• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK-PRODUK EKSPOR INDONESIA OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK-PRODUK EKSPOR INDONESIA OLEH"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK-PRODUK EKSPOR INDONESIA

OLEH

RIFANA ISWARI 130501070

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK-PRODUK EKSPOR INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga, produksi dan nilai tukar terhadap produk-produk ekspor Indonesia dan daya saing produk- produk ekspor unggulan Indonesia yang terdiri dari alas kaki, kakao, kopi, karet dan produk karet, minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil (TPT), dan udang.

Penelitian ini menggunakan 7 produk ekspor ungulan Indonesia dari Badan Pusat Statistik Indonesia periode 2006-2015. Berdasarkan uji Hausman dinyatakan model Random Effect merupakan model terbaik dalam pengujian model persamaan regresi data panel. Dan dengan menggunakan metode analisis RCA untuk menghitung daya saing produk-produk ekspor Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hargaberpengaruh negatif signifikan terhadap produk-produk ekspor Indonesia, produksiberpengaruh positif tidak signifikan terhadap produk-produk ekspor Indonesia, dan nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap produk-produk ekspor Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan. Komoditi tekstil dan produk tekstil merupakan penyumbang kontribusi terbesar dengan nilai total ekspor pada tahun 2006-2015. Dari perhitungan RCA menunjukkan bahwa industri alas kaki, kakao, kopi, karet, tekstil dan udang memiliki daya saing diatas rata-rata dunia.

Kata Kunci : Ekspor, Daya Saing, Harga, Produksi dan Nilai Tukar.

(6)

ABSTRACT

COMPETITIVENESS ANALYSIS AND FACTORS THAT AFFECTING EXPORT PRODUCTS OF INDONESIA

This study examines the impact of price, production and exchange rate on Indonesian export products and the competitiveness of Indonesia's superior export products consisting of footwear, cocoa, coffee, rubber and rubber products, palm oil, textiles and textile products (TPT), and shrimp.

This study used 7 Indonesian export products from Indonesian Central Bureau of Statistics for 2006-2015 period. Based on Hausman test revealed Random Effect model is a best model in testing regression mode. And by using RCA analysis method to calculate the competitiveness of Indonesian export products.

The result of this research concluded that price has a significant negative effect on Indonesian export products, the production has a significant positive effect on Indonesian export products, and the exchange rate has a significant negative effect on Indonesian export products. The research also shows that Indonesia's commodity from several commodities has experienced significant growth. Textile and textile product commodities are the largest contributors to the total export value in 2006-2015. The RCA formulation of footwear, cocoa, coffee, rubber and rubber products, palm oil, textiles and textile products (TPT), and shrimp in 2006-2015 commodity exports had excellent competitiveness throughout international world

Keywords:Export, Competitiveness, Price, Production and Exchange Rate

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk-Produk Ekspor Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Strata Satu (S1) Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua Orangtua penulis, Bapak Zefry dan Alm. Ibu Nurhafni yang telah memberikan semangat dan doa dalam pengerjaan skripsi ini.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

• Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

• Ibu Dr.Murni Daulay, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

• Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

(8)

• Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE, M.Si, selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Seluruh Dosen dan staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

• Seluruh pegawai dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Ekonomi Pembangunan.

• Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis Muhammad Khaufar, Dinda, Sartika, Karin dan Maya atas semangat, keceriaan, dan dukungan tiada hentinya untuk penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, November

2017

Penulis,

Rifana Iswari NIM. 130501070

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Ekspor ... 10

2.1.1 Pengertian Ekspor ... 10

2.2 Pengertian Daya Saing ... 11

2.2.1 Daya Saing Ekspor ... 13

2.2.2 Konsep Daya Saing ... 14

2.3 Perdagangan Internasional ... 16

2.4 Teori Keunggulan Komperatif ... 18

2.5 Perkembangan Ekspor Indonesia ... 20

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Produk ... 23

2.6.1 Harga ... 23

2.6.2 Produksi ... 23

2.6.3 Nilai Tukar ... 24

2.7 Penelitian Terdahulu ... 25

2.8 Kerangka Konseptual ... 31

2.9 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Batasan Operasional ... 33

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.6 Teknik Analisis ... 35

(10)

3.6.1 Input Data dan Analisis Deskriptif ... 35

3.6.2 Analisis Regresi Data Panel ... 35

3.6.2.1 Penentuan Model Data Panel ... 36

3.6.3 Uji Kelayakan Model Regresi Data Panel ... 38

3.6.3.1 Uji Parsial (t-Test) ... 38

3.6.3.2 Uji Statistik F ... 39

3.6.3.3 Koefisien Determinasi ... 40

3.7 Metode Analisis RCA ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 42

4.2 Analisis Deskriptif ... 42

4.3 Hasil Uji Hausman... 44

4.4 Hasil Estimasi Regresi Data Panel ... 45

4.5 Pengujian Hipotesis ... 46

4.5.1 Uji Parsial (t-Test) ... 47

4.5.2 Uji Statistik F ... 49

4.5.3 Koefisien Determinasi ... 50

4.6Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) ... 50

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Perkembangan Ekspor Indonesia ... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ... 28

4.1 Statistik Deskriptif ... 43

4.2 Hasil Uji Hausman ... 44

4.3 Koefisien Variabel... 45

4.4 Hasil Uji t ... 47

4.5 Hasil Uji Hipotesis Simultan ... 49

4.6 Koefisien Determinasi ... 50

4.7 Tingkat Daya Saing Produk-Produk Ekspor Indonesia ... 52

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 31

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1. Data Penelitian

2. Hasil Uji Statistik Deskriptif

3. Hasil Olahan Data Eviews, Hasil Uji Hausman

4. Hasil Regresi Data Panel dengan Random Effect Model 5. Hasil Random Effect Model

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini mengakibatkan arus perdagangan antara Indonesia dan negara lainnya semakin meningkat. Dasar suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain dikarenakan tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi di dalam negeri. Masing-masing negara akan memproduksi jenis produk yang berbeda karena adanya perbedaan kondisi iklim, potensi lahan dan budaya satu sama lain. Namun, tidak semua produk diperdagangkan karena daya saing yang rendah atau bahkan tidak memiliki daya saing.

Kemajuan perekonomian suatu negara di pasar internasional dapat diukurdari keberhasilannya meningkatkan daya saingnya secara terus menerus. Daya saing suatu negara akan meningkat seiring dengan

peningkatan ekspor dari negara tersebut. Semakin terbukanya perdagangan dunia menuju bebas hambatan menyebabkan ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan ekonomi dan globalisasi membuat suatu negara saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan dan memasarkan produk unggulan negaranya. Keberhasilan dalam meningkatkan ekspor juga mencerminkan peningkatan daya saing

(15)

2

positif dalam kewirausahaan suatu negara. Berdasarkan dari hal ini,

peningkatan ekspor bukan lagi sekedar pilihan melainkan merupakan suatu keharusan.

Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan dimana Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan bebas tersebut. Berdasarkan kebijakan Permenkeu No.

19/PMK.011/2009 yang efektif diberlakukan sejak 1 Juni 2009,

penghapusan tarif impor masuk dari lima persen harus dikurangi hingga menjadi nol persen (Feryanto, 2010). Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan berbagai produk dapat memasuki pasar Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia. Namun di sisi lain, hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para produsen karena

ketidakmampuan bersaing. Kondisi ini mengharuskan Indonesia meningkatkan keunggulan dari masing-masing potensi komoditi yang dimiliki agar Indonesia dapat menikmati manfaat dari perdagangan internasional yang dilakukan.

Memasarkan produk di luar negeri berbeda dengan

memasarkannya di dalam negeri, pasar luar negeri yang sangat kompetitif sehingga hanya pengusaha yang mempunyai daya saing yang tinggi yang akan menang dalam persaingan dan berhasil mendapatkan pangsa pasar.

Dalam usaha untuk menciptakan daya saing maka perbaikan mutu produk

(16)

ekspor perlu ditingkatkan, sehingga dapat menghindari adanya penolakan dari negara tujuan ekspor.

Era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini mendorong persaingan semakin ketat. Berbagai negara terus berupaya meningkatkan daya saing produknya agar produk-produknya lebih efisien dan laku di pasaran. Untuk meningkatkan daya saing antara lain ditempuh beberapa langkah baik peningkatan efisiensi, menekan biaya produksi, perbaikan iklim usaha, perbaikan infrastruktur serta mengurangi berbagai bentuk pungutan.

Dampak era globalisasi saat ini terasa cukup besar, karena dengan adanya globalisasi memberikan kesempatan suatu negara untuk dapat membuka diri dengan negara lain dan juga memberikan peluang bagi negara lain untuk memanfaatkan potensi pasar di negara tujuan ekspornya.

Seiring dengan perkembangan ekspor dunia yang meningkat, ekspor Indonesia juga mengalami peningkatan yang cukup pesat, dimana ekspor produk manufaktur merupakan penyumbang terbesar dalam ekspor non- migas Indonesia, sebesar 84,95%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor tahun 2016 sebesar 10,803,292.9 miliar USD.

Indonesia memiliki produk ekspor unggulan dengan perkembangan dan perubahan baik dari volume ekspor maupun nilai ekspor setiap

tahunnya. Adanya peningkatan maupun penurunan ekspor di Indonesia disebabkan adanya daya saing terhadap produk tersebut. Dengan adanya daya saing ini peran aparatur pemerintah dan pelaku ekspor Indonesia

(17)

4

dituntut untuk menjaga agar produk ekspor tetap memiliki kemampuan dalam berdaya saing di pasar internasional.

Berdasarkan data dari kementrian perdagangan Indonesia terdapat 10 produk ekspor unggulan Indonesia diantaranya adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, karet dan produk karet, kakao, minyak kelapa sawit, produk hasil hutan, alas kaki, komponen kendaraan bermotor, udang dan kopi.

Tekstil dan produk tekstil (TPT) memiliki pasar utama ekspor yang masih prospektif seperti Amerika, Eropa, Timur Tengah, dan Asean.

Sedangkan komoditi alas kaki seperti sepatu ditargetkan meningkatkan di atas 20 persen karena adanya relokasi 2 pabrik di purwakarta dan

tangerang serta turnover Indonesia lebih rendah dibandingkan China.

Untuk sektor otomotif ditargetkan meningkat 10 persen karena industri otomotif terus tumbuh. Kertas juga ditargetkan terus tumbuh karna adanya pencabutan tarif bea masuk anti dumping di Korea Selatan, Indonesia menguasai 20-25 persen di pangsa pasar Korea Selatan. Sedangkan biji kakao meningkat 22 persen dan kakao olahan meningkat 61 persen.

Meningkatnya target ekspor kakao olahan disebabkan oleh meningkatnya kapasitas produksi kakao olahan dari 180 ton meningkat hingga 280 ton, dan diharapkan pada setiap komoditi unggulan di Indonesia memiliki daya saing yang kuat di era perdagangan luar negeri, sehingga dapat

meningkatkan pendapatan negara dan dapat bersaing keras di kancah pasar Internasional.

(18)

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor Indonesia februari 2017 sebesar US$ 12,57 miliar atau naik 11,16 periode yang sama di 2016 sebesar US$ 11,31 miliar. Namun dibanding Januari 2017, ekspor Februari turun 6,17 persen.Namun secara bulanan, ekspor migas turun 5,78 persen, sementara volumenya turun 14,78 persen. Menurut Kepala BPS

Suhariyanto, hal itu karena adanya pengaruh kenaikan harga minyak mentah (Tempo/fajar Pebrianto).

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada Januari-Maret 2016 mencapai US$ 33,59 miliar atau turun 14 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$

30,14 miliar atau turun 9,64 persen. Adapun, peningkatan terbesar ekspor migas Maret 2016 terhadap Februari 2016 terjadi pada bahan bakar minyak US$ 105,9 juta sebesar 10,1 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada perhiasan atau permata sebesar US$ 228,1 juta, berkontribusi 23,28 persen. Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat pada Maret 2016 mencapai angka terbesar yaitu US$ 1,25 miliar, disusul Jepang US$ 1,07 miliar, dan Tiongkok US$ 1,01 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 31,50 persen. Sementara, ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,15 miliar. Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Maret 2016 turun 6,7 persen dibanding periode yang sama tahun 2015, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 23,86 persen, demikian juga ekspor hasil pertanian turun 17,44 persen. Menurut

(19)

6

berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 6,07 miliar (18,08 persen), diikuti Jawa Timur US$ 4,87 miliar (14,49 persen) dan Kalimantan Timur US$ 3,35 miliar (9,97 persen) (viva.co.id).

Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Harga Komoditi Ekspor Indonesia (IHKEI) pada Desember 2016 mencapai 10%, angka ini lebih besar dibandingkan prediksi sebelumnya sebesar 7%.”Jadi artinya, itu konsisten dengan kondisi kuartal IV-2016. Ini akan membawa harga yang lebih baik, membantu ekspor Indonesia dan kita harapkan ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi kita, “tutur Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo”. Hal ini pun disambut baik oleh BI. Pasalnya, capaian ini juga akan membantu kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Pertumbuhan kredit pun diprediksi akan semakin besar.“Indonesia sebenarnya ekonominya baik, semuanya baik, dan kita sedang

memberikan perhatian kenapa pertumbuhan kredit agak pelan di 2016.

Dengan ini, kita harapkan pertumbuhan kredit kita bisa mencapai 10- 12%”, tuturnya. Diharapkan, Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI) tahun ini dapat lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya.Utamanya adalah dengan adanya proteksi ekonomi global yang tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Mungkin ada tren lebih baik, karena kita lihat bahwa negara seperti Tiongkok dan India permintaannya meningkat (okezone.com).

Tren pertumbuhan ekspor selama 2016 ini tentu menggembirakan,

menimbulkan optimisme perekonomian Indonesia akan semakin membaik.

(20)

Namun, jika dilihat dalam beberapa tahun ke belakang, kinerja ekspor Indonesia sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Sebab, kinerja ekspor Indonesia dalam lima tahun terakhir terus merosot. Pelemahan ekonomi global dituding menjadi penyebab utama terpuruknya ekspor Indonesia.

Negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia secara tradisional seperti China, Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tengah mengalami perlambatan ekonomi. Akibatnya permintaan barang dari Indonesia menjadi menurun. Namun, jika alasannya pelemahan ekonomi global, ekspor negara-negara yang setara dengan Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor secara konstan selama periode 2011-2015.

Namun, ekspor Filipina terus naik hingga 2014, sebelum akhirnya turun di tahun 2015. Begitu pula Thailand yang nilai ekspornya relatif stabil hingga 2014 sebelum akhirnya jatuh juga pada 2015. Malaysia juga mengalami pola serupa, tetapi singapura ekspornya naik pada 2015. Jadi umumnya, ekspor negara-negara tetangga, baru melemah pada 2015 ketika

perekonomian global benar-benar terpuruk. Namun anehnya, tren

merosotnya ekspor telah terjadi sejak 2011 dan makin terpuruk pada tahun 2015. Kondisi tersebut menandakan ada masalah yang serius dalam daya saing ekspor Indonesia (kompas.com).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

8

1. Bagaimana pengaruh harga terhadap produk-produk ekspor Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh produksi terhadap produk-produk ekspor Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap produk-produk ekspor Indonesia ?

4. Bagaimana Pengaruh RCA terhadap daya saing produk-produk ekspor Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap produk-produk ekspor

Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh produksi terhadap produk-produk ekspor Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadapproduk-produk ekspor Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh RCA terhadap daya saing produk- produk ekspor Indoesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak, diantaranya :

(22)

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai daya saing produk-produk ekspor Indonesia.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan tambahan pustaka mengenai daya saing produk-produk Indonesia. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti-peneliti lain mengenai daya saing produk- produk Indonesia selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah

Penelitian ini sebagai rekomendasi agar Indonesia mampu meningkatkan produk-produknya sehingga daya saing di pasar dunia pun semakin meningkat.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekspor

2.1.1 Pengertian Ekspor

Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah kepabeanan sendiri didefinisikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat- tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Menurut Michael P. Todaro (2008:620), ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna

menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor

mencerminkan aktivitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional,

sehingga suatu negara yang sedang berkembang memiliki kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju.

(24)

Dapat dikatakan juga bahwa ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial maupun bukan komersial (barang hibah, sumbangan, hadiah), serta barang yang akan diolah di luar negeri dan hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut (versi BPS).

Adapun yang tidak termasuk kategori ekspor antara lain pakaian, barang pribadi dan perhiasan milik penumpang yang bepergian ke luar negeri, barang-barang yang dikirim untuk perwakilan suatu negara di luar negeri, barang-barang untuk ekspedisi/pameran, peti kemas untuk diisi kembali, uang dan surat-surat berharga serta barang-barang untuk contoh (sample).

2.2 Pengertian Daya Saing

Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan tidak unggul berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan organisasi lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau sejenis.

Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu bersaing.

(25)

12

Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan perusahaan.

Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu sisi kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis dan bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi pasarnya, sehingga persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi. Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-perusahaan yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk-produk yang

berkualitas, sehingga persaingan merupakan ancaman bagi perusahaannya.

Pengertian daya saing mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memasarkan produk yang dihasilkan negara itu relatif terhadap kemampuan negara lain (Silalahi dalam Bappenas, 2007). Daya saing dapat juga dikatakan sebagai kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati oleh banyak konsumen

(Tatakomara, 2004). Definisi daya saing adalah tingkat produktivitas yang diartikan sebagai output yang dihasilkan oleh suatu tenaga kerja (Michael Porter : 1990). Sedangkan pengertian daya saing adalah keunggulan pembeda dari yang lain yang terdiri dari comparative advantage (faktor keunggulan komparatif) dan competitive advantage (faktor keunggulan kompetitif) (Tambunan: 2001).

(26)

2.2.1 Daya Saing Ekspor

Daya saing ekspor adalah kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu.

Daya saing ekspor suatu komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi tersebut pada kondisi pasar yang tetap.

Daya saing merupakan sesuatu hal yang penting bagi suatu negara untuk mengukur sejauh mana negara tersebut dapat bersaing dengan negara lain dalam segi makro ekonomi. Dalam pasar yang semakin mengglobal, keberhasilan pelaku usaha suatu negara sangat ditentukan oleh daya saing.

Daya saing global pada dasarnya berhubungan dengan biaya produksi sehingga yang memenangkan kompetisi adalah negara yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah atau berkualitas baik.

Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan internasional, pada dasarnya amat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan atau diciptakan (Tambunan, 2001). Selain dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam kerangka

(27)

14

menghadapi tingkat persaingan global yang semakin lama menjadi sedemikian ketat atau Hyper Competitive.

Analisis Hyper Competitive (persaingan yang super ketat) berasal dari D’Aveni (Hamdy, 2001), dan merupakan analisis yang menunjukkan bahwa pada akhirnya setiap negara akan dipaksa memikirkan atau menemukan suatu strategi yang tepat, agar Negara atau perusahaan tersebut dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global yang sangat sulit. Menurut Hamdy, strategi yang tepat adalah strategi SCA (Sustained Competitive Advantage Strategy) atau strategi yang berintikan upaya perencanaan dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan 5 lingkungan eksternal dan internal demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan disertai keberhasilan dalam

mempertahankan dan meningkatkan sustainable real income secara efektif dan efisien.

2.2.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan dari individu, wilayah maupun suatu barang untuk menjadi lebih unggul dari yang lainnya. Dalam konsep ekonomi wilayah atau ekonomi regional yang dimaksud dengan daya saing adalah kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibanding wilayah lainnya. Pada laporan daya saing global yang dikeluarkan oleh forum ekonomi dunia, daya saing

didefinisikan sebagai sebuah set dari institusi, kebijakan dan faktor yang

(28)

mempengaruhi tingkat produktivitas sebuah negara “The set of 13

institutions, policies, and factors that determine the level of productivity of a country” (Global Competitiveness Report, 2012).

Secara umum definisi dari daya saing akan dipahami secara beragam oleh berbagai pihak. Dalam buku “The Competitive Advantage of Nations”

Porter (1990) berkomentar “There is no accepted definition of

competitiveness. Whichever definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem there is no generally accepted theory to explain it”. Konsep daya saing dari uraian di atas adalah keunggulan suatu wilayah atau barang dibandingkan dengan wilayah atau barang lain.

Daya saing suatu komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis dengan berbagai macam metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Salah satu diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). Demikian juga dapat dilakukan dengan metode

Constant Market Share dan Real Effective Exchange Rate. Disamping itu, laporan tahunan dari World Economic Forum (WEF) mengenai Global Competitiveness Index (GCI) juga dapat sebagai ukuran daya saing suatu negara setiap tahunnya. Global Competitiveness Index(GCI) adalah indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi yang telah teruji secara empiris memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk jangka menengah dan panjang. Secara teoritis juga mempunyai korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor (Tambunan, 2000).

(29)

16

2.3 Perdagangan Internasional

Setiap negara memiliki karakteristik masing-masing yang

membedakannya dengan negara lain baik ditinjau dari segi sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduknya, sumber daya manusianya, dan struktur ekonominya. Perbedaan-perbedaan itu

mengakibatkan terjadinya perbedaan barang yang dihasilkan oleh masing- masing negara. Karena itu timbul negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ada barang yang hanya dapat diproduksi di daerah dan iklim tertentu atau karena negara tersebut memiliki kombinasi faktor-faktor produksi yang lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara tersebut dapat

menghasilkan barang yang lebih bersaing.

Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki atau negara yang terisolasi tanpa adanya hubungan ekonomi dengan negara lain. Hal ini disebabkan karena tidak ada negara yang bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Terjadinya

perdagangan internasional didasari karena adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki oleh tiap wilayah atau negara. Serta kemampuan suatu negara dalam memproduksi suatu barang maupun jasa. Sebagai

ilustrasinya adalah ketika suatu negara ingin memproduksi suatu barang namun biaya produksi suatu barang tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan membeli barang tersebut dari negara lain. Maka, negara

(30)

tersebutakan lebih memilih untuk membelinya dari negara lain.

Perdagangan internasional hanya bisa terjadi apabila perdagangan tersebut menguntungkan masing-masing pihak yang bertransaksi.

Menurut pandangan merkantilisme, perdagangan dilakukan dengan mengekspor sebanyak-banyaknya dan menekan impor sesedikit mungkin adalah satu satunya jalan untuk menjadi negara kaya. Surplus ekspor yang diterima akan dialihkan menjadi stok emas dan logam mulia. Para kaum merkantilisme beranggapan bahwa negara yang kaya adalah negara yang paling banyak memiliki cadangan emas danlogam mulia (Salvatore, 1997).

Berbeda dengan pandangan kaum merkantilis, Adam Smith beranggapan bahwa perdagangan antara dua negara disebabkan karena adanya

keunggulan absolut. Jika sebuah negara lebih efisien dalam memproduksi sebuah komoditi dibanding negara lain namun negara ini kurang efisien jika memproduksi barang lainya dibanding dengan negara lain maka kedua negara ini akan memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan barang yang memiliki kerugian absolut (Salvatore, 1997). Perdagangan Internasional dari uraian diatas adalah perdagangan antara dua negara atau lebih karena tiap-tiap negeri memiliki keragaman sumber daya yang berbeda. Perdagangan internasional terjadi karena tiap- tiap negara bila memproduksi suatu barang maka biaya yang dikeluarkan, akan lebih mahal dibandingkan membeli produk dari negara lain. Masing-

(31)

18

keunggulan absolut atas suatu produk maka perdagangan dilakukan untuk menekan biaya produksi.

2.4 Teori Keunggulan Komperatif

Keunggulan komparatif adalah suatu kemampuan untuk mendapatkan suatu barang yang dapat dihasilkan dengan tingkat biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang-barang lain. Teori keunggulan komparatif dikemukakan oleh J.S. Mill dan David Ricardo dan muncul sebagai usaha perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. Menurut hukum keunggulan komparatif meskipun suatu negara mengalami

kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan (Lindert dan Kindleberger, 1993). Dasar pemikiran David Ricardo adalah perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Ricardo menekankan bahwa keunggulan suatu negara atas negara lain disebabkan oleh

perbedaan efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan

internasional (Tambunan, 2001). Ricardo menyatakan bahwa nilai suatu komoditas ditentukan ditentukan oleh faktor tenaga kerja yang disebut teori nilai berdasar tenaga kerja (Labor theory of value). Kemudian, teori keunggulan komparatif Ricardo disempurnakan oleh teori biaya imbangan

(32)

(opportunity cost theory) yaitu harga relatif komoditas berbeda yang ditentukan oleh perbedaan biaya dimana biaya tersebut menunjukan produksi komoditas alternatif yang harus dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.

Teori keunggulan komparatif David Ricardo dijelaskan lebih lanjut oleh teori cost comparative (labor efficiency) dan teori production comparative (labor productivity). Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien.

Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor

productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif (Hamdy, 2001). Sementara itu, J.S. Mill

berpendapat bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage) (Tambunan, 2001).

(33)

20

Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki

keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi jika memanfaatkan kepemilikan faktor-faktor produksi yang melimpah di negaranya. Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage). Teori ini mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang sama menghasilkan output yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif faktor produksi tiap negara.

2.5 Perkembangan Ekspor Indonesia Tabel 2.1

Perkembangan Ekspor Indonesia (Juta US$)

No. Tahun Ekspor Migas Ekspor Non Migas

1. 1998 7.872,2 38.873,2

2. 1999 9.792,3 38.837,2

3. 2000 14.366,6 47.757,4

4. 2001 12.636,3 56.320,9

5. 2002 12.112,7 57.158,8

6. 2003 13.651,4 61.058,2

7. 2004 15.654,3 71.584,6

8. 2005 19.231,6 79.589,1

9. 2006 21.209,5 100.798,6

10. 2007 22.088,6 114.100,9

(34)

Sumber : Badan

Pusat Statistik

Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan

berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri substitusi ekspor. Selain harga, kualitas dan mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di Negara pengiriman maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional.

Perkembangan ekspor Indonesia sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah

pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspor non migas.

11. 2008 29.126,3 137.020,4

12. 2009 19.018,3 97.491,7

13. 2010 28.039,6 129.739,5

14. 2011 41..477,0 162.019,0

15. 2012 36.977,3 153.043.7

16. 2013 32.633,3 149.918,8

17. 2014 30.331,8 145.960,8

18. 2015 18.551,9 131.730,4

19. 2016 13.105,5 131.384,4

(35)

22

Pada tahun 1998 nilai ekspor non migas telah mencapai 83,88% atau nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%). Sementara pada tahun 1999 peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun menjadi 79,88%

atau nilainya 38.837,2 US$. Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total maupun tanpa migas, yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ untuk total ekspor dan 47.757,4 juta US$

untuk non migas. Namun peningkatan tersebut tidak berlanjut ditahun berikutnya.

Kondisi ekspor Indonesia saat ini, menurut data yang didapat perkembangan Indonesia mulai tahun 2011-2015 tidak mengalami peningkatan malah sebaliknya. Dalam kurun waktu 2011-2015, nilai ekspor Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya dari

203.496,60 juta US$ menjadi 150.250,50 juta US$ pada tahun 2015 yang lalu. Dapat disimpulkan, mulai tahun 2011-2015, penurunan nilai ekspor sebesar 26,16%.

Perkembangan ekspor sangat penting dalam upaya peningkatan pendapatan negara yang berdampak pada perkembangan ekonomi nasional. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dibandingkan pada tahun 2015. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% sedangkan pada tahun 2015 hanya 4,79%. Dilihat dari data perkembangan nilai

(36)

ekspor Indonesia pada tahun 2014, nilai ekspor Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun 2015.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Produk

2.6.1 Harga

Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau

menggunakan produk atau jasa tersebut. Faktor harga berpengaruh pada seorang pembeli untuk mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian kupon berhadiah, dan kebijakan penjualan.

Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi pelangggan yang sensitif biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi (Irawan, 2008:38).

2.6.2 Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya saing guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Menurut Porter (1990) bahwa produksi adalah faktor

(37)

24

kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan produksi terhadap suatu barang dan jasa. Faktor-faktor produksi yaitu, alam (natural resources), tenaga kerja (labor) dan modal (capital).

2.6.3 Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya

(Salvatore, 1997). Nilai tukar juga diatur dalam UU nomor 24 tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar. Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain, sedangkan nilai tukar riil adalah nilai yang

digunakan saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dari negara lain (Mankiw, 2000). Nilai Tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Dalam hal ini, apabila nilai tukar meningkat maka berarti Rupiah mengalami depresiasi, sedangkan apabila nilai tukar menurun maka Rupiah mengalami apresiasi. Sementara untuk suatu negara menerapkan sistem nilai tukar tetap, perubahan nilai tukar

dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Kebijakan suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing disebut

(38)

dengan revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang asing tersebut devaluasi.

2.7 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi terhadap penelitian ini, maka diperlukan beberapa penelitian terdahulu, berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

Farid (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Daya Saing Komoditi Ekspor Unggulan Indonesia di Pasar Internasional”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Penyumbang kontribusi terbesar dari komoditi unggulan ada pada

komoditi sawit yang mencapai peringkat pertama dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014. Penelitian ini menggunakan alat analisis data Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage).

Fadhlan, Suharno (2015) melakukan penelitian tentang “Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia Dan Vietnam di Pasar Asean 5”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di pasar ASEAN 5 memiliki daya saing dengan Indonesia memiliki nilai rata- rata RCA sebesar 10,16 dan Vietnam sebesar 53,44. Penelitian ini

menggunakan alat analisis data Analisis RCA (Revealed Comparative

(39)

26

Budi, Paidi (2013) melakukan penelitian tentang ”Analisis Daya Saing Produk-Produk Ekspor di Provinsi Sumatera Utara”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki 10 produk unggulan dengan daya saing yang berbeda. Meskipun ada beberapa produk unggulan yang tidak kompetitif atau memiliki posisi kompetitif yang lemah, namun Provinsi Sumatera Utara tetap mengekspor produk

unggulan tersebut. Penelitian ini menggunakan alat analisis data Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) Analisis Revealed Trade Comparative Advantage (RCTA) and Trade Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).

Rashid, Ni Made dan Antik (2012) melakukan penelitian tentang “Analisis daya saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di pasar Internasional”. Hasil penelitian ini menunjukkan Adanya trend kenaikan volume ekspor Crude Palm Oil (CPO) 3 tahun kedepan antara tahun 2013-2015. Sedangkan, daya saing komparatif Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di pasar

internasional memiliki keunggulan yang kompetitif dengan ISP mendekati 1 yakni 0,95. Namun, memiliki keunggulan komparatif yang rendah di pasar internasional dengan indeks RCA sebesar 0,85. Penelitian ini menggunakan alat analisis data Regresi Sederhana, Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) dan Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).

Hanny (2011) melakukan penelitian tentang “Analisis Daya Saing Produk- Produk Indonesia di Pasar China”. Hasil penelitian ini menunjukkan

(40)

bahwa perdagangan China-Indonesia defisit neraca dimulai pada 2008 ketika Cina memulai perdagangan luar negeri. Sebagian produk Indonesia tidak kompetitif dibandingkan dengan produk China yang diimpor dari dunia. Penelitian ini menggunakan alat analisis data Constant Market Share Analysis (CMSA).

Martha (2010) melakukan penelitian tentang “Analisis daya saing

kakao Indonesia di pasar dunia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan terspesialisasi pada produk tersebut. Selain itu, Indonesia memiliki kemampuan merebut pangsa pasar lebih besar lagi dalam perdagangan internasional. Penelitian ini

menggunakan alat analisis data, Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), Analisis Acceleration Ratio (AR), Analisis Indeks

Spesialisasi Perdagangan (ISP).

Bambang, Adang dan Ade (2007) melakukan penelitian tentang “Ekspor dan Daya Saing Kopi Biji Indonesia di Pasar Internasional: Implikasi Strategis Bagi Pengembangan Kopi Biji Organik”. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa (1) Ekspor kopi biji Indonesia belum berorientasi pasar, melainkan masih berorientasi produksi. (2) Mutu kopi biji Indonesia yang diekspor masih rendah sehingga tidak mendapatkan premi harga seperti kopi biji dari Vietnam. (3) Selain mutu, kelemahan daya saing kopi biji Indonesia terkait dengan penguasaan pasar oleh pembeli, adanya isu kontaminasi Ochratoxin A, dan biaya ekspor yang relatif tinggi. (4) Daya

(41)

28

saing kopi biji Indonesia kalah dibandingkan daya saing kopi biji dari negara-negara lain, seperti Kolumbia, Honduras, Peru, Brazil dan Vietnam. (5) Indonesia masih mempunyai kesempatan mengembangkan kopi biji organik untuk ekspor. Penelitian ini menggunakan alat analisis data Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) dan Deskriptif Kualitatif.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Alat Analisis Data Hasil Penelitian 1. Farid (2016) Analisis Daya

Saing Komoditi Ekspor Unggulan Indonesia di Pasar Internasional

Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage)

Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut

mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Penyumbang

kontribusi terbesar dari komoditi unggulan ada pada komoditi sawit yang mencapai peringkat pertama dengan nilai total ekspor tahun 2010- 2014

(42)

2. Fadhlan, Suharno (2015)

Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia Dan Vietnam diPasar Asean 5

Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage)

Hasil dari penelitian ini menujukkan ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di pasar ASEAN 5 memiliki daya saing dengan Indonesia memiliki nilai rata-rata RCA sebesar 10,16 dan Vietnam sebesar 53,44 3. Budi, Paidi

(2013)

Analisis Daya Saing Produk- produk Ekspor Sumatera Utara

-Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage)

- Analisis Revealed Trade

Comparative Advantage

(RCTA) and Trade - Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki 10 produk unggulan dengan daya saing yang berbeda. Meskipun ada beberapa produk unggulan yang tidak kompetitif atau memiliki posisi

kompetitif yang lemah, namun Provinsi

Sumatera Utara tetap mengekspor produk unggulan tersebut.

4.

4

.

Rashid, Ni made dan Antik (2012)

Analisis daya saing Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia di pasar Internasional

-Regresi Sederhana - Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) - Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Hasil penelitian menunjukkan Adanya trend kenaikan volume ekspor Crude Palm Oil(CPO) 3 tahun kedepan antara tahun 2013-2015. Sedangkan, daya saing komparatif Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di pasar internasional memiliki keunggulan yang kompetitif dengan ISP mendekati 1 yakni 0,95.

Namun, memiliki keunggulan komparatif yang rendah di pasar

(43)

30

indeks RCA sebesar 0,85

5. Hanny (2011) Analisis Daya Saing Produk- Produk Indonesia di Pasar China

Constant Market Share

Analysis (CMSA)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan China- Indonesia defisit neraca dimulai pada 2008 ketika Cina memulai perdagangan luar negeri. Sebagian Indonesia produk tidak kompetitif

dibandingkan dengan produk China yang diimpor dari dunia

6. Martha (2010) Analisis Daya Saing Kakao di Pasar Dunia

-Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) - Analisis

Acceleration Ratio (AR)

- Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan terspesialisasi pada produk tersebut. Selain itu, Indonesia memiliki kemampuan merebut pangsa pasar lebih besar lagi dalam perdagangan internasional

7. Bambang, Adang dan Ade (2007)

Ekspor dan Daya Saing Kopi Biji Indonesia di Pasar Internasional:Imp likasi Strategis Bagi

Pengembangan Kopi Biji Organik

Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) dan Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ekspor kopi biji

Indonesia belum berorientasi pasar, melainkan masih berorientasi produksi.

(2) Mutu kopi biji Indonesia yang

(44)

2.8 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dibangun untuk memperlihatkan hubungan pengaruh setiap variabel dalam satu penelitian. Berdasarkan latar belakang, permasalahan diatas dan review penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.1

diekspor masih rendah sehingga tidak

mendapatkan premi harga seperti kopi biji dari Vietnam. (3) Selain mutu, kelemahan daya saing kopi biji

Indonesia terkait dengan penguasaan pasar oleh pembeli, adanya isu kontaminasi Ochratoxin A, dan biaya ekspor yang relatif tinggi. (4) Daya saing kopi biji

Indonesia kalah dibandingkan daya saing kopi biji dari negara-negara lain, seperti Kolumbia, Honduras, Peru, Brazil dan Vietnam. (5) Indonesia masih

mempunyai kesempatan mengembangkan kopi biji organik untuk Ekspor

(45)

32

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini menggambarkan pengaruh harga, produksi dan nilai tukar terhadap daya saing produk-produk ekspor Indonesia. Maka secara ringkas kerangka pemikiran teoritis yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dilihat dari gambar 2.1.

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Harga berpengaruh negatif terhadap Produk-produk Ekspor Indonesia.

2. Produksi berpengaruh positif terhadap Produk-produk Ekspor Indonesia.

3. Nilai Tukar berpengaruh negatif terhadap Produk-produk Ekspor Indonesia.

Produk-produk Ekspor Indonesia

(Y) Nilai Tukar (X3)

Produksi (X2) Harga (X1)

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dari penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan berbagai fenomena, situasi atau berbagai variabel yang diangkat menjadi objek penelitian. Jenis penelitian ini didasari pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan dengan format penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif bertujuan untuk menjelaskan pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitianini adalah menganalisis daya saing produk-produk ekspor unggulan Indonesia. Pengujian penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (dependent variabel) dengan tiga variabel bebas yaitu Harga, Produksi dan Nilai Tukar dengan menggunakan data panel.

3.3 Definisi Operasional Variabel 1. Harga

Harga yaitu harga tujuh produk ekspor unggulan Indonesia yang diekspor. Tujuh produk ekspor unggulan Indonesia yang diekspor

(47)

34

2. Produksi

Produksi tujuh produk ekspor unggulan Indonesia yang berkualitas diukur dengan satuan ukuran nilai dengan dollar dari tahun 2006- 2015.

3. Nilai Tukar

Nilai tukar adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar Rupiah diukur terhadap Dollar Amerika Serikat dari tahun 2006-2015.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak yang berwenang yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Periode data yang akan diteliti menggunakan rentang waktu mulai dari tahun 2006 sampai 2015.

Dalam penelitian ini digunakan data panel yang merupakan penggabungan antara data timeseries dan cross section. Data time series biasanya meliputi satu objek tetapi meliputi beberapa periode, sedangkan data cross section terdiri dari beberapa atau banyak objek sering disebut responden atau perusahaan dengan beberapa jenis data dalam suatu periode tertentu. Dalam regresi data panel memiliki dua kelebihan, pertama data panel mampu menyediakan data lebih banyak karena

(48)

merupakan gabungan dari data time series dan cross section sehingga akanmenghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Yang kedua menggabungkan informasi dari data time series yaitu 10 tahun dari tahun 2006 sampai 2015 dan cross section yaitu 7 data produk ekspor unggulan Indonesia yang ada di BPS. Cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variable).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode dokumentasi. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan, dicatat, dan diolah langsung dari sumber data sekunder berupa data ekspor tahunan yang diperoleh memalui website Badan Pusat Statistik Indonesia (bps.go.id).

3.6 Teknik Analisis

3.6.1 Input Data dan Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan suatu teknik analisis data yang dapat menjelaskan atau menggambarkan masing-masing variabel berdasarkan deskripsi yang ada. Penyajian analisis deskriptif ini terdiri dari mean, median, dan standard deviasi.

3.6.2 Analisis Regresi Data Panel

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah regresi model data

(49)

36

penyatuan data antar waktu (time series) dengan data antar individu (cross section), yang terdiri atas beberapa objek/sub objek dalam beberapa periode waktu. Data panel memiliki keunggulan dibanding data time series ataupun cross section, karena mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

Penggabungan informasi dari data time series dan cross section ini dapat mengatasi masalah yang timbul yakni ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variable). Sesuai dengan penggunakan data panel seperti penjelasan diatas maka analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Pada penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (independent variable) yang akan dimasukkan ke dalam persamaan model regresi yaitu harga, produksi dan nilai tukar.

Sedangkan variabel terikat adalah produk-produk ekspor Indonesia.

3.6.2.1 Penentuan Model Data Panel

Tidak seperti model regresi biasa, pada model regresi data panel harus melalui tahapan penentuan model estimasi yang tepat. Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel yaitu:

a. Pendekatan Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Pada pendekatan ini diasumsikan bahwa intercept sama pada antar waktu sementara terdapat perbedaan intercept antar individu.

Sehingga untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya maka pendekatan ini menggunakan variabel boneka (dummy).

(50)

b. Pendekatan Model Efek Acak (Random Effect)

Pendekatan ini menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antar waktu dana antar objek. Pada model Random Effect perbedaan antar waktu dan antar individu dimasukkan ke dalam error terms masing-masing perusahaan. Karena hal inilah, model ini sering juga disebut Error Component Model (ECM) atau metode Generalized Least Square (GLS). Namun terdapat satu syarat untuk menganalisis dengan metode ini, yaitu objek data silang (cross section) harus lebih besar daripada banyaknya koefisien. Untuk menentukan pendekatan yang sesuai dengan penelitian ini maka dilakukan dengan beberapa tahap pengujian.

Pada penelitian ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan teknik mana yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi parameter data panel yaitu:

1. Uji Hausman

Uji hausman diartikan sebagai pengujian yang dilakukan untuk menentukan model yang paling tepat digunakan untuk

mengestimasi data panel yaitu antara Fixed effect atau Random effect. Uji ini didasarkan pada ide bahwa OLS dalam metode common effect tidak lebih efisien dibandingkan dengan Least Square Dummy Variables (LSDV) dalam metode Random effect.

(51)

38

Hipotesis yang muncul pada uji Hausman ini adalah:

Ho : Random effect adalah model yang tepat

Ha : Fixed effect adalah model yang tepat

Uji Hausman mengikuti pada distribusi statistik Chi-Squares dengan derajat kebebasan (df) sebanyak jumlah variabel bebas.

Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai Chi-Squares maka hipotesis nul ditolak artinya fixed effect adalah model yang tepat untuk regresi data panel model, demikian

sebaliknya. Apabila dengan menggunakan nilai probabilitas, apabila nilai probabilitas kurang dari 0.05 maka menolak hipotesis nol, dan menerima hipotesis alternatif, demikian sebaliknya.

3.6.3 Uji Kelayakan Model Regresi Data Panel

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh harga, produksi, dan nilai tukar terhadap produk-produk ekspor Indonesia Untuk menguji pengaruh variabel independen (X) terhadap dependen (Y) dapat dilakukan dengan Uji statistik (t-test), uji F (F- test) dan Koefisien Determinan (R-squared).

3.6.3.1 Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji Statistik t)

Uji t adalah jenis pengujian statistik yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

(52)

secara individual. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel ataupun dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Formula hipotesis yang tebentuk pada

penelitian ini adalah:

1. Ho: Terdapat pengaruh tidak signifikan antara harga terhadap produk-produk ekspor Indonesia.

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara harga terhadap produk- produk ekspor Indonesia.

2. Ho: Terdapat pengaruh tidak signifikan antara produksi terhadap produk-produk ekspor Indonesia.

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara produksi terhadap produk- produk ekspor Indonesia.

3. Ho: Terdapat pengaruh tidak signifikan nilai tukar terhadap produk- produkn ekspor Indonesia.

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara nilai tukar terhadap produk-produk ekspor Indonesia.

Kriteria pengujian dapat ditentukan sebagai berikut :

 Ho ditolak apabila t hitung < t tabel

 Ho diterima apabila t hitung > t tabel

Dengan nilai signifikansi t-stat dengan kriteria:

 Ho diterima apabila nilai sig. t-stat > 0.05

 Ho ditolak apabila nilai sig. t-stat < 0.05

(53)

40

Uji F bertujuan untuk meyakinkan bahwa model yang dipilih layak atau tidak untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.Uji F dilakukan pengujian dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F- tabel. Formula hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ho : Terdapat pengaruh tidak signifikan antara harga, produksi, dan nilai tukar terhadap produk-produk ekspor Indonesia.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara harga, produksi, dan nilai tukar terhadap produk-produk ekspor Indonesia

Kriteria pengujian dapat ditentukan sebagai berikut :

 Ho ditolak apabila F hitung < F tabel

 Ho diterima apabila F hitung > F tabel

Dengan nilai signifikansi t-stat dengan kriteria:

 Ho diterima apabila nilai sig. F-stat > 0.05

 Ho ditolak apabila nilai sig. F-stat < 0.05 3.6.3.3 Analisis koefisien determinasi (R-squared)

Analisis koefisien determinasi atau disebut R-squared digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi pada dasarnya adalah untuk mengukur kebenaran model regresi. Besarnya koefisien determinasi antara nol sampai satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu maka semakin baik model regresi. Namun sebaliknya, apabila koefisien

(54)

determinasi semakin mendekati nol, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen.

3.7 Metode Analisis RCA

Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

Rumus RCA adalah sebagai berikut :

dimana :

Xij = Nilai ekspor produk komoditi i dari negara j Xit = Nilai total ekspor (komoditi i dan lainnya) negara j Wj = Nilai ekspor dunia komoditi i

Wt = Nilai total ekspor dunia

Jika nilai RCA dari suatu negara untuk suatu komoditi tertentu lebih besar dari satu (1) berarti negara bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif (diatas rata-rata dunia) dalam komoditi tersebut.

Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatifnya

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan setelah dilakukan tahap-tahap pengolahan data sehingga model permasalahan dapat dianalisa lebih lanjut. Analisis dan pengolahan data pada penelitian ini

menggunakan 7 produk-produk unggulan Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan tujuan untuk menganalisa pengaruh produk-produk ekspor yang diukur dengan harga, produksi, dan nilai tukar. Variabel tersebut dipilih dalam penelitian berdasarkan penelitian yang terdahulu dan juga adanya keterkaitan secara teori antara variabel bebas dengan variabel terikat.

4.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif statistik dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari hasil estimasi data statistik berupa nilai mean, median, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi dari masing-masing variable yang diolah menggunakan Eviews 9. Analisis deskriptif ini dilakukan pendeskripsian data statistik produk-produk ekspor Indonesia yang menjadi sampel penelitian selama periode 2006-2015. Gambaran secara umum mengenai data penelitian ditampilkan pada tabel 4.1 yang menyajikan statistik deskriptif dari data secara keseluruhan (pooled data).

(56)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Mean Median Maximum Minimum Std. Dev.

Produk-produk ekspor Indonesia

(Y)

4346.451 3995.950 9888.900 1032.400 2833.460

Harga (X1) 2824.814 2140.500 9915.000 1076.000 2050.374 Produksi (X2) 2827.286 2259.000 7663.000 1123.000 1475213 Nilai Tukar (X3) 10494.20 9544.500 13795.00 8991.000 1663.014

Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 2

Berdasarkan tabel di atas dinyatakan bahwa rata-rata variabel terikat yaitu produk-produk ekspor Indonesia dalam penelitian ini sebesar 43463.451.

Sementara nilai median produk-produk ekspor Indonesia sebesar 3995.950. Nilai maksimum produk-produk ekspor Indonesia sebesar 9888.900 yaitu dimiliki oleh produk TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) tahun 2011 artinya produk TPT terlalu peka terhadap ekspor Indonesia karena memiliki nilai produk-produk ekspor Indonesia diatas 1 (satu), sedangkan nilai minimum produk-produk ekspor Indonesia sebesar 1032.400 yang dimiliki oleh Produk Karet tahun 2009.

Nilai rata-rata harga adalah sebesar 2824.814 dengan standar deviasi sebesar 2050.374. Karena nilai mean yang lebih besar dari standar deviasi, hal tersebut menunjukkan bahwa persebaran data yang baik pada variabel ini. Nilai

maksimum harga yaitu 9915.000 yaitu diperoleh produk minyak kelapa

sawittahun 2015. Sedangkan nilai minimum harga berkisar 1076.000 terjadi pada produk kopi tahun 2006 dan tahun 2015, produk karet tahun 2009, 2014 dan tahun

(57)

44

2015. Nilai Produksi produk ekspor tertinggi dimiliki oleh produk kopi dengan angka sebesar 2590.000 pada tahun 2013 sedangkan nilai minimum produksi dimiliki oleh produk karet dengan angka sebesar 1123.000 pada tahun 2009.

Selain itu berdasarkan tabel di atas nilai mean 2827.286 lebih besar dibandingkan standar deviasi sebesar 1475213 hal ini mengindikasikan penyebaran data yang baik pada data penelitian ini.

Nilai mean dari nilai tukar adalah 10494.20 dengan median 9544.500. Nilai maksimum sebesar 13795.00 yang dimiliki oleh 7 produk ekspor Indonesia pada tahun 2015 dan minimum sebesar 8991.0 diperoleh 7 produk unggulan Indonesia pada tahun 2010.

4.3 Hasil Uji Hausman

Uji hausman digunakan untuk menentukan model random effect atau fixed effect yang paling tepat digunakan untuk mengestimasi model data panel.

Table 4.2 Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq.

d.f.

Prob.

Cross-Section Random 0.000000 3 1.0000

Sumber: Hasil Olahan Data Eviews, Lampiran 3

Tabel diatas merupakan output uji Hausman yaitu produk-produk ekspor Indonesia sebagai variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas harga,

Referensi

Dokumen terkait

&#34;Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan 'imbalan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dalam pemikiran Driyarkara ini, dapat dilihat bahwa persona memiliki hubungan yang terjalin antar satu persona dengan persona yang lain yang didasarkan oleh

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Adanya kasus resistensi yang terjadi pada antibiotik jenis ini dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan terapi obat yang tepat didasarkan pada

Oleh karena itu diperlukan suatu kajian atau penelitan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan usahatani kelapa dalam di Desa Kasoloang, maka akan dilakukan

Dengan demikian, tidak heran bahwa faktor desain termasuk dalam salah satu faktor yang membentuk keputusan membeli produk BlackBerry pada mahasiswa Universitas

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis karakteristik mahasiswa berdasarkan kelompok mata kuliah dengan menggunakan analisis klaster K-Means pada alumni