• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN KERJA MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PELAKSANAAN KERJA MAGANG"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

62

BAB III

PELAKSANAAN KERJA MAGANG

3.1. Kedudukan dan Koordinasi

Kerja magang dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik Handoko & Suparmun yang berlokasi di Rukan Exclusive Blok G No. 20, Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara sebagai junior auditor. Junior auditor ikut serta dalam tim audit dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan klien atas pengarahan dari senior auditor. Pelaksanaan kerja magang dimulai pada tanggal 22 Juni 2020 dan berakhir pada tanggal 28 Agustus 2020 di bawah pengawasan Bapak Abu Bakar yang menjabat sebagai manager.

3.2. Tugas yang Dilakukan

Selama melaksanakan kerja magang, tugas-tugas yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.2.1. Memilih Sampel dari Buku Besar Klien

Sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan (IAPI, 2016). Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Random/Judgement Sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan judgement auditor. Hasil dari prosedur sampling akan digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan prosedur berikutnya, yaitu vouching. Dokumen

(2)

63 yang dibutuhkan untuk melakukan sampling adalah buku-buku besar atas akun- akun milik klien. Prosedur memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh dokumen berupa buku-buku besar dari klien.

2. Memilih transaksi-transaksi yang akan dijadikan sampel dengan mengacu pada nilai transaksi. Setiap transaksi yang memiliki nilai sama dengan atau lebih besar dari suatu nilai tertentu akan dipilih sebagai sampel. Sebagai contoh, untuk akun beban keanggotaan, transaksi yang dipilih adalah transaksi yang bernilai lebih besar dari Rp45.000.000,00.

3. Untuk buku besar berupa hard copy, setiap transaksi yang dipilih menjadi sampel diberi tanda (highlight) menggunakan stabilo. Sedangkan, untuk buku besar berupa soft copy, setiap transaksi yang dipilih disalin dan dipindahkan ke sheet tersendiri dalam file Working Paper.

3.2.2. Melakukan Vouching atas Sampel yang Dipilih

Vouching adalah prosedur inspeksi yang dilakukan dengan menggunakan dokumen untuk memverifikasi transaksi atau jumlah yang sudah tercatat (Arens, et al., 2017).

Tujuan dilakukannya vouching adalah untuk memastikan bahwa suatu transaksi benar-benar terjadi dan sudah dicatat secara tepat. Dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan vouching adalah buku-buku besar yang sudah diberi highlight pada setiap transaksi yang dijadikan sampel atau sebuah sheet dalam file Excel yang berisi daftar sampel, dan berkas-berkas yang merupakan dokumen pendukung transaksi tersebut. Prosedur vouching adalah sebagai berikut:

(3)

64 1. Meminta klien untuk memberikan nomor urut dan tanggal untuk setiap

transaksi yang akan diuji berdasarkan yang tertera pada dokumen pendukung. Hal ini dilakukan karena terdapat transaksi yang pada dokumennya tidak memiliki tanggal yang sama dengan tanggal di buku besar.

2. Mencari dokumen pendukung berdasarkan nomor urut dan tanggal yang diberikan klien dalam ordner-ordner milik klien yang sudah dikelompokkan berdasarkan bulan terjadinya transaksi.

3. Memeriksa dokumen untuk melihat apakah nilai dan nama pihak lain yang terkait pada dokumen sudah sesuai dengan yang tertera di buku besar, serta apakah dokumen sudah diotorisasi.

4. Memeriksa jenis dokumen pendukung apa saja yang ada untuk transaksi tersebut. Sebagai contoh, sebuah transaksi memiliki dokumen pendukung berupa bank receipt voucher dan bukti transaksi berupa struk ATM.

5. Untuk setiap akun, setiap kelompok dokumen pendukung ditandai dengan kode mulai dari V0, V1, V2, dan seterusnya, dilihat dari kelompok dokumen yang lebih dulu terbentuk. Misalnya, dalam akun A, hanya terdapat kode V0 dipakai untuk menandai transaksi dengan dokumen pendukung bank payment voucher dan struk ATM. Sedangkan, dalam akun B, terdapat kode V0 yang menandai transaksi dengan dokumen pendukung cash/bank payment voucher dan tanda bukti pembayaran, serta kode V1 yang menandai transaksi dengan dokumen

(4)

65 pendukung berupa tanda bukti pembayaran saja. Kode tersebut dituliskan di sisi kanan dari baris transaksi yang diuji, sedangkan isi kelompok dokumen dari setiap kode dijabarkan dalam Working Paper.

3.2.3. Melakukan Prosedur Cash Opname

Cash opname adalah salah satu prosedur yang dilakukan dalam mengaudit saldo kas yang dilakukan dengan cara menghitung uang tunai yang tersedia dan membandingkannya dengan catatan perusahaan. Hasil yang didapat dari prosedur cash opname akan digunakan untuk melakukan traceback ke tanggal tutup buku untuk mencari tahu apakah saldo kas sudah disajikan dengan benar. Berkas-berkas yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur cash opname adalah buku kas terbaru milik klien, soft copy Berita Acara Pemeriksaan Kas, dan uang tunai yang akan dihitung. Prosedur cash opname adalah sebagai berikut:

1. Penanggung jawab kas dari pihak klien menghitung jumlah setiap nominal uang kertas dan logam. Auditor ikut menyaksikan penghitungan tersebut. Setiap ada jenis nominal yang selesai dihitung, auditor mencatat jumlah fisik uang dengan nominal tersebut pada selembar kertas.

Langkah ini terus berulang sampai semua jenis nominal uang kertas dan logam selesai dihitung dan hasil penghitungannya sudah dicatat oleh auditor yang ikut menyaksikan.

2. Auditor meng-input jumlah masing-masing jenis nominal pada column jumlah dalam soft copy draft Berita Acara Pemeriksaan Kas. Jumlah nilai

(5)

66 uangnya akan keluar secara otomatis karena pada column nilai sudah terdapat rumus.

3. Auditor membandingkan jumlah nilai uang tunai hasil penghitungan fisik dengan jumlah nilai uang tunai yang tercatat pada buku kas untuk melihat kesesuaiannya.

3.2.4. Melakukan Pengarsipan Dokumen

Pengarsipan dokumen adalah proses memasukkan dokumen-dokumen audit yang diperoleh dari prosedur audit yang dijalankan ke dalam ordner. Pengarsipan dokumen dimaksudkan untuk memenuhi Standar Audit yang menyatakan bahwa dokumentasi audit harus disimpan selama tidak kurang dari lima tahun sejak tanggal laporan audit, serta untuk keperluan dokumentasi karena dokumen- dokumen tersebut dapat saja digunakan untuk hal lain, misalnya sebagai referensi untuk audit periode berikutnya. Hal-hal yang dibutuhkan untuk pengarsipan dokumen adalah ordner-ordner yang sudah disiapkan untuk pengarsipan dan dokumen-dokumen audit dari klien yang perlu untuk disimpan, seperti buku besar, rekening koran, rekap utang dan piutang, dan lain sebagainya. Prosedur memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. Dokumen-dokumen yang harus disimpan disiapkan dalam wujud fisik.

2. Dokumen dikelompokkan berdasarkan akun atau dapat juga dibuat pengelompokkan yang lebih spesifik. Setiap kelompok dokumen dijadikan satu tumpukan.

(6)

67 3. Setiap kelompok dokumen ditandai oleh sebuah label bookmark

bertuliskan nama akun atau nama dokumen yang lebih spesifik yang ditempelkan pada lembar yang paling atas.

4. Satu per satu kelompok dokumen dimasukkan ke dalam ordner dengan urutan kelompok dokumen dari halaman paling depan, yaitu dimulai dari hasil komunikasi dengan klien melalui email, dilanjutkan dengan kelompok akun-akun laporan posisi keuangan, dan diakhiri dengan kelompok akun-akun laporan aktivitas. Jumlah ordner boleh ditambah jika satu ordner tidak cukup untuk menyimpan seluruh dokumen.

3.2.5. Melakukan Rekalkulasi atas Skedul Prepaid Expenses

Biaya dibayar di muka (prepaid expenses) adalah beban yang dibayarkan dengan kas sebelum digunakan atau dikonsumsi (Weygandt, et al., 2018). Tujuan dilakukannya rekalkulasi atas skedul prepaid expenses adalah untuk memastikan bahwa klien sudah melakukan pembebanan atas biaya dibayar di muka, seperti insurance expenses dan rent expenses dengan tepat selama periode berjalan dan saldo akhirnya sudah disajikan secara tepat. Dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini adalah skedul prepaid expenses periode berjalan yang diperoleh dari klien dalam bentuk file Excel dan skedul prepaid expenses periode sebelumnya yang terdapat dalam Working Paper periode sebelumnya. Prosedur rekalkulasi skedul prepaid expenses adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh skedul prepaid expenses dari pihak klien.

(7)

68 2. Membuat tabel untuk memuat hasil rekalkulasi yang terdiri atas column

bulan, amortisasi (per bulan), amortisasi setahun, selisih (untuk amortisasi periode berjalan), sisa prepaid, dan selisih (untuk nilai buku akhir periode).

3. Memastikan saldo awal sudah benar untuk setiap item yang merupakan bawaan dari periode sebelumnya dengan mengacu pada skedul prepaid expenses periode sebelumnya.

4. Memastikan bahwa klien sudah melakukan alokasi pembebanan expense dengan benar setiap bulannya.

5. Mengisi column bulan dengan mengacu pada column periode.

6. Mengisi column amortisasi (per bulan) dengan hasil penghitungan dari nilai pada column Cost dibagi 12.

7. Mengisi column amortisasi setahun dengan mengalikan angka pada column bulan dengan nilai pada column amortisasi (per bulan).

8. Mengurangi nilai amortisasi setahun hasil rekalkulasi dengan nilai amortisasi setahun hasil penghitungan klien untuk memeriksa apakah ada selisih yang material.

9. Mengisi column sisa prepaid dengan mengurangi saldo awal setiap item dengan beban amortisasi setahun hasil rekalkulasi.

10. Mengurangi nilai saldo akhir per audit dengan nilai saldo akhir per book untuk memeriksa apakah ada selisih yang material.

11. Mengurangi nilai saldo akhir keseluruhan akun prepaid expenses per audit dengan nilai akun per book-nya untuk memeriksa apakah ada selisih

(8)

69 yang material. Jika terdapat selisih yang tidak material, keterangan

“Passed” ditulis di sebelah kanan nilai selisih tersebut.

3.2.6. Melakukan Rekalkulasi atas Skedul Biaya Ditangguhkan

Biaya ditangguhkan adalah biaya yang timbul atas perbaikan besar aset tetap yang dikapitalisasi dan diamortisasi selama masa manfaatnya. Tujuan dilakukannya rekalkulasi atas skedul biaya ditangguhkan adalah untuk memastikan bahwa klien sudah melakukan penghitungan amortisasi biaya ditangguhkan secara tepat selama periode berjalan. Dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini adalah skedul biaya ditangguhkan periode berjalan diperoleh dari klien dalam bentuk file Excel dan skedul biaya ditangguhkan periode sebelumnya yang terdapat dalam Working Paper periode sebelumnya. Prosedur rekalkulasi skedul biaya ditangguhkan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh skedul biaya ditangguhkan dari pihak klien.

2. Membuat tabel untuk memuat hasil rekalkulasi yang terdiri atas column bulan, amortisasi (per bulan), amortisasi setahun, selisih (untuk amortisasi periode berjalan), sisa nilai buku, dan selisih (untuk nilai buku akhir periode).

3. Memastikan saldo awal sudah benar untuk setiap item yang merupakan bawaan dari periode sebelumnya dengan mengacu pada skedul biaya ditangguhkan periode sebelumnya.

4. Memastikan bahwa klien sudah melakukan alokasi amortisasi dengan benar setiap bulannya.

(9)

70 5. Mengisi column bulan dengan mengacu pada column periode.

6. Mengisi column amortisasi (per bulan) dengan hasil penghitungan dari nilai pada column Cost dibagi total periode (dalam satuan bulan).

7. Mengisi column amortisasi setahun dengan mengalikan angka pada column bulan dengan nilai pada column amortisasi (per bulan).

8. Mengurangi nilai amortisasi setahun hasil rekalkulasi dengan nilai amortisasi setahun hasil penghitungan klien.

9. Mengisi column sisa nilai buku dengan mengurangi saldo awal setiap item dengan beban amortisasi setahun hasil rekalkulasi.

10. Mengurangi nilai saldo akhir per audit dengan nilai saldo akhir per book untuk memeriksa ketepatan penghitungan.

11. Mengurangi nilai saldo akhir keseluruhan akun biaya ditangguhkan per audit dengan nilai akun per book-nya untuk memeriksa apakah penghitungan oleh klien sudah tepat. Jika terdapat selisih yang tidak material, keterangan “Passed” ditulis di sebelah kanan nilai selisih tersebut.

3.2.7. Melakukan Rekalkulasi atas Skedul Depresiasi Aset Tetap dan Amortisasi Aset Tak Berwujud

Depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap secara sistematis dan rasional selama masa manfaatnya (Kieso, et al., 2020). Sedangkan, amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan aset tak berwujud secara sistematis selama masa manfaatnya. Tujuan dilakukannya rekalkulasi atas skedul depresiasi aset tetap

(10)

71 dan amortisasi aset tak berwujud adalah untuk memastikan bahwa klien sudah melakukan penghitungan beban depresiasi dan amortisasi secara tepat.

Penghitungan beban depresiasi dan amortisasi dilakukan dengan metode straight- line. Dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ini adalah skedul aset tetap dan aset tak berwujud (keduanya sudah tergabung dalam satu sheet) yang diperoleh dari klien dalam bentuk file Excel. Prosedur rekalkulasi skedul depresiasi aset tetap dan amortisasi aset tak berwujud adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh skedul yang berisi daftar aset tetap dan aset tak berwujud beserta pembebanannya yang akan direkalkulasi dari pihak klien.

2. Membuat tabel untuk memuat hasil rekalkulasi yang terdiri atas column bulan, penyusutan per bulan, penyusutan setahun, dan selisih.

3. Mengisi column bulan dengan mengacu pada tanggal perolehan aset dan masa manfaatnya.

4. Mengisi column penyusutan per bulan dengan hasil pembagian total harga beli dengan 12 kali masa manfaat (yang dinyatakan dalam satuan tahun).

5. Mengisi column penyusutan setahun dengan hasil perkalian angka pada column bulan dan angka pada column penyusutan per bulan.

6. Menghitung selisih dengan mengurangkan nilai penyusutan setahun hasil rekalkulasi dengan nilai penyusutan setahun hasil penghitungan klien.

7. Menghitung selisih jumlah beban depresiasi setahun hasil rekalkulasi dengan hasil penghitungan klien untuk setiap akun aset (kendaraan, furniture, peralatan, dan aset tak berwujud/software).

(11)

72 8. Memberikan tanda berupa highlight dan tulisan “ADD FA” di sebelah

kanan column nilai buku akhir hasil penghitungan klien pada setiap aset yang diperoleh dalam periode berjalan.

3.2.8. Menambahkan Update pada Catatan atas Laporan Keuangan bagian Aset Tetap

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang terintegrasi dengan laporan keuangan yang berisi informasi kualitatif dan kuantitatif untuk memperluas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan (Kieso, et al., 2020). Dalam catatan atas laporan keuangan, bagian aset tetap berisi mutasi pada akun-akun aset tetap selama periode berjalan dan periode sebelumnya. Tujuan dilakukannya update ini adalah untuk menginformasikan rincian perubahan nilai saldo aset tetap selama periode berjalan. Dokumen yang diperlukan adalah skedul aset tetap dan aset tak berwujud dari klien, buku besar aset tetap dari klien, skedul mutasi aset tetap dan aset tak berwujud yang dibuat oleh auditor, dan draft catatan atas laporan keuangan.

Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengisi column additional untuk segmen “Harga Perolehan” pada skedul mutasi aset tetap dengan menjumlahkan biaya perolehan aset tetap dalam periode berjalan yang terdapat pada skedul aset tetap dari klien untuk masing-masing akun dan cabang.

2. Mengisi column additional untuk segmen “Akumulasi Penyusutan” pada skedul mutasi aset tetap dengan menyalin jumlah penyusutan aset tetap

(12)

73 dalam periode berjalan yang terdapat pada skedul aset tetap dari klien untuk masing-masing akun dan cabang.

3. Mengisi column deduction untuk kedua segmen pada skedul mutasi aset tetap dengan menjumlahkan aset tetap yang rusak dalam periode berjalan yang rinciannya terdapat pada buku besar aset tetap dari klien untuk masing-masing akun dan cabang.

4. Melakukan pengecekan selisih nilai per book dengan nilai per audit pada skedul mutasi aset tetap. Jika tidak ditemukan kendala, prosedur dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya.

5. Menyalin nilai gabungan addition dan deduction pada masing-masing akun dalam skedul mutasi aset tetap.

6. Memasukkan nilai-nilai yang sudah disalin tersebut dalam catatan atas laporan keuangan bagian aset tetap sesuai dengan akun masing-masing.

3.2.9. Menambahkan Update Terkait Aset Tak Berwujud pada Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan yang menyediakan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas suatu entitas dalam suatu periode (Kieso, et al., 2020). Laporan arus kas terdiri atas tiga bagian, yaitu arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Pemerolehan aset tak berwujud merupakan salah satu contoh penggunaan kas untuk aktivitas investasi. Tujuan dilakukannya update ini adalah untuk menginformasikan jumlah kas yang digunakan untuk memperoleh aset tak berwujud yang baru diperoleh selama periode berjalan. Dokumen yang

(13)

74 diperlukan adalah skedul mutasi aset tetap dan aset tak berwujud yang dibuat oleh auditor dan draft laporan arus kas. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Meng-copy nilai gabungan harga perolehan aset tak berwujud pada skedul mutasi aset tetap dan aset tak berwujud.

2. Memasukkan nilai yang sudah di-copy tersebut dalam laporan arus kas bagian arus kas dari aktivitas investasi pada bagian perolehan aset tidak berwujud. Setelah dimasukkan, diberikan tanda minus karena pemerolehan aset tak berwujud merupakan aktivitas yang menggunakan (mengurangi jumlah/mengeluarkan) kas.

3.2.10. Memasukkan Data Koreksi Fiskal pada Catatan atas Laporan Keuangan bagian Perpajakan

Laporan keuangan perlu dilakukan penyesuaian (rekonsiliasi) fiskal sesuai ketentuan perpajakan (Ilyas dan Suhartono, 2017). Tujuan dimasukkannya data koreksi fiskal pada catatan atas laporan keuangan adalah untuk menginformasikan perbandingan jumlah laba komersial dan laba fiskal, lengkap dengan rincian rekonsiliasinya. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini, adalah data koreksi fiskal dari klien dalam bentuk file Excel dan draft catatan atas laporan keuangan.

Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh data koreksi fiskal untuk periode berjalan dari pihak klien.

(14)

75 2. Untuk koreksi fiskal atas penyusutan, data yang dimasukkan adalah hasil

penjumlahan biaya penyusutan aset tetap (kendaraan, furniture, dan peralatan) dan aset tak berwujud (software).

3. Untuk koreksi fiskal atas penerimaan sumbangan, data yang dimasukkan adalah hasil penjumlahan penerimaan dari sumbangan dan penerimaan dari APBN/BOS.

4. Untuk koreksi fiskal atas biaya penghapusan piutang dan penerimaan jasa giro, data yang dimasukkan adalah salinan nilai masing-masing akun tersebut karena keduanya hanya terdiri atas satu akun, bukan merupakan penjumlahan dari nilai beberapa akun.

3.2.11. Merekapitulasi Akta Notaris atas Perubahan Tempat Kedudukan Yayasan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01.AH.01.01 Tahun 2011 menyatakan bahwa perubahan anggaran dasar entitas mengenai hal-hal tertentu harus dimuat dalam akta notaris. Salah satu contohnya adalah perubahan tempat kedudukan entitas. Berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2004, akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UU tersebut. Akta notaris terbaru atas perubahan anggaran dasar direkapitulasi dalam catatan atas laporan keuangan pada bagian informasi umum. Tujuan dari rekapitulasi akta notaris terbaru atas hal ini adalah untuk menginformasikan bahwa Yayasan sudah berganti tempat kedudukan secara resmi. Dokumen yang dibutuhkan dalam

(15)

76 prosedur ini adalah soft copy akta notaris terbaru Yayasan dan draft catatan atas laporan keuangan. Prosedur rekapitulasi akta notaris terbaru Yayasan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh soft copy akta notaris terbaru Yayasan dari pihak klien.

2. Membaca akta notaris untuk mencari informasi yang perlu dicatat, yaitu hal dalam anggaran dasar yang diubah, nomor dan tanggal akta notaris, nama notaris yang membuat akta, serta nomor dan tanggal surat keputusan penerimaan perubahan anggaran dasar dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

3. Mencantumkan semua informasi tersebut dalam catatan atas laporan keuangan sebagai paragraf kedua bagian informasi umum.

3.2.12. Memeriksa Kesesuaian Jawaban Konfirmasi Bank dengan Saldo Rekening Koran

Jawaban konfirmasi bank merupakan respons tertulis dari bank yang digunakan untuk memastikan ketepatan informasi nilai saldo rekening bank milik klien.

Tujuan dari pemeriksaan kesesuaian konfirmasi bank dengan saldo rekening koran adalah untuk meningkatkan keyakinan auditor atas ketepatan nilai saldo rekening bank yang diterima dari klien. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah surat jawaban konfirmasi dari pihak bank, fotokopi rekening koran yang sebelumnya sudah diterima dari klien, dan supporting schedule saldo rekening bank yang terdapat dalam Working Paper. Prosedur pemeriksaan kesesuaian konfirmasi bank dengan saldo rekening koran adalah sebagai berikut:

(16)

77 1. Memperoleh jawaban konfirmasi dari pihak bank.

2. Memastikan saldo rekening pada supporting schedule sudah sesuai dengan saldo per 31 Desember pada fotokopi rekening koran sebelum dibandingkan dengan jawaban konfirmasi.

3. Membandingkan saldo pada jawaban konfirmasi dengan saldo per 31 Desember pada fotokopi rekening koran.

4. Jika sudah dipastikan cocok, keterangan CB (confirmed balance) dituliskan pada supporting schedule di sebelah kanan nomor rekening yang diperiksa.

3.2.13. Memeriksa Kesesuaian Nilai PPh Pasal 23 Terutang dengan Saldo PPh Pasal 23 Terutang Menurut Catatan Klien

PPh Pasal 23 merupakan kewajiban memotong PPh sehubungan dengan pembayaran bunga, dividen, royalti, sewa, dan jasa kepada Wajib Pajak dalam negeri (Ilyas dan Suhartono, 2017). Tujuan dari pemeriksaan kesesuaian nilai utang PPh Pasal 23 pada akhir periode adalah untuk meningkatkan keyakinan auditor bahwa nilai saldo utang PPh Pasal 23 yang diterima dari klien sudah sesuai.

Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah SPT Masa PPh Pasal 23, fotokopi bukti pemotongan PPh Pasal 23, fotokopi bukti penerimaan Negara, dan fotokopi bukti penerimaan elektronik untuk setiap bulan dalam periode berjalan, serta skedul PPh Pasal 23 yang dibuat oleh auditor dalam Working Paper. Prosedur pemeriksaan kesesuaian nilai saldo PPh Pasal 23 terutang adalah sebagai berikut:

(17)

78 1. Memperoleh SPT Masa PPh Pasal 23, fotokopi bukti pemotongan PPh

Pasal 23, fotokopi bukti penerimaan Negara, dan fotokopi bukti penerimaan elektronik untuk periode berjalan dari pihak klien.

2. Memasukkan nilai dasar pengenaan pajak (DPP) pada tabel DPP dalam skedul PPh Pasal 23 sesuai dengan jenis jasanya.

3. Nilai PPh Pasal 23 terutang akan keluar secara otomatis pada tabel PPh Pasal 23 Terutang karena setiap field sudah diberi rumus, yaitu DPP dikalikan dengan tarif pajak. Nilai tersebut harus diperiksa kesesuaiannya dengan dokumen pendukung, yaitu SPT Masa, bukti pemotongan PPh Pasal 23, bukti penerimaan Negara, dan bukti penerimaan elektronik.

4. Memasukkan tanggal penyetoran dan pelaporan pada column yang disediakan di sebelah kanan setiap tabel. Tanggal penyetoran dapat dilihat pada bukti penerimaan Negara, sedangkan tanggal pelaporan dapat dilihat pada bukti penerimaan elektronik. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada PPh Pasal 23 yang belum disetor dan/atau dilaporkan.

5. Setelah selesai memeriksa, tanda √ diberikan di sebelah kiri tanggal penyetoran. Langkah 1 sampai dengan 5 dilakukan untuk pemeriksaan setiap masa pajak.

6. Membandingkan nilai PPh Pasal 23 terutang untuk masa pajak Desember dengan saldo PPh Pasal 23 terutang dari klien untuk dilihat apakah saldo yang disajikan oleh klien sudah tepat. Masa pajak Desember dijadikan

(18)

79 acuan karena PPh Pasal 23 yang terutang baru akan dibayarkan pada bulan Januari tahun berikutnya, sehingga masih tergolong utang pada tanggal tutup buku.

3.2.14. Memeriksa Keseluruhan Working Paper

Working Paper atau kertas kerja pemeriksaan merupakan dokumentasi auditor atas keseluruhan pemeriksaan yang dijalankan (Agoes, 2017). Tujuan dari pemeriksaan keseluruhan Working Paper adalah untuk memastikan bahwa seluruh isi Working Paper sudah tepat, termasuk di dalamnya draft laporan keuangan. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah Working Paper yang berupa file Excel.

Prosedur pemeriksaan Working Paper secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa hal-hal mendasar, seperti tidak adanya selisih pada semua control balance dalam worksheet yang meliputi jumlah aset sama dengan gabungan jumlah liabilitas dan aset bersih, serta jumlah debit dan kredit kedua column penyesuaian sudah balance dan sesuai dengan yang tertera pada sheet AJE.

2. Memeriksa apakah semua angka pada worksheet sudah diambil dengan sesuai dari angka-angka pada sheet trial balance dari klien dan sheet AJE.

3. Memastikan semua penghitungan pada laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan perubahan aset bersih, laporan arus kas, dan beberapa bagian dalam catatan atas laporan keuangan sudah tepat dengan memeriksa ketepatan rumus pada setiap field. Pada setiap rumus dapat

(19)

80 terlihat juga dari sheet manakah suatu angka diambil. Kebanyakan angka dalam laporan keuangan berasal dari worksheet.

4. Memastikan semua nilai dan penghitungan yang terdapat dalam Working Balance Sheet (WBS), Working Profit and Loss (WPL), serta semua top schedule dan supporting schedule sudah tepat dengan memeriksa ketepatan rumus pada setiap field, termasuk dari sumber data untuk setiap angka yang membentuk rumus diambil.

5. Melakukan pengecekan ulang pada beberapa skedul tertentu, seperti skedul rekalkulasi dan utang pajak, untuk memastikan tidak terdapat selisih yang material.

3.2.15. Memperbaiki Saldo Akun Aset Tetap dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang Belum Tie Up dengan Laporan Posisi Keuangan Catatan atas laporan keuangan berisi informasi kualitatif dan kuantitatif yang menjelaskan informasi dalam laporan keuangan secara lebih rinci. Tujuan dilakukannya perbaikan nilai saldo aset tetap ini adalah untuk memastikan bahwa saldo aset tetap yang tersaji dalam rincian akun aset tetap dalam catatan atas laporan keuangan sama dengan saldo aset tetap pada laporan posisi keuangan. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah print out draft catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan yang sudah diperiksa oleh auditor dengan jabatan yang lebih tinggi dan supporting schedule mutasi aset tetap yang terdapat dalam Working Paper. Prosedur perbaikan saldo aset tetap yang belum tie up adalah sebagai berikut:

(20)

81 1. Memperoleh hasil review atas draft laporan keuangan yang sudah

dilengkapi keterangan perbaikan.

2. Membaca keterangan perbaikan untuk mengetahui apa yang harus diperbaiki, dalam hal ini terdapat selisih antara saldo aset tetap yang tersaji dalam rincian akun aset tetap dalam catatan atas laporan keuangan dan saldo aset tetap pada laporan posisi keuangan.

3. Memeriksa control balance pada rincian akun aset tetap dalam catatan atas laporan keuangan untuk melihat di bagian manakah terdapat selisih.

4. Jika selisihnya tidak material, dalam hal ini karena adanya pembulatan dalam penghitungan depresiasi, maka angka yang bermasalah dalam supporting schedule mutasi aset tetap dapat ditambah atau dikurangkan sehingga nilai saldo aset tetap dapat tie up dengan laporan posisi keuangan.

3.2.16. Menghitung Sisa Kompensasi Kerugian Fiskal dalam Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut Pasal 6 ayat (2) UU PPh, apabila penghasilan bruto setelah pengurangan fiskal diperoleh kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun (Ilyas dan Suhartono, 2017). Tujuan dari penghitungan sisa kompensasi kerugian fiskal dalam catatan atas laporan keuangan adalah untuk menginformasikan besaran sisa kompensasi kerugian fiskal dan periode (tahun fiskal) yang mengalami kerugian sehingga pengguna laporan dapat menghitung

(21)

82 seberapa lama lagi kompensasi tersebut dapat digunakan. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah draft catatan atas laporan keuangan. Prosedur penghitungan sisa kompensasi kerugian fiskal dalam catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung sisa kompensasi kerugian fiskal untuk setiap periode yang mengalami kerugian fiskal. Untuk periode kerugian yang kompensasinya sudah dipakai sebagian pada periode sebelumnya, besaran kompensasi yang bisa dipakai untuk periode berjalan dihitung dengan mengurangkan total besaran kompensasi dengan besaran kompensasi yang sudah dipakai.

2. Mengurangi sisa kompensasi yang tersedia dengan laba fiskal yang diperoleh dalam periode berjalan. Jika kerugian dalam satu periode sudah habis dikompensasi, maka dapat dilanjutkan dengan mengurangkan jumlah kerugian yang berikutnya dengan sisa laba fiskal yang dapat dipakai untuk mengompensasi kerugian.

3. Kompensasi kerugian yang masih tersedia dan laba fiskal yang dipakai untuk mengkompensasi dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah akumulasi rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan dalam periode- periode selanjutnya, maksimal 5 tahun dari periode kerugian.

(22)

83 3.2.17. Menambahkan Keterangan Klasifikasi Aset Tidak Lancar pada

Laporan Posisi Keuangan

Bagian aset pada laporan posisi keuangan terbagi atas dua klasifikasi, yaitu aset lancar dan aset tidak lancar, dengan penyajian aset lancar terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya penambahan keterangan klasifikasi aset tidak lancar adalah untuk membedakan akun aset yang termasuk kelompok aset lancar dan aset tidak lancar.

Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah print out draft laporan posisi keuangan yang sudah diperiksa oleh auditor dengan jabatan yang lebih tinggi dan draft laporan posisi keuangan dalam Working Paper. Prosedur penambahan keterangan klasifikasi aset tidak lancar adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh hasil review atas draft laporan keuangan yang sudah dilengkapi keterangan perbaikan.

2. Membaca keterangan perbaikan untuk mengetahui apa yang harus diperbaiki, dalam hal ini berupa penambahan keterangan klasifikasi aset tidak lancar.

3. Menambahkan beberapa baris baru di antara kelompok aset lancar dan aset tidak lancar, serta di bawah kelompok aset tidak lancar pada draft laporan posisi keuangan dalam Working Paper sebagai tempat untuk memberi keterangan tambahan.

4. Memberi keterangan “Jumlah Aset Lancar” di bawah kelompok akun aset lancar.

5. Menjumlahkan akun-akun aset lancar pada setiap column dengan rumus sum.

(23)

84 6. Memberi keterangan “Aset Tidak Lancar” di atas kelompok akun aset

tidak lancar.

7. Memberi keterangan “Jumlah Aset Tidak Lancar” di bawah kelompok akun aset tidak lancar.

8. Menjumlahkan akun-akun aset tidak lancar pada setiap column dengan rumus sum.

3.2.18. Menambahkan Informasi Alamat pada Informasi Umum dalam Catatan atas Laporan Keuangan

Bagian pertama dari catatan atas laporan keuangan berisi informasi umum mengenai entitas, seperti akta pendirian, anggaran dasar, dan susunan manajemen.

Tujuan dilakukannya penambahan informasi alamat adalah untuk menginformasikan tempat kedudukan entitas, terutama jika entitas berganti tempat kedudukan. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah print out draft catatan atas laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh auditor dengan jabatan yang lebih tinggi, informasi alamat terbaru klien yang diperoleh dari website klien, dan draft catatan atas laporan keuangan dalam Working Paper. Prosedur penambahan informasi alamat pada informasi umum dalam catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh hasil review atas draft laporan keuangan yang sudah dilengkapi keterangan perbaikan.

2. Membaca keterangan perbaikan untuk mengetahui apa yang harus diperbaiki, dalam hal ini berupa penambahan informasi alamat klien.

(24)

85 3. Memperoleh informasi alamat terbaru klien dari website klien.

4. Menambahkan beberapa baris baru di antara paragraf kedua dan ketiga pada draft catatan atas laporan keuangan bagian informasi umum dalam Working Paper sebagai tempat untuk memberi keterangan tambahan, kemudian menuliskan alamat klien pada space kosong tersebut.

3.2.19. Memeriksa Kesesuaian Jawaban Permintaan Keterangan dari Klien atas Piutang Karyawan

Dalam usaha memperoleh bukti audit, auditor memperoleh informasi dari klien terkait pertanyaan atau permintaan keterangan yang sebelumnya diajukan oleh auditor. Tujuan dari pemeriksaan kesesuaian jawaban permintaan keterangan dari klien adalah untuk meningkatkan keyakinan auditor atas informasi yang ditanyakan, dalam hal ini mengenai saldo piutang karyawan. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah jawaban permintaan keterangan dari klien, rekapitulasi piutang karyawan yang sebelumnya sudah diterima dari klien, dan supporting schedule akun piutang karyawan dalam Working Paper. Prosedur pemeriksaan kesesuaian jawaban permintaan keterangan dari klien atas piutang karyawan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh jawaban permintaan keterangan atas piutang karyawan dari pihak klien.

2. Memastikan saldo piutang setiap karyawan yang dimintai keterangan pada supporting schedule sudah sesuai dengan saldo per akhir periode pada hard copy rekapitulasi piutang setiap karyawan yang sebelumnya

(25)

86 diterima dari klien sebelum dibandingkan dengan jawaban permintaan keterangan.

3. Membandingkan saldo pada jawaban permintaan keterangan dengan saldo per akhir periode pada hard copy rekapitulasi piutang setiap karyawan yang sebelumnya diterima dari klien.

4. Jika sudah dipastikan cocok, keterangan CB (confirmed balance) dituliskan pada supporting schedule di sebelah kanan nilai piutang yang dimintai keterangan.

5. Jika semuanya sudah diperiksa, semua nilai hasil permintaan keterangan dijumlahkan dan dibandingkan dengan saldo akun piutang karyawan per book untuk dilihat apakah telah sesuai dengan catatan klien.

3.2.20. Memperbaiki Saldo Akun Bookstore Income pada Worksheet

Worksheet adalah sebuah tabel yang digunakan dalam proses adjustment dan penyusunan laporan keuangan. Saldo akun yang terdapat pada worksheet digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Tujuan dilakukannya perbaikan nilai saldo akun bookstore income pada worksheet adalah untuk memastikan nilai saldo akun tersebut sudah dihitung dengan komponen-komponen yang semestinya. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah keterangan dari klien mengenai perbaikan yang diperlukan, serta trial balance dari klien dan worksheet yang terdapat dalam Working Paper. Prosedur perbaikan nilai saldo akun bookstore income pada worksheet adalah sebagai berikut:

(26)

87 1. Memperoleh email dari klien mengenai perlunya perbaikan atas

kesalahan klasifikasi dalam bookstore income pada worksheet, dalam hal ini terdapat saldo akun yang overstated karena seharusnya salah satu komponennya (penalty fee) disajikan dalam akun terpisah.

2. Memeriksa nilai akun tersebut pada trial balance untuk memastikan nilai koreksi yang diminta klien sudah benar.

3. Meng-copy komponen tersebut dari rumus penjumlahan yang membentuk nilai bookstore income yang overstated.

4. Menyajikan saldo penalty fee pada akun terpisah dan menghapus komponen tersebut dari rumus penjumlahan yang membentuk nilai bookstore income yang overstated supaya dapat tersaji saldo yang benar.

3.2.21. Menyiapkan Draft dari Representation Letter

Representation letter adalah surat pernyataan tertulis yang diberikan oleh manajemen kepada auditor untuk mengonfirmasi mengenai hal-hal tertentu untuk mendukung bukti audit lain (IAPI, 2016). Tujuan dari disiapkannya representation letter adalah untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen tentang keyakinan bahwa mereka telah memenuhi tanggung jawab mereka untuk menyusun laporan keuangan dan untuk kelengkapan informasi yang disediakan bagi auditor.

Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah file Word dari representation letter periode sebelumnya sebagai dasar pembuatan draft untuk periode berjalan karena format penulisannya yang relatif sama. Prosedur penyiapan draft dari representation letter adalah sebagai berikut:

(27)

88 1. Memperoleh file Word dari representation letter periode sebelumnya dan

mengganti tanggal tutup buku menjadi tanggal tutup buku periode yang sedang diaudit. Tanggal representation letter juga diganti mengikuti tanggal laporan auditor independen.

2. Memastikan pernyataan yang terdapat pada representation letter tidak ada yang kontradiktif atau telah sesuai dengan penyajian di laporan keuangan, khususnya dengan pernyataan dalam catatan atas laporan keuangan.

3.2.22. Menyiapkan Draft dari Laporan Auditor Independen

Laporan auditor independen adalah laporan tertulis yang menginformasikan temuan/hasil audit kepada penggunanya (Arens, et al., 2017). Tujuan dari disiapkannya laporan auditor independen adalah untuk menyatakan suatu opini secara jelas melalui suatu laporan tertulis yang juga menjelaskan basis untuk opini tersebut. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah file Word dari laporan auditor independen periode sebelumnya sebagai dasar pembuatan draft untuk periode berjalan karena format penulisannya yang relatif sama. Prosedur penyiapan draft dari laporan auditor independen adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh file Word dari laporan auditor independen periode sebelumnya, kemudian mengganti periode, nomor dan tanggal laporan auditor independen, serta, jika diperlukan, nama dan NRAP (Nomor Registrasi Akuntan Publik) partner yang akan menandatangani.

2. Menyiapkan draft opini audit dan basis pemberian opininya.

(28)

89 3.2.23. Merekapitulasi Berita Negara atas Pendirian Yayasan dalam Catatan

atas Laporan Keuangan

Berita Negara adalah media resmi yang diterbitkan Pemerintah Indonesia untuk mengumumkan peraturan perundang-undangan dan pengumuman resmi lainnya (beritanegara.co.id). Salah satu contoh pengumuman resmi tersebut adalah pendirian suatu entitas. Berita Negara atas pendirian entitas direkapitulasi dalam catatan atas laporan keuangan pada bagian informasi umum. Tujuan rekapitulasi Berita Negara adalah untuk menginformasikan bahwa pendirian Yayasan sudah didokumentasikan secara resmi oleh Pemerintah. Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah soft copy Berita Negara atas pendirian Yayasan dan draft catatan atas laporan keuangan yang terdapat dalam file Working Paper. Prosedur rekapitulasi Berita Negara atas pendirian Yayasan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh soft copy Berita Negara atas pendirian Yayasan dari pihak klien.

2. Memastikan bahwa informasi mengenai keterangan akta pendirian dan pengesahannya yang sudah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan dan yang tertulis dalam Berita Negara sudah sesuai.

3. Mencantumkan nomor, nomor tambahan, dan tanggal Berita Negara dalam catatan atas laporan keuangan pada paragraf pertama bagian informasi umum.

(29)

90

3.3. Uraian Pelaksanaan Kerja Magang

3.3.1. Proses Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kerja magang sebagai junior auditor dilakukan di KAP Handoko & Suparmun selama 10 minggu, yaitu dari tanggal 22 Juni 2020 sampai dengan 28 Agustus 2020. Terdapat tiga klien yang ditangani selama pelaksanaan kerja magang, yaitu Yayasan WYT, PT IMG, dan Yayasan HMN. Dalam penyusunan laporan keuangannya, ketiga klien tidak menggunakan SAK ETAP, melainkan menggunakan PSAK umum. Rincian uraian pelaksanaan kerja magang yang dilakukan untuk masing-masing klien adalah sebagai berikut:

1. Yayasan WYT

a. Memilih Sampel dari Buku Besar Klien

Sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan (IAPI, 2016). Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Random/Judgement Sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan judgement auditor. Hasil dari prosedur sampling akan digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan prosedur berikutnya, yaitu vouching. Sampling dilakukan atas akun-akun beban dan aset tetap untuk periode 2019. Prosedur memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh dokumen berupa buku-buku besar dari klien (Lampiran 6).

(30)

91 Gambar 3.1

Contoh Buku Besar Yayasan WYT

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

2. Memilih transaksi-transaksi yang akan dijadikan sampel dengan mengacu pada nilai transaksi. Setiap transaksi yang memiliki nilai sama dengan atau lebih besar dari suatu nilai tertentu akan dipilih sebagai sampel. Sebagai contoh, untuk akun beban keanggotaan, transaksi yang dipilih adalah transaksi yang bernilai lebih besar dari Rp45.000.000. Karena buku besar berupa hard copy, setiap transaksi yang dipilih menjadi sampel diberi tanda (highlight) menggunakan stabilo (Lampiran 7). Dari total 9 transaksi terkait beban keanggotaan yang terjadi selama tahun 2019, terdapat 3 transaksi yang dijadikan sampel dari akun beban keanggotaan.

Jumlah nilai ketiga transaksi tersebut adalah Rp303.176.988. Nilai tersebut merupakan 93,45% dari nilai total akun tersebut, yaitu

(31)

92 sebesar Rp324.425.902 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel tersebut dapat mewakili akun beban keanggotaan untuk periode 2019.

Gambar 3.2

Sampling Akun Beban Keanggotaan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

b. Melakukan Vouching atas Sampel yang Dipilih

Vouching adalah prosedur inspeksi yang dilakukan dengan menggunakan dokumen untuk memverifikasi transaksi atau jumlah yang sudah tercatat (Arens, et al., 2017). Vouching dilakukan atas akun-akun beban dan aset tetap untuk periode 2019. Sebagai contoh, prosedur vouching salah satu transaksi pembayaran biaya keanggotaan adalah sebagai berikut:

1. Meminta klien untuk memberikan nomor urut dan tanggal untuk setiap transaksi yang akan diuji berdasarkan yang tertera pada dokumen pendukung (Lampiran 10).

(32)

93 Gambar 3.3

Nomor Urut Dokumen Transaksi yang Diberikan oleh Klien, Nilai Transaksi, dan Nama Pihak Terkait dalam Buku Besar

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

2. Mencari dokumen pendukung berdasarkan nomor urut dan tanggal yang diberikan klien dalam ordner-ordner milik klien yang sudah dikelompokkan berdasarkan bulan terjadinya transaksi (Lampiran 8 dan 9).

3. Memeriksa dokumen untuk melihat apakah nilai dan nama pihak lain yang terkait pada dokumen sudah sesuai dengan yang tertera di buku besar, serta apakah dokumen sudah diotorisasi. Dalam struk ATM, transaksi pada Gambar 3.3 dibayarkan secara sekaligus sebesar Rp254.430.976. Pada Gambar 3.3 (Lampiran 7), 3.4 (Lampiran 8), dan 3.5 (Lampiran 9) dapat terlihat bahwa nilai transaksi dan nama pihak terkait pada dokumen sudah sama

(33)

94 dengan buku besar. Namun, terlihat pada Gambar 3.4 (Lampiran 8) bahwa dokumen hanya diotorisasi satu kali pada bagian tanda kurung yang paling kiri, sedangkan pada bagian tanda kurung di sebelah kanannya tidak terdapat tanda tangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa transaksi sudah didukung dengan dokumen yang lengkap dan dicatat dengan tepat, tetapi belum diotorisasi secara lengkap.

Gambar 3.4

Nomor Urut, Tanggal, Nilai Transaksi, Nama Pihak Terkait, dan Otorisasi pada Bank Receipt Voucher

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(34)

95 Gambar 3.5

Nilai Transaksi pada Struk ATM

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(35)

96 4. Memeriksa jenis dokumen pendukung yang tersedia untuk

transaksi tersebut. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3.4 dan 3.5, transaksi ini memiliki dokumen pendukung berupa bank receipt voucher (Lampiran 8) dan bukti transaksi berupa struk ATM (Lampiran 9).

5. Untuk setiap akun, setiap kelompok dokumen pendukung ditandai dengan kode mulai dari V0, V1, V2, dan seterusnya (kode-kode tersebut menunjukkan kelompok dokumen), dilihat dari kelompok dokumen yang lebih dulu terbentuk. Dalam akun beban keanggotaan, hanya terdapat kode V0 dipakai untuk menandai transaksi dengan dokumen pendukung bank payment voucher dan struk ATM (Lampiran 10). Tidak terdapat kode V1 dan seterusnya karena tidak ditemukannya kelompok dokumen yang berbeda dalam proses vouching akun ini.

Gambar 3.6

Keterangan V0 pada Buku Besar

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(36)

97 Kode tersebut dituliskan di sisi kanan dari baris transaksi yang diuji, sedangkan isi kelompok dokumen dari setiap kode dijabarkan dalam Working Paper (Lampiran 11). Dari serangkaian prosedur yang sudah dijalankan, dapat disimpulkan bahwa transaksi sudah dicatat dengan tepat dan didukung oleh dokumen yang lengkap.

Gambar 3.7

Rincian Keterangan V0 pada Working Paper

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

c. Melakukan Prosedur Cash Opname

Cash opname adalah salah satu prosedur yang dilakukan dalam mengaudit saldo kas yang dilakukan dengan cara menghitung uang tunai yang tersedia dan membandingkannya dengan catatan perusahaan. Hasil yang didapat dari prosedur cash opname akan digunakan untuk melakukan traceback ke tanggal tutup buku untuk mencari tahu apakah saldo kas sudah disajikan dengan benar. Cash opname dilakukan atas akun kas kecil cabang PIK pada tanggal 26 Juni 2020. Prosedur cash opname adalah sebagai berikut:

(37)

98 1. Penanggung jawab kas dari pihak klien menghitung jumlah setiap

nominal uang kertas dan logam. Auditor ikut menyaksikan penghitungan tersebut. Setiap ada jenis nominal yang selesai dihitung, auditor mencatat jumlah fisik uang dengan nominal tersebut pada selembar kertas (Lampiran 12). Langkah ini terus berulang sampai semua jenis nominal uang kertas dan logam selesai dihitung dan hasil penghitungannya sudah dicatat oleh auditor yang ikut menyaksikan.

Gambar 3.8

Hasil Pemeriksaan Kas (Cash Opname)

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

2. Auditor meng-input jumlah masing-masing jenis nominal pada column jumlah dalam draft Berita Acara Pemeriksaan Kas (Lampiran 13). Jumlah nilai uangnya akan keluar secara otomatis

(38)

99 karena pada column nilai sudah terdapat rumus. Namun, rumus kemudian diperiksa kembali untuk dipastikan ketepatan penghitungannya.

Gambar 3.9

Berita Acara Pemeriksaan Kas

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

3. Auditor membandingkan jumlah nilai uang tunai hasil penghitungan fisik dengan jumlah nilai uang tunai yang tercatat pada buku kas klien (Lampiran 14) untuk melihat kesesuaiannya.

Jika Gambar 3.9 dan 3.10 dibandingkan, jumlah nilai uangnya sama, tetapi dapat ditemukan ketidaksesuaian pada jumlah uang Rp100.000, Rp50.000, Rp2.000, Rp1.000, dan Rp500.

(39)

100 Gambar 3.10

Rincian Kas dalam Buku Kas Yayasan WYT (Juni 2020)

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

d. Melakukan Pengarsipan Dokumen

Pengarsipan dokumen adalah proses memasukkan dokumen-dokumen audit yang diperoleh dari prosedur audit yang dijalankan ke dalam ordner.

Pengarsipan dokumen dilakukan atas semua dokumen audit periode 2019, meliputi trial balance, buku besar, rekening koran, buku kas kecil, rekapitulasi akun utang dan piutang, dan jawaban konfirmasi. Prosedur memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. Dokumen-dokumen yang harus disimpan disiapkan dalam wujud fisik.

(40)

101 2. Dokumen dikelompokkan berdasarkan akun atau dapat juga

dibuat pengelompokkan yang lebih spesifik. Setiap kelompok dokumen dijadikan satu tumpukan.

3. Setiap kelompok dokumen ditandai oleh sebuah label bookmark (Lampiran 15) bertuliskan nama akun atau nama dokumen yang lebih spesifik yang ditempelkan pada lembar yang paling atas.

Gambar 3.11 merupakan contoh pengelompokkan dokumen dan pemberian label bookmark untuk kelompok kas (non bank), bank, dan advance payment.

Gambar 3.11

Contoh Kelompok Dokumen dengan Label Bookmark

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(41)

102 4. Satu per satu kelompok dokumen dimasukkan ke dalam ordner

dengan urutan kelompok dokumen dari halaman paling depan, yaitu dimulai dari hasil komunikasi dengan klien melalui email, dilanjutkan dengan kelompok akun-akun laporan posisi keuangan, dan diakhiri dengan kelompok akun-akun laporan aktivitas.

Jumlah ordner boleh ditambah jika satu ordner tidak cukup untuk menyimpan seluruh dokumen.

e. Melakukan Rekalkulasi atas Skedul Prepaid Expenses

Biaya dibayar di muka (prepaid expenses) adalah beban yang dibayarkan dengan kas sebelum digunakan atau dikonsumsi (Weygandt, et al., 2018).

Rekalkulasi dilakukan atas skedul prepaid expenses periode 2019. Prosedur rekalkulasi skedul prepaid expenses adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh skedul prepaid expenses dari pihak klien (Lampiran 16).

(42)

103 Gambar 3.12

Template Skedul Prepaid Expenses

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

2. Membuat tabel untuk memuat hasil rekalkulasi (Lampiran 17) yang terdiri atas column bulan, amortisasi (per bulan), amortisasi setahun, selisih (untuk amortisasi periode berjalan), sisa prepaid, dan selisih (untuk nilai buku akhir periode).

Gambar 3.13

Template Tabel Rekalkulasi Prepaid Expenses

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(43)

104 3. Memastikan saldo awal sudah benar untuk setiap item yang

merupakan bawaan dari periode sebelumnya dengan mengacu pada skedul prepaid expenses periode sebelumnya. Pada Gambar 3.12 dan 3.14, dapat dilihat bahwa saldo awal asuransi untuk gedung TK-SD (periode 5 April 2018 – 5 April 2019) per 1 Januari 2019 (Lampiran 16) sudah sesuai dengan saldo akhirnya per tanggal 31 Desember 2018 (Lampiran 18), yaitu sebesar Rp26.370.475,05.

Gambar 3.14

Saldo Akhir 2018 Asuransi Gedung TK-SD

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

4. Memastikan bahwa klien sudah melakukan alokasi pembebanan expense dengan benar setiap bulannya (Lampiran 16). Untuk asuransi gedung TK-SD (periode 5 April 2018 – 5 April 2019), periode yang tersisa pada tahun 2019 adalah bulan Januari hingga

(44)

105 Maret, sehingga dapat disimpulkan bahwa alokasi pembebanannya sudah tepat.

Gambar 3.15

Alokasi Pembebanan Asuransi Gedung TK-SD

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

5. Mengisi column bulan dengan mengacu pada column periode.

Karena pembebanan pada tahun 2019 untuk item ini hanya berjalan selama 3 bulan (Lampiran 16), angka 3 diisikan pada column bulan dalam tabel per audit, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.16 (Lampiran 17).

6. Mengisi column amortisasi (per bulan) dengan hasil penghitungan dari nilai pada column Cost dibagi 12. Dapat dilihat pada Gambar 3.12 bahwa cost dari asuransi gedung TK-SD sebesar Rp105.481.900 (Lampiran 16), sehingga ketika dibagi 12 hasil amortisasi per bulan hasil rekalkulasinya adalah sebesar Rp8.790.158,34 (Lampiran 17).

(45)

106 Gambar 3.16

Column Bulan dan Amortisasi Per Bulan Asuransi Gedung TK-SD

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

7. Mengisi column amortisasi setahun dengan mengalikan angka pada column bulan dengan nilai pada column amortisasi (per bulan) (Lampiran 17). Untuk asuransi gedung TK-SD, pembebanan tahun 2019 terjadi selama 3 bulan sebesar Rp8.790.158,34 per bulan, sehingga pembebanannya selama tahun 2019 hasil rekalkulasinya adalah sebesar Rp26.370.475,01.

(46)

107 Gambar 3.17

Hasil Rekalkulasi Amortisasi Setahun Asuransi Gedung TK-SD

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

8. Mengurangi nilai amortisasi setahun hasil rekalkulasi (Lampiran 17) dengan nilai amortisasi setahun hasil penghitungan klien (Lampiran 16) untuk memeriksa apakah penghitungan klien sudah tepat. Terdapat selisih yang tidak material untuk total pembebanan asuransi gedung TK-SD selama tahun 2019, yaitu sebesar Rp0,01.

Gambar 3.18

Pembebanan Prepaid Expenses dan Saldo Akhir Asuransi Gedung TK-SD Hasil Penghitungan Klien

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(47)

108 Gambar 3.19

Hasil Penghitungan Perbedaan Pembebanan Prepaid Expenses

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

9. Mengisi column sisa prepaid dengan mengurangi saldo awal setiap item (Lampiran 16) dengan beban amortisasi setahun hasil rekalkulasi (Lampiran 17). Sisa prepaid asuransi gedung TK-SD hasil rekalkulasi adalah Rp0,05.

Gambar 3.20

Hasil Rekalkulasi Sisa Prepaid

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

10. Mengurangi nilai saldo akhir per audit (Lampiran 17) dengan nilai saldo akhir per book (Lampiran 16) untuk memeriksa apakah

(48)

109 pencatatan klien sudah tepat. Selisih saldo akhir per audit dan per book untuk asuransi gedung TK-SD tidak material, yaitu sebesar Rp0,01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan pembebanan prepaid expense atas asuransi gedung TK-SD selama tahun 2019 untuk item ini sudah dihitung secara tepat.

Gambar 3.21

Hasil Penghitungan Perbedaan Sisa Prepaid

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

11. Mengurangi nilai saldo akhir keseluruhan akun prepaid expenses per audit dengan nilai akun per book-nya untuk memeriksa apakah penghitungan nilai saldo akhir sudah tepat (Lampiran 19). Hasil penghitungan ini memunculkan selisih sebesar Rp92.126. Karena selisih tersebut terbilang tidak material, keterangan “Passed”

ditulis di sebelah kanan nilai selisih tersebut.

(49)

110 Gambar 3.22

Pemeriksaan Ketepatan Saldo Prepaid Expenses

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

f. Melakukan Rekalkulasi atas Skedul Biaya Ditangguhkan

Biaya ditangguhkan adalah biaya yang timbul atas perbaikan besar aset tetap yang dikapitalisasi dan diamortisasi selama masa manfaatnya. Rekalkulasi dilakukan atas skedul biaya ditangguhkan periode 2019. Prosedur rekalkulasi skedul biaya ditangguhkan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh skedul biaya ditangguhkan dari pihak klien (Lampiran 20).

Gambar 3.23

Template Skedul Biaya Ditangguhkan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(50)

111 2. Membuat tabel untuk memuat hasil rekalkulasi (Lampiran 21)

yang terdiri atas column bulan, amortisasi (per bulan), amortisasi setahun, selisih (untuk amortisasi periode berjalan), sisa nilai buku, dan selisih (untuk nilai buku akhir periode).

Gambar 3.24

Template Tabel Rekalkulasi Biaya Ditangguhkan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

3. Memastikan saldo awal sudah benar untuk setiap item yang merupakan bawaan dari periode sebelumnya dengan mengacu pada skedul biaya ditangguhkan periode sebelumnya. Untuk item biaya ditangguhkan atas perbaikan rumput lapangan, saldo akhir tahun 2018 (Lampiran 22) sudah sama dengan saldo awal tahun 2019 (Lampiran 20), yaitu sebesar Rp684.687.801.

(51)

112 Gambar 3.25

Saldo Akhir 2018 Biaya Ditangguhkan atas Perbaikan Rumput Lapangan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

4. Memastikan bahwa klien sudah melakukan alokasi amortisasi dengan benar setiap bulannya (Lampiran 20). Alokasi amortisasi biaya ditangguhkan atas perbaikan rumput lapangan selama tahun 2019 hanya terjadi dari bulan Januari hingga Juli. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa amortisasi atas item tersebut sudah dialokasikan secara tepat.

(52)

113 Gambar 3.26

Alokasi Pembebanan Biaya Ditangguhkan atas Perbaikan Rumput Lapangan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

5. Mengisi column bulan dengan mengacu pada column periode.

Pada Gambar 3.23, terlihat bahwa alokasi amortisasi hanya tersisa 7 bulan selama tahun 2019 (Lampiran 20), sehingga angka 7 diisikan pada column bulan (Lampiran 21), sebagaimana terlihat pada Gambar 3.27.

6. Mengisi column amortisasi (per bulan) dengan hasil penghitungan dari nilai pada column Cost dibagi total periode (dalam satuan bulan). Sebagaimana terlihat pada Gambar 3.23, biaya total perbaikan rumput lapangan adalah Rp4.695.001.900 dan dikapitalisasi selama 48 bulan (Lampiran 20), maka amortisasi per bulannya adalah Rp97.812.593,58 (Lampiran 21).

(53)

114 Gambar 3.27

Column Bulan dan Amortisasi Per Bulan Biaya Ditangguhkan atas Perbaikan Rumput Lapangan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

7. Mengisi column amortisasi setahun dengan mengalikan angka pada column bulan dengan nilai pada column amortisasi (per bulan) (Lampiran 21). Untuk biaya perbaikan rumput lapangan, amortisasi tahun 2019 terjadi selama 7 bulan sebesar Rp97.812.539,58 per bulan, sehingga pembebanannya selama tahun 2019 hasil rekalkulasinya adalah sebesar Rp684.687.777,08.

Gambar 3.28

Hasil Rekalkulasi Amortisasi Setahun Biaya Ditangguhkan atas Perbaikan Rumput Lapangan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(54)

115 8. Mengurangi nilai amortisasi setahun hasil rekalkulasi (Lampiran

16) dengan nilai amortisasi setahun hasil penghitungan klien (Lampiran 20). Hasil penghitungan tersebut memunculkan selisih yang tidak material sebesar Rp4,08.

Gambar 3.29

Pembebanan dan Saldo Akhir Biaya Ditangguhkan atas Perbaikan Rumput Lapangan Hasil Penghitungan Klien

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

Gambar 3.30

Hasil Penghitungan Perbedaan Pembebanan Biaya Ditangguhkan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(55)

116 9. Mengisi column sisa nilai buku dengan mengurangi saldo awal

setiap item (Lampiran 20) dengan beban amortisasi setahun hasil rekalkulasi (Lampiran 21). Berdasarkan rekalkulasi yang dilakukan, sisa nilai buku per audit adalah Rp23,92.

Gambar 3.31

Hasil Rekalkulasi Sisa Deferred

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

10. Mengurangi nilai saldo akhir per audit (Lampiran 21) dengan nilai saldo akhir per book (Lampiran 20) untuk memeriksa ketepatan penghitungan. Hasil rekalkulasi menyatakan adanya selisih nilai saldo akhir per book dan per audit untuk item biaya ditangguhkan atas perbaikan rumput lapangan sebesar Rp4,08. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan pembebanan amortisasi biaya ditangguhkan atas item ini selama tahun 2019 sudah dihitung secara tepat.

(56)

117 Gambar 3.32

Hasil Penghitungan Perbedaan Sisa Deferred

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

11. Mengurangi nilai saldo akhir keseluruhan akun biaya ditangguhkan per audit dengan nilai akun per book-nya untuk memeriksa apakah penghitungan oleh klien sudah tepat (Lampiran 21). Hasil pemeriksaan menyatakan adanya selisih sebesar Rp1.348 antara saldo akhir per book dan per audit untuk akun biaya ditangguhkan. Karena selisih tersebut tidak material, keterangan “Passed” ditulis di sebelah kanan nilai selisih tersebut.

Gambar 3.33

Pemeriksaan Ketepatan Saldo Biaya Ditangguhkan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(57)

118 g. Melakukan Rekalkulasi atas Skedul Depresiasi Aset Tetap dan

Amortisasi Aset Tak Berwujud

Depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap secara sistematis dan rasional selama masa manfaatnya (Kieso, et al., 2020).

Sedangkan, amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan aset tak berwujud secara sistematis selama masa manfaatnya. Penghitungan beban depresiasi dan amortisasi dilakukan dengan metode straight-line.

Rekalkulasi dilakukan atas skedul depresiasi aset tetap dan amortisasi aset tak berwujud periode 2019. Prosedur rekalkulasi skedul depresiasi aset tetap dan amortisasi aset tak berwujud adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh skedul yang berisi daftar aset tetap dan aset tak berwujud beserta pembebanannya yang akan direkalkulasi dari pihak klien (Lampiran 23).

Gambar 3.34

Skedul Daftar Penyusutan Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

(58)

119 2. Membuat tabel untuk memuat hasil rekalkulasi (Lampiran 24)

yang terdiri atas column bulan, penyusutan per bulan, penyusutan setahun, dan selisih.

Gambar 3.35

Template Tabel Rekalkulasi Penyusutan

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

3. Mengisi column bulan dengan mengacu pada tanggal perolehan aset dan masa manfaatnya. Sebagai contoh, masa manfaat software Managebac diestimasi berakhir pada tanggal 1 Juli 2020 (Lampiran 23), sehingga pembebanan depresiasi tahun 2019 dialokasikan selama 1 tahun penuh. Oleh karena itu, angka 12 diisikan dalam column bulan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.36 (Lampiran 24).

4. Mengisi column penyusutan per bulan dengan hasil pembagian total harga beli dengan 12 kali masa manfaat (yang dinyatakan

(59)

120 dalam satuan tahun). Pada Gambar 3.34, terlihat total harga beli software Managebac sebesar Rp82.281.280 dengan estimasi masa manfaat 5 tahun (Lampiran 23). Angka penyusutan per bulan sebesar Rp1.371.355 (Lampiran 24) didapat dari pembagian total harga beli (Rp82.281.280) dengan masa manfaat (5 tahun dikali 12, yaitu 60 bulan).

Gambar 3.36

Column Bulan, Rekalkulasi Amortisasi Per Bulan, dan Penyusutan 2019 atas Software Managebac

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

5. Mengisi column penyusutan setahun dengan hasil perkalian angka pada column bulan dan angka pada column penyusutan per bulan (Lampiran 24). Sebagai contoh, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.36, pembebanan amortisasi software Managebac selama tahun 2019 terjadi selama 12 bulan sebesar Rp1.371.555 per bulan sehingga nilai pembebanan hasil rekalkulasinya adalah sebesar Rp16.456.256.

(60)

121 6. Menghitung selisih dengan mengurangkan nilai penyusutan

setahun hasil rekalkulasi (Lampiran 24) dengan nilai penyusutan setahun hasil penghitungan klien (Lampiran 23). Hasil rekalkulasi menunjukkan tidak adanya selisih antara nilai beban penyusutan per book dan per audit atas software Managebac.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan pembebanan penyusutan atas item ini sudah dihitung secara tepat.

Gambar 3.37

Hasil Penghitungan Perbedaan Pembebanan Amortisasi atas Software Managebac

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

7. Menghitung selisih jumlah beban depresiasi setahun hasil rekalkulasi dengan hasil penghitungan klien untuk setiap akun aset (kendaraan, furniture, peralatan, dan aset tak berwujud/software).

Untuk akun beban penyusutan software, hasil rekalkulasi menunjukkan tidak adanya selisih antara nilai beban penyusutan per book dan per audit (Lampiran 25). Dengan demikian, dapat

(61)

122 disimpulkan bahwa keseluruhan pembebanan penyusutan atas akun ini sudah dihitung secara tepat.

Gambar 3.38

Hasil Penghitungan Perbedaan Pembebanan Amortisasi Aset Tak Berwujud

(Sumber: Arsip Internal KAP Handoko & Suparmun)

8. Memberikan tanda berupa highlight dan tulisan “ADD FA” di sebelah kanan column nilai buku akhir hasil penghitungan klien pada setiap aset yang diperoleh dalam periode berjalan. Dapat dilihat pada Gambar 3.39 bahwa ketiga aset tak berwujud yang diberi highlight semuanya diperoleh pada tahun 2019 (Lampiran 25).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

4) Catatan atas Laporan Keuangan tahun 2014 Catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Parepare tahun 2014 terdiri dari tujuh bab. Bab pertama adalah pendahuluan

Bahwa TERGUGAT menolak posita butir (12) tentang perbuatan wanprestasi dan permintaan ganti rugi yang dinyatakan PENGGUGAT, karena sehubungan dengan

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa kandungan butir menir padi varietas Siam Sabah yang tertinggi ada pada gabah kering 12,10% yaitu sebanyak 8,30%, sedangkan butir

Konsumen yang mulai kritis dengan kualitas, rasa dan lebih dalam lagi ke proses pembuatan menyebabkan Founder UKM menjadi sangat terpojok, seperti dikutip dari wawancara

1. Jumlah produk cacat masih dalam jumlah yang besar. Model kemeja yang menjadi objek penelitian adalah kemeja wanita style 12FS4808. Hal ini dikarenakan, pada saat penulis

seperti wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat, (6) digunakan untuk

Hasil analisis uji respon penonton ini menunjukan bahwa setelah menonton film documenter PTI : Rumahku (Sebuah Catatan, Sebuah Kisah), penonton bisa mengetahui

INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2009-2015” untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan