

c) Waktu pemberian

Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan. Tetapi, sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Pada anak berumur Iebih dari 2 – 3 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux / PPD sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya uji mantoux positif, maka anak tersebut tidak mendapat imunisasi BCG lagi.

Bila pemberian imunisasi itu berhasil, setelah 1 – 2 bulan di tempat suntikan akan terdapat suatu benjolan kecil. Tempat suntikan itu biasanya berbekas. Dan kadang – kadang benjolan itu akan bernanah, tetapi akan sembuh sendiri meskipun lambat.

d) Cara pemberian

Untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Depkes RI, 2005: 18).

(32)

 Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml) dengan 4 ml pelarut.

 Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikkan dosis sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan spuit dan jarum kecil yang khusus.

 Disuntikkan di lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan). Untuk memberikan suntikkan intrakutan secara tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26)

Kulit tempat vaksinasi harus dibersihkan dengan eter atau aseton, tetapi tidak dengan antiseptic. Vaksin disuntikkan kedalam kulit tepat dibawah insersi deltoideus dengan lereng pendek 250, menimbulkan wheal sekitar 8 mm.

e) Kekebalan

Imunisasi BCG tidak dapat menjamin 100% anak akan terhindar penyakit TBC. Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit TBC, maka ia hanya akan menderita penyakit TBC ringan.

f) Reaksi imunisasi

Setelah suntikan BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh hal lain.

1.Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

2.Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

g) Komplikasi

1.Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

2.Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

h) Kontra Indikasi

Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG kecuali pada anak berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif.

4.Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin DTP diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib.

(33)

Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun.Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.

D.Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) a) Pengertian

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteria, pertusis dan tetanus.

Penyakit difteria yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokan yang tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. Penyebab penyakit difteri adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae, infeksi oleh kuman sifatnya tidak invasive, tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin, yaitu exotoxin.

Gejalanya :

 Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius

 Batuk dan pilek yang ringan

 Sulit bernapas atau napas cepat

 Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan

 Mual, muntah, sakit kepala

 Adanya pembentukan selaputmembran tebal di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor

 Kaku leher

 Suara serak

 Nyeri saat menelan

 Pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher Penyakit pertusis yaitu radang paru (pernafasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan nafas.

Penyakit tetanus yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau di buka. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghasilkan racun neurotoxin yang menyerang saraf sehingga dapat membuat kontraksi otot yang menyakitkan terutama otot rahang dan leher serta dapat mempengaruhi otot-otot pernafasan sehingga dapat mengancam jiwa.

Gejala penyakit tetanus :

 Spasme dan kaku pada otot rahang

 Dikuti kekakuan pada otot leher

 Kesulitan menelan

 Otot perut menjadi kaku

 Kejang tubuh yang menyakitkan sampai tulang punggung melengkung (epistotonus), berlangsung selama beberapa menit.

(34)

Kejang ini biasanya dipicu oleh kejadian kecil, seperti suara keras, sentuhan fisik atau cahaya

 Kematian dapat terjadi karena kesulitan bernafas, lantaran otot-otot pernafasan tidak berfungsi normal.

 Demam

 Berkeringat

 Denyut nadi atau jantung cepat b) Manfaat

Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :

 Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.

 Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami. Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit.

c) Pemberian imunisasi dan Usia Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT.

d) Cara pemberian dan Dosis pemberian imunisasi

Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (IM) atau penyuntikan ke dalam otot dengan dosis 0,5 ml sebanyak 5 kali pemberian. Dosis pertama pemberian yaitu pada usia 2 bulan, dan dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu / 1 bulan. Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan yang sesuai dengan ketentuan.

e) Cara penyimpanan

 Vaksin disimpan dalam suhu 20C s/d 80C

 Tidak terendam air

 Sterilitasnya terjaga

 VVM masih dalam kondisi bagus (kondisi A atau B) f) Kekebalan

Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu sebesar 80 – 95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95%. Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50 – 60%. Oleh karena itu anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih dapat terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan.

(35)

Biasanya timbul gejala ringan, seperti sedikit demam (sumeng) dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak.

h) Kontra indikasi

Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan kepada anak dengan batuk yang diduga sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi umum).

5.Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.

E.Imunisasi Campak (Morbili) a) Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan.

b) Usia pemberian imunisasi

Imunisasi campak di berikan 1 kali pada usia 9 bulan dan di anjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus di imunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

c) Cara pemberian

1).Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarutan yang telah tersedia

2).Dosis pemberian adalah 0,5 ml, disuntikan pada lengan atas secara subkutan

3).Vaksin campak diberikan kepada semua anak berumur 9 bulan. Vaksin campak tidak dapat diberikan pada umur kurang dari 9 bulan, antibodi yang diterima bayi dari ibu ketika masih dalam rahim masih tetap ada dalam daerah bayi dan mencegah kerja vaksin

4).Vaksin campak ulang (booster) diberikan pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD)

5).Lama perlindungan vaksin campak, bila pemberianya efektif 1 dosis pemberian vaksin campak dapat memberikan kekebalan sampai lebih dari 14 tahun

(36)

Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 sampai hari ke 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.

e) Kontra Indikasi

Kontra-indikasi pemberian imunisasi campak pada anak : 1).Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam 2).Dengan penyakit gangguan kekebalan

3).Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan 4).Degan kekurangan gizi berat

5).Dengan penyakit keganasan

6).Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritomisin (antibiotik).

6.Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

F.Imunisasi Varisella

a) Pengertian

Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin varicella merupakan virus varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan dalam bentuk bubuk kering. Bentuk ini kurang stabil dibanding vaksin virus hidup lain. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80C. Efektivitas vaksin ini tidak diragukan lagi, tetapi harga untuk saat ini masih sangat mahal. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.

b) Waktu pemberian

Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Sebaiknya pemberian diberikan pada anak di atas 5 tahun. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

c) Cara pemberian

Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8°C d) Tingkat kekebalan

Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

(37)

e) Efek samping dari vaksin varisella 1).Demam

2).Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan 3).Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan. Efek samping yang lebih berat adalah:

1).Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan 2).Pneumonia

3).Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.

4).Ensefalitis (penurunan koordinasi otot) f) Kontraindikasi 1).Wanita hamil atau wanita menyusui

2).Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

3).Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

4).Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

5).Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid

6).Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya

7).Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin 7.Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak – Vaksin MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun.

G.Imunisasi MMR

a) Pengertian

Vaksin MMR (Mumps Measles Rubella) adalah campuran tiga jenis virus yang dilemahkan, yang disuntikkan untuk imunisasi melawan campak (measles), gondongan (mumps) dan rubella (german measles). Vaksin MMR umumnya diberikan kepada anak usia 1 tahun dengan booster diberikan sebelum memasuki usia sekolah (4-5 tahun). Vaksin MMR yang tersedia: MMR II dari Merck, Priorix dari GlaxoSmithKline, Tresivac dari Serum Institute of India, Trimovax dari Sanofi Pasteur.

 Penyakit campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak, yang penyebaran infeksinya terjadi dengan perantara droplet, dengan masa inkubasi 10-14 hari, ditandai dengan ruam campak, demam, batuk.

 Parotis epidemika (mumps, gondongan) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi paramyxovirus dan penyebarannya terjadi melalui drplet, dengan masa inkubasi 12-25 hari, dengan gejala tidak

Referensi

Dokumen terkait

Selain dilihat dari karakteristik ibu, peningkatan rerata skor total pengetahuan responden yang bermakna ini disebabkan beberapa hal, diantaranya media yang

Jawab : Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau

Pendidikan kesehatan cara perawatan bayi baru lahir diperlukan ibu post partum guna mencegah terjadinya kasus hiperbilirubinemia dan penggunaan media yang sesuai

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (usia kehamilan, paritas, jenis persalinan), karakteristik bayi (berat badan lahir bayi), cara penanggan ibu

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa pengetahuan ibu yang baik tentang perawatan tali pusat dapat mempengaruhi cara ibu bagaimana dalam melakukan

Selain dilihat dari karakteristik ibu, peningkatan rerata skor total pengetahuan responden yang bermakna ini disebabkan beberapa hal, diantaranya media yang

Berdasarkan hasil penelitian yan dilakukan peneliti di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru pada tanggal 28 Desember 2015 - 09 Januari 2016 dengan cara menyebarkan kuesioner

Metode Metode yang digunakan penulis yaitu dengan cara melakukan perawatan tali pusat ke rumah pasien dengan teknik terbuka yang terbukti dapat mempercepat pelepasan tali pusat