Tahun
Batas Miskin Rp/Kapita/Bulan
Presentase Penduduk
Miskin Jumlah Penduduk Miskin (Juta)
Kota Desa Kota Desa
Kota&
Desa Kota Desa
Kota&
Desa 1976 4.522 2.849 38,8 40,4 40,1 10,0 44,2 54,2 1978 4.969 2.981 30,8 33,4 33,3 8,3 38,9 47,2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai sumber tenaga kerja dan bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai sektor unggulan dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Jika suatu negara menghendaki pembangunan yang lancar dan berkesinambungan, maka negara itu harus memulainya dari daerah pedesaan pada umumnya, dan sektor pertanian pada khususnya. Intisari yang terkandung dalam masalah kemiskinan yang terus meluas, ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin parah, laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, dan terus melonjaknya tingkat pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran kehidupan ekonomi yang terjadi di daerah-daerah pedesaan.
Krisis ekonomi yang berlangsung sejak bulan juli 1997 mempunyai dampak perubahan yang besar terhadap perekonomian nasional indonesia. Akibat langsung yang dirasakan dengan adanya krisis ekonomi adalah meningkatnya jumlah penduduk miskin secara signifikan. Penurunan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta jiwa (40 persen dari seluruh penduduk) pada tahun 1976 menjadi 34,5 juta jiwa (17 persen dari seluruh penduduk) pada tahun 1996. pada akhir tahun 1998 di perkirakan jumlah penduduk miskin mencapai 49,5 juta orang (24,2 persen penduduk) dan berkurang kembali pada tahun 1999 menjadi 37,5 juta orang. Namun dalam kurun waktu tujuh tahun masalah kemiskinan di Indonesia belum bisa diatasi, hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya jumlah kemiskinan menjadi 39,3 juta jiwa. (BPS,2006) :
Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin (1976-2006)
1980 6.831 4 449 29 28,4 28,6 9,5 32,8 42,3 1981 9.777 5.877 28,1 26,5 26,9 9,3 31,3 40,6 1984 13.731 7.746 23,1 21,2 21,6 9,3 25,7 35,0 1987 17.381 10.294 20,1 16,1 17,4 9,7 20,3 30,0 1990 20.614 13.295 16,8 14,3 15,1 9,4 17,8 27,1 1993 27.905 18.244 13,4 13,8 13,7 8,7 17,2 25,9 1996 42.032 31.366 21,9 19,9 17,7 9,6 24,9 34,5 1998 96 959 72.780 19,5 25,7 24,2 17,6 31,9 49,5 1999 92.409 74.272 19,5 26,1 23,5 15,7 32,7 48,4
1999 89.845 69.420 15,1 20,2 18,0 12,4 25,1 37,5
2000 91.632 73.648 14,6 22,38 19,14 12,3 26,4 38,7 2001 100. 001 80.382 9,79 24,84 18,41 8,6 29,3 37,9 2002 130.499 96.512 14,46 21,1 18,2 13,3 25,1 38,4 2003 138.803 105.888 13,57 20,23 17,42 12,2 25,1 37.3 2004 143.455 108.725 12,13 20,11 16,66 11,3 24,8 36,1 2005 150.779 117.259 11,37 19,51 15,97 12,4 22,7 35,1 2006 174.290 151.997 13,47 21,81 39,3 14,5 24,81 39,3 Catatan : angka tanpa Timor Timur
Sumber : Badan Pusat Statistik 2007.
Tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa persentase jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada perkotaan. Hal ini bisa dimungkinkan karena sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di pedesaan yang bermata pencarian di sektor pertanian.
Pola usaha masyarakat Simeulue masih bersifat tradisional baik pada bidang pertanian tanaman pangan maupun peternakan. Kondisi tersebut disebabkan oleh keterbatasan informasi dan pengetahuan petani. Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi pemerintah Kabupaten Simeulue untuk mengembangkan berbagai sektor potensial, khususnya sub sektor peternakan yang dapat
Sektor 2001 2002 2003 2004 2005
1. Pertanian 1,29 1,30 1,53 1,45 (2,22)
2. Pertambangan dan penggalian 1,31 2,46 2,63 2,56 2,67 3. Industri pengolahan 1,48 1,27 2,85 2,77 (12,31) 4. Listrik,gas dan air bersih 1,10 1,06 3,55 3,43 (10,66)
5. Bangunan 0,58 1,03 2,09 3,90 7,64
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,09 1,57 1,76 2,45 3,04 7. Pengangkutan dan komunikasi 1,51 3,39 4,56 4,36 3,71 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 11,10 0,46 1,00 0,54 47,30
9. Jasa-Jasa 1,46 1,42 1,73 1,70 1,46
memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan wilayah maupun pendapatan petani yang ada di daerah ini. Pengembangan peternakan sangat perlu dilakukan mengingat peningkatan sektor ini memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Simeulue ini tercermin dari kontribusi sub sektor peternakan sebesar 18,82% (BPS 2006), ini merupakan kontribusi tertinggi setelah sub sektor kehutanan.
Peran pemerintah Kabupaten dalam menentukan kebijakan dalam rangka pengembangan peternakan sangat penting guna menunjang pembangunan di daerahnya dan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Sampai saat ini peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Simeulue masih dominan, dan relatif stabil dari tahun ke tahun. Dari kelima sub sektor yang termasuk dalam sektor pertanian, sub sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Simeulue adalah sub sektor kehutanan dan peternakan.
Selama kurun waktu tahun 2001-2005 pertumbuhan ekonomi Simeulue dari tahun ke tahun cenderung bergerak lambat. Bahkan pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi simeulue tidak sampai 1 persen. Seperti yang di sajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Simeulue, 2001-2005(persen)
PDRB Kabupaten Simeulue atas Harga Konstan
Nilai PDRB
Lapangan Usaha 2003 2004 2005
1. Pertanian 91.148,74 92.469,78 90.415,05
a. Tanaman Bahan Makanan 17.127,72 17.545,50 17.896,43
b. Tanaman Perkebunan 7.562,45 7.733,69 8.011,99
c. Peternakan 30.106,87 30.899,27 31.529,44
d. Kehutanan 32.024,62 31.860,65 28.440,63
e. Perikanan 4.327,08 4.430,67 4.536,65
PDRB Kabupaten Simeulue 1,39 1,45 1,83 2,01 0,64 PDRB Prov. NAD (tanpa migas) (0,44) 7,96 3,70 1,70 1,22 Sumber : BPS kabupaten Simeulue, 2006
Pada tahun 2001 perekonomian Simeulue tumbuh 1,39 persen. Pada tahun 2003 dan 2004 laju pertumbuhan ekonomi Simeulue semakin cepat, yakni masing-masing 1,83 persen dan 2,01 persen. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Simeulue berjalan sangat lambat. Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada akhir tahun 2004 dan awal tahun 2005 menyebabkan
lumpuhnya sektor-sektor perekonomian daerah. Pada tahun 2005 perekonomian Simeulue hanya mampu tumbuh 0,64 persen. Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 disebabkan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Simeulue, yakni pertanian mengalami pertumbuhan -2,22 persen.
Walaupun menunjukkan kecenderungan menurun, sepanjang kurun waktu 2000 hingga 2005 sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dengan kontribusi melebihi 50 persen. Hal ini disebabkan aktivitas masyarakat didominasi oleh sektor pertanian. Selengkapnya disajikan pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Struktur Perekonomian Kabupaten Simeulue 2005
Sumber :BPS Kabupaten Simeulue, 2006
Berkembangnya sektor pertanian terutama sub sektor peternakan akan dapat meningkatkan pendapatan petani, sehingga kemiskinan juga dapat ditanggulangi. Selain itu pula, sub sektor
peternakan akan mendorong berkembangnya sub sektor perekonomian. Pada akhirnya sub sektor peternakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara umum.
No Kecamatan
Jenis ternak (ekor)
Sapi Potong Kerbau Kambing
Ayam
Buras Itik Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 Simeulue Timur 62 198 1.418 4.352 520 2702 22.924 4.837 2 Simeulue Tengah 55 162 2.071 5.832 104 312 20.664 4.299
3 Salang 36 166 1.834 6.347 90 312 9.396 1.137
4 Simeulue Barat 35 119 1.231 3.388 113 765 13.207 2.352 5 Teupah Selatan 148 596 485 1.957 294 1.720 47.193 2.679
6 Teupah Barat 956 2.836 317 1.136 13.997 841
7 Teluk Dalam 7 53 373 1.773 51 242 10.199 666
8 Alafan 925 3.016 90 235 12.244 938
Sub Total 343 1.258 9.293 29.501 1.579 7.424 149.824 17.749
Total 1.601 38.794 9.003
Pada era otonomi sekarang ini masing-masing daerah dituntut untuk mengembangkan perekonomian wilayahnya, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan. Kabupaten Simeulue didominasi oleh sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan namun kemiskinan yang dialami oleh masyarakat diwilayah ini masih relatif tinggi.
Tabel 4. Populasi Ternak Per Kecamatan di Kabupaten Simeulue 2007
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Simeulue, 2008
Melihat potensi peternakan di kabupaten Simeulue, peternakan dapat menjadi andalan untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pengembangan sub sektor peternakan diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan daerah.
Berkembangnya peternakan akan dapat meningkatkan pendapatan peternak, sehingga kemiskinan juga dapat ditanggulangi karena peternakan cenderung sebagai sub sektor basis. Selain
Kecamatan Total Penduduk (Jiwa)
Total Penduduk Miskin Simeulue Timur
Teupah Selatan Simeulue Barat Teupah Barat Simeulue Tengah Salang
Teluk Dalam Alafan
27.864 9.545 10.128
6.803 9.012 8.041 5.542 4.661
7.891 7.871 5.635 3.958 3.438 3.093 2.592 1.167
itu pula, sub sektor peternakan akan mendorong berkembangnya sub sektor perekonomian, karena peternakan sebagai sektor primer, yang menjadi input bagi kegiatan sektor lain sehingga memiliki daya dorong yang besar jika diikuti oleh pengembangan sektor sekunder yang berbasis pertanian, pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara umum.
Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang relatif rendah (0,64%) dan tingkat potensi pengembangan yang sangat rendah. Hal ini mendorong tingkat kemiskinan di Kabupaten Simeulue terus meningkat. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Simeulue dapat di lihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Simeulue tahun 2007
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue, 2008
Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Simeulue, menuntut pemerintah daerah untuk segera menanggulangi kemiskinan tersebut, salah satu cara menanggulangi kemiskinan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Kabupaten Simeulue merupakan daerah dengan potensi sumberdaya alam yang baik, sektor pertanian Kabupaten Simeulue memiliki potensi penting sebagai salah satu subjek pelaku ekonomi. Kabupaten ini merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki potensi pertanian khususnya sub sektor peternakan.
Permasalahan pengentasan kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Simeulue adalah kurangnya koordinasi, sinergi, dan efektifitas program lintas sektoral yang mencakup program pembangunan dan pemberdayaan. Alokasi dana program pengentasan kemiskinan terus
ditingkatkan namun demikian, penurunan populasi penduduk miskin masih relatif kecil, dan bahkan cenderung mengalami perlambatan. Berbagai program pengentasan kemiskinan dilaksanakan guna menekan angka kemiskinan dan memenuhi kebutuhan infrastruktur didaerah. Pada awalnya pemerintah pusat melaksanakan Program Pemberdayaan Kecamatan (PPK) dan berkembang menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program ini hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan infrastruktur dipedesaan tidak secara langsung berhubungan dengan masyarakat miskin.
Ditingkat kabupaten, pemerintah Kabupaten Simeulue melaksanakan program sejenis yaitu Program Alokasi Dana Desa (ADD). Program ini dikelola oleh masyarakat desa setempat. Program ini
bertujuan untuk mengurangi kemiskinan melalui keterlibatan masyarakat miskin didalamnya.
Namun program ini masih banyak ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan pengembangan sosial budaya dipedesaan, sehingga program ini tidak terlalu memberikan manfaat kepada masyarakat miskin.
Berdasarkan analisis di atas, permasalahan dalam kajian ini adalah : 1. Berapa besar kontribusi peternakan bagi PDRB di Kabupaten Simeulue?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani di Kabupaten Simeulue?
3. Bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Simeulue?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis berapa besar kontribusi peternakan bagi PDRB di Kabupaten Simeulue 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani peternak
miskin di Kabupaten Simeulue.
3. Menyusun rancangan strategi program penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan peternakan di Kabupaten Simeulue.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan strategi pembangunan pertanian khususnya peternakan guna mencapai kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Simeulue Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.