• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MATEMATIKA MODEL GOMPERTZ, MODEL GYLLENBERG-WEBB DAN MODIFIKASINYA PADA PERTUMBUHAN TUMOR KHAIRIDA ISKANDAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MATEMATIKA MODEL GOMPERTZ, MODEL GYLLENBERG-WEBB DAN MODIFIKASINYA PADA PERTUMBUHAN TUMOR KHAIRIDA ISKANDAR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KHAIRIDA ISKANDAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Matematika Model Gompertz, Model Gyllenberg-Webb dan modifikasinya pada pertumbuhan tumor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Khairida Iskandar NRP: G551090331

(4)
(5)

Gyllenberg-Webb Model and Its Modification of Tumour Growth. Supervised by PAIAN SIANTURI and ALI KUSNANTO.

Tumours are cells that grow abnormally. The growth of tumour cells was explained by the Gompertz model. But, the Gompertz model can not explain the growth of proliferation and non proliferation of tumor cells. Interaction between proliferation and non proliferation cells was modeled by Gyllenberg-Webb (1991). The Gyllenberg and Webb model defined the transition rate of the proliferation cell converted into the non-proliferation cell i.e., the rate increase with N. Some research found that tumour cell growth in the Gyllenberg-Webb model are well-suited with the Gompertz model so that the analytic solutions could be obtained independent of the transition rate. In addition, in this research

the transition rate ൫ݎ௜ሺܰሻ൯ was defined by a function that describes rate of

transition from non-proliferation converted into the proliferation. the function

represents a decline function. Also, the transition rate ൫ݎ଴ሺܰሻ൯ was modified,

which its original form was defined by Gyllenberg and of Webb (1991). There are Three forms of Gyllenberg-Webb models proposed in this article. These are the original Gyllenberg-Webb model, Gyllenberg-Webb Gompertz model and the modified Gyllenberg-Webb model. The analysis and the simulated model indicate that the dynamics cell of proliferation and non-proliferation cell from Gyllenberg-Webb Gompertz model and Gyllenberg-Gyllenberg-Webb model modification show the pattern of sigmoidal and relevant to explain the dynamics proliferation and non-proliferation cells. While the original model of Gyllenberg-Webb does not show the pattern of sigmoidal and appeared to be irrelevant to the dynamic pattern of proliferation and non-proliferation cell.

Keywords: Gompertz model, Gyllenberg-Webb model, proliferation, non-proliferation

(6)
(7)

RINGKASAN

KHAIRIDA ISKANDAR. Analisis Matematika Model Gompertz, Model Gyllenberg-Webb dan Modifikasinya pada Pertumbuhan Tumor. Dibimbing oleh PAIAN SIANTURI dan ALI KUSNANTO.

Tumor adalah penyakit yang disebabkan oleh sel-sel jaringan tubuh yang pertumbuhannya tidak normal. Populasi sel tumor dapat dianggap sebagai konstruksi dari dua sub-populasi terdiri dari sel proliferasi (P) dan sel non-proliferasi (Q). Sel P berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel P yang baru. Sedangkan sel Q tidak melakukan pembelahan diri, namun sel Q dapat berubah menjadi sel P, begitupun sebaliknya.

Model pertumbuhan tumor sangat dibutuhkan untuk memahami fenomena pertumbuhan tumor. Kozusko dan Bajzer (2003) mengemukakan bahwa model Gompertz merupakan model pertumbuhan tumor yang sering digunakan oleh beberapa peneliti, karena dapat mendiskripsikan pertumbuhan populasi sel tumor. Namun, model Gompertz hanya melihat pertumbuhan populasi sel tumor tanpa membedakan antara pertumbuhan populasi sel P dan populasi sel Q pada sel tumor.

Gyllenberg dan Webb (1991) menyusun suatu model dinamika interaksi populasi sel P dan populasi sel Q pada sel tumor. Berdasarkan beberapa penelitian, model Gyllenberg-Webb pada umumnya mengasumsikan bahwa total populasi sel tumor (N) memenuhi model Gompertz, yang selanjutnya disebut

model Alberto. Gyllenberg dan Webb mendefinisikan fungsi ݎ଴ሺܰሻ untuk

merepresentasikan laju transisi dari sel P menjadi sel Q, yang selanjutnya disebut

model Gyllenberg-Webb. Namun fungsi ݎሺܰሻ dalam Gyllenberg dan Webb ini

memiliki kelemahan yaitu pada saat nilai ܰ semakin besar maka nilai ݎ଴ሺܰሻ juga

semakin besar, yang mengakibatkan laju perubahan sel P semakin turun. Oleh

karena itu fungsi ݎሺܰሻ akan dimodifikasi dan disebut model modifikasi.

Analisis yang dilakukan terhadap model Gyllenberg-Webb dan modifikasinya diperoleh dua titik tetap. Dinamika pertumbuhan tumor dengan model Gyllenberg-Webb dan model modifikasi dipengaruhi oleh laju pertumbuhan populasi sel P, laju kematian populasi sel P, laju kematian populasi sel Q, laju transisi dari sel P ke sel Q dan laju laju transisi dari sel Q ke sel P. Pengaruh ditingkatkannya nilai laju pertumbuhan populasi sel P menunjukkan laju perubahan sel P akan meningkat, mengakibatkan laju perubahan sel Q juga meningkat. Peningkatan nilai laju kematian populasi sel P menunjukkan laju perubahan sel P akan turun, mengakibatkan laju perubahan sel Q juga akan turun. Pengaruh peningkatan nilai laju kematian populasi sel Q menunjukkan laju perubahan sel Q akan turun, mengakibatkan laju perubahan sel P juga turun.

Penggunaan fungsi laju transisi dari sel P ke sel Q yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb (1991) sangat mempengaruhi laju perubahan sel P dan laju perubahan sel Q dari model Gyllenberg-Webb. Semakin besar nilai laju transisi dari sel P ke sel Q mengakibatkan laju perubahan sel P pada model

(8)

Gyllenberg-   

 

 

Webb akan turun, penurunan laju perubahan sel P akan mengubah laju perubahan sel Q. Sementara nilai fungsi untuk laju transisi dari sel P ke sel Q yang telah dimodifikasi sangat kecil sekali dibandingkan nilai fungsi untuk laju transisi dari sel P ke sel Q yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb (1991), sehingga laju perubahan sel P dari model modifikasi selalu naik, peningkatan laju perubahan sel

P akan mengubah laju perubahan sel Q.

Dinamika pertumbuhan populasi sel P dan sel Q dengan model modifikasi memiliki pola yang sama dengan model Alberto yaitu selalu meningkat seperti fungsi sigmoidal, sedangkan pada model Gyllenberg-Webb tidak memiliki pola pertumbuhan seperti fungsi sigmoidal. Pola pertumbuhan populasi sel P dan sel Q antara model Gyllenberg-Webb dan model Alberto sangat jauh berbeda. Pertumbuhan model Alberto dan model modifikasi dapat merepresentasikan pertumbuhan sel tumor yang jumlah populasinya mencapai jutaan sel.

Kata kunci: model Gompertz, model Gyllenberg-Webb, proliferasi, non-proliferasi

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

KHAIRIDA ISKANDAR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Matematika

(12)
(13)

Program Studi : Matematika Terapan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Paian Sianturi Drs. Ali Kusnanto, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Matematika Terapan

Dr. Endar H. Nugrahani, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(14)
(15)

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 ini ialah masalah pertumbuhan sel tumor, dengan judul Analisis Matematika Model Gompertz, Model Gyllenberg-Webb dan Modifikasinya pada Pertumbuhan Tumor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Paian Sianturi dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si selaku pembimbing atas segala saran dan bimbingannya. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr.Ir. Hadi Sumarno, MS yang telah banyak memberikan saran selaku penguji luar komisi. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr.Ir. Endar Hasafah Nugrahani, MS yang telah banyak memberikan saran selaku Ketua Program Studi Matematika Terapan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga dan sahabat, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

(16)
(17)

Iskandar Rauf dan ibu Irma Lailawati. Penulis merupakan putri keenam dari sembilan bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Adabiah Padang dan pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di Banda Aceh. Penulis memilih jurusan Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam program S1 dan selesai pada tahun 2001.

Tahun 2002 penulis menjadi staf pengajar di bimbingan belajar Nurul Fikri. Pada tahun 2005 penulis menjadi staf pengajar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada program studi pendidikan Matematika.

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Tujuan Penelitian ……… 2

II TINJAUAN PUSTAKA ………... 4

2.1 Sistem Persamaan Diferensial Mandiri ………... 4

2.2 Titik Tetap ………... 4

2.3 Nilai Eigen dan Vektor Eigen ………. 4

2.4 Analisis Kestabilan Titik Tetap ……….. 5

III PEMODELAN PERTUMBUHAN TUMOR ………... 7

3.1 Model Gompertz ………. 7

3.2 Model Gyllenberg-Webb ……… 8

3.2.1 Analisis Model Gyllenberg-Webb ……… 11

3.2.2 Simulasi model ……….. 13

3.3 Model Alberto ………... 18

IV MODEL MODIFIKASI……….... 20

4.1 Analisis Model Modifikasi ……….. 21

4.2 Simulasi Model Modifikasi ………. 23

4.2 Perbandingan Simulasi ……… 29

V SIMPULAN ……….. 32

DAFTAR PUSTAKA ………... 33

(20)

   

 

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai parameter Model Gompertz ………. 7

2 Nilai-nilai parameter Model Gyllenberg-Webb ……… 12

(22)
(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pertumbuhan sel tumor dengan Model Gompertz ……….. 8

2 Skema dua kompartemen sel tumor yaitu sel proliferasi (P) dan

Sel Non-proliferasi (Q) pada Model Gyllenberg-Webb ……… 9

3 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap nilai parameter standar.. 14

4 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai

parameter ……….. 14

5 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai

parameter ……….. 15

6 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai

parameter ………. 16

7 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap peningkatan nilai

parameter ……….. 16

8 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap peningkatan nilai

parameter ……….. 17

9 Simulasi Model Gyllenberg-Webb terhadap peningkatan nilai

parameter ………. 17

10 Pertumbuhan sel tumor dengan Model Alberto ……….. 19

11 Simulasi Model Modifikasi terhadap nilai parameter Standar ……... 23

12 Simulasi Model Modifikasi terhadap penurunan nilai parameter .. 24

13 Simulasi Model Modifikasi terhadap penurunan nilai parameter .. 25

14 Simulasi Model Modifikasi terhadap penurunan nilai parameter .. 25

15 Simulasi Model Modifikasi terhadap peningkatan nilai parameter 26

16 Simulasi Model Modifikasi terhadap peningkatan nilai parameter 27

17 Simulasi Model Modifikasi terhadap peningkatan nilai parameter . 27

18 (a) Dinamika sel P dari Model Gyllenberg-Webb, (b) Dinamika

sel P dari Model Modifikasi, (c) Dinamika sel P dari Model Alberto 29

19 (a) Dinamika sel Q dari model Gyllenberg-Webb, (b) Dinamika

sel Q dari Model Modifikasi, (c) Dinamika sel Q

(24)

   

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Penentuan titik tetap Model Gyllenberg-Webb ……….. 35

2a Analisis kestabilan Model Gyllenberg-Webb ………. 40

2b Analisis kestabilan Model Gyllenberg-Webb , ……… 41

2c Analisis kestabilan Model Gyllenberg-Webb , ……… 43

3 Penentuan titik tetap Model Modifikasi ………... 46

4a Analisis kestabilan Model Modifikasi ………. 51

4b Analisis kestabilan Model Modifikasi di , ……… 52

(26)

   

xiii   

(27)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tumor adalah penyakit yang disebabkan oleh sel-sel jaringan tubuh yang pertumbuhannya tidak normal. Populasi sel tumor (N) dapat dianggap sebagai konstruksi dari dua sub-populasi terdiri dari sel proliferasi (P) dan sel non-proliferasi (Q). Sel P berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel P yang baru. Sedangkan sel Q tidak melakukan pembelahan diri, namun sel Q dapat berubah menjadi sel P, begitupun sebaliknya.

Model pertumbuhan tumor sangat dibutuhkan untuk memahami fenomena pertumbuhan tumor. Kozusko dan Bajzer (2003) mengemukakan bahwa model Gompertz merupakan model pertumbuhan tumor yang sering digunakan oleh beberapa peneliti, karena dapat mendiskripsikan pertumbuhan populasi sel tumor. Namun, model Gompertz hanya melihat pertumbuhan populasi sel tumor tanpa membedakan antara pertumbuhan populasi sel P dan populasi sel Q pada sel tumor.

Gyllenberg dan Webb (1991) menyusun suatu model dinamika interaksi populasi sel P dan populasi sel Q pada sel tumor. Secara data empiris, Gyllenberg mengemukakan bahwa laju transisi dari sel P menjadi sel Q yang

direpresentasikan dalam fungsi ݎ଴ሺܰሻ memiliki nilai yang sangat besar daripada

laju transisi dari sel Q menjadi sel P yang direpresentasikan dalam fungsi ݎሺܰሻ.

Gyllenberg mengasumsikan bahwa fungsi ݎሺܰሻ merupakan fungsi tak turun dan

fungsi ݎ௜ሺܰሻ merupakan fungsi tak naik.

Berdasarkan beberapa penelitian, Kozusko dan Bajzer (2003) melakukan analisis terhadap model Gyllenberg-Webb dengan mendefinisikan fungsi tingkat transisi bersih antara sel P dan sel Q, lalu mengasumsikan populasi sel tumor memenuhi model Gompertz dan diperoleh solusi analitik dari populasi sel P dan

sel Q yang tidak tergantung kepada fungsi ݎ଴ሺܰሻ dan ݎ௜ሺܰሻ, namun Kozusko

mengusulkan bentuk fungsi ݎሺܰሻ yang bukan merupakan fungsi tak naik. Adnani

dan Talibi (2008) melakukan analisis titik tetap terhadap model

(28)

2   

Fasano (2011) melakukan analisis terhadap model Gyllenberg-Webb dengan mengasumsikan populasi sel tumor memenuhi model Hyper-Gompertz dan diperoleh solusi analitik dari populasi sel P dan sel Q yang tidak tergantung kepada fungsi ݎሺܰሻ dan ݎሺܰሻ. Model ini selanjutnya disebut model Alberto.

Analisis model Gyllenberg-Webb pada umumnya mengasumsikan bahwa total populasi sel tumor pada model Gyllenberg-Webb memenuhi model Gompertz dan solusi analitik yang diperoleh tidak tergantung pada bentuk fungsi

ݎ଴ሺܰሻ dan ݎ௜ሺܰሻ. Dalam tulisan ini akan dibahas model Gyllenberg-Webb,

dimana total populasi sel tumor pada model Gyllenberg-Webb tidak memenuhi

model Gompertz, mendefinisikan fungsi ݎ௜ሺܰሻ merupakan fungsi tak naik dan

menggunakan fungsi ݎሺܰሻ yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb (1991).

Model ini selanjutnya disebut model Gyllenberg-Webb. Namun fungsi ݎ଴ሺܰሻ

tersebut akan dimodifikasi karena pada saat nilai ܰ semakin besar maka nilai

ݎሺܰሻ juga semakin besar, mengakibatkan laju perubahan sel P semakin menurun.

Berdasarkan hal tersebut maka fungsi ݎ଴ሺܰሻ akan di modifikasi sehingga

mendapatkan model yang lebih baik dan tetap memenuhi asumsi model Gyllenberg-Webb. Model ini selanjutnya disebut model modifikasi

Selanjutnya melakukan analisis kestabilan dan simulasi pada model Gyllenberg-Webb dan model modifikasi. Simulasi dilakukan terhadap nilai

parameter ߚ, ߤ dan ߤ dengan menggunakan software Mathematica 7.0,

kemudian membandingkan dinamika populasi sel P dan populasi sel Q dari model pertumbuhan tumor. Pada tulisan ini model Gompertz dan model Gyllenberg-Webb diasumsikan tanpa pengobatan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji model Gompertz, model Gyllenberg-Webb dan model Alberto.

2. Melakukan modifikasi fungsi ݎ଴ሺܰሻ pada model Gyllenberg-Webb, yang

disebut model modifikasi.

3. Membandingkan dinamika populasi sel P dan populasi sel Q antara model Gyllenberg-Webb dan model modifikasi.

(29)

4. Membandingkan dinamika populasi sel P dan populasi sel Q antara model Alberto dan model modifikasi.

(30)
(31)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Mandiri

Misalkan diberikan persamaan diferensial (SPD) sebagai berikut: ,

(2.1) ,

dengan dan adalah fungsi kontinu dari dan dengan turunan parsial

pertama kontinu, dengan laju perubahan dan dinyatakan dengan fungsi eksplisit dari dan sendirian dan tidak mengandung di dalamnya. SPD (2.1) disebut sebagai SPD autonomous (mandiri).

(Farlow, 1994) 2.2 Titik Tetap

Misalkan diberikan sistem persamaan diferensial sebagai berikut:

, (2.2)

titik disebut titik tetap jika memenuhi 0. Titik tetap disebut juga titik

kritis atau titik keseimbangan.

(Tu, 1994)

2.3 Nilai Eigen dan Vektor Eigen

Misalkan matriks berukuran , maka suatu vektor taknol di

disebut vektor eigen dari jika untuk suatu skalar berlaku:

. (2.3)

(32)

5   

 

 

0 (2.4)

dengan adalah matriks identitas. Persamaan (2.4) mempunyai solusi taknol jika dan hanya jika:

| | 0 (2.5)

persamaan (2.5) disebut persamaan karakteristik dari matriks .

(Anton, 1995) 2.4 Analisis Kestabilan Titik Tetap

Misalkan diberikan matriks berukuran 2 2 sebagai berikut:

dengan persamaan karakteristik

0

dan adalah matriks identitas, maka persamaan karakteristiknya menjadi

0

sedemikian sehingga diperoleh persamaan:

Δ 0

dengan

Δ .

Dengan demikian diperoleh nilai eigen dari matriks sebagai berikut:

,

√ 4Δ

2 .

ada tiga kasus untuk nilai Δ:

(33)

Jika kedua nilai eigen real berbeda tanda maka titik tetap bersifat “sadel”.

• Kasus Δ 0.

ƒ 4Δ 0.

- Jika 0 dan kedua nilai eigen real bernilai positif maka titik tetap

bersifat “simpul tak stabil”.

- Jika 0 dan kedua nilai eigen real bernilai negative maka titik tetap

bersifat “simpul stabil”.

ƒ 4Δ 0.

- Jika 0 dan kedua nilai eigen imajiner , maka titik tetap

bersifat “spiral tak stabil”.

- Jika 0 dan kedua nilai eigen imajiner , maka titik tetap

bersifat “spiral stabil”.

- Jika 0 dan kedua nilai eigen imajiner murni , maka titik

tetap bersifat “center”.

ƒ 4Δ 0.

- Parabola 4Δ 0 adalah garis batas antara simpul dan spiral. Star

nodes dan degenerate terletak pada parabola ini. Jika kedua nilai eigen

bernilai sama maka titik tetap bersifat “simpul sejati”.

• Kasus Δ 0.

Jika salah satu nilai eigen bernilai nol maka titik asal bersifat “titik tetap tak terisolasi”.

(34)
(35)

III PEMODELAN PERTUMBUHAN TUMOR 3.1 Model Gompertz

Model Gompertz telah banyak digunakan untuk menggambarkan kurva pertumbuhan populasi sel tumor. Model Gompertz hanya mempertimbangkan

dinamika satu populasi yaitu yang merupakan populasi sel tumor pada waktu

t. Kozusko dan Bajzer (2003) mengemukakan bahwa model Gompertz merupakan

model pertumbuhan tumor yang sering digunakan oleh beberapa peneliti, karena dapat mendiskripsikan pertumbuhan populasi sel tumor. Pemodelan populasi sel tumor pada model Gompertz dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan diferensial :

ln . (3.1)

dengan :

: total populasi sel tumor pada waktu t (tahun), : laju pertumbuhan populasi sel tumor,

: laju penghambat pertumbuhan populasi sel tumor.

Representasi persamaan (3.1) menyatakan bahwa laju perubahan populasi

sel tumor dipengaruh oleh laju peningkatan pertumbuhan populasi sel tumor .

dikurangi dengan laju penghambat pertumbuhan populasi sel tumor .

Dalam melakukan simulasi, dipilih nilai-nilai parameter untuk model Gompertz seperti yang terdapat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Nilai Parameter model Gompertz

No Simbol Definisi Parameter Nilai

1. Laju pertumbuhan sel tumor 2.76

2. Laju penghambat pertumbuhan sel tumor 0.134

(36)

8   

Gambar 1 Pertumbuhan sel tumor dengan model Gompertz.

Gambar 1 menunjukkan bahwa banyaknya sel tumor mendekati 10 sel. Menurut Peter (1972), salah satu data banyaknya sel tumor yang diperolehnya

adalah 0.77 10 sel. Jumlah sel tumor dengan model Gompertz dapat

menggambarkan jumlah sel tumor sebenarnya. Namun, model Gompertz hanya melihat pertumbuhan populasi sel tumor tanpa membedakan antara pertumbuhan populasi sel P dan populasi sel Q pada populasi sel tumor.

3.2 Model Gyllenberg-Webb

Model Gyllenberg-Webb mempertimbangkan dinamika interaksi dua populasi yaitu :

1. menyatakan populasi sel proliferasi (P) dari populasi sel tumor pada

waktu t (tahun).

2. menyatakan populasi sel non-proliferasi (Q) dari populasi sel tumor

pada waktu t (tahun).

0 50 100 150 200 t 2 108 4 108 6 108 8 108 1 109 N

(37)

Gambar 2 Skema dua kompartemen sel tumor yaitu sel P dan sel Q pada model Gyllenberg-Webb.

Interaksi populasi sel P dan populasi sel Q pada model Gyllenberg-Webb dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :

(3.2)

(3.3)

(3.4) dimana

: banyaknya populasi sel P pada waktu t (tahun) : banyaknya populasi sel Q pada waktu t (tahun) : laju pertumbuhan populasi sel P

: laju kematian populasi sel P : laju kematian populasi sel Q

: fungsi transisi dari populasi sel P menjadi sel Q : fungsi transisi dari populasi sel Q menjadi sel P.

Representasi persamaan (3.2) menyatakan bahwa laju perubahan populasi

sel P dipengaruhi oleh laju pertumbuhan populasi sel P dan laju transisi dari

sel Q menjadi sel P yang mengakibatkan laju perubahan populasi sel P

akan meningkat, diberikan oleh penjumlahan . Namun, laju

   

P

  

Q

(38)

10   

perubahan populasi sel P juga dipengaruhi oleh laju kematian populasi sel P

dan laju transisi dari sel P menjadi sel Q yang mengakibatkan laju

perubahan populasi sel P akan menurun, diberikan oleh penjumlahan .

Representasi persamaan (3.3) menyatakan bahwa laju perubahan populasi

sel Q dipengaruhi oleh adanya laju transisi dari sel P menjadi sel Q ,

yang mengakibatkan laju perubahan populasi sel Q akan meningkat, diberikan

oleh . Namun, laju perubahan populasi sel Q juga dipengaruhi oleh laju

kematian populasi sel Q dan laju transisi dari sel Q menjadi sel P ,

yang mengakibatkan laju perubahan populasi sel akan menurun, diberikan oleh

penjumlahan . Representasi persamaan (3.4) menyatakan bahwa

penjumlahan dari populasi sel P dan populasi sel Q sama dengan populasi sel tumor.

Gyllenberg dan Webb (1991) menyatakan bahwa secara data empiris,

sangat besar kemungkinan terjadi transisi dari sel P menjadi sel Q dan

sangat kecil kemungkinan terjadi transisi dari sel Q menjadi sel P ,

fakta-fakta ini di ambil sebagai asumsi dasar dari model Gyllenberg-Webb sehingga

Gyllenberg dan Webb (1991) mendefinisikan bahwa merupakan fungsi tak

turun, sebagai berikut :

1 ln (3.5)

dan merupakan fungsi tak naik, dalam tulisan ini didefinisikan sebagai

berikut:

, 1 (3.6)

Selanjutnya model Gyllenberg-Webb dapat dituliskan sebagai

1 ln (3.7)

(39)

3.2.1 Analisis Model Gyllenberg-Webb

Titik tetap dari sistem persamaan diferensial (3.7)-(3.8) diperoleh dengan

menentukan 0 dan 0, sehingga :

1 ln 0 (4.1)

1 ln 0 (4.2)

. (4.3) Penyelesaian dari persamaan (4.1)-(4.3) secara bersamaan akan diperoleh

dua titik tetap yaitu , dan , sebagai berikut,

, , , 2 4 2 , 2 4 2 (lihat lampiran 1).

Analisis kestabilan titik tetap model Gyllenberg-Webb dilakukan dengan memisalkan sistem persamaan (3.7)-(3.8) ditulis sebagai berikut:

, 1 ln (4.4)

, 1 ln (4.5)

dengan melakukan pelinearan pada persamaan (4.4)-(4.5) maka akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut,

(40)

12   

Nilai

,

,

dan terdapat pada lampiran 2a. Untuk pembahasan

digunakan nilai-nilai parameter di dalam Tabel 2 berikut :

Tabel 2 Nilai-nilai parameter model Gyllenberg-Webb

No Simbol Definisi Parameter Nilai

1. Laju pertumbuhan sel P 0.7

2. Laju kematian sel P 0.2

3. Laju kematian sel Q 0.2

Nilai-nilai parameter di atas merupakan nilai-nilai real yang ditetapkan untuk digunakan pada model Gyllenberg-Webb dan diasumsikan Nilai awal untuk

masing-masing populasi adalah 0 6 dan 0 4.

Untuk memperoleh kestabilan sistem di titik , terlebih dahulu

melakukan pelinearan pada titik tetap , sehingga diperoleh matriks

Jacobi , dan nilai eigen diperoleh dengan menyelesaikan ,

. Dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter diperoleh 0 dan

0 Sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh kestabilan titik tetapnya bersifat simpul stabil (lihat lampiran 2b).

Untuk memperoleh kestabilan sistem di titik , terlebih dahulu

melakukan pelinearan pada titik tetap , sehingga diperoleh matriks

Jacobi , dan nilai eigen diperoleh dengan menyelesaikan ,

. dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter diperoleh 0 dan

0 Sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh kestabilan titik tetapnya bersifat tak stabil (lihat lampiran 2c).

(41)

3.2.2 Simulasi Model

Simulasi dinamika sel P dan sel Q terhadap tiga parameter yaitu , dan . Simulasi pertama, simulasi dilakukan terhadap nilai parameter (standar). Simulasi kedua, simulasi dilakukan dengan menurunkan nilai parameter , sementara nilai parameter lainnya tetap. Simulasi ketiga, simulasi dilakukan dengan menurunkan nilai parameter , sementara nilai parameter lainnya tetap. Simulasi keempat, simulasi dilakukan dengan menurunkan nilai parameter , sementara nilai parameter lainnya tetap. Simulasi kelima, simulasi dilakukan dengan menaikkan nilai parameter , sementara nilai parameter lainnya tetap. Simulasi keenam, simulasi dilakukan dengan menaikkan nilai parameter , sementara nilai parameter lainnya tetap. Simulasi ketujuh, simulasi dilakukan dengan menaikkan nilai parameter , sementara nilai parameter lainnya tetap. Seperti tercantum dalam Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Nilai-nilai parameter untuk simulasi model

Simulasi ke 1 Simulasi ke 2 turun Simulasi ke 3 turun Simulasi ke 4 turun Simulasi ke 5 naik Simulasi ke 6 naik Simulasi ke 7 naik

0.2 0.003 tetap tetap 0.4 tetap tetap

0.7 tetap tetap 0.5 tetap tetap 0.9

0.2 tetap 0.003 tetap tetap 0.4 tetap

 

Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap nilai parameter, penurunan dan peningkatan nilai parameter sebagai berikut :

(42)

14   

Simulasi ke 1

         (a)       (b)   

Gambar 3 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap nilai parameter standar, (a) dinamika P dan (b) dinamika Q

Dinamika populasi sel P pada Gambar 3(a) semakin lama semakin menurun menuju nilai kestabilannya, sementara pada Gambar 3(b) dinamika populasi sel Q pada waktu tertentu meningkat dan kemudian menurun menuju nilai kestabilannya. Banyaknya populasi sel P pada Gambar 3(a) kurang dari 7 sel dan banyaknya sel Q pada Gambar 3(b) kurang dari 10 sel.

Simulasi ke 2

        (a)       (b) 

Gambar 4 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

0 5 10 15 20 25 30t 0 1 2 3 4 5 6 7 P 0 5 10 15 20 25 30t 0 2 4 6 8 10 Q 0 5 10 15 20 25 30t 0 1 2 3 4 5 6 7 P p Turun Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 2 4 6 8 10 Q p Turun Nilai standar

(43)

Perhatikan persamaan 3.7 dan 3.8 sebelumnya,

1 ln

1 ln

Berdasarkan Gambar 4(a), dengan menurunkan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel P akan meningkat, demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4(b).

Simulasi ke 3

 

      (a)       (b) 

Gambar 5 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Penurunan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel

Q akan meningkat, dapat dilihat pada Gambar 5(a), demikian juga dengan laju

perubahan sel P mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya sel Q akan mengubah laju perubahan sel P, hal ini ditunjukkan oleh Gambar 5(b).

0 2000 4000 6000 8000 10000t 0 200 400 600 800 1000 1200 P q Turun Nilai standar 0 2000 4000 6000 8000 10000t 0 50 000 100 000 150 000 Q q Turun Nilai standar

(44)

16   

Simulasi ke 4

        (a)       (b) 

Gambar 6 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai parameter , (a) dinamika sel P dan (b) dinamika sel Q. 

Dengan menurunkan nilai , dapat dilihat dari persamaan diatas bahwa laju perubahan sel P pada akan menurun, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6(a), demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami penurunan. Dengan menurunnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6(b).

Simulasi ke 5

      (a)       (b) 

Gambar 7 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap peningkatan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q

Berdasarkan Gambar 7(a), dengan meningkatkan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel P akan menurun, demikian juga dengan

0 5 10 15 20 25 30t 0 1 2 3 4 5 6 7 P Turun Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 2 4 6 8 10 Q Turun Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 1 2 3 4 5 6 7 P p Naik Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 2 4 6 8 10 Q p Naik Nilai standar

(45)

laju perubahan sel Q mengalami penurunan. Dengan menurunnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 7(b).

Simulasi ke 6

      (a)       (b) 

Gambar 8 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap peningkatan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Peningkatan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel Q akan menurun, dapat dilihat pada Gambar 8(a), demikian juga dengan laju perubahan sel P mengalami penurunan. Dengan menurunnya sel Q akan mengubah laju perubahan sel P, hal ini ditunjukkan oleh Gambar 8(b).

Simulasi ke 7

      (a)       (b) 

Gambar 9 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap peningkatan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

0 5 10 15 20 25 30t 0 1 2 3 4 5 6 7 P q Naik Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 2 4 6 8 10 Q q Naik Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 1 2 3 4 5 6 7 P Naik Nilai standar 0 5 10 15 20 25 30t 0 2 4 6 8 10 Q Naik Nilai standar

(46)

18   

Perhatikan persamaan 3.7 dan 3.8 sebelumnya, dengan meningkatkan nilai , dapat dilihat dari persamaan diatas bahwa laju perubahan sel P pada akan meningkat, hal ini dapat dilihat pada Gambar 9(a), demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 9(b).

Jumlah sel P dan sel Q dengan model Gyllenberg-Webb tidak dapat menggambarkan jumlah sel tumor sebenarnya, pertumbuhannya sel tumor kurang dari 20 sel.

3.3 Model Alberto

Alberto dan Fasano (2011) mengasumsikan bahwa populasi sel tumor pada model Gyllenberg-Webb memenuhi model Gompertz.

Selanjutnya model Alberto dapat dituliskan sebagai berikut :

(3.12)

(3.13)

ln . (3.14)

Dengan mendiferensialkan persamaan , diperoleh

.

Karena , diperoleh

.

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.14), diperoleh ln

(47)

Sehingga ln 1 ln dengan e ln 0 1 .          (a)       (b) 

Gambar 10 Pertumbuhan sel tumor dengan model Alberto (a) sel P dan (b) sel Q. Jumlah sel P dan sel Q dengan Model Alberto dapat menggambarkan

jumlah sel tumor sebenarnya, pertumbuhan sel tumor mencapai 108 sel. Namun

solusi analitik dari model Alberto tidak dipengaruhi oleh fungsi dan .

0 50 100 150 200 t 5.0 107 1.0 108 1.5 108 2.0 108 2.5 108 3.0 108 P 0 50 100 150 200 t 2 108 4 108 6 108 8 108 Q

(48)
(49)

IV MODEL MODIFIKASI

Model Alberto yang merupakan hasil analisis Alberto dan Fasano (2011) menggunakan asumsi bahwa populasi sel tumor memenuhi model Gompertz. Meskipun model Alberto cukup baik menjelaskan pertumbuhan sel P dan sel Q,

namun hasil analitik yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh fungsi dan

. Pada model Gyllenberg-Webb, Gyllenberg dan Webb (1991)

mendefinisikan fungsi yang merupakan fungsi tak turun. Namun, pada saat

nilai semakin besar maka nilai juga semakin besar. Nilai semakin

besar tidak diikuti oleh perubahan nilai 1, sehingga laju perubahan

sel P akan semakin menurun. Penurunan laju perubahan sel P akan mempengaruhi pertumbuhan sel Q, dari simulasi model Gyllenberg-Webb menunjukkan jumlah sel tumor kurang dari 20 sel. Hasil simulasi model Gyllenberg-Webb tersebut tidak dapat menjelaskan kenyataan yang sebenarnya bahwa pertumbuhan sel

tumor mencapai jutaan sel. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi yang

didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb (1991) akan dimodifikasi.

Proses transisi dari sel P menjadi sel Q dipengaruhi oleh laju pertumbuhan

sel tumor dan laju penghambat pertumbuhan sel tumor . Kozusko dan

Bajzer (2003) menyatakan bahwa , atas dasar itu maka fungsi akan

dimodifikasi dengan cara menghadirkan parameter dan dari model

Gompertz. Fungsi pada model modifikasi merupakan fungsi tak turun,

dalam tulisan ini didefinisikan sebagai berikut :

1 ln

Pada saat nilai semakin besar maka kenaikan nilai dapat

dikendalikan, modifikasi fungsi tersebut diharapkan mendapatkan model

yang lebih baik.

Fungsi merupakan fungsi tak naik, dalam tulisan ini didefinisikan

(50)

21        1 ln (3.9) 1 ln (3.10) . (3.11) Selanjutnya menentukan titik tetap serta menganalisis kestabilan solusi model di sekitar titik tetap terhadap model modifikasi. Lalu, melakukan simulasi

terhadap nilai parameter , dan untuk melihat dinamika populasi sel P dan

populasi sel Q dengan cara melakukan beberapa perubahan terhadap nilai parameter, sehingga dapat dianalisa bagaimana perubahan yang terjadi pada populasi sel P dan populasi sel Q. Tahap berikutnya membandingkan populasi sel

P dan populasi sel Q antara model Gyllenberg-Webb, model modifikasi dan

model Alberto.

4.1 Analisis Model Modifikasi

Titik tetap dari system persamaan diferensial (3.9)-(3.10) diperoleh dengan

menentukan 0 dan 0, sehingga dari diperoleh:

1 ln 0 (4.6)

1 ln 0 (4.7)

(4.8) Penyelesaian dari persamaan (4.6)-(4.8) secara bersamaan akan diperoleh

dua titik tetap yaitu , dan , dengan

, ,

(51)

Dimana (lihat lampiran 3 ).

Untuk pembahasan digunakan sekelompok nilai-nilai parameter di dalam tabel 1 dan nilai-nilai parameter yang telah diasumsikan oleh Alberto dan Fasano (2011) yang diberikan di dalam Tabel 3 berikut :

Analisis kestabilan titik tetap dilakukan dengan memisalkan sistem persamaan (3.9)-(3.10) sebagai berikut:

, , 1 ln (4.9)

, , 1 ln (4.10)

substitusikan ke persamaan (3.9)-(3.10)

dengan melakukan pelinearan pada persamaan (4.9)-(4.10) maka akan diperoleh matriks jacobi sebagai berikut:

Nilai

,

,

dan terdapat pada lampiran 4a.

Untuk memperoleh kestabilan sistem di titik , terlebih dahulu

melakukan pelinearan pada titik tetap , sehingga diperoleh matriks

Jacobi , dan nilai eigen diperoleh dengan menyelesaikan ,

0, dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter diperoleh 0dan

0 sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh kestabilan titik tetapnya

bersifat simpul stabil.

(52)

23   

 

 

Jacobi , dan nilai eigen diperoleh dengan menyelesaikan ,

0, dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter diperoleh 0dan

0 sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh kestabilan titik tetapnya

bersifat tak stabil (lihat lampiran 4c).

4.2 Simulasi Model Modifikasi

Simulasi dinamika sel P dan sel Q terhadap tiga parameter yaitu , dan . Pertama, simulasi dilakukan terhadap penurunan nilai parameter , dan . Kedua, simulasi dilakukan terhadap peningkatan nilai parameter , dan seperti tercantum pada tabel 3.

Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap nilai parameter, penurunan dan peningkatan nilai parameter, sebagai berikut :

Simulasi ke 1

 

(a) (b)

Gambar 11 Simulasi model modifikasi terhadap nilai parameter Standar, (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Dinamika sel P dan sel Q dari model modifikasi menunjukkan pola

sigmoidal, kurva selalu naik menuju nilai kestabilannya, hal ini dapat dilihat pada gambar 11(a) dan 11(b).

0 50 100 150 200t 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 P 0 50 100 150 200t 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 Q

(53)

Simulasi ke 2

(a) (b)

Gambar 12 Simulasi model modifikasi terhadap penurunan nilai parameter ,

(a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Perhatikan persamaan 3.9 dan 3.10 sebelumnya,

1 ln

1 ln

Berdasarkan Gambar 12(a), dengan menurunkan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel P akan meningkat. Demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 12(b).

0 50 100 150 200t 0 2 106 4 106 6 106 8 106 P p Turun Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 5.0 106 1.0 107 1.5 107 2.0 107 2.5 107 3.0 107 Q p Turun Nilai standar

(54)

25        Simulasi ke 3 (a) (b)

Gambar 13 Simulasi model modifikasi terhadap penurunan nilai parameter , (a)

dinamika P dan (b) dinamika Q.

Penurunan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel

Q akan meningkat, dapat dilihat pada Gambar 13(a). Demikian juga dengan laju

perubahan sel P mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya sel Q akan mengubah laju perubahan sel P, hal ini ditunjukkan oleh Gambar 13(b).

Simulasi ke 4

(a) (b)

Gambar 14 Simulasi model modifikasi terhadap penurunan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Dengan menurunkan nilai , dapat dilihat dari persamaan diatas bahwa laju perubahan sel P pada akan menurun, hal ini dapat dilihat pada Gambar 14(a). Demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami penurunan. Dengan

0 10 000 20 000 30000 40 000 50 000t 0 2.0 1024 4.0 1024 6.0 1024 8.0 1024 1.0 1025 1.2 1025 1.4 1025 P q Turun Nilai standar 0 10 000 20000 30000 40 000 50 000t 0 5.0 1026 1.0 1027 1.5 1027 2.0 1027 2.5 1027 Q q Turun Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 20 000 40 000 60 000 80 000 100 000 120 000 140 000 P Turun Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 100000 200000 300000 400000 Q Turun Nilai standar

(55)

menurunnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 14(b).

Simulasi ke 5

(a) (b)

Gambar 15 Simulasi model modifikasi terhadap peningkatan nilai parameter ,

(a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Berdasarkan Gambar 15(a), dengan meningkatkan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel P akan menurun. Demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami penurunan. Dengan menurunnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 15(b).

0 50 100 150 200t 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 P p Naik Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 Q p Naik Nilai standar

(56)

27        Simulasi ke 6 (a) (b)

Gambar 16 Simulasi model modifikasi terhadap peningkatan nilai parameter ,

(a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

Peningkatan nilai dari persamaan diatas menunjukkan laju perubahan sel Q akan menurun, dapat dilihat pada Gambar 16(a). Demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami penurunan. Dengan menurunnya sel Q akan mengubah laju perubahan sel P, hal ini ditunjukkan oleh Gambar 16(b).

Simulasi ke 7

(a) (b)

Gambar 17 Simulasi model modifikasi terhadap peningkatan nilai parameter , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q.

0 50 100 150 200t 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 P q Naik Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 100 000 200 000 300 000 400 000 Q q Naik Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 2 106 4 106 6 106 8 106 P Naik Nilai standar 0 50 100 150 200t 0 5.0 106 1.0 107 1.5 107 2.0 107 2.5 107 3.0 107 Q Naik Nilai standar

(57)

Perhatikan persamaan 3.9 dan 3.10 sebelumnya, dengan meningkatkan nilai , dapat dilihat dari persamaan diatas bahwa laju perubahan sel P pada akan meningkat, hal ini dapat dilihat pada Gambar 17(a). Demikian juga dengan laju perubahan sel Q mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya sel P akan mengubah laju perubahan sel Q, hal ini dapat dilihat pada Gambar 17(b).

Jumlah sel P dan sel Q dengan model modifikasi dapat menggambarkan

(58)

29   

 

 

4.3 Perbandingan Simulasi

Perbandingan simulasi populasi sel P dan populasi sel Q dari model Gyllenberg-Webb, model Alberto dan model modifikasi.

         (a) 

 

(b) (c)

Gambar 18 (a) Dinamika sel P dari model Gyllenberg-Webb, (b) Dinamika sel P dari model Alberto, (c) Dinamika sel P dari model modifikasi.

Berdasarkan Gambar 6(a), dinamika sel P dari model Gyllenberg-Webb selalu turun menuju nilai kestabilannya. Sementara pada Gambar 6(c) dinamika sel P dari model modifikasi selalu naik seperti fungsi sigmoidal, begitu juga dengan dinamika sel P dari model Alberto pada Gambar 6(b).

0 50 100 150 200t 0 1 2 3 4 5 6 7 P 0 50 100 150 200 t 5.0 107 1.0 108 1.5 108 2.0 108 2.5 108 3.0 108 P 0 50 100 150 200t 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 P

(59)

Penggunakan fungsi yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb (1991) sangat mempengaruhi laju perubahan sel P. Semakin besar nilai

mengakibatkan laju perubahan sel P pada persamaan (3.7) akan semakin

menurun. Sementara nilai fungsi modifikasi sangat kecil sekali

dibandingkan nilai fungsi yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb

(1991), sehingga laju perubahan sel P dari model modifikasi selalu naik.

        (a)    (b) (c) 0 50 100 150 200t 0 2 4 6 8 10 Q 0 50 100 150 200 t 2 108 4 108 6 108 8 108 Q 0 50 100 150 200t 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 Q

(60)

31   

 

 

Berdasarkan Gambar 7(a), dinamika sel Q dari model Gyllenberg-Webb pada awalnya mengalami kenaikan, kemudian menurun menuju nilai kestabilannya. Sementara pada Gambar 7(c) dinamika sel Q dari model modifikasi selalu naik seperti fungsi sigmoidal, begitu juga dengan dinamika sel Q dari model Alberto pada Gambar 7(b).

Penggunakan fungsi yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb

(1991) sangat mempengaruhi laju perubahan sel P pada persamaan (3.7) mengakibatkan laju perubahan sel Q pada persamaan (3.8) juga mengalami

penurunan. Semakin besar nilai mengakibatkan laju perubahan sel P pada

persamaan (3.7) dan laju perubahan sel Q pada persamaan (3.8) akan semakin

menurun. Sementara nilai fungsi modifikasi sangat kecil sekali

dibandingkan nilai fungsi yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb

(1991), sehingga laju perubahan sel P pada persamaan (3.9) dari model modifikasi selalu naik, mengakibatkan laju perubahan sel Q pada persamaan (3.10) dari model modifikasi juga naik.

(61)

V SIMPULAN

Dalam model pertumbuhan sel tumor dengan model Gyllenberg-Webb dan model modifikasi diperoleh dua titik tetap.

Peningkatan laju pertumbuhan populasi sel proliferasi mengakibatkan peningkatan jumlah sel proliferasi. Dengan meningkatnya jumlah sel proliferasi maka laju perubahan sel non-proliferasi akan menaik sehingga akan meningkatkan jumlah sel non-proliferasi.

Dalam model Gyllenberg-Webb, Semakin besar laju transisi dari sel proliferasi ke sel non-proliferasi maka laju perubahan sel proliferasi akan menurun sehingga lama kelamaan sel proliferasi akan habis. Hal ini tidak sesuai dengan keadaan real. Laju transisi dari sel proliferasi ke sel non-proliferasi pada model modifikasi jauh lebih kecil dibandingkan laju transisi dari sel proliferasi ke sel non-proliferasi pada model Gyllenberg-Webb. Hal ini mengakibatkan banyaknya sel proliferasi dari model modifikasi akan berbentuk fungsi sigmoidal. Hal ini sesuai dengan kondisi real.

Dinamika pertumbuhan populasi sel proliferasi dan sel non-proliferasi dengan model modifikasi memiliki pola yang sama dengan model Alberto yaitu selalu meningkat seperti fungsi sigmoidal. Sedangkan pada model Gyllenberg-Webb tidak memiliki pola pertumbuhan seperti fungsi sigmoidal. Pola pertumbuhan populasi sel proliferasi dan sel non-proliferasi antara model Gyllenberg-Webb dan model Alberto sangat jauh berbeda. Pertumbuhan model Alberto dan model modifikasi dapat merepresentasikan pertumbuhan sel tumor yang sebenarnya dimana jumlah populasinya mencapai jutaan sel.

(62)
(63)

DAFTAR PUSTAKA

Adnani FE, Talibi H. 2008. Attractiveness of a Positive Steady State in a

Population Tumor Growth Model with Quiescence. Applied Mathematical

sciences Volume 2: 293-304.

Alberto D, Fasano A. 2011. A Generalization of Gompertz Law Compatible with

the Gyllenberg–Webb Theory for Tumour Growth. Mathematical

Biosciences 230: 45-54.

Anton H. 1995. Aljabar Linear Elementer. Ed ke-5. Terjemahan Pantur Silaban dan I Nyoman Susila. Erlangga, Jakarta.

Farlow SJ. 1994. An Introduction to Differential Equation and Their Application. Mc Graw-Hill, New York.

Gyllenberg M, Webb GF. 1991. Quiescence as an explanation of Gompertzian

tumor growth. Growth Development and Aging 53:25-33.

Keshet LE. 1987. Mathematical model in biology. Random House, New York Kozusko F, Bajzer Z. 2003. Combining Gompertzian Growth and Cell Population

Dynamics. Mathematical Biosciences 185: 153-167.

Lorenzo S. 2006. Model ling the balance between quiescence and cell death in

normal and tumour cell populations. Mathematical Biosciences 202 :

349-370.

Peter WS. 1972. Kinetics of tumor Growth and Regression in IgG Multiple

Myeloma. The Journal of Clinical Investigation. Volume 51: 1697-1708.

Ramano D, Roberto F. 1989. An Exponential-Gompertzian Description of LoVo

Cell Tumor Growth from in Vivo and in Vitro Data. Cancer Res 49:

6543-6546.

Strogatz SH. 1994. Nonlinear Dynamics and Chaos With Application to Physics,

Biology, Chemistry and Engeneering. Addison-Wesley Publising

Company, Reading, Massachusets.

Tu PNV. 1994. Dynamical systems, An Introduction with Applications in

(64)
(65)
(66)
(67)

Lampiran 1 Penentuan titik tetap Model Gyllenberg-Webb

Titik tetap dari sistem persamaan diferensial (3.7)-(3.8) diperoleh dengan

menentukan 0 dan 0, sehingga diperoleh:

1 ln 0 (1)

1 ln 0 (2)

(3)

Substitusikan dari persamaan (3) ke persamaan (1), diperoleh

1 ln 1

1 ln 0

1

dengan 1 ln

Substitusikan ke persamaan (2), diperoleh

1 ln 1 1 ln 0 1 1 0 Substitusikan , diperoleh 1 1 1 0 0 0 0 , 4 2

(68)

36    0 ln , 2 4 2 0 0

Substitusikan 0 untuk mendapatkan N dan Q.

1 ln N 1 ln N 1

, karena 0 dan 0 maka 0.

0 dan 0 tidak dapat digunakan karena 0 tak terdefinisi.

Substitusikan untuk mendapatkan dan

. 1 ln N 1 ln N 1 1 ln N 1 ln N 1 karena maka 1 ln N 4 2 Sehingga diperoleh,

(69)

, karena dan

Maka

Sehingga diperoleh titik tetap , , sebagai berikut

,

Substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1 diperoleh

, 0.67, 1.67

Substitusikan untuk mendapatkan dan

. 1 ln N 1 ln N 1 1 ln N 1 ln N 1 karena maka 1 ln N 4 2

(70)

38    Sehingga diperoleh, , karena dan maka

sehingga diperoleh titik tetap , sebagai berikut

, ,

substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1 diperoleh

, 0.027, 0.068

Program dengan menggunakan Mathematica 7 untuk menentukan titik tetap sebagai berikut: Solve μp 1 Log , 1 1 Log , 0, 1 Log , 1 1 Log , μq 0 , , Diperoleh,

(71)

Solve 1 μp Log

1 Log

0, 1 Log μq 1

1 Log

(72)

40   

Lampiran 2a Analisis kestabilan Model Gyllenberg-Webb

Substitusikan ke persamaan (3.7)-(3.8), Misalkan sistem

persamaan (3.7)-(3.8) ditulis sebagai berikut:

, 1 ln

, 1 ln

dengan melakukan pelinearan didapat matriks Jacobi sebagai berikut :

dimana β 1 ln 1 ln ln ln 1 ln 1 ln 1 ln μq ln 1 ln

(73)

Lampiran 2b Analisis kestabilan Model Gyllenberg-Webb di ,

Kestabilan sistem di titik tetap ,

, ,

dapat diperoleh dengan melakukan pelinearan pada persamaan sistem sehingga diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut

,

Dimana

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

(74)

42   

sehingga nilai eigen adalah

,

Substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1 sehingga pelinearan titik

tetap , lebih mudah, maka akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut :

, .. ..

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

, sehingga diperoleh,

. .

. .

. .

jadi nilai eigen adalah

. .

sehingga kestabilan titik tetapnya bersifat simpul stabil.

Program dengan menggunakan Mathematica 7 untuk matriks Jacobi dan nilai

eigen di sekitar titik tetap , sebagai berikut :

J[P_,Q_, β_,μp_,μq_]=D[{(β-μp-(1+Log[©,(P+Q)]))*P+(1/(1+Log[©,(P+Q)]))*Q,(1+Log[©,(P +Q)])*P-((1/(1+Log[©,(P+Q)]))+μq)*Q},{{P,Q}}]//Simplify; MatrixForm[%] P=0.67;Q=1.67; β=0.7;μp=0.2;μq=0.2; J[P,Q,β,μp,μq]; J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]; Det[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]] Eigenvalues[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]];

(75)

Lampiran 2c Analisis kestabilan Model Gyllenberg-Webb di ,

Kestabilan sistem di titik tetap ,

, ,

dapat diperoleh dengan melakukan pelinearan pada persamaan sistem sehingga diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut

,

dimana

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

(76)

44   

sehingga nilai eigen adalah

, √

Substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1, sehingga pelinearan titik

tetap , lebih mudah, maka akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut :

, .. ..

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

, , sehingga diperoleh

. .

. .

. .

jadi nilai eigen adalah

.

.

sehingga kestabilan titik tetapnya bersifat simpul tak stabil

Program dengan menggunakan Mathematica 7 untuk matriks Jacobi dan nilai

eigen di sekitar titik tetap , sebagai berikut :

J[P_,Q_, β_,μp_,μq_]=D[{(β-μp-(1+Log[©,(P+Q)]))*P+(1/(1+Log[©,(P+Q)]))*Q,(1+Log[©,(P +Q)])*P-((1/(1+Log[©,(P+Q)]))+μq)*Q},{{P,Q}}]//Simplify; MatrixForm[%] 0.027; 0.068;

(77)

Lampiran 2f Lanjutan β=0.7;μp=0.2;μq=0.2; J[P,Q,β,μp,μq]; J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]; Det[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]] Eigenvalues[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]];

(78)

46   

Lampiran 3 Penentuan Titik Tetap Model Modifikasi

Titik tetap dari sistem persamaan diferensial (3.9)-(3.10) diperoleh dengan

menentukan 0 dan 0, sehingga diperoleh:

1 ln 0 (1)

1 ln 0 (2)

(3)

Substitusikan dari persamaan (3) ke persamaan (1), diperoleh

1 ln 1 1 ln 0 c 1 ln 1 1 ln 0 dengan , 1 ln N 1 ln 1 1 ln 1 dengan 1 ln

Substitusikan ke persamaan (2), diperoleh

1 ln 1

1 ln 0

substitusikan , diperoleh

1 1

(79)

1 1 1 0 0 0 0 , 4 2 0 ln , 2 4 2 0 0

Substitusikan 0 untuk mendapatkan N dan Q.

1 ln N 1 ln N 1 ,

karena

, karena 0 dan 0 maka 0.

0 dan 0 tidak dapat digunakan, karena ln 0 tak terdefinisi.

Substitusikan untuk mendapatkan

dan .

1 ln N 1 ln N 1

(80)

48    karena maka 1 ln N 4 2 sehingga diperoleh, , karena dan maka

sehingga diperoleh titik tetap , sebagai berikut :

, ,

dimana

substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1 dan tabel 3 diperoleh

(81)

Substitusikan untuk mendapatkan dan . 1 ln N 1 ln N 1 1 ln N 1 ln N 1 karena maka 1 ln N 4 2 sehingga diperoleh, , karena dan maka

sehingga diperoleh titik tetap , sebagai berikut :

(82)

50   

dimana

substitusikan nilai-nilai parameter diperoleh

, 0.0027 ,0.0066

Program dengan menggunakan Mathematica 7 untuk menentukan titik tetap sebagai berikut: Solve µp km kp 1 Log , 1 1 Log , 0,km kp 1 Log , 1 1 Log , µq 0 , , diperoleh, Solve 1 Log µp km 1 Log kp 0,km 1 Log kp µq 1 1 Log 0 , ,

(83)

Lampiran 4a Analisis kestabilan Model Modifikasi

Analisis kestabilan untuk titik tetap dapat dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut:

substitusikan ke persamaan (3.9)-(3.10), misalkan sistem persamaan

(3.9)-(3.10) ditulis sebagai berikut:

, , 1 ln

, , 1 ln

Matriks Jacobi adalah

dimana μ P 1 ln P Q Q 1 ln P Q P P Q 1 ln P Q Q 1 ln P Q P 1 ln P Q Q 1 ln P Q P P Q 1 ln P Q Q 1 ln P Q μ

(84)

52   

Lampiran 4b Analisis kestabilan Model Modifikasi di ,

Kestabilan sistem di titik tetap ,

, ,

dimana

dapat diperoleh dengan melakukan pelinearan pada persamaan sistem sehingga diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut

1, 1

dimana

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

(85)

sehingga nilai eigen adalah

,

Substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1 dan tabel 3, sehingga

pelinearan titik tetap , akan lebih mudah, maka akan diperoleh matriks

Jacobi sebagai berikut :

, .. ..

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

, , sehingga diperoleh

. .

. .

. .

jadi nilai eigen adalah

.

.

sehingga kestabilan titik tetapnya bersifat simpul stabil

Program dengan menggunakan Mathematica 7 untuk matriks Jacobi dan nilai eigen sebagai berikut :

(86)

54    J[P_,Q_, β_,μp_,μq_]=D[{(β-μp-(1+Log[©,(P+Q)]))*P+(1/(1+Log[©,(P+Q)]))*Q,(1+Log[©,(P +Q)])*P-((1/(1+Log[©,(P+Q)]))+μq)*Q},{{P,Q}}]//Simplify; MatrixForm[%] P=124078;Q=310196; β=0.7;μp=0.2;μq=0.2;Km=0.134;Kp=2.76; J[P,Q,β,μp,μq]; MatrixForm[%] J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]; Det[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]] Eigenvalues[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]]; MatrixForm[%]

(87)

Lampiran 4c Analisis kestabilan Model Modifikasi di ,

Kestabilan sistem di titik tetap ,

, ,

dimana

dapat diperoleh dengan melakukan pelinearan pada persamaan sistem sehingga diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut

2, 2

dimana

k k

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

(88)

56   

sehingga nilai eigen adalah

,

Substitusikan nilai-nilai parameter dari tabel 1 dan tabel 3 sehingga

pelinearan titik tetap , akan lebih mudah, maka akan diperoleh matriks

Jacobi sebagai berikut :

, .. ..

kemudian di cari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik

, , sehingga diperoleh

. .

. .

. .

jadi nilai eigen adalah

.

.

sehingga kestabilan titik tetapnya bersifat simpul tak stabil.

Program dengan menggunakan Mathematica 7 untuk matriks Jacobi dan nilai eigen sebagai berikut :

J[P_,Q_,

(89)

+Q)])*P-((1/(1+Log[©,(P+Q)]))+μq)*Q},{{P,Q}}]//Simplify; MatrixForm[%] P=0.0027;Q=0.0066; β=0.7;μp=0.2;μq=0.2;Km=0.134;Kp=2.76; J[P,Q,β,μp,μq]; J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]; Det[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]] Eigenvalues[J[P,Q,β,μp,μq]-λ IdentityMatrix[2]]; MatrixForm[%]

Gambar

Gambar 2 Skema dua kompartemen sel tumor yaitu sel P dan sel Q pada model  Gyllenberg-Webb
Tabel 2 Nilai-nilai parameter model Gyllenberg-Webb
Gambar 3 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap nilai parameter standar, (a)  dinamika P dan (b) dinamika Q
Gambar 5 Simulasi model Gyllenberg-Webb terhadap penurunan nilai parameter    , (a) dinamika P dan (b) dinamika Q
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5 Hubungan laju pertumbuhan output dengan waktu Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan akan semakin menurun jika tingkat korupsi semakin meningkat

Nilai parameter yang digunakan pada simulasi 2 menyebabkan syarat keberadaan titik ekuilibrium 2 terpenuhi, sedangkan untuk titik ekuilibrium 1 , 3 , 4 , 5 dan 6

γ yz Maka perubahan jumlah limfosit T sitotoksik CTL terhadap waktu dipengaruhi oleh laju proliferasi yang dilakukan oleh CTL terhadap sel yang terinfeksi virus HIV pada saat

Model ini menggambarkan perilaku pertumbuhan sel tumor yang dibagi dalam tiga tipe sel yaitu sel yang berkembang biak, sel yang diam dan sel yang mati.. Pada model

Jumlah populasi sel efektor menurun menandakan pada kondisi ini sel efektor tidak memiliki kemampuan untuk menyerang sel tumor sehingga sistem imun melemah dan penyakit

Skor Rata-Rata Respon Guru No Pernyataan Skor rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Saya memahami apa itu pembelajaran daring pembelajaran daring dapat membantu dan meningkatkan proses