• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur organisasi PT. X adalah sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Struktur organisasi PT. X adalah sebagai berikut:"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

4. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Latar belakang perusahaan

Perusahaan yang dijadikan subyek penelitian ini adalah sebuah perusahaan yang bernama PT. “X”. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1983 di kota Surabaya dan bergerak di bidang industri perakitan atau produksi Air Conditioning (AC) dan Water Chiller. Perusahaan ini beralamat di jalan Kalianak Surabaya. Nama atau merk usaha untuk produk- produk yang dihasilkan adalah AICOOL. Dalam perkembangannya, PT.

“X” juga melayani penye diaan jasa konsultan, planner, supplier, commissioner, maintainer, dan pengaturan tata letak ruang (pemasangan) dalam bidang pendingin ruangan (AC) dan Water Chiller. Saat ini, perusahaan sudah semakin maju dan berkembang sehingga dapat dikatakan merupakan salah satu perusahaan yang menjadi top player dalam bidangnya.

Ini dibuktikan dengan adanya cabang-cabang perusahaan yang telah didirikan di beberapa kota besar di Indonesia dan beberapa perusahaan lain sudah diakui sebagai anak perusahaan PT. “X”. Komitmen bisnis yang dimiliki dan dijalankan oleh PT. “X” untuk memenuhi kebutuhan sekaligus kepuasan konsumennya adalah: “To respond fast according to our customers needs and customers satisfaction is our main priority ”. Karena itu perusahaan ini sangat menjaga kualitas produk-produknya dan pelayanan terhadap konsumen dengan memperkerjakan orang-orang yang profesional dalam bidangnya. Selain itu, semua komponen dan bahan baku untuk produksi sebagian besar diimpor dari Jerman, karena perusahaan ini memang beker ja sama dengan perusahaan asing di Jerman yang bergerak di bidang yang sama.

4.1.2. Struktur organisasi

Struktur organisasi PT. “X” adalah sebagai berikut:

(2)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Managing Director

Auditor Plant Manager Marine Manager

Finance Accounting Engineering Divisi AC Produksi Marketing Supervisor

PPIC

Administrasi Administrasi Administrasi

Drafter Drafter Teknisi (Sumber : Internal Perusahaan)

4.1.3. Jumlah, Klasifikasi, dan Kebijakan Perusahaan atas Karyawan

Jumlah seluruh tenaga kerja yang bekerja di PT. “X” adalah 102 orang, terdiri dari 34 orang pegawai tetap, yaitu 8 orang manajer (termasuk auditor internal) dari tingkat manajer biasa sampai top manajer, 26 orang staff; dan sisanya yang merupakan pegawai harian, yaitu buruh dan teknisi berjumlah 68 orang. Perusahaan mempunyai kebijakan dalam menentukan jumlah dan besarnya gaji untuk para karyawannya. Untuk jabatan manajer diberikan gaji 1,5 juta sampai 7 juta rupiah sebulan, untuk jabatan staff diberi gaji 700 ribu sampai 1,5 juta rupiah sebulan tergantung dari masa kerja dan tingkat pendidikan. Gaji untuk buruh adalah Rp. 8.500 per jam kerja.

4.1.4. Produksi 4.1.4.1. Produk

Beberapa macam jenis produk yang dihasilkan antara lain : Unitary Air Conditioner, Hi-Static Air Conditioner, Air-Cooled Water Chiller, Water– Cooled Water Chiller, Condenser-less Water Chiller, Special Units, dan Accessories untuk Air Conditioner (AC). Objek dari penelitian ini

(3)

adalah jenis produk Unitary Air Conditioner, dimana produk yang terdapat pada jenis ini meliputi:

1. Wall Mounted (AC Split) 2. Ceiling / Floor Exposed

Untuk selanjutnya Wall Mounted disebut produk A dan Ceiling / Floor Exposed disebut Produk B.

4.1.4.2. Bahan Baku

Bahan Baku yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Compressor

• Condensor

• Capasitor

• Contactor

• Mycom

• Evaporator

• Motor Blower

• Fan Blower

• Casing

4.1.4.3. Mesin dan Peralatan yang Digunakan

Untuk proses produksi perusahaan menggunakan mesin dan peralatan-peralatan sebagai berikut:

• Vacum Pump

• Condensor Testor

• Avometer

4.1.4.4. Sifat Produksi

Produksi untuk produk-produk Unitary Air Conditioner dilakukan secara berkesinambungan tanpa tergantung pada permintaan konsumen (Process Costing ). sedangkan produksi untuk produk jenis yang lain hanya dilakukan atau dibuat hanya bila ada permintaan dari konsumen (Job Costing).

(4)

4.1.4.5. Proses Produksi

Bahan baku atau material yang dikirim pada bagian produksi diperiksa terlebih dahulu keadaan fisiknya untuk melihat apakah ada yang cacat pada bahan baku tersebut, bila ada cacat maka langsung dikembalikan.

Kemudian setelah diperiksa material tersebut dirakit menjadi satu unit AC setelah itu dilakukan serangkaian tes untuk melihat apakah AC yang sudah terakit tersebut tidak mengalami kebocoran dan memiliki tekanan serta isi freon yang tepat. Unit AC yang lulus tes tersebut kemudian dipaket dan dibungkus untuk dibawa ke gudang.

Gambar 4.2. Proses Produksi

(Sumber : Internal Perusahaan)

4.1.5. Hubungan Kerja dan Konsumen

Perusahaan-perusahaan yang menjalin hubungan kerja sekaligus menjadi konsumen dari PT. “X” antara lain : Mabesal (Angkatan Laut Indonesia), PT. Jaya Kencana, PT. Indofood, AGB Tuna, Batik Keris Dept.

store, Dian Angkasa Raya, PT. Karunia Alam Segar, Philip Moris.

4.1.6. Proses Akuntansi

Pembukuan perusahaan dilakukan dengan sistem batch, transaksi- transaksi perusahaan beserta dokumen-dokumennya dikumpulkan perhari kemudian dilakukan penjurnalan pada akhir hari. Dan satu minggu sekali proses posting kedalam buku besar dan buku pembantu dilakukan. Dari data tersebut kemudian dilaporkan kepada pihak manajer da lam bentuk laporan keuangan tiap satu bulan sekali. Proses akuntansi perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Material Perakitan Testing Packaging Gudang

(5)

Gambar 4.3. Proses Akuntansi

(Sumber : Internal Perusahaan)

4.2. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi, anggaran biaya produksi, unit keluaran produk dan tenaga kerja langsung PT. “X”

tahun 2003.

Tabel 4.1 adalah tabel laporan biaya produksi, anggaran produksi dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.3 adalah tabel rincian biaya overhead dan tabel 4.4 adalah tabel target produksi dan jam tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk tahun 2003.

Tabel 4.1. Laporan Biaya Produksi

Jenis Biaya Jumlah

Biaya Material :

Produk A Rp. 1.662.225.000

Produk B 1.468.575.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung 220.141.500 Biaya Overhead:

Biaya Pemesanan Material 32.130.000

Biaya Operasi 65.1471.600

Biaya Lain-lain 60.300.400

Total Rp. 4.094.843.500 (Sumber: Internal Perusahaan)

Transaksi Dokumen Jurnal

Buku Besar

Buku Pembantu

Lap. Keuangan

(6)

Tabel 4.2. Anggaran Biaya Produksi

(Sumber: Internal Perusahaan)

Tabel 4.3. Rincian Biaya Overhead

Biaya Overhead Realisasi Anggaran Biaya Pemesanan Material

-Order Material Rp. 9.600.000Rp. 9.200.000 -Angkut Material 22.530.000 24.150.000 Subtotal Rp. 32.130.000Rp. 33.350.000

Biaya Operasi

-Pengaturan Rp. 10.995.600Rp. 10.062.500

-Supplies 284.735.000 284.625.000

-Setup Mesin 51.750.500 57.500.000

-Operasi Mesin 239.250.000 237.187.500

-Inspeksi 4.628.000 3.450.000

-Kemas 60.112.500 57.500.000

Subtotal Rp. 651.471.600Rp. 650.325.000

Biaya Lain-lain

-Distribusi Rp. 8.650.400 Rp. 10.350.000

-Depresiasi 50.400.000 50.400.000

-Asuransi 1.250.000 10.250.000

Subtotal Rp. 60.300.400 Rp. 71.000.000 (Sumber: Internal Perusahaan)

Anggaran biaya produksi ditentukan berdasarkan jumlah target produk yang akan diproduksi pada tahun 2003. Anggaran jam tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan standar jam kerja langsung 4,5 jam per

Jenis Biaya Jumlah

Biaya Material :

Produk A Rp. 1.650.000.000

Produk B 1.443.750.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung 219.937.500 Biaya Overhead:

Biaya Pemesanan Material 33.350.000

Biaya Operasi 650.325.000

Biaya Lain -lain 71.000.000

Total Rp. 4.068.362.500

(7)

unit produk. Standar jam kerja ditentukan dengan mengunakan data – data masa lampau atau rata-rata jam kerja dari periode produksi sebelumnya.

Rincian biaya overhead perusahaan pada tabel 4.3 sama dengan biaya aktivitas yang digunakan dalam membuat anggaran fleksibel aktivitas, namun biaya - biaya overhead tersebut menggunakan pemicu (driver) yang berbeda-beda sesuai dengan aktivitasnya dalam proses produksi.

Tabel 4.4. Target Produksi Dan Jam Tenaga Kerja Langsung

Produk A Produk B Total

Produksi 3.000 Unit 2.750 Unit 5.750 Unit

Jam Tenaga Kerja Langsung 13.500 JTKL 12.375 JTKL 25.875 JTKL (Sumber: Internal Perusahaan)

(8)

4.3. Analisis dan Pembahasan

PT. “X” selama ini belum menggunakan sistem anggaran fleksibel dengan menggunakan metode ABC sebagai alat bagi manajemen dalam perencanaan dan pengendalian biaya produksi, untuk mengendalikannya maka perlu menerapkan sistem anggaran yaitu anggaran fleksibel aktivitas yang dapat membantu menganalisa biaya-biaya yang tidak terkendalikan.

Anggaran fleksibel aktivitas disini terutama membantu guna mengalokasikan biaya tidak langsung (Indirect Cost atau Overhead) dari biaya produksi perusahaan. Oleh karena itu maka terlebih dahulu harus dipisahkan biaya menurut jenisnya, yaitu biaya langsung (material dan tenaga kerja) dan biaya tidak langsung.

Dalam perusahaan diketahui biaya langsung (direct cost) perusahaan adalah biaya material dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini juga ikut dalam penyusunan anggaran fleksibel aktivitas, namun memiliki perbedaan dengan biaya tidak langsung dalam penyusunannya. Biaya langsung, yaitu material dan tenaga kerja dapat ditelusuri langsung pada produk berdasarkan pada level unit output produk dan jam tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi satu unit produk jadi. Oleh karena itu maka biaya variabel biaya langsung dapat ditentukan dengan cara membagi total anggaran biaya langsung dengan dasar pembebanannya.

Tabel 4.5. Biaya Variabel Per Output Biaya Langsung

Biaya

Standar Output

Biaya Var/Output

Output :

Produk A Rp. 1.650.000.000 3.000 Unit Rp. 550.000

Produk B 1.443.750.000 2.750 Unit 525.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung 219.937.500 25.875 JTKL 8.500 (Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Anggaran biaya material produk A dan produk B dibagi dengan target/standar output unit perusahaan untuk tahun 2003. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung dibagi dengan standar jam tenaga kerja langsung

(9)

untuk tahun 2003. Biaya variabel ini kemudian akan digunakan dalam penyusunan anggaran fleksibel aktivitas.

Setelah memperoleh biaya variabel material dan tenaga kerja langsung, maka berikutnya adalah mengalokasikan biaya overhead.

Langkah pertama yang ditempuh adalah menentukan aktivitas-aktivitas produksi, serta menentukan tingkatan / level biaya (cost hierarchies) dari aktivitas-aktivitas tersebut.

Aktivitas-aktivitas proses produksi didalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Order material

Aktivitas ini merupakan aktivitas pertama proses produksi, segala biaya administrasi yang dikeluarkan untuk memesan material ke supplier.

2. Penerimaan material

Merupakan aktivitas pengangkutan barang dari supplier ke pabrik.

3. Persiapan proses

Untuk memulai produksi, pertama adalah dengan mempersiapkan material-material yang diperlukan guna dirakit menjadi satu unit produk.

4. Perakitan

Setelah material-material yang diperlukan telah dipersiapkan kemudian dilakukan perakitan.

5. Setup mesin

Setup mesin merupakan aktivitas untuk mempersiapkan mesin agar dapat dioperasikan guna menguji suatu jenis produk tertentu.

6. Uji coba mesin

Setelah produk dirakit maka selanjutnya adalah melakukan pengetesan dengan mesin tes guna mengetahui kelancaran dan kebocoran produk.

7. Inspeksi kualitas

Barang yang telah selesai dites diinspeksi oleh petugas inspeksi guna mengetahui produk yang cacat.

8. Pengemasan

Barang yang telah jadi dan telah lulus tes serta inspeksi kemudian dikemas.

(10)

9. Pemindahan barang jadi ke gudang

Barang yang sudah dikemas kemudian dibawa ke gudang.

10. Penyediaan tempat dan peralatan

Merupakan aktivitas yang menunjang proses produksi secara keseluruhan, berupa depresiasi gedung dan mesin.

11. Penyediaan keamanan

Penyediaan keamanan disini berupa asuransi untuk gedung dan mesin.

Aktivitas aktivitas tersebut kemudian dikelompokkan menurut cost hierarchies nya masing-masing, pengelompokkan ini dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tabel 4.6 menunjukkan aktivitas dengan cost hierarchies / Cost Pool nya.

Tabel 4.6. Aktivitas Dan Cost Pool

Aktivitas Cost Pool

Order Material Batch Level

Penerimaan Material Batch Level

Persiapan Proses Unit Level

Perakitan Unit Level

Setup Mesin Batch Level

Uji Coba Mesin Unit Level

Inspeksi Kualitas Batch Level

Pengemasan Unit Level

Pemindahan Barang jadi ke Gudang Batch Level Penyediaan Tempat dan Peralatan Facility Level Penyediaan Keamanan Facility Level (Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Aktivitas yang termasuk didalam cost pool unit level adalah aktivitas yang meningkat seiring dengan peningkatan unit yang diproduksi, sedangkan yang termasuk batch level adalah aktivitas-aktivitas yang meningkat seiring dengan peningkatan batch (group / kelompok) yang dilakukan. Product level adalah aktivitas produksi yang memiliki sifat menyokong suatu produk perusahaan. Facility level adalah aktivitas-

(11)

aktivitas diluar ketiga level sebelumnya, sifatnya mendukung proses produksi perusahaan secara keseluruhan.

Dalam pengelompokkan aktivitas produksi tidak terdapat aktivitas yang memiliki karakteristik seperti product level.

Dari aktivitas-aktivitas tersebut kemudian ditelusuri sumber-sumber biayanya yang timbul. Biaya yang timbul ini disebabkan karena dilakukannya aktivitas-aktivitas produksi tersebut. Tabel 4.7 menunjukkan sumber biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut.

Kemudian selanjutnya adalah menentukan dasar pembebanan biaya (cost allocation bases / cost driver) untuk aktivitas tersebut. Cost Driver pada tabel 4.8 dipilih dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain korelasi dengan biaya yang timbul dengan aktivitas, bagaimana perubahan tingkat driver tersebut mempengaruhi tingkat biaya yang muncul secara seimbang dengan korelasi yang positif. Korelasi positif disini berarti bahwa bila pemakaian driver meningkat maka biaya yang ditimbulkan tersebut juga ikut meningkat.

Tabel 4.7. Sumber Biaya

Aktivitas Cost Pool Sumber Biaya Jumlah

Order Material Batch Level

Biaya Order

Material Rp. 9.200.000 Pener imaan Material Batch Level

Biaya Pengangkutan

Material 24.150.000

Persiapan Proses Unit Level Biaya Pengaturan 10.062.500 Perakitan Unit Level Biaya Supplies 284.625.000 Setup Mesin Batch Level Biaya Setup 57.500.000 Uji Coba Mesin Unit Level Biaya Operasi Mesin 237.187.500 Inspeksi Kualitas Batch Level Biaya Inspeksi 3.450.000

Pengemasan Unit Level Biaya Kemas 57.500.000

Pemindahan Barang jadi

ke Gudang Batch Level Biaya Distribusi 10.350.000 Penyediaan Tempat dan

Peralatan

Facility

Level Biaya Depresiasi 50.400.000 Penyediaan Keamanan

Facility

Level Biaya Asuransi 10.250.000

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(12)

Tabel 4.8. Cost Driver

Aktivitas Sumber Biaya Driver

Cost Pool 1 :

Unit Level Persiapan Proses Biaya Pengaturan Jam Persiapan

Perakitan Biaya Supplies JKTL

Uji Coba Mesin

Biaya Operasi

Mesin JKM

Pengemasan Biaya Kemas Unit Output

Cost Pool 2 :

Batch Level Order Material

Biaya Order

Material Jumlah Order Penerimaan Material

Biaya Pengangkutan

Material Jumlah Order

Setup Mesin Biaya Setup Jumlah Setup

Inspeksi Kualitas Biaya Inspeksi Jumlah Inspeksi

Pemindahan Barang Jadi

ke Gudang Biaya Distribusi Jumlah Inspeksi

Cost Pool 3 :

Facility Level

Penyediaan Tempat dan

Peralatan Biaya Depresiasi -

Penyediaa n Keamanan Biaya Asuransi -

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Untuk facility level tidak ditentukan drivernya karena sifatnya yang menyokong proses produksi secara keseluruhan sehingga sukar untuk dicari pemicu dari biaya tersebut.

Tabel 4.9. Kuantitas Standar Driver

Standar Produk

PerUnit Produk A B Total

Unit Output 3.000 2.750 5.750

JKTL 4,50 13.500 12.375 25.875

JKM 0,75 2.250 2.062,5 4.312,50

Jam Persiapan 0,25 750 687,5 1.437,50

PerBatch Produk

Jumlah Order 50 60 55 115

Jumlah Setup 25 120 110 230

Jumlah Inspeksi 10 300 275 575

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(13)

Kuantitas dari driver pada tabel 4.9 ditentukan dari level aktivitas yang standar, dapat dipilih atau ditentukan dengan melihat data keluaran masa lampau sebagai acuan.

Setelah menentukan driver dari tiap aktivitas tersebut maka selanjutnya adalah menentukan tarif dari biaya aktivitas.

Tarif biaya aktivitas dapat dilihat pada tabel 4.10. Tarif dari biaya aktivitas dihitung dengan cara membagi biaya variabel dari biaya aktivitas yang telah dianggarkan pada anggaran tetap dengan cost driver masing- masing biaya.

(14)

Tabel 4.10. Tarif Biaya Aktivitas

Aktivitas Biaya Biaya Variabel Driver Kuantitas Tarif

Cost Pool 1 : Unit Level

Persiapan Proses Biaya Pengaturan Rp. 10.062.500

Jam

Persiapan 1.437,50 Rp. 7.000

Perakitan Biaya Supplies 284.625.000 JKTL 25.875 11.000

Uji Coba Mesin Biaya Operasi Mesin 237.187.500 JKM 4.312,50 55.000

Pengemasan Biaya Kemas 57.500.000 Unit Output 5.750 10.000

Cost Pool 2 : Batch Level

Order Material Biaya Order Material 9.200.000

Jumlah

Order 115 80.000

Penerimaan Material Biaya Pengangkutan Material 24.150.000

Jumlah

Order 115 210.000

Setup Mesin Biaya Setup 57.500.000

Jumlah

Setup 230 250.000

Inspeksi Kualitas Biaya Inspeksi 3.450.000

Jumlah

Inspeksi 575 6.000

Pemindahan Barang jadi ke

Gudang Biaya Distribusi 10.350.000

Jumlah

Inspeksi 575 18.000

Cost Pool 3 : Facility Level

Penyediaan Tempat dan

Peralatan Biaya Depresiasi - - - -

Penyediaan Keamanan Biaya Asuransi - - - -

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(15)

Dari tarif tersebut maka dapat disusun anggaran fleksibel aktivitas, namun harus ditentukan terlebih dahulu anggaran level aktivitas aktual dari tiap cost driver yang ada, anggaran level aktivitas aktual diperoleh dengan mengalikan standar aktivitas per unit dan perbatch dengan unit output aktual pada tahun 2003.

Tabel 4.11. Anggaran Aktivitas Berdasar Output Aktual

Standar Produk

PerUnit Produk A B Total

Unit Output 2.985 2.740 5.725

JKTL 4,50 13.432,5 12.330 25.762,5

JKM 0,75 2.238,75 2.055 4.293,75

Jam Pengaturan 0,25 746,25 685 1.431,25

PerBatch Produk

Jumlah Order 50 59,7 54,8 114,5

Jumlah Setup 25 119,4 109,6 229

Jumlah Inspeksi 10 298,5 274 572,5

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Anggaran fleksibel aktivitas biaya langsung dibuat dengan mengalikan biaya variabel dengan level unit output dan jam tenaga kerja langsung yang aktual berdasarkan standar. terjadi pada. Sedangkan untuk anggaran fleksibel aktivitas biaya overhead dibuat dengan cara mengalikan tarif biaya aktivitas dengan level anggaran aktivitas berdasar output aktual yang diproduksi. Anggaran fleksibel aktivitas biaya langsung dapat dilihat pada tabel 4.12.

(16)

Tabel 4.12. Anggaran Fleksibel Aktivitas Biaya Langsung Driver: Unit Output

Level Activity

Formula Produk A Produk B

Direct Cost Fixed Variabel 2.985 2.740 Total

Material : Rp. 550.000 Rp. 1.641.750.000 Rp. 1.641.750.000

Produk A 525.000 Rp. 1.438.500.000 1.438.500.000

Produk B

Driver: Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)

Fixed Variabel 13.432,5 12.330

Biaya Tenaga Kerja Rp. 8.500 Rp. 114.176.250 Rp. 104.805.000 218.981.250

Total Rp. 3.299.231.250

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(17)

Tabel 4.13. Anggaran Fleksibel Aktivitas Cost Pool 1 Driver: Unit Output

Level Activity

Formula Produk A Produk B

Cost Pool 1 Fixed Variabel 2.985 2.740 Total

Biaya Kemas Rp. 10.000 Rp. 29.850.000 Rp. 27.400.000 Rp. 57.250.000

Driver: Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)

Fixed Variabel 13.432,5 12.330

Biaya Supplies Rp. 11.000 Rp. 147.757.500 Rp. 135.630.000 283.387.500

Driver: Jam Kerja Mesin (JKM)

Fixed Variabel 2.238,75 2.055

Biaya Operasi Mesin Rp. 55.000 Rp. 123.131.250 Rp. 113.025.000 236.156.250

Driver: Jam Pengaturan

Fixed Variabel 746,25 685

Biaya Pengaturan Rp. 7.000 Rp. 5.223.750 Rp. 4.795.000 10.018.750

Total Rp. 586.812.500

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(18)

Tabel 4.14. Anggaran Fleksibel Aktivitas Cost Pool 2 Driver: Jumlah Order

Level Activity

Formula Produk A Produk B

Cost Pool 2 Fixed Variabel 59,7 54,8 Total

Biaya Order Material Rp. 80.000 Rp. 4.776.000 Rp. 4.384.000 Rp. 9.160.000

Biaya Pengangkutan

Material 210.000.00

12.537.000 11.508.000

24.045.000

Driver: Jumlah Setup

Fixed Variabel 119,4 109,6

Biaya Setup Rp. 250.000 Rp. 29.850.000 Rp. 27.400.000 57.250.000

Driver: Jumlah Inspeksi

Fixed Variabel 298,5 274

Biaya Inspeksi Rp. 6.000 Rp. 1.791.000 Rp. 1.644.000 3.435.000

Biaya Distribusi 18.000 5.373.000 4.932.000 10.305.000

Total Rp. 104.195.000

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(19)
(20)

Dari perhitungan diatas maka dapat disusun anggaran fleksibel secara keseluruhan dimana biaya depresiasi dan biaya asuransi terdapat didalamnya.

Tabel 4.15. Anggaran Fleksibel Aktivitas

Biaya Jumlah

Biaya Material :

Produk A Rp. 1.641.750.000

Produk B 1.438.500.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung 218.981.250

Biaya Order Material 9.160.000

Biaya Pengangkutan Material 24.045.000

Biaya Pengaturan 10.018.750

Biaya Supplies 283.387.500

Biaya Setup 57.250.000

Biaya Operasi Mesin 236.156.250

Biaya Inspeksi 3.435.000

Biaya Kemas 57.250.000

Biaya Distribusi 10.305.000

Biaya Depresiasi 50.400.000

Biaya Asuransi 1.250.000

Total Rp. 4.041.888.750

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Anggaran fleksibel aktivitas berbeda dengan anggaran yang dibuat oleh perusahaan pada awal tahun produksi perusahaan, dimana anggaran fleksibel aktivitas menggunakan output aktual dalam penyusunan anggaran dan menggunakan metode ABC dalam mengalokasikan biaya overheadnya, sedangkan anggaran awal yang dibuat perusahaan menggunakan target awal unit yang ingin diproduksi oleh perusahaan dan alokasi biaya overhead dengan metode tradisional, yaitu menggunakan satu driver saja untuk membagi biaya overhead.

Anggaran fleksibel aktivitas menjadi efektif diterapkan oleh perusahaan apabila jumlah biaya overhead yang menggunakan driver selain unit output memiliki jumlah yang signifikan terhadap keseluruhan total biaya overhead. Oleh karena itu maka perlu dilakukan test, dengan cara

(21)

membandingkan jumlah biaya overhead yang tidak menggunakan unit output sebagai dasar pembebanannya dengan total biaya overhead . Total biaya overhead yang tidak menggunakan unit sebagai dasar pembebanannya adalah sebesar Rp. 697.175.000. Sedangkan total biaya overhead adalah Rp.

754.675.000. Maka dilakukan perbandingan antara biaya overhead tanpa unit output dengan total biaya overhead.

Rp. 697.175.000

________________ X 100 % = 92.38 % Rp. 754.675.000

Jumlah signifikan 92,38 % membuktikan bahwa perusahaan akan lebih efektif menggunakan anggaran fleksibel dengan metode ABC. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan satu unit driver saja untuk mengalokasikan biaya overhead dapat menyebabkan perusahaan melakukan kesalahan pengalokasian biaya overhead sehingga pada akhirnya akan berakibat pada salah analisa penyimpangan atau analisa kinerja dan berakibat pula pada kendali biaya produksi yang buruk. Metode ABC menggunakan berbagai driver pembebanan yang berbeda untuk tiap biaya overhead sehingga memungkinkan tingkat keakuratan dalam mengalokasikan biaya overhead , demikian pula untuk tujuan kendali maka dengan metode ABC aka n lebih baik.

Anggaran fleksibel aktivitas memiliki fungsi sebagai alat pengendalian dari biaya produksi dengan cara menganalisa varian (selisih) yang timbul antara anggaran fleksibel aktivitas dengan realisasi dari biaya produksi perusahaan. Dari hasil va rian tersebut dapat diambil keputusan mengenai varian biaya yang muncul, baik yang favourable maupun yang unfavourable dalam rangka untuk kendali manajemen. Pada tabel 4.16.

dapat dilihat varian yang terjadi secara total adalah Rp. 52.954.750 unfavourable, artinya terdapat biaya produksi aktual lebih besar dari yang dianggarkan.

(22)

Tabel 4.16. Perbandingan Anggaran Fleksibel Aktivitas dengan Realisasi Biaya Produksi

Jenis Biaya Realisasi Anggaran Varian

F/

UF

Biaya Material :

Produk A Rp. 1.662.225.000 Rp. 1.641.750.000 Rp. 20.475.000 UF Produk B 1.468.575.000 1.438.500.000 30.075.000 UF Biaya Tenaga Kerja

Langsung 220.141.500 218.981.250 1.160.250 UF

Biaya Order

Material 9.600.000 9.160.000 440.000 UF

Biaya Pengangkutan

Material 22.530.000 24.045.000 1.515.000 F

Biaya Pengaturan 10.995.600 10.018.750 976.850 UF Biaya Supplies 284.735.000 283.387.500 1.347.500 UF

Biaya Setup 51.750.500 57.250.000 5.499.500 F

Biaya Operasi Mesin 239.250.000 236.156.250 3.093.750 UF

Biaya Inspeksi 4.628.000 3.435.000 1.193.000 UF

Biaya Kemas 60.112.500 57.250.000 2.862.500 UF

Biaya Distribusi 8.650.400 10.305.000 1.654.600 F

Biaya Depresiasi 50.400.000 50.400.000 0

Biaya Asuransi 1.250.000 1.250.000 0

Total Rp. 4.094.843.500 Rp. 4.041.888.750 Rp. 52.954.750 UF (Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Anggaran fleksibel aktivitas dalam gunanya sebagai alat kendali adalah dengan memampukan melakukan analisa varian yang timbul dari biaya-biaya produksi yang timbul dengan lebih baik, karena telah menggunakan metode ABC dalam mengalokasikan biaya overheadnya, sehingga keakuratan dari varian biaya overhead menjadi lebih baik daripada metode tradisional yang hanya menggunakan satu unit driver saja untuk dasar pembebanannya.

Dengan menganalisa varian biaya poduksi untuk tiap-tiap biaya produksi maka dapat ditelusuri mengapa varian atas satu biaya tersebut terjadi, guna mengetahui penyebab untuk kemudian dilakukan antisipasi kendali ataupun peningkatan prestasi.

(23)

Total varian yang terjadi antara anggaran dan realisasi bia ya produksi adalah Rp. 52.954.750 dimana varian tersebut terdiri dari varian biaya untuk material produk A Rp. 20.475.000 unfavourable , produk B Rp.

30.075.000 unfavourable, biaya tenaga kerja langsung Rp. 1.160.250 unfavourable, biaya order material Rp. 440.000 unfavo urable, biaya pengangkutan material Rp. 1.515.000 favourable, biaya pengaturan Rp.

976.850 unfavourable, biaya supplies sebesar Rp. 1.347.500 unfavourable, biaya setup Rp. 5.499.500 favourable, biaya operasi mesin Rp. 3.093.750 unfavourable, biaya inspeksi Rp. 1.193.000 unfavourable, biaya kemas Rp.

2.862.500 unfavourable, dan biaya distribusi Rp. 1.654.600 favourable.

Dari tiap varian biaya ini dapat dipecah lagi menjadi varian harga (Price Varia nce) dan varian efisiensi (Efficiency Variance), untuk itu maka perlu diketahui level aktivitas aktual yang terjadi selama proses produksi.

Pada tabel 4.17 dapat dilihat level aktivitas aktual yang terjadi pada produksi tahun 2003.

Tabel 4.17. Aktivitas Aktual

Produk

A B Total

Unit Output 2.995 2.745 5.740

JKTL 13.505 12.394 25.899

JKM 2.240 2.112 4.352

Jam Pengaturan 740 670 1.410

Jumlah Order 58 55 113

Jumlah Setup 123 114 237

Jumlah Inspeksi 305 280 585

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Varian harga adalah varian yang terjadi karena adanya perbedaan antara harga input aktual dengan tarif standar input dikalikan dengan kuantitas input aktual. Varian efisiensi adalah varian yang terjadi karena adanya perbedaan antara kuantiatas input aktual dengan kuantitas input yang dianggarkan untuk level output aktual dikalikan dengan tarif standar input.

(24)

Maka untuk mencari varian-varian tersebut, perlu diketahui nilai kuantitas input aktual dikalikan dengan tarif standar input, yaitu dengan mengalikan kuantitas input aktual dengan tarif sta ndar input. Tabel 4.18, 4.19, dan 4.20 adalah tabel kuantitas input aktual dikalikan dengan tarif standar input untuk biaya langsung dan biaya overhead.

(25)

Tabel 4.18. Kuantitas Input Aktual Dikalikan Tarif Standar Input Untuk Biaya Langsung Driver: Unit Output

Level Activity

Formula Produk A Produk B

Direct Cost Fixed Variabel 2.995 2.745 Total

Material : Rp. 550.000 Rp. 1.647.250.000 Rp. 1.647.250.000

Produk A 525.000 Rp. 1.441.125.000 1.441.125.000

Produk B

Driver: Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)

Fixed Variabel 13.505 12.394

Biaya Tenaga Kerja Rp. 8.500 Rp. 114.792.500 Rp. 105.349.000 220.141.500

Total Rp. 3.308.516.500

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(26)

Tabel 4.19. Kuantit as Input Aktual Dikalikan Tarif Standar Input Untuk Cost Pool 1 Driver: Unit Output

Level Activity

Formula Produk A Produk B

Cost Pool 1 Fixed Variabel 2.995 2.745 Total

Biaya Kemas Rp. 10.000 Rp. 29.950.000 Rp. 27.450.000 Rp. 57.400.000

Driver: Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)

Fixed Variabel 13.505 12.394

Biaya Supplies Rp. 11.000 Rp. 148.555.000 Rp. 136.334.000 284.889.000

Driver: Jam Kerja Mesin (JKM)

Fixed Variabel 2.240 2.112

Biaya Operasi Mesin Rp. 55.000 Rp. 123.200.000 Rp116.160.000 239.360.000

Driver: Jam Pengaturan

Fixed Variabel 740 670

Biaya Pengaturan Rp. 7.000 Rp. 5.180.000 Rp.4.690.000 9.870.000

Total Rp. 591.519.000

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(27)

Tabel 4.20. Kuantitas Input Aktual Dikalikan Tarif Standar Input Untuk Cost Pool 2 Driver: Jumlah Order

Level Activity

Formula Produk A Produk B

Cost Pool 2 Fixed Variabel 58 55 Total

Biaya Order Material Rp. 80.000 Rp. 4.640.000 Rp. 4.400.000 Rp. 9.040.000

Biaya Pengangkutan

Material 210.000

12.180.000 11.550.000

23.730.000

Driver: Jumlah Setup

Fixed Variabel 123 114

Biaya Setup Rp. 250.000.0 Rp. 30.750.000 Rp. 28.500.000 59.250.000

Driver: Jumlah Inspeksi

Fixed Variabel 305 280

Biaya Inspeksi Rp. 6.000 Rp. 1.830.000 Rp. 1.680.000 3.510.000

Biaya Distribusi 18.000 5.490.000 5.040.000 10.530.000

Total Rp. 106.060.000

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(28)

Tabel 4.21. Kuantitas Input Aktual Dikalikan Tarif Standar Input Jenis Biaya Aktual Input X Tarif Standar

Biaya Material :

Produk A Rp. 1.647.250.000

Produk B 1.441.125.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung 220.141.500

Biaya Order Material 9.040.000

Biaya Pengangkutan Material 23.730.000

Biaya Pengaturan 9.870.000

Biaya Supplies 284.889.000

Biaya Setup 59.250.000

Biaya Operasi Mesin 239.360.000

Biaya Inspeksi 3.510.000

Biaya Kemas 57.400.000

Biaya Distribusi 10.530.000

Biaya Depresiasi 50.400.000

Biaya Asuransi 1.250.000

Total Rp. 4.057.745.500

(Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

Tabel 4.22 menunjukkan varian harga dan varian efisiensi. Varian harga diperoleh dengan mengurangi realisasi biaya atau biaya produksi aktual dengan kuantitas input aktual dikalikan tarif standar input. Varian efisiensi diperoleh dengan mengurangkan kuantitas input aktual dikalikan tarif standar input dengan anggaran fleksibel aktifitas.

(29)

Tabel 4.22. Varian Harga Dan Efisiensi

Jenis Biaya Aktual Varian Varian

Anggaran Fleksibel

Biaya Material :

(Aktual Input X

Tarif Aktual) Harga

Aktual Input X Tarif Standar

Efisiensi

(Standar Input X Tarif Standar) Produk A Rp. 1.662.225.000 Rp. 14.975.000 UF Rp. 1.647.250.000 Rp. 5.500.000 UF Rp. 1.641.750.000

Produk B 1.468.575.000 27.450.000 UF 1.441.125.000 2.625.000 UF 1.438.500.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung 220.141.500 0 220.141.500 1.160.250 UF 218.981.250

Biaya Order Material 9.600.000 560.000 UF 9.040.000 120.000 F 9.160.000

Biaya Pengangkutan Material 22.530.000 1.200.000 F 23.730.000 315.000 F 24.045.000

Biaya Pengaturan 10.995.600 1.125.600 UF 9.870.000 148.750 F 10.018.750

Biaya Supplies 284.735.000 154.000 F 284.889.000 1.501.500 UF 283.387.500

Biaya Setup 51.750.500 7.499.500 F 59.250.000 2.000.000 UF 57.250.000

Biaya Operasi Mesin 239.250.000 110.000 F 239.360.000 3.203.750 UF 236.156.250

Biaya Inspeksi 4.628.000 1.118.000 UF 3.510.000 75.000 UF 3.435.000

Biaya Kemas 60.112.500 2.712.500 UF 57.400.000 150.000 UF 57.250.000

Biaya Distribusi 8.650.400 1.879.600 F 10.530.000 225.000 UF 10.305.000

Biaya Depresiasi 50.400.000 0 50.400.000 0 50.400.000

Biaya Asuransi 1.250.000 0 1.250.000 0 1.250.000

Total Rp. 4.094.843.500 Rp. 37.098.000 UF Rp. 4.057.745.500 Rp. 15.856.750 UF Rp. 4.041.888.750 (Sumber: Hasil Olahan Peneliti)

(30)

Varian harga untuk biaya material produk A dan produk B disebabkan adanya kenaikkan harga material dengan total Rp. 5.000/unit produk dan Rp. 10.000/unit produk B. Sedangkan varian efisiensi total material A dan B sebesar Rp. 8.125.000 unfavourable dapat disebabkan oleh karena:

1. ada pembelian material cacat / tidak dapat dipakai dalam produksi, 2. terjadi kesalahan dalam proses produksi sehingga material rusak dan

harus diganti dengan yang baru.

Varian efisiensi biaya tenaga kerja langsung Rp. 1.160.250 unfavourable menunjukkan bahwa terjadi biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar daripada yang dianggarkan, hal ini dapat disebabkan karena:

1. pekerja tidak bekerja pada jam kerja,

2. adanya penganggaran standar jam kerja untuk memproduksi 1 unit produk yang tidak dapat dicapai pekerja.

Varian harga dalam biaya order material sebesar Rp 560.000 unfavourable, dapat disebabkan karena:

1. adanya pemborosan dalam pemakaian alat administratif,

2. pembelian alat administratif yang lebih tinggi dari standar yang ditetapkan.

Varian efisiensi sebesar Rp 120.000 favourable disebabkan karena adanya order barang dalam kuantitas batch yang lebih besar sehingga jumlah pengajuan order dapat berkurang.

Varian harga Rp. 1.200.000 favourable pada biaya pengangkutan material dapat disebabkan karena adanya:

1. biaya pengangkutan yang lebih murah, 2. pemakaian alat angkut perusahaan sendiri,

3. jarak pengangkutan yang lebih dekat dengan gudang karena adanya pemindahan letak gudang,

4. pengaturan gudang yang baik sehingga memudahkan transfer barang.

Sedangkan varian efisiensi sebesar Rp. 315.000 favourable terjadi karena jumlah pengangkutan yang lebih sedikit dari sebelumnya.

(31)

Selanjutnya varian harga biaya pengaturan sebesar Rp. 1.125.600 unfavourable disebabkan karena biaya tenaga kerja untuk pemindahan material yang terlalu tinggi. Sedangkan varian efisie nsi 148.750 favourable dapat disebabkan karena:

1. pekerja bekerja lebih cepat,

2. standar jam pengaturan yang terlalu besar sehingga terjadi kesalahan penganggaran pada jam pengaturan.

Varian harga biaya supplies sebesar Rp. 154.000 favourable dapat menunjukkan beberapa hal:

1. pembelian supplies dalam jumlah besar sehingga dapat diskon, 2. pembelian supplies dengan kualitas lebih rendah.

Sedangkan varian efisiensi Rp. 1.501.500 unfavourable dapat disebsbkan oleh karena:

1. adanya pemborosan pemakaian supplies oleh pekerja, 2. adanya kecurangan dalam pemakaian supplies oleh pekerja.

Biaya setup dengan varian harga Rp. 7.499.500 favourable dapat disebabkan karena:

1. ongkos tenaga ahli yang lebih rendah,

2. penggunaan tenaga kerja dari pabrik untuk melakukan setup.

Varian efisiens i Rp. 2.000.000 unfavourable dapat disebabkan karena:

1. tidak maksimal penetapan batch produksi, 2. pengulangan setup karena kesalahan pengetesan.

Varian harga biaya operasi mesin dengan varian sebesar Rp.

110.000 favourable dapat disebabkan karena standar bia ya operasi mesin yang terlalu tinggi, dan varian efisiensi sebesar Rp. 3.203.750 unfavourable biaya operasi mesin dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. mesin sering mengalami kerusakkan, 2. penggunaan mesin yang tidak maksimal,

3. tenaga kerja yang menjalankan mesin tidak kompeten,

Varian harga biaya inspeksi unfavourable dapat terjadi oleh karena beberapa hal berikut ini:

1. upah petugas inspeksi yang terlalu besar,

(32)

2. jumlah petugas inspeksi yang terlalu banyak.

Biaya kemas dalam produksi terjadi varian harga Rp. 2.712.500 unfavourable, hal ini dapat disebabkan karena:

1. kenaikkan harga dos pembungkus,

2. terjadi manipulais harga oleh bagian pembelian.

Sedangkan varian efisiensi Rp. 150.000 unfavourable dapat disebabkan oleh:

1. pemborosan dalam proses pengemasan, 2. adanya pencurian alat kemas oleh pekerja.

Dan biaya distribusi dengan varian harga Rp. 1.879.600 favourable dapat terjadi oleh karena beberapa hal berikut, antara lain:

1. standar biaya pengangkutan barang yang tidak sesuai dengan biaya angkut sesungguhnya,

2. Biaya angkut yang lebih rendah dari yang distandarkan.

Varian efisiensi 225.000 unfavourable dapat disebabkan karena sistem pengangkutan yang tidak efisien.

Dengan berbagai kemungkinan penyebab varian tersebut, perusahaan kemudian dapat mengambil langkah-langka h guna mengantisipasi terjadinya varian-varian tersebut dikemudian hari. Dalam melakukan tindakan antisipasi, perusahaan juga harus menentukan batasan baik berupa angka maupun prosentase untuk toleransi atas penyimpangan varian biaya yang terjadi, agar manajemen dapat memiliki prioritas atas kendali biaya produksi tersebut. Prioritas dimaksudkan agar manajemen lebih mengutamakan varian besar yang berdampak serius terhadap biaya produksi secara keseluruhan.

Selain itu anggaran fleksibel dengan metode ABC dapat pula dijadikan alat penilai kinerja bagian produksi. Dengan menganalisa varian biaya tersebut maka, akan dapat dengan segera diketahui pihak-pihak yang bertanggung jawab atas biaya tersebut dan diambil penilaian kinerja atas hasil kerjanya berdasar pada varian biaya yang timbul.

Anggaran fleksibel dengan metode ABC memampukan pihak manajemen untuk mengetahui secara langsung letak dari penyimpangan

(33)

terjadi khususnya untuk biaya overhead , hal tidak dimungkinkan dengan menggunakan anggaran fleksibel tradisional.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pembelian CP (dalam bentuk hardcopy ) yang telah diperiksa KSEI harus diserahkan oleh Arranger atau Agen Penjualan kepada KSEI dengan menggunakan surat pengantar

[r]

Bagi pelamar yang berusia Iebih dan 35 (tiga puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 tahun yang bekerja pada pelayanan

Metode ekstraksi rule pada tahap awal diusulkan pada penelitian ini untuk mereduksi rule yang berjumlah besar.Dengan batasan nilai support terhadap sejumlah rule yang

Secara normatif, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah Pejabat Umum yang diberi wewenang untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas

Terdapat sebuah kecenderungan dalam pencapaian IPM, jika nilai IPM semakin mendekati nilai maksimumnya (100 persen), maka pertumbuhannya akan semakin

Teman-teman Pengurus Ikatan Mahasiswa Fisika ( IMF ) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. Teman

Molasis yang ditambahkan sebanyak 2% menjadikan isolat B3 dapat hidup selama 48 jam inkubasi, jumlah populasi bertambah pada jam ke-48 yaitu 9,32 Log sel/ml.. Pada penambahan molasis